Thursday 26 May 2011

Fanfic TK : Surat Shiori

Posted by Ty SakuMoto at 13:42
Cerita ini bersetting Topeng Kaca sampai Betsuhana 22 (Shiori bunuh diri)
Rating: 18+ (kissu kissu, mature relationship)

Surat Shiori

“Sekarang kuresmikan kalian sebagai Suami-Istri…” ucap Pendeta yang memimpin upacara pernikahan hari itu.
Semua hadirin tersenyum bahagia dan bernafas lega melihat kedua insan yang kini sudah berada dalam satu ikatan sebagai suami istri. Setelah istrinya melemparkan karangan bunga di hadapan para gadis yang menunggu giliran untuk menemukan belahan jiwanya, Masumi lantas memboyong pengantinnya ke dalam sebuah mobil dan meluncur pergi ke tempat akan diadakannya pesta perayaan pernikahan  mereka.
“Kau lelah?” tanya Masumi pada istrinya setelah berjam-jam keduanya menerima ucapan selamat dan berbicang dengan para tamu.
Gadis itu memandang Masumi, wajahnya terlihat sangat lelah dan dia tidak dapat menyembunyikannya.  Namun dia tetap tersenyum dan menggeleng lemah.
=//=
Maya memeriksa kotak posnya, ada beberapa tagihan dan iklan yang dilayangkan melalui surat padanya. Diantara tumpukan surat tersebut, ada sebuah surat yang membuatnya terkejut. Gadis itu mengerutkan dahinya dan terlihat ragu. Maya masuk ke dalam rumah, meletakkan setumpuk surat lainnya di atas meja dan mulai membuka surat yang terakhir, setelah Ia membuat dirinya nyaman di atas sebuah sofa.

[Kepada Nona Maya Kitajima

Halo Maya, apa kabarmu? Kuharap kau sehat-sehat saja dan semuanya berjalan baik untukmu.
Kau pasti sangat terkejut menerima surat ini bukan? Banyak hal yang kupikirkan dan kupertimbangkan sebelum aku menulis surat ini, namun pada akhirnya aku tetap  memutuskan untuk menuliskannya kepadamu.
Maya, kita adalah dua orang wanita yang sangat berbeda, namun ada satu kesamaan yang kita miliki. Kita berdua sama-sama mencintai Masumi Hayami.
Maya, aku adalah wanita yang terlahir dengan  aturan yang mengikatku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Semua yang kulakukan, adalah mengikuti nilai dan norma yang sudah melekat lama pada diriku, yang tumbuh dan dididik sebagai putri keluarga Takamiya. Aku, sebagai seorang manusia, ataupun seorang wanita, tidak pernah memiliki keinginanku sendiri. Apa yang kulakukan, semuanya berdasarkan petunjuk dari orang-orang yang ada di sekitarku.
Saat aku dan Masumi dipertemukan dalam perjodohan, laki-laki itu, dia sudah memikat hatiku bahkan sebelum kami bertemu. Ketika aku diminta untuk bertemu dengannya, hanya melihat potretnya saja, dia sudah merebut hatiku. Dia membuatku merasakan sesuatu yang tidak pernah kurasakan sebelumnya kepada siapapun.
Entah apa yang merasukiku, namun ketika aku bertemu dengannya, aku mulai tahu apa yang paling kuinginkan dalam hidupku. Aku ingin menjadi wanita yang dicintainya, ingin menjadi istrinya dan memilikinya apapun yang terjadi. Dan pada akhirnya, itu menjadi tujuan hidupku.
Saat itu, ketika Masumi  mengatakan bahwa dia ingin mengakhiri hubungan kami dan membatalkan pernikahan kami, aku sangat terpukul. Seketika aku tidak tahu lagi untuk apa aku hidup. Jika aku tidak menjadi istri Masumi, aku tidak tahu lagi kenapa aku harus hidup. Akhirnya aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku.
Bagiku, aku lebih baik mati daripada hidup tanpa Masumi…
Seperti yang kau tahu, kemudian Masumi menikahiku, walaupun karena kejadian itu, tubuhku menjadi lemah dan tidak dapat melayaninya sebagai seorang istri, dan juga tidak dapat memberinya keturunan. Dalam lubuk hatiku, aku tahu pasti Masumi hanya menikahiku karena kasihan dan merasa terjepit. Dalam lubuk hatiku, aku tahu, Maya… aku sudah gagal sebagai seorang wanita baik sebagai istri atau sebagai ibu.
Namun selama masa pernikahan kami, Masumi tidak pernah tidak lembut kepadaku. Dia berbicara dengan sangat halus, selalu membawakan karangan bunga setiap pulang ke rumah. Menggendongku ke atas tempat tidur, menemaniku berbincang-bincang di taman, dan mengecup keningku setiap kali aku akan tidur. Aku sungguh bahagia. Walaupun aku tahu, dia masih sering menemuimu.]
=//=
“Shiori… ada satu hal yang harus kau tahu…” ucap Masumi saat dia dan Shiori sedang menikmati hidangan teh sore hari di beranda rumah.
Shiori meletakkan tehnya dengan anggun, lantas menatap Masumi.
“Aku… belum berhenti menemui Maya,” Masumi terdengar resah.
Shiori tertegun. Dia bukannya tidak  tahu mengenai hal itu, dia tentu sangat tahu. Dia sangat mengerti bagaimana suaminya jatuh cinta dan mendambakan gadis itu, gadis yang 11 tahun lebih muda dari usianya. Namun mendengar Masumi mengatakannya secara terus terang, Shiori merasakan sentakan yang menyakitkan di hatinya.
Sudah satu tahun berlalu sejak pernikahan Masumi dan Shiori. Maya telah mendapatkan peran Bidadari Merah dan menjadi aktris kelas A di Jepang. Maya sudah menjadi seorang selebritis.
Shiori memutar kursi rodanya dan mengalihkan pandangannya pada sekumpulan bunga bougenville agak jauh di ujung taman.
“Shiori, aku dan Maya, kami sudah berusaha sekuat tenaga untuk tidak bertemu. Saat aku memutuskan menikahimu dan beberapa bulan setelahnya, kami tidak saling bertemu. Namun, saat akan mementaskan Bidadari Merah di bawah Daito, mau tidak mau, kami beberapa kali bertemu," Masumi menelan ludahnya, "dan aku… aku… kami… tidak bisa saling menolak kehadiran masing-masing,” tutur Masumi dengan berat. “Dia adalah nafasku, Shiori, tanpanya aku tidak akan bisa hidup… Maafkanlah aku, Shiori… aku sungguh tidak mampu berpaling darinya.”
Shiori menahan air matanya sekuat mungkin, namun percuma. Lambang kesedihan itu sudah memenuhi pelupuk matanya dan mulai berderaian menyusuri wajahnya.
“Saat bersamanya, apa kau… memeluknya, Masumi?” Tanya Shiori.
“Ya…”
“Menciumnya?”
“Ya…”
“Apa kau juga…” Shiori meremas sapu tangannya gelisah, “melakukan hal itu dengannya…?” tanya Nyonya Hayami dengan gemetar.
“Tidak…” Masumi mengamati wajah istrinya, “tidak… akan pernah,” lanjutnya.
Shiori menolehkan wajahnya kepada Masumi. Sebuah senyum tidak biasa menghias wajahnya, “kalau begitu, aku lega, Masumi…” ucapnya, lantas kembali mengalihkan pandangannya, kali ini pada air mancur di kolam ikan.
Tidak ada yang bicara lagi diantara kedunya.
=//=
Maya memasuki villa dimana dia dan Masumi biasa bertemu pada akhir pekan, sebulan sekali. Gadis itu mencari-cari, namun Masumi tidak tampak di manapun. Dia kemudian mendengar suara shower dari arah kamar mandi. Maya tahu, Masumi sedang membersihkan dirinya.
Maya lantas meletakkan barang bawaannya di kamar. Sejak Masumi menikah, kamar di villa itu menggunakan tempat tidur berukuran double. Namun, bukan Shiori yang pernah menggunakannya. Tapi gadis itu, kekasih Masumi.
Maya berjalan ke arah meja yang sudah diatur sedemikian rupa oleh kekasihnya tersebut dan tersenyum lembut. Tiba-tiba sebuah tangan yang kokoh dan lembab melingkar pada tubuh Maya. Maya terpekik kecil, lalu tertawa riang saat melihat Masumi.
Laki-laki itu lantas mencium pipinya. Saat kedua tangan kokoh tersebut melepaskannya, Maya akan memutar badannya dan mereka mulai berciuman. Ciuman keduanya selalu sangat membara, seakan-akan itu adalah ciuman terakhir mereka.
“Apa yang kita rayakan?” Tanya Maya saat Masumi menuangkan sampanye ke dalam gelasnya.
“Untuk iklan barumu Sayang, Kanebo,” ucap Masumi sambil tersenyum.
Maya terlihat berbinar-binar.
“Kau selalu saja tahu, padahal aku belum mengumumkan pada siapapun kalau iklan itu yang kuterima,” kata Maya, tanpa keheranan sedikitpun.
Keduanya lantas akan menghabiskan makan malam sambil berbincang-bincang, berdansa beberapa lagu. Menghabiskan malam memandangi bintang ataupun Maya hanya akan menyandarkan dirinya pada Masumi sambil menceritakan latihannya dan tawaran yang datang kepadanya.
Mereka tidak akan membicarakan masa lalu, tidak juga masa depan. Keduanya hanya menikmati setiap waktu sesaat yang mereka habiskan bersama. Karena hanya itu yang mereka miliki.
Lantas saat malam semakin larut, Masumi akan mengantar Maya ke tempat tidurnya, menyelimutinya. Seperti juga malam ini. Pria itu duduk di samping tempat tidur sambil membelai kepala Maya yang menatapnya penuh cinta. Masumi melandaikan badannya, mencium kening gadis itu, lalu bibirnya. Beberapa kecupan lembut yang tidak akan memerlukan waktu lama sebelum berubah menjadi ciuman-ciuman yang penuh kebutuhan. Nafas keduanya memburu. Selimut yang tadi menutupi tubuh Maya, segera tersingkap dan Masumi tanpa sadar sudah menempatkan dirinya di atas tempat tidur yang sama dengan Maya.
Tangannya mencari, meraba kulit Maya, menyentuh kekasihnya. Mereka bisa merasakan suhu tubuh yang meningkat. Keduanya tidak repot mencari tahu apakah hawa dari dalam atau luar tubuh mereka yang membuat masing-masing dari diri mereka merasa semakin panas. Masumi menciumi leher gadis itu sebelum bibirnya sedikit demi sedikit meluncur turun. Dada gadis itu bergerak naik turun tidak menentu. Masumi bisa mendengar desahan kecil yang terlepas dari bibir ranumnya.
Sampai pada satu titik, kesadaran mengusik mereka. Masumi mengangkat wajahnya, dan Maya membuka matanya. Keduanya bertatapan. Masih dengan nafas yang tidak teratur. Maya menggigit bibir bawahnya, memberikan tatapan memelas dan bulir air mata terlihat jelas berkumpul di matanya yang penuh cinta.
“Maya…” lirih Masumi, kembali membelai kepala gadis itu.
Ia lantas menggulingkan dirinya ke sisi tempat Maya berada. Menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Maya lantas menangis tanpa bisa ditahannya.
“Maafkan aku…” bisik Masumi.
Gadis itu menggelengkan kepalanya kuat dan menyurukkan wajahnya lebih dalam pada dada Masumi yang bidang.
Mereka tidak pernah membicarakan wanita itu, istri Masumi, tapi mereka saling mengetahui bahwa perempuan itu selalu ada di benak keduanya.

[Aku selalu tahu Maya, bahwa seluruh cintanya adalah untukmu, tidak ada sedikitpun tersisa untukku. Dan aku pun semakin menyadari, bukanlah kau yang menjadi penghalang kebersamaanku dengan Masumi. Tapi aku, yang telah menjadi penghalang kebersamaanmu dan suamiku.
Maya, hanya dengan melihat wajahnya saat masuk ke dalam rumah, aku akan tahu apakah dia sudah bertemu denganmu atau tidak. Saat dia akan bertemu denganmu, atau telah menemuimu, ada binar-binar kebahagiaan yang berbeda, yang tidak pernah bisa kuberikan apapun yang kulakukan. Setiap hari, dalam pernikahan kami, aku hanya semakin memahami betapa besar rasa cintanya kepadamu Maya… 
Kau… kekasih hati suamiku.
Saat melihat kabar yang menjelek-jelekkanmu, wajahnya akan berubah suram dan menyeramkan. Aku bahkan tidak akan mampu berucap apa-apa saat berhadapan dengannya yang seperti itu. Namun, saat dia melihatmu bahagia, kau seakan memberi cahaya pada wajahnya, menerangi dunianya yang gelap.
Aku kalah, Maya… sejak dari awal aku kalah olehmu.    
Bahkan saat dia akhirnya meninggalkanmu, itu bukanlah untukku, Maya, tapi untukmu. Dia ingin kau bahagia. Aku semakin mengerti betapa berartinya kau baginya, seperti dirinya bagiku. Dan aku… aku sudah berusaha… sangat berusaha… untuk bisa melepaskannya, agar kalian bisa bersama. Aku tahu aku harus membebaskan Masumi. Namun aku, tidak sanggup…]

“Pasirnya terasa hangat…” ujar Maya sambil menendang-nendang pasir yang menenggelamkan telapak kakinya.
Keduanya sedang berjalan menyusuri sisi pantai, menikmati hangatnya matahari sore hari. Maya dan Masumi saling bergandengan tangan. Tidak banyak bicara. Keduanya sudah tahu, mereka sedang berjalan menuju garis akhir. Perbatasan.
“Maya…” panggil Masumi lembut.
Spontan Maya mengeratkan pegangannya pada genggaman Masumi.
Pria itu melangkah ke hadapan Maya, mengangkat dagu gadis itu dan menatapnya sendu.
“Kau cantik sekali Sayang…” puji Masumi di tengah pantulan sinar matahari senja yang menjadi lampu panggung perpisahan mereka hari itu.
Maya tersenyum simpul mendengar pujian kekasihnya.
“Kau sangat cantik, sungguh tidak layak aku memperlakukanmu seperti ini, Maya. Maafkanlah segala keegoisanku selama ini. Telah menyeretmu ke dalam hasratku yang tidak seharusnya untuk memilikimu,”
Bruk!!!
Gadis mungil itu melingkarkan tangannya ke pinggang Masumi dan menumbukkan wajahnya pada pria itu.
“Tidak, Masumi… bukan…  ini bukan salahmu…” air mata kembali membasahi wajah gadis itu.
“Maya... kau dan aku sudah tahu, hubungan ini tidak punya masa depan. Tidak, aku tidak ingin mengekangmu seperti ini. Bukan ini yang kuinginkan untukmu Maya. Aku ingin kau bahagia. Namun apa yang kulakukan malah membuatmu menderita. Membuatnya menderita…” ucap Masumi pahit.
Maya terisak, “aku sangat bahagia saat bersamamu. Kau harus tahu itu, Masumi Hayami.” Tapi gadis itu tidak membantah atau menolak perpisahan yang diajukan kekasihnya tersebut.
“Dengan keadaanmu sekarang, kau sudah bisa mandiri. Aku sungguh lega. Terbanglah yang tinggi, Kekasihku. Tempatmu bukan bersamaku. Temukanlah kebahagiaanmu Maya.” Masumi balas memeluk erat gadis Mungil tersebut, gemetar.
“Aku tidak akan menemuimu lagi Masumi…” gumam Maya, mengancam lemah.
“Sebaiknya jangan…” Masumi menyetujui lembut, “sebaiknya jangan, Sayang…” ulangnya, getir.

[Setiap memandang wajahnya di malam hari saat dia tertidur, aku takut, Maya… Aku takut jika suatu hari aku terbangun tengah malam dan tidak melihat wajahnya di sampingku. Aku takut jika tidak ada tangan itu yang selalu melindungiku saat aku membutuhkannya. Aku bahkan tidak sanggup mengucapkan kata cerai dengan bibirku.
Bukan aku tidak mau, Maya. Aku sungguh tidak mampu…]

 “Kau sudah pulang?” tanya Shiori pada suaminya sambil meletakkan rajutan yang sedang coba  diselesaikannya.
Shiori tahu, Masumi baru saja kembali dari Izu. Shiori juga tahu, di sana suaminya tidak sendiri.
Namun kenapa dia terlihat gundah? Kenapa wajahnya suram? Apakah mereka bertengkar?
=//=
“Shiori, aku… dan Maya… kami sudah berpisah.”
Trang!
Shiori menjatuhkan garpu yang sedang dipegangnya ke atas piring.
“Kami sudah memutuskan untuk tidak saling bertemu lagi,” terang Masumi datar, tanpa menghentikan makannya ataupun memandang istrinya. “Gadis itu akan pergi ke Inggris sampai waktu yang tidak ditentukan.”
“Kau tidak mencegahnya?!” seru Shiori, terkejut. Kedua matanya membelalak dan bibirnya terbuka tidak percaya.
“Aku yang memintanya. Aku menitipkannya kepada salah seorang kenalanku di sana agar membantunya. Hanya beberapa bulan. Setelah itu, aku akan memutuskan segala hubunganku dengannya.” Setiap kata-kata diucapkan dengan sangat tenang oleh Masumi. Ia lantas mengambil segelas air putih dan meminumnya. Berharap air itu dapat membantu untuk mendorong masuk potongan steak yang sebenarnya sudah dimasak sangat lembut. Tapi percuma, tenggorokan pria itu masih saja tercekik.
Masumi mengurung diri beberapa lama di dalam ruangan pribadinya. Entah untuk berapa jam. Sampai tengah malam terlewati.
“Kau belum tidur?” Tanya Masumi saat masuk ke kamar dan melihat Shiori masih di atas kursi rodanya. Wanita itu menggeleng.
Masumi menghampirinya dan menggendong wanita itu ke tempat tidur. Shiori melingkarkan tangannya pada leher Masumi. Dari dekat dia bisa melihatnya, pria itu habis menangis. Matanya merah dan sedikit sembab. Tidak pernah sekalipun Masumi terlihat tidak tenang di hadapannya, apalagi menangis. Shiori merasakan perih pada hatinya.

[Aku lebih memilih dia berada di sampingku tanpa cinta daripada mata ini tidak dapat memandangnya lagi.
Walaupun saat dia tertidur, namamu… hanya namamu, Maya, yang selalu dipanggilnya setiap malam. Aku tahu keberadaanku telah membuat lelaki yang paling kucintai menderita, namun aku tidak sanggup hidup tanpanya. Bahkan hanya membayangkannya, aku sudah merasakan suatu kengerian yang sangat.”]

Shiori belum bisa tidur, dipandanginya suaminya dengan pandangan berkaca-kaca.
“Maya…” gumam Masumi dalam tidurnya. Wajahnya terlihat gelisah dan tidak tenang. Tidak sekali dua kali Shiori melihatnya. Shiori menyandarkan dirinya pada Masumi, memeluknya dengan erat. Maafkan aku, Masumi… maafkanlah aku…

[Maka yang bisa kulakukan untuk kebahagiaannya, hanyalah berdoa kepada Tuhan, setiap hari, agar Tuhan mencabut nyawaku. Hanya itu yang kuucapkan dalam setiap doa-doaku. Karena aku tahu, hanya dengan ketidakberadaanku, maka Masumi baru bisa mendapatkan kebahagiaan.]

Masumi memandangi lautan biru di hadapannya. Sejak Maya pergi, dia jarang sekali mengunjungi villa tersebut. Sudah bertahun lamanya sejak terakhir kebersamaannya dan gadis itu di villa ini. Maya sudah pergi ke Inggris, memulai karirnya di sana dan sukses. Masumi tidak pernah tahu dan tidak pernah mau mencari tahu lagi mengenai Maya. Sudah cukup baginya mendengar Maya sukses dengan karirnya. Kesuksesan yang gaungnya terdengar sampai ke Jepang.
Jika ada surat kabar yang memberitakan mengenai gadis itu, Masumi cukup membaca judulnya. Hanya ingin tahu, apakah gadis itu baik-baik saja. Dia tidak ingin membaca sisanya, terutama mengenai masalah percintaan gadis itu. Hatinya tidak akan rela, tidak akan pernah rela melihat Maya bersanding dengan pria lain. Walaupun dia tahu, sebenarnya dia sudah kehilangan haknya atas diri Maya sejak dia menikah dengan Shiori di gereja pada hari itu.
Sekarang di sinilah dia, sendiri. Dulu dia sendiri, sekarang dia sendiri dan sampai kapanpun, dia memang ditakdirkan sendiri. Hanya berteman rasa sepi dan digayuti rasa nyeri di hati yang tak kunjung henti.
Villa ini, sempat menjadi sarang cintanya dengan Maya. Tempat keduanya melupakan dunia dan hanya ada diri mereka bagi satu sama lain. Namun sekarang villa ini kembali menjadi tempat Masumi mengasihani diri, jika bukan sedang menerima laporan rahasia dari Hijiri mengenai para pesaingnya.
Ting… tong…
Bel terdengar berbunyi.
Masumi memandang jam. Hijiri datang lebih cepat dari yang dijanjikannya. Dia tidak beranjak, dan membiarkan penjaga villanya membukakan pintu.
“Tuan, ada tamu…” terang si penjaga villa di balik punggung Masumi yang masih mengamati hamparan laut tenang di hadapannya.
“Iya, suruh masuk saja. Kau boleh pergi dulu Pak Masaya.” Tidak lama Masumi mematikan rokoknya dan berbalik dari beranda.

[Maya, saat kau terima surat ini, maka kau harus tahu, bahwa Tuhan, dengan cara-Nya, telah mengabulkan doaku. Saat kau membaca surat ini, maka aku sudah membebaskan Masumi.]

Pria itu berjalan menuruni tangga, dahinya berkerut, memandang sosok yang sedang terduduk di atas sofa. Gadis itu membalikkan badannya saat mendengar langkah kaki mendekat dari arah belakangnya. Masumi membeku di tempatnya saat memandang wajah gadis itu.
Maya… kekasihnya tercinta. Wanita yang dikasihinya dengan sepenuh jiwa, yang dirindukannya melebihi segala nostalgia.
“Maya…” desisnya tidak percaya.
“Masumi…” gadis itu, Maya, terlihat berkaca-kaca. Wanita dewasa itu sangat cantik melebihi yang diingat Masumi saat mereka terakhir bersama.
Gadis itupun tidak dapat berbuat banyak menanggapi debaran kuat yang sudah lama tidak dirasakannya.

[Aku sudah berhutang sangat banyak pada pria itu, yang sudah mengabdikan hidupnya sebaik mungkin untuk bisa menjalankan perannya sebagai seorang suami bagiku. Hanya ini yang bisa kulakukan untuknya. Maya, kumohon, temuilah Masumi dan berbahagialah dengannya.
Aku sangat mengenal Masumi. Walaupun aku sudah tidak ada, aku tahu, dia tidak akan datang kepadamu dan memintamu kembali. Dan maafkanlah segala kesalahanku serta ketidakmampuanku melepaskan Masumi hingga detik terakhir sehingga sudah membuat kalian berdua menderita.]

Seperti dua kutub magnet yang saling tarik-menarik, keduanya segera berlari ke arah belahan jiwanya. Memeluk satu sama lain dengan sangat erat sambil tidak henti saling memanggil nama pasangannya penuh ketakjuban. Menyerukan pada setiap sel-sel dalam tubuh keduanya bahwa mereka saling mencintai satu sama lain.

[Aku tahu dia mencintaimu Maya, selalu, selamanya. Kembalilah padanya dan berbahagialah, karena sejak lama, kaulah istri yang sesungguhnya bersemayam di dalam hati Masumi. Belahan jiwanya.

Dari Shiori Takamiya.]


<<< Surat Shiori ... END >>>

25 comments:

Anonymous said...

cerita yg luar biasa...nangis deh daku *~*
tp sygnya bag akhir mksdnya apa ya? ada kesalahan letak paragraf cerita apa gmn??

*theresia*

orchid on 26 May 2011 at 14:26 said...

tidak mengerti, kenapa diendingnya ada shiori belum bisa tidur padahal sudah mati????

Ratna on 26 May 2011 at 14:58 said...

Oalah Ty....aku jadi terharu, dadaku ikut terasa sesak, tenggorokanku ikut terasa tercekat....Akhirnya, butiran bening mengalir dari kedua bola mataku, menetes perlahan...tanpa suara....mau menangis sesenggukan malu sama teman2 *sindrombacaTKdikantordiharisiangbolong* hihihihihihi....Sukses membolakbalikkan perasaanku bener nih Ty, :) Kesiannnnn……..Kesiannnnn…...Kesiannnnn Shiori

eva said...

sekian lama baru bisa bersama...berliku2...kalo aq sepertinya tidak akan sanggup.MM sabar deh kalo gitu.cinta emang perlu pengorbanan...

Anonymous said...

Iya maaf ya tadi error BS nya, ga tau kenapa jadi loncat2 sendiri paragrafnya... >.<"

Ty^^

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 26 May 2011 at 15:25 said...

tetap bisa bikin aku nangis ......

Anonymous said...

lov it

Anonymous said...

HUWEEEEEEE.................. Ty...... 10 thumbs up buatmu cintaaaahhh.... great story, perasaan Shiomay tergambar jelas banget.jadi bisa sedikit merasa kasihan sama dia. hhihihihihiih... maju terus Ty-meo.....
-Lina Maria-

fad said...

kasian tapi tetep sebel sama shiori..abisnya..ngotot banget cih..makasih Ty..pengisi waktu di sela2 penantian FFY..

yenni on 26 May 2011 at 16:46 said...

Sedih ty, ngebayang MM baru bisa bersatu setelah sekian lama. Itu berapa tahun yang ampe Shiori passed away? Duch, jgn ampe di real story macam gt. Gak kuat nangisnya ntii, hiks hiks

Anonymous said...

Speechless. If i were in shiory's position,would i do the same.? Or would i let him go? Kalo aq jd shiori pasti tiap hr nangis,knowing to have sum1 she loves but never loves her. -muri-

Anonymous said...

Aq sediiiiihhhhhhhhhhhh....tapi bagussss...tapi ga mau masumi kawin dulu ma shiori...ga mauuuu...tp ceritanya bagusssss ty...(-̩̩̩-͡ ̗--̩̩̩͡ ) FFY dibikin happy ending yaaa....Uϑªh ah, mo lanjut (⌣́_⌣̀) lagi...ihiks -reita

Anonymous said...

aku tetep engga kasian tuh sama shiori, egois! banyak orang yg senasib spt dia, tapi bisa merelakan, melanjutkan hidup dan bahagia, apalagi shiori kan punya segalanya, masa nggak mau ngalah sama maya yg cuma punya masumi sih.

tapi ini slh satu one shotmu yg plg bagus lho Ty, lebih berisi dr yg sebelum2nya, tks!

Nadine

Anonymous said...

satu kata...... kereeeeeeennnnn...

Anonymous said...

huwaaa biarpun menyedihkan awalnya akirnyaaa maya masumi bersatu juga hehehhe T___T
masumi gkpernah tidur ama shiori kan. dasar shiomay masa nunggu koit dulu baru mau lepasin masumi sotoooy!
anita

Anonymous said...

Ty.. sebenarnya aku agak kecewa sama MAsumi disini, Kenapa sih Masumi harus selingkuh... meskipun dengan Maya?? dia kan udah punya istri... hiks..hiks..huaaaa.... padahal dlm bayanganku Masumi itu lelaki yg setia dan bertanggungjawab. Walaupun akhirnya berpisah dr Maya tp tatap menyakitkan buat istrinya, siapapun dia... kl emang gak suka harusnya MAsumi gak menikahi Shiori apapun alasannya...kalu akhirnya justru menyakitkan hatinya... oh.. Masumi...T_T

Dwi Asih Aw

Anonymous said...

tumpah lagi air mataku...huuuaaaaaaaa....
kalo kyak gini shiori keliatan manis banget dech...!!!
di cerita ini semua karakter tampak sempurna memainkn peran kehidupan. walaupun ada bumbu perselingkuhan antara maya n masumi, tp keduanya tetep merasa gak nyaman dan memutuskn utk berpisah krn shiori adalah istri yg sah.

SEMPURNA...

*Ephie*

ladangdandelion said...

Woww... Di cerita ini aku ga bisa 'membenci' Shiori seperti biasanya...
Bukan Shiori yg jahat, hanya seorang perempuan yg sangat mencintai suaminya...

Odi kitajima on 2 November 2011 at 20:24 said...

Tyseeeeeeeeeeeeeeeeen,, Berkat dirimu kebencian aku ma shiori jdi menguap gitu ja stelah bca suratnya,, jadi kasihaaan,, walaupun dy egois di akhir hidupnya masih mekirin kebahagiaan MM,, agak telat si (npa gk dari dulu sbelum nikah :p)tp baguslah drpd gak sama sekali,,XD

Anonymous said...

cryiingggggg,,,,,huhuhu,,terharu ngeliat shiori ternyata punya sisi lain yg bkin daku kasihan,,,_a2n_

Anonymous said...

Baru sempat mampir Ty
Semoga bakat menulismu akan terus membawa langkah kesuksesan ya Ty
Pray the best 4 U and Ur career my sweet sista
Bulat :)

Anonymous said...

My fave story dari smw crt MM.. keren aku ska bgt.. ^^

Erlina S

Unknown on 22 January 2016 at 00:10 said...

sistaaaa ini benar2 one shoot MM paling bagus yg pernah kubaca.. kau sudah membuatku sukses nangis bombay..benar2 seperti cerita MM yg sebenarnya. sumpah bagus bangeeettt... ditunggu updatenya lagi ya sist..

Unknown on 22 January 2016 at 00:10 said...

sistaaaa ini benar2 one shoot MM paling bagus yg pernah kubaca.. kau sudah membuatku sukses nangis bombay..benar2 seperti cerita MM yg sebenarnya. sumpah bagus bangeeettt... ditunggu updatenya lagi ya sist..

Anonymous said...

Baca ini yg kesekian kali
Teteup aja nangis bombay T.T

Mommia

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting