Thursday 5 May 2011

Fanfic TK : Cinta Keiko

Posted by Tati Diana at 21:41
Setting : Cerita orisinil mengenai putri Maya dan Masumi yang bernama Keiko


*CINTA KEIKO*
(by Tati Diana)


Terdengar nada tunggu dari hp yang sedang di pegang Maya. Tak lama kemudian muncul jawaban yang keluar dari mulut wanita di telepon tersebut.

“Halo.....” kata wanita di seberang “ halo, ini aku, bi. Maya. Apa Keiko ada? Aku ingin bicara dengannya!“ kata Maya sedikit memerintah. “Ma..maaf Nyonya, tapi Nona Keiko tidak ada. Sudah 2 hari ini dia tidak pulang ke rumah,“ jawab wanita yang ternyata seorang pembantu rumah tangga di kediaman Hayami. “Tidak pulang? Tidak pulang bagaimana?“ kata Maya, “apa dia memberi kabar mengapa dia tidak pulang, bi?” kata Maya sedikit khawatir tentang anak perempuannya itu. “Nona Keiko hanya memberi tahu kalau dia tidak pulang ke rumah dan menginap di rumah temannya,” jawab pembantu itu. “Rumah temannya yang mana? Dia menyebutkan namanya?” tanya Maya lebih lanjut. “Ah… eh... tidak Nyonya, sebelum saya sempat menanyakannya Nona telah menutup teleponnya,” jawab wanita itu. “Hhhh... baiklah, jika dia pulang suruh Keiko menghubungiku,” kata Maya. 

Maya menghela nafas panjang. Sudah beberapa kali dia menelepon anak gadisnya Keiko Hayami tetapi tidak pernah ada jawaban. Sebagai seorang ibu dia sedikit khawatir tentang keadaan puteri satu-satunya itu. Dia sedikit merasa bersalah karena akhir-akhir ini dia terlalu sibuk syuting menyelesaikan drama TV, bahkan sekarang pun dia harus berada di Osaka dan jauh dari puterinya untuk pengambilan gambar dan syuting di sana. 


Tidak hanya dia, suaminya pun, Masumi Hayami juga dikenal orang yang sibuk. Semakin hari semakin sibuk saja urusan suaminya, apalagi dengan perkembangan Daito yang semakin pesat. Bahkan saat ini pun suaminya sedang berada di Kyoto untuk urusan bisnis.“Semoga Keiko sudah pulang ke rumah sebelum Masumi tiba di rumah…” bisik Maya dalam hati. “Maya... Maya… kau sudah siap untuk scene selanjutnya?” tanya sang sutradara, Kenji Yoshimura. “Ya...!” sahut Maya sambil beranjak dari kursi yang didudukinya. Hari itupun Maya menyelesaikan syuting terakhirnya di Osaka, dan merasa bersyukur bahwa besok pagi dia sudah kembali ke Tokyo.


********************************************************
Maya tiba di airport dan dijemput oleh supir pribadinya. Sepanjang jalan dia berpikir tentang keadaan puterinya. Di pesawat pun dia hanya memikirkan puterinya. Dia mencoba menghilangkan kekhawatiran tentang puterinya sambil melihat-lihat sepanjang jalan kota Tokyo, hingga matanya menangkap sesosok gadis yang sedang membawa kertas belanjaan yang didekap di dadanya, yang sangat dia kenali, masuk ke sebuah apartemen. “Stop… pak , berhenti di sini!” teriak Maya yang mengagetkan supirnya itu. Sang supir rupanya tidak tahu alasan Maya untuk berhenti. “Tunggu sebentar. Aku ada perlu sebentar,” sahut Maya sambil keluar dari mobilnya dengan tergesa. “Baik, Nyonya,” jawab sang sopir dengan patuh. 

Maya berjalan ke arah apartemen dan mengikuti gadis yang berjalan di depannya. Dengan hati-hati dia menjaga jarak, agar tidak mencurigakan. Sampai dia melihat gadis itu masuk ke salah satu kamar apartemen. Dia mendengar gadis itu berbicara dengan seseorang, sayup-sayup terdengar suara seorang lelaki yang diikuti dengan suara gelak tawa dari keduanya. Maya menduga bahwa gadis itu dan lelaki tersebut telah akrab. Karena kamar apartemen tersebut sedikit terbuka, Maya mencoba mengintip dan alangkah terkejutnya dia melihat pemandangan di depannya. 

Maya melihat dua orang berbeda jenis yang sedang berciuman dan berpelukan sebagai sepasang kekasih. Keiko, puterinya dan seorang lelaki. “Keiko...!” teriak Maya yang membuat gadis yang disebut namanya itu berpaling ke sumber suara, “Ma… Mama..!” suara gadis yang dipanggil Keiko sedikit terkejut mendapati ibunya di kamar tersebut. Dia sontak membalikan badan dan menampakkan sosok lelaki yang ada di belakangnya. Maya semakin terkejut, begitu juga lelaki di hadapannya. “Koji..!” sahut Maya sambil menutup mulutnya membayangkan bahwa lelaki yang sedang berciuman dengan puterinya adalah sahabat sekaligus lawan mainnya di panggung dulu. “Maya…!” hanya kata itu yang keluar dari mulut Koji. Mulutnya terasa sesak, tidak tahu harus menjelaskan apa karena semua alasan akan tidak berguna disampaikan. Maya telah melihat segalanya. “Kau... kau dan puteriku?” kata Maya berkaca-kaca tidak tahu harus bicara apa. Napasnya terasa sesak. Kemudian Maya beralih ke wajah puterinya yang sedang menunduk. “Kita pulang!” kata Maya sedikit memerintah kepada puterinya sambil menarik lengan puterinya dan keluar dari apartemen itu. 

“Maya.. tunggu Maya.... aku bisa menjelaskan segalanya,“ dengan tiba-tiba Koji berusaha mencegah Maya untuk tidak berburuk sangka kepada dirinya. “Apa yang ingin kau katakan Sakurakoji..? Kau ingin menghancurkan puteriku?“ teriak Maya dengan marah. “Aku selalu menganggapmu sahabatku. Tapi inikah artinya sahabat bagimu? Kau menusukku dari belakang,” kata Maya dengan sedih dan matanya berkaca-kaca. “Ayo Keiko cepat pulang. Aku tak mau papamu mengetahui hal ini,” kata Maya dengan kecewa. Gadis itu hanya pasrah dan mengikuti langkah kaki ibunya.


Brakkkk!!!


Bunyi pintu yang tertutup menyadarkan Koji bahwa keduanya telah pergi meninggalkan kamarnya. “Aku harus menjelaskannya. Aku harus menjelaskannya pada Masumi Hayami. Aku tahu dia pasti paham dan mengerti perasaanku,” tekad Koji dalam hati.


********************************************************
Maya dan Keiko duduk di sebuah Cafe. Semua orang yang melihat keduanya pasti akan menyangka keduanya bukan seperti ibu dan anak, lebih mirip 2 orang teman yang sedang bercengkrama. Maya dengan wajahnya yang masih terlihat awet muda di usianya yang kini menginjak 38 tahun. Apalagi wajah Keiko tidak mirip ibunya, lebih mirip ayahnya. Kejadian yang baru saja dilihat Maya membuat Maya mengurungkan niatnya untuk kembali ke rumah. Dia ingin mencari udara dan menghirup oksigen yang banyak untuk menetralkan perasaannya. Dan berpikir bagaimana cara mengakhiri hubungan terlarang anaknya dengan mantan lawan mainnya itu. 

Lama keduanya hanya terdiam dan menikmati minuman di hadapan keduanya. Tiba-tiba Hp Maya berdering. Maya meraihnya dan membaca nama Masumi yang tertera di layar Hpnya. Setelah pembicaraan mereka yang singkat Maya memasukkan kembali Hpnya ke dalam tas. “Kita pergi ke kantor papamu dahulu,” kata Maya mencairkan kebekuan di antara keduanya. “Apa mama akan menceritakan hubunganku dengan Om Koji pada papa?” tanya Keiko. “Kita lihat saja nanti, yang pasti aku akan meminta papamu untuk mengirimmu ke luar negeri untuk bersekolah di sana. Aku harap kau bisa menjauh dan melupakan Koji,” kata Maya dengan panjang lebar. “Tapi Mama... aku tidak ingin pergi. Aku ingin di Tokyo bersama Mama dan Papa. Dan aku juga tak ingin jauh dari Om Koji,” kata Keiko terus terang. “Keiko, apa kau sadar Koji lebih cocok sebagai papamu dibandingkan kekasihmu?” kata Maya mengingatkan. “Dan apakah Mama pun tak berpikir bahwa usia mama dan papa pun berbeda jauh, tapi kalian tetap bisa menikah dan bahagia? Bukankah kalian juga dahulu sering disangka sebagai paman dan keponakan?” Keiko mengajukan pembelaan. 

“Keiko... apa yang terjadi antara aku dan papamu itu berbeda dengan yang terjadi padamu sekarang. Sudahlah, aku tak ingin berdebat denganmu,” kata Maya dengan tajam. Apa yang dikatakan puterinya memang benar adanya, tetapi perasaan cinta antara dia dan Masumi bukanlah perasaan yang salah di mata Maya. Dia memang sangat mencintai Masumi walau usia mereka terpaut jauh. “Sudahlah , ayo kita pergi!” kata Maya sedikit memerintah. Keduanya akhirnya menaiki mobil dan melaju menuju kantor Daito.


*******************************************************
Masumi yang hari itu juga tiba di Tokyo dengan selisih waktu 2 jam dari pesawat Maya yang mendarat, memutuskan untuk langsung kembali ke kantornya dan tak berniat pulang terlebih dahulu ke rumah. Karena sang sekretaris efisien telah memberinya segudang PR dokumen yang harus ditandatanganinya. Masumi meraih Hpnya dan memijit salah satu nomor kontak dari Hpnya. 

“Halo Sayang, aku telah tiba di Tokyo tapi aku akan langsung ke kantor,” kata Masumi Terdengar jawaban seorang wanita di seberang sana. “Apa kau baik-baik, Maya.? Kau sedikit tegang?” tanya Masumi khawatir. Terdengar kembali jawaban di telepon. “Baiklah… kita bertemu di kantorku. Aku menunggumu,” kata Masumi sambil menutup sambungan teleponnya. 

Masumi tiba di kantornya dan langsung duduk di meja kerjanya sambil mempelajari beberapa dokumen penting. Sampai tiba-tiba Mizuki datang padanya. “Maaf, Pak... SakuraKoji ingin bertemu anda?” kata Mizuki dengan sopan. “Sakurakoji...? Di sini? Apa kepentingannya?” tanya Masumi dengan terkejut. Walaupun Sakurakoji dulu adalah artis Daito tapi semenjak aktor itu memutuskan untuk pergi ke Amerika 10 tahun lalu hampir tidak ada berita sama sekali tentang dirinya. Sehingga cukup wajar jika Masumi terkejut mengetahui bahwa Koji telah kembali ke Jepang dan berada di kantornya. “Suruh dia masuk, Mizuki” jawab Masumi. 

Tak lama aktor yang telah berusia 40 tahun itu muncul di hadapan Masumi. Tak ada yang berubah dari penampilannya, kecuali dia tampak sebagai sosok lelaki dewasa dan matang. “Apa kabar Pak Masumi?” tanya Koji sambil mengulurkan tangannya. “Kabar baik,” jawab Masumi pendek dan menyambut uluran tangan Koji. Dan keduanya berjabat tangan. “Aku terkejut mengetahui kau telah kembali ke Jepang dan sekarang kau disini, di kantorku. Jangan katakan kalau kau datang kemari untuk meminta peran,“ kata Masumi sambil tertawa. “Tidak…” kata Koji sambil tertawa berusaha menetralkan ketakutannya. “Lalu....?” kata Masumi sambil menyulut rokoknya. “Aku datang kemari untuk membicarakan tentang puteri anda, Keiko,” kata Koji dengan hati-hati. Masumi terkejut dengan jawaban Sakurakoji. Terasa aneh dan janggal tiba-tiba Sakurakoji hendak membicarakan tentang puteri kesayangannya itu yang kini berusia 18 tahun. 

“Ada apa dengan puteriku?” kata Masumi dengan curiga. Tatapan matanya seperti meminta penjelasan “aku...” Koji ragu-ragu dengan apa yang hendak dikatakannya. “Aku apa?” tanya Masumi yang kini seperti tidak sabar menanti ucapan Koji. “Aku mencintainya!” dengan pendek Koji menjawab. “APA...? Kau... kau bilang mencintai puteriku..?” tanya Masumi dengan terkejut. “Iya. Aku mencintainya. Aku mencintai puteri anda, Keiko Hayami!” jawab Koji dengan penuh keyakinan. “Hhhh...” Masumi menghela nafas. “Apa kau mencintainya karena kau masih terobsesi pada istriku?” selidik Masumi sambil menghisap rokoknya. 

Masumi tahu semenjak dahulu Koji berusaha untuk merebut hati Maya. Koji telah memupuk rasa cintanya dan berharap sang Bidadari merah tersebut membalas cintanya. Tapi harapan Koji sirna karena pada akhirnya Maya jatuh kepelukannya dan kini menjadi istrinya. Dan kini Koji datang ke hadapannya untuk mengatakan bahwa dia mencintai puterinya. Dahulu dia mencintai istrinya dan kini jatuh cinta pada puterinya, sehingga wajar jika Masumi berpikir Koji jatuh cinta pada Keiko, puterinya karena mungkin Koji masih terobsesi untuk memiliki Maya, istrinya. Puterinya memang memiliki sifat yang polos, periang dan ceria yang diwariskan dari ibunya walaupun secara fisik gadis itu lebih mirip dirinya.

“Tidak. Aku mencintai seperti apa adanya dirinya. Walaupun aku katakan dia memang memiliki sifat seperti Maya,” kata Koji berterus terang. “Lalu kedatanganmu kemari untuk apa? Apa kau meminta restuku agar kau bisa mendekati puteriku?” tanya Masumi sambil mematikan rokoknya yang baru dia hisap. “Aku datang kemari karena aku tidak ingin anda salah paham padaku,” kata Koji. “Aku secepatnya datang kepada anda sebelum Maya bercerita tentang aku dan Keiko?” papar Koji lebih lanjut. “Bercerita tentang apa? Dan sudah berapa lama dia tahu tentang hal ini?“ Selidik Masumi. “Tidak, Maya baru mengetahui tentang hubunganku dengan Keiko pagi ini. Dia menemukanku bersama puteri anda di apartemenku,” kata Koji. “Di apartemenmu? Dan apa yang kau lakukan pada puteriku?” teriak Masumi dengan marah. “Tenang... tenang… Pak Masumi aku tidak melakukan apa-apa pada puteri anda. Kami hanya berciuman,” kata Koji menenangkan. “Berciuman?” Masumi terkejut dengan apa yang didengarnya, “tidakkah kau sadar berapa usiamu dan usia puteriku?” kata Masumi dengan dingin. “Aku tahu. Aku sadar.tapi aku hanya tahu dan hanya bisa merasakan kalau aku mencintai dia. Puteri anda,” kata Koji. 

Brakkkk... 


Tiba-tiba pintu di ruangan itu terbuka. Dan Maya diikuti Keiko, masuk ke ruangan tersebut. “Koji...!” kata Maya terkejut. Tidak pernah dibayangkannya Koji berada di ruangan suaminya. 

“Maya, aku datang untuk menceritakan semuanya pada Pak Masumi. Aku tidak ingin kalian salah paham dan berpikir yang tidak-tidak kalau aku akan merusak Keiko,” kata Koji sambil menatap Maya. “Aku mencintainya. Aku berusaha untuk menghindari perasaan ini, tetapi aku tidak bisa. Aku tahu usiaku yang tak lagi muda tidak sepadan dengannya, Maya,” papar Koji. 

Ketiga orang di ruangan itu hanya terdiam mendengarkan ungkapan perasaan Koji. “Tetapi mengapa harus Keiko?” tanya Maya dengan sedih, “bukankah banyak artis yang mengelilingimu Koji. Mengapa kau tak jatuh cinta pada salah satu diantara mereka?” tanya Maya lebih lanjut. “Entahlah Maya. Semenjak kau menikah dengan Pak Masumi, entah mengapa tak ada satupun wanita yang dapat mencuri hatiku. Hatiku masih terpikat padamu walau aku tahu aku takkan pernah bisa memilikimu. Hingga akhirnya saat aku kembali ke Jepang 5 bulan yang lalu dan aku bertemu dengan Keiko, dan entah mengapa hatiku terpikat padanya. Aku tahu dia puterimu. Aku telah berupaya untuk menghindarkan perasaan cintaku padanya, tapi aku tak bisa. Dan kini aku datang pada suamimu, dan berusaha menjelaskan semuanya karena aku tahu Pak Masumi pernah mengalami hal yang sama denganku, jatuh cinta pada gadis yang usianya jauh berbeda dan kuharap dia mau mengerti perasaanku,” terang Koji panjang lebar sambil matanya menatap Masumi, seakan mencari pembenaran di sana. 

Masumi dan Maya hanya terdiam. Hanya Keiko yang terdengar terisak-isak mengetahui betapa Koji sangat mencintai dirinya dan mau menempuh resiko untuk datang dan menceritakan semuanya kepada ayah kandungnya. “Papa... Mama... aku mencintai Om Koji,” kata Keiko dengan terisak-isak, “tolong jangan jauhkan dan pisahkan aku darinya. Aku tak mau mama mengirimku ke luar negeri agar aku menjauh darinya. Tolonglah mama...” kata Keiko yang kini jatuh terduduk meminta belas kasih kedua orang tuanya. “Hhhhh...” Maya hanya memalingkan wajahnya. Tak sanggup melihat wajah memelas puterinya. Masumi pun hanya terdiam, pikirannya bingung. Baginya masalah kejahilan puterinya di masa kanak-kanak dahulu yang sering membuat dia jengkel, tidak sebanding dengan masalah yang kini tengah dihadapinya. Puterinya jatuh cinta pada seorang lelaki yang lebih tepat sebagai ayahnya. 

“Pulanglah Sakurakoji. Aku mohon,“ hanya itu yang akhirnya keluar dari mulut Masumi. Koji hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan Masumi. “Baiklah aku permisi. Aku minta maaf, jika aku telah lancang mencintai puteri anda, Pak Masumi,” kata Koji sambil beranjak keluar dari ruangan itu. Hanya isak tangis Keiko yang terdengar di ruangan itu. “Tolonglah... Papa... aku mohon bujuk mama agar tidak mengirimku ke luar negeri. Aku mohon papa…” kata Keiko. “Bangunlah Keiko…“ kata Masumi akhirnya sambil menarik lengan puterinya agar dia mau berdiri. Masumi memandang Maya yang dari tadi hanya diam terduduk di sudut sofa. Kemudian dia menghampiri meja telepon dan menyuruh Mizuki agar sopir pribadi Maya yang tadi mengantar Maya dan Keiko untuk bersiap mengantar puterinya pulang ke rumah. Keiko yang tahu ayahnya menyuruhnya untuk segera pulang, akhirnya pamit kepada keduanya setelah memastikan tidak ada lagi air mata yang keluar dari matanya. 

Setelah puterinya keluar dari ruangan tersebut, Masumi menghampiri Maya dan duduk disampingnya. Dia membelai tangan Maya dengan lembut. Sedikit canggung untuk memulai percakapan. “Aku selalu berpikir, suatu hari Keiko akan jatuh cinta dan menjadi milik seorang lelaki. Tapi aku tak menyangka jika dia jatuh cinta pada Koji,” kata Masumi memulai percakapan. “Mengapa dia harus jatuh cinta pada sahabatku?” tanya Maya dengan lirih. “Aku tak tahu, tapi cinta memang tak dapat kita duga. Aku pun jatuh cinta padamu, pada gadis yang usianya 11 tahun lebih muda dariku,“ kata Masumi lebih lanjut sambil memeluk Maya. 

“Koji datang kemari agar aku bisa memahami perasaannya. Perasaan yang juga dahulu pernah aku rasakan. Tidakkah kau berpikir Maya setelah kita dahulu merasakan cinta kita yang tanpa memperhatikan status, perbedaan usia maupun kedudukan dan kita dapat melewati semua rintangan yang ada di antara kita, sekarang kita diuji untuk mengerti dan mau menerima cinta yang tengah dirasakan Keiko pada seseorang yang juga jauh berbeda dengan dirinya. Apakah kita mau mengerti perasaannya?” papar Masumi dengan bijak. “Apa kau mau mengatakan bahwa kau menyetujui kalau mereka boleh saling mencintai?” tanya Maya sambil menatap Masumi. “Ya, walau aku tidak setuju tapi aku hanya ingin Keiko bahagia. Dia sudah dewasa. Usianya kini 18 tahun, tentu aku harus menghormati keputusannya. Kita tidak bisa mengarahkan dia jatuh cinta pada orang yang kita inginkan, karena aku pernah merasakan betapa tersiksanya aku dahulu dipaksa harus menikahi dan mencintai Shiori Takamiya,“ kata Masumi sambil menatap Maya, mencoba mencari dukungan. 

Lama Maya terdiam mencoba mencerna perkataan suaminya. Walaupun kedengarannya tidak ingin dia setujui tetapi alasan yang dikemukakan suaminya memang masuk akal. “Tadinya aku mencoba menjauhkan keduanya, aku berpikir untuk mengirim Keiko ke luar negeri karena itu satu-satunya cara yang bisa aku tempuh,” kata Maya, “tetapi setelah mendengarkan penjelasanmu entah mengapa aku merasa jahat dan aku juga tak ingin lagi mengirim Keiko pergi ke luar negeri,” kata Maya melanjutkan kata-katanya. “Dan aku pun pasti takkan menyetujuinya. Aku takkan menyetujui kau menjauhkan Keiko dariku. Kau tahu kan kalau aku sangat sayang padanya, tak terbayangkan jika dia harus jauh dari pengawasanku” kata Masumi. “Ya aku tahu...” kata Maya sambil tersenyum. “Biarlah Keiko menikmati perasan cintanya. Mungkin ini adalah perjalanan dia menuju kedewasaan. Kita tak pernah tahu apakah perasaan cintanya pada Koji hanya cinta sesaat ataukah ini adalah cinta sejatinya. Dan kita hanya bisa menerimanya, kita tak berhak mengatur hidupnya,” kata Masumi dengan bijak. 

Tiba-tiba Maya merasa beban yang ditanggungnya sedikit berkurang, ada kedamaian mendengar penjelasan suaminya itu. Sedikit banyak dia menyetujui apa-apa yang dikatakan oleh suaminya itu. “ Ternyata kau begitu bijak sekali Tuan Hayami. Aku tidak terkejut jika ayah menjadikanmu direktur Daito. Tak ada yang tak bisa kaupecahkan. Kau memang suamiku yang handal‘’ Maya menatap Masumi dengan lembut dan kemudian menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya. “Ah, apa kau baru menyadari siapa aku?“ tanya Masumi dengan sombong sambil mencium kepala Maya dengan lembut, “Aku Masumi Hayami pasti bisa menyelesaikan segalanya Nyonya, kau tenang saja. Dan lihat segalanya akan baik-baik saja,“ lanjut Masumi sambil memeluk Maya dengan erat. “Aku kira aku tak perlu risau dan mengkhawatirkan Keiko, bukan begitu?” tanya Maya. Masumi mengangguk, “ya... tenanglah, Maya. Segalanya akan baik baik saja. Ahh... lebih baik kita pulang, entah mengapa aku rindu suasana rumah,” kata Masumi sambil menarik Maya untuk bangkit dari sofa yang diduduki mereka berdua. Dan keduanya keluar dari kantor Daito.


<<< Cinta Keiko ... The End >>>

5 comments:

Anonymous said...

kerrreennn..!!
lanjutin donk sista..
penasaran niy ma cintanya keiko en koji.. hehehe

-ethey-

orchid on 6 May 2011 at 21:39 said...

terenyuh, masumi oh masumi, koji oh koji, keiko oh keiko, tati diana oh tati diana, lanjuttttttt

lisa said...

mantap sis,suka banget ama ceritanya
tq ^__^

Anonymous said...

haih haiiih so sweet jd pengen tau kelanjutan keiko koji ni hehheheh ngikutin jejak MM jadi KK yaa skrg wkwkkwk
anita f4evermania

Anonymous said...

Masumiii....bener2 ayah yg bijaksana....makin sukaaaaaa deh . ^_^

Dwi Asih Aw

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting