Friday 6 May 2011

Fanfic TK : It Has To Be You

Posted by Gracie at 11:27
Setting : Cerita orisinil. Terinspirasi dari salah satu kalimat dalam FF milik Ty SakuMoto (Finally Found You Chapter 3) dan juga OST Cinderella’s Step Sister ^^
Rating : 21+ .....Wild Kiss and Bed Scene ^^
Warning : There are few Mature Contents in this fic (esp in the last part). So if you don't like it, don't read it or if you're not mature enough to read this fic, just skip it okay.....I've warned you ^^

It Has To Be You
(By Natalie Choi)

Maya duduk seorang diri diatas sebuah ayunan di taman bermain yang berada tak jauh dari apartemen yang ia tempati bersama dengan sahabatnya, Rei. Hari sudah larut malam dan angin kencang yang berhembus sedari tadi menandakan bahwa hujan akan segera turun. Bagi kebanyakan orang pada umumnya, saat seperti ini sudah pasti akan mereka lewatkan dengan berada di dalam rumah mereka. Bersantai diatas kursi malas sambil menonton televisi ataupun menikmati secangkir coklat panas. Tetapi tidak demikian halnya bagi gadis bertubuh kecil dan mungil yang bernama Maya Kitajima.
Sudah sejak tadi sore ia menghabiskan waktunya dengan duduk-duduk diatas ayunan tersebut. Sesekali digerakannya ayunan itu dengan suatu gerakan ringan sehingga hanya bergoyang paling jauh sekitar lima sentimeter saja. Ia memang sama sekali tidak berniat untuk memainkan ayunan tersebut. ia hanya butuh mainan yang dapat menghempaskan tubuh manusia ke atas dan kebawah tersebut sebagai tempat baginya untuk berpikir dan merenung. Ini memang sudah menjadi kebiasaannya sedari dulu, sejak ia pertama kali pindah ke Tokyo dari Yokohama dan bergabung dengan Teater Tsukikage. Setiap kali ia menghadapi masalah, ia pasti tanpa sadar akan datang ke taman bermain dan duduk diatas sebuah ayunan selama berjam-jam sambil memikirkan akan masalahnya tersebut. Seperti halnya dengan saat ini, pikirannya sedang kacau dan hatinya sedang bersedih karena siang tadi ia baru saja mengalami suatu kejadian yang sangat menekan batinnya.

Flashback
Maya berdiri dengan gemetar di depan seorang pria yang berperawakan tinggi dan berwajah tampan. Pria yang pada minggu lalu menyatakan cinta kepadanya. Pria yang juga pada malam sebelumnya mengaku bahwa selama ini dirinya adalah Mawar Ungu, sang penggemar setianya. Namun pria itu juga adalah pria yang sama yang baru saja menyayat hatinya dengan sebilah pisau tajam berupa rangkaian kata-kata yang tidak pernah ia duga sebelumnya akan ia dengar dari mulut pria itu.
Semuanya bermula pada saat Maya datang untuk menemuinya siang tadi. Mereka berdua sebenarnya telah berjanji untuk makan siang bersama. Pada saat itu, Maya telah berencana untuk menyatakan perasaan cintanya kepada pria itu dan juga menyampaikan kenyataan yang selama ini dipendamnya bahwa sebenarnya ia telah mengetahui fakta bahwa pria tersebut adalah sang Mawar Ungu-nya.
Semula Maya berpikir bahwa pria itu pasti akan senang dan bahagia ketika menerima pernyataan cinta dari dirinya sama seperti ketika ia menerima pernyataan cinta dari pria tersebut. Ya, pria itu memang terlihat sangat bahagia begitu Maya mengatakan bahwa sebenarnya ia juga sangat mencintai dirinya. Mereka bahkan sempat berciuman dengan mesra selama beberapa saat. Namun semuanya menjadi berubah ketika Maya mengatakan kepadanya bahwa sesungguhnya ia telah lama mengetahui jika sang pria adalah pengagum setianya selama ini.
Rasa terkejut nampak jelas diwajah tampan itu. Ia sama sekali tidak bersuara ketika mendengar akan pengakuan Maya tersebut. Ia hanya diam saja dan membiarkan Maya yang berbicara panjang dan lebar. Seluruh tubuhnya menjadi kaku dan dapat terlihat bahwa rona mukanya berubah menjadi sangat pucat. Ia baru dapat bersuara kembali ketika Maya berulang kali memanggil namanya dan agak sedikit menggoncangkan tubuhnya.
“Jadi kau sudah tahu bahwa diriku adalah Mawar Ungu sejak acara penyerahan penghargaan dari persatuan drama waktu itu?” tanya pria tersebut. Maya menganggukan kepalanya sambil tersenyum ceria. Tapi senyum cerianya hanya dibalas dengan senyuman pahit oleh sang pria.
“Hmfh…pantas saja” ujar pria itu sinis.
“Pantas apa?” tanya Maya yang mulai merasakan perubahan yang terjadi pada pria yang tadi bersikap manis dan lembut kepadanya itu. Ada suatu perasaan tidak enak yang mulai timbul didalam hatinya.
“Pantas sejak saat itu sikapmu kepadaku menjadi berubah. Kau jarang sekali bersikap kasar atau kurang ajar lagi di depanku. Kau selalu bersikap manis dan tahu diri sejak saat itu. Perkataanmu kepadaku tidak lagi pedas seperti dulu. Kau bahkan tidak lagi menatapku dengan pandangan jijik dan penuh kebencian. Aku memang sempat bertanya-tanya apakah yang menyebabkan dirimu berubah menjadi demikian….kini aku telah tahu jawabannya” ujar pria tersebut sambil memandang lurus kedalam kedua bola mata Maya dan memberikan tatapan yang sangat dingin kepadanya.
“Kau menjadi berubah demikian karena kau sudah tahu aku adalah Mawar Ungu bukan?” tanyanya. Maya hanya diam saja. Ia menatap lawan bicaranya dengan perasaan takut yang kini berkecamuk didalam dirinya.
“Jikalau kau tidak tahu bahwa aku adalah Mawar Ungu kurasa sampai saat ini kau pun akan tetap bersikap kasar kepadaku dan membenciku dengan segenap hatimu, iya kan?!!” seru pria itu. Maya hanya diam terpaku di tempatnya. Kakinya mulai gemetar dan air mata mulai tergenang disudut kedua matanya.
“Kalau begitu, maaf…Aku tidak dapat menerima pernyataan cintamu dan kurasa tidak ada gunanya kita melanjutkan hubungan kita ini karena yang kau cintai sebenarnya bukanlah aku, tetapi Mawar Ungu” kata pria itu sebelum beranjak pergi.
“Tidak! Bukan begitu!” teriak Maya, mencoba untuk menghentikan langkah kaki dari orang yang baru saja memberikan kehangatan dalam sebuah ciuman kepadanya. Usahanya berhasil karena langkah orang itu terhenti dan ia memutar badannya sehingga kini ia kembali berhadapan dengan Maya.
“Jika bukan seperti itu, katakan padaku….bila aku bukanlah Mawar Ungu, apakah kau akan tetap jatuh cinta kepadaku? Bila aku bukanlah pengagum misteriusmu itu, apakah kau akan sudi berciuman denganku? Mmengingat bahwa dulu setiap kali melihat wajahku saja sudah membuatmu muak, setiap sentuhan yang kuberikan padamu walaupun itu hanya seujung jari pasti membuat darahmu mendidih,bahkan ketika kau sakit saja dan memakai piyamaku kau sudah merasa seolah-olah mengenakan sebuah pakaian yang berkuman dan akan mengakibatkan kau infeksi”
Maya hanya bisa diam seribu bahasa. Ia sama sekali tidak dapat menjawab pertanyaan tersebut.
“Kau lihat kan? Kau tidak bisa menjawabnya. Itu sudah cukup membuktikan bahwa yang sebenarnya kau cintai itu adalah Mawar Ungu dan bukannya aku” ucap pria itu sedih
“Mulanya aku senang akan perubahan sikapmu kepadaku, karena kukira kau sudah tidak lagi membenciku dan sudah memaafkan semua tindakanku dulu kepadamu. Aku bahkan sempat berpikir bahwa pada akhirnya kau bisa menyadari bahwa dibalik semua apa yang kulakukan kepadamu dulu itu semua adalah demi kebaikanmu sehingga kau secara perlahan dapat membuka hatimu untuk menerimaku didalamnya. Tetapi ternyata aku salah….” Gumamnya lirih sebelum beranjak pergi meninggalkan Maya yang terdiam seorang diri.
End of Flashback

Air mata kini benar-benar telah tumpah dari kedua mata indahnya tak kala ia mengingat kejadian yang ia alami siang hari tadi. Sama sekali tidak pernah ia duga sebelumnya bahwa pengakuannya tersebut akan menjadi sebuah boomerang bagi dirinya sendiri, terlebih bagi kisah cinta yang baru saja terjalin selama seminggu ini antara dirinya dan pujaan hatinya itu. Reaksi yang diberikan oleh kekasihnya itu sungguh-sungguh tak pernah ia perkirakan sebelumnya. Ia memang sudah memperkirakan bahwa sang mawar Ungu-nya tersebut akan terkejut dengan pengakuannya itu, tetapi ia tidak mengantisipasi akan reaksi penolakan yang diberikan oleh pria itu kepadanya setelah itu. Maya menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan mulai menangis sesegukan seorang diri ditaman itu.
“Pak Masumi…” ucapnya memanggil nama pria tersebut dengan nada yang sangat pilu. Kini bahkan hanya dengan menyebutkan namanya saja sudah membuat hatinya semakin sakit.
Bila aku bukanlah mawar ungu, apakah kau akan tetap jatuh cinta kepadaku?
Pertanyaan tersebut kembali bergema di dalam kepala Maya. Seketika itu juga rentetan peristiwa yang telah ia alami dimasa lalu bersama dengan Pak Masumi kembali berputar di dalam otaknya. Ia ingat bagaimana Masumi telah membayar orang untuk menjelek-jelekan teater Tsukikage pada saat pementasan perdana drama Little Women sehingga mengakibatkan citra teater tempat ia belajar akting tersebut menjadi hancur di mata masyarakat. Ia juga ingat bagaimana liciknya cara yang digunakan oleh Masumi dan juga Daito untuk menutup teater tersebut sehingga mengakibatkan penyakit jantung yang dimiliki oleh bu Tsukikage kambuh dan harus bolak-balik menjalani perawatan serius di rumah sakit. Belum lagi sejumlah hal kotor yang dilakukannya demi bisa merebut hak pementasan Bidadari Merah dari tangan Bu Tsukikage. Tetapi itu semua tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan tindakan Pak Masumi mengurung ibu Maya di rumah sakit sehingga mengakibatkan beliau meninggal dunia.
Kenangannya akan masa lalu tersebut kembali menyadarkan Maya akan sebuah realita yang sempat terlupakan olehnya sejak ia mengetahui bahwa Masumi adalah Mawar Ungu, yaitu bahwa ia sangat membenci Masumi Hayami. Dan jika kini ia kembali bercermin kepada sejarah antara dirinya dan direktur Daito tersebut, sangat mustahil bahwa ia akan bisa jatuh cinta kepada si dingin dan gila kerja itu bila ia bukanlah orang yang selama ini telah menjadi penggemar setia yang selalu mendukungnya dalam suka maupun duka.
Perasaan sakit itu kembali menusuk hatinya tak kala ia menyadari bahwa apa yang dikatakan oleh Masumi kepadanya tadi siang semua benar adanya, yaitu bahwa yang ia cintai sebenarnya adalah si Mawar Ungu dan bukanlah Masumi Hayami.
~~oOo

“Bagaimana dengan dirimu sendiri?”
Pertanyaan yang keluar secara tiba-tiba dari mulut gadis itu ternyata mampu menghentikan langkahnya seketika. Ia pun tidak tahu kenapa kakinya tiba-tiba berhenti berjalan padahal tadi ia sudah sangat yakin akan keputusannya untuk pergi melangkah meninggalkan gadis itu seorang diri disana.
“Bagaimana dengan dirimu sendiri?” Gadis itu kembali mengulang pertanyaannya dengan suara yang sedikit terisak akibat tangisannya.
“Apa maksudmu?” tanyanya sambil menolehkan kepalanya kebelakang untuk memandang wajah gadis itu. Tampaklah olehnya, wajah yang sebelumnya terlihat sangat ceria kini telah terlihat sangat lusuh dan bersimbah air mata.
Ada sebuah perasaan sedih yang mengiris hatinya ketika menyaksikan akan hal terebut. Ia sama sekali tidak suka melihat gadis itu menangis. Sejak dulu, setiap tetes air mata yang keluar dari bola mata gadis itu selalu terasa bagaikan sebilah pisau tajam yang menyayat hatinya.
“Tadi kau bertanya jika dirimu bukanlah Mawar Ungu apakah aku akan jatuh cinta padamu atau tidak. Kini aku ingin mengajukan pertanyaan yang sama kepadamu, Masumi Hayami; jika aku bukanlah seorang aktris yang dapat memerankan banyak peran diatas panggung, apakah kau akan jatuh cinta kepadaku?”
Jantung Masumi seolah berhenti ketika mendengar pertanyaan yang diajukan oleh gadis itu.
“Bukankah kau sendiri yang pernah mengatakan bahwa kau sangat menyukai aku ketika berada di atas panggung? Kau selalu menyukai semua peran yang kumainkan bukan? Kau sangat mengagumiku karena aku ini kebetulan adalah seorang aktris yang bisa berperan menjadi siapa saja di atas panggung. Dan rasa kekagumanmu kepadaku itu kemudian berubah menjadi rasa cinta” kata gadis itu, masih dengan suara yang terbata-bata karena menahan isak tangis yang seolah membuncah ingin keluar dari mulutnya.
“Jika aku ini hanyalah seorang gadis biasa yang tidak memiliki keistimewaan apapun, apakah kau akan tetap jatuh cinta kepadaku?”
Masumi kembali tidak berkutik mendengar hal itu. Ia hanya bisa diam mematung saja dan mendengar semua hal yang disampaikan oleh gadis itu. Kakinya seolah-olah telah melekat dengan tanah tempatnya berpijak sekarang dan tubuhnya seperti telah dibelenggu oleh ratusan rantai besi yang kasat mata.
“Aku hanyalah seorang gadis miskin. Aku sama sekali tidak cantik. Tubuhku tidak tinggi. Aku juga tidak pintar , ceroboh dan tidak dapat diandalkan. Terlebih lagi usiaku jauh lebih muda jika dibandingkan dengan dirimu” ujar gadis itu sambil menghapus air mata yang jatuh membasahi pipinya. Terlihat jelas walaupun tubuhnya bergetar hebat tapi ia sedang berusaha untuk tampil sekuat mungkin dihadapan Masumi.
“Maka dari itu, jika aku bukanlah seorang aktris dan hanya sebagai seorang gadis biasa yang tidak punya kelebihan apapun, apakah kau akan tetap mengagumi diriku ini? Apakah kau akan selalu mengirimiku Mawar Ungu? Terlebih lagi…..apakah kau akan bisa jatuh cinta kepadaku?”
Keheningan kembali tercipta diantara Masumi dan gadis itu. Tidak ada satupun diantara keduanya yang sanggup berkata-kata lagi setelah itu. Mereka hanya mampu memandang satu sama lain dalam diam. Jarak keduanya yang saat ini tidak lebih dari dua meter seolah-olah terasa sangat jauh sekali.
“Anda lihat kan, Pak Masumi….anda juga tidak dapat menjawab pertanyaan saya tadi” ujar gadis itu tiba-tiba memecah keheningan yang terjadi selama beberapa menit tersebut.
“Jika begitu, maaf….tampaknya saya juga tidak dapat menerima pernyataan cinta anda yang telah anda utarakan kepada saya tempo hari, karena yang anda cintai sesungguhnya adalah sang Badai Di Atas Panggung tersebut dan bukanlah Maya Kitajima”
Itu adalah perkataan terkahir yang disampaikan leh gadis itu sebelum akhirnya ia berlari meninggalkan Masumi yang masih berdiri mematung di tempatnya.
End of Flashback

Masumi duduk seorang diri di ruangannya. Ia hanya ditemani oleh cahaya lampu dari meja kerjanya, sebotol whiski dan gelas kosong yang ia gunakan untuk menghabiskan isi minuman keras tersebut. Wajahnya tampak suram dan tatapan matanya terlihat kosong dan hampa. Peristiwa yang ia alami siang tadi bersama dengan Maya telah menjadi suatu pukulan yang sangat hebat baginya. Baru saja seminggu ia merasakan kebahagiaan karena pada akhirnya ia bisa bersama dengan gadis yang selama ini selalu ia puja, tetapi kini semuanya kembali menjadi suram.
Masumi melihat jam tangannya. Waktu telah menunjukan hampir pukul dua belas malam. Seluruh pegawai-pegawainya telah lama pulang dari tadi. Bahkan sekretarisnya yang selalu setia menemaninya selama ini pun sudah lama kembali ke peraduannya. Tinggal ia sendiri saja yang berada disana.
Masumi bangkit dari tempat duduknya dan berjalan mendekati jendela besar yang ada diruangan tersebut. ia memandang keluar, kearah langit malam kota Tokyo, mencoba mencari sebuah bintang yang sedang bersinar terang. Tetapi usahanya sia-sia, karena malam ini tidak ada satu bintang pun yang tampak menyinari kelamnya malam. Masumi mendesah panjang.
“Bintangku….apa yang sedang kau lakukan saat ini? Apakah kau juga sedang sedih dan ingin menangis sama sepertiku sehingga kau tidak keluar untuk bersinar menemaniku malam ini?” tanyanya dalam hati. Disandarkannya keningnya tersebut pada jendela yang ada di depannya sambil memejamkan matanya, menahan air mata yang sedari tadi ingin jatuh membasahi wajahnya. Ini adalah kali pertama ia merasakan perasaan sakit hati seperti ini.
Tetapi kemudian tiba-tiba sebuah senyuman sinis mengembang di bibir Masumi. Senyuman itu pun lama-lama berubah menjadi sebuah tawa yang sumbag.
“Hah! Masumi….apa yang telah terjadi pada dirimu? Bagaimana mungkin kau bisa menjadi sesosok orang yang menyedihkan seperti ini?” ujarnya keras pada dirinya sendiri
“Kau itu adalah Masumi Hayami, seorang direktur Daito yang sangat dingin dan gila kerja. Semua orang tunduk dan hormat kepadamu. Dunia sudah berada dalam genggaman tanganmu….lalu bagaimana mungkin kau bisa menjadi seperti ini hanya gara-gara gadis itu?” Masumi kembali mengejek dirinya sendiri. Ia lalu berbalik kembali menuju meja kerjanya. Disana terdapat sebuah foto Maya yang tadi ia keluarkan dari dompetnya. Entah sudah berapa lama waktu yang ia habiskan untuk memandangi potret itu dalam kebisuan semenjak ia kembali ke kantornya setelah berpisah dari gadis itu siang tadi. Ditatapnya lekat-lekat lagi foto tersebut.
“Bagaimana mungkin gadis ini bisa membuat duniaku menjadi jungkir-balik seperti sekarang ini?” ucapnya pilu “Padahal ia hanyalah gadis biasa saja. Seperti yang dikatakannya; ia tidaklah cantik, tubuhnya pendek dan juga tidak pintar. Ia juga jauh lebih muda dari diriku. Sama sekali tidak ada yang menarik dari dirinya jika ia hanyalah seorang gadis biasa saja.”
“Tetapi bila ia sudah berada diatas panggung, ia bisa berubah menjadi pribadi yang lain. Pribadi yang mampu menawan hatiku dengan sejuta pesona yang dimilikinya. Pribadi yang mampu membuat duniaku berwarna dengan cahaya-cahaya indah pelangi yang bersinar melalui dirinya setiap kali ia memerankan suatu tokoh di atas panggung. Pribadi yang sanggup membuatku bertekuk lutut dan jatuh cinta setengah mati kepadanya.”
Wajah Masumi perlahan berubah menjadi sangat sendu. Diusapnya foto tersebut dengan jemari salah satu tangannya “Ternyata memang benar….yang aku cintai bukanlah Maya Kitajima, tetapi si Badai Di Atas Panggung tersebut”
~oOo~

Maya berjalan melintasi jalanan utama di pusat kota Tokyo. Dua tahun telah berlalu semenjak peristiwa tersebut. banyak hal yang telah terjadi dan membawa dampak perubahan yang cukup signifikan di dalam kehidupannya sejak saat itu. Ia bertemu kembali dengan Satomi Shigeru hanya satu minggu semenjak hubungannya dengan Masumi berakhir.
Satomi yang telah menjadi salah satu bintang di Broadway mengundang Maya untuk ikut bersama dengan dirinya ke Amerika dan berkarir sebagai salah satu aktris di panggung teater paling tersohor di dunia tersebut. Tanpa berpikir panjang, Maya pun langsung menyambut dengan baik tawaran yang diajukan oleh mantan pacarnya itu. Saat itu ia berpikir bahwa jika ia pergi ke tempat dimana ia tidak akan pernah bertemu dengan Masumi lagi, maka ia akan dapat dengan mudah untuk melupakan pria tersebut. Selain itu kesempatan untuk berkarir di negeri yang telah menghasilkan jutaan aktris terkenal bertaraf internasional pun menjadi salah satu batu loncatan yang bagus untuk dirinya. Maka dengan diiringi isak tangis oleh teman-temannya dari teater Tsukikage, Maya pun bertolak ke negeri Paman Sam tersebut.
Sesampainya disana, ditemani oleh Satomi yang membantunya untuk menyewa sebuah apartemen murah yang berada tidak jauh dari tempat tinggal pemuda itu dan memberinya pelajaran gratis kursus bahasa Inggris sehari-hari serta cara bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan dan kebudayaan barat , Maya pun mendapatkan kepercayaan untuk memainkan peran utama dalam sebuah pertunjukan di teater Broadway hanya dalam kurun waktu dua bulan semenjak kedatangannya. Sejak saat itu peran demi peran terus berdatangan kepadanya dan dalam tempo yang relatif singkat, Maya pun telah menjelma menjadi salah satu bintang yang terkenal dan diperhitungkan di Broadway.
Hubungannya dengan Satomi pun berjalan dengan baik. Walaupun keduanya jarang terlibat dalam suatu pementasan drama bersama, namun Satomi selalu datang untuk menonton setiap pertunjukan Maya. Sebuah buket besar mawar merah pun selalu menemaninya tak kala ia melihat gadis yang pernah (dan masih) mengisi relung hatinya itu pentas. Dan ketika pertunjukan itu berakhir, keduanya akan pergi berjalan-jalan bersama untuk merayakan kesuksesan pementasan tersebut.
Selama dua tahun ini dalam banyak hal Satomi telah secara tidak langsung menjadi “Mawar Ungu” bagi Maya, hanya saja karena Satomi selalu memberinya mawar merah maka sebutan yang tepat untuknya adalah si Mawar Merah. Ia selalu melindungi dan menjaga Maya selama berada di Amerika. Ia juga selalu menjadi teman dan tempat Maya mencurahkan semua keresahan dan keluh kesahnya akan kehidupan di negeri adidaya tersebut. Setiap kali Maya sedang putus asa, Satomi selalu ada disisinya untuk memberikan semangat serta dorongan kepadanya. Bahkan ketika Maya mengalami kecelakaan ketika lampu pertunjukan saat ia pentas jatuh dan menimpanya, Satomi-lah orang yang terus-menerus menjaga dan merawat Maya selama ia berada di rumah sakit dan selama proses penyembuhannya. Satomi juga bahkan menyumbangkan darahnya untuk Maya ketika ia harus menjalani operasi akibat dari kecelakaan tersebut.
Tetapi entah mengapa segala kebaikan dan perhatian yang telah ditunjukan oleh Satomi kepadanya selama ini sama sekali tidak mampu membuat Maya lupa akan keberadaan Masumi. Ia justru semakin merindukan Masumi. Tak jarang ia berharap seandainya saja Masumi adalah Satomi yang selalu berada disisinya selama ini, memperhatikannya, menjaganya dan juga menyayangi dirinya.
Jikalau memang benar bahwa yang ia cintai sebenarnya adalah si Mawar Ungu dan bukannya Masumi Hayami, lalu mengapa sampai dengan saat ini ia tetap tidak bisa jatuh cinta walau hanya sedikit saja kepada sang Mawar Merahnya? Bukankah mereka berdua “serupa tapi tak sama”? Mengapa ketika Satomi menyatakan perasaan cinta kepada dirinya ia sama sekali tidak merasa gembira dan bahagia seperti ketika ia menerima pernyataan cinta dari Masumi dua tahun yang lalu? Mengapa ia justru menolak ketika Satomi mengajaknya untuk kembali mebina hubungan cinta mereka yang dulu sempat kandas?
Pada saat itu akhirnya Maya sadar bahwa ternyata yang selama ini ia cintai sebenarnya bukanlah Mawar Ungu, melainkan Masumi Hayami. Itu sebabnya ia tidak dapat menerima cinta Satomi karena jauh didalam hatinya telah terukir abadi suatu nama seseorang yang selama ini selalu ia cintai, seseorang yang keberadaannya selalu ia rindukan, seseorang yang posisinya tidak akan pernah tergantikan didalam hati dan hidupnya oleh berjuta-juta Mawar yang lain, entah itu ungu, merah, putih ataupun warna lainnya.
Langkah kaki kecilnya tiba-tiba terhenti di depan sebuah gedung kesenian yang sangat besar. Gedung yang biasa menggelar pertunjukan-pertunjukan drama untuk masyarakat kelas atas. Maya menatap sedih kearah gedung itu sebab itu adalah tempat dimana ia juga pertama kali bertemu dengan Masumi Hayami. Di luar gedung tersebut ada papan pengumuman yang memasang poster besar mengenai pertunjukan yang sedang dilangsungkan di gedung itu selama tiga hari ini. Maya membacanya :
Gedung Kesenian Tokyo
Pertunjukan Special Musim Dingin
“La Traviata”
“Hhhh, bahkan pertunjukan yang sedang digelar pun adalah pertunjukan yang sama yang telah mempertemukan aku dengan dirinya pada waktu itu” ujar Maya dalam hati.
Ia ingat bagaimana ia jatuh menabrak tubuh tinggi Masumi kala itu dan juga bagaimana Masumi dengan penuh kelembutan telah menahan tubuh mungilnya tersebut agar tidak terpeletak. Bahkan dengan penuh perhatian ia membantu Maya untuk mencari dan mendapatkan tempat duduknya. Jika dipikirkan kembali memang agak aneh jika Masumi bersikap seperti itu kepada dirinya, mengingat ia pada saat itu bukanlah siapa-siapa melainkan hanya seorang gadis mungil biasa yang sederhana dan tidak terkenal sedangkan Masumi adalah direktur dari sebuah perusahaan besar yang sangat sukses, berkuasa dan sangat ditakuti oleh banyak orang.
Kemudian perjumpaan mereka yang berikutnya di rumah Bu Tsukikage. Ketika itu Masumi datang bersama dengan Pak Onodera untuk menemui sang mantan Bidadari Merah. Dihadapan anak buah dan juga sang aktris besar legendaries itu bisa saja Masumi bersikap pura-pura tidak mengenalnya, tetapi sebaliknya, Masumi tetap saja bersikap ramah kepadanya dihadapan Onodera dan Bu Tsukikage. Bahkan ketika Maya diganggu oleh sekawanan anjing ketika sedang memperhatikan orang-orang berlatih drama ketika ia datang ke sekolah akting Odine yang dimiliki oleh Daito pun, Masumi adalah orang pertama yang datang untuk membantunya membebaskan diri dari anjing-anjing galak itu. Ia bahkan menggendong Maya yang ketika itu terluka ke ruang perawatan dan mengijinkannya untuk melihat-lihat keadaan sekolah tersebut. Kemudian semua hal itu berlanjut kepada pertemuan-pertemuan mereka selanjutnya yang selalu diwarnai oleh pertengkaran dan keributan namun ada kalanya juga penuh canda tawa, kelembutan dan kasih sayang yang membawa sejuta kenangan yang teramat sangat manis bagi Maya.
Pada saat seperti ini, ingin rasanya ia kembali menangis karena mengingat akan semua peristiwa yang telah ia alami tersebut bersama dengan Masumi. Ada sebuah perasaan rindu kepada pria itu yang teramat sangat didalam dirinya. Begitu besarnya perasaan rindunya itu kepada Masumi sehingga terasa sangat perih mengiris hati.
“Pak Masumi….” Ucapnya lirih sambil memegang dadanya dengan kedua tangannya. Air mata telah jatuh mengalir membasahi pipinya.
“Maya………” tiba-tiba saja terdengar sebuah suara yang sangat ia kenali memanggil namanya. Maya mengangkat kepalanya untuk mencari sumber suara tersebut. lalu tampaklah olehnya Masumi Hayami berdiri tak begitu jauh di depannya.
~oOo~
Masumi melangkahkan kakinya keluar dari dalam sebuah ruangan. Ia baru saja selesai menghadiri acara pemutaran perdana film terbaru hasil produksi Daito yang akan segera di luncurkan ke masyarakat luas akhir bulan ini. Sebagai direktur utama dari perusahaan nomor satu di bidang entertainment Jepang tersebut, sudah menjadi kewajibannya untuk ikut menyaksikan setiap hasil karya terbaru milik Daito sebelum karya tersebut dipasarkan secara umum dan menjadi konsumsi publik. Dan dengan modal sebagai pimpinan tertinggi itu pulalah maka ia selalu mendapat tempat paling istimewa dari deretan bangku VVIP dalam setiap pertunjukan.
Banyak petinggi Daito yang juga hadir dalam acara tersebut dan mereka tampak menyalami Masumi setelah acara itu selesai sambil berkata bahwa produksi terbaru Daito kali ini sangat bagus sekali dan pasti akan sukses serta laku terjual di pasaran. Masumi yang sudah terbiasa mendengar ucapan seperti itu hanya membalas dengan sebuah senyuman dingin seraya berkata “Itu sudah pasti karena Daito tidak akan mungkin memproduksi suatu karya yang tidak bermutu serta tidak memiliki nilai jual yang tinggi”.
Kehidupan dari seorang Masumi Hayami selama dua tahun terakhir ini tidaklah banyak berubah. Berbeda dengan mantan kekasihnya yang telah berkiprah di Broadway, Masumi tetaplah menjadi si dingin dan gila kerja dari Daito. Satu-satunya perubahan yang mungkin terjadi dalam dirinya sejak putus dari Maya adalah bahwa ia kini menjadi semakin dingin dan semakin gila kerja. Ia jarang sekali tersenyum, apalagi tertawa setelah peristiwa itu. Bahkan saat bertemu dengan para kolega maupun penanam saham Daito saja, Ia selalu bersikap seperti manusia yang terbuat dari batu dan tidak memiliki hati. Hari-harinya selalu dihabiskan dengan bekerja dari pagi hingga subuh. Tak jarang ia menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tak kunjung ada akhirnya itu. Bahkan di waktu libur saja ia selalu menghabiskannya dengan duduk sendirian di ruang kerjanya yang luas sambil memandang tumpukan dokumen ataupun laptop-nya ditemani oleh beberapa koleksi minuman keras yang sengaja ia bawa dari rumah untuk diminum selagi bekerja. Satu-satunya waktu istirahat yang dimiliki oleh Masumi adalah ketika ia tertidur, itupun hanya satu atau dua jam sehari. Masumi juga seringkali melewatkan waktu makannya hanya untuk bekerja. Hal ini mengakibatkan tubuhnya menjadi kurus dan terlihat tidak segar. Jikalapun ia terpaksa harus makan, ia hanya memakan dua sampai tiga suap makanan yang disajikan untuknya tersebut.
Walaupun demikian, “Pengorbanan”-nya tersebut tidaklah sia-sia sebab nama Daito menjadi semakin terkenal, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Selama dua tahun ini dibawah kepemimpinan Masumi, Daito berhasil membangun hubungan kerjasama dengan pihak-pihak televisi maupun perusahaan rekaman terkenal dari berbagai negara, seperti misalnya Korea, Taiwan, Amerika maupun negara-negara dari kawasan Eropa. Selain itu beberapa hak penyiaran istimewa dari berbagai event penting dunia pun berhasil diperoleh oleh Daito. Sedangkan untuk bagian drama ataupun film dan serial televisi, Masumi selalu menuntut agar Daito dapat terus menyajikan dan memproduksi pementasan drama dan film yang terbaik dengan aktris yang memiliki kualitas akting tinggi. Itulah sebabnya semua aktris dan aktor yang bekerjasama dengan Daito merupakan orang-orang berbakat pilihan yang telah terlebih dahulu mengikuti proses seleksi yang sangat ketat karena standar yang ditetapkan oleh Daito bagi siapa saja yang ingin bekerjasama dengan mereka sangatlah tinggi.
Sudah banyak kali Masumi melihat akting dari aktris-aktris yang berada dalam naungan Daito selama dua tahun ini. Semuanya sangat hebat dan luar biasa. Mereka semua tampil tanpa cela dan selalu mendapat sanjungan dari para penonton setiap kali pertunjukan telah berakhir. Dalam segi bakat dan kemampuan mereka semua tidaklah kalah oleh mantan kekasihnya, Maya Kitajima. Mereka bahkan jauh lebih cantik dan menarik daripada gadis bertubuh mungil tersebut. Akting mereka jauh lebih indah dan halus serta lebih terasah dibandingkan dengan Maya. Tetapi entah mengapa setiap kali Masumi melihat pertunjukan yang tengah dipentaskan oleh para aktris tersebut, ia sama sekali tidak merasakan adanya suatu getaran istimewa yang membuatnya dapat mengagumi salah satu dari mereka secara sungguh-sungguh sama seperti ia mengagumi dan memuja Maya. Entah mengapa sampai saat ini tidak ada satu orang aktris pun yang benar-benar menawan hatinya sama seperti yang telah dilakukan oleh si Badai Di Atas Panggung tersebut?
Hal ini sama seperti yang ia rasakan setiap kali ia melihat Ayumi berakting pada waktu dulu. Sebagai seorang aktris, Ayumi Himekawa sangatlah sempurna. Ia cantik, anggun, mempesona dan mempunyai segudang talenta yang menakjubkan. Kualitas aktingnya pun tidak perlu dipertanyakan. Ia selalu tampil maksimal dan perfect dalam setiap drama yang dibintanginya. Bicara tentang semangat dan daya tarik, Ayumi pun selalu memiliki semangat yang tinggi untuk menjadi yang terbaik setiap kali ia pentas. Ia dapat menghidupkan suasana panggung dan dapat menarik perhatian dari para penontonnya. Bahkan dalam pertunjukan Dua Putri pada waktu itu, Ayumi untuk pertama kalinya dapat sedikit meredupkan sinar dari saingan abadinya, Maya Kitajima. Tetapi kenapa hati Masumi sama sekali tidak bergetar setiap kali ia melihat Ayumi berakting diatas panggung? Padahal jikalau ada seorang aktris yang sangat pantas untuk dijadikan idola oleh siapa saja, ia sudah pasti adalah Ayumi Himekawa.
“Pak Masumi, harap anda segera bersiap-siap karena anda juga harus menghadiri pementasan La Traviata di gedung kesenian Tokyo beberapa saat lagi” ujar Mizuki, sang sekretaris andalan Masumi, secara tiba-tiba yang secara tidak langsung membebaskan dirinya dari para kerumunan penjilat yang sekarang sedang mengerubunginya dan juga membuyarkan lamunannya.
Masumi segera meninggalkan tempat itu dan menuju pintu keluar aula utama gedung Daito dimana kendaraan pribadinya telah menunggu untuk mengantarnya menuju tempat dimana ia seharusnya berada kemudian. Ketika ia berjalan melewati salah satu lorong gedung pencakar langit tersebut, secara tidak sengaja Masumi bertemu dengan sang pemeran utama film yang baru saja ia saksikan. Masumi berhenti sebentar untuk bersalaman dengan aktris itu –atau lebih tepatnya aktris itulah yang menghentikan langkah Masumi agar ia dapat bersalaman dengan pria jangkung berwajah tampan itu serta mendengar pujian atas aktingnya yang dilontarkan dari bibir Masumi yang selama ini selalu ia bayangkan betapa nikmatnya untuk dicium. Tetapi harapannya sia-sia karena Masumi sama sekali tidak berkata apa-apa ketika bersalaman dengannya.
Masumi sendiri bukannya tidak sadar akan apa yang diharapkan oleh aktris itu darinya, tetapi karena baginya tidak ada hal yang perlu ia puji dari diri aktris tersebut dan karena ia pun bukanlah tipe manusia yang senang berbasa-basi dengan mengatakan hal yang tidak ingin ia katakan dan tidak sesuai dengan kata hatinya, maka ia hanya bisa memberikan sebuah senyuman ala kadarnya saja kepada wanita itu. Memang aktris tersebut telah menunjukan akting yang memukau pada film itu, tapi entah mengapa Masumi sama sekali tidak memiliki keinginan untuk memuji kualitas aktingnya.
Semuanya terasa berbeda ketika ia berhadapan dengan Maya. Bila aktris itu Maya, ia pasti sudah akan memujinya habis-habisan. Mengiriminya rangkaian bunga Mawar Ungu dan hadiah-hadiah lainnya walaupun mungkin akting yang diperlihatkan Maya belum tentu lebih hebat dari aktris itu.
Masumi sampai di depan gedung kesenian Tokyo beberapa saat kemudian. Ia melangkah keluar dari dalam mobilnya dengan berat hati. Disini adalah tempat pertama kali ia bertemu dengan Maya sepuluh tahun yang lalu. Gedung yang sama dengan pertunjukan yang sama. Masih jelas terekam didalam memori otaknya akan perjumpaan pertamanya dengan seorang gadis kecil yang secara tidak sengaja jatuh menabrak dirinya pada waktu itu. Seorang gadis kecil yang tidak menarik ataupun cantik, sederhana dan juga lugu serta polos. Sampai saat ini pun ia masih heran mengapa pada saat itu ia mau menolong gadis kecil itu untuk menemukan tempat duduknya. Ia bahkan tidak marah ketika gadis itu menabraknya, bahkan dengan penuh kelembutan ia menahan tubuh mungil itu agar tidak jatuh terjerembab ke lantai. Padahal ia adalah seorang Masumi Hayami, pria dingin yang tak punya hati nurani dan selalu melakukan apa saja demi kesuksesan pekerjaannya, tetapi ketika bertemu dengan chibi-channya itu, seolah-olah ada suatu kekuatan ajaib yang merasuk kedalam jiwa Masumi dan menyentuh hatinya yang sudah lama beku oleh kehangatan yang luar biasa. Sejak pertama kali melihat Maya pada saat itu walaupun mereka tidak saling kenal, yang ia rasakan hanyalah perasaan bahagia. Dan hal itulah yang selalu mendorongnya untuk terus melindungi dan menyemangati gadis itu. Jangan ditanya mengapa, karena sampai dengan saat inipun Masumi belum menemukan jawaban yang pasti.
Ia ingat pada saat gadis itu kehilangan kemampuan aktingnya dan dikucilkan dari dunia panggung, yang ia lakukan adalah terus berada disisinya untuk memberi dorongan dan semangat kepadanya. Menawarkan sejumlah kesempatan emas bagi gadis itu untuk bangkit kembali dari keterpurukannya tanpa memperdulikan bahwa pada saat itu dirinya sangat dibenci oleh si mungil karena telah menyebabkan kematian ibunya. Bila orang lain mengetahuinya, mereka semua pasti akan menertawakannya sebab hal itu terasa aneh sekali bagi seorang pria dingin, keras kepala dan gila kerja seperti Masumi Hayami yang menganggap aktris hanya sebagai barang dagangan. Mereka juga pasti akan bertanya mengapa ia melakukan itu semua kepada seorang aktris yang sudah tidak punya masa depan lagi? Padahal mudah saja bagi Masumi untuk membuang gadis itu jikalau ia mau, karena gadis itu sudah tidak lagi berguna bagi Daito. Tetapi ia sama sekali tidak berniat untuk melakukan hal itu, bahkan ia bertekad bahwa dengan cara apapun, ia pasti akan mengembalikan semangat hidup gadis itu.
Jawaban dari pertanyaan itu sangatlah sederhana. Itu semua karena ia sangat mencintai gadis itu. . Ia mencintainya bukan karena ia adalah seorang aktris yang berbakat ataupun karena ia adalah si Badai Di Atas Panggung yang merupakan telur emas dan barang dagangan yang memiliki nilai jual yang tinggi. Ia sama sekali tidak perduli dengan semuanya itu. Ia mencintai gadis itu karena gadis ini adalah belahan jiwanya. Ia selalu ingin berada dekat dengan gadis mungil tersebut. Memeluknya, melindunginya, mencintainya dengan sepenuh hati serta memilikinya utuh jiwa dan raga.
Ah, kenapa baru sekarang ia menyadari akan hal ini setelah gadis itu telah pergi meninggalkannya? Kenapa baru sekarang ia menyadari bahwa bukan si Badai Di Atas Panggunglah yang ia cintai, tetapi Maya Kitajima, gadis mungil sederhana dari Yokohama yang sebelas tahun lebih muda dari dirinya? Sekarang semuanya sudah terlambat, karena belahan jiwanya itu telah pergi jauh meninggalkannya seorang diri. Kini Masumi hanya bisa tersenyum sedih mengenang semua peristiwa itu dan segala hal gila lainnya yang telah ia lakukan demi Bidadari Merahnya itu.
Masumi sudah bersiap untuk memasuki gedung tersebut ketika secara tiba-tiba matanya menangkap sesosok tubuh mungil yang sangat familiar baik di dalam pandangannya maupun didalam ingatannya sedang berdiri sambil menangis di depan poster pertunjukan La Traviata yang dipajang diluar gedung pertunjukan itu. Sosok yang selalu ia rindukan selama dua tahun terakhir ini. Sosok yang selalu menghantui pikiran dan hatinya sehingga menyebabkan dirinya tidak dapat beristirahat dengan tenang karena terlalu merindukannya. Sosok yang telah membuat dirinya gila dengan terus menerus membenamkan diri dalam pekerjaan agar dapat melupakannya. Sosok yang telah menerangi hidupnya dengan sejuta warna namun sosok yang sama juga yang telah membuat dunianya menjadi gelap gulita ketika ia pergi meninggalkannya seorang diri dua tahun yang lampau.
“Maya….” Nama yang selalu berada dalam hatinya itu kini terucap juga oleh bibirnya setelah selama ini tidak pernah ia sebut lagi semenjak perpisahan mereka kala itu. Dan ketika sang sosok pemilik nama tersebut mengangkat kepalanya dan bertemu pandang dengan dirinya, tiba-tiba segala rasa kesedihan, kesepian, lelah, penderitaan dan kesengsaraan yang ia rasakan selama ini langsung hilang dalam sekejap. Semua hal itu kini berganti menjadi perasaan bahagia yang tak bisa ia lukiskan dengan kata-kata.
“Pak Masumi….” Hati Masumi bergetar seketika saat mendengar suara yang sangat ia rindukan yang tidak pernah ia dengar selama dua tahun ini menyebutkan namanya.
“Ia sudah kembali. Maya-ku akhirnya sudah kembali lagi kemari
~oOo~
Selama beberapa saat kemudian hanya kesunyian yang tercipta diantara mereka berdua. Walaupun disekeliling mereka penuh dengan para pejalan kaki yang lalu-lalang dan juga deru kendaraan yang melewati jalan raya, namun seolah ada kekuatan ajaib yang menciptakan suatu suasana syahdu diantara kedua insan yang telah lama berpisah tersebut. Tidak perlu kata-kata untuk mengungkapkan kerinduan yang selama ini telah membelenggu jiwa mereka, tatapan mata yang dalam diantara keduanya saat itu sudah cukup mencerminkan apa yang sebenarnya ada di dalam hati dan pikiran mereka masing-masing saat itu. Ada sejuta rasa cinta dan rindu yang terpancar disana, rasa yang mungkin tak akan cukup dituangkan bila hanya diungkapkan melalui rangkaian perkataan “Aku merindukanmu” atau “Aku mencintaimu”.
Dalam suasana magis seperti ini, baik Maya maupun Masumi dapat merasakan jiwa mereka seolah terpisah dari tubuhnya masing-masing dan menyatu dalam suatu kesatuan yang lengkap dan utuh seperti Yin dan Yang. Sentuhan jiwa keduanya juga sudah dapat membuktikan bahwa mereka memanglah ditakdirkan untuk bersatu. Tidak ada seorang pun diantara mereka yang dapat hidup tanpa kehadiran yang lain. Mereka saling membutuhkan, saling melengkapi dan menyempurnakan satu dan yang lainnya. Tidak ada satu pun kata yang mampu menggambarkan dan melukiskan akan kebahagiaan yang dirasakan oleh keduanya saat jiwa mereka yang telah lama berpisah akhirnya dapat bersatu kembali. Perasaan bahagia yang dulu pernah mereka rasakan ketika berada di lembah plum saat jiwa keduanya bersatu untuk pertama kalinya kini terulang kembali saat ini.
Namun sama seperti ketika saat itu, hal indah itupun hanya berlangsung sesaat saja karena tidak lama kemudian mereka dapat kembali merasakan hentakan halus yang membangunkan mereka dari alam mimpi. Kini jiwa mereka sudah kembali berada didalam raganya masing-masing, tetapi entah mengapa perasaan bahagia itu masih tetap saja menyelimuti batin mereka. Kehangatan akan penyatuan kedua jiwa yang terpisah itupun masih membekas di dalam diri Maya dan Masumi. “Apakah itu hanya mimpi?” pertanyaan itu menyeruak didalam hati masing-masing. Mereka kembali saling bertatapan dalam diam, bingung untuk mengutarakan apa yang sebenarnya ingin mereka sampaikan.
“Hari itu saat melihatmu di lembah plum seusai pementasan Bidadari Merah, Aku langsung menyadari bahwa kau adalah belahan jiwaku yang terpisah” Secara tiba-tiba Maya mulai berbicara. Pandangannya lurus kearah Masumi. Dunia di sekitarnya seolah lenyap tergantikan oleh sebuah dunia baru dimana penghuninya hanyalah dirinya dan belahan jiwa-nya tersebut. Sudah lama ia menantikan saat untuk bisa bertemu kembali dengan Masumi. Dan apa yang baru saja ia alami tadi semakin meneguhkan keyakinannya bahwa ia tidak akan mungkin dapat hidup tanpa pria ini. Pria ini adalah belahan jiwanya. Cinta sejatinya. Apapun yang terjadi, ia tidak ingin lagi berpisah dari Ishhin-nya tersebut. Sekarang, ia tidak peduli lagi apakah Masumi merasakan perasaan yang sama dengan apa yang baru saja ia rasakan atau tidak, ia harus mengatakan isi hatinya.
“Saat itu kurasakan ada suatu kekuatan yang menarik jiwaku keluar dari dalam ragaku. Ada suatu suara yang terus-menerus memanggil jiwaku ini untuk dapat bersatu dengannya.” Lalu secara perlahan Maya mulai melangkahkan kakinya untuk berjalan menuju kearah tempat Masumi berdiri. Sesampainya ia didepan tubuh tinggi menjulang yang gagah itu, Maya mengulurkan sebelah tangannya untuk menyetuh wajah rupawan milik Masumi. Ia membelai pipi Masumi dengan lembut seraya berkata; “Akhirnya kusadari bahwa Kekuatan itu, suara itu…..adalah dirimu, kekasihku.” Ekspresi wajahnya ketika mengucapkan dialog Akoya versi Maya Kitajima-nya ini sangatlah lembut. Ia tersenyum kepada Masumi dengan sebuah senyuman yang sangat manis. Wajahnya tampak begitu bersinar. Binar-binar cinta terpancar dari kedua matanya.
“Sesaat tadi juga, aku dapat merasakan bahwa jiwamu memanggil keluar jiwaku untuk bersatu kembali denganmu. Aku dapat merasakan kembali perasaan bahagia yang kurasakan ketika berada di lembah plum saat itu, kekasihku” lanjut Maya “Kau adalah diriku yang satu lagi dan aku adalah dirimu yang satu lagi. Kita adalah satu jiwa yang terbelah menjadi dua. Kita sudah sedemikian lama berpisah dan membuat jiwa kita masing-masing menderita karena saling merindukan satu sama lain. Selama ini aku telah bertindak sedemikian bodoh dengan membiarkan kekacauan menguasai hati dan pikiranku. Kini kita sudah kembali bertemu dan aku tidak pernah lagi meninggalkanmu seorang diri, kekasihku. Aku tidak akan pernah sanggup lagi untuk berpisah dengan dirimu karena kau adalah jiwaku. Jika seorang manusia hidup tanpa jiwanya, maka ia akan mati. Itu juga yang akan terjadi pada diriku bila aku harus hidup tanpa dirimu, kekasihku”
Kemudian Maya pun merentangkan kedua tangannya dan memeluk Masumi dengan sangat erat. “Aku tidak peduli apakah kau Mawar Ungu atau bukan. Direktur Daito atau bukan. Si dingin dan gila kerja atau bukan. Karena sekarang bagiku, dirimu adalah dirimu dan selamanya akan tetap selalu menjadi dirimu; Masumi Hayami….pria yang kubenci sepenuh hati namun juga pria yang kucintai setengah mati. Ishhin-ku di dunia nyata. Belahan jiwaku yang paling penting dan juga cinta sejatiku”
Masumi hanya bisa diam membeku saja menerima semua perlakuan dan perkataan dari Maya. Pertama karena ia masih terlalu bahagia sebab bertemu kembali dengan gadis yang dicintainya setelah dua tahun berpisah, lalu ia juga masih diguncang oleh sensasi luar biasa yang ia rasakan dan alami saat jiwanya menyatu dengan Maya tadi. Tapi yang paling membuat Masumi terkejut adalah semua pengakuan Maya bahwa ia juga merasakan hal yang sama seperti yang ia rasakan sejak mereka berdua bertemu di lembah plum sesaat setelah pementasan Bidadari Merah oleh bu Tsukikage. Masumi masih tidak dapat mempercayainya karena selama ini ia menganggap bahwa semua itu tidaklah nyata. Semua itu hanyalah khayalan dan mimpi yang diciptakan oleh alam bawah sadarnya karena terhipnotis oleh keindahan pertunjukan yang disajikan oleh bu Tsukikage pada waktu itu dan juga karena pengaruh sentuhan mistis dari lembah plum. Kini setelah mengetahui akan kebenaran bahwa Maya juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, perasaan Masumi bercampur antara rasa terkejut dan juga bahagia. Sekarang tidak ada lagi keraguan dihatinya bahwa Maya memanglah wanita yang ditakdirkan untuk selalu berada disisinya dan menjadi pendamping hidupnya. Maka dengan segenap hati, Masumi pun balas memeluk Maya dengan sangat erat.
“Maya….” Ucapnya setengah terisak.
“Pak Masumi…..”
“Maafkan aku. Aku telah bertindak sangat bodoh dan telah menyakiti hatimu dengan semua ucapan dan tingkah laku-ku. Maafkan aku Maya” Masumi tidak tahu harus berkata apa selain meminta maaf terlebih dahulu kepada Maya atas semua kesalahan yang telah ia perbuat. “Aku memanglah pria yang tidak berguna karena aku selalu mebuat hidupmu menderita”
Maya merasakan perih dihatinya mendengar kekasihnya menyalahkan dirinya sendiri seperti itu. Sungguh itu semua bukan hanya kesalahan Masumi semata. Perpisahaan mereka ini juga karena kesalahan dirinya juga. Jikalau pada saat itu ia tidak ikut terpancing emosi dan dapat berpikir dengan jernih, pastilah ia tidak akan membuat keputusan bodoh dengan pergi meninggalkan Jepang kala itu bersama dengan Satomi ke Amerika. Dan dirinya serta Masumi pasti sudah lama menyelesaikan masalah yang terjadi diantara mereka tanpa perlu membuat diri mereka berdua menderita. Tetapi memang kadang kala perpisahan sementara itu diperlukan oleh sepasang kekasih yang saling mencintai untuk dapat semakin menyadarkan mereka akan betapa pentingnya keberadaan satu sama lain. Betapa tidak berdayanya diri mereka jika mereka harus saling kehilangan. Dan bahwa posisi belahan jiwa mereka tidak dapat tergantikan oleh siapapun juga di dunia ini.
“Pak Masumi…jangan menyalahkan diri anda seperti itu karena itu semua bukanlah salah anda sendiri. Saya juga bersalah karena telah terbawa emosi” Ujar Maya sambil mencoba melepaskan dirinya dari pelukan Masumi. Tetapi Masumi malah semakin mempererat pelukannya ke tubuh mungil Maya.
“Sshhh…..” Masumi mencoba untuk menenangkan Maya. Diusapnya rambut Maya dengan sebelah tangannya sementara tangannya yang lain masih ia gunakan untuk memeluk punggung gadis itu, mendekapnya dengan sangat erat. Ia membenamkan wajahnya di leher Maya dan memejamkan matanya serta menghirup dalam-dalam aroma lembut tubuh kekasihnya itu. Lalu secara perlahan ia menyingkirkan rambut Maya yang sedari awal menutupi kupingnya, mendekatkan bibirnya pada telinga gadis itu, mengecupnya secara lembut lalu secara perlahan ia mulai berbisik :
“Maya-ku tercinta, siapa dirimu dan siapa diriku ini tidaklah penting lagi bagiku. Aku tidak peduli bila kau adalah si Badai Di Atas Panggung atau bukan. Aku tidak peduli bila usiamu sebelas tahun jauh lebih muda daripada diriku. Aku juga tidak peduli bila kau hanyalah seorang gadis biasa yang tidak punya kelebihan apapun juga karena seperti yang kau katakan kita ini adalah satu. Gelap dan terang yang selama ini terpisah. Kita adalah satu nyawa dan satu jiwa. Kita berdua sudah tidak dapat dipisahkan lagi”.
Kemudian Masumi mengangkat wajahnya dan menatap Maya dengan tatapan penuh rasa cinta. Ia menangkupkan tangannya pada kedua pipi pujaan hatinya itu lalu kembali melanjutkan ucapannya yang tadi sempat terpotong;
“Nama dan masa lalu-ku tidaklah penting bagiku, demikian pula dengan nama dan masa lalumu. Demi dirimu aku akan melupakan semuanya dan mulai sekarang aku akan terus berada disisimu dengan mata yang hanya memandangmu, tangan yang akan selalu memelukmu serta seluruh tubuh yang begitu mencintaimu. Dan sampai aku mati, cintaku padamu tidak akan berubah”
Kemudian secara perlahan Masumi mendekatkan wajahnya kearah wajah Maya sampai cuping hidungnya bersentuhan dengan cuping hidung milik Maya. Mereka lalu secara bersamaan memejamkan matanya sambil menghirup dalam-dalam nafas dikeluarkan oleh satu sama lain, seolah-olah itu adalah oksigen yang sangat mereka butuhkan untuk bertahan hidup. Lalu Masumi mulai menyentuh bibir Maya dengan bibirnya. Mulanya hanyalah sebuah sentuhan antara ujung bibir masing-masing, tetapi kemudian hal itu berlanjut menjadi ciuman yang sangat lembut secara berulang-ulang. Akhirnya dengan perasaan rindu yang telah mereka simpan di dalam dada selama ini, ciuman itupun berubah wujud menjadi sebuah ciuman yang penuh dengan hasrat dan gelora cinta yang membara. Nafsu keduanya untuk saling merasakan satu sama lain sudah tidak dapat terbendung lagi. Permainan panas lidah keduanya pun terus berlanjut kearah yang semakin liar seiring dengan berjalannya waktu tanpa memperdulikan orang-orang sekitar mereka yang mulai menatap keduanya dengan padangan penuh tanda tanya.
“Aku mencintaimu” itulah kata-kata yang mereka ucapkan terus menerus secara bergantian ditengah-tengah ciuman mereka.
~oOo~
Masumi, yang hanya mengenakan sebuah kimono putih sebagai penutup tubuh telanjangnya, berdiri seorang diri di depan balkon jendela kamar tidurnya. Ia memandang kearah lautan yang terbentang luas dihadapannya. Ombak-ombak kecil yang bergulung-gulung dan membentur dinding tebing menimbulkan suatu suara deburan yang halus. Sedangkan bintang-bintang yang terhampar luas di angkasa raya tampak menyinari gelapnya malam di semenanjung Izu tersebut. Waktu saat ini menunjukan pukul dua pagi. Tapi walaupun demikian, Masumi sama sekali tidak merasakan rasa kantuk sedikitpun. Ia terlalu bahagia untuk tertidur saat ini. Atau mungkin lebih tepatnya adalah ia takut bila semua kebahagiaan yang ia rasakan saat ini hanyalah sebuah mimpi dan ketika ia terbangun dari tidurnya nanti semuanya telah lenyap menguap tanpa jejak.
Masumi mengeluarkan sebatang rokok, menyalakannya lalu mulai menghisapnya. Kepulan asap yang keluar dari mulutnya melambung tinggi di udara sebelum kemudian menghilang terbawa angin malam yang berhembus dengan lembut. Ia membalikan badannya untuk melihat kembali kearah bagian dalam kamarnya. Di sana, diatas tempat tidurnya, sang bidadari merahnya tengah tertidur pulas. Cahaya bulan yang menembus masuk melalui jendela, yang juga menjadi satu-satunya penerang kamar yang gelap itu, memperlihatkan dengan jelas siluet tubuh polos kekasihnya yang hanya ditutupi oleh sebuah selimut. Ia kini sudah sangat mengetahui dan mengenal setiap bagian dari tubu itu tanpa terkecuali. Sebuah senyuman perlahan mengembang dibibir Masumi ketika ia kembali mengenang semua kejadian yang telah terjadi antara dirinya dan Maya hari ini. Dia bahkan sudah tidak dapat mengingat lagi telah berapa kali mereka bercinta malam ini karena terlalu bahagia. Baik dirinya dan Maya tampaknya tidak pernah puas untuk merasakan akan kehangatan satu sama lain.
Setiap sentuhan kulit tubuh mereka membawa suatu debaran sensasi yang tak terkira. Setiap ciuman yang mereka lakukan membawa beribu rasa bahagia di dalam hati. Bahkan setiap erangan, desahan dan jeritan yang keluar dari mulut mereka terdengar bagaikan suatu irama melodi yang sangat merdu di telinga keduanya. Untung saja lokasi tempat ini berada jauh dari area pemukiman penduduk, karena suara musik yang mereka berdua ciptakan malam ini sudah pasti akan mengundang seluruh warga datang untuk mencari tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.
Di atas ranjang, Maya ternyata adalah seorang pecinta yang sangat responsif -hal yang cukup mengejutkan bagi Masumi mengingat akan sifat asli Maya yang pemalu. Ia gabungan antara kepolosan, keluguan dan sensualitas yang menantang kejantanan Masumi. Bercak-bercak darah yang terdapat di bagian atas seprai yang ditiduri oleh Maya menjadi bukti nyata bagi Masumi bahwa dirinya adalah pria pertama yang telah membuat gadis itu menjadi seorang wanita. Sama seperti Maya yang telah menjadi wanita pertama yang membuat dirinya menjadi seorang pria dewasa sepenuhnya. Ada sebuah rasa kebanggaan seorang lelaki yang menyeruak di dalam dirinya bila mengingat akan hal itu.
“Aku adalah pria pertama dalam hidupnya dan aku juga akan memastikan bahwa hanya dirikulah satu-satunya pria yang akan selalu membuat dirinya melayang tinggi di angkasa” janji Masumi dalam hati.
Kini kebahagiaan telah menghampiri dirinya dan ia sangat bersyukur atas hal itu. Belahan jiwanya yang dulu hilang kini telah kembali ke dalam pelukannya. Dan sekarang ia pun telah memilikinya utuh jiwa dan raga. Namun bagi Masumi kebahagiaan itu akan terasa semakin lengkap bila ia telah dapat menjadikan sang Bidadari itu sebagai istrinya, orang yang akan selalu mendampingi hidupnya di saat susah dan senang, sakit dan sehat selamanya. Pikirannya kini dipenuhi oleh sejuta pertanyaan tentang bagaimana caranya agar ia dapat segera meminang Maya Kitajima.
Flashback
Setelah kejadian yang terjadi antara mereka berdua di luar gedung pertunjukan La Traviata siang itu, Masumi memutuskan untuk membatalkan jadwalnya menonton drama tersebut. Sebagai gantinya, Ia malah membuat jadwal baru dengan acara bersenang-senang dengan Maya. Karena takut akan adanya wartawan yang akan memergoki mereka disana, Masumi akhirnya memutuskan untuk membawa Maya ke villa-nya di Izu. Dan demi lebih menjaga suasana keintiman yang telah tercipta diantara mereka sebelumnya, Masumi menyuruh sopir pribadinya pulang dan ia sendirilah yang akan menyetir mobil yang ditumpanginya bersama dengan Maya sampai ke Izu.
Sepanjang perjalanan, Masumi hanya menyetir dengan menggunakan satu tangan saja, sebab tangannya yang lain ia gunakan untuk terus menggenggam tangan Maya yang duduk manis di sebelahnya. Dan disetiap perhentian lampu merah yang mereka lewati, Masumi akan selalu mencuri kesempatan untuk memberi sebuah ciuman singkat di bibir Maya, yang dibalas oleh sebuah senyuman malu-malu oleh kekasihnya itu. Tidak banyak percakapan yang terjadi diantara mereka berdua saat itu. Keduanya lebih banyak diam, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing yang masih belum sepenuhnya bisa menerima bahwa semua hal yang baru saja terjadi adalah kenyataan. Baik Maya maupun Masumi takut bila mereka terlalu banyak berbicara maka itu akan merusak semua keromantisan yang telah terjadi diantara mereka sebelumnya.
Masumi dan Maya sampai disana ketika hari sudah mulai menjelang malam. Mereka disambut oleh seseorang yang secara khusus dipekerjakan oleh Masumi untuk merawat dan menjaga villa pribadinya tersebut selama ia tidak berada disana. Sebelumnya, Masumi telah terlebih dahulu memberitahukan pengurus villa itu akan kedatangannya bersama dengan Maya hari ini dan memintanya untuk menyiapkan hidangan makan malam untuk disantap oleh dirinya dan Maya berdua. Setelah menyambut majikannya itu dan menyerahkan kunci villa ke tangan Masumi, pengurus villa itu pun mohon diri dan meninggalkan sepasang insan yang tengah dimabuk asmara itu berdua saja.
Masumi menuntun Maya masuk ke dalam villanya. Ini adalah kali pertama bagi Maya untuk berkunjung ke tempat ’bertapa’ milik pria yang ia cintai itu. Maya memang sempat ingin datang ke villa itu sebelumnya, tetapi karena terjadi peristiwa menyakitkan yang menyebabkan dirinya dan Masumi harus berpisah sementara waktu, maka baru saat inilah ia dapat menepati janji yang dibuatnya di atas kapal Astoria kepada Masumi bahwa ia akan datang seorang diri saja ke villa Masumi tersebut.
Setelah menikmati jamuan makan malam yang telah terhidang bagi mereka, sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara itu memutuskan untuk duduk-duduk berdua di atas sebuah permadani dekat perapian di ruang tengah villa tersebut ditemani oleh iringan lagu-lagu tembang lawas milik Masumi melalui piringan hitam yang ia putar beberapa saat sebelumnya.. Mereka duduk dengan posisi Maya menyandarkan tubuhnya ke dada Masumi sementara pria itu bersandar pada sebuah sofa yang berada di dekatnya sedangkan kedua lengannya melingkar erat di pinggang mungil Maya. Sesekali Masumi akan memberikan sebuah kecupan lembut di kepala Maya sambil menghirup dalam-dalam aroma wangi rambut gadis itu.
Mereka berdua mengisi waktu dengan berbicara dari hati ke hati untuk lebih menjernihkan segala permasalahan yang pernah terjadi diantara mereka dulu. Walaupun secara kasat mata mereka telah tampak baik-baik saja, namun tetap saja pembicaraan ini dirasakan perlu oleh keduanya untuk dapat lebih menyatukan hati dan mempererat hubungan cinta mereka. Selain itu, Maya dan Masumi juga saling bercerita mengenai hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan mereka masing-masing setelah perpisahan mereka tempo hari. Lalu tiba-tiba Masumi mengajak Maya untuk berdansa dengannya. Tetapi sebenarnya itu tidak dapat disebut dengan dansa, karena yang mereka lakukan hanyalah berpelukan berdua sambil menggerakan tubuh mereka secara perlahan ke kanan dan ke kiri. Maya menyandarkan kepalanya di dada kokoh Masumi yang sedikit terlihat akibat beberapa kancing kemeja bagian atasnya telah terbuka. Sedangkan Masumi meletakan dagunya dengan lembut diatas kepala Maya. Tubuh gadis itu yang kini telah bertambah beberapa sentimeter sehingga menjadi setinggi pundak Masumi, membuat pria itu tidak perlu terlalu membungkukan badannya lagi bila ia ingin memeluknya. Kini Maya mulai terlihat sepadan dengan dirinya. Masumi kemudian mulai menurunkan kepalanya sehingga kini berada di leher Maya.
Aroma tubuh tubuh keduanya yang merasuk ke dalam diri masing-masing melalui rongga pernafasan membuat pikiran mereka melayang jauh bersama dengan sejuta fantasi indah yang tercipta oleh karenanya. Tiba-tiba suatu gairah untuk dapat saling memiliki diri pasangan masing-masing secara utuh yang selama ini tidak pernah timbul di dalam benak mereka menyusup masuk dan meracuni hati serta jiwa keduanya. Dibutakan oleh nafsu yang begitu membara, ciuman panas antara keduanya pun kembali terulang. Dan kini ciuman itu berlanjut hingga ke dalam kamar Masumi yang berada di tingkat dua villa tersebut. Setibanya di dalam kamar, mereka tiba-tiba saling melepaskan diri dari ciuman yang memabukan tersebut, seolah tersadar akan apa yang telah terjadi dan apa yang akan terjadi kemudian. Lalu…..let nature takes its place, Masumi mulai melepaskan kancing baju yang dikenakan oleh Maya satu persatu sementara Maya berbuat hal yang sama juga kepada Masumi. Tidak memerlukan waktu lama bagi mereka untuk saling melucuti pakaian yang memisahkan setiap jengkal kulit mereka dan menghalangi pandangan mata keduanya untuk menikmati keindahan pemandangan lekukan tubuh masing-masing.
Kini keduanya telah benar-benar polos tanpa sehelai benang pun yang menempel di tubuh mereka. Masumi menatap tubuh Maya yang berada tepat di depannya. Sungguh, selama hidupnya ia belum pernah melihat hal semenakjubkan seperti saat ini. Dulu, ia hanya bisa membayangkan mengenai semua hal ini saja, namun sekarang…….bahkan bayangan terindah dari semua fantasi liar-nya akan diri Maya tidak dapat dibandingkan dengan kekaguman yang dirasakannya sekarang akan kemolekan tubuh kekasihnya ini. Sedangkan Maya tampak malu-malu melihat keberadaan Masumi yang tampak seperti patung King David karya Michelangelo. Wajahnya merona merah.
“Kau sangat mengagumkan” puji Masumi lembut seraya mempersempit jarak yang tercipta antara dirinya dan Maya, melingkarkan salah satu tangannya pada pinggang gadis itu dan membawanya erat kedalam dekapannya. Sementara tangannya yang lain ia letakan pada tengkuknya sebelum akhirnya kembali menciumnya dengan penuh gairah yang bergelora hingga tubuhnya menindih tubuh Maya saat keduanya terjatuh keatas ranjang. Setelah itu, hanyalah bunyi erangan, desahan dan jeritan penuh kenikmatan yang memenuhi seisi kamar itu saat keduanya berada di puncak surga dunia dengan saling memuaskan diri mereka akan satu sama lain dan membuat mereka kehilangan salah satu hal terpenting yang telah menjadi bagian diri mereka selama ini.
End of Flashback
Maya terbangun tiba-tiba. Tiupan angin malam yang berhembus melalui jendela menyadarkannya dari alam mimpi. Untuk sesaat ia tampak bingung akan keberadaannya saat ini, ditambah dengan keadaan tubuhnya yang hanya berbalutkan selimut saja. Namun kemudian secara perlahan ia dapat kembali mengingat akan segala hal yang telah terjadi sebelumnya. Sebuah senyuman tipis mengembang di bibirnya mengenang peristiwa malam pertamanya dengan Masumi. Jika seseorang mencari di internet mengenai kata “stamina kuat”, maka sudah pasti gambar Masumi Hayami-lah yang akan terpajang disana. Kekuatan pria itu untuk “menghabisi” Maya benar-benar tidak terbendung dan tak terbatas. Dia seakan tidak pernah puas merasai kenikmatan yang ditawarkan oleh Maya kepadanya sehingga itulah salah satu faktor utama yang menyebabkan mereka berulang kali melakukan hal itu malam ini.
Maya menolehkan kepalanya ke arah bagian dari tempat tidur yang tadi di tiduri oleh pria jangkung tersebut, namun ia sama sekali tidak menemukan sosok Masumi disana. Pandangannya kemudian beralih kearah beranda luar kamar, disanalah dilihatnya belahan jiwanya sedang berdiri seorang diri menatap ke arah lautan lepas. Maya kemudian bergerak turun dari tempat tidur untuk menghampiri Masumi, namun tubuhnya terasa sangat sakit dan pegal terutama dibagian bawahnya. Ia menyingkapkan sedikit selimut yang menutupi tubuhnya untuk lebih mempermudah gerakannya, lalu tampaklah olehnya berberapa tanda kemerahan yang menghiasi seluruh tubuh bagian atasnya. Perlahan, ia mulai mengusap lembut jejak-jejak cinta yang telah ditinggalkan oleh Masumi tersebut. Dan ketika ia sudah bangun dan bangkit dari tempat tidur, tampak olehnya noda darah yang menghiasi seprai yang ditidurinya tadi. Maya tersenyum melihatnya, karena baginya itu adalah bukti kepemilikan yang telah dimateraikan oleh Masumi atas dirinya. Maya membungkus tubuhnya dengan selimut sebelum akhirnya pergi menghampiri Masumi.
Masumi yang tidak menyadari akan kehadiran Maya yang secara tiba-tiba muncuyl di belakangnya hanya bisa kaget ketika Maya mengambil rokok yang sedang dihisapnya, mematikannya lalu membuangnya ke lantai. Masumi hanya bisa melihat hal itu dengan terkejut.
“Aku tidak suka bila kau merokok. Itu tidak baik untuk kesehatanmu” ujar Maya.
Masumi tersenyum lembut kepadanya. Dalam hati ia senang karena Maya ternyata sangat peduli akan kesehatannya. Ia pun kemudian bertanya “Kenapa kau terbangun sayang?”
“Aku tidak dapat tidur” jawab Maya singkat
Masumi lalu membuka tangannya untuk menyambut wanita itu. “Kemarilah” ujarnya “Disini dingin, biar aku menghangatkanmu”
Maya hanya mengangguk saja sebelum akhirnya menyerahkan dirinya kedalam dekapan hangat Masumi yang memeluknya dari belakang. Mereka berdua kemudian berdiri dalam diam sambil memperhatikan berjuta bintang yang bertebaran di angkasa.
“Apa kau bahagia, sayang?” tanya Masumi kemudian, memecah keheningan.
“Sangat” jawab Maya pasti sambil menganggukan kepalanya mantap.
Masumi tersenyum mendengarnya. Ia merasa sangat senang karena telah membuat wanita yang dicintainya ini bahagia.
“Apa aku tadi menyakitimu?” tanya Masumi lagi karena tiba-tiba ia teringat akan jeritan Maya saat mereka melakukan hal itu untuk pertama kalinya. Menyakiti Maya adalah hal yang paling tidak ingin dilakukan olehnya. Maka dari itu ia perlu memastikan apakah tindakannya tadi telah menyakiti diri Maya atau tidak. Walaupun setelah itu Maya tampak sangat menikmati setiap permainan panas mereka, namun tetap saja hati Masumi merasa bersalah karena telah menyebabkan kekasihnya itu kesakitan.
Maya menggelengkan kepalanya perlahan “Aku sama sekali tidak merasa sakit….satu-satunya perasaan yang kurasakan saat ini adalah perasaan bahagia karena kita telah bersatu kembali” ujarnya menenangkan hati Masumi.
Masumi memutar tubuh Maya sehingga menghadap kearahnya. Diletakannya kepala Maya diatas dadanya sambil memeluk erat tubuhnya “Aku juga merasa sangat bahagia, sayang…..Sangat sangat bahagia” kata Masumi yang berhasil membuat secercah senyuman terukir di wajah wanita yang berada dalam dekapannya itu.
“Dan apa kau tahu apa yang akan membuat kebahagiaanku ini sempurna?” tanya Masumi. Ia menjauhkan sedikit tubuh Maya dari dirinya agar gadis itu dapat memandangnya.
“Apa?” Maya balik bertanya.
“Bila aku dapat segera menjadikan dirimu sebagai istriku secara sah” jawab Masumi yang disambut oleh rona kemerahan yang timbul di wajah Maya.
“Kau tahu aku sama sekali tidak membuat persiapan apa-apa untuk melamarmu sekarang, sayang karena semua hal yang terjadi diantara kita hari ini sama sekali tidak direncanakan terlebih dahulu dan tidak masuk ke dalam agenda kerja harianku” ujar Masumi “Tapi aku sungguh tidak dapat menahan diri lagi untuk bisa secepatnya menikah denganmu. Setelah semua yang terjadi pada kita, aku tidak ingin kau pergi jauh lagi dari sisiku” Masumi lalu menggenggam erat kedua tangan Maya. Diangkatnya lalu diciuminya secara lembut seraya berkata dengan tatapan mata yang penuh cinta “Maya Kitajima, bersediakah kau menikah denganku?”
Maya hanya bisa terdiam mendengar lamaran tiba-tiba dari Masumi tersebut. Sungguh ia sama sekali tidak pernah menduga bahwa dirinya akan mendengar kata-kata itu keluar dari bibir Masumi secepat ini. Ia sendiri sebenarnya bahkan masih belum bisa sepenuhnya mempercayai akan segala kebahagiaan yang telah terjadi didalam kehidupannya semenjak bertemu kembali dengan Masumi di depan gedung pertunjukan La Traviata siang tadi. Semuanya terjadi dengan begitu cepat dan seperti kata Masumi tanpa perencanaan terlebih dahulu. Sebutir air mata jatuh membasahi pipinya akibat perasaan sukacita yang saat ini membuncah ingin keluar dari dalam dadanya. “Iya, aku bersedia” jawabnya disela-sela isakan tangis kebahagiannya.
Masumi yang juga tidak kalah bahagianya mendengar jawaban yang diberikan oleh Maya langsung menghujani wanita itu dengan beberapa ciumannya. Ia awalnya sempat ragu untuk meminang Maya saat ini, karena takut Maya akan menolaknya sebab bagaimanapun walau mereka berdua saling mencintai tetapi mereka baru saja bersatu kembali setelah berpisah dua tahun lamanya akibat kesalahpahaman yang telah sempat menyakiti hati mereka masing-masing. Namun kini, mendengar perkataan “Ya” yang keluar dari mulut Maya, Masumi merasa bahwa saat ini ia adalah pria yang berbahagia di muka bumi ini.
“Terima kasih sayang….terima kasih” ujar berulang kali di sela-sela ciumannya tersebut.
Masumi sebenarnya masih ingin mencium Maya lebih lama lagi, namun secara tiba-tiba Maya mendorong Masumi untuk menjauh dari dirinya dan memberikan tatapan jengkel kepada pria itu.
“Lalu, mana cincin pertunanganku?” tanyanya pura-pura merajuk.
Masumi hanya bisa tertawa saja melihat tingkah pola kekasihnya tersebut. Ia kemudian berjalan kembali kedalam kamar sebentar untuk mengambil suatu benda kecil yang berada diatas meja dekat tempat tidurnya lalu kembali menemui Maya di luar.
“Ulurkan tanganmu dan aku akan memberikan hal yang kau minta tadi” perintah Masumi yang langsung dituruti oleh Maya. Wanita itu mengulurkan tangan kirinya pada Masumi. Lalu Masumi pun mengeluarkan benda kecil yang tadi diambilnya dari kamar. Alih-alih cincin, Masumi ternyata mengeluarkan sebuah bolpen berwarna hitam. Kemudian secara hati-hati ia mengukirkan namanya mengelilingi jari manis tangan kiri Maya.
“Selesai” ujarnya seraya menatap hasil “prakarya”-nya tersebut dengan sebuah senyuman bangga. “Dengan ini, semua orang akan tahu bahwa kau sudah menjadi milik dari Masumi Hayami” katanya.
Maya yang melihatnya tidak dapat menahan rasa gelinya. Ia pun akhirnya tertawa lebar. Lalu dengan sigap ia mengambil bolpen itu dari tangan Masumi dan mulai melakukan hal sama kepada jari manis pria itu.
“Dengan begini semua wanita-wanita yang memendam perasaan suka kepadamu akan tahu bahwa kau sudah menjadi milikku, Maya Kitajima” ucap Maya sombong.
Masumi memperhatikan hasil karya Maya di jarinya tersebut. Lalu ia mengangkat kepalany dan pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Maya. “Sejak semula, aku memang sudah ditakdirkan untuk menjadi milikmu, sayang” katanya lembut sambil membelai mesra pipi Maya.
“Aku sangat mencintaimu” ujar Maya. Dipegangnya tangan Masumi yang sedang berada di pipinya saat ini.
“Aku jauh lebih mencintaimu” jawab Masumi.
Keduanya pun lalu kembali berciuman mesra dibawah terangnya sinar rembulan dan deburan ombak serta tiupan angin malam. Tidak butuh waktu lama bagi mereka untuk mengubah pola dan ritme ciuman itu sehingga menjadi sebuah ciuman yang panas yang penuh dengan nafsu. Maya tahu bahwa saat ini Masumi sudah kembali menginginkan dirinya. Tubuh pria itu sudah cukup berbicara kepadanya akan hal yang paling diinginkan oleh Masumi saat ini. Ditambah lagi Masumi yang dengan secara tiba-tiba membuka selimut yang menutupi tubuh Maya dan membopongnya kembali masuk ke dalam kamar lalu membaringkannya diatas ranjang tanpa mematahkan ciuman mereka. Ronde selanjutnya telah dimulai.
~oOo~
25 Tahun kemudian
Suasana di rumah kediaman keluarga Hayami sangatlah meriah. Banyak orang berkunpul disana saat itu. Disegala penjuru rumah tampak hiasan pita-pita juga balon dari berbagai bentuk dan warna tergantung dengan indahnya. Sedangkan di setiap meja terdapat rangkaian bunga Mawar Ungu. Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan bagi pasangan suami-istri Hayami, karena mereka merayakan tiga event penting pada saat yang bersamaan; yaitu perayaan ulang tahun perak pernikahan mereka, ulang tahun yang pertama dari cucu sulung mereka serta perayaan karena terpilihnya putri bungsu mereka sebagai Bidadari Merah yang baru menggantikan sang Mama.
Maya dan Masumi melangsungkan pernikahan mereka secara sederhana, jauh dari kesan glamour dan mewah serta tertutup dari kalangan pers dan media di lembah plum hanya tiga bulan setelah Masumi melamar Maya di villa-nya pada waktu itu. Pernikahan mereka hanya dihadiri oleh kerabat dan sahabat dekat keduanya. Tidak ada satupun rekan bisnis Masumi atau para petinggi dunia hiburan yang diundang dalam acara itu. Mereka benar-benar mengingkan agar acara pernikahan mereka ini menjadi suatu perayaan cinta yang sakral dan kudus. Rei didaulat oleh Maya untuk menjadi bridesmaid-nya saat itu sedangkan Hijiri dijadikan Best Man oleh Masumi. Pak Kuronuma dan Mizuki ditunjuk untuk menjadi saksi pernikahan keduanya.
Kehidupan Maya dan Masumi setelah itu selalu diisi dengan cinta dan kebahagiaan. Rumah tangga mereka jarang sekali diguncang oleh pertengkaran ataupun masalah. Kalaupun ada satu-dua hambatan dalam pernikahan mereka, hal itu pasti akan langsung diselesaikan oleh keduanya tanpa menunggu waktu yang lama. Mereka lalu dikaruniai dua orang anak –laki-laki dan perempuan; si sulung Kenzo yang lahir sembilan bulan setelah pernikahan mereka dan si bungsu Kaori yang berjarak empat tahun dari kakaknya.
Kenzo yang menjadi anak kebanggaan Masumi, mewarisi ketampanan, kegagahan dan kepintaran ayahnya. Ia memang pantas bergelar sebagai Masumi Hayami, Jr karena ia pun terkenal sangat gila kerja seperti ayahnya. Dan sama seperti Masumi yang berhasil menduduki posisi sebagai direktur Daito di usia yang masih muda, Kenzo pun kini telah menjadi seorang young entrepreneur yang sukses dan menggantikan posisi ayahnya sebagai direktur utama Daito dan berhasil secara gemilang menjadikan perusahaan itu semakin maju dan sukses. Para pengamat bisnis mengatakan bahwa Daito saat ini dibawah kepemimpinan Kenzo Hayami jauh lebih berkembang dibandingkan dengan masa kepemimpinan Masumi.
Sedangkan Kaori Hayami tumbuh menjadi anak kesayangan Masumi. Hidupnya bagaikan seorang tuan putri karena selain bergelimang harta dan kemewahan, ia juga selalu mendapat curahan kasih sayang dari ayah, ibu dan juga kakaknya. Namun itu semua tidak lantas menjadikannya sebagai anak yang angkuh dan sombong. Sifatnya yang periang dan ramah seperti ibunya menjadikan ia sangat disukai oleh siapa saja. Ia pun mudah bergaul sehingga memiliki banyak teman. Berbeda dengan kakaknya yang terkenal sebagai The Cool Prince Charming, Kaori adalah seorang anak yang hangat dan menyenangkan. Untuk urusan penampilan fisik, Kaori dianugerahi tubuh yang sempurna dengan wajah yang cantik dan manis seperti ibunya serta tinggi semampai seperti ayahnya. Selain itu, ia juga mewarisi bakat akting yang dimiliki oleh sang mama. Hal inilah yang menjadikannya kini sebagai salah seorang aktris muda terbaik di dunia hiburan Jepang dan berhasil mendapatkan hak pementasan Bidadari Merah menggantikan posisi Maya.
Untuk urusan cinta, walaupun kedua anak ini mewarisi penampilan yang sama dari kedua orang tua mereka, namun perjalanan asmara keduanya jauh lebih mudah dibandingkan ayah dan ibunya dulu. Si sulung Kenzo tidak perlu memendam perasaan cinta sedemikian lama kepada gadis pujaannya seperti Masumi dulu, karena dua tahun yang lalu ia telah menikah dengan belahan jiwanya yang juga merupakan sahabat karibnya sedari kecil, yaitu Sayoko yang merupakan putri tunggal pasangan Ayumi dan Hammil. Pasangan ini pun telah dikaruniai seorang putra bernama Mamoru yang pada hari ini genap berusia satu tahun. Sedangkan Kaori sudah sejak lima tahun terakhir ini menjalin hubungan kasih dengan putra Sakurakoji dan Mai, yaitu Rui. Rui juga merupakan lawan main-nya kini dalam Bidadari Merah. Mereka menjadi pasangan Akoya dan Ishhin diatas dan juga diluar panggung. Ternyata kisah kasih antara Koji dan Maya yang tidak berakhir dengan suatu hubungan cinta dapat terwujud dalam diri putra dan putri mereka kini.
Sekarang setelah semua perayaan itu berakhir, Maya dan Masumi telah berada di dalam kamar tidur mereka berdua untuk beristirahat. Masumi perlahan mendekatkan dirinya pada Maya dan memeluknya. Setelah 25 tahun menjalani pernikahan dengan Maya, tidak pernah satu hari pun terlewatkan oleh Masumi tanpa memberikan istrinya ini pelukan dan ciuman sebelum tidur dan pada saat bangun di pagi hari sambil berkata “Aku mencintaimu”. Tetapi untuk malam ini, demi merayakan seperempat abad kebersamaan mereka, Masumi menambahkan suatu kalimat yang belum pernah ia ucapkan selama ini :
“Terima kasih karena telah berbagi kehidupan ini bersama denganku, sayang”
Maya tersenyum mendengarnya lalu balas memeluk Masumi dan berucap :
“Itu adalah suatu kesenangan dan kehormatan bagiku, Belahan jiwaku.”
TAMAT


37 comments:

Anonymous said...

yah bersambung......menanti lagi...kuharap tidak lama...

Fagustina on 6 May 2011 at 12:49 said...

TAMBAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHH....XDD

orchid on 6 May 2011 at 13:48 said...

tidaaaaaaaaaaaaaaak, mana lanjutannyaaaaaaa, tapi sukaaaaaaaa sekaliiiiiiiiiiiii

elfi said...

Kuraaaaang....

Anonymous said...

teruskan, jangan lama2...

orchid on 7 May 2011 at 13:22 said...

kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen, kuraaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaang, tambaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah, bagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii, kaliiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii,
sama dengan kutunggu update-mu, wakakakak

Anonymous said...

nat, suka bangetttt, keren abis.. ayo terusin lagi..
Ya udah gapapa suka ama badai di atas panggung, suka ama mawar ungu.. gapapa yang penting hati senang yaa..

yuni

Anonymous said...

kok gkada terusannya?
anita

Anonymous said...

bagusssss !!!!!!
tambah kurang banyaaakkkkkk !!!!
ciaayyyyooooo :)

orchid on 9 May 2011 at 23:16 said...

BAGUS, BAGUS SEKALI, saking BAGUSnya, hiks, hiks, hiks, kenapa bersambung, hiks, kenapa, hiks, tapi saya merasakan kesedihan yang semakin dalam, lebar, panjang, tinggi (volume kali)

Anonymous said...

i Luv it.. kerreen..nn..nn.. tarik uLur nya bkin gemez-gemez gmanaa gtu,, hahaha.. Lanjuuuttkaan!!

Anonymous said...

hohohohoho...lanjutkaaannn!!!!!
_ichigo hime aka tyas rani aka teh ijo aka green tee_

Anonymous said...

dikit amat... lagi...!!

orchid on 14 May 2011 at 13:06 said...

senengggg, sendu2, ini pasti menderita2 lagi, sangat romantis, ahahah

Anonymous said...

betul...sdikit amat...............lagi dong....tambah......penasaran......

Anonymous said...

Baguuusss...keren!!lanjut ya nat! :) -reita

Anonymous said...

tega nian dikau, baru juga ketemu sudah bersambung lagi...
segera dilanjutkan ya mbak

Anonymous said...

nnnaaaaaaaaaattttt......coba yaaaaa diperquick apdetnyaaaa...... =_=''

-ichigo hime aka green tee aka tyas rani-

Sandy said...

Finally! We see some french kissing going on here!

Selamat! Sangat menyenangkan fanfic mu, natalie! thanks yaaa

Anonymous said...

Aku suka alur cerita & kata2 yang dipakai, sekilas bisa kasi gambaran ke orang yg baca ttg karakter tokoh2nya :-) ( rini )

elf said...

“Aku mencintaimu” itulah kata-kata yang mereka ucapkan terus menerus secara bergantian ditengah-tengah ciuman mereka.
plok...plok...plok
so sweeeet

Anonymous said...

"Pokoknya kiss kiss kiss......ga peduli orang....NATALIE, trims ya ffnya...selalu ditunggu kemajuan MM nich ^.^

Nana said...

Wow...Masumi kayaknya akhirnya gak jadi nonton La Traviata deh karena keburu..'ehem' sama Maya. Hahahaha...

Maya kan anaknya polos dan lugu ya..dia apa gak pengsannn tuh dicium dgn cara seperti itu oleh laki2 idaman hati?

Nice work, Nat.. senang MM saling unyu2 tanpa merasa malu2..

orchid on 19 May 2011 at 20:21 said...

melongo membacanya, tidak percaya, itu ditengah jalan loh, nanti ada wartawan ngejepret, auwww, tak kubayangkan, xixixi

Anonymous said...

walah, walah, untung saya sudah 30+
akhir yang mengejutkan tapi juga memuaskan,jadi mupeng!
menarik sekali mbak, trims yaaa...
(nadine)

orchid on 21 May 2011 at 21:59 said...

heh, kenapa ada mamoru disana, wkwkwk, ending yg menenangkan yah meski ditengah ada yang riuh riuh gitu, xixixi

Fagustina on 21 May 2011 at 22:33 said...

blushing2 nih ane + mupeeeeeeeeng, btw mereka berapa ronde tuh...wakakakakaka, baguuuuuusssssssssss, n ada mamoru (sailormoon) sm Kaori (Samurai X) ikutan nampang....XDD

Anonymous said...

blushing nya banyak banget.......tapi senang akhirnya happy ending.

suka banget sama kalimat ini :
"Terima kasih karena telah berbagi kehidupan ini bersama denganku, sayang"
"Itu adalah suatu kesenangan dan kehormatan bagiku, Belahan jiwaku."

huaaaaaaaaaaaaaaaaaa......pengen nangis bacanya, terenyuh.

Tq Natalie Choi

-wiwik-

Nana said...

Wow! good job, Masumi!..eh..maksudnya, Natalie.. hahahaha..
Masumi memang hebat!! eh, salah lagi..maksudnya, Natalie yg hebat. ;-p

IMPRESSIVE! aku rasa semua fans TK di seluruh dunia memang mengharapkan inilah yg terjadi diantara Maya dan Masumi setelah mereka ngaku kalau mereka saling cinta satu sama lain. I can't think otherwise.

Congratulations on finishing the story and we thank you!

Cheers to Natalie!

Anonymous said...

kak nat,, kerreen bangeett cerita nya.. LuV it so much..much..much..much..
giLee deeh imajinasi dirimu kak.. aku sekaLee maLah dgn pLot yg begini.. jd beda ama cerita yg Lain.. Lagian jg bu mayuko kan sempat jg ada scene yg keik beginian ama ichiren.. so what gitu Loh ama MM.. terserah deh sensei miuchi mo' Lanjuut pa ngga.. aku ga ngarreepp banyak Lagi koQ ama penantian panjang ini.. dah t'obati tuuh ama kreativitas kakak-kakak yg udah pubLish karya nya d.bLog ini,, especiaLLY aku eaa..aa kak NathaLie dooonk.. thank'z eaa kak.. d.tggu bwt mimpi giLa kakak seLanjutnya..
-ayie-

Anonymous said...

ini ratingnya 21+++ wild kiss, bed scene...heheheheeh.....
ane juga mikirnya sama ama riri..yg wild kiss di jalan apa ga jadi gosip tuhh...trus dijepret masuk halaman pertama majalah gosip....hihihi..
_KATARA HAYAMI_

Anonymous said...

kak nat, kereeen bgt.. I Luv...Luv..Luv it so muuuuaacchh!!! Keren bgt imajinasi dirimu kakak.. terserah deeh sensei miuchi niat lanjuutin atau ngga seriaL TK nya,, aku daah ga penasaaraan agi dalam penantian panjang ini.. soanya dah terobati bangeet-banget nee sama kakak-kakak yang udah publish_in ide-ide imaginatif kreatif nya di blog ini... especially aku bwt kak natalie doonk... as Far as kak Nat bkin Plot ceritanya beda dari yang laen... tapi justru ituu bgt yang kita inginkan...
menurut aku niih eaa,,
bagi kita penggemar topengkaca yang penasaran abiezz ama kisah cinta MM yang jelas digantung ama sensei miuchi,, berharap mereka bakal nyatu,, kawiin, punya anak cakep-cakep keik bapak nya... romantis stories lah.. n happy ending pastinya,,,
tapi klo ga disini... klo bukan tulisan nya kak natalie n cs ga nmungkiiiin kalii eaa,, hasrat kita-kita kesalur,,, heheheee... lagian juga di serial tk,, aslinya kan bu mayuko juga ada tuh scene making love ama si_ichiren,,, so what gitu Lho ama MM...??? Kakak aku aja dah keki bgt ngikutin neeh cerita,, PULUHAN TAHUUUN BOO Nungguin kejelasan cinta mereka!! H2c gitu dia,, baruu ini neeh kesampaian... benerrr ga...???
so,, thank'z eaa kak nat udah berbaik hati berbagi ama semua fans tk... CooYYYiiii jd curhat deeeh aku..
anyway akuu dukuungg deeh kak nat... Lamjuuuuttt...ehhmmm...mm kak,, klo bole reQuest
neehh,,, lanjutin romantisme mereka pas kawinan doonk,, sebelum mereka punya anak cucu gituu,, jangaan ditamatin mpe disini dooonkkk... Yaa... Yaa.....aaaa (ting..ting..ting... sambiL mata berkedip-kedip polos keiik mata maya natap masumi tuuh)hehehee...

-AYie-

Ty SakuMoto on 22 May 2011 at 12:20 said...

Ya ampuuuunnnn its soooo sweeeeeeeeeeeeeeeeeeeeettttt....

Aku suka cara penyampaiannya dan alurnya. Walaupun sempat bertanya-tanya gimana nasib Bidadari Merah yang ngga dibahas2... ternyata akhirnya disebutkan juga setelah kelahiran Kaori dan aku juga sukaaa karena ada Satomi dilibatkan <3

Aku juga suka penulisannya yang rapi, walaupun dari huruf aku ngerasa kekecilan.

Dan akhir kisah hidup MM its overly PERFECT! but hell, they already through so much pain, jadi memang pantas diberikan akhir yang teramat sangat heppy ending XDD

Ahh the Izu scene ne... ini personally, aku sangat malu bacanya... hahaha.... mungkin adegan MM paling WAH! yang pernah kubaca >.<
aduuhh masih malu aja nie.... hahaha

Biasanya, Masumi merebut hatiku kalo baca FF, tapi entah kenapa di FF ini aku jatuh cinta sama karakter Mayanya <3<3

yaaayy....! Thank you so much for the story cant wait for another story from you lovely Nat!!
I love this one <3

Anonymous said...

tidak ada kata yang bisa di ucapkan selain

" KUAREEEEEEEEEEEENNNNN BUANGEEEEEEEEEEETTTTTT"


gOOd jOB n Sukses Trus buat Sensei Natalie... ^_^....

Anonymous said...

hip hip hooray...!!

kuereenn, lanjutkan sista.. :D

Gracie on 23 May 2011 at 14:31 said...

Buat semuanya yang udah baca dan kasih comment

TERIMA KASIH BANYAK

Thanks a lot ya sista2 semuanya...


Cheers to y'all

Lots of Love,
~Natalie Choi~

aan on 28 November 2011 at 21:34 said...

kyaaa,,,,,*panik* ,,,

baru baca ff nya natalie,,,
klepek klepek deh hatiku,,,

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting