Friday 20 May 2011

FanFic TK: Satu... Hanya Satu...

Posted by the lady vintage at 22:09
Rate : 21+++
Setting: first night after wedding ceremony and enhanced wedding party
Warning : full desire imaginations



Satu... Hanya Satu...
(by farida)


Purnama penuh berpendar lembut di ufuk langit, perlahan, malu-malu menapaki orbitnya menuju tahtanya di puncak langit. Bintang-bintang berpendar dalam konfigurasinya, laksana kerling manja sang gadis remaja. Angin mendesau lembut, menggoyangkan dedaunan, melantunkan irama temaram malam. Aroma bunga merebak di angkasa, membangkitkan khayalan keindahan yang terindah.


Malam ini adalah miliknya. Milik mereka berdua. Hatinya tergetar, berkalang cinta yang melimpah ruah. Laksana curahan hujan dengan tiada hentinya menyiram kegersangan bumi yang dahaga akan kesegarannya.


‘Pengantinku…’


Pengantinnya ada di sana, tengah duduk anggun, menatap lembut pantulan bayangan muda dengan mata penuh gemintang.
Ya, pengantinnya begitu ranum muda berseri. Menebar harum wangi menggoda. Seolah tangan-tangan tak kasat mata menari gemulai, melambai menggoda padanya, menawarkan sejuta kenikmatan surgawi. Memabukkan jiwanya dengan hanya mereguk segala keindahannya.


‘Ah!’


Hatinya kian tergetar. Pandangan mata malu-malu penuh cinta itu telah menawannya. Memasung jiwa sepinya dengan belenggu kuat kebahagiaan. Menjebak alam fantasinya dengan timangan alun asmara. Memerangkap khayalannya dalam imajinasi tentang keindahan bersatunya dua jiwa. Mendidihkan dunia batinnya yang dingin membeku. Menggeliatkan gairah terliar yang sekian lama terpendam. Cinta begitu nyata kini, kian kental menghangatkan atmosfer di antaranya


“Maya… Kekasih hatiku….”


Dan wajah itu merona. Oh, betapa menggemaskannya! Bak anggur yang begitu memabukkan namun tak jua mampu menghilangkan dahaganya hingga semakin menuntutnya untuk terus mereguknya.


”Ah... Maya.... Nafas jiwaku...”


Tubuh mungilnya bergetar lembut dalam dekapannya. Menggeletar menyerahkan segalanya, memasrahkan jiwa raganya, seiring lembut belaiannya, menggoda keluguan seorang wanita belia.


”Betapa eloknya dirimu....’


Bibirnya menyunggingkan senyum malu, serupa kelopak mawar yang merekah perlahan menyambut lembutnya energi cahaya mentari dini hari. Meyakinkan dirinya tak akan pernah bosan dia merasainya. Mengecap berjuta rasa setiap kali ia mengecupnya. Berpesta pora dengan berjuta sensasi gairah setiap mencumbunya. Mengirimkan gairah terliar yang bisa dirasakan setiap makhluk bumi yang tengah kasmaran.


”Masumi-sama....”


Desah suara tercekat dari bibir yang saling terpagut erat. Menyiratkan gelora jiwa yang teracuni candu asmara. Terjerembab dalam puncak pesona gelora, melumpuhkan segala akal sehatnya. Menyerah pada getar asmara yang bertaut semakin erat. Mata hatinya hanya melihat kecintaannya. Ingatannya hanya akan kekasihnya. Mata batinnya hanya terpaku pada belahan jiwanya.


”Kekasih hatiku.... Aku haus akan dirimu.... Cintamu.... Asmaramu.... Geloramu.... Bersediakah kau membagi jiwamu untuk berpadu dengan jiwaku? Bersediakah kau menerimaku sepenuh jiwamu? Sayangku... Cintaku... Kekasihku... Belahan jiwaku...”


Hatinya kian bergolak penuh hasrat akan cinta. Darah lelaki sejatinya mendambakan muara kedamaian pada kelembutan yang feminin.


Tanpa suara berbincang, hanya gerak laku saling memberi, saling berpelukan. Dua jiwa membagi kenangan magis asmaranda. Tangan bertaut erat, saling menggenggam dalam cinta. Dekap erat tubuh sejiwa, menarikan tari jiwa paling primitif, tenggelam dalam samudra cinta tak berdasar. Menyelam dalam palung-palung kenikmatan terdalam. Bersama-sama mereguk keindahan gairah asmara. Meneguk dengan tamak sajian madu kenikmatan cinta dari cawan indah ikatan yang sakral.


”Ah... Masumi-sama...” bibirnya mengalun desah penuh hasrat cinta. Merasai gempuran gelombang dahsyat gelora asmara.


”Iya... Sayangku....” seraya bibirnya berkelana, mengecap setiap jengkal kelembutan di kulit yang merona madu, meninggalkan jejak-jejak panas membara, laksana tanda-tanda alam yang tak terbantahkan.


”Bisakah kau katakan padaku, Danna-sama, apakah ini namanya? Inikah kenikmatan cinta itu....? Cintaku.... Seluruh tubuhku meleleh oleh panas gairahmu... Aku... Aku... tak mampu lagi memikirkan apapun.... Hanya kau Danna-sama.... Hanya kau yang ada, Masumi-sama.... Hanya kau.... Ah....” desahnya melirih, hilang terbuai dalam gemuruhnya perayaan cinta.


”Ssshh.... Sayangku.... Aku pun tak tahu apakah gerangan ini... Pastinya, saat ini aku tengah mabuk.... Benar-benar mabuk.... Mabuk terlena akan harum aroma tubuhmu.... Terjebak dalam pusaran pesonamu.... Melayang tinggi bersama gairahmu.... Kekasihku....” dirinya kian tenggelam dalam, dalam dan semakin dalam. Menyesap nikmat cinta tiada akhir.


Rona rembulan memudar, bersembunyi di balik selendang tipis awan malam, seakan malu dengan romansa yang ada. Angin mendesau semakin lembut, mengiringi ayunan gemulai dedaunan. Melantunkan untaian mantra terindah. Menghembuskan pesan-pesan rahasia dari sang kekasih malam.


Berdua saling membisikkan kalimat cinta, serupa kalimat pemujaan dewa-dewi surgawi. Begitu saling tercandu. Mendesah dalam kenikmatan tak tertandingi. Melupakan segalanya. Melupakan keberadaan diri sendiri, hanya mengingat padanya seorang. Mengingat kekasih hatinya. Belahan jiwanya.


Bersama, berdua, mengayuh dayung kenikmatan di tengah badai samudra gelora. Berlari bersama mengarungi indahnya keajaiban lembah cinta.


“Ah... Masumi-sama... Danna-sama.... Kekasihku... Ah...!”


“Ya, Sayangku...! Permaisuriku... Permata jiwaku.... Duniaku... Surgaku.... Oh....”


Semakin cepat.... Berdua bersama.... Merengkuh.... Meraih.... Menggapai.... Satu....


Dan lepaslah sudah semua.... Benang-benang gairah yang terentang menegang jiwa terlepas sudah. Terurai dengan indahnya, mewujud tirai kenikmatan tiada tara. Seiring tarian jiwa berputar cepat, membawa ke batas kenikmatan asmara tertinggi. Membumbungkan rasa bahagia tak terhingga. Serupa kepakan sayap burung-burung menyongsong kemegahan angkasa pagi hari. Selaksa siraman hujan di tengah kemarau yang panjang. Menangkup berjuta rasa kenikmatan tak terperi. Pengejewantahan akan apresiasi cinta tertinggi. Mengecap sejuta keindahan symphoni harmoni alam terindah. Satu....


Berpeluh dalam diam, melenakan diri dalam lelehan madu cinta. Saling mendekap, membelai dan merasai indahnya penyatuan dua belahan jiwa. Kepingan teka teki yang mendapatkan jawaban.
Dua yang satu.
Di sinilah kini berdua bermuara, berkubang dalam lembah cinta, menikmati surga duniawi yang hakiki.


”Bahagiakah engkau, Dewiku?”


”Masih perlukah kau pertanyakan lagi, Danna-sama?”


Bibirnya tersungging mahfum pada makhluk indah dalam dekapannya. Pandangannya merangkum segala keindahan yang tersaji di hadapannya. Mengukirnya dalam ingatan yang terdalam. Mematrinya dalam benak kenangan berbingkai kebahagiaan. Kulit yang bersinar memancarkan kehangatan asmara. Rambutnya yang terurai lembab membingkai wajah jantung hati. Pipinya yang merona dadu, meranum mendamba belainya. Matanya yang bergemintang cinta. Bibirnya, yang merekah merona, bukti pernyataan cinta tiada tara.


”Masumi-sama....”


”Hmmm....?”


”Aku mencintaimu.... Belahan jiwaku.... Danna-sama ku....”


”Ah.... Permaisuriku....”
Kembali berdua terlarut dalam ciuman yang panjang. Menandaskan dahaga jiwa menjemput temaram malam yang semakin larut.....


= # =


Matahari pagi bersinar cemerlang, membagi kegairahan hari baru, menelusupkan cahaya lembutnya di birai-birai jendela. Mewujudkan bayangan indah di balik tirai yang mengayun lembut tertiup angin.
Jiwa dahaganya terjaga serta merta, demi merasakan kehangatan yang bersandar lembut dalam rengkuh lengan kokohnya. Kehangatan yang begitu memabukkan. Aroma wangi khas seorang wanita yang berlimpah kebahagiaan menyapanya. Merebak memenuhi atmosfer di sekitarnya. Memenuhi rongga dadanya dengan perasaan serupa.
Bahagia dan cinta...
Membuatnya tergetar lembut merasakan gairah menyelimutinya. Setengah terjaga antara impian dan kenyataan, memandang lembut ke arah sumber kehangatan berasal.


’Betapa cantiknya duhai engkau, Pujaan hatiku....’


Mata beningnya, yang selalu malu-malu memancarkan cinta, kini terpejam damai. Menampilkan bulu mata lembut yang bergerak perlahan seiring gerakan bola mata di balik kelopaknya yang terpejam.


’Apakah gerangan mimpimu, Sayangku? Adakah aku yang kau impikan saat ini?’


Hidung mungil itu. Yang tak jemu dikecup dan dijentiknya dengan jemari panjangnya, memberikan semburat merah jambu di kedua belah pipi yang mengapitnya, setiap ia melakukannya.
Pipi itu. Rasanya tak pernah lekang untuk dibelainya. Merasakan kelembutan rambut-rambut halus yang bergetar setiap ia membelainya.
Dan, bibir itu.... Ah, kenangan akan manis legitnya bibir itu, selalu mampu mengguncangkan dunianya. Membuatnya kehilangan kendali. Membuatnya tenggelam dalam pusaran kenikmatan gairah yang entah dimana ujungnya.
Kembali, jiwanya tergetar oleh gairah terliar.


Ia tahu, pagi ini begitu cerah, secerah hatinya yang beruntai bunga kebahagiaan. Perlahan dibelainya pundak lembut di pelukannya. Merasai lembutnya kulit feminin di bawah sentuhan jemarinya. Membangkitkan kenangan indahnya bersatunya dua jiwa.


Dan dia mendapatkannya. Mendapatkan hukuman yang setimpal atas gerak laku jemarinya. Jiwanya kembali bergolak penuh hasrat asmara. Selaksa luapan sungai yang mencari muaranya. Nyaris tak terbendung. Mengayunkan dirinya dalam badai gelora hasrat yang dahsyat. Bahkan lebih dahsyat dari sebelum-sebelumnya.


Kembali jemarinya melandai, membelai lembut kulit merona yang tampak sepanjang pandangan matanya. Menggelitik jiwanya yang lapar.
Dan, senyum itu pun merekah indah.


”Selamat pagi Danna-sama.... Tidakkah kau memberikan ciuman selamat pagi untukku?”


’Ah!’


Berdua, berpagut janji, menciptakan dahsyatnya gelora asmara.


Pagi semakin tinggi, melagukan harapan-harapan baru akan cinta yang terpadu.

Satu.... Hanya satu...


= end =

19 comments:

orchid on 20 May 2011 at 22:48 said...

pingsan

the lady vintage on 20 May 2011 at 23:07 said...

@Hariany "riri"

klo pingsan, ga jadi baca donk?

Thank you for the compliment ^^

fad said...

hadoohhh..bisa gak bangun2 dari ranjang tuh si MM...bagus banget penyampaiannya mbak nur..indah..

the lady vintage on 21 May 2011 at 11:48 said...

@fad

lha ga bangun-bangun...
berarti sama ama yang di bilang Hariany "riri dunk...
p i n g s a n

btw, thanks for the compliment ^^

Anonymous said...

terdiam!!!!!!!

ga tau harus bilang apa.......

Nur Farida, thanks dan bagus banget banget banget.

-wiwik-

Anonymous said...

baguuuuuss sekaliiiiiii bahasa yang dipakai....jadi kembali cinta bahasa indonesia ^__^ jadi penulis ajaaaa... -reita

vivi said...

Entah kenapa gue bacanya merinding :p

the lady vintage on 21 May 2011 at 18:55 said...

@Wiwik
*blushing* beneran nih sampe speechless?
waaaaa.... thank you so much for the compliment ^^

the lady vintage on 21 May 2011 at 18:56 said...

@Reita
Thank you so much ^^
Semoga memang bisa membuat yang membaca menjadi kembali cinta pada indahnya bahasa Indonesia ^^

the lady vintage on 21 May 2011 at 18:57 said...

@Vivi
Is that so? I'm sorry for the side effect of my story ^^

Thank you ^^

Anonymous said...

bagus banget, terasa indahnya tapi gak vulgar...
saia jg jd ikutan melayang...
(nadine)

Miarosa on 21 May 2011 at 21:41 said...

mau coba komen disini....bagusssss...aq bacanya sampe blushing

the lady vintage on 22 May 2011 at 12:33 said...

@Mia

blushing kenapa Mia?
let your imaginations go wild and wilder ^^

Anonymous said...

Gosh..
speechless..!!

Anonymous said...

ya itu isi ceritanya...hehehe..

-Mia-

Anonymous said...

HADOH...HADOH...HADOH... mumet bacanya...jadi gak konsen kerja.... pengen cepet pulang...inget sama yg di rumah..... he..he.. :P

keren.......

@WANTED@

Bree said...

Waduh, kok jadi ingat Kidung Agung.. Wkwkwk..

Malam-malam, eh dini hari gini, baca beginian. Brrrr... Teman gue sudah tidur.. *Gak nyambung*

aan on 29 November 2011 at 10:07 said...

uwaaa,,

semaput,,
bahasanya kereeeennnn!!!
2 thumbs up deh,

Anonymous said...

Bahasa yang bgs bgt...jarang2 ada penulis nulis bhs eyd dan ekspresif. ..lanjutkan..... Love it

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting