Sunday 1 May 2011

Fanfic TK : Aku, Dia dan Mereka

Posted by Ty SakuMoto at 03:22
Setting : Cerita orisinil. Berdasarkan atau sudut pandang Masumi.

Rating : 18+ kissu…kissu….


Aku, Dia dan Mereka

(By Natalie Choi)



Aku melangkahkan kakiku menuju ke arah belakang panggung. Di sana sudah berkumpul banyak sekali orang. Terlihat olehku bahwa orang-orang tersebut mengerumuni suatu figur kecil yang cantik, manis dan juga sangat bersinar malam ini. Dialah sang Bidadari Merah atau yang jauh lebih dikenal dengan nama panggungnya, yaitu Maya Kitajima.


Pujian demi pujian kudengar dilontarkan oleh orang-orang tersebut terhadap wanita mungil yang masih memakai kostum Akoya tersebut. Wajar saja jika mereka semua memberinya pujian, karena pertunjukan Bidadari Merah-nya yang baru saja usai beberapa saat yang lalu sangatlah memukau. Begitu indah, agung dan sangat mengharukan. Bahkan para kritikus drama pun menyebutkan bahwa Bidadari Merah milik Maya Kitajima ini jauh lebih menakjubkan daripada Bidadari Merah yang dulu pernah dipentaskan oleh gurunya, mendiang Tsukikage Chigusa. Aku pun sependapat dengan mereka. Bidadari Merah  yang kulihat hari ini memang benar-benar luar biasa. Aku yang menganggap bahwa pertunjukan Bidadari Merah terakhir milik Bu Tsukikage di lembah plum tujuh tahun yang lampau merupakan Bidadari Merah yang terindah, kini berubah pikiran 180 derajat. Aku pun sangat yakin bila Bu Tsukikage dan juga sang pencipta maha karya dalam drama Jepang ini, Ichiren Ozaki, melihat apa yang telah dipertunjukan oleh Maya tadi, mereka berdua pun pasti akan setuju dengan diriku dan orang-orang lain yang ada disini.


Kemajuan akting Maya memang sangat mengagumkan. Sejak ia berhasil memenangkan pertandingan untuk menjadi pewaris hak pementasan Bidadari Merah melawan Ayumi, ia terus menunjukan progress yang sangat menakjubkan. Walaupun Bidadari Merahnya waktu itu sudah sangat fenomenal, tetapi Bidadari Merah yang dipertunjukannya kali ini jauh lebih istimewa. Mungin karena seiring berjalannya waktu, semakin banyak ilmu yang ia peroleh, maka hal itupun semakin menunjang aktingnya ketika ia berada di panggung.


Akhirnya satu persatu orang-orang tersebut pun mulai pergi meninggalkannya. Kulihat ia pun mulai bersiap untuk memasuki ruang ganti yang telah disediakan khusus untuknya. Aku pun memutuskan untuk menghampirinya sebelum ia masuk dan mengganti pakaiannya.


“Selamat. Bidadari Merahmu benar-benar luar biasa. Aku sangat kagum sekali” Aku menyerahkan rangkaian bunga mawar ungu yang memang sudah kupersiapkan khusus untuknya sebelum pementasan ini. Ia menerimanya dengan sangat gembira.


“Terima kasih. Aku senang sekali anda sudah bersedia untuk datang melihat pertunjukanku malam ini, Mawar Ungu” ucapnya sambil tersenyum. Ia pun lantas membuka pintu ruang gantinya dan masuk ke dalam. Secara refleks, aku pun mengikutinya masuk ke dalam ruangan tersebut. Ia lantas berjalan ke arah meja rias dan meletakan rangkaian bunga mawar ungu pemberianku tersebut diatasnya.


 “Untuk merayakan kesuksesan pertunjukan ini, bagaimana kalau aku mengundangmu untuk makan malam denganku?” ujarku sambil ikut tersenyum karena terbawa oleh senyuman memikat yang telah ia berikan padaku sesaat tadi.


Ia memandangku untuk sesaat kemudian berkata “Terima kasih atas tawaran anda, tetapi maaf sekali saya terpaksa menolaknya karena suami saya sama sekali tidak suka jika saya bersama dengan pria lain, kecuali diatas panggung.”


Aku memasang tampang kecewa mendengar jawaban yang diberikan olehnya. “Begitukah? Bahkan untuk pergi makan malam dengan penggemar setiamu selama ini pun tidak di ijinkan olehnya?” tanyaku dengan nada patah hati.


Ia menganggukan kepalanya.


“Baiklah. Kalau undanganku sebagai Mawar Ungu, sang penggemar setiamu, kau tolak mentah-mentah, bagaimana kalau aku mengundangmu untuk makan malam denganku sebagai seorang direktur utama Daito Art Production?” Aku tersenyum angkuh kepadanya. “Makan malam dengan seorang direktur utama Daito akan baik untuk menaikkan citramu di mata orang-orang banyak,” tambahku kepadanya, berharap agar alasan yang kugunakan kali ini ampuh untuk meluluhkan hatinya.


Tetapi kemudian lagi-lagi ia menggelengkan kepalanya untuk menolak ajakanku tersebut. “Maaf sekali, tuan direktur utama Daito yang terhormat, tetapi saya sepertinya harus kembali menolak tawaran anda tersebut.”


Aku menghela nafas. “Kenapa? Apa kau sedemikian mencintai suamimu itu sehingga tidak mau melakukan sesuatu yang akan membuatnya sakit hati?” tanyaku sambil menatap mahluk mungil yang berada di depanku saat ini. Sama sekali tidak dapat dibayangkan bahwa kini ia telah menikah. Bagi orang-orang yang belum mengenalnya, ia pasti masih akan dianggap sebagai seorang remaja karena paras wajahnya yang imut dan ukuran tubuhnya yang kecil, walaupun aku akui bahwa dalam beberapa tahun terakhir ini badannya bertambah tinggi sedikit seiring pertambahan usianya yang kini sudah lewat seperempat abad.


Aku masih ingat percakapanku dengannya ketika kami sama-sama secara tidak sengaja ikut berlayar di kapal Astoria tujuh tahun lalu. Saat itu untuk pertama kalinyalah aku menyadari bahwa si Badai Diatas Panggung yang dulu biasa kupanggil dengan sebutan ‘Mungil’ ini telah tumbuh menjadi seorang wanita dewasa yang cantik. Saat itu ia memintaku untuk tidak lagi memanggilnya dengan sebutan ‘Mungil’ karena ia telah tumbuh dewasa dan suatu saat nanti ia pun akan menikah.


Perkataannya akan pernikahan saat itu bagiku benar-benar bagaikan sebuah petir yang menyambarku. Ada rasa sakit yang teramat sangat kurasakan di dalam hatiku ketika mendengar ia berkata seperti itu. Aku ingin sekali berteriak dan mengatakan kepadanya bahwa sampai mati pun aku tidak akan rela melihatnya menikah dan menjadi milik pria lain karena aku sangat mencintainya sejak dulu. Aku hanya ingin ia menjadi miliku. Aku ingin ia menjadi istriku dan juga ibu dari anak-anak kami kelak.


Tetapi aku pun teringat bahwa pada saat itu aku juga memiliki seorang tunangan yang bernama Shiori Takamiya yang sedang menunggu untuk kunikahi. Selain itu perbedaan usia antara diriku dan dirinya yang cukup jauh juga menjadi salah satu penghalang bagiku untuk menyatakan cintaku padanya. Terlebih lagi rasa bersalah yang ada di dalam diriku setiap kali mengingat bahwa akulah yang menjadi penyebab utama ibunya meninggal.


Walaupun demikian, aku sangat terkejut ketika melihat pertunjukan Akoya-nya diatas kapal saat itu. Pernyataan cinta Akoya kepada Isshin seolah-olah menjadi pernyataan cintanya kepadaku. Terlebih lagi ketika kami telah turun dari kapal dan ia berlari kearahku lalu memelukku sambil memintaku untuk menunggunya. Kala itu aku balas memeluknya dan berjanji untuk selalu menunggunya sambil meminta hal yang sama pula kepadanya.


Tetapi, peristiwa percobaan bunuh diri yang dilakukan oleh Shiori telah mengubah segalanya. Aku kembali diperhadapkan akan realitas kelamnya hidup yang harus kujalani karena pihak keluarga Takamiya meminta pertanggungan jawab dariku atas peristiwa tersebut.


Kini tujuh tahun telah berlalu sejak peristiwa tersebut. Banyak hal yang telah terjadi diantara kami berdua. Aku telah menikah dengan istriku enam tahun yang lalu. Aku dan istriku pun telah dikaruniai dua orang anak. Shinichi yang berusia lima tahun dan Shizuka yang berusia dua tahun. Sebenarnya aku sama sekali tidak akan mengira bahwa pada akhirnya aku akan menikahi wanita tersebut. Tetapi siapakah aku ini sehingga dapat menolak keinginan dari Sang Takdir?


Dia pun saat ini telah menikah dengan seorang pria yang sangat ia cintai. Pria yang mampu membuat hidupnya bahagia dan yang selalu menghiasi wajahnya dengan senyuman. Pria yang tanpa keberadaannya di dunia ini pasti akan membuat hidup wanita mungil yang ada di depanku saat ini sangat menderita dan sengsara. Pria yang telah mengenalkannya pada cinta sejati dan mengajarinya akan makna dari kata-kata tersebut. Yaa… setidaknya begitulah yang dikatakannya kepadaku setiap kali aku bertanya apakah dirinya bahagia dengan pernikahannya.


Sebenarnya jawabannya tersebut sangatlah membingungkanku, karena menurutnya, dia adalah wanita paling beruntung di dunia ini sebab bisa menikah dengan suaminya tersebut. Tetapi menurutku, justru suaminya itulah yang menjadi manusia paling beruntung di dunia ini karena bisa menikahi gadis sehebat dirinya. Apakah ia tidak tahu, bahwa di dunia ini banyak sekali pria yang mengutuki keberadaan suaminya terkait dengan fakta bahwa ia berhasil memiliki sang bintang besar tersebut sebagai istrinya?


“Ya! Aku sangat mencintai suamiku sehingga aku selalu ingin membuat dia bahagia, sama seperti dirinya yang telah mendatangkan kebahagiaan untuk diriku selama ini.” Jawabannya tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan akan masa lalu. Kupandang wajahnya dan di sana terlihatlah dengan jelas mimik penuh dengan cinta ketika ia mengucapkan hal tersebut. Mimik yang dapat membuat orang buta sekalipun bisa melihat betapa Ia sangat mencintai suaminya itu.


“Haa… baiklah,” kataku. Sudah kuduga ia pasti tidak akan mau makan malam denganku jika aku mengajaknya dengan cara seperti ini. Tapi, aku masih punya jurus terakhir dan aku yakin sekali dengan jurus terakhirku ini walaupun ada angin, topan, badai, gempa bumi bahkan Tsunami sekalipun, ia pasti tidak akan menolak ajakan makan malam dariku.


“Jikalau ajakanku sebagai Mawar Ungu dan juga direktur utama Daito untuk makan malam bersama kau tolak mentah-mentah, bagaimana jikalau aku mengajakmu untuk makan malam sekaligus merayakan kesuksesan pertunjukan ini sebagai seorang Masumi Hayami, suamimu yang sangat kau cintai itu?”


Kutatap wajahnya dengan pandangan memelas penuh permohonan. Ia balas menatapku dengan pandangan yang sangat serius. Lalu tidak lama kemudian tawa kami berdua pun meledak memenuhi ruangan tersebut. Aku lalu melangkahkan kakiku untuk mendekatinya. Ketika aku tepat berada di depannya, aku langsung mengulurkan tanganku untuk memeluknya dengan erat. Secara perlahan, kubelai pipi kirinya dengan tangan kananku dan memberikannya tatapan penuh cinta.


“Bagaimana? Apakah kau bersedia untuk makan malam denganku saat ini, istriku tercinta?”


Dia tersenyum lembut sambil melingkarkan tangannya ke leherku. “Jikalau suamiku yang mengajak, ke ujung dunia pun aku pasti akan mau,” ujarnya.


Aku tersenyum bahagia mendengarnya. Lalu aku mulai menundukkan sedikit badanku dan mendekatkan wajahku ke wajahnya. Kata ‘Aku sangat mencintaimu’ adalah kata-kata terakhir yang kuucapkan sebelum akhirnya aku memberikan sebuah ciuman lembut penuh cinta di bibirnya. Ia langsung membalas ciumanku tersebut dan tanpa kami sadari ciuman kami berdua pun kini semakin mendalam. Masing-masing dari kami saling melumat bibir satu dan lainnya, seolah-olah ciuman itu adalah nafas kehidupan bagi kami berdua.


“Aku sangat mencintaimu,” ulangku ketika bibir kami telah terpisah satu sama lain. Nafas kami menjadi memburu dan tidak beraturan akibat kekurangan oksigen setelah ciuman panas kami berdua tadi. Aku kembali mendekapnya dengan erat untuk menenangkannya. Ia balas memelukku dengan erat.


“Aku jauh lebih mencintaimu, Masumi,” ujarnya sebelum ia membenamkan wajahnya di dadaku.


Saat itu, aku tidak dapat melukiskan akan perasaan bahagia yang kurasakan. Seperti yang tadi kukatakan, bahwa bahkan sampai saat ini aku masih tidak dapat percaya bahwa pada akhirnya aku bisa menikah dengan wanita yang selama ini sangat kucintai. Dulu bahkan memimpikannya pun aku tidak berani. Bahkan ketika peristiwa kapal Astoria itu terjadi, aku masih tetap tidak dapat mempercayainya, bahwa gadis mungil yang selama itu selalu membenciku dan menyamakan diriku dengan seekor kecoa, berani menyatakan perasaan cintanya kepadaku lewat dialog indah Akoya kepada Isshin dan menangis di dalam pelukanku serta memintaku untuk menunggunya. Saat itu, aku tidak menduga bahwa lampu merah yang selama ini menyala di hadapanku telah berubah menjadi kuning. Aku yang kala itu tidak sabar untuk menantikan lampu tersebut berubah menjadi hijau harus kembali diperhadapkan akan sebuah situasi yang sulit dengan Shiori, keluarga Takamiya dan juga Ayahku.


Tetapi pada akhirnya siapa yang menyangka bahwa takdir akhirnya berpihak padaku dan Maya. Aku sendiri tidak lagi bisa mengingat bagaimana semua peristiwa yang akhirnya menuntunku dan Maya untuk bersanding di pelaminan itu terjadi. Yang aku ingat hanyalah Shiori pada akhirnya menyerah untuk mendapatkanku. Ia memutuskan untuk pergi ke luar negeri dan tinggal disana. Aku tidak pernah bertemu dengannya atau mendengar kabarnya lagi sejak ia membuang cincin pertunangan kami tepat di  wajahku dan berteriak sejadi-jadinya berkata bahwa ia benar-benar sudah tidak tahan akan sikapku yang tidak menganggap keberadaannya lagi sebagai tunangannya.


Kerja sama antara Daito dan group Takamiya pun batal dan seperti yang bisa ditebak, sang jenderal tertinggi itupun marah besar kepadaku dan mengataiku habis-habisan sebagai anak yang tidak berbakti. Tetapi rupanya itu adalah pilihan yang salah, karena dengan bersikap seperti itu mengakibatkan tekanan darahnya naik dan ia pun meninggal. Karena kematiannya yang mendadak itupun, ia jadi tidak sempat untuk mengubah isi surat wasiatnya dan mewariskan semua harta kekayaannya kepadaku –yang aku yakini jika ia masih punya kesempatan, sudah pasti ia akan melimpahkan hartanya kepada orang lain.


Setelah itu semua terjadi, aku pun membulatkan tekadku untuk menyatakan perasaan cintaku kepada Maya. Aku juga mengakui bahwa aku adalah si Mawar Ungu yang selama ini menjadi pengagum rahasianya. Gayung pun bersambut. Maya juga menyatakan cintanya kepadaku dan juga mengatakan bahwa sesungguhnya selama ini ia juga telah mengetahui bahwa aku adalah Mawar Ungunya. Tetapi Maya mengatakan bahwa bukan karena aku adalah si Mawar Ungu ataupun direktur Daito yang menyebabkan ia mencintaiku, tetapi karena di dalam dirikulah ia menemukan belahan jiwanya. Akhirnya, lampu tersebut kini telah berubah menjadi hijau. Tidak lama setelah itu, aku dan Maya pun menikah. Pernikahan kami hanya berlangsung sederhana, dihadiri oleh orang-orang terdekat kami berdua saja.


Setengah jam kemudian, aku dan istriku pun melangkah keluar meninggalkan ruang ganti. Aku melingkarkan tanganku di pinggangnya dan menuntunnya untuk keluar dari gedung pertunjukan menuju mobil yang telah menanti kami berdua. Di depan pintu utama kami melihat bahwa kedua orang buah cinta kami telah menunggu disana. Aku memperhatikan dengan wajah penuh senyuman ketika Maya secara bergantian mendapat pujian, pelukan dan ciuman dari Shinichi dan Shizuka.


Dalam hati aku berpikir betapa indahnya hidupku sekarang. Aku telah menjadi seorang pribadi yang utuh karena telah bersatu dengan belahan jiwaku dan bersama-sama kami telah menciptakan dua kehidupan baru yang sangat cantik dan tampan, sama seperti cinta kami berdua yang sangat indah.



<<<Aku, Dia dan Mereka ... Tamat>>>

7 comments:

Anonymous said...

siiiiiiiiiiiiiiiiip........

Anonymous said...

ah suka suka,,,,,,.....

Demel on 4 May 2011 at 14:18 said...

baru baca nieee... lumayan ga butek ma kerjaan.... cihuy....

Theresia on 5 May 2011 at 00:02 said...

walaaahhh...sempet sebel jg baca pertamanya, kirain MM nggak bersatu....
tp ternyata.....
hohoho....^_^
asyik jg ceritanya.....

Anonymous said...

kasian juga Eisuke dibikin meninggal tiba2, pengennya sih ngga coz kayanya dia juga sayang sama maya deh. but it's ok, nice story... i like it... kereeeeen, 4 jempol deh..

ephie lazuardy on 10 October 2011 at 12:40 said...

Kehidupan yang sempurna..., apa mungkin suzue miuchi jg berpikir bakalan semudah ini jalannya ya...??

ephie lazuardy on 10 October 2011 at 13:06 said...

Kehidupan yang sempurna..., apa suzue miuchi jg berpikir bakalan semudah ini jln critanya ya...??

Good job...ayo bikin lg dooong...

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting