Saturday 28 May 2011

Fanfic TK: `Cos I Love You Ch. 3

Posted by Ty SakuMoto at 10:21
Warning : Kissu Kissu

`Cos I Love You
(By Riema)


Chapter 3: Welcome Sorrow

Ruang dokter :

Masumi duduk di hadapan dokter Kazuaki Tsuchiya, dokter bedah yang menangani Maya. Masih terasa perih di hatinya karena reaksi Maya ketika melihatnya.
            ‘ Jadi, dokter. Bagaimana sebenarnya cara kerja penyakit ini?’
            ’ Sebelum mengadakan tes lanjutan, sebenarnya saya belum bisa menyimpulkan. Tapi dari pengamatan dan keterangan yang saya dapat, saya bisa mengambil kesimpulan sementara.’ Dokter Kazu berpikir sejenak
            ’ Saat Nona Kitajima terbangun pertama kali, ingatan kuat yang pertama dia ingat adalah kematian ibunya, seakan itu baru terjadi kemarin. Mungkin saja, ingatan itu memang sangat kuat atau dia sedang  fokus pada hal itu belakangan ini. Sementara ingatan lain sebelum kematian ibunya, saya rasa semua ingatan itu masih terjaga dengan baik. Tapi, Ada juga kejadian setelahnya  yang dia ingat. Dan itu acak. Tidak ada rentang waktu tertentu, atau hal-hal spesifik lain menyangkut ingatan tersebut. Hanya mungkin karena ingatan itu sudah cukup lama berada dalam memorinya.’ Dokter Kazu menghela nafas, Masumi menyimak dengan seksama
            ’ Tapi, ingatan yang belum lama tersimpan dalam memorinya, hampir semuanya terlupakan’ tambah dokter Kazu.
Di kursinya, Masumi lemas.
            > Itu sudah sangat jelas< hatinya berbisik lemah
            ’ Baiklah, terimakasih dokter. Tolong usahakan yang terbaik bagi nona Kitajima.  Dan saya harap, doker dapat memberi tahu saya perkembangannya ’ Masumi bangkit
            ’ Tentu saja Tuan Hayami. Besok Saya akan melakukan tes lagi. Saya meminta bantuan seorang temannya untuk menarik ingatan nona Kitajima. Apa anda akan hadir? Mungkin kehadiran anda bisa membantu.’
            ’ Tidak usah. Ingatan gadis itu tentang saya pastilah hal buruk semua’ Masumi tersenyum getir.
            ’ Baiklah kalau begitu. Saya permisi dokter, terima kasih. Sampai jumpa.’ Masumi menyalami sang dokter, kemudian berjalan keluar ruangan.
Masumi melewati ruang rawat Maya saat berjalan pulang. Dilihatnya gadis itu sedang melamun.
Dipandangnya wajah Maya dari kaca. Matanya memancarkan kerinduan yang dalam..
            ’Ah, Maya. Kenapa?’ bisik lelaki itu nelangsa. Lalu berlalu meninggalkan rumah sakit.
***

Di kamarnya, Maya duduk di tempat tidur sambil melamun. Sesekali diraba kepala bagian kanannya, terasa berdenyut nyeri di daerah bekas jahitan. Rambutnya dipangkas habis di bagian itu.
            ’Ibu.............’ Maya menangis meremas dadanya. Bagi ingatannya, kematian ibunya baru saja terjadi kemarin. Gelombang kesedihan yang dalam melandanya.
            ’Masumi Hayami. Aku benci !!’ Maya geram mengingat wajah Direktur Daito tersebut
            ’Manusia tak berperasaan !’ Maya kembali terisak. Tersedu-sedu hingga tertidur. Dalam tidurnya, Maya melihat Masumi Hayami menangis.

Villa Himekawa:
Di ruang tamu, tampak Ayumi dan Utako tengah berbincang-bincang.
            ’Mama sudah dengar kabar lagi tentang Maya? Bagaimana keadaannya sekarang? Dia sudah sadar bukan?’ Matanya yang kosong memandang lurus. Hatinya merasa khawatir.tak peduli mereka adalah saingan, Ayumi mengkhawatirkan keadaan Maya. Rival sejatinya
            ’Belum terlalu jelas Ayumi, mama hanya mendengar kalau Maya sudah sadar dan mengalami amnesia pertial. Tapi mama belum tau tepatnya, bagaimana keadaan gadis itu’ Utako menghirup tehnya.
            ’Amnesia partial?’ Ayumi merenung
            ’Apakah dia melupakan bagian bidadari merah juga? Ingatkah dia tentang bidadari merah?’ lanjutnya masih setangah merenung
            ‘Mama tidak yakin,entahlah. Tapi mungkin, dia akan mengingatnya jika ingatan itu cukup kuat baginya’
            ‘Maka dia akan mengingatnya’ sambar Ayumi
            ’Maksudmu?’
            ’Ingatan anak itu hanya melulu tentang akting, tak mungkin dia melupakan hal yang begitu penting baginya. Aku yakin dia akan mengingatnya. Bahwa dia adalah sainganku untuk peran bidadari merah.’ Ujar Ayumi yakin
            ’Dan jika tidak?’
            ’Aku akan menunggu. Berapa lamapun itu, aku akan menunggu dia bangun dan memerankan bidadari merahnya. Kami akan bersaing, seperti selama ini’
            ’Kau mencemaskannya ya Ayumi?’
            ‘Tentu saja Mama. Dia sainganku, dan satu-satunya temanku. Aku tidak akan membiarkan dia lari dariku’ Ayumi membayangkan kebersamaannya dengan Maya. Betapa banyak waktu yang dilaluinya dengan sahabat sekaligus saingannya itu.
            ’Betapa tragis ya, Ayumi? Kejadian yang menimpa para bidadari merah. Padamu, pada gadis itu?’ Utako mendesah
            ‘Ya. Dan pada Bu Mayuko’ Ayumi menambahkan
Keduanya terdiam, sibuk dengan pikirannya masing-masing.
*******
Diluaran, kecelakaan yang menimpa Maya mengundang banyak opini. Mulai dari pembicaraan betapa tragisnya nasib kelompok Kuronuma yang dua pemeran utamanya mengalami kecelakaan. Dan pendapat tentang adanya kemungkinan Bidadari merah akan diserahkan pada kelompok Onedera.
Berita-berita itu tentu saja semakin menyudutkan kelompok Kuronuma yang memang sejak awal tidak diunggulkan. Membuat para pemain lain di grup Kuronuma kehilangan motivasi. Untung saja Kuronuma dengan caranya sendiri selalu memberikan semangat pada para pemainnya dan tetap melanjutkan latihan.

Menanggapi berita-berita tersebut, Bu  Mayuko dan Ketua Drama Nasional memutuskan akan segera mengadakan pertemuan bersama dua kelompok begitu Maya keluar dari rumah sakit dan hasil pemeriksaan kesehatannya keluar.

Sementara di rumah sakit, Maya dan Rei masih terus melanjutkan terapi bersama dokter Kazu. Dokter Kazu terus meminta Rei menyebutkan kejadian kejadian yang seharusnya diingat Maya. Sesi terapi menarik ingatan ini dilakukan setiap hari. Karena menurut dokter, kerusakan pada otak Maya tidaklah terlalu serius, dokter Kazu merasa yakin Maya akan mendapat banyak kemajuan melalui terapi ini.
Hanya saja terapi ini tidak bisa terlalu lama dilakukan, setiap hari tidak lebih dari 2 jam Maya memaksa otaknya bekerja keras. Jika lebih lama, Maya akan merasa sakit yang luar biasa di kepalanya.

Sementara Maya di rumah sakit, Mawar ungu terus berdatangan hampir setiap hari. Bersama hadiah-hadiah dan ucapan-ucapan penyemangat. Membuat Maya gembira dan semakin bersemangat mengembalikan ingatannya. Saat ini, hatinya masih diliputi kesedihan akan kehilangan ibunya. Dan ingatan tentang Shigeru Satomi yang menurutnya masih kekasihnyapun mengganggunya. Ada sedikit rasa sedih saat Rei menjelaskan bahwa Satomi memutuskan hubungan dengannya setelah kamatian ibunya dan pergi ke Amerika.
Setiap hari, Rei, Taiko, Mina dan Sayaka bergantian menjaga Maya. Tidak jarang juga keempatnya hadir bersamaan. Mereka bergilir menceritakan banyak kejadian yang mereka alami setelah kematian Ibu Haru.
Tapi, meskipun teman-temannya sudah menjelaskan bahwa masa berkabung sudah lama berlalu. Dan bahkan Masumipun tidak pernah lagi mengganggu Maya. Hatinya tetap saja tidak bisa menghilangkan kesedihan akan kematian ibunya, juga rasa bencinya yang mendalam pada direktur Daito tersebut.
Sementara Direktur Daito yang mati-matian dibencinya, sering terlihat diluar ruang rawat Maya pada jam jam tidak lazim untuk bezoek. Hanya untuk menatap gadis itu sedang tertidur dan mati-matian juga menahan rasa sedih dan rindu. Betapa inginnya pria tampan itu menerobos masuk dan memeluk Maya.
’Kalau saja kau itu ingat tentang perasaan cintamu pada ku Maya. Dan kalau saja tidak ada fakta bahwa rasa bencimu ternyata lebih kuat dari rasa cintamu. Mungkin aku tidak akan sesedih ini. Mungkin lebih baik kau tidak mengingat aku sama sekali’ Pikirnya setiap kali memandang wajah Maya. Bahu tegapnya tampak lunglai.
***
Beberapa kali, Koji tampak datang berkunjung. Bagaimanapun juga, Maya adalah lawan mainnya, tidak mungkin Koji mengabaikannya begitu saja. Apalagi Maya sangat membutuhkannya demi peran Bidadari Merah. Lagi pula, selama ini dia toh tidak pernah benar-benar membenci Maya. Hanya shock dan kecewa karena gadis yang dicintainya itu berpelukan dengan lelaki lain yang sangat jauh dari bayangannya.
Dan pemuda itupun menyadari, bahwa Maya sama sekali tidak ingat kejadian itu. Bahkan Maya tampak sangat terkejut waktu Koji menyebut tentang Astoria. Bagi Maya, saat ini Masumi tidak lebih hanya sebagai musuh besar, orang yang telah menyebabkan kematian ibunya.
Koji merasa lega. Dan terbersit setitik harapan akan peningkatan hubungannya dengan Maya di kemudian hari. Sementara Maya sendiri masih merasa tidak enak karena telah menolak Koji demi memilih Satomi. Tapi sikap Koji yang begitu baik menghapuskan perasaan itu, ditambah penjelasan Koji bahwa mereka tetap berteman baik setelah kejadian itu.
Dan betapa bahagianya Maya mengetahui bahwa Koji akan memerankan Isshin bersamanya.

Akhirnya Maya diizinkan pulang. Dan setelah sesi terapi yang panjang, seperti yang diperkirakan Ayumi, Maya ternyata ingat bahwa dia adalah calon bidadari merah. Hanya saja semua latihan yang telah dijalaninya demi mendalami peran itu belum dapat diingatnya. Dan tanpa mengerti Bidadari Merah, Maya tidak mungkin dapat memerankannya.

*******
Untuk berkonsultasi tentang keadaannya, Maya menemui Ibu gurunya, Mayuko.
            ’Sekarang bukan saatnya bagimu bersedih Maya. Singkirkan dulu perasaan itu, bisa kan?’ Nasehat Bu Mayuko melihat Maya masih murung. Matanya sembap karena banyak menangis.
           ’Saya tau itu sudah lewat, tapi rasa sedih itu masih sangat jelas bagi saya Bu. Tidak bisa diabaikan begitu saja’ Jawab Maya serak
            ’Aku mengerti. Tapi kalau kau benar-benar ingin kembali, kau tidak bisa terus hidup di masa lalu. Bangunlah Maya. Aku mengandalkanmu. Banyak orang menunggu Bidadari Merahmu’
            ’Bidadari Merahku? Sejauh mana saya mengerti bidadari merah?  Saya sama sekali tidak ingat Bu’ Maya mengeryit, menahan sakit yang tiba-tiba menghantam kepalanya.
            ’Jangan dipaksakan Maya’Terdengar suara berat seseorang, Maya menoleh
            ’Pak Masumi?!’ Amarah kembali menguasai dirinya,
            ’Maaf mengganggu Bu, saya tidak tau ibu sedang ada tamu. Apa kabar Maya?’Masumi memandang Maya, tersenyum. Maya membalas senyum Masumi dengan tatapan dingin. Masumi merasakan udara disekitarnya membeku, menyesakkan .
            ‘Tidak apa Masumi. Duduklah dulu, kita akan membicarakan tentang pertemuan itu setelah aku selesai dengan Maya’ Bu mayuko mempersilakan
            ‘Saya pulang Bu, nanti saya datang lagi’
            ‘Tapi Maya, kita belum selesai’ Bu Mayuko mencoba menahan Maya
            ‘Selesaikan saja urusan kalian, aku akan menunggu’Masumi mengangkat tangan
            ’Tidak. aku tidak ingin melihat wajah anda. Melihat wajah anda selalu membuatku sedih, padahal aku sedang berusaha menghilangkan perasaan sakit ini. Perasaan sedih yang anda sebabkan. Aku, aku tidak ingin melihat anda.....’Sambil menangis Maya berlari keluar. Tanpa pikir panjang Masumi menyusulnya. Begitu sampai taman, Masumi menahan lengan Maya.
            ’Tunggu Maya !’ Dibalikkannya badan Maya hingga menghadap ke arahnya
            ’Maya.........’
            ’Lepaskan aku..!! Anda senang kan melihatku seperti ini. Melihatku sedih, melihatku linglung, Bidadari Merah yang tak bisa mengingat apa-apa. seperti orang bodoh saja’ Air mata Maya mengalir makin deras. Membuat Masumi tidak tahan melihatnya. Betapa inginnya dia memeluk gadis itu, memberinya penghiburan, mengucap kata cinta yang gombal. Tapi hatinya hanya bisa meringis nyeri.
’Dengar Maya’ Masumi meraih dagu Maya dengan ujung jarinya
            ’Aku beritahu ya, masa berkabungmu sudah lama berlalu. Dulu karena hal ini kau terdepak dari dunia artis. Kali ini jangan lagi, kau mengerti? Tak peduli apa yang kau pikirkan, itu sudah lama berlalu. Meskipun masa membenciku tidak akan pernah berlalu, aku minta maaf. Aku sungguh menyesal mengenai hal itu. Aku tau permintaan maafku mungkin tidak berarti untukmu. Tapi andai kau mau memaafkan aku, itu akan sangat berarti untukku.’ Maya sedikit kaget dengan perlakuan Direktur Daito itu. Dan hatinya bertanya, sejak kapan Masumi berhenti memanggilnya mungil.
            ’Aku tidak tau mengapa maafku sangat berarti bagi anda. Aku tidak tau bahwa anda begitu memikirkan pendapat orang tentang anda, bukankah selama ini anda tidak pernah peduli? ’ Matanya yang basah menantang Masumi, tapi tak didapatinya sorot mata dingin seperti dalam ingatannya. Yang ada disana hanyalah sorot mata pilu yang aneh, yang tidak dimengerti oleh gadis itu.
            >Hanya kau, hanya pendapatmu. Aku tak tahan dibenci olehmu< Masumi menjawab dalam hati
            ’Tapi maaf, sepertinya aku masih belum bisa memaafkan anda. Aku masih sangat sakit.’ Maya melepaskan wajahnya dari Masumi
            >Dan apakah kau tau betapa sakitnya aku? Siapa yang mempedulikan perasaan sakitku ini?< Masumi memandang Maya menjauh meninggalkannya. Dari dalam rumah, Bu Mayuko memperhatikan mereka.
*******
Masumi tergesa-gesa pulang setelah urusannya dengan Bu Mayuko selesai.
’Aku tidak akan kembali ke kantor. Pulanglah, aku akan mengendarai mobilnya sendiri’ Masumi lalu masuk ke mobilnyan ,meninggalkan sopirnya yang masih berdiri kaku di tepi jalan.
Masumi mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi, menuju Izu. Dia harus menenangkan diri jika tidak ingin kehilangan kendali. Pertemuan tak sengajanya dengan Maya tadi hampir saja membuat pertahanan dirinya runtuh. Maya menangis dihadapannya, dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, dialah penyebab semua kesedihan gadis itu.
Masumi terus mengendarai mobilnya seperti orang gila, terburu-buru. Tapi tiba-tiba Masumi menghentikan mobilnya. Di depan sebuah kedai es krim.
Di tatapnya tempat itu agak lama sebelum akhirnya dia turun dan masuk kedalam.
            ’Tuan?’ Pemuda pelayan kedai itu tersenyum, rupanya masih mengingat Masumi.
            ’Kenji.’Masumi melirik name tag pelayan itu, mengangguk lalu mengambil tempat yang sama saat dia datang bersama Maya ke tempat itu.
            ’Anda pesan apa? Tidak bersama nona?’Pemuda itu tersenyum ramah lagi
            ’Yang sama seperti waktu itu ya!’Masumi menekuri meja. Kenjipun pergi, seolah membaca raut wajah Masumi yang kusut.
            >Maya< Masumi memandang kursi kosong didepannya, terbayang wajah ceria Maya kala itu.
Masumi duduk menopang dagu, samar-samar disimaknya lirik lagu ’if you`re not the one’ yang tengah diputar di kedai tersebut.
                        `cos i miss you
                        Body and soul so strong
                        That it takes my breath away
                        And i breath you
                        Into my heart and pray
                        For the strength to stand today

Masumi tersenyum getir, betapa tepat lagu itu menggambarkan perasaannya.
            ‘Silakan pesanannya tuan’ Kenji  itu menaruh seporsi besar es krim
            ‘Terima kasih. Maaf, bolehkah aku membeli cd lagu ini?’
            ‘Maaf? Maksud anda yang sedang diputar ini?’Kenji menatap Masumi heran
            ‘Ya. Tepat yang ini’ jawab Masumi tanpa mempedulikan tatapan heran pelayan itu
            ‘Tapi ini tidak dijual tuan’ Kenji coba menjelaskan
            ‘Tanyakanlah dulu pada bos mu. Aku sangat membutuhkannya’ Masumi berbalik menghadapi es krimnya.
            >Ayo makan Maya < Masumi menatap tumpukan es krim yang disusun dengan sangat indah itu, lalu memasukkan sesuap kecil ke mulutnya.
            > Rasanya sama sekali tidak enak. Kenapa rasanya tidak seenak waktu itu Maya? < Masumi memejamkan matanya, dan bayang-bayang tertawa Maya kembali menari-nari disana.
***     
            ‘Sebenarnya, apa yang kulakukan disini? Mencari bayanganmukah?‘ Masumi turun dari mobilnya, menatap bangunan villa yang tampak gelap dihadapannya.
Sambil menenteng sebuah CD, Masumi masuk ke villa. Menyalakan lampunya, dan menghempaskan tubuhnya ke sofa.
            ’If you`re not the one, Danied Bedingfield’ Masumi membaca tulisan yang tercetak di cover depan CD tersebut.
Sambil berbaring dibacanya lirik lagu itu.
                       

Daniel Bedingfield - If Youre Not The One

Powered by mp3skull.com

If you`re not the one Then why does my soul feel glad today
If you`re not the one then why does my hand fit yours this way
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would i have this strength to stand at all

I never know what the future brings But i know you`re here with me now
We`ll make it through and i hope you are the one i share my life with
I don`t wanna run away but i can`t take it i don`t understand
If i`m not made for you then why does my heart tell me that i am
Is there anyway that i could stay in your arms

If i don`t need you then why am i crying on my bed
If i don`t need you then why does your name resound in my head
If you`re not for me then why does this distance mean i`m alive
If you`re not for me then why do i dream of you as my wife

I don`t know why you so far away But i know that this much is true
We`ll make it through and i hope you are the one i share my life with
And i wish that you could be the one i die with
And i pray that you`re the one i build my home with
I hope i love you all my life
           
‘Hemm .Sangat mewakiliku’ Masumi setengah merenung
            ‘Baiklah, kau akan menemaniku malam ini Danield’ Masumi bangkit dan menyalakan CD playernya.
Tidak lama, lagu If you`re not the one membahana di villa tersebut. Masumi kembali membaringkan tubuhnya di sofa. Sebelah tangannya menutup mata.
            ‘Maya.....’ berkali-kali di ucapkannya nama itu. Terbayang lagi tatapan kebencian Maya yang mengiris hatinya.
            ’Ternyata cintamu padaku tidak cukup kuat Maya, kau bahkan tidak menyisakan sedikit senyum untukku’ Masumi bangun. Menatap ruangan yang penuh dengan kenangan bersama gadis pujaannya. Masih diingatnya dengan jelas semua kenangan itu. Semua pelukan, ciuman dan semua kata cinta yang terucap malam itu.
            ’Maya, kenapa kau pernah memberikanku kebahagiaan yang berlebihan seperti itu jika hanya untuk meninggalkan bekas luka yang tak mampu ku tanggung. Kau sudah membawa sebagian diriku, jiwaku. Dan tanpa jiwa yang utuh, bagaimana manusia bisa bertahan hidup’ Masumi menahan kepalanya dengan kedua tangan yang bertumpu di lutut.
            ’neraka tak mungkin sepedih ini andai aku tidak pernah merasakan surga’ masumi berbisik lirih, setitik air lolos dari matanya.
Masumi bangkit menuju balkon dan menyalakan rokoknya.
            ’Selamat datang duka. Mulai saat ini, hingga kekasihku kembali padaku, aku akan menjadi sahabatmu’ Masumi bicara pada udara pekat dihadapannya.

Pertemuan:

Satu bulan kemudian. Saat seharusnya pentas percobaan dilaksanakan. Ketua Persatuan Drama Nasional Mengadakan pertemuan. Dihadiri oleh Bu Mayuko, Masumi Hayami sebagai pemilik Gedung dimana pentas tersebut seharusnya dilaksanakan, juga kedua kelompok pemeran Bidadari Merah.
            ’Jadi bagaimana kesepakatan kita?’ Kata ketua drama akhirnya, setelah pertemuan berjalan cukup lama dan alot
            ’Saya tetap pada pendirian Saya. Kita harus tetap melakasanakan pentas percobaan itu. Sanggup atau tidak, kelompok Kuronuma harus tetap menjalaninya. Dan keputusan siapa yang pantas mendapatkan peran itu, harus tetap diambil’ Onedera yang bicara
            ’Bukankah itu namanya mengambil kesempatan atas kelemahan lawan?’ Kuronuma membela diri
            ’Tapi seharusnya setiap pemain menjaga dirinya masing-masing. Dan jika terjadi sesuatu pada mereka, haruskah semua orang menanggung akibatnya? Pikirkan orang lain kuronuma, jangan egois! Semua pemain sudah berlatih keras demi pentas ini. Semua pemainku sudah siap. Apakah salah mereka kalau ternyata pemainmu belum siap? Kalau kau memang belum siap, sebaiknya mundur saja’ Onedera menyeringai, membuat geram kelompok Kuronuma. Disampingnya, Masumi tampak tidak terlalu menyimak. Pada kenyataannya hatinya tak menentu. Antara kerinduanya yang membuncah pada Maya, dan betapa inginnya dia membantah pendapat Onedera. Juga pemikirannya yang amat yakin, bahwa Maya akan menolak untuk dibela.
            ’Itu semua kecelakaan Onedera. Bahkan mungkin seharusnya aku curiga padamu. Bukankah kau tidak segan-segan menggunakan cara kotor untuk mencapai tujuanmu? Siapa yang tau siapa yang mungkin berada di balik kecelakaan ini?’ Hardik Kuronuma, para pemain di belakangnya menyetujui
>Habis sudah. Mungkin begitu juga pandanganmu terhadapku Maya< pikir Masumi tersadar
            ’KURANG AJAR !! Kau menuduhku berbuat curang? Mana buktinya?’ Onedera balas berteriak
            ’Buktinya yang kecelakaan hanya orang-orangku? Mana mungkin aku tidak curiga’ teriak Kuronuma tak kalah garang. Kedua orang itu makin sengit mengadu mulut, tak ada tanda-tanda semakin mereda. Maya memijit kepalanya, terasa pusing melihat keributan itu. Masumi memperhatikan cemas.
            ’STOP !! ’ Masumi lah yang teriak sambil menggebrak meja. Ketegasan dan kharismanya membuat orang-orang terdiam. Masumi memanfaatkan kesepian sesaat itu untuk bicara.
            ’Apakah menurut kalian itu kelakuan kalian itu tidak terlalu memalukan? Ini pertemuan resmi bukan? Tenangkanlah diri kalian. Bukan hanya kalian yang punya hak bicara disini. Kenapa tidak kita dengarkan dulu pertimbangan Bu Mayuko. Sampai saat ini, beliau masih pemegang resmi dari hak pementasan Bidadari Merah. Silakan Bu’ Masumi duduk kembali. Dari sebrang meja Maya menatapnya, lalu memalingkan wajah saat pandangan mereka bertemu. Masumi mendesah nyeri.
            ’Aku setuju kalau Kelompok  Onedera belum siap. Dengan Maya yang sekarang ini, dia tidak akan mungkin menandingi Ayumi.’ Terdengar desah kecewa dari kelompok Onedera. Ditempatnya, Maya tertunduk lesu.
            ’Tapi sebelumnya, biarkan aku bertanya pada Ayumi. ’ Mayuko menatap Ayumi, dan merasa heran pada sinar mata gadis itu, Matanya yang tajam menangkap ketidak beresaan.
            ’Maukah kau bersaing dengan Maya yang seperti ini? Atau jika Maya didiskualifikasikan, maukah kau menerima peran bidadari merah?’ Tanya Mayuko tegas. Mengundang bisik-bisik diantara para hadirin.
Ayumi yang memandang kearah datangnya suara, terpaku. Dirasakannya tekanan dari sekitarnya. Dia tau pasti apa yang ingin Onedera dengar. Tapi dia juga tau apa yang diinginkannya.
            ’Tidak. ’ Ayumi menjawab tanpa ragu
            ’Aku menginginkan peran bidadari merah dengan persaingan yang adil. Aku akan menunggu Maya siap menghadapiku’ sambungnya. Maya menatapnya terharu
            ’Tapi sampai kapan kita harus menunggu. Adakah waktu yang pasti kapan Maya akan pulih?’ Tanya Onedera geram
            ’ Maya. Apa kata doktermu?’ Mayuko berpaling ke arah Maya
            ’Tidak ada. Tidak ada perkiraan waktu yang pasti kapan ingatan saya akan kembali Bu. Mungkin bulan depan, bisa juga tahun depan’ jawab Maya lesu. Koji menggenggam tangannya, menguatkan. Masumi yang melihatnya mengepalkan tangan geram.
            ’Nah.. lalu bagaimana? Tanya Onedera lagi
            ’Ayumi tidak mengatakan akan menunggu ingatanmu kembali Maya’ Kata Masumi tenang.
            ’Dia hanya akan menunggu sampai kau siap...... Bu Mayuko, mungkinkah jika Maya mengulang lagi pelatihannya selama ini? Butuh waktu berapa lama?’ Masumi menatap Mayuko, yamg tampak merenung sejenak.
            ’Tentu saja. Maya akan mengulang proses latihannya. Aku akan memberikan waktu 6 bulan untuk Maya menemukan kembali Bidadari Merahnya’ Masumi tersenyum puas. Terdengar desah nafas lega dari beberapa orang. Dan dengus kecewa dari beberapa lainnya.
            ’Kau keberatan menunggu 6 bulan Ayumi?’ Ketua drama bertanya
            ’Tentu saja tidak. Aku akan menunggu’
            ’Pak Onedera?’
            ’Apa boleh buat. Apa lagi yang bisa aku lakukan....’
            ’Pak Kuronuma? Sanggupkah?’
            ’Baik.’ Kuronuma menjawab mantap
            ’Terima kasih’ Maya berdiri dan membungkuk. Ditatapnya Ayumi disebrang meja. Tapi Ayumi tidak balas menatapnya. Hanya memandang ke arahnya, tanpa fokus. Sekali lagi hal itu tak luput dari perhatian Mayuko.
*******

Keputusan sudah diambil. Pentas percobaan Bidadari Merah diundur 6 bulan kemudian. Siap atau tidak, tidak akan ada kesempatan kedua untuk Kelompok Kuronuma, terutama Maya.
Waktu 6 bulan ini dimanfaatkan Ayumi untuk menyembuhkan matanya. Diam-diam, Ayumi dan ibunya pergi ke Swiss dan mengoperasi matanya disana. Selama masa 2 bulan penyembuhan, Ayumi akan tetap tinggal disana dan melatih akting Bidadari Merahnya bersama Utako.

Sekali lagi, Mayuko akan mengajak Maya ke kampung halaman Bidadari Merah dan bersedia mengulang latihan mereka. Tak ada keraguan di hati Bu Mayuko, bahwa Maya akan  mampu memahami Bidadari merahnya, karena pada dasarnya Maya adalah aktris berbakat. Dan jiwa sang bidadari sudah ada dalam diri Maya.
            ’Aku pergi ya teman-teman. Kalian yakin tidak ingin ikut bersamaku?’ Maya berpamitan pada teman-temannya di stasiun. Kojipun tampak hadir disana.
            ’Kami tidak ingin mengganggu latihanmu. Kau berlatihlah yang serius dan cepat kembali ya?’ Teman-temannya bergantian memeluk Maya
            ’Iya...... Doakan aku ya’
            ’Aku akan menyusulmu begitu kakiku sembuh total’ Koji menyalami Maya hangat
            ’Terima kasih Koji. Aku tunggu’ Mayapun berlalu meninggalkan teman-temannya. Berjalan lambat-lambat dan setengah melamun menuju kereta, hingga tak sadar menabrak seseorang.
            ’Oh, Maaf’ seraya menunduk
            ’Tidak apa-apa.’ Jawab orang itu, yang ternyata adalah Masumi Hayami. Sejenak, Maya merasakan dejavu
            ’Anda ? Apa yang anda lakukan disini? Kenapa sih anda selalu ada disekitarku? Aku benci ! membuat kepalaku sakit saja! ’ Maya mulai berteriak
            ’Hei hei . kau ini tidak  bisa tenang sedikit ya? ’ Masumi menggeleng
            ’Kebetulan saja aku ada di sekitar sini. Tidak mungkin kan kalau aku membuntutimu?’
            ’Kenapa tidak? Anda memang senang berbuat yang aneh-aneh kan?’ Maya mendelik
            ’Maya, maya.. Tidak bisakah kau berpikir normal saja tentang aku? Ugh...... aku ucapkan selamat jalan ya Maya. Semoga kau cepat berhasil dan kembali kesini’ Ucap Masumi tulus
            ’Terima kasih. Tapi omomg-omong, sejak kapan anda sadar bahwa namaku Maya? Dan bukan mungil?’ Maya bertanya dengan wajah kanak-kanaknya yang jenaka. Masumi menatapnya lekat-lekat dan menyimpan ekspresi yang sangat dirindukannya itu dalam ingatannya.
            ’Hemm. Kaulah yang mengatakan padaku bahwa kau sudah dewasa. Cukup dewasa untuk minum alkohol, untuk mencintai, dan pada saatnya nanti kau akan menikah’ Masumi tersenyum
            ’Aneh sekali. Untuk apa aku mengatakan hal itu pada anda?’ Maya memiringkan wajahnya
            ’Sudahlah, tidak usah dipikirkan. Pergi sana, atau kau akan ketinggalan kereta. Berlatihlah baik-baik disana, jangan melamunkan aku.....’ Masumi tertawa lalu meninggalkan Maya
            ’Melamunkan dia? Hiiiyy, apa sih maksudnya orang itu? Menyebalkan’ maya berlari masuk ke kereta. Bu Mayuko dan Genzo sudah menunggu disana.

Dibalik pilar, Masumi menatap Maya.
            ’Sampai jumpa gadisku. Ingatlah aku jika kau kembali nanti. Dan selama itu, aku akan tetap menunggu........’
*******
Kantor Masumi:
Masumi baru saja menutup telpon, wajahnya tampak murung. Hijiri masih belum menemukan sopir taksi yang membawa Maya saat kecelakaan terjadi. Sebulan lalu, sopir taksi itu menghilang, beserta seluruh keluarganya. Hingga Hijiri belum mendapat keterangan apapun terkait dengan kecelakaan yang menimpa Maya.
Hatinya sama sekali tidak rela jika orang dibalik tindakan ini masih berkeliaran dengan aman. Masumi berjanji akan menemukannya segera.
Tak lama, lampu telponnya menyala
            ’Ya Mizuki, ada apa?’
            ‘Nona Takamiya ingin bertemu anda’
            >Shiori? <
            ‘Persilahkan dia masuk Mizuki’
            ‘Baik Pak’
Pintu kantornya kemudian terbuka, Mizuki mengantar Shiori Takamiya masuk.
            ‘Silakan.’ Mizuki mempersilakan lalu menutup pintu kembali
            ’Shiori? Duduklah. Apa ada yang bisa aku bantu?’ Masumi agak heran dengan kedatangan Shiori. Semenjak memutuskan pertunangan mereka dan Takamiya membatalkan kerjasamanya dengan Daito, mereka sama sekali tak pernah berhubungan lagi.
            ’Tidak ada apa-apa. Masumi, Aku mendengar tentang Maya’ .
’Aku sangat menyesal mendengarnya. Bagaimana keadaanmu?’
’Terima kasih atas perhatianmu Shiori, aku tidak apa-apa’ Masumi tersenyum tawar
’Benarkah? Aku dengar Maya kehilangan ingatannya? Lalu bagaimana hubungan kalian?’ Tanya Shiori penasaran
’Hubungan kami? Tidak ada yang terjadi diantara kami Shiori’
’Apa maksudmu? Kau meninggalkan aku demi dia kan? Lalu apa maksudmu tidak ada apa-apa?’ desak Shiori
’Sebenarnya apa maksud kedatanganmu kemari?’
’Tidak ada........... aku. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Tidak bolehkah?’ Shiori tertunduk
’Tidak perlu. Aku baik-baik saja’
’Masumi...... kalau kau membutuhkan aku, aku akan selalu ada. Kau tau kan? Aku akan selalu menunggumu’ Ujar shiori penuh harap
’Jangan begitu Shiori. Kupikir urusan kita sudah selesai, tak perlu membicarakan itu lagi’
’Tapi Masumi. Anak itu tidak mencintaimu lagi kan? Bahkan kudengar, dia sangat membencimu. Apa yang kau harapkan?’
’Apa kau memata-matai Maya, Shiori?’Tanya Masumi penuh selidik
’Apa maksudmu? Tentu saja tidak. Aku hanya mendengar kabar’ Shiori menghindari tatapan mata Masumi
’Kalau begitu tataplah hanya mendengar, tak perlu mengurusiku’
’Tidak bisa seperti itu Masumi. Bagaimanapun juga aku masih sangat mencintaimu. Sekarang tidak ada anak itu yang mencintaimu lagi. Kenapa kau tidak kembali saja padaku Masumi?’
’Tak peduli Maya mencintai aku atau tidak. Aku akan tetap mencintainya. Aku akn tetap menunggunya. Tidakkah kau pahami itu Shiori?’
’Seandainya dia tidak akan pernah ingat lagi tentang perasaannya padamu?’ Shiori terdengar putus asa
’Aku tetap tidak bisa bersamamu. Aku akan memilih untuk menjadi bayangan selamanya’ Masumi manegaskan
’Sebegitu dalamnya......... Ternyata seperti itu perasaanmu padanya. Aku sangat bodoh........ Berpikir kau akan jadi milikku lagi. Seharusnya aku tau, walaupun anak itu mati, kau tidak akan pernah berpaling padaku’ Dengan berurai air mata Shiori berlari keluar.
’Shiori tunggu ! ’ Teriak Masumi tanpa bermaksud benar-benar menahan
’Apa maksud perkataannya barusan?’
’Mungkinkah dia sungguh-sungguh terlibat’ Masumi bertanya pada diri sendiri. Lalu diraihnya gagang telepon.
’Hijiri?-Awasi saja Shiori Takamiya-Jangan lengah sedikitpun-Tidak, itu saja. Aku yakin dia akan membawa kita pada jawabannya-terima kasih’
*******
Bulan demi bulan berlalu dengan cepat, Mayapun diburu waktu. Tapi tak ada kesulitan sama sekali dalam perkembangan aktingnya. Baginya, hanya seperti mengikuti mimpi. Maya merasa bahwa dia pernah mengalaminya. Seperti dejavu.

Koji semakin dekat dengan Maya. Kini bahkan Maya memakai kembali kalung lumba-lumba pemberian Koji. Pemuda itu meyakinkan Maya tentang kedekatan mereka. Mayapun tak bisa menyangkal. Karena masih terekam jelas dalam memorinya, betapa selalu baiknya Koji selama ini. Kojipun memperlihatkan foto-foto mereka saat menginap di rumah sepupunya. Tampak sangat akrab, meskipun Maya sama sekali tak ingat kejadian itu.
Tapi hati Maya masih ragu, karena hatinya sama sekali tidak merasakan apa-apa. Tidak ada getaran yang dirasakannya seperti ketika bersama Satomi. Tidak juga perasaan lain yang mengindikasikan bahwa dia merasakan perasaan tertentu pada Koji.
Tapi Maya memutuskan untuk menjalaninya saja. Toh tidak ada ruginya dekat dengan pemuda sebaik Koji, yang juga adalah lawan mainnya.

Mayapun tidak menolak ketika sore itu Koji mengajaknya nonton. Koji memperlakukannya dengan sangat baik, dan menggenggam tangannya dengan lembut. Sebenarnya Maya ingin melepaskan tangannya, entah kenapa rasannya tidak nyaman. Tapi karena khawatir akan menyinggung perasaan Koji, Maya membiarkan saja tangannya dalam genggaman pemuda itu.

Dalam bioskop, Koji makin erat menggenggam tangan Maya. Lalu didekatkannya wajahnya ke wajah Maya yang duduk tegang di kursinya. Perlahan Koji menyapukan bibirnya ke bibir Maya, menekannya dengan lembut dan hati-hati. Lalu sadar akan kepasifan pasangannya, akhirnya pemuda itu menyerah. Dia mundur ke kursinya.
            ’Maafkan aku.’Maya tertunduk
            ’Aku belum siap untuk ini Koji’
            ’Tidak apa-apa, jangan merasa bersalah. Aku mengerti kalau kau masih butuh waktu. Aku akan menunggu’ Dibelainya kepala Maya lembut.
Semua kejadian itu, tak sedikitpun luput dari perhatian seorang pria yang duduk dua baris di belakang mereka.
Masumi Hayami memejamkan mata kuat-kuat, giginya gemeletuk menahan amarah. Tangannya di pegangan kursi tampak bergetar. Segala rasa bercampur aduk di benaknya, dia lalu berlari keluar.
Masumi bersandar dilorong bioskop yang sepi, semua orang sedang menyaksikan film saat ini. Atau ada yang bermesraan juga, pikir Masumi sedih. Masumi baru saja hendak menyalakan rokoknya saat dlihatnya Maya keluar juga. Dia berjalan menyusuri lorong dengan linglung. Tanpa pikir panjang, Masumi menarik gadis itu ke ujung lorong sepi. Didorongnya Maya hingga merapat ke tembok.
            ’Pak Masumi’ Suara Maya terdengar serak, takut melihat sinar Mata yang terpancar dari pria jangkung di hadapannya. Tubuhnya terhalang sepenuhnya oleh tubuh tegap Masumi Hayami.
            ’Sampai kapan kau berencana menyiksaku Maya?’ Bisik Masumi lirih
            ’Apa maksud anda? Lepaskan aku Pak Masumi’ Maya ingin berteriak, tapi yang keluar tidak lebih dari rintihan. Masumi menggelengkan kepala berulang-ulang. Tiba tiba tangan kirinya menekan bahu Maya hingga menekan tembok. Tangan kanannya bergerak ke leher Maya, jari-jarinya menahan kepala mungil gadis itu hingga tidak membentur tembok. Lalu dengan rakus diciumnya bibir gadis itu, melumatnya hingga gadis itu hampir tidak bisa bernafas.
Tekanan tangan Masumi makin keras di bahu Maya, tapi ciumannya tetap tetap terasa lembut di bibir Maya.
Masumi meluapkan semua perasaannya. Kesedihannya, kecemburuannya dan rasa takut kehilangan gadis itu. Semuanya bercampur, terwujud dalam ciumannya yang menggelora. Intens, keras, tetapi penuh kelembutan. Bibirnya menelusuri rahang Maya, menghirup dalam-dalam aroma leher gadis itu. Sekilas dilihatnya liontin dolphin di leher Maya. Masumi merasa marah, betapa ingin dia mencampakkannya.
            ’Ingatlah aku Maya, tidakkah sedikit saja kau rasakan penderitaanku’bisik Masumi pilu.Lalu diciumnya kembali bibir Maya.
Maya tidak mengerti apa yang dirasakannya. Berbagai macam pikiran berputar-putar dalam benaknya
>Apa yang terjadi? Bukankah seharusnya aku sekuat tenaga melawan, tidakkah seharusnya aku merasa terhina. Tapi kenapa aku malah ingin memeluknya lebih erat lagi. Kenapa aku ingin membalas ciuman yang terasa begitu indah ini? Tidak, aku pasti sudah tidak waras< Maya berusaha mendorong dada Masumi yang menempel ketat pada tubuhnya. Tapi seolah Maya tak bertenaga, dia tak mampu menjauhkan pria itu satu senti pun.
Maya merasakan sensasi yang aneh. Bersama Koji, Maya berusaha sekuat mungkin membalas ciuman pemuda itu, tapi tak sanggup. Tapi bersama lelaki ini, dia justru harus sekuat tenaga menahan diri agar tidak membalas ciumannya yang penuh hasrat. Sekuat tenaga mengepalkan tangan agar tidak membalas pelukan hangat Masumi.
            ’Lepaskan saja Maya, biarkan saja’ desah Masumi di sela ciumannya. Maya sungguh ingin melawan, tapi betapa tubuhnya memberontak terhadap perintah otak warasnya.
Maya memejamkan mata, membiarkan otaknya tertidur sejenak. Memberikan apa yang diinginkan tubuhnya.
Tanpa menunggu lama, tangan Maya menarik punggung Masumi lebih dekat, seolah masih ada celah diantara mereka. Bibirnya bergerak mengikuti irama ciuman Masumi. Membiarkan Masumi membimbingnya, membawanya. Seluruh tubuh Maya merespon setiap sentuhan Masumi, setiap lekuk tubuhnya mengingat Masumi. Telapak tangan Masumi yang melekat di tubuhnya terasa panas, mengalirkan rasa hangat yang menjalari tubuhnya.
Tapi otak sadarnya terbangun, memberontak tanpa daya. Mengirimkan bulir air mata.
Masumi sontak menghentikan ciumannya saat dirasanya bibir manis itu menjadi asin.
            ’Maya........... Jangan......... jangan........ Tolong jangan menangis. Maafkan aku’
Masumi mengusap air mata yang jatuh di kedua pipi Maya.
Maya menatap Masumi, otaknya membenci wajah di hadapannya itu sepenuh hati. Tapi hatinya berkata lain, begitu pula tubuhnya. Kedua tangannya jatuh lunglai disampingnya, tak percaya bahwa kedua tangan itu baru saja memeluk Masumi dengan erat. Tak percaya betapa tubuhnya bahkan masih menginginkan pelukan lelaki itu.
            > Betapa tidak tahu malunya aku. Apa yang akan dikatakan ibu bila melihat aku begini< Air mata Maya mengalir semakin deras
            ’Maya.........’ Masumi baru saja hendak menghapus airmata itu saat terdengar seseorang berteriak
*******         

<<< 'Cos I Love You Ch. 3 Bersambung ke Chapter 4 >>>

6 comments:

AnDr@ on 28 May 2011 at 12:56 said...

wow.......jadi tidak bisa bernafas juga mambaca paragraf" terakhir.....makin mantapss aja MOMRIM ffnya.....bener" terhanyut...trims updatenya....lanjut ya jgn lama" MOMRIM...penasaran lagiiiiiiiiiiiii....

eva said...

Ingatlah aku jika kau kembali nanti. Dan selama itu, aku akan tetap menunggu....suka banget...ama kata2 ini (dalem banget)lanjutkan!!!!

orchid on 28 May 2011 at 13:46 said...

ibarat sambal, pedasnya sangat terasa, lezat, kusuka kusuka

Anonymous said...

OMG.................WAKE UP MAYA.......XIXIXIXIXIX BENER2 NAHAN NAPAS YA :p, mAU DONG JADI MAYA

Anonymous said...

huwaaaaaaaaaaaaaaaaaa Momy Riema kereeeeeeeeeeeennnn i can't breath sesek napes,,,,, tulung tambaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhhhh

-fagustina-

Anonymous said...

huuuahhh....gak sadar jd nahan napas di paragraf2 terakhir nih....
ayo lanjuuuuttt......

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting