Sunday 25 March 2012

Fanfic TK: Die valentine von Max und Maya

Posted by Ty SakuMoto at 14:53 19 comments



Die valentine von Max und Maya
(by. Olivia Star)



Pagi itu, Maya bangun dengan perasaan tidak menentu. Ia membereskan futon dan selimutnya tanpa semangat, demikian pula saat ia membantu Rei menyiapkan sarapan.

“Brrrr, dinginnya hari ini!” ujar Rei sambil merapatkan kedua tangan di tubuhnya. “Rasanya malas pergi latihan di hari yang dingin seperti ini.”

Karena Maya tidak memberikan tanggapan, Rei menoleh heran padanya.

“Maya?” tanyanya. “Kamu baik-baik saja?”

Perlu beberapa puluh detik hingga Maya sadar bahwa Rei sedang bertanya padanya. “Oh, eh, ya Rei, ada apa?”

Gadis tampan yang sudah seperti kakaknya sendiri itu menggeleng-gelengkan kepalanya. “Absent-minded Maya, seperti biasa. Kali ini ada apa lagi, Maya?”

Yang ditanya menggelengkan kepalanya saja dengan lemah.

Mereka mulai sarapan. Seperti biasanya dalam beberapa bulan terakhir ini, Maya tidak bersemangat makan.

“Ahh, susah memberi tahu kamu ini, Maya,” Rei mendecak, setengah kesal.

Rei tiba-tiba melemparkan sesuatu pada sahabatnya. Refleks, Maya menangkapnya dengan tangan kanan, kemudian membuka genggamannya dengan hati-hati.

Sebuah benda kecil berbentuk bola, diameternya mungkin hanya sekitar tiga sentimeter. Lapisan luarnya adalah kertas aluminium bermotif segilima hitam dan segienam putih, seperti bola sepak.

“Apa ini, Rei?” tanya Maya takjub. “Coklat?”

“Yeap.” Rei tersenyum lebar. “Selamat hari valentine, Maya!”

“Rei, aku ‘kan bukan cowok?”

“Itu coklat persahabatan,” Rei tertawa. “Aku masih punya banyak di sakuku, nih. Akan kubagikan pada teman-teman cowokku.”

Ia merogoh saku kemejanya dan menunjukkan bola-bola lain yang seukuran bola coklat yang diberikannya pada Maya. Ada bola sepak, bola basket, bola voli, bola tennis dan bola baseball.

Maya tertawa. “Ih, coklat-coklatnya Rei banget!”

“Apa boleh buat,” Rei tersenyum kambing, mengoleskan madu pada roti panggangnya. “Aku ini memang hermaphrodite. Sudah lama aku membantah kenyataan itu. Sekarang kuakui saja.”

“Lalu, mana coklat istimewa untuk cowok yang kamu sukai?”

“Ah, semua cowok kuperlakukan sama saja. Tidak ada yang kuistimewakan.”

“Lalu, bagaimana dia bisa tahu perasaanmu?”

“Dia harus menebaknya sendiri,” Rei tersenyum misterius.

“Seharusnya, kau membuat sebuah coklat yang feminine dan istimewa untuk cowok yang kamu sukai, Rei,” saran Maya sambil meminum teh herbalnya. Dia benar-benar tidak berselera makan.

“Feminin?! Maaf ya, aku tidak sudi mengubah kepribadianku hanya untuk seorang cowok. Kalaupun ada, dia harus menerimaku apa adanya.”

“Kamu hebat, Rei,” puji Maya dengan tulus. “Aku tidak punya kepercayaan diri seperti itu.”

“Lalu bagaimana denganmu? Mana coklat-coklatmu?” Rei balik bertanya. “Siapa yang beruntung mendapatkan coklat istimewa darimu? Sakurakoji?”

Maya tersenyum, kemudian bangkit untuk mengambil kotak coklatnya dari lemari.

“Ini dia, Rei,” gadis itu membuka tutup kotaknya dan memperlihatkan coklat-coklat mungil berbentuk bintang, berlapiskan kertas pembungkus berwarna emas dan perak.

“Aaah, cantik sekali!” seru Rei. “Betapa beruntungnya cowok-cowok yang mendapatkan coklat dari cewek secantik kamu, Maya.”

Maya menatap sahabatnya dengan serius dan heran.

“Rei,” katanya, “kamu tahu persis kalau aku tidak cantik.”

Rei tertawa terbahak-bahak.

“Kamu tetap gadis yang sama, yang sederhana, pemalu, dan kurang kepercayaan diri,” Rei meminum tehnya. “Kuberi tahu ya, kamu sekarang sudah tumbuh, dari anak itik buruk rupa menjadi seekor angsa muda yang manis. Kamu tinggal bergerak dengan luwes dan tanpa malu-malu lagi – maka wush! Pesonamu akan langsung terpancar seperti sinar bulan, Maya.”

Maya balas tertawa.

“Kalau kamu cowok, itu tadi sudah kuanggap ajakan kencan, Rei,” katanya. “Sebagai balasannya, nih…”

Ia memberikan sebuah bintang berwarna perak pada sahabatnya.

“Maya, aku ‘kan bukan cowok?!”

Sahabatnya tertawa. “Di mataku, kamu selalu merupakan seorang cowok pelindung, Rei.”

Ia tertawa tergelak-gelak saat Rei melemparinya dengan kacang polong.

***


Udara di luar masih dingin sekali. Salju menutupi hampir seluruh benda yang ada di  jalanan Tokyo. Semuanya terlihat putih. Cuaca ekstrem yang tengah melanda bumi mempengaruhi juga kota metropolitan ini.

Maya berayun perlahan di atas ayunan kanak-kanak di taman bermain itu. Di tangannya ada sebuah kotak mungil. Ia memandangi kotak itu, merenunginya lama-lama, seolah tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan benda itu.

Semua teman dekat prianya sudah diberinya masing-masing sebuah coklat mungil berbentuk bintang yang telah dia siapkan sejak kemarin. Para pemain ‘Bidadari Merah’ di tempat latihan, beberapa kenalan di seputaran apartemennya, cowok-cowok teater Ikkakuju, dan bahkan Pak Kuronuma yang galak pun tidak terlewatkan. Maya tersenyum mengingat wajah Pak Kuronuma saat menerima coklatnya. Katanya, dia tidak pernah lagi menerima coklat seperti itu sejak lulus SMA. Tetapi raut wajah konyolnya itu hanya bertahan sebentar. Sesaat kemudian, ia sudah merobek bungkus coklat itu dan melemparkan isinya ke dalam mulut dengan gaya tak acuh.

“Itu sebabnya aku suka Pak Kuronuma,” pikir Maya.

Yuu Sakurakoji tentu saja kebagian juga. Jika temannya yang lain hanya mendapat satu-satu, Sakurakoji mendapat sebungkus coklat bintang di dalam plastik mungil berhias pita. Tentu saja ia memberikan bingkisan itu diam-diam, agar tidak menjadi bahan gosip lagi. Dia bosan digosipkan.

Namun, coklat yang diberikannya pada Sakurakoji juga tidak istimewa.

Ia menatap lagi kotak mungil di tangannya. Sebuah kotak karton dengan tutup bening, berhias pita berwarna perak dan ungu yang manis sekali. Isinya dua keping coklat berukuran beberapa kali besar coklat yang dibagi-bagikannya tadi, berbentuk bintang, berlapis kertas aluminium perak dan emas.

Coklat buatannya sendiri.

Pikirannya kosong. Ia seolah-olah lupa, untuk apa dia mempersiapkan coklat ini. Untuk apa dia mencoba begitu banyak resep (secara diam-diam agar jangan sampai ketahuan Rei), sampai dia yakin bisa membuat coklat hitam rempah yang enak, tidak terlalu manis, dan maskulin. Untuk apa dia mempersiapkan kertas pembungkus dan kotak berpita sebagus mungkin.

Untuk siapa coklat ini?

Ia mengeluh pelan, putus asa, seolah-olah sudah berusaha keras mengingat siapa yang berhak atas coklat ini namun gagal. Seolah-olah ia terkena amnesia.

Ia menoleh ke atas, ke arah langit, dan tiba-tiba saja dia sadar bahwa hari sudah senja. Jalanan sudah penuh dengan para karyawan yang pulang dari tempat kerja mereka. Tak lama lagi hari akan beranjak malam.

Panik, ia berusaha mengumpulkan seluruh pikirannya kembali. Untuk siapa benda ini? Untuk siapa, Maya bodoh? Kamu sudah mempersiapkannya baik-baik, dengan penuh perasaan dan ketulusan, dan sekarang kamu lupa untuk apa kamu membuatnya?

Kemudian ia panik pula menyadari bahwa jam kantor sudah hampir usai. Para penghuni gedung-gedung tinggi itu akan kembali ke sarang mereka masing-masing…

Dalam kekalutannya, dia mengambil telepon genggamnya dan menghubungi sebuah nomor.

“Halo. Selamat sore,” sebuah suara alto yang merdu dan berwibawa terdengar di seberang sana. “Dengan Mizuki Saeko di sini.”

“No-nona Mizuki,” nafas Maya memburu dan tidak teratur saat ia berbicara pada mantan manajernya yang sering terlihat kaku namun sebenarnya baik hati itu. “Selamat malam, maaf mengganggu Anda. Maaf saya tidak menelepon ke nomor kantor Daito, soalnya… soalnya…”

“Oh, Maya?” Nona Mizuki mengenali suaranya yang pasti terdengar menggelikan itu. “Ada apa? Ada yang bisa kubantu?”

“Begini –“ tekanan suara Maya naik-turun tidak karuan karena panik, “P-Pak Hayami masih ada di tempat?”

Astaga, Mizuki menghela nafas dengan sabar. Tentu saja Maya menelepon untuk menanyakan musuh yang paling dibencinya di seluruh dunia itu. Dua orang ini benar-benar konyol. Mengapa sih sampai aku harus terjebak di antara mereka, pikirnya.

“Ya, Maya, beliau masih ada di tempat.”

“Sampai malam?”

“Biasanya demikian. Dia tidak akan beranjak dari kantor sampai menjelang tengah malam, biasanya.”

“Bahkan di hari Sabtu seperti sekarang?”

“Terutama di hari Sabtu. Oh, dan hari Minggu juga. Tidak ada bedanya untuk dia.”

“Baiklah,” suara Maya mulai terdengar tenang. “Terima kasih atas infonya, Nona Mizuki. Maaf sudah mengganggu pekerjaan Anda. Selamat sore,”

“Selamat sore,” Mizuki membalasnya dengan sabar.

***


Jadi coklat ini untuk dia! Maya menaruh kotaknya di atas pangkuan, menutupi wajahnya dengan kedua tangan, kemudian mulai menangis.

Untuk pria itu, orang yang paling dibencinya, musuh setiap orang yang mengaku pencinta keadilan.

Maya menatap langit dan atap gedung-gedung tinggi di kejauhan dengan perasaan sangat sedih. Bintang. Ya, bintang-bintang-lah yang telah mengikatkan mereka berdua. Dan pada sebuah bintang di langit yang tinggi-lah dia ingin menyerahkan coklat ini, bentuk ketulusan dan penyerahan hatinya. Pada sebuah bintang putih yang bersinar dingin dan tidak terjangkau di atas sana. Tiba-tiba saja Maya merasa dirinya benar-benar kecil dan tidak berarti.

“Kecil dan tidak berarti,” pikir gadis itu dengan sedih, “di hadapan dia… ataukah di hadapan Cinta…?”

“Maafkan aku,” Maya tiba-tiba mengingat semua sikap buruknya pada pria itu. Baru sekarang dia merasa benar-benar berdosa. “Maafkan aku. Maafkan aku…”

Ia menyandarkan kepalanya pada rantai besi ayunan itu dan mulai menangis tersedu-sedu.

***

Ketika hari sudah malam, Maya baru bisa berhenti menangis. Lagi-lagi panik, ia sadar bahwa hari ini akan segera berakhir. Besok, coklat ini tidak akan memiliki arti apa-apa lagi.

Ia segera mencari tempat untuk merapikan diri. Di toilet wanita sebuah gedung pusat perbelanjaan, ia berusaha keras menghilangkan bekas-bekas air mata dan garis bibirnya yang muram karena terlalu banyak menangis. Dikenakannya make-up tipis yang dapat menyamarkan ekspresi wajahnya; sedikit blush-on, dan lipstick berwarna peach. Dirapikannya mantel musim dingin dan roknya, kemudian diperbaikinya letak syal tebal dan sarung tangan wol yang dikenakannya.

Bagaimanapun juga, aku tidak mungkin terlihat cantik saat ini, pikirnya dengan putus asa.

Dengan menguatkan hati, ia berjalan menuju gedung kantor Daito.



“Selamat malam,” sapa resepsionis kantor di salah-satu sisi ruangan lobi. Pada pukul delapan malam, gedung itu mulai kelihatan lengang. “Ada yang bisa saya bantu?”

“Ah, maaf,” ujar Maya pelan. “Saya ingin bertemu dengan Pak Direktur Hayami. Apakah beliau masih ada di tempat?”

Gadis resepsionis itu terheran-heran. “Pak Hayami?” ulangnya. “Sepertinya beliau belum pulang. Maaf, Nona, siapa nama Anda?”

“Saya… saya Maya Kitajima.”

“Sebentar saya tanyakan dulu.” Gadis resepsionis itu mengangkat air phone yang menghubungkan seluruh ruangan kantor.

“Selamat malam, Nona Mizuki,” ujar gadis itu di telepon. “Ada seorang gadis yang ingin bertemu dengan Pak Hayami. Apakah kira-kira beliau bisa menerima?”

Ia mendengarkan jawaban dari seberang sejenak.

“Namanya Maya Kitajima.”

Agak lama dia menunggu, hingga terdengar jawaban lagi dari seberang.

“Begitu. Baiklah, saya suruh dia langsung ke atas saja, Nona? Baik. Terima kasih banyak. Maaf mengganggu Anda.”

Dia menutup teleponnya.

“Silakan langsung ke ruangan beliau, di lantai 24, Nona Kitajima. Silakan gunakan lift di sebelah sana,” gadis itu menunjuk dengan sopan.

“Terima kasih banyak,” Maya mengangguk.

Setelah Maya menghilang dari pandangannya, gadis resepsionis itu menelengkan kepalanya dan mengerutkan kening, bingung dan heran.
“Memangnya siapa sih gadis itu? Aneh…….”


***


Begitu keluar dari lift di lantai 24 dan memasuki ruangan staf direksi, Maya melihat Mizuki masih sibuk bekerja di mejanya.

“Selamat malam, Nona Mizuki,” sapanya dengan sopan.

“Oh, selamat malam, Maya,” balas sekretaris direksi yang selalu berpenampilan resmi itu dengan ramah. Kelihatannya ia senang bertemu dengan Maya. “Ada perlu apa dengan Pak Hayami?”

Maya tidak menjawab.

“Kenapa dia terlihat begitu menderita,” pikir Mizuki. Ia kaget ketika Maya menyodorkan genggamannya padanya.

“Apa ini, Maya?” wanita yang efisien dan kadang-kadang terlihat kurang manusiawi itu kembali terheran-heran ketika membuka genggaman tangannya, yang tadi disusupi sesuatu. Sebuah bintang mungil dengan bungkus kertas aluminium berwarna emas.

“Coklat?” Mizuki memandangi benda itu lama sekali. Pikirannya yang biasanya efisien kini berusaha mencerna keanehan itu. Tiba-tiba otak canggihnya seolah menjadi lemot. “Apa maksudnya ini? Oh…” tiba-tiba dia teringat sesuatu.

“Tanggal 14 Februari!” dia berseru keras dan tertawa. “Astaga, kukira apa, Maya!”

Staf-staf lain yang belum pulang serempak menoleh ke arahnya. Mizuki buru-buru mengecilkan suaranya.

“Maya, aku ‘kan bukan cowok?!”

Maya tersenyum mendengar pernyataan itu lagi.

“Anda temanku yang penting,” jawabnya dengan tulus. Mizuki merasa tersentuh.

“Rupanya kamu bisa melihatku sebagai manusia juga,” ujarnya lembut. “Kadang-kadang kupikir, aku sudah ketularan sifat robotic bos gila kerjaku itu. Orang-orang jadi sering menganggapku kaku juga.”

“Anda memang kaku, tetapi Anda baik hati dan tidak segan menunjukkannya,” Maya tersenyum.

Mizuki tertawa. “Oh, begitu menurutmu. Aku tahu sekarang apa bedanya aku dengan bos kami itu. Dia itu baik hati, tetapi malu menunjukkannya. Dia menganggap kebaikan hati itu sebuah kelemahan.”

Maya ikut tertawa.

“Oh ya, Maya, silakan tunggu sebentar. Pak Hayami masih menyelesaikan beberapa urusan di dalam. Silakan duduk dulu,” Mizuki menunjuk ke arah kursi tunggu di ruangan itu dengan sopan.

Tiba-tiba Maya ingat tujuan sebenarnya datang ke sini. Wajahnya kembali berubah menjadi muram dan keringat dingin mulai menetesi tengkuknya.




Masumi sebenarnya tidak sedang menyelesaikan urusan apapun.

Ia berdiri dengan gelisah di hadapan jendela ruangannya yang menghadap ke pemandangan malam Tokyo yang bermandikan cahaya neon.

Ada apa Maya sengaja datang menemuiku, pikirnya. Apakah ada sesuatu yang dirasanya perlu didampratkannya lagi kepadaku? Soal Bu Tsukikage atau hak pementasan?

Mengapa gadis itu selalu datang untuk menyakiti hatinya?

Dia senang Maya datang. Hati kecilnya selalu berharap dapat melihat gadis itu dan berbicara padanya,
meskipun saat bersama Maya, ia selalu mengatakan hal-hal yang berkebalikan dari isi hatinya. Karena itu Maya membencinya.

Kendalikan dirimu, Masumi, perintahnya pada dirinya sendiri. Jangan bodoh, dia hanya seorang gadis kecil. Biasanya juga kau bisa.

Tetapi setelahnya hatiku selalu terasa babak-belur, ia membantah perintahnya sendiri.

Memangnya kau punya hati, ejek rasionya yang dominan, lagi.

Punya, goblok, seorang anak kecil yang bersarang jauh di dalam hatinya angkat bicara. Di dalam, aku ini benar-benar manusia. Rapuh, lemah, bodoh…

Robot, bukan… robot, bukan… robot, bukan…

Robot, ejek rasionya yang dominan. Kau akan menikah dengan gadis yang sempurna dan memimpin sebuah – atau dua – perusahaan yang sempurna. Otakmu hanya berisi abu dan uang. Kau akan membunuh hatimu dan kau akan menjelma menjadi sempurna. Tidak ada manusia seperti itu.

Bukan, bantah anak kecil itu lagi. Kau benar-benar manusia. Sekarangpun kau sudah siap meledak dan menangis karena kelelahan bersandiwara…

Baiklah, temui dia, atau tidak?

Temui saja dan biarkan pisaunya merobek-robek hatimu lagi, ejek rasionya yang dominan. Kebetulan, supaya hatimu yang tidak berguna itu cepat tamat saja. Kemudian kau balas sakiti hatinya, dan dia akan semakin membencimu.

Temui dia, ujar si anak kecil. Bergembiralah karena kau bisa kembali melihat dan berbicara dengannya. Lepaskan kegembiraanmu dan bersikaplah tulus…

Dia akan menyakiti hatimu, ia memperingatkan diri.

Tidak jika kau tidak menyakiti hatinya, bantah hati nuraninya.

Jangan temui dia, saran sisi reptil kelabu kepribadiannya. Katakan saja ada urusan mendadak…

Pengecut, teriak sisi-sisi lain dirinya.                                                            

Kebahagiaan, ketakutan, topeng, kepalsuan, hati, rasio, harga diri, kejujuran, kebohongan…

Masumi merasa dirinya hampir terkena schizophrenia.





“Mizuki-san,” ujarnya di air phone. “Tolong suruh anak itu masuk ke ruanganku. Aku sudah selesai.”

“Nah, Maya,” Mizuki membukakan pintu ruangan direktur, “silakan.”

Maya memasuki ruangan itu dengan hampir menangis. Ia merasa seperti akan dieksekusi.

Apakah aku akan keluar dari sini sambil berlari, menangis…?





Ditemukannya pria itu, pria dalam hidupnya, tengah menghadapi laptop dan dokumen-dokumen dengan tenang di atas mejanya. Ia tetap sama; tegak, dingin, anggun, dengan sorot mata yang tetap dan hampir tidak menyiratkan apa-apa. Ia tersenyum tenang dan bangkit dari kursinya saat melihat Maya, kemudian mengulurkan tangan dengan sikap beradab.

“Selamat malam, Nona Kitajima. Suatu kehormatan Anda bersedia mengunjungi ruangan saya yang sederhana ini. Apakah ada yang bisa saya lakukan untuk Anda, atau maukah Anda dengan baik hati memberitahukan saya, kesalahan apa lagi yang telah saya perbuat…?”

Menangkap ejekan yang kental dalam kalimat Masumi, Maya merengut.

“Anda selalu saja sinis,” gerutu gadis itu. “Saya kemari bukan untuk menjatuhi Daito dengan bom hidrogen.”

Masumi tertawa tergelak-gelak.

“Nah. Lalu, ada apa, Mungil?”

Maya mencoba mengendalikan tubuhnya yang gemetaran, namun gagal.

“Bagaimana kabar Bu Tsukikage?” Masumi bertanya, sekedar mencari hal yang paling dapat mereka bahas bersama.

“Sejauh ini kondisinya stabil,” jawab Maya susah-payah. “Meskipun begitu, kami takut mengganggu keadaan emosinya. Nyawa Bu Guru benar-benar sudah terulur di tali yang tipis…”

“Aku tahu,” balas Masumi serius. “Beliau selalu berkata, aku akan senang jika melihatnya mati… namun aku sungguh-sungguh prihatin dan khawatir dengan keadaannya, Mungil.”

Maya terdiam. Ada kesunyian yang aneh di antara mereka.

“Kemudian, bagaimana dengan latihanmu?” tanya pria itu lagi, mencoba mengusir ketidakwajaran itu.

“Baik,” jawab Maya singkat. “Aku mengalami banyak kemajuan.”

Sepi lagi.

“Bagaimana kabar Nona Shiori…?” giliran Maya yang bertanya, dengan suara sangat pelan.

“Oh,” Masumi merasakan sedikit perih di hatinya, tapi dienyahkannya dengan segera. “Baik sekali kamu menanyakan dia. Dia sangat antusias menyusun rencana pernikahan kami.”

Bodoh, Maya mengutuk dirinya sendiri karena menanyakan hal yang sudah pasti dan sudah pasti menyakitkan pula seperti itu. Kamu ke sini ingin mengungkapkan sedikit ketulusan dan rasa terima kasih dan sekarang kamu mulai merusaknya sendiri…

Tak tahan akan emosinya yang mulai meluap, Maya terisak perlahan.

“Saya ikut senang mendengar rencana bahagia Anda berdua,” ujar gadis itu dengan susah-payah. “Anda berdua sangat serasi. Dilihat dari sudut manapun, pernikahan kalian – “ suaranya tercekat oleh air mata, “adalah sebuah pernikahan yang sempurna.”

“Soal bahagia,” suara Masumi terdengar angkuh dan dingin, “itu relatif.”

Hati Maya seolah tertusuk pedang oleh kata-kata singkat itu, dan tubuhnya menggigil hebat karena susah-payahnya ia menahan tangis.

“Kamu juga,” Masumi mulai bernafsu untuk balik menyerang Maya, “punya kesempatan berbahagia yang besar dengan lawan mainmu.”

Kini Maya, yang memang tidak pernah sanggup mengendalikan emosinya, menutup wajahnya dengan kedua belah tangan. Tangisnya meledak.

“AKU BENCI KAMU!”

Tuh ‘kan, salah lagi, keluh Masumi dalam hati. Rasionya yang membandel mulai ribut mentertawakan hatinya yang kembali berkeping-keping.

Seperti dugaan gadis itu sebelumnya, Maya berbalik seketika dan berlari menuju pintu.

“Tunggu,” suara Masumi,  tajam dan membekukan urat saraf, menghentikan langkah Maya. “Aku yakin kamu memiliki sesuatu yang lain yang ingin kamu sampaikan kepadaku. Sedikit kata-kata jahat lagi, misalnya.”

Maya berbalik dan mendekat.

“Kemarikan tangan Anda,” pintanya lirih. Max menurut tanpa berkata-kata.

Kemudian semuanya terjadi begitu cepat. Maya menaruhkan sesuatu pada genggamannya, kemudian menyentuhkan pipinya dengan sangat cepat pada tangan pria itu, namun kelembutan sentuhannya membuat jantung Masumi seolah berhenti berdetak. Kemudian tanpa dapat dicegahnya, gadis itu seolah terbang keluar pintu.

“Maya!” terdengar olehnya seruan Mizuki yang berusaha mencegah gadis itu.

Masumi memandangi kotak mungil di tangannya dengan tatapan dan perasaan kosong. Ia tidak mengerti, benda apa ini yang ditaruhkan Maya ke dalam genggamannya. Benda yang begitu manis dan kelihatan dibuatnya sendiri dengan bersungguh-sungguh…

Ada sebuah kartu mungil yang hampir tak terlihat, terselip di antara lembaran pita perak bergaris ungu (ungu…) yang mengikat kotak itu. Masumi membuka dan membacanya.

Für mein schöner Antares…

Pria itu terkesiap, namun seolah dipakukan ke tempatnya berpijak, ia tidak dapat bergerak. Setelah agak pulih, baru ia dapat berjalan perlahan keluar, menuju meja sekretarisnya.

“Mizuki-san,” sapanya seperti orang linglung.

“Kenapa Maya lari?” tuntut sekretarisnya. “Anda berdua bertengkar lagi?”

Masumi menekan keningnya yang tiba-tiba terasa sakit. “Begitulah.”

“Dia tidak memberi Anda coklat juga?” Mizuki hanya bermaksud bercanda.

Coklat?

“Mizuki-san, hari apa ini?”

“Hari Sabtu,” jawab Mizuki polos.

“Bukan… tanggal berapa?”

“14 Februari. Hari Valentine,” jawab Mizuki lagi, juga dengan maksud bercanda.

Apa?!

Untuk Antares-ku yang indah…

Tidak, pikir Masumi kalut. Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak……

Kali ini Mizuki tidak berhasil pula mencegah bosnya yang tiba-tiba berlari menuju lift, turun ke bawah.

***


Masumi berjalan tergesa di antara aliran manusia dan lampu, mencoba mencari bayangan gadis itu dengan sia-sia.

Arah pulang ke rumahnya lewat jalan ini…

Apakah gadis itu? Atau yang itu…? Bukan… bukan dia…

“Mayaaa,” panggilnya lirih, penuh ketakutan dan cinta.

Itu dia! Dia berlari mengikuti arus keramaian, menyeberang jalan, dan…

Lampu penyeberangan berubah menjadi merah begitu Masumi siap untuk menapaki zebra-cross.


Apakah ini sebuah pernyataan cinta…?

Ia menyaksikan Maya berlari menjauh di seberang sana, dan ia merasa ingin berlari saja ke tengah jalan dan menabrakkan diri pada truk yang lewat.


[Bersambung]

Note: Antares atau dikenal juga sebagai Alpha Scorpii, adalah bintang maharaksasa merah di galaksi Bimasakti, bintang keenam belas paling terang di langit malam.


















The Owner of My Heart 4

Posted by dina ( I ♥ Topeng kaca ) at 11:18 11 comments
 note : kissu missu , +18 thn ke atas

Saperate live


                
Masumi menghentikan Maya di depan pintu Villa ,waktu untuk bermimpi telah usai .Besok mereka berdua harus menghadapi kenyataan .Untuk bisa bersama jalan yang ditempuh masih panjang dan mungkin juga penuh liku dan duri .Masumi harus memberitahu Maya kenyataan yang ada .Kenyataan yang tak seindah Mimpi .
                 " Pak Masumi .....ada apa ? kata Maya lembut ketika melihat betapa seriusnya wajah Masumi .Wajah yang tidak pernah diperlihatkan selama mereka bersama selama di Izu .Masumi menggenggam tangan Maya dan tersenyum melembutkan Wajah Masumi yang sedikit tegang .Maya juga sedikit terperanjat ketika merasakan tangan Masumi yang menggenggamnya terasa dingin .   " Pak Masumi ....? " tanya Maya .
                  Masumi tersenyum " Maya keberatan kalau kamu menutup mata ,.....aku punya suprise untukmu" Masumi tersenyum " aku mohon ...." katanya lagi ketika melihat Maya ragu .
                 Maya menutup mata ,ketika masumi menutupi matanya dengan kedua tangannya dan menuntun maya ke dalam ruangan di Villa.Maya membuka mata dan terkesiap ......di tengah ruangan di atas meja makan telah tersedia makan malam untuk dua orang tapi yang membuat Maya terkejut ada di sebuah vas nampak rangkaian bunga Mawar ungu yang sangat indah dan hanya ada 1 nyala lampu redup yang menyala disamping vas bunga tersebut .
                  Masumi menuntun Maya dan mendudukkannya di salah satu kursi makan tersebut dan berlutut di depan Maya. " Mungil,aku ......." kata Masumi menelan ludah ,ternyata Masumi yang terkenal "dingin " nampak seperti anak sekolahan yang sedang gugup. Ia menelan ludah sekali lagi dan memejamkan mata sebentar seakan mengumpulkan keberanian dan berkata " Maya ,akulah Mawar Ungu ,pengangum beratmu " katanya dengan setengah berteriak. Maya terlonjak kaget karena suara keras Masumi ,tapi kemudian Maya memeluk Masumi ,mengalungkan kedua tangannya dengan erat di leher Masumi " aku kira anda tidak berniat mengaku padaku seumur hidup ,akhirnya ....." Maya  menyembu nyikan  wajahnya di leher Masumi .
                          Masumi merasakan air mata yang membasahi kemejanya ,sesaat Masumi tidak mencerna apa yang diucapkan Maya." Mu ...mungil ,kamu sudah tahu ? " tanya Masumi berbisik pelan ,Maya hanya mengangguk pelan dan makin mempererat pelukannya .Masumi membalas memeluk Maya salah satu tangannya membelai rambut Maya bagian belakang dan bertanya " bagaimana kamu tahu ?"
                           Maya melepaskan diri dengan wajah setengah cemberut " aku mungkin bukan jenius tapi bukan berarti aku bodoh "  Masumi tersenyum kecil , Maya malah nampak cantik dan menggemaskan bila merajuk seperti itu . Tak tahan masumi mencium Maya dan Masumi bisa merasakan Maya membalas lebih berani dari biasanya. Mereka tenggelam ciuman beberapa saat sebelum Masumi mengakhirinya ,kali ini Masumi menyembunyikan wajahnya di lekuk leher Maya, merasakan debar jantung Maya yang sama cepatnya dengan debur jantungnya sendiri. " Mungil ,kamu hampir membuatku gila ....." kata Masumi yang menenangkan diri." jadi ..bagaimana kamu mengatahuinya ? " tanyanya lagi,setelah yakin bisa mengendalikan diri Masumi melepaskan pelukan dan bertanya .
                       Maya tersenyum dan mengubah mimik wajahnya seakan akan diseriuskan " itu karena Direktur Daito ceroboh ....." Masumi terkejut dengan mata membeliak dia bertanya " aku ....ceroboh ......?".  " Anda ingat ketika anda mengirim bunga ketika aku mendapat penghargaan sehingga aku lolos menjadi kandidat Bidadari Merah ?  Anda memberiku serangkaian bunga Mawar ungu dan mengucapkan tentang 'scraf biru  ' yang digunakan saat pertunjukan " kata Maya . Masumi mengangguk  dan bertanya dengan bingung " Bukannya yang kamu gunakan scraf biru ? ".Maya tersenyum " Benar ,tapi aku gunakan hanya malam saat badai itu ,karena tak sengaja scraf itu terbakar ,jadi kami menggantinya dengan scraf merah  untuk semua pertunjukan . Hanya satu orang yang menonton kami malam itu ......Anda "
 "Jadi bukan karena Hijiri ....atau .....atau orang lain memberitahu mu "  Kata masumi sedikit ragu mengubah nama Shiori menjadi orang lain . Tapi Maya memiliki pengamatan yang tajam ,ia mungkin ceroboh tapi bukan berarti ia tidak peka . Ia memandang Masumi dengan menyelidik sebelum bertanya " Kenapa anda berkata demikian ? Seseorang mengatahui kalau anda Mawar Ungu ?  apakah wartawan ? " lalu Maya terdiam sejenak dan berkata " Nona Shiori yang mengatahuinya " Melihat reaksi Masumi ,Maya mengatahui jawabannya " itukah sebabnya ia melakukan itu semua ,mencuri cincin ,gaun yang rusak dan ...dan ...." Maya berhenti sejenak " dan foto pertunjukan ...... Dia yang merobeknya ,kan ?" setengah bertanya kepada Masumi .
                              Masumi menghela nafas ,ia menarik Maya berdiri ,membawanya ke sofa dan memangku Maya .Masumi sadar waktu bersama dengan Maya Hampir usai . Masumi harus menjelaskan sesuatu . Sesuatu yang membuatnya merana karena mereka harus berpisah .
                                                      ********************
                                Maya hampir tak percaya ,ketika ketua persatuan drama mengumumkan bahwa dirinya pemegang hak pementasan Bidadari Merah . Tepuk tangan menggelora seentaro gedung kesenian tempat para wartawan  berkumpul untuk mengetahui hasil para juri.Pak Korumuna bahkan diam mematung ketika diungkapkannya bahwa ia berhak menjadi sutradara . Tampaknya dari Kubu Onodera tak puas dengan hasil yang ada dan mulai mengajukan protes.
                             Koji juga sama tak percayanya ,ia berdiri mematung bersama Pak Korumuna dengan wajah melongo .Sedangkan Pak Akame Rei seakan mau pingsan  juga berdiri mematung dengan mata  melotot dan mulut komat kamit tanpa suara,seperti ikan mas koki.
                             Maya baru menginjakkan kaki ke bumi ketika Rei dan teman temannya lain datang memeluk untuk mengucapkan selamat . Ayumi menghela nafas walaupun ia kecewa dan sedih ,ia sadar Maya lebih baik dari dirinya .Tapi ia tidak menyesal ia telah berjuang dengan sekuat tenaga .Jadi dia takkan menyesal kata ayumi dalam hati tapi tak urung air matanya keluar tanpa dia sadari.
                             Bu Utako memeluknya dan membawanya menjauh dari keramaian . Sebagian wartawan mengejarnya tapi beberapa penjaga menghalau mereka . Maya melihat Pak Masumi ,ia tidak mendekat tapi bibirnya tersenyum tak kentara kepada Maya. Sesaat keduanya saling memandang sebelum Maya disibukkan dengan ucapan selamat dari semua yang hadir disana.
                           Selesai pengumuman ,Pak Korumuna  dan lainnya mengadakan pesta di studio Kids. Maya menyelinap keluar ,ia menuju tempat favoritnya di atap.Matahari telah lama tenggelam digantikan sang rembulan ,angin bertiup sepoi sepoi mengurangi gundah di hati Maya .pertemuan singkat tadi di gedung persatuan drama membuat Maya malah semakin merindukan Masumi.
                            Maya tersenyum teringat pada malam dimana mereka bersama .Tapi senyum itu semakin menghilang ketika ia ingat ketika Masumi menjelaskan sesuatu . " Maya ....ada sesuatu aku ingin bicarakan padamu" kata Masumi lembut ." Aku akan melakukan apa pun untuk bisa bersamamu ,tapi aku ..... kita harus berpisah " Maya yang berada di pangkuan Masumi menegakkan badannya hingga kaku ,wajahnya memucat " hanya sementara ........hanya sementara sampai aku menyelesaikan masalah dengan keluarga Takimaya " kata Masumi sambil mengeratkan pelukannya ." sampai matipun aku tak ingin kita berpisah ...... aku takkan pernah rela berpisah denganmu " sambil memegang tangan Maya yang gemetaran ,ia melepaskan tangan Maya ,memegang dagu Maya hingga menghadap wajah Masumi ,ia masih melihat Maya masih gemetaran dan pucat " percaya padaku ,Mungil " katanya sambil mendekatkan wajahnya hingga   didepan wajah  Maya .
                          Maya pun menutup matanya .seakan diberi lampu hijau ,Masumi pun mencium bibir Maya .Menciumnya berulang  ulang  hingga yang  terdengar desah nafas keduanya , Maya mengalungkan kedua tangannya di leher Masumi . Tangannya sibuk mengacak ngacak rambut Masumi . Masumi mengetatkan pelukannya tanpa menghentikan ciumannya  .Seakan masumi tak ingin berpisah dengan Maya sedetikpun .
                           Wajah Maya memerah mengingat malam itu ,Maya memegang kedua belah pipinya yang terasa panas ,Senyum itu masih ada dibibirnya ketika seseorang menyapanya " Maya ......." Panggil koji ,Maya menoleh dan tersenyum " Koji ....." panggilnya pelan.Koji berdiri disamping Maya , sejenak keduanya terdiam . Koji tidak mengatahui bahwa ada seseorang mengikutinya ,ia hendak keluar untuk menyapa ketika keduanya serempak memanggil dan berkata " ehm ...Maya aku ingin Bicara " kata koji . Maya tersenyum gugup " sebenarnya aku juga ingin bicara denganmu " katanya ke Koji .keduanya jadi canggung dan terdiam kembali . " kamu duluan " kata Maya beberapa saat kemudian. Koji menelan ludah dan berkata " Maya........maukah kamu menjadi kekasihku? "
                            Maya mematung sesuatu yang selama ini dia takuti telah terjadi ,Koji mengungkapkan perasaannya. " Ko ...ji !" katanya pelan .Maya membisu sesaat kemudian menjawab " maaf kan aku .......tapi aku tak bisa " kata Maya pelan . Orang ketiga ,yang mengikuti Koji juga terkesiap kaget ,ia buru buru menutup mulutnya dengan tangannya . Ternyata yang mengikuti Koji adalah Shiori. Ia berniat meninggalkan tempat ketika Koji mengatakan sesuatu " A...pakah karena Pak Masumi ?" tanya Koji " aku melihat kalian saling berpelukan ,saat kalian di Pelabuhan ."
    Tangan Shiori mengepal ,raut wajahnya mengeras . Selama ini dalam hatinya ia bertanya apakah terjadi sesuatu antara mereka , apakah mereka menggunakan kamar itu . Shiori menggeleng Kamar itu aku siapkan untuk kita berdua apakah mungkin Masumi menggunakannya ,berdua dengan gadis itu . Bayangan Masumi dan maya bercinta melintas di benak Shiori membuat kemarahannya memuncak.Tapi ia tetap diam ,ia merapatkan dirinya di gelapnya malam.
                            " Eh .....ka....mu melihatnya ?" Rona merah menjalar di pipi Maya .Tapi entah kenapa hal itumalah  membuat Koji marah . " Jadi benar karena Pak Masumi " tanyanya dengan kaku kepada Maya. Maya melihat Koji dan menyadari bahwa Koji marah ,ia mendesah " bukan ...... Pak Masumi .......sebenarnya sudah lama aku ingin menyampaikan ini ,tapi aku takut .......menyakitimu"
                         " jangan bohong Maya ,kamu mungkin pandai berakting di panggung ,tapi tidak .....disini ,Apakah kamu jatuh cinta kepada Pak Masumi  " tanyanya lagi .Maya mendesah dan bertanya ke Koji , " haruskah aku menjawabnya ?" tanya Maya . " iya ,paling tidak kamu berhutang itu ( penjelasan ) padaku " sahut Koji .
                        " Benar ,aku jatuh cinta padanya " jawab Maya , wajah Koji mengeras dan bertanya " bukankah kau membencinya " maya tersenyum dan menjawab " mungkin benar kata orang ,jangan membenci seseorang karena kau mungkin akan jatuh cinta padanya " Koji nampak setengah marah .ia menghembuskan nafas yang sangat panjang ,kemudian berkata ada kesan licik di matanya sesaat tapi sayang Maya berdiri membelakanginya hingga tidak melihatnya " Bukankah dia bertanggung jawab atas kematian ibumu " Mata Maya meredup," ya ,ia bertanggung jawab tapi ......dibandingkan aku ,apa yang ia lakukan pada ibuku jauh lebih banyak . Ia memberikan ibuku perawatan terbaik ,memberikan tempat tinggal yang nyaman ,di akhir hidupnya ibuku hidup nyaman semua berkat Pak Masumi ,sedangkan aku ..." ia menoleh ke Koji ,ada air mata menetes di mata Maya " Apa yang aku lakukan selain memberinya rasa Khwatir.....tidak ada ,aku sebagai anaknya malah tak pernah melakukan kewajiban aku sebagai anak........." maya menhela nafas " Pak Masumi yang melakukannya ia memberikan yang terbaik untuk ibuku ......." Maya memandang Koji dengan sedih " Jadi katakan  padaku apa aku berhak membencinya "
                          Koji terdiam ia mengepalkan tangannya dan berkata " tapi Pak Masumi memiliki tunangan ,jangan katakan kamu ingin merusak hubungan mereka " Maya kembali tersenyum " aku hanya mengatakan jatuh cinta padanya ,aku tidak berkata akan bersamanya " Koji menatap Maya ada secercah harapan di matanya " jika kamu tidak bersamanya ......kenapa kita tidak mencobanya .....jika kamu mau kita bisa bertunangan besok bahkan kalau perlu kita bisa menikah  "
                          Maya membeliakkan mata terkejut tapi kemudian sinar mata Maya meredup "Koji ........menjalin hubungan , bertunangan ,pernikahan ,dibutuhkan dua orang saling mencintai . Jika .........Jika hanya salah satu itu hanya akan sebuah perjanjian ...sebuah kontrak yang pasti ada akhirnya" Maya terdiam sebentar lalu " Jika kita bersama ...................Kamu akan melakukan apa pun untuk membuktikan bahwa kamu layak dicintai ,kamu akan melakukan terus menerus hingga rasa cinta yang kamu punya berubah menjadi kebencian ,dan aku akan tenggelam dalam rasa bersalah karena tidak bisa membalas cintamu hingga aku muak dengan rasa bersalahku dan berbalik membencimu " Koji terkesiap mendengar penuturan Maya " itukah yang kamu inginkan ,kita saling membenci ,percaya atau tidak Koji ,aku tak ingin membencimu ,aku juga tidak ingin dibenci olehmu,karena kamu adalah sahabat terbaikku .Bisakah kau mencintaiku sebagai sahabat saja ? kata Maya memohon pengertian Koji .
                      Koji terdiam merasa kalah ,ia diam seribu bahasa tangannya mengepal menahan rasa sakit yang ia rasakan di dadanya serasa ada ribuan jarum tak terlihat yang menusuk jantungnya berulang kali .Maya juga memandang Koji ,ia mengerti saat ini koji pasti merasa sakit hati ,terluka . Maya meraih tangan Koji " maafkan aku ......aku benar benar minta maaf  " air mata Maya mengalir dari kedua matanya " Tidak ....jangan" kata Koji sambil mengusap air mata Maya " jangan menangis ,aku mengerti aku memang terluka tapi aku tahu kamu mungkin lebih terluka." Koji menjauh dari Maya " aku mengerti maksudmu ,di dalam pikiranku aku tahu kamu benar tapi di hatiku aku belum bisa menerimanya beri aku waktu dan aku akan menjadi sahabatmu lagi"
                      Shiori yang mendengarkan percakapan itu menjadi pucat ,dengan sebisa mungkin ia berjalan tanpa suara keluar dari gedung itu .Ucapan Maya seakan akan terngiang di telinganya "menjalin hubungan ,bertunangan ,pernikahan ,dibutuhkan dua orang saling mencintai jika .........jika hanya salah satu itu hanya  sebuah perjanjian ...sebuah kontrak yang pasti ada akhirnya" Air mata Shiori menetes ' benarkah akan seperti itu ?' tanyanya dalam hati seraut wajah lelaki yang menjadi bunga tidurnya melintas di pikirannya tapi ucapan Maya kembali terlintas "jika kita bersama ...................kamu akan melakukan apa pun untuk membuktikan bahwa kamu layak dicintai ,kamu akan melakukan terus menerus hingga rasa cinta yang kamu punya berubah menjadi kebencian ,dan aku akan tenggelam dalam rasa bersalah karena tidak bisa membalas cintamu hingga aku muak dengan rasa bersalahku dan berbalik membencimu "
                   Shiori bahkan tidak menyadari bahwa ia telah masuk ke dalam mobil ,sopirnya yang setia bertanya " Nona ,kita ke mana sekarang ? Apakah pulang ke rumah ?" Sang sopir melihat majikannya  ketika tidak mendengar jawaban ,ia melihat betapa pucatnya nonanya itu "No ...na ......anda ....kenapa ? NONA ....? " sekali lagi si sopir bertanya .Shiori  tersentak dan menjawab pelan  " aku tidak apa apa ,kita pulang sekarang ". Si sopir menyalakan mobil " Nona anda yakin anda tidak apa apa ?" tanya si sopir yang telah berumur paruh baya itu melihat majikannya  dengan khwatir . Shiori berusaha tersenyum walau tak meyakinkan " aku tak apa apa , hanya terasa capek ,aku ingin pulang sekarang ." Sang sopir nampak lega dan mobil mulai melaju dengan kecepatan sedang .
                   Shiori menatap keluar jendela mobil ,seakan akan melihat pemandangan yang melintas di depannya padahal di hatinya berkecambuk ' Akankah suatu hari nanti  Masumi akan membenciku karena aku mencintainya ' Shiori mengetatkan tangannya di tas tangan yang dibawanya tapi matanya tetap melihat keluar ' Bisakah aku menerima kenyataan bila Masumi membenciku ,bisakah aku hidup tanpa Masumi ?Bisakah ..........' tanya dalam hati . Air mata menetes di tangannya tapi Shiori seakan tak menyadarinya ia begitu tenggelam dalam pikirannya.

                                                  ***************
    Masumi menutup dokument terakhir dan menghembuskan nafas panjang ,ia merebahkan kepalanya di sandaran kursi ,ia memejamkan matanya ,bayangan Maya melintas di benaknya membuat rindu semakin menjadi jadi . Walau bertemu dengan Maya tadi siang tapi sama sekali tidak memuaskan kerinduannya terhadap Maya malah terasa semakin rindu karena ia tidak bisa memeluk dan menciumnya .  Masumi meraih handphone ,ia ragu ragu untuk menelpon tapi akhirnya kerinduan yang menang .
tut.........tut ................
    Maya mengangkat pada dering kedua . Air matanya belum surut , sekem balinya ia dari pesta Maya kembali menangis ia merasa bersalah terhadap Koji yang selama ini baik padanya ,juga kerinduannya terhadap Masumi membuatnya merana .Melihat yang menelpon adalah pria yang dirindukan Maya langsung mengangkatnya lupa kalau dia masih setengah menangis . Tentu saja suara Maya parau ,ia berdehem ketika menyadari suaranya parau " Mu ...ngil ,sayang ...ada apa ? tanya Masumi cemas .Panggilan mesra itu malah membuat Maya semakin rindu ,tanpa sadar ia malah terisak .Masumi membeliakkan matanya ketika menyadari Maya menangis ,ia langsung menegakkan badan dan bertanya " Mungil ,ada apa ? Apakah terjadi sesuatu ? Maya berusaha menenangkan diri ,ia lalu menjawab " aku ...tidak apa apa ,sungguh " kata Maya sambil berusaha menyakinkan Masumi " Ta..Tapi kenapa menangis ? Bukannya harusnya kau berada diawamg awang karena apa yang kamu impikan telah berhasil kau raih " Maya mengusap air matanya " aku gembira sekali tapi aku juga sedih " kata Maya kemudian " sedih kenapa ?" tanya Masumi bingung " Aku tak bisa membagi kebahagiakan dengan orang yang aku cintai ,tentu saja aku sedih " kata Maya sedikit merajuk ," mungil......" kata Masumi pelan dengan rasa sedikit bersalah . " Maaf ,entah kenapa aku hari ini ?Aku bahagia tapi sekaligus sedih "kata Maya sedikit parau karena tangisannya. Masumi mendengarkan Maya dengan khwatir ." Maya ...aku ke sana sekarang "kata Masumi sebelum menutup telpon " Tidak perlu .....Pak Masumi ...hallo .....hallo ..." kata Maya yang dijawab dengan nada sibuk.                                                                     

                                                      *****************************
                             Shiori mengurung diri di kamar semenjak kluar tadi sore .Bibi pelayannya putus asa membujuk nonanya ini untuk makan . Bahkan suhu badan majikan perempuannya meningkat naik .Tapi Majikannya ini tetap tak bergeming di tempat tidur . Di luar kamar ada yang memperhatikan tingkah laku Shiori . Wanita itu tetap kelihatan cantik di usianya yang paruh baya tapi ada sesuatu yang aneh di matanya yang kosong dan selalu kelihatan sedih .Ia mendesah panjang ,ia menerima laporan dari sopir bahwa Shiori keluar untuk menemuhi seorang gadis bernama Maya kitajima . Dan entah kenapa Ia merasa gelisah ,ia memencet beberapa nomor di Hp nya ,setelah dering ke 2 terdengar jawaban " nyonya Takamiya ,apa yang bisa saya bantu " kata lelaki yang berada di seberang telepon . " Cari tahu tentang Maya Kitajima ,aku mau tahu dia dari lahir hingga sekarang , Jangan ada yang terlewat ,aku ingin tahu apa saja tentangnya aku ingin tau warna favoritnya  ,makanan favoritnya  bahkan baju yang ia kenakan ,bayaranmu akan aku transfer di Bank seperti biasa 50 % sekarang dan sisanya setelah pekerjaan selesai,usahakan kamu melapor secepatnya  " katanya sebelum menutup  telpon.Sekali lagi ia melihat ke kamar anak perempuannya sebelum kembali ke kamarnya sendiri.
                                             ***********************
                             Dengan Kunci khusus Masumi memasuki apertement Maya ,ia mendapati Maya tertidur di sofa  dengan bekas air mata di pipinya . Membuatnya merasa bersalah .ia duduk di sebelah Maya dan mematikan TV yang menyala dengan suara pelan. Diusapnya airmata Maya dengan pelan . Maya terkejut ,ia segera bangun ,ketika menyadari bahwa yang datang Masumi . Maya langsung berhamburan memeluknya ' bagaimana anda bisa masuk ?" tanyanya ke Masumi . " aku punya kunci dan passwordnya " kata Masumi " bagaimana pun juga aku yang membelinya " kata Masumi sambil mempererat pelukannya . Beberapa hari ini tanpa Maya seperti neraka ,jadi ia memuaskan dirinya memeluk Maya . Maya mengadahkan wajahnya " Aku merindukan anda " kata maya yang kemudian menyembunyikan wajahnya di leher Masumi ,Aroma Masumi langsung mengepung indra penciuman Maya .Semenjak berpisah dengan Masumi ,aroma tubuh masumi seakan mengikuti kemanapun Maya pergi .Ada kalanya sampai Maya melihat sekitarnya berharap Masumi berada di sana ,tapi tentu saja Maya kecewa karena Masumi tak pernah muncul. Sekarang Maya seakan menikmati kemewahan dengan memanjakan dirinya di pelukan hangat Masumi." Aku juga " kata Masumi sambil mempererat pelukan Maya dan mengubah posisi Maya dengan memangkunya .Mereka hanya diam menikmati waktu dengan menyadari keberadaan satu dengan yang lain dengan hangatnya pelukan mereka yang mereka rasakan sampai ke hati mereka .
                            "Apa yang terjadi Maya ,seperti kataku seharusnya kamu berada di puncak dunia bukan sebaliknya " kata Masumi beberapa saat kemudian . maya hanya menggeleng " tidak apa apa ...." kata maya setengah berbisik .Masumi mengangkat dagu Maya dilihatnya wajah kekasihnya lalu diciumnya lembut awalnya Masumi seperti membelai bibir Maya dengan bibirnya ,mengecup dab akhirnya Masumi mengulumnya . Tiba Tiba Masumi menjauhkan Maya ,rona wajah Masumi merah ,nafasnya tersegal segal ,detak jantungnya bagaikan bertalu talu " ugh .............Mungil ,kita harus berhenti atau aku tak kan bisa berhenti " kata Masumi .Masumi setengah geli dan jengkel ketika melihat wajah Maya malah tampak kebingungan ,ia menggelengkan kepala dan mendekap tubuh Maya sambil berbisik " cepatlah dewasa sayang ,kalau seperti ini aku seperti pedofil "kata Masumi diakhiri dengan helaan nafas panjang. " Au...." ketika merasakan pinggangnya terasa pedas oleh cubitan Maya ,Maya nampak cemberut dan mencoba mencubit pinggang Masumi  ,tapi Masumi menangkap tangan Maya ' kenapa kau mencubitku ?tanya Masumi " kenapa anda mengatakan aku anak kecil ?"tungkas Maya .Tapi Masumi malah terdiam menikmati wajah Maya yang semakin memikat karena merajuk ,Maya berusaha melepaskan tangannya " baik ...baik ...aku salah .......Maya Kitajima bukan anak kecil .dia wanita dewasa dan kelakuannya seperti lady "kata Masumi . Tapi Maya malah semakin berusaha membebaskan tangan " mu ....ngil kamu memang aneh ,aku memujimu kok malah marah ? tanyanya lagi "Karena anda tahu sampai kapan pun aku tak kan pernah bersikap seperti lady "jawab Maya ,Masumi memerangkap kedua tangan Maya diantara tubuh Mareka dan tersenyum jenaka " syukurlah ,aku bisa mati kebosanan kalo kamu bersikap seperti lady " Maya meronta lagi Masumi tertawa sambil memegang erat tangan Maya  sekali lagi ia memerangkap tangan Maya diantara tubuh mereka dan Menjawab Maya dengan wajah serius " baiklah ,wanita di depanku ini seperti Bidadari .Bidadari Merah milikku " kata Masumi berbisik mesra di depan bibir Maya " hanya dengan keberadaannya saja membuatku bahagia ,hanya dengan mendengar suaranya ia menenangkan duniaku yang kacau balau ,hanya dengan belaiannya ia membasuh semua luka yang ada ,hanya dengan kecupannya ....." Masumi diam sejenak tersenyum lembut " ia membuatku sempurnaa sebagai pria .Itu arti dirimu Buatku Maya Kitajima " kata Masumi .Wajah merona merah apalagi melihat tatapan mesra Masumi ,Maya seakan melumer di dekapan Masumi . Maya membebaskan kedua tangannya dan mengalungkan tanngannya ke leher Masumi dan mengecup kedua pipi Masumi dan wajah Maya kemudian berada di depan wajah Masumi ,kedua hidung itu bersentuhan .keduanya bisa merasakan hangat nafas mereka . Sesaat keduanya tak bergerak ,tatapan Maya berhenti di bibir Masumi , seakan ragu Maya terdiam sebelum   ia mulai mencium bibir Masumi . Kembali keduanya tenggelam dalam ciuman mereka yang seakan tak puas .
                            " Aku suka pernyataanmu " kata Masumi setelah mereka berhasil melepaskan diri dari ciuman mereka .Maya masih dipangkuan Masumi nampak melemas di dada Masumi .Maya hanya tersenyum ,ia masih berusaha mengendalikan diri . " Jadi katakan apa yang terjadi Maya ,sekali lagi ia membuat Maya melihatnya ,kali ini Masumi yang sedikit cemberut " kalau kamu tidak mau bicara aku pulang saja " kata Masumi sambil memegang pinggang Maya berusaha mendudukkan Maya disofa. Maya menolak dengan mengalungkan kedua tangannya di leher Masumi " Baiklah aku beritahu " jawab Maya . Masumi menaikkan satu alisnya ketika melihat Maya ragu ragu . Masumi mulai memandangi Maya dengan serius dan bertanya " Apakah terjadi sesuatu yang serius " maya menggeleng " tidak ...hanya saja ....hanya saja aku merasa kehilangan seorang sahabat " kata Maya . Masumi mengerutkan dahi " Apakah kau bertengkar dengan Rei ? " tanya Masumi " bukan ........" kata Maya " bertengkar dengan ...ehmmm siapa namanya yang jadi pacarnya raja peri ....." Tebak Masumi " bukan .......bukan Mina ...tapi .....Koji "jawab Maya . Wajah Masumi berubah bahkan suaranya tidak sehangat tadi " kau menangis karena Koji " Maya hendak menjawab tapi terdiam melihat perubahan suara dan sikap Masumi . Beberapa saat Maya hanya diam Melihat Masumi dan seakan menyadari sesuatu Maya nampak tersenyum manis tapi hal itu malah membuat Masumi cemberut " anda cemburu ya ?" yanya Maya tersenyum lebar " jadi benar.....anda cemburu" tanya Maya lagi . Masumi mendengus dan menjawab " tentu saja ......kenapa kamu menangisi pria lain?" tanya Masumi .Maya memeluk Masumi dan tertawa pelan .Masumi membalas mempererat pelukannya." Jika aku menginginkan Koji ,sejak lama dia sudah menjadi pacarku " kata Maya menenangkan Masumi ,Maya tertawa pelan ,ia melepas pelukannya dan melihat wajah Masumi " aku senang anda cemburu ...karena anda selalu dikelilingi wanita cantik bahkan nona......" Maya terdiam seketika hampir saja ia mengucapkan nama 'shiori ' . Tapi Masumi menangkap lanjutan kalimat Maya dan mengalihkan perhatiannya untuk pertama kalinya sejak masuk ke apartemen ini " Eh ternyata  apartemen ini bagus juga " kata Masumi seakan baru menyadari .Apartemen ini didominasi warna biru ,putih dan hitam . Tapi nampak beberapa dekorasi bewarna merah dan ungu di beberapa tempat tapi berpadu dengan indahnya . " apa yang anda pikirkan saat membeli apertement ini ?" kata Maya dengan mengerutkan dahi . Sekali lagi Masumi menaikkan alis dan bertanya " memangnya Kenapa ?" tanya Masumi . Maya menegakkan badan ,meniru mimik dan ucapan manejer yang mengantarnya dulu " apartemen ini seluas 600 mpersegi . terdiri dari 3 kamar ,4 kamar mandi, 1 ruang kerja ,1 dapur,ruang tamu dan ruang makan .tidak hanya itu .Bangunan ini memiliki sistem terpusat dengan pintu lapis baja dengan kunci khusus ,Sistem keamanan tingkat tinggi .Pendeknya  ini adalah sebuah Benteng dengan pemandangan Indah " kata Maya sambil memamerkan jendela yang menampilkan pemandangan kota Tokyo ,dari kejauhan nampak Menara Tokyo yang menjadi simbol Kota Tokyo yang gemerlapan dengan lampu . " Bukan itu saja kenapa anda membeli gaun bukan satu tapi selemari " kata Maya sambil membeliakkan matanya .Masumi tersenyum tak mungkin mengatakan pada Maya bahwa sebagian besar bajunya dirusak oleh pembobol apertement Maya " Aku ingin kamu memilikinya ,mungil "jawab Masumi " seandainya bisa aku ingin membelikanmu seluruh dunia ,jadi diamlah dan terima saja " kata Masumi ."tapi ........" Masumi langsung memotong ucapan Maya dengan ciuman yang selalu membuat Maya seakan lumer "setuju kan' tanya Masumi disela ciumannya .Maya mengangguk . Masumi menjauh .Maya cemberut dan berkata " anda curang ,sekarang anda tahu kelemahanku ,dengan mudah anda membuatku setuju Masumi tersenyum " jangan kuatir Maya ,kamu pun mengetahui kelemahanku " balas Masumi sambil mencium Maya kembali .
                              *********************************
                                        ( bersambung )

                                       Next chapter : The End 

                             
 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting