Saturday 7 May 2011

Fanfic TK : Melayang 4

Posted by orchid at 01:36
MELAYANG 4
----- RIRI -----

“hmmm, apa kau tahu, ulang tahunku sebentar lagi?” kata masumi memandang lurus ke depan.
Maya berpikir sebentar
“hmmmm, iyaya, dan… aku bingung mau memberi apa pada masumi hayami, menurutmu apa yang dia inginkan?” tanya maya meliriknya.
Masumi melirik maya sebentar lalu kembali menyetir
“hak pementasan bidadari merah” katanya serius.
Maya menoleh
“jadi, hingga saat ini kau masih menginginkannya?” tanyanya dengan nada sedikit kesal.
Masumi menghela nafas dan menepikan mobilnya. Maya menatapnya heran.
Masumi melepas sabuk pengamannya, memutar badannya ke arah maya, dan menatapnya dingin
“tentu saja” katanya.
“kalau aku tidak bersedia?” tantang maya.
Masumi mendekati maya
“kau akan menyesal!” ucapnya lalu menarik dirinya kembali.
“kau akan menyesal” lanjutnya tersenyum dingin menatap maya.
“benarkah?” tantang maya sekali lagi.
Masumi mendekati wajah maya.
Maya terlihat mengerjapkan mata, kikuk.
“hmmm” gumamnya sambil menatap matanya.
Dengan cepat maya menahan kedua bahu masumi
“masumi…. ini jalan raya” bisiknya pelan.
“tapi cukup sepi” balas masumi lebih berbisik yang dibalas dengan pelototan maya.
Tiba-tiba maya menutup kedua telinganya dengan mengaduh lirih, mendengar suara yang memekikkan telinga.
“maya?” tanya masumi mengguncang tubuh maya.
Tidak lama, maya membuka mata dan menatap masumi
“tadi aku mendengar suara yang sangat keras, kau dengar?” tanyanya.
Masumi menggeleng
“tidak, sekarang bagaimana?”
Maya menggeleng
“sudah hilang” lanjutnya.
“kau yakin?” tanya masumi meraba dahi maya.
Maya mengangguk.
Masumi menghela nafas, mundur untuk kembali memasang sabuk pengamannya dan membawa mobil itu melaju.
**********
Maya keluar dari pintu mobil yang dibukakan pelayannya. Maya menunggu masumi menghampirinya lalu merangkul lengannya, menyandarkan kepalanya disana dan mereka berjalan memasuki rumah.
“masumi” panggil maya lirih.
Masumi menoleh, merasakan pegangan maya melorot, tapi dengan sigap ia meraih tubuhnya.
“MAYA” pekik masumi melihat maya terkulai di pelukannya.
******
Masumi merebahkan maya ditempat tidur, meraba dahinya, lalu lehernya dan jemarinya
“tidak panas, tidak dingin” katanya dalam hati.
Masumi mulai melonggarkan yang dipakai maya yang dipikirnya membalut ketat.
“maya” panggilnya sambil mengguncangnya pelan beberapa kali hingga akhirnya maya membuka matanya pelan.
Masumi menghela nafas lega.
“aku kenapa?” tanya maya lemah.
“sepertinya kau pingsan sayang” jawabnya.
“kau baik-baik saja?” tanya masumi lembut.
Maya mengangguk pelan
“rasanya sedikit haus” jawabnya lemah.
“sebentar tuan” kata pelayan disampingnya berbalik keluar kamar kemudian kembali membawa segelas air.
Masumi mengangkat kepala maya dan membantunya meneguknya lalu merebahkannya kembali.
“rasanya berat” kata maya mengerjapkan mata.
“maya” panggil masumi.
Maya membuka mata dengan berat
“hmmm” gumamnya.
“tidak” kata masumi tersenyum tapi raut khawatir diwajahnya belum hilang.
“maya” panggilnya lagi.
“hmmm” gumamnya dengan mata tertutup.
Masumi tersenyum lalu berdiri tapi tak lama dia duduk lagi
“maya” panggilnya didepan wajah maya.
“masumiiiii” ucap maya lemah dengan mata tertutup namun ada nada jengkel disana.
Masumi menatapnya dengan senyuman, menghela nafas lega lalu beranjak menjauh dari tempat tidur.
******
Masumi baru akan membuka dokumen yang tadi dibawa mizuki ketika ponselnya berdering.
“iya, rei” katanya.
Wajah masumi berubah pucat.
“apa maksudmu?” tanyanya dingin.
*****
Masumi menghirup dan menghembuskan nafasnya berulang kali berusaha mengisi paru-parunya yang terasa kekurangan oksigen tapi tetap saja masih terasa sesak ketika mengingat pembicaraannya dengan rei sahabat maya beberapa saat yang lalu.
Rei mengatakan kalau maya melarikan diri dari rumah masumi dan mendatangi apartemennya. Ketika mereka bertemu, maya bercerita kalau ia kebingungan dan ketakutan karena tiba-tiba tidak bisa mengingat apa-apa.
Yang ia ingat hanyalah saat masumi membawanya ke rumah besar itu setelah kehujanan sekian lama akibat kesedihannya kehilangan kemampuan akting dan kematian ibunya.
Lalu saat ia terbangun, ia berada dikamar dengan foto dirinya dan masumi dengan pakaian pengantin dan pelayan yang menghampirinya dengan panggilan nyonya.
Rei lalu bertanya apalagi yang harus dilakukannya dan masumi terdiam sebentar lalu meminta rei tidak membantah apapun yang nanti bakal disampaikan lagi oleh maya dan tetap mendukung apa yang maya sampaikan meskipun itu adalah kebencian maya pada masumi hayami.
Setelah berbicara dengan rei, masumi meletakkan ponselnya di atas meja dan membalikkan badannya ke arah jendela, memandang keluar dengan tatapan kosong.
“bagaimana ini bisa terjadi? Mawar ungu” masumi memutar dirinya mencari ponselnya dan mencari nomor lalu menekan tombol panggil pada nomor tersebut.
“hijiri, aku ingin kau pergi menemui maya, dia ada di apartemen rei” kata masumi dengan melanjutkan memberikan penjelasan tentang kondisi maya yang membuatnya kebingungan dan Ia ingin hijiri memastikan apakah maya mengingat identitas mawar ungu.
*****
Masumi melihat jam mejanya yang menunjukkan jam 9 pm.
Saat ia disibukkan dengan pikirannya tentang tugas yang diberikannya pada hijiri, ponselnya berdering.
“iya hijiri” sapanya sedikit berat.
Hijiri menceritakan kalau maya tidak mengingat dirinya dan dengan hati-hati mengorek informasi tentang apakah maya mengingat identitas mawar ungu.
Setelah memastikan maya tidak mengetahui identitas mawar ungu maka hijiri pun memperkenalkan dirinya sebagai penghubungnya dengan mawar ungu.
Maya juga mengatakan padanya agar menyampaikan pesannya pada mawar ungu yang ia rekam dalam pesan yang hijiri kemudian kirimkan melalui ponselnya.
Setelah mengakhiri pembicaraannya dengan hijiri, masumi lalu membuka pesan yang tadi hijiri kirim yang berisi pesan maya.
Disana terlihat maya mengucapkan terima kasih karena telah membantunya mencapai impiannya yakni bidadari merah dan akan memberikan tiket khusus untuk menonton pementasan perdananya sebagai ungkapan terima kasihnya sesuai janjinya dan berharap mawar ungu bersedia datang.
Melihat hal ini Masumi tidak tahu apakah harus senang atau sedih, tapi saat ini melihat wajah istrinya itu, sedikit menghiburnya seolah tidak terjadi apa-apa, masumi mengklik ikon pause yang membuat gambar maya tertahan.
Masumi lalu memandanginya
“apa yang kau ingin aku lakukan selanjutnya sayang?” tanyanya sambil berusaha menghirup nafas lebih dalam karena tiba-tiba dadanya terasa sesak lagi.
*****
Masumi memasuki ruangan tempat maya berlatih untuk pementasan bidadari merah.
Ia melihat maya sedang berlatih.
Sehari sebelumnya ia didatangi pak kuronuma untuk menyampaikan keheranannya mengenai dialog bidadari merah yang tetap diingat maya.
Dan ucapan rei tentang perasaan suka maya pada koji membuat masumi tidak tahan untuk segera menemui maya.
Namun, sesampainya di gedung tempat latihan maya, langkahnya terhenti di pintu menatap maya dari kejauhan.
“maya” ucap masumi dalam hatinya dengan mengeratkan kepalan tangannya.
“bidadari merah….. bahkan sakurakouji masih tersisa diingatanmu, sedang aku…… hanya rasa bencimu yang ada disana” ucapnya dalam hati pilu memandangi maya sedang beradu akting dengan koji.
“permisi pak” suara pria dari belakang membuat masumi menoleh dan mendapati hijiri yang berdiri dengan buket mawar ungu.
Masumi tersenyum
“dan mawar ungu” katanya dalam hati.
Ia lalu mempersilakan hijiri lewat.
Masumi melihat dari kejauhan betapa maya sangat bahagia menerima mawar ungu.
Sebelum maya mendapatinya, masumi segera menyembunyikan diri dibalik pintu. Ia teringat kata-kata rei tentang kebingungan maya pada dirinya yang gemetar ketika pernah berpapasan dengan masumi.
“dia bahkan seperti itu ketika bertemu denganku” rintihnya dalam hati.
Dengan berat masumi melangkah menjauh meninggalkan tempat itu.
***********
Masumi duduk didalam kantornya dengan gelisah menunggu kedatangan koji. Akhirnya koji muncul dari balik pintu kantornya. Koji lalu mengambil tempat duduk berhadapan dengannya.
“kau pasti sudah mengetahui kondisi maya saat ini bukan?” tanya masumi menggenggam kedua tangannya di atas meja.
“iya” jawab koji.
“aku ingin menitipkan maya padamu” kata masumi mengeratkan genggamannya.
“apa maksud anda?” tanya koji memperbaiki posisi duduknya.
“kami akan berpisah seperti yang dia inginkan dan kau sebagai orang yang dia sukai saat ini dan aku yakin kau juga sama kan?” masumi menarik nafas berusaha merilekskan syaraf-syaraf di kepalanya yang sedari tadi tegang
“aku harap kau membuatnya…… bahagia” masumi menghela nafas menunggu jawaban koji.
“lalu bagaimana ketika nanti dia bersamaku, ingatannya tentang anda kembali?” tanya koji dengan meletakkan kedua tangannya diatas meja saling menggenggam seperti masumi.
“apa?” masumi terhenyak
“itu…” masumi berusaha mencari kata menjawab tapi tidak ia temukan.
“bagaimana pak masumi?” kata koji menarik dirinya bersandar dikursi.
“apa anda sedang memperolok saya?” kata koji menghembuskan nafas kesal.
“tidak begitu” masumi terdiam sebentar lalu menarik nafas dan menghembuskannya
“jika kau diposisiku, apa yang akan kau lakukan?” tanyanya kemudian.
Koji lalu menarik nafas dan menghembuskannya pelan
“maafkan aku pak masumi” kata koji dengan nada sedikit bersahabat.
“jadi… kau setuju?” tanya masumi tegang.
“baiklah” jawab koji.
“terima kasih” kata masumi berdiri dan mengulurkan tangannya.
Koji melihat tangan masumi sebentar lalu berdiri
“apa anda tidak takut dia tidak akan mengingat anda selamanya?” tanyanya.
“hm… entahlah…tapi saat ini hanya ini” gumam masumi dan berusaha tersenyum.
“baiklah pak masumi” kata koji sambil menjabat tangan masumi.
Keduanya tersenyum lalu koji berbalik meninggalkan masumi.
“maya” ucap masumi dalam hati menatap koji menghilang dari balik pintu.
*****
“kita mau kemana?” tanya maya pada koji yang membawanya dengan motor ke suatu tempat.
“bukankah kau ingin mengingat semua peran yang pernah kau mainkan?” kata koji pada saat mereka berhenti di sebuah gedung.
“inilah tempatnya” katanya kemudian.
Mereka kemudian memasuki gedung itu dan tiba di sebuah ruangan yang terdapat sebuah layar lebar.
“aku sudah mengumpulkan semua dokumentasi pentas yang pernah kau mainkan selain bidadari merah tentunya karena kita belum mementaskannya. Walaupun tidak semuanya karena ada yang tidak terdokumentasi dan ada yang belum sampai, tapi untuk hari ini cukup ini dulu” katanya mulai duduk dan menekan beberapa tombol pada sebuah laptop yang terhubung dengan sebuah in focus.
Gambar pertama adalah penampilan maya sebagai beth, maya terlihat terkejut melihat dirinya sebagai beth yang sekarat. Keterkejutannya berlanjut pada penampilannya sebagai midori lalu gina, hellen keller dan dua putri.
“ayumi” kata maya menatap koji.
“kau mengingatnya?” tanya koji.
Maya menggeleng “entahlah”
“eh, koji kau datang juga?” tanyanya ketika melihat koji diantara penonton pada pentas dua putri.
Koji mengangguk dengan enggan.
“Eh, dia?” kata maya yang membuat koji menoleh kembali ke arah layar dan mendapati disana ada gambar masumi sedang bertepuk tangan diantara penonton.
“kenapa dia?” tanya maya masih menatap gambar masumi.
Koji lalu kembali menatap maya “sama denganku menontonmu” jawabnya.
“bukan itu, wajahnya, kenapa wajahnya begitu?” kata maya kebingungan.
“wajahnya?” tanya koji menoleh kembali ke layar.
Maya merasa aneh melihat kali pertama ekpresi masumi yang seperti itu, lembut, penuh cinta “ah, tidak mungkin” sanggah maya dalam benaknya.
Gambar pun beralih pada pentas Jean.
Maya terkesima melihat dirinya. “rasanya ada yang kurang” pikirnya mengamati dirinya diakhir pementasan Jean.
“ada apa maya?” tanya koji mengagetkannya.
Maya menggeleng
“maaf, tapi sepertinya tidak banyak yang kuingat” katanya lemah.
“tidak apa, kita pulang saja, masih ada besok” kata koji berdiri dari tempat duduknya mendekati laptop.
*******
Maya dan koji sedang berdiri di depan pintu menunggu hujan reda. Maya menggigil, terkejut dan spontan ia memegang kepalanya menyangka jaket yang dilempar koji mengenai kepalanya yang ternyata hanya tersangkut di bahunya.
“heh” maya tertegun dengan kesalahannya.
“maya, tunggulah sebentar, sepertinya kunciku ketinggalan didalam” kata koji menghampiri maya sebentar lalu meninggalkannya.
Maya lalu berjalan menuju sebuah sofa dan duduk disana.
Maya memandangi hujan di siang hari ini yang belum juga reda dari jendela.
Maya menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menghirup nafas dalam dan ketika dia menurunkan tangannya, tampak masumi muncul dari balik pintu dengan basah kuyup, melepaskan jaketnya dan melap rambutnya yang basah dengan sapu tangannya.
“heh” maya terhenyak melihat pemandangan itu dan berdiri tanpa melepaskan pandangannya dari masumi.
Tiba-tiba maya merasakan tubuhnya bergetar hebat
“ah” teriaknya tiba-tiba yang membuat masumi menyadari keberadaannya yang tidak jauh darinya dan berlari menghampiri.
“jangan mendekat” katanya dengan nada gemetar.
“maya” panggil masumi dengan tatapan sayu.
“hah” panik maya mengamati dirinya yang semakin gemetar hingga pandangannya sedikit kabur.
Masumi secepatnya merangkul maya yang terlihat sempoyongan.
“maya” teriak masumi sambil mengguncang tubuh maya.
Teriakan masumi selanjutnya yang memanggil namanya berulang kali akhirnya membawa sepotong demi sepotong ingatan maya,
mulai dari saat masumi menghampirinya di taman,
saat ia berperan sebagai toki dan masumi melepaskannya dari daito,
pentasnya sebagai puck dan masumi disana,
dua putri dan masumi juga disana,
jean dan masumi disana, seorang diri basah kuyup seperti beberapa saat sebelumnya.
“masumi” panggil maya membelai pipi masumi yang basah dan menatapnya haru.
Maya mengerjapkan matanya hingga air mata yang sedari tadi tergenang akhirnya meluap keluar.
Masumi terhenyak
“maya” ucapnya dengan nada bergetar meraih tangan maya dan menggenggamnya.
“aku…. ingat… masumi…. dan…. mawar ungu… maaf… kan aku” kata maya lemah.
Spontan masumi meraih maya dalam pelukannya.
“maaf…. masumi” katanya lirih.
Masumi memeluknya lebih erat sambil mengangguk berulang kali ketika maya memanggil-manggil namanya.
“masumi… masumi… masumi” nada maya terdengar semakin meninggi.
Masumi tersentak.
Masumi membuka matanya dan mendapati maya menatapnya tajam di pelukannya.
“hah”
Masumi lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling yang tidak lain adalah kamarnya.
“masumi” panggil maya berusaha meronta yang mengembalikan pandangan masumi ke dirinya.
“hahhh” desah masumi.
“kau bermimpi ya?” kata maya mengernyitkan dahi.
“mimpi? Aku… bermimpi?” jawabnya juga mengernyitkan dahi yang dibalas maya dengan tatapan pasrah.
“heh, kau seperti ryu, aku bercerita sebentar, langsung tertidur” keluh maya.
“cerita apa?” tanya masumi mencoba mengingat.
“masumi sayang, kau sendirikan yang memintaku menceritakan alur cerita drama terbaruku, mika, yang kehilangan ingatan tentang suaminya yang sangat ia cintai.”
“mika?” tanya masumi lagi mencoba merefresh memorinya.
Maya menghela nafas.
“aku juga yang salah karena terlalu larut dalam ceritaku hingga tidak menyadari kau sudah tertidur. Dan yang membuatku tersadar adalah tiba-tiba kau menarikku dan memelukku seperti ini” kata maya dengan nada kesal dengan wajah bersemu.
“hah, hahahahahahaha” masumi tertawa terbahak-bahak sambil menggeleng menyadari kekonyolan dirinya yang terbawa alur cerita istrinya hingga memimpikannya.
“masumiiiiii” panggilan maya menghentikan tawanya.
“sampai kapan kita begini?” tanya maya.
Masumi memandangnya sejenak
“hm, sayang, apa kau lupa janji kita pada ryu?” goda masumi.
“heh” desir maya disertai wajah merona.
“a… apa maksudmu?” tanyanya polos.
“hah, kenapa tidak dari tadi sih” kata masumi.
“heh”
*****
Keesokan malamnya, masumi akhirnya duduk dikursi penonton menyaksikan istrinya memerankan mika. Diselingi senyum, masumi menonton pertunjukan yang tidak jauh berbeda dengan mimpinya, hanya ada beberapa hal yang berubah. Masumi menikmati pementasan istrinya tanpa rasa cemburu yang biasa menemaninya disela-sela akting maya. Mungkin karena sebelumnya ia telah membawanya dalam mimpi.
*****
Masumi menoleh ke arah maya yang saat ini memeluk erat lengannya. Mereka baru saja meninggalkan ruangan tempat jamuan untuk pementasan perdana ini.
“maya..” panggilnya.
“atau….. mika…” dengan nada rendah.
Maya mendongak ke arahnya dan memberinya tatapan khas istrinya.
“ah.. maya” katanya mengangguk seperti mengenali barang yang hilang.
“hahhhh… aku masih merasakan mika” kata maya menyandarkan kepalanya dilengan suaminya sambil mengeratkan pelukannya pada lengan itu.
“perasaannya ketika ingatannya kembali…..” maya tidak melanjutkan kalimatnya karena baru saja masumi memberinya ciuman.
“masumiiii” katanya menatap pria disampingnya kesal.
“nah, itu, istriku sudah kembali” kata masumi balas menatap maya.
“kau ini” balasnya masih kesal.
“hahhh, mau lagi?” tanya masumi lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling.
Maya lalu melepaskan pegangannya dari suaminya dan membuat jarak.
“hei, apa kau tahu jam berapa sekarang? Sebentar lagi jam 12 dan ulang tahun tiba.” Kata masumi riang.
“seperti anak-anak” balas maya menatapnya tajam.
“sayang, kau lupa kalau ulang tahunku dan ryu sama? Apa kau sudah menyiapkan jawabannya jika besok dia bertanya? kadonya?” kata masumi memandang maya serius.
“hah, masumi. Bagaimana ini?” tanya maya menggoyang-goyangkan lengan masumi.
“bagaimana apanya?” balas masumi bertanya.
“bagaimana kalau dia bertanya? Kita jawab apa?” tanya maya lagi sedikit merengek.
“kita? Aku besok ke kantor pagi sekali sayang, banyak sekali dokumen yang kutunda karena datang menonton pementasanmu.” Jawab masumi tegas.
“masumiiiiiiii” rengek maya sekali lagi.
“hei, apa aku tidak kau pikirkan, aku juga ulang tahun kan?” kata masumi mulai melancarkan siasatnya.
“hah, kau ingin apa sih?” tanya maya.
Masumi mengalihkan pandangannya dari maya.
“baiklah, baiklah, apapun yang kau inginkan” kata maya menyerah.
Masumi tersenyum sebelum mengembalikan pandangannya ke arah maya.
Masumi berpura-pura berpikir.
“baiklah aku ada ide. Tapi kita bicarakan dirumah saja” kata masumi menunjuk pada mobil yang baru tiba.
“ah, baiklah” kata maya riang memasuki mobil dan disusul masumi dengan wajah sumringah.
“ulang tahunku yang luar biasa” ucap masumi dalam hati yang membuatnya tidak berhenti tersenyum sepanjang perjalanan.

THE END

5 comments:

Bunda Hanifa on 7 May 2011 at 04:03 said...

wuih... Pertama kali baca bikin sakit hati coz maya kok bisa2nya lupa ama masumi. Jadi ingat film yg pernah kutonton ttg seorang istri yg terkena alzeimer. Sedih bgt rasanya. Tapi ternyata eh... Masuminya lagi nglamunin peran maya. Ckckckck. Riri, kyaknya kmu berhasil mengaduk-aduk perasaanku. Tapi suka.....!

Anonymous said...

riri.....

ceritanya semakin lama semakin bagus...
tetep semangat...dan lanjutkan...... cayo..... :)

@wanted@

Anonymous said...

bagooosss sist riri..!!
dah sedih duluan trnyata cm khayalan masumi, hihihi..
lanjutkan sistaa..!! :))


-ethey-

Anonymous said...

“hm, sayang, apa kau lupa janji kita pada ryu?” goda masumi.

“heh” desir maya disertai wajah merona.

“a… apa maksudmu?” tanyanya polos.

"hah, kenapa tidak dari tadi sih” kata masumi.
hehehe....itu kata2 favoritku di ff ini....
LANJUTKAAAANNNNN........

Theresia

orchid on 26 May 2011 at 17:45 said...

to all: terharu, hiks, terimaa kasih

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting