Saturday 30 April 2011

Fanfic TK: The Hardest Day (Chapter 2)

Posted by Ty SakuMoto at 20:12



The Hardest Day Ch. 2
(By Dina I ♥ Topeng Kaca)


Masumi yang menyadari Hijiri yang bergerak cepat, menarik perhatiannya. Diarahkannya pandangan ke arah Hijiri melihat. Masumi terkejut dan dengan spontan Masumi bergerak ke arah panggung sambil memanggil Maya “MAYA ….AWAS.....!!!”

Maya dan Ayumi yang berdiri di atas panggung menoleh ke arah Masumi yang menerjang dan mendorong keduanya ke lantai.

PRAAANGK!!!’

Suara keras jatuh tepat di belakang mereka. Lampu panggung yang biasanya menggantung di atas jatuh. Kepanikan luar biasa terjadi di sekitar mereka. Koji, Mr. Hammil dan Pak Kuronuma yang berdiri di samping panggung langsung lari menuju ke tempat kejadian.

Masumi sudah bangun dan sibuk memeriksa Maya. “Mungil... kamu tidak apa-apa?“ tanyanya, sambil memegang kedua lengan Maya yang masih shock. Maya hanya mengangguk dan berkata, “aku… tidak  apa-apa. Ah, Ayumi…!“ Maya menoleh ke arah Ayumi.

Tampak Hammil membantu Ayumi bangun. Ayumi nampak kesakitan sambil memegang kepalanya.

“Ahh kepalaku sakit sekali…“ Bu Utako yang baru saja datang tampak khawatir, sedangkan Koji segera berteriak, “Panggil Ambulance...! CEPAT!!!“

 Semua tampak kacau, tapi di kursi penonton ada satu orang yang tidak bergerak memandang Masumi yang membantu Maya bangun. Wajah Masumi masih diliputi rasa khawatir. Tak sedetik pun Masumi melepas pandangan dari Maya. Shiori nampak pucat   karena melihat Masumi menolong Maya. Merasa kesal, Shiori keluar dari gedung tanpa menunggu Masumi.

Maya dan Ayumi dibawa ke rumah sakit disusul dengan Bu Mayuko. Mungkin karena terkejut membuat kesehatan jantungnya memburuk. Rei nampak hilir mudik di lorong rumah sakit. Dokter yang memeriksa Maya keluar.

“Dokter bagaimana teman saya?” tanya Rei. Dokter tersebut tersenyum, “teman anda tidak apa-apa, hanya gegar otak ringan dan sedikit shock. Besok teman Anda sudah boleh pulang.“

Rei mengucapkan terimakasih. Ia membuka pintu dan melihat Maya tertidur “Rei.....” panggil Mina setengah berlari ke arah Rei, “Bu Mayuko akan pulang sekarang.“

Rei terkejut, “memangnya tidak apa-apa Bu Mayuko pulang sekarang?”

Mina menggeleng, “beliau memaksa pulang Rei, ayo bujuklah Bu Mayuko.“

Rei melihat Maya yang masih tidur. Ditutupnya kembali pintu kamar dan pergi ke kamar Bu Mayuko bersama Mina.

Masumi melihat Rei dan Mina pergi dengan tergesa-gesa. Ia masuk ke dalam kamar Maya. Maya nampak tidur, entah kenapa hati Masumi lega. Masumi mendekati Maya,

Mungil… bagaimana ini… aku semakin tidak bisa melepaskanmu.  Katanya dalam hati.

Diraihnya tangan Maya dan diciuminya. Rupanya ketegangan tadi membuat Maya terlelap. Tak tahan, Masumi mendekatkan bibirnya ke bibir Maya (biasa pencuri ciuman) dan mencium Maya. Dilihatnya Maya bergerak dalam tidurnya, “Masumi“ igau Maya. Mendengar namanya disebut, Masumi tersenyum. Saat itulah Ia melihat Maya menggunakan kalung pemberiannya. Ia memuaskan dirinya memandangi Maya yang sedang pulas. Diciumnya kepala Maya sebelum beranjak keluar dari kamar Maya.

Belum lama Masumi keluar, Maya terbangun.

“Rei... Ia memanggil.“ Ia melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa Ia sendirian. Tiba-tiba Maya menyentuh bibirnya dan pipinya merona, “…bagaimana mungkin Aku bisa bermimpi dicium Pak Masumi,”  semakin teringat mimpinya, pipi Maya semakin merah. Tepat ketika Rei dan seorang perawat masuk ,melihat pipi Maya yang merah si perawat terkejut, “wah kelihatannya Nona Kitajima demam,” perawat itu langsung sibuk memeriksa Maya, membuat penjelasan Maya yang terbata-bata tak digubrisnya.

Masumi keluar dari rumah sakit menuju tempat parkir. Ia melihat Hijiri menunggunya. Begitu Masumi mendekat, Hijiri memberi laporan bahwa orang yang melakukan sudah ditangkap dan diperiksa polisi dan saat ini dia masih berusaha mencari otak dari kejadian ini. Masumi kemudian memerintahkan Hijiri untuk terus menyelidiki dan melindungi Maya .

Masumi memasuki rumah tempat tinggal barunya. Ia memasuki ruang tamu. Dillihatnya Shiori di sana menelpon seseorang.

“Jadi kamu akan kembali ke Jepang, Midori? baik… jangan khawatir Midori aku akan menjemputmu, oke, sayonara.” kata Shiori tersenyum. Tapi begitu melihat Masumi, senyum itu menghilang. Jelas sekali bahwa Shiori sedang jengkel. Tapi Masumi malah tidak acuh dan pergi ke ruang kerja mengambil beberapa dokumen yang tertinggal dan secepat kedatangannya, Ia segera kembali ke kantor tanpa menghiraukan Shiori.

******************************

Shiori melihat orang lalu lalang di bandara. Sebenarnya Ia kurang suka keramaian tapi bagaimana juga Ia sudah berjanji. Midori adalah sahabatnya. Beberapa tahun yang lalu Midori menikah dan ikut suaminya yang bekerja sebagai atase di Jakarta.

”Midori…” panggil Shiori melihat sahabatnya yang langsung merangkulnya begitu mendekat. “O kaeri nasai,*” kata Shiori menyambut sahabatnya.

(*Selamat datang)

Mereka mengenang masa sekolah dulu sambil  makan di restoran favorit mereka waktu masih kuliah. Midori mengamati sahabatnya. Jelas sekali bahwa Shiori tidak bahagia.

“Shiori, bagaimana dengan suamimu? Aku dengar kamu berhasil menikahi bujangan paling diincar se-Jepang? Eh, kenapa dia tidak ikut? jangan bilang kamu takut dia akan jatuh hati padaku?“ tanya Midori beruntun yang disambut dengan senyum pilu Shiori. Kemudian tanpa diminta Shiori menceritakan segala sesuatunya, bagaimana perkawinannya semakin memburuk karena Masumi semakin tidak peduli padanya.

Midori  mendengar dengan terkejut dan bimbang antara setuju dan tidak. Semenjak dulu Ia tahu bahwa keluarga Shiori terlalu memanjakannya, jadi sikap Shiori memang sedikit sulit. Tapi Shiori sendiri begitu pandai membawa diri sehingga tak banyak yang mengetahui sifat Shiori sesungguhnya. Tapi bagaimana pun Shiori sahabatnya dan mau tak mau Midori merasa kasihan  terhadap Maya. Tiba-tiba seakan teringat sesuatu, Midori berkata, “Shiori, apakah kamu ingat... ehm… Takeshi… Amachi?“ dengan sedikit gugup Midori mengatakannya.

Cangkir Shiori berhenti sejenak mendengar Midori mengucapkan nama itu. Shiori meminum kopi itu sambil mengenang Amachi. Bagaimana pun pria itu pernah mengisi hari-hari dan hatinya. Sayang keluarga Takamiya tidak merestuinya. Amachi bukan keluarga kaya, orangtuanya hanya seorang guru dan berita terakhir yang diketahui tentang Takeshi, ia pergi ke luar negeri dan tidak ada kabar berita lagi. Semenjak itu Shiori menutup diri terhadap pria manapun. Hanya sejak berkenalan dengan Masumi Ia mulai membuka hatinya kembali. Tapi sayang semua tidak sesuai dengan harapannya.

“Ada apa dengan Amachi, Midori?“ tanya Shiori.

“Aku bertemu dia waktu aku di Jakarta, ia menjadi wakil direktur  sebuah perusahaan terbesar  di Amerika,” Midori menyebutkan sebuah perusahaan ternama yang ada di Amerika. “Dia akan kembali ke Jepang, dan memegang cabang perusahaan di Jepang. Dan aku rasa dia belum melupakanmu,“ Shiori memandang dengan wajah bertanya. “Ia masih memakai arloji pemberian kamu,” kata Midori, “dan jangan katakan bagaimana aku masih ingat hadiah itu. Kamu menyeretku untuk menemanimu memilih jam itu dari pagi sampai malam jadi walaupun arloji itu hancur jadi debu, aku tetap mengenalinya,“ kata Midori dengan sedikit jengkel mengingat masa lalu itu. Shiori tersenyum. Tak tahan, dia tertawa kecil, pertama kali semenjak dia menikah.

Takeshi memandang Tokyo dari kantornya. Hampir 6 tahun dia tidak kembali ke Jepang. Banyak yang berubah. Lalu Ia meraih sebuah koran lama. Di halaman depan ada foto Masumi dan Shiori di hari pernikahan mereka. Tiba-tiba Ia merobek koran tersebut dan mengambil foto Shiori, “tidak akan… aku akan merebutmu kembali, Shiori,” kata Takeshi sambil membelai gambar Shiori.

Maya melamun di apertemennya. Pengumuman pemeran Bidadari Merah diundur sampai Bu Mayuko membaik. Rei berada di studio bawah tanah berlatih bersama yang lain, sedangkan Maya berencana akan menjenguk Ayumi di rumah sakit, sehingga dia tidak ikut Rei. ”Aku rindu…” kata Maya setengah melamun. Ia benar-benar merindukan Masumi. Ia melihat HP-nya, ia ingin menelpon Masumi tapi entah kenapa Maya merasa malu sehingga HP itu terus dipegangnya. Tiba-tiba HP yang dipegangnya berbunyi, membuat Maya terkejut.

“AHHHH“ kata Maya dilihatnya yang menelpon Rei. Ternyata Rei hanya mengingatkan Maya untuk belanja selesai menjenguk Ayumi. Maya segera bersiap siap ke RS.

Masumi tidak bisa konsentrasi pada pekerjaannya. Ada yang menganggunya. Siapa yang menjadi otak dari kejadian di panggung belum ketahuan. Ia menggunakan uang cash untuk membayar suruhannya dan sampai sekarang Hijiri pun belum berhasil mengetahuinya. Bayangan Maya melintas di matanya, membuatnya tersenyum.

“Mungil…” Masumi mendesah dan berkata dalam hati bahwa Ia merindukan Maya.

Tok... tok…!

Terdengar suara pintu kantornya diketuk dan langsung terbuka bahkan sebelum Masumi menjawab. Muncullah Mizuki, dan bertanya, “Pak Masumi… mobil sudah siap. Bukankah Anda berencana menengok Ayumi?“ saat melihat atasannya belum siap terutama Ia juga melihat dokumen yang ditumpuknya belum juga berkurang. Masumi langsung bangkit sambil membawa beberapa dokumen, ”iya, aku berangkat sekarang.“ Masumi belum sampai pintu ketika Mizuki bertanya.“yakin Anda akan membaca dokumen itu?” yang dihadiahi tatapan tajam dari atasannya. Mizuki tidak acuh dan hanya merapikan meja Masumi. Dengan jengkel Masumi keluar dari kantornya.

Maya bersyukur Ayumi ternyata baik-baik saja. Malahan, karena benturan yang terjadi mata Ayumi malah membaik. Sekarang, walaupun belum bisa melihat dengan jelas tapi matanya sudah mulai berangsur sembuh. Ia tersenyum ketika keluar kamar tempat Ayumi dirawat. Paling tidak, ada hal yang baik. Hingga Ia melihat Masumi datang. Keduanya membeku di lorong RS, sambil memandang penuh kerinduan.

Di atap RS mereka berdiri dengan diam. Masumi pun sedikit salah tingkah. “Mungil... kamu baik-baik saja ‘kan? Maafkan aku. Sebenarnya aku ingin menghubungi kamu tapi aku…” kenyataan bahwa Ia memiliki istri membuat Masumi mengurungkan niatnya setiap kali ia ingin menghubungi Maya. Maya melihat pergulatan batin Masumi. Ia mendekat dan memegang ujung lengan jas Masumi. “Jangan khwatir, saya tidak apa-apa. Seharusnya saya yang bertanya, Anda meloncat seperti itu, tidak apa-apa kah?” tanya Maya. Masumi menggelengkan kepala, “aku baik naik  saja,“ kata Masumi (kok kayak judul lagu ya >.<). Ia terus memandang wajah Maya hingga wajah Maya merona dan menunduk. Masumi mengangkat wajah Maya dengan tangannya. Keduanya saling memandang dan Masumi mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Maya. Gugup, Maya menutup matanya. Ia dapat merasakan hembusan nafas Masumi, semakin mendekat bibir Masumi ke bibir Maya ketika lagu First Love berbunyi keduanya langsung menjauh Maya menunduk dengan wajah merah, sedangkan Masumi dengan gugup menjawab telpon.

            Masumi mendesah “Maya maafkan aku, aku harus kembali ke kantor. Apa perlu aku panggilkan taxi?“ tanya Masumi. Maya menggeleng, “tidak perlu, aku harus belanja, kalau begitu aku pergi dulu,“ kata Maya, ”sayonara,” katanya pelan dan beranjak menjauh. Tiba-tiba Masumi merangkul Maya, ”sebentar saja Maya… sebentar saja aku ingin memelukmu,“ kata Masumi. Maya memutar badannya dan balas memeluk Masumi. Di atas atap RS, dunia milik mereka berdua.

            Takeshi melihat Shiori memilih sebuah gaun di butik ternama di Tokyo. Beberapa kali ia melihat jam dan pintu seakan-akan menunggu seseorang. Ia mendekati butik itu, sambil terus melihat Shiori yang sedang bercakap cakap dengan pelayan ,Takeshi membuka pintu ,Shiori yang sedang menunggu. Midori menoleh ke arah pintu dan membeku. “Takeshi…” kata Shiori dalam hati. Dilihatnya wajah Amachi banyak berubah, lebih dewasa penampilannya. Dulu Ia identik dengan jeans dan kaos, sekarang berubah menjadi jas. Ia menjadi semakin tampan di mata Shiori. Demikian pula anggapan Takeshi. Ia melihat Shiori tampak dewasa dan anggun, tidak terlihat lagi kesan remaja di wajahnya.

            Mereka duduk di sebuah café. Takeshi terus memandang Shiori, membuat Shiori gugup. “Aku mendengar tentang pernikahanmu, selamat ya Shiori,“ kata Takeshi. Shiori tersenyum, “terima kasih, bagaimana denganmu?” Takeshi tertawa. “Sayangnya aku belum seberuntung itu.“ Kemudian Takeshi menceritakan beberapa teman mereka yang ditemui di Amerika. Tanpa mereka sadari waktu berlalu dengan cepat. Ketika sadar hari menjelang malam, buru-buru Shiori pamit untuk pulang.

“Shiori…“ panggil Takeshi, ”besok aku mengadakan pesta, besok kan hari…” belum selesai Takeshi berbicara, Shiori menimpali, ‘“ulang tahunmu.” Takeshi tersenyum hangat “terima kasih, kamu belum melupakannya.“ Ucapannya membuat pipi Shiori merona merah.

*****************************************

Suasana pesta tampak meriah, Shiori datang bersama Midori. Di sana berkumpul teman-teman lama mereka membuat suasana pesta meriah. Hingar bingar musik tidak menyurutkan keinginan mereka untuk mengobrol. Tentu saja yang menjadi pusat perhatian adalah Takeshi Amachi. Malam ini Ia nampak semakin tampan dengan tuxedo hitam yang dipakainya. Bahkan beberapa wanita dengan terang-terangan menggodanya dan hal itu membuat Shiori merasa sedih, sehingga ia melupakan semua masalah dengan meminum banyak anggur padahal Shiori tidak terbiasa minum.

Takeshi mengamati Shori yang nampak cantik malam ini. Ia mengenakan baju warna champagne dengan perhiasan emas yang tidak besar namun serasi, dan yang menarik perhatiannya adanya cincin yang melingkar di jari manis Shiori. Takeshi mendekati Shiori “Maukah kamu berdansa denganku?“ tanyanya setelah berdiri di depan Shiori. Awalnya Shiori ragu tapi Takeshi membujuknya,  ayolah hanya satu lagu, aku mohon,“ Shiori akhirnya mengangguk. Tapi pada akhirnya mereka berdansa tidak hanya satu lagu tapi sepanjang malam. Hanya sesekali berhenti untuk menikmati minuman  yang tersedia di seluruh penjuru ruangan dan Shiori terbawa suasana pesta. Sejenak ia melupakan kegalauan hatinya.

Shiori merasa pusing. Diangkatnya kepalanya ,”egggh ...aduh“ kepalanya terasa pusing, dalam hati ia bertanya mengapa badannya terasa berat dan ngilu, sampai Ia menyadari ada sebuah tangan yang memeluknya. Terkejut, Shiori bangun dan hampir saja berteriak karena di sampingnya tampak Takeshi sedang tertidur. Shiori hampir saja pingsan ketika menyadari bahwa ia tidak mengenakan pakaian sehelai pun.

Masumi keluar dari kamar tidur yang berhadapan dengan kamar Shiori. Terdengar suara mencurigakan ketika Masumi berdiri di depan kamar. Masumi mengetuk pintu dan tidak terdengar jawaban Shiori. Dibukanya pintu kamar tersebut. Kosong. Sekarang suara tersebut semakin jelas, suara HP yang bergetar. Masumi mengikuti asal suara tersebut. Dibukanya laci. Masumi menemukan sebuah telpon genggam. Ia berkerut. Shiori tidak mungkin meninggalkan HP nya apalagi sejak kedatangan Midori dan jelas ini bukan HP yang biasa dipakai Shori. HP tersebut  bergetar kembali. Dilihatnya nomor penelpon dan kembali berkerut. Rasanya nomor telpon ini dikenalinya tapi Masumi tidak dapat mengingatnya. Masumi melihat banyak sekali pesan SMS yang masuk, lebih terkejut lagi semua SMS berasal dan penelepon yang sama, penasaran, Masumi membuka salah satu SMS dan wajah Masumi langsung membeku.

Shiori terisak, dia melakukannya dengan pria lain, pria yang bukan suaminya. Shiori beringsut, Ia melihat bajunya berserakan di lantai. Tanpa disadarinya air mata menetes semakin banyak. Ia lantas mengambil bajunya dan dikenakannya. Takeshi terbangun mendengar suara Shiori menangis, ia melihat Shori merapikan bajunya. Takeshi membeku.  Samar-samar Ia teringat perbuatannya dengan Shiori. Takeshi langsung terduduk “ueghh!” kepalanya terserang rasa sakit luar biasa akibat minuman semalam. Tanpa memperdulikan Takeshi, Shiori hendak membuka pintu. Takeshi mencoba menahannya, “Shiori maafkan aku…” belum selesai berbicara, Shiori memutar badannya menghadap Takeshi.

PLAAAAK!

Shiori menampar Takeshi yang membuatnya terhuyung. Akhirnya Shiori keluar kamar dengan mudah.

“Sialan” kata Takeshi. Dengan buru-buru Ia memakai sisa pakaiannya tapi tindakannya berhenti ketika melihat noda darah di tempat tidur.

Maya, Ayumi dan pemain dari kedua kubu bersama para wartawan berkumpul di Kantor Persatuan Drama. Hari ini Bu Mayuko dan juri lainnya akan mengumumkan siapa yang berhak memerankan Bidadari merah. Maya merasa gelisah, dilihatnya sekelilingnya, tidak nampak Masumi. Membuatnya semakin tidak tenang. Tiba-tiba Ayumi menggandeng tangan Maya, kesehatan matanya semakin pulih, sebentar lagi dia akan bisa melihat dengan normal. Maya terkejut merasakan betapa dinginnya tangan Ayumi “ eh …” kata Maya, yang disambut dengan senyum Masam Ayumi “ kenapa eh… Aku hanya artis biasa, Maya “ dan Ia menghembuskan nafas, “aku juga bisa tegang“ katanya kemudian yang disambut tawa kecil Maya. Maya menggenggam erat tangan Ayumi dan mereka berdua tertawa bersama. Para wartawan yang melihat keduanya bersenda gurau langsung sibuk mengabadikan momen tersebut. 

Semua bertepuk tangan saat Maya diumumkan menjadi pemeran Bidadari Merah, temasuk Ayumi yang langsung memeluknya. Pak Kuronuma menjadi sutradara Bidadari Merah dan tentu saja Koji menjadi Isshin. Maya menangis, “Ibu aku berhasil…“ katanya pelan, semua teman-temannya langsung memberi selamat, Maya memandang sekelilingnya sedikit kecewa melihat Masumi tidak datang.

Masumi menahan marah. Ternyata biang keladi dari peristiwa itu adalah Shiori, dia hampir tidak percaya bahwa Shiori mampu berbuat sejauh itu. Ia memerintahkan Hijiri untuk menyelidiki lebih lanjut, untuk sementara Masumi menahan diri.

************************************

            …...............sebulan  kemudian …........

Shiori bangun dari tidurnya, Ia merasa pusing dan lemas. Tiba-tiba ia berlari ke kamar mandi secepat kilat dan mulai muntah-muntah. Sudah tiga hari ini setiap pagi ia merasa mual, dia duduk di samping tempat tidur untuk mengambil air minum ketika tak sengaja ia melihat kalender, gelas yang di bawanya langsung jatuh dan pecah berantakan. Diraihnya kalender itu dan menghitung, “Tak mungkin “ katanya dengan wajah semakin memucat.

Shiori berjalan tanpa arah tujuan, ia telah pergi ke dokter kandungan dan memastikan ternyata dirinya benar-benar hamil. Seakan-akan dunia runtuh, ia bingung apa yang harus dilakukan. Ia tidak tahu bagamana menghadapi Masumi. Tiba-tiba tubuhnya terasa lemas, dunia seakan-akan berputar dan Shori pun terjatuh.

Mizuki memasuki ruang rapat dengan tergesa-gesa.

“Pak Masumi, Nyonya Shiori masuk rumah sakit, beliau ditemukan pingsan di jalan.“

Masumi mengerutkan dahi setelah Mizuki memberitahu tempat di mana Shiori dirawat, Masumi langsung pergi ke RS .

Masumi menuju kamar tempat Shiori dirawat. Dokter masih memeriksanya di lab jadi Masumi menunggu, kemudian seorang perawat mendekati Masumi, “Tuan, anda suaminya? Ini tas tangan Istri Anda, petugas paramedis baru mengantarkan kemari.“ kata perawat.

Masumi mengucapkan terima kasih. Tiba-tiba tas Shiori bergetar, dibuka tas istrinya tersebut. Ada yang menarik perhatiannya, sebuah amplop berasal dari sebuah Labotarium. Masumi melihat bahwa hasil lab itu ditujukan untuk Shiori. Penasaran Masumi membuka amplop  itu dan terkejut karena di sana disebutkan kalau Shiori sedang mengandung dan telah memasuki minggu ke empat. 
HP Shiori begetar lagi, sebuah pesan telah masuk. Di sana hanya tertulis  studio KID jam 12.10. Masumi mengerutkan dahi, langsung ditelponnya Hijiri dan memerintahkannya ke studio Kids, lalu Ia menelpon HP Maya. Kemudian dilihatnya Shiori datang menggunakan kursi roda dan didorong oleh seorang perawat. Masumi langsung bertanya sambil memperlihatkan SMS yang masuk. “Shiori apa maksudnya ini?“ Herannya Shiori tersenyum, tapi senyum Shiori membuat bulu kuduk Masumi berdiri. “Kali ini, kamu akan gagal menyelamatkannya “

Tanpa menghiraukan Shiori, Masumi berlari keluar dan masuk ke mobil. Dilihatnya arloji di pergelangan tangan. 15 menit lagi. Dengan kecepatan tinggi Masumi pergi ke arah studio Kids. Dihubungi HP Maya dan tetap tidak ada jawaban. Masumi berdoa semoga Hijiri sampai tepat waktu.

Maya mendengar penjelasan Pak Korunuma di Studio Kids bersama pemain pendukung Bidadari Merah, selain Koji yang mendapat tawaran membintangi sebuah iklan dan sedang syuting sehingga dia tidak datang hari ini. Sedangkan di ruang ganti ada seseorang yang mengambil sebuah Hp dari sebuah tas tanpa ada yang menyadarinya.

Jam 12 tepat Pak Korunuma, mengakhiri pertemuan itu dan mengingatkan mulai minggu depan latihan dimulai. Semua keluar bersamaan dan beberapa orang mengajak Maya makan siang. Maya pun setuju, dia bermaksud memberitahu Rei dan menyadari HP nya tidak ada. Maya pun kembali ke studio dan menyuruh yang lain berangkat duluan.

“Aneh…“ kata Maya, “tadi kan ada di tas, kok sekarang tidak ada?“ Dicarinya HPnya dan ditemukan di sebuah meja, “kok aneh HP ku kenapa bisa berada di sini ya?” kata Maya. Tiba-tiba pintu studio tertutup dan terdengar suara kunci di putar ,Maya langsung berlari ke arah pintu dan mengedor pintu “OIIIII... BUKA PINTU …!!!” kata Maya berulang kali. Maya akan minta bantuan saat disadarinya bahwa Hpnya mati, tiba-tiba di sela-sela pintu masuk asap yang membuat Maya terbatuk-batuk, sekali lagi digedornya pintu tersebut.

Masumi dan Hijiri datang hampir bersamaan, tepat seseorang keluar dari studio dengan tergesa-gesa. Melihat kedua orang di depan studio, orang tersebut lari. “Hijiri kejar dia!!“ kata Masumi yang langsung masuk ke dalam studio. Masumi disambut dengan asap tebal dan beberapa tempat telah terbakar. ”MAYA... KAMU DIMANA…???!!!!“ beberapa kali Masumi memanggil Maya ketika Masumi mendengar, “aku huk … huk disini!!“ Maya terbatuk. Masumi langsung menuju asal suara dan berusaha membuka pintu yang ternyata dikunci. Masumi mencoba mendobrak pintu tersebut. Usaha pertama Masumi gagal tapi Masumi tidak putus asa. Akhirnya di usaha yang ketiga Masumi berhasil. Maya nampak terduduk lemas, Masumi menggendongnya keluar.

Hijiri mengejar orang tersebut sudah beberapa blok, kemudian pria tersebut berbelok ke sebuah gang. Ternyata pilihan yang buruk karena gang tersebut adalah gang buntu. Hijiri menarik orang tersebut ketika berusaha menaiki pagar. Pria tersebut terjatuh, ia menendang Hijiri ketika mencoba mendekat. Hijiri terjengkang, pria tersebut berusaha lari, tapi Hijiri menerjangnya. Mereka bergulat sampai Hijiri berhasil berada di atas orang tersebut dan menghadiahinya dengan sebuah pukulan yang membuat pria tersebut pingsan.

Seseorang pasti memanggil Pemadam kebakaran karena ketika Masumi keluar dua orang dari petugas kebakaran membantu mereka, bahkan sebuah ambulanc sudah menunggu mereka. Keduanya langsung diperiksa dan diberi oksigen.

Masumi telah menjalani pemeriksaan dan dokter menyatakan bahwa dia baik-baik saja. Diluar, Pak Kuronuma, Rei dan lainnya menunggu Maya yang masih menjalani pemeriksaan. Pak kuronuma mendekati Masumi, “kamu tidak apa apa? Beruntung kamu datang tepat waktu kalau tidak… Aku tidak berani membayangkan.“ Lalu ia menunjuk keluar, “wartawan mulai berdatangan. Kelihatannya ceritamu menjadi pahlawan telah tersebar.” Hal itu menyebabkan Masumi kesal, saat ini banyak hal yang harus diselesaikan. “Pak Kuronuma kelihatannya aku membutuhkan bantuan Anda“ yang membuat Pak korunuma memandang Masumi dengan pandangan bertanya.

Masumi memasuki rumahnya dengan perasaan marah. Dilihatnya Shiori duduk sambil melihat berita di TV. Kebakaran di Studio Kids memang ditayangkan tapi belum diketahui apakah ada korban jiwa. Masumi berdiri di depan Shiori dengan senyum kemenangan.

“Sekali lagi Shiori, aku berhasil menyelamatkan Maya.“ Kemudian Masumi duduk di hadapan Shiori. “Dan banyak yang harus kita bicarakan,“ katanya sambil mengeluarkan amplop hasil Labotarium yang diambil dari tas Shiori di rumah sakit. Shiori hanya menatap Masumi, sadar bahwa akhir pernikahannya sudah di depan mata tapi Shiori masih mencoba. “Apakah kamu tahu bahwa perceraian tidak dapat dilakukan selama istri hamil?“

Masumi tersenyum masam, “kurasa itu tidak berlaku jika sang istri hamil dengan pria lain, menurutmu Takeshi akan mengakuinya atau tidak? Menurutku dia dengan senang hati mengakuinya.”

Shiori terkejut, “bagaimana kamu bisa tahu?”  Masumi kembali tersenyum “ bukan hanya kamu yang menyewa untuk mengawasi seseorang, Shiori.“

“Kita akan bercerai secepatnya,“ kata Masumi. “Bila aku menolak?“ kata Shiori “apa yang akan kamu lakukan? Melaporkan aku ke polisi sebagai otak yang membakar Studio Kids?“ Shiori mengeluarkan Hpnya, “kamu tidak memiliki buktinya, kartu SIM telah aku buang, kamu tidak memiliki bukti,”

Masumi kembali tersenyum kemudian ia mengeluarkan sebuah HP yang terbungkus plastik,“ kurasa ini cukup, di HP ada sidik jarimu.“ kata Masumi, ”akhirnya aku tahu siapa dalang peristiwa di panggung, berkat ini aku bisa mengetahui bagaimana kamu membayar orang tersebut, kamu menyuruh bibi pengurus dari keluarga Takamiya bukan?” Masumi kemudian berkata, “aku mungkin tidak bisa menuduhmu, tapi aku bisa membawa keluarga Takamiya dalam masalah.“

Shiori membuka suara untuk menjawab, “jika kamu menyeret keluarga Takamiya, kerjasama Daito dan Takamiya akan berakhir. Daito akan dalam kesulitan.“

Kali ini Masumi tertawa, “kamu kira aku bodoh, Shiori. Selain dengan Takamiya, Daito berhasil bekerja sama dengan perusahaan internasional, bila kerjasama itu berakhir perusahaan Takamiya yang mengalami kesulitan,” Masumi berdiri dengan tidak sabar, “aku akan melakukan apa yang harus aku lakukan Shiori, jangan menguji kesabaranku.“ Kata Masumi. “Kita bercerai atau akan kubawa ini ke kantor polisi,“ sambil mengantongi HP tersebut ke sakunya. Terdengar sebuah mobil berhenti di depan rumah dan sepertinya Masumi mengenalinya, “masalah kita sudah selesai, aku rasa kamu juga harus menyelesaikan masalah dengannya,“ kata Masumi saat Takeshi Amachi turun dari mobil. Shiori berdiri untuk melihat siapa yang datang. “Demi bayimu,“ kata Masumi kemudian.

Masumi datang ke rumah sakit lewat pintu belakang, Untunglah, karena para wartawan masih menunggu di depan. Masumi masuk ke dalam kamar. Rei dan Sayaka yang menjaga Maya. Masumi tadi sempat mengingatkan Rei dan lainnya, agar tidak meninggalkan Maya sendirian. Rei dan Sayaka langsung berdiri, sedangkan Maya hanya memandang Masumi. Ia ingin memeluk Masumi tapi di sana ada Rei dan Sayaka. Keduanya langsung pamit dengan alasan mencari kopi tinggallah mereka berdua.

Masumi duduk di samping tempat tidur Maya. 
“Mungil… maafkan aku, aku yang menempatkan kamu dalam bahaya, maafkan aku.“

Maya hendak mengatakan sesuatu, Masumi mengangkat jarinya dan meletakkan tangan di bibir Maya, “dengarkan aku Maya, aku dan Shiori akan bercerai.“

Maya membeliakkan matanya.

“Dia ada di balik dua pristiwa yang terjadi, di pertunjukan dan Studio Kids, lagipula dia hamil,“ Masumi melihat Maya memucat, buru-buru Masumi menambahkan, “bukan denganku, “ katanya lembut.

”EH...” jelas sekali Maya terkejut

“Aku tidak pernah… ehm… bersamanya,“ kata Masumi dengan wajah memerah.

“Kenapa... eh... bukannya kalian menikah?“ tanya Maya dengan malu-malu.

“Jika aku ingin melakukannya… aku hanya ingin dengan satu orang.“ katanya dengan wajah semakin merah demikian juga dengan Maya.

“Maya dengarkan aku, aku mohon percayalah padaku, walau aku bercerai dengan Shiori, kita tidak bisa langsung bersama, aku tidak ingin kamu dianggap sebagai orang ke tiga, perjalanan kita masih panjang jadi aku mohon percaya padaku,“ kata Masumi.

Maya memeluk Masumi, “tentu saja, aku percaya, selalu percaya.“ kata Maya.

Masumi balas memeluk Maya, dia mencium rambut Maya lalu dia menjauhkan diri dari Maya walau masih memeluknya, ia mengangkat wajah Maya dan mendekatkan bibirnya ke bibir Maya. Dikecupnya lembut bibir Maya, kemudian lagi dan lagi.

“Akhirnya aku bisa menciummu dalam keadaan sadar,” kata Masumi ketika ciuman itu selesai. Maya tertunduk malu, pipinya juga memerah, ia menyurukkan wajahnya ke dada Masumi ketika menyadari sesuatu, “dalam keadaan sadar…“ kata Maya sambil menegakkan badannya. Masumi kelihatan salah tingkah membuat Maya memandangnya dengan curiga, “ah maksudku… akhirnya aku bisa menciummu,“ kata Masumi tapi Maya tetap memandang curiga lalu Masumi memeluk Maya kembali, “ehm mungkin suatu saat akan kuceritakan,“ katanya sambil mencium kepala Maya.
Masumi sadar jalan untuk bersama Maya masih panjang tapi …....New Day Has Come


(The Hardest Day ch. 2... End)

11 comments:

silvia said...

"dunia milik mereka berdua"waduhhhhh yg lain pada ngontrak......................

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 30 April 2011 at 21:50 said...

>< serasa seperti itu deh mbak silvia

Anonymous said...

dinaaa....Bageuuussss^^

-wincheu-

Anonymous said...

kerreenn..!!
lanjutkan sist.. :)

orchid on 2 May 2011 at 08:42 said...

penasaraaaaan

Anonymous said...

lanjuuuuut.........

Anonymous said...

asyik ada cerita baru....

Anonymous said...

lebih bagus dari chapter yang pertama

silvia said...

bagussssssssssssssssssdan lanjutkan tp jgn lama-lama penasaran........................

Fagustina on 5 May 2011 at 11:27 said...

Dina jgn kelamaaaaaaaaannnn New Day Has Come nya kasian MM....XDD

Anonymous said...

Hicks...hicks...
Airmata berderai membasahi pipi
saat membaca surat dr masumi

thanks din wat happy endingnya n di tunggu neq days has come_nya

_a2n_

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting