Friday 15 April 2011

Fanfic TK : Penantian

Posted by Ty SakuMoto at 13:46

Cerita ini mengambil setting 3 tahun setelah pernikahan Maya dan Masumi



Penantian
(by Tati Diana)



Diruang makan itu sunyi senyap, hingga suara dentingan sendok dan garpu pun seakan tidak berani untuk mengganggu ketenangan suasana makan malam tersebut. Padahal ada tiga orang yang sedang menikmati makan malam disana, ditemani beraneka makanan yang cukup untuk mengundang selera siapapun yang memandangnya.

“ Jadi bagaimana perjalanan bulan madu kedua kalian ke Eropa?, apa kalian menikmatinya?..tanya suara berat yang keluar dari mulut Eisuke.

Maya dan Masumi saling memandang satu sama lain, seakan- akan meminta persetujuan, siapa diantara mereka yang layak untuk menjawab pertanyaan tersebut.

“Semua baik, Ayah. Kami cukup menikmatinya!, kata Masumi.

Eisuke hanya tersenyum atas jawaban Masumi dan memutar kepalanya mengarahkan pandangan ke arah menantunya.

“Dan bagaimana menurutmu Maya?”...dari tadi kulihat Kau diam saja, apakah ada yang menggangumu atau masakan yang dihidangkan kurang memuaskan selera makanmu? makanmu sedikit sekali..!...tanya Eisuke.

‘..Ti...tidak Ayah. Makanannya sungguh lezat. Aku senang bisa kembali lagi ke Jepang dan kembali menikmati makanan keseharianku”. Jawab Maya gugup.

“Syukurlah, berarti usahaku tidak sia-sia.Karena tadi aku sudah cukup memberi peringatan kepada juru masakku agar mereka menyiapkan makanan yang lezat untuk menyambut suami istri yang baru tiba dari bulan madunya.Oh, ya pertanyaanku yang satu lagi belum kau jawab?” sambung Eisuke.

“Pertanyaan yang mana Ayah?, tanya Maya sambil menatap Eisuke

“Kesanmu tentang bulan madu kalian.Apa Kau juga menikmatinya? Jangan-jangan hanya si dingin ini saja yang menikmati bulan madu kalian!. “ kata Eisuke sambil tertawa dan mendelik ke arah Masumi.

Masumi hanya bisa memamerkan muka cemberut dan tidak suka atas komentar ayah tirinya itu.

“ Aku menikmatinya”, jawab Maya pendek.

“wah-wah, ada apa ini, mengapa kalian berdua menjawab kompak sekali. Tidak adakah jawaban yang lebih baik dan memuaskan rasa ingin tahuku tentang bulan madu kalian.? Apa bulan madu kalian diisi dengan kegiatan yang tidak boleh diketahui orang lain?, sehingga kalian pelit sekali memberi informasi? sindir Eisuke.

“Memangnya Ayah ingin tahu tentang hal apa?” tanya Masumi

“Setidaknya kalian menceritakan bagaimana bulan madu kalian, tempat-tempat apa saja yang kalian kunjungi, dan apa yang kalian lihat disana? Jawab Eisuke dengan wajah cemberut dan meminum air putih untuk menuntaskan makan malamnya.

“Kami menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan ke tempat-tempat wisata, menikmati kuliner daerah setempat, berfoto disana dan berbelanja pakaian, souvenir dan barang-barang yang menurutku sangat indah dan layak untuk dimiliki” Masumi mengakhiri penjelasannya sambil memasukan suapan makanan terakhir kedalam mulutnya.

Eisuke hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Masumi.”Aku tidak terlalu memikirkan barang-barang ataupun oleh-oleh yang bersifat materi yang kau bawa dari bulan madu kalian. Aku hanya berharap menantuku ini secepatnya memberikan cucu sebagai penerus keluarga Hayami. Aku tidak sabar untuk menggendongnya, dan akupun takut jika terlalu lama menunggu,aku tidak sempat melihat dia lahir dan tumbuh. Aku ingin di rumah ini ada tangisan dan tawa anak-anak.Rumah ini terlalu besar untuk ditinggali oleh kita. Jadi Maya, aku ingin secepatnya melihat perutmu segera membesar” terang Eisuke sambil mengedipkan matanya dengan jenaka ke arah Maya.

Maya hanya menutupi kegugupannya dengan mengambil gelas dan meminum air putih yang ada di dalamnya hingga tak bersisa.Mukanya sedikit memerah.

Masumi melihat dan menyadari kegugupan istrinya itu. Dia pun meminum air putih untuk menuntaskan makan malam tersebut.

@@@@@@@@@@@@@@@@

“fuiihhhhhhhhhh” Masumi membanting tubuh lelahnya di atas tempat tidur empuk di kamar yang dulu adalah kamar pribadinya yang kini telah disulap menjadi kamar mereka berdua.

Kamar itu begitu indah dengan wallpaper bunga-bunga bernuansa warna ungu muda. Ada kamar tidur yang cukup besar, dengan dua bantal yang ditutup dengan bedcover berwarna krem pucat dan diujungnya berhiaskan renda-renda. Orang yang memandangnya pastilah membayangkan kenyamanan tubuh yang akan dirasakan jika berbaring diatasnya. Kamar tersebut dilengkapi Sofa,meja rias, lemari yang menyatu dengan dinding dan meja sudut yang diatasnya dihiasi dengan potongan mawar ungu segar yang diatur dalam jambangan berisi air.

“Aku memang sudah menyangka kepulangan kita dari bulan madu kedua akan disambut dengan pertanyaan dari Ayah dan harapan ayah untuk memiliki cucu.” Masumi berbicara dengan kedua tangannya dilipat untuk menyangga kepalanya dan kemudian sedikit mencondongkan wajahnya berbalik ke arah maya yang saat itu sedang duduk di sofa dan memandang keluar jendela.

“Hei...mungil, apa kau mendengarku?” Tanya Masumi yang menyadari istrinya tidak memperhatikan ucapannya dan sedang sibuk melamun.

“A..a.apa Masumi?, maaf aku tidak mendengarkanmu,.” Jawab Maya dengan sedikit malu.

“ Ahh..kau ini, memang apa yang kau pikirkan mungil?” tanya Masumi.

“A.....a..ah bukan apa-apa. Aku sebaiknya mandi agar tubuhku nyaman dan segera berganti pakaian” Jawab maya berusaha mengalihkan pembicaraan sambil berjalan ke arah lemari dan tangannya membuka lemari hendak mencari mantel mandi dan handuk untuk persiapan mandi.

Masumi tidak melanjutkan pembicaraan. Dia berpikir akan lebih baik jika pembicaraan dilanjutkan dengan pikiran jernih.Dan mudah-mudahan saja guyuran air ke tubuh mereka masing-masing membawa kesegaran dan kejernihan pikiran .

Tak lama kemudian pintu kamar mandi di dalam kamar tersebut tertutup. Maya memandangi dirinya dalam cermin di kamar mandi tersebut. Dia menyadari kini statusnya bukan lagi gadis remaja tapi seorang istri dari seorang Presiden direktur Daito yang sukses berkiprah di bidang entertainment.

“apakah aku bisa cepat hamil dan mengabulkan keinginan ayah? Apakah Masumi juga ingin segera memiliki anak? Tanya Maya dalam hatinya.

Maya cepat-cepat menghilangkan kegundahan dalam hatinya untuk bersiap-siap mandi.Tak lama kemudian terdengar air kran menyala dia membasuh wajahnya dan menyembunyikan tubuhnya dalam bathtub yang telah berisi air dan bercampur dengan busa sabun aromatherapy. Untuk sesaat berendam di dalam battub membuat dirinya nyaman dan aktifitas tersebut membuat dirinya lupa akan masalah yang sedang dipikirkannya,tapi ketika tangannya menyentuh bagian perutnya, perasaan bimbang tersebut datang lagi.

“a..ah, kenapa aku terlalu memikirkannya. Tapi salah aku juga, mengapa dulu sebelum menikah dengannya aku tidak membicarakan masalah ini dengannya.” Sungut maya kesal. Tapi sesaat kemudian dia menyadari dia tidak boleh menyesal, karena dulu dia tidak terlalu paham dan terlalu polos untuk memikirkan hal tersebut.
Kemudian dia menyelesaikan aktifitas di kamar mandi tersebut. Dia memakai mantel mandinya dan menggulung rambutnya yang basah dengan handuk.dan segera membuka pintu kamar mandi tersebut. Dia langsung kaget ketika mendapatii Masumi sudah berdiri tepat di pintu kamar mandi tersebut dengan hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya.

“ Waa....” teriak Maya kaget. “ kenapa kau mengagetkanku? Apa kau senang kalau aku terkena serangan jantung gara-gara kau mengagetkanku? “tanya Maya dengan kesal.

“Kau kaget mungil? Tanya Masumi

“ tentu saja aku kaget, kupikir kau masih tiduran tadi di atas tempat tidur” sungut Maya dengan muka cemberut.

Masumi hanya tersenyum melihat sikap cemberut istrinya, “Maafkan aku mungil, aku tidak bermaksud mengagetkanmu. Dan akupun tak ingin kau terkena serangan jantung.Kalau kau terkena serangan jantung, tentu keinginan Ayah untuk memiliki cucu bisa tertunda”, goda Masumi.

“DEGGG....” Maya terkejut. Ternyata sindiran suaminya itu sedikit menyiratkan bahwa suaminya juga menginginkan kehadiran bayi ditengah-tengah keluarga mereka.

“Baiklah, aku mandi dulu” kata Masumi sambil menepuk-nepuk pipi istrinya dan tak lama kemudian pintu kamar mandi tersebut tertutup kembali.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Keduanya telah beganti pakaian.Maya mengenakan pakaian tidur berwarna merah muda polos dengan hiasan bordir di dadanya. Pakaian tersebut sederhana tapi cukup membuat Maya menjadi sosok yang mempesona. Maya sedang duduk dimeja rias dan mengamati dirinya bercermin sambil merapikan rambutnya dengan sisir. Sedangkan di belakangnya, sang suami memakai piyama sedang bersiap-siap hendak tidur, kemudian dia mengamati istrinya lewat cermin di depan tempat tidur tersebut, dan mengurungkan niatnya ketika Maya mengajukan pertanyaan.

“ Masumi.........apakah boleh aku bertanya? Tanya Maya

Masumi mengangkat bahunya dan kemudian menyahut, “tentu saja, tanyalah !”

“eh...e...e” Maya terlihat ragu untuk menyampaikan pertanyaannya.

“Ayolah mungil ada apa? Apa pertanyaanmu itu cukup sulit untuk kujawab hingga dirimu segan mengatakannya padaku?” tanya Masumi menunggu.

“Eh....anu.....eh.........Apakah kau ingin segera memiliki anak” tanya Maya, yang tiba-tiba saja mukanya bersemu merah.

Masumi dapat melihat raut muka istrinya yang memerah lewat cermin meja rias di depannya dan kemudian tertawa kecil. “ah...mungil-mungil, kupikir kau akan bertanya tentang masalah apa!” Jawab Masumi sambil mendekati Maya yang sedang duduk didepan meja rias tersebut dan meletakkan tangannya di pundak istrinya. Kemudian dia memutar tubuh istrinya agar menghadap ke arahnya dan menatap matanya. Masumi membungkukkan badannya ke arah Maya.

“Tentu saja mungil, siapapun yang menikah pastilah berharap mendapatkan keturunan. Aku pun ingin mempunyai anak darimu. Darah daging kita mungil, buah cinta kita!”, sambung Masumi.

“aku rasa kau pun begitu Maya, biasanya para wanita selalu ingin segera memiliki momongan” selidik Masumi sambil mengamati raut wajah istrinya.

“oh...ya tentu saja!” Jawab Maya gugup

“Maya,.......... katakan padaku apakah ada masalah? Apakah pertanyaanmu ini berkaitan dengan apa yang diucapkan oleh Ayah saat makan malam tadi?, selidik Masumi “Karena kulihat ketika seusai makan malam kau seperti melamun!”

Maya terdiam sebentar dan menatap wajah suaminya kemudian dia mengangguk.

“Mungil, jangan terlalu dipikirkan.Ok? kata Masumi menenangkan “ akan tiba saatnya perutmu ini membesar dan berisi anak kita di dalamnya” sambung Masumi sambil mengusap lembut perut istrinya.

Entahlah apa yang Maya rasakan. Maya senang karena Masumi menenangkannya tapi disisi lain dia semakin tahu bahwa suaminya ini ingin segera mendapatkan momongan. Dan Maya berharap keinginan suaminya ini dapat segera terkabul. Dia berpikir jika dia bisa mengabulkan harapan suaminya, alangkah bahagia pula dirinya. Maya selalu berharap memberikan yang terbaik bagi suaminya, karena dia menyadari telah banyak yang diberikan oleh suaminya itu selama lebih dari 7 tahun sebelum mereka menikah.

Masumi dengan kesabarannya mau memberikan perlindungan, kasih sayang dan cinta kasih yang diberikan kepadanya walaupun harus menjadi pengagum rahasia, dibalik identitas pemberi mawar ungu. Sedang Maya yang selama itu tidak tahu tentang keberadaan identitas dia sebenarnya, hanya membalas dengan caci maki, amarah serta permusuhan.

Ketika Maya mengetahui identitasnya dan mendengar kabar tentang pertunangannya dengan nona Shiory, cucu dari keluarga Takamiya, entah mengapa ada perasaan cemburu dan takut kehilangan sosok tampan yang selama ini menjaganya.

Maya memendam perasaan yang menurutnya “aneh” dan berharap hal tersebut bisa dia tekan. Mana mungkin bos Daito yang terkenal dingin, kejam, tak berperasaan dan gila kerja mencintai dirinya yang pendek, tidak cantik, kurang beretika, ceroboh dan berasal dari kelas sosial yang biasa. Alangkah kontradiktif keberadaan dirinya jika dibandingkan dengan keberadaan nona Shiory yang cantik, pintar, tinggi, pandai membawa diri , elegan dan berasal dari status sosial yang tinggi. Semua lelaki pastilah mengakui dan memuja wanita cantik itu.Shiory pastilah sosok yang diinginkan oleh Masumi dan cocok jika mereka berdua bersanding. Walaupun masumi mengiriminya bunga,pastilah bunga mawar ungu tersebut ditujukan kepada dirinya hanya sekedar kekaguman terhadap seorang artis, dan perlindungannya juga selama ini hanya sekedar sebagai tameng untuk menjaga artisnya sebagai aset perusahaan atau yang sering Masumi katakan sebagai “ telur angsa emas”.

Dan ketika perasaan aneh itu dia sadari sebagai cinta, dia merasa putus asa karena bagaimanapun dia pikir cintanya tak mungkin berbalas. Bagai memetik bintang di langit. Tetapi entah keajaiban apa yang mengantarkan lelaki tampan tersebut untuk datang menemui dirinya, mengungkapkan identitasnya dan menerangkan segala tindakannya yang selama ini dia lakukan atas dasar cinta. Ya, atas dasar cinta. Bukan cinta paman kepada keponakannya, bukan cinta produser kepada artisnya, ataupun cinta saudagar kaya kepada barang dagangannya, tetapi cinta seorang lelaki kepada seorang wanita yang dipuja dan dicintainya.

Kebahagiaan itu semakin nyata ketika Masumi memutuskan pertunangannya dan berselang 3 bulan dari putusnya pertunangan tersebut, Masumi melamarnya untuk menjadikannya sebagai istrinya. Masih terbayang di benaknya bagaimana lelaki tersebut yang dikenal sebagai seorang yang dingin dan tidak berperasaan mampu merubah dirinya menjadi sosok yang romantis dan jauh dari apa yang dibayangkannya.

#flashback######

“Mungil, kau ada waktu besok ? Besok adalah hari ulangtahunku. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan dan menemaniku seharian” tanya Masumi

“ Aku ada waktu. Aku libur latihan selama dua hari dari sabtu hingga minggu, karena Pak Kuronuma sedang ada urusan mengunjungi saudaranya ke Osaka. Memangnya anda ingin mengajakku ke mana?” Jawab Maya

“ Syukurlah....,baiklah kalau begitu. Kau besok bersiap-siap ya Mungil. Ok,.. sampai besok sayang!” Masumi menutup pembicaraan dan menutup teleponnya seakan tidak ingin Maya mengajukan kembali pertanyaan.

“ Tapi....Pak Ma....!, ah...mengapa dia menutup teleponnya?, di pikir dia bisa memperlakukan aku begini dan membuat aku penasaran dia hendak membawaku ke mana. “ omel Maya dengan kesal.

Maya kemudian melamun dan menebak-nebak kemana kiranya pujaan hatinya itu akan membawanya, tetapi lamunan tersebut terputus ketika matanya mulai terasa berat dan akhirnya dia tertidur.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Akhirnya pagi pun tiba. Maya dengan riang gembira menyambut pagi dengan tersenyum. Rei pun sampai heran , karena biasanya jika hari libur , Maya terbiasa bangun kesiangan dan harus dibangunkan.

“wah...wah... Maya, aku heran ini kali pertama aku melihatmu bangun tanpa perlu aku bangunkan” sapa Rei

“ah..Rei kau menggodaku. Aku harus bersiap-siap karena hari ini Pak Masumi mengajakku pergi” kata Maya dengan riang

“Ohh..pantas, aku tak heran kalau direktur tampan itu membuatmu bersemangat untuk bangun pagi” sambung Rei

“Sudahlah Rei jangan menggodaku terus. “ sahut Maya yang dengan sibuk tangannya memilih-milih pakaian yang hendak dikenakannya.

“hari ini dia ulangtahun dan aku ingin tampak mempesona di hari bahagianya “ lanjut Maya

Hampir satu jam Maya mengaduk-aduk isi lemarinya, mencari pakaian yang pantas untuk dia kenakan. Dia mencoba beberapa pakaian, mematut diri di cermin, mengganti pakaian yang lain lagi, mematut lagi di cermin, terus hal itu dia lakukan berulang-ulang, hingga Rei yang telah selesai membuat sarapan pagi heran karena Maya yang dari tadi telah selesai mandi dan seharusnya telah selesai berpakaian dan berdandan belum keluar dari kamarnya.

“ Aduh Maya, kamarmu ini berantakan sekali dan kau belum selesai juga berpakaian? Tanya Rei heran yang tiba-tiba masuk ke kamar Maya dan memandang sekeliling kamar tersebut yang bagaikan kapal pecah.

‘Rei , tolong aku. Aku bingung. pakaian apa yang harus aku kenakan. Aku tidak memiliki pakaian yang bagus untuk kupakai hari ini” kata Maya dengan sedih

Rei yang menyadari betapa Maya mencintai Pak masumi dan ingin terlihat tampak cantik didepannya, merasa kasihan kepada sahabatnya tersebut dan mencoba menenangkannya. Rei dengan sabar memilih pakaian yang sekarang terhampar dan berserakan di atas tempat tidur maya. Tak lama kemudian seulas senyum tersungging di bibirnya ketika matanya menjangkau gaun terusan sederhana warna biru muda bermotif bunga-bunga cerah dengan model tali di bahu.

“Kau ingin terlihat mempesona dan menarik perhatian Pak Masumi bukan? “ tanya Rei
Maya mengangguk mengiyakan.

“Nah, gaun ini akan cocok jika kau kenakan untuk kencan hari ini? Bagaimana kalau kau coba?” bujuk Rei

Maya kemudian mengenakan gaun tersebut dan mengakui bahwa Rei tidak salah memilihkan pakaian untuknya.Pakaian itu sangat pas dikenakannya dan cocok dipakai di saat musim semi ini.

Ternyata usaha Rei tidak hanya sampai disitu, dia juga membujuk Maya agar mau sedikit dipoles dengan make-up yang tidak terlalu kentara tapi nampak memberi sentuhan yang menampakkan kecantikan alami dari gadis yang berusia 21 tahun tersebut.

Maya tersenyum puas menatap dirinya di cermin, tapi hatinya sedikit berdegup kencang dan bertanya-tanya apakah Masumi akan menyukai penampilannya.
Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu dan Rei keluar dari kamar Maya dan membukakan pintu apartemen, tempat mereka tinggal. Ketika pintu terbuka, namapaklah sosok lelaki tampan dan tinggi dengan memakai pakaian santai. Rei mengakui Masumi jauh lebih terlihat tampan, segar dan lebih muda dibandingkan jika dia memakai pakaian kemeja, dasi dan jaket yang merupakan pakaian kesehariannya.

“Selamat pagi, Rei! Kuharap kehadiranku pagi ini tidak mengagetkanmu. Aku mempunyai janji dengan Maya hari ini. “sapa Masumi panjang lebar

“selamat pagi.!...Tidak, anda tidak mengganggu kok, lagipula aku senang karena aku melihat sahabatku sangat bahagia dan bersemangat untuk pergi kencan hari ini” jawab Rei.sambil mempersilakan Masumi masuk ke apartemen tersebut.

Masumi terlihat bahagia. Tak pernah dibayangkannya, gadis yang dulu sangat membencinya dan setiap kali bertemu dengannya mengata-ngatai dia dengan sebutan kecoa, sekarang tiba-tiba antusias untuk berkencan dengannya.

Lalu Maya muncul dari dalam kamarnya. Maya tampil dihadapannya. Dimata Masumi, Maya terlihat sangat cantik dan mempesona. Pakaian yang dikenakannya dan make up yang memoles wajahnya sangat pas dan menampilkan sosok seorang gadis yang sedang tumbuh menjadi seorang wanita dewasa. Mata Masumi terus menatapnya sehingga membuat Maya bertanya-tanya apakah Masumi tidak meyukai penampilannya atau sebaliknya. Tiba-tiba kegugupan menyergapnya.

“Apa kita akan pergi sekarang?” Tanya Maya untuk menutupi kegugupannya

Masumi yang terbangun dari tatapannya terhadap Maya segera tersadar, “oh,.....a... ya tentu saja. Mari kita pergi”, kata Masumi

“Tapi Maya kau belum sarapan” kata Rei mengingatkan

“eh,oh Rei .....”Maya hendak bersuara ketika Masumi memotong ucapannya

“lebih baik kau sarapan dulu mungil, dan aku tidak akan menolak jika kalian mengundangku untuk bergabung dan sedikit mencicipi masakan koki di rumah ini” kata masumi menggoda

“tentu saja, dengan senang hati kami mengundang anda Pak Masumi” kata Rei

Bertiga mereka menikmati sarapan pagi dengan susu, kopi dan beberapa potong roti bakar dan telur. Masumi tampak bahagia dan mengakui betapa lezatnya sarapan pagi kali ini. Dia yang biasanya sarapan dengan ditemani ayah tirinya, merasakan suasana yang berbeda dari sarapan pagi yang biasa dia .lakukan.

Setelah mereka selesai sarapan,Maya dan Masumi kemudian pamit pada Rei. Mereka berdua bergegas pergi menuju mobil yang telah menunggu mereka berdua.

“kemana kita akan pergi” tanya Maya setelah keduanya masuk ke dalam mobil

“tunggu saja mungil, aku akan mengajakmu ke suatu tempat-tempat yang indah. Kau santai saja dan nikmati perjalananmu” kata masumi dengan senyum lembut.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Seharian mereka menikmati tempat-tempat yang indah, hingga malam tiba Masumi mengajak Maya ke Planetarium. Tempat itu adalah tempat favorit yang sering dikunjungi Masumi, dan di tempat itu pula dia ingin mengungkapkan hasrat hatinya untuk melamar Maya.

Masumi tahu kalau hal itu terlalu cepat tapi dia sudah tak sabar untuk menjadikan Maya sebagai pendampingnya dan menempatkan dia selamanya disisinya. Dia tidak ingin menunggu lagi,sudah cukup rasanya selama 7 tahun dia menunggu Maya.

Ada kegugupan ketika dia menyatakan perasaan kepada wanita yang 11 tahun lebih muda itu. Baginya menghadapi para klien dan menghadapi musuh-musuh daito jauh lebih mudah dia kendalikan daripada mengendalikan perasaannya saat ini.. Dia takut akan penolakan gadis itu. Tapi perasaannya untuk segera memiliki gadis itu sudah tak terbendung lagi.

“Maya.....aku tahu ini terlalu cepat, tapi aku tak ingin kehilanganmu dan ingin segera memilikimu..”kata Masumi dengan lembut sambil menatap Maya

“Maukah Kau menikah denganku?”...sambungnya lagi.

Maya memandang Masumi dengan takjub. Dia tidak menyangka sama sekali kalau direktur muda itu akan secepat ini melamarnya. Lama dia terdiam untuk mencerna kata-kata yang baru saja didengarnya.

“ah,..eh...tapi....! Maya akan bersuara tapi bicaranya dipotong oleh Masumi

“Mungkin pertanyaanku ini tidak kau harapkan, mungkin terlalu cepat dan aku tidak akan memintamu untuk menjawabku sekarang. Jika kau masih ragu menjawabnya. kau boleh memikirkannya mungil, aku akan menunggu.” Masumi menjelaskan

Maya menatap Masumi lama hingga kemudian dia tersenyum dan kepalanya menggeleng.

“Kau menolaknya Maya? Tanya Masumi dengan sedikit kecewa karena Maya menggelengkan kepalanya.

“apakah jawaban itu yang ingin anda dapatkan Pak Masumi? Tanya maya tertawa kecil

“ tentu saja tidak” jawab Masumi muram ....“lalu...?”sambungnya penuh harap

Lama Maya menatap wajah lelaki dihadapannya, sedikit mengulur waktu dan memandang wajah tampan yang menatapnya penuh harap untuk segera mendapatkan jawaban darinya.

“Saya menggeleng karena Saya tidak butuh waktu untuk memikirkannya” kata Maya sambil melangkah menuju pintu hendak keluar dari Planetarium . Masumi mengikutinya dari belakang.dan menerka-nerka perkataan selanjutnya dari mulut gadis itu.

Tiba-tiba Maya berbalik , “Saya bersedia!”.sambung Maya

Dan dengan cepat dia berbalik dan berjalan lagi untuk menutupi rona wajahnya agar tak terlihat oleh Masumi. Tapi langkahnya terhenti karena Masumi memeluknya dari belakang.Untuk sesaat dia terdiam, dia merasakan debaran di dadanya ketika pria itu tidak juga melepaskan pelukannya. Kemudian Masumi membalikkan badannya agar menatap kearahnya. Sekarang mereka berhadapan. Masumi meletakan tangannya diwajah gadis itu dan membelainya dengan lembut.Menatap mata Maya yang baginya sangat indah dan mencari kesungguhan dimatanya atas jawaban gadis itu.

“apa kau sungguh-sungguh mungil? Apa kau tidak sedang mempermainkanku?” tanya Masumi

“Saya sungguh-sungguh Pak Masumi. Saya tidak mempermainkan anda” kata Maya menatap mesra pada lelaki dihadapannya.

“terima kasih mungil,..... terima kasih cintaku. Ini adalah hadiah terindah di hari ulang tahunku” dengan lembut masumi menciumnya.

Malam tersebut malam yang indah bagi keduanya.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Saat Maya memberitahukan lamaran masumi, Rei masih tidak percaya jika Masumi benar-benar ingin menjadikan sahabatnya ini sebagai istrinya. Tapi melihat bagaimana Masumi menentukan tanggal pernikahan dan betapa seriusnya Masumi menghubungi Wedding Organizer agar membantunya mewujudkan pernikahan yang diimpikannya, keraguan Rei terbantahkan. Rei melihat Maya pun bahagia menyambut pernikahannya. Wajah gadis itu begitu berbinar-binar. Dan Rei berharap agar kebahagiaan sahabatnya ini akan berlangsung selamanya.

Segalanya berjalan sangat cepat dari sejak lamaran Masumi terhadapnya hingga menjelang pernikahannya. Pernikahan tersebut tidak terlalu meriah, hanya dihadiri sahabat sahabat maya, rekan –rekan masumi dan orang-orang terdekat. Eisuke Hayami pun turut hadir, baginya sudah tidak selayaknya dia turut campur akan masalah perasaan anak tirinya tersebut. Perasaan cinta tak bisa dipaksakan dan hati tak mudah diarahkan sesuai keinginannya. Lagipula toh anaknya ini telah menunjukkan kemampuannya bagaimana menyelesaikan pemutusan pertunangannya dengan cucu keluarga Takamiya tanpa harus kehilangan kesempatan bekerjasama dalam bisnis.

Mereka berbulan madu hanya dua minggu karena Masumi harus menyelesaikan proyek yang sedang ditangani oleh Daito dan Maya pun tidak ingin berlama-lama menunda latihannya untuk pementasan drama selanjutnya.

##################################

“mari kita tidur sayang” kata-kata Masumi sedikit membangunkan lamunannya.

“ah ...iya mari kita tidur” jawab Maya

Keduanya kemudian menuju pembaringan mereka, Masumi mematikan lampu disisi tempat tidur tersebut sehingga suasana kamar tersebut terlihat temaram.

“selamat malam sayang” kata Masumi sambil mengecup kening istrinya dan kemudian memejamkan matanya yang lelah.

“selamat malam” sahut Maya. Maya tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya masih melayang tentang keinginan keluarga Hayami yang segera ingin mendapatkan keturunan darinya.

Perlahan dia menyentuh perutnya dan mempertanyakan dalam hati kapankah kiranya sesosok janin akan tumbuh dalam rahimnya.

Seminggu kemudian

“akhir-akhir ini kulihat kau makan sedikit sekali maya, apa ada yang kau pikirkan? apa suamimu ini sedang membuatmu kesal sehingga menurunkan selera makanmu?” sindir Eisuke sambil menatap Masumi

“tidak ayah, hanya aku sedang tidak berselera makan” jawab Maya

“apakah kau bosan dengan makanan ini? Kau bisa saja meminta menu yang lain yang kau sukai , sayang..!” kata Masumi lembut.

Tapi Maya hanya menggeleng dan mengatakan kalau dia tidak menginginkan apapun.

Akhir-akhir ini Maya memang merasakan nafsu makannya berkurang. Mungkin masalah yang mengisi pikirannya sedikit memicu hal itu. Dia tidak terlalu berselera memakan apapun. Apalagi di pagi hari. Dia hanya akan meminum jus jeruk dan sepotong roti itu pun terkadang tak habis, sedangkan telur sama sekali tidak disentuhnya. Terasa mual jika dia memakannya.

Maya baru selesai mengantar dan melepas Masumi yang pergi ke kantor, ketika pelayan rumah tersebut menyerahkan sebuah kartu pos padanya.

“Nyonya ini ada kartu pos yang dikirim kemari untuk anda. Sebenarnya kartu pos itu datang pada saat anda dan tuan muda sedang pergi berdua ke Eropa, tapi maaf saya lupa untuk segera menyampaikannya pada anda” kata pelayan tersebut dengan hormat sambil menyerahkan kartu pos padanya.

“terima kasih “ jawab Maya sambil tersenyum

Maya membaca alamat pengirimnya. Ternyata dari Ayumi, sahabat sekaligus rivalnya dalam memainkan Bidadari Merah. Ayumi yang menikah setahun yang lalu dengan fotografer asal Perancis, Hammil, memutuskan untuk mengikuti suaminya dan tinggal sementara di tanah kelahiran suaminya.

Maya membaca isinya. Tiba-tiba raut wajahnya berubah. Entahlah dia sukar mengekspresikan perasaannya yang campur aduk. Disatu sisi dia bahagia bahwa Ayumi telah melahirkan seorang bayi lelaki tapi disisi lain ada sedikit kecemburuan bahwa kelahiran seorang bayi adalah sesuatu yang belum dapat ia wujudkan.

Maya berusaha menepis kesedihan yang ada pada dirinya dan memutuskan untuk mengisi harinya dengan hal-hal yang positif. Dia segera beranjak pergi ke kebun bunga, dimana disana berderet bunga Mawar ungu yang bermekaran dan mengundangnya untuk menghampirinya. Kesibukannya di kebun tersebut menenggelamkan pikirannya untuk beberapa lama hingga Maya memutuskan untuk mengakhiri aktifitasnya dengan memotong beberapa batang bunga mawar tersebut dan merangkainya dijambangan yang telah diisi dengan air.

Setelah makan siang, Maya menelopon suaminya dan mengabarkan padanya bahwa hari ini hendak mengunjungi sahabat-sahabatnya dari teater Mayuko dan Ikakuju dan memberikan sedikit oleh-oleh untuk mereka. Masumi mengijinkannya, bagaimanapun dia tidak ingin Maya merasa kesepian.

Maya diantar oleh sopir pribadinya. setelah menjadi istrinya, Masumi tidak membiarkan istri yang dicintainya untuk pergi seorang diri dengan kereta api. Maya menikmati perjalanannya, seakan mencari-cari apakah jalanan yang dilaluinya telah berubah semenjak ia meninggalkan Tokyo beberapa bulan yang lalu.

Maya mengunjungi Rei di apartemen yang dulu mereka tinggali bersama. kini Rei hanya tinggal bersama Sayaka dan Taiko. Mina telah menikah dengan Hotta 8 bulan yang lalu dan menempati rumah baru.

“Hallo ..Rei..!” sapa Maya

“halo juga” kata Rei “ ah, aku senang melihatmu kembali Maya” sambung Rei

“maaf Rei, aku tidak langsung mengunjungimu setelah kembali dari kepergianku dengan Masumi ke Eropa” kata Maya penuh penyesalan

“tidak usah kau pikirkan” kata Rei sambil menutup pintu

“dimana Taiko?’’ tanya Maya sambil melihat ruangan di apartemen itu yang terlihat sepi

“dia sedang pergi ke Fukuoka” jawab Rei pendek

“dan Sayaka?” tanya Maya

“oh, dia pergi bersama Mina. Mereka katanya akan pergi ke...........”jawab Rei yang tidak melanjutkan bicaranya, karena di tengah pembicaraan mereka tiba-tiba sesosok pria datang dari arah dapur. Maya sedikit kaget dengan pria tersebut lalu dia melirik ke arah Rei yang pipinya bersemu merah. Sebuah senyum terlihat di bibir Maya. Sebelum Maya membuka mulutnya Rei tiba-tiba bersuara

“eh, Maya kenalkan temanku namanya Ryutaro” kata Rei berusaha mengenalkan pria tersebut pada Maya

“Ryutaro Nakamura”kata pria tersebut memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya

“Maya Hayami, senang bertemu denganmu”kata Maya sambil menjabat tangannya

Tidak perlu waktu lama bagi mereka untuk akrab dan dengan mudahnya suasana berubah menjadi perbincangan yang seru. Ryutaro ternyata seorang pemain Basket profesional, dia beberapa kali ikut pertandingan Nasional. Ryutaro walaupun sedikit lebih muda dari Rei , tapi Maya melihat bahwa keduanya adalah pasangan yang serasi. Ryu (begitu dia akrab disapa) adalah sosok yang hangat dan riang,walau sedikit pendiam.

Ditengah pembicaraan mereka , bel pintu berbunyi. Ternyata Sayaka yang muncul dengan belanjaan yang didekap di dadanya. Ternyata dia baru pulang dari berbelanja di super market.

“eh, baiklah aku permisi dulu “ kata Ryu hendak bermohon diri

“kenapa kau cepat-cepat pulang?” tanya Sayaka. “apakah kedatanganku mengganggumu?” sambungnya

“Tidak, sama sekali tidak. aku ada latihan untuk pertandingan, jadi aku tidak bisa lama-lama”terang Ryu

Ryutaro akhirnya keluar dari apartemen tersebut dan meninggalkan kekasihnya agar bisa berbicara dengan bebas bersama sahabatnya tanpa diganggu oleh kehadiran seorang pria ditengah-tengah mereka.

“Maya aku merindukanmu” kata Sayaka sambil memeluknya dengan hangat

“Aku juga merindukanmu. Hei, Rei bilang kau pergi bersama Mina.Mengapa kau tidak mengajaknya kemari bersamamu?” Tanya Maya

“oh, iya. Tadi aku memang pergi bersamanya. Aku baru saja mengantarnya pergi ke dokter. Mina tidak ingin mampir kemari. Dia lelah katanya.” terang Sayaka.

“ke dokter? Apakah dia sakit? Dia sakit apa? “ Maya memberondongnya dengan pertanyaan.

“tidak, dia tidak sakit. Hanya pemeriksaan rutin, dia kan harus memeriksakan kehamilannya dan dia memintaku untuk mengantarnya” papar Sayaka panjang lebar.

“oh....!”Maya hanya menanggapinya pendek.

“ sudah berapa lama Mina mengandung?” tanya Maya kemudian

“ sekitar 3 bulan” jawab Sayaka

“alangkah beruntungnya...!” Maya bergumam lirih berusaha menekan perasaannya
Kedua sahabatnya menangkap raut kesedihan di wajah sahabatnya.

“Maya apakah kau ada masalah?” tanya Rei yang khawatir. Rei yang paling tahu jika ada sesuatu yang salah dengan sahabatnya itu.

“tidak. Tidak ada apa-apa” Maya berusaha untuk tersenyum

“Kenapa Maya?”tanya Sayaka yang tahu bahwa Maya berusaha untuk menyembunyikan sesuatu

Tiba-tiba air mata menggenang diwajah Maya. Dia berusaha untuk menahan air matanya, tetapi sia-sia.

“a..aku. aku tidak tahu Rei. Sampai kapan penantianku atau Apakah ada masalah dengan diriku? Aku tidak tahu...” kata Maya sambil terisak

Rei hanya terdiam berusaha untuk mencerna perkataan maya yang tidak jelas

“aku merasa iri ketika mengetahui sahabat-sahabatku memiliki anak ataupun sedang mengandung, padahal kau tahu....aku lebih dahulu menikah daripada mereka.Tapi sampai saat ini aku belum memilikinya ataupun mengandung” terang Maya sambil terisak

Rei menepuk-nepuk pundak Maya yang berusaha menenangkannya. Mereka tahu mereka tidak dapat membantu Maya mewujudkan keinginannya, yang mereka tahu mereka hanya bisa membantu menenangkannya.

“kau tahu aku sudah berusaha untuk mengurangi kegiatanku untuk mewujudkan keinginanku dan Masumi. Aku tahu Perjalanan bulan madu kami yang dirancang Masumi untuk pergi ke Eropa adalah usahanya agar aku segera mengandung. Aku ingin ada anak ditengah-tengah keluarga kami, lagipula Masumi dan ayahnya sangat menginginkan agar aku segera memberinya keturunan” terang Maya dengan pilu

“tenanglah Maya, aku kira mungkin saat ini bukan saat yang tepat untuk kau hamil. Akan tiba saatnya kau merasakan mengandung dan melahirkan” sambung Sayaka

“dan aku yakin Masumi orang yang sabar untuk menantimu memberinya keturunan. kau tahu kan betapa sabarnya dia menantimu selama 7 tahun agar kau mau memberikan perasaan cintamu padanya?”hibur Rei

“dan kau sebetulnya wanita yang jauh lebih beruntung daripada kami berdua, setidaknya kau telah merasakan bagaimana rasanya dimanja dan dilindungi oleh lelaki yang menjadi suamimu sedangkan aku dan Rei masih harus mencari dan menemukan lelaki yang tepat untuk menikahi kami” lanjut Sayaka dengan jenaka.

“Betul itu. kau wanita yang sangat beruntung.kau tahu kalau Masumi Hayami sangat tergila-gila padamu. Aku yakin dia suami yang sangat pengertian padamu dan memanjakanmu” tambah Rei

Maya tersenyum merasa terhibur . Walaupun masalah itu belum hilang dalam pikirannya tetapi perasaan sedihnya sedikit terobati setelah mereka menasehati dan menghiburnya.

Rei kemudian mengalihkan pembicaraan tentang teater dan menceritakan pertemuannya dengan Ryutaro yang ditimpali dengan sindiran dan canda dari sayaka. tentu saja akhirnya Maya pun ikut-ikutan terbawa untuk menggoda Rei. Terdengar riuh rendah tawa diantara ketiga sahabat karib tersebut.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

Masumi baru saja pulang dari kantor. Dia tidak menemukan Maya di kamarnya. Dia berpikir mungkin istrinya itu belum kembali dari kunjungannya ke rumah sahabatnya. Masumi akhirnya memutuskan untuk mandi dan menyegarkan pikirannya. Setelah berganti pakaian, Masumi pergi ke ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa dokumen yang kemarin tertunda.

Saat membuka ruang kerja tersebut, Masumi menemukan Maya yang sedang tertidur pulas diatas Sofa. Masumi mendekatinya dan mengecup keningnya. Dia tersenyum memandangi istri mungilnya. Ada perasaan bahagia setiap kali dia memandang wanita mungil itu. Masumi merasa kasihan melihat istrinya dan bermaksud untuk menggendongnya dan memindahkannya ke kamar tidur mereka, Ketika sebuah kartu pos terjatuh. Masumi membaca isinya, pandangannya kemudian beralih pada majalah yang ada di samping sofa tersebut. “KESEHATAN REPRODUKSI WANITA DAN KEHAMILAN “ begitu judul rubrik yang ada pada majalah itu. Kemungkinan Maya tertidur ketika sedang membaca rubrik tersebut.
Masumi kemudian teringat tentang pertanyaan Maya padanya beberapa waktu yang lalu yang mempertanyakan apakah dia ingin segera memiliki anak dan Maya yang sering terlihat melamun. Mungkinkah hal ini yang sedang mengganggu pikiran istrinya?.

“maafkan aku mungil, maafkan aku yang tidak memahami perasaanmu” kata masumi dengan pilu

Dengan hati-hati dia menggendong Maya, memindahkannya ke tempat tidur mereka dan menyelimutinya. Kemudian dia meneruskan niat semula untuk menyelesaikan dokumen yang harus dipelajarinya.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

“selamat pagi sayang...!” sapa Masumi yang saat itu baru selesai mandi. Tubuhnya masih terbungkus mantel mandi

“selamat pagi..! Kata Maya yang mengerjap-ngejapkan matanya. Masih belum sadar dengan sekelilingnya.

“Aku mau mengajakmu jalan-jalan ke pantai hari ini. Kau mau kan?”tanya Masumi. Masumi memang mengajak Maya untuk membuat Maya melupakan kesedihannya

“tentu aku mau...!” jawab Maya dengan riang

“kalau begitu cepatlah mandi” kata masumi sambil mengucek-ngucek rambut Maya
Maya kemudian beranjak dari tempat tidur tersebut dan meraih mantel mandinya.

Masumi kemudian berpakaian ,dia memilih pakaian santai yang cocok untuk pergi ke pantai.

“ Maya , aku menunggumu di bawah” kata masumi sedikit mencondongkan badannya ke arah pintu kamar mandi

“ Baik, kau tunggu saja” sahut Maya di balik pintu kamar mandi tersebut

Maya menikmati siraman air yang mengguyur tubuhnya. Baginya mandi adalah aktifitas yang menyenangkan. Mandi membuat pikirannya rilek.

Tak berapa lama dia keluar dari kamar mandi tersebut, ketika dia merasakan rasa sakit dibawah perut dan mual serta tiba-tiba kepalanya terasa pusing.

“ah...mungkin aku masuk angin ..” gumam Maya

Pikirannya mengingat beberapa hari ini dia sering terlambat makan dan kadang tidak makan sebagaimana mestinya.

“Seharusnya aku menjaga pola makanku agar tidak sakit” batin Maya
Kemudian dia bergegas menuju lemari dan hendak menjangkau pakaian yang akan dikenakannya, ketika rasa pusing itu kembali datang dan kemudian tubuhnya limbung, jatuh ke lantai.

@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@@

“kenapa Maya lama sekali?” Masumi beberapa kali mengecek jam tangannya untuk memastikan bahwa dia telah menunggu Maya lebih dari biasanya

“apakah gara-gara kami hendak pergi ke pantai dia berdandan lama?”tanyanya dalam hati

Tapi dia sudah tak sabar untuk menunggu lebih lama lagi, maka dia memutuskan untuk menjemput istrinya di kamar.

“Maya.....apakah kau....” Masumi tidak melanjutkan kata-katanya ketika dia menemukan tubuh istrinya terbaring di lantai.Dengan cepat dia memindahkan tubuh istrinya dan memutar nomor telepon dokter keluarganya.

“Masumi......” suara Maya terdengar sangat lemah

“istirahatlah sayang.., dokter akan segera datang” kata Masumi menenangkan

“aku tidak apa-apa, aku hanya pusing, ...mungkin masuk angin. Kau tahukan pola makanku tidak baik akhir-akhir ini....”kata Maya berusaha menjelaskan

“sudahlah, aku tidak mau mengambil resiko. Sebentar lagi dokter Hashimoto datang, kau tenang saja” jawab Masumi sambil membelai wajah istrinya.

Tak lama dokter keluaraga itu datang. Dia melakukan pemeriksaan pada Maya.

“Dia tidak sakit apa-apa.Anda bisa tenang tuan Masumi” kata dokter tersebut

“tuh, kan apa kubilang, aku baik-baik saja. Tidak perlu memanggil dokter” kata Maya dengan cemberut dan menatap suaminya

“tapi suami anda ini benar juga nyonya, dengan memanggilku setidaknya anda tahu bahwa anda sekarang harus lebih berhati-hati menjaga diri anda. Karena anda bertanggung jawab dengan kehidupan makhluk hidup yang kini ada dalam rahim anda “ jawab dokter tersebut dengan panjang lebar

“ah..a...a...apakah dokter mau mengatakan kalau aku.... kalau aku.. ham..hamil” tanya Maya yang tidak kuat membendung air matanya

“Ya.Anda hamil..., selamat untuk kalian berdua” kata dokter tersebut sambil menyalami Masumi.

“terima kasih dokter” kata Masumi sambil melepas kepergian dokter tersebut

“Maya.....!”

“aku hamil,aku hamil.....Masumi kita akan memiliki anak” Maya tidak bisa menutupi kebahagiaannya.

Masumi memeluk erat istrinya. Memeluk belahan jiwanya yang kini tengah mengandung anaknya.

“ya sayang, kita akan punya anak.

“kau tahu, aku sedih akhir-akhir ini. Aku sedih karena aku berfikir aku telah mengecewakanmu dan ayah karena aku belum saja memberikan keturunan untuk keluarga Hayami.” Kata Maya dengan sedih

Masumi menatap wajah istrinya dengan sendu dan membelai wajahnya

“aku tahu......tapi aku selalu berpikir kita pasti akan memiliki anak bahkan mungkin banyak sesuai keinginan ayah, 5 atau mungkin 6 anak” goda Masumi

“ aha.....apa kau ingin menyiksaku terus tuan Masumi Hayami dan senang melihat aku berjalan-jalan dengan perutku yang buncit?” jawab Maya sambil mengerucutkan bibirnya

“jadi kau tidak ingin hamil, nyonya Hayami?” tanya masumi sambil tertawa

“tentu saja aku ingin hamil, karena aku ingin memiliki anak, tapi tidak sering-sering” jawab Maya

“bagaimana dengan pementasanku nanti jika Bidadari merahnya terus-terusan hamil? Apa aku harus tampil dengan perut yang buncit “tanya Maya

“ahahahaha..., mungkin aku orang yang pertama akan segera datang ke teater untuk melihat Bidadari Merah yang perutnya buncit” goda Masumi sambil tertawa lepas

“ ahh..kau memang menjengkelkan! dan menurutmu siapa yang telah menyebabkan malapetaka hingga sang bidadari merah itu perutnya membuncit” tanya Maya kesal

Masumi menatap istrinya dengan mesra dan membelai wajahnya.

“syukurlah mungil,...aku lelaki beruntung itu. Aku lelaki yang dapat membuat sang bidadari merah itu hamil dan mengandung anakku” bisik Masumi di bibir Maya.

Perlahan Maya merasakan Masumi memeluknya dan maya pun membalas pelukan suaminya.
Maya merasakan berjuta kebahagiaan , anak yang selama ini diimpikannya kini telah hadir dalam dirinya. Buah cintanya dari lelaki yang ia cintai dan mencintainya



<<< Penantian ... end>>>

8 comments:

Fagustina on 15 April 2011 at 14:33 said...

Sukaaaaaaaaa ^^

orchid on 15 April 2011 at 14:52 said...

nyam, nyam, nyam

Indah said...

aku suka, aku suka, aku suka, aku suka, aku suka makasiiii...... :)

Ty SakuMoto on 16 April 2011 at 02:22 said...

kyaaa aku sukaaa...
beberapa paragraf terakhir bikin aku maluuuuww jadi blushing blushing >.<
makasih teh tatiii ditunggu karya lainnya <3

Dee Na said...

aq kok malah ngebayanginnya kalo Masumi dan Maya nikah, Mayanya langsung hamil....hehehe....anak pertama mereka mirip banget Masumi, anak kedua laki2 juga tapi kembar....selisih usia anak pertama dengan anak kedua dan ketiga cuma 2 tahun. Mereka ganteng2 dan pinter2 seperti Masumi...nah anak keempatnya baru perempuan yang mirip banget Maya dari wajah sampe otaknya....wkwkwkwk ....jarak usianya juga agak jauh dari kakak2nya....tapi....dia kesayangan Masumi....dan punya bakat akting juga kaya Maya...

lisa said...

luv it very much .... muach..muach ^o^

Anonymous said...

mba tati,,

aku jd semangat lg nih ke dokternya wat periksa kandungan,,,qiqiq
*curhat.com*

_a2n_

Anonymous said...

Meski ini postingan lama, n bru kubaca skrg... Tp aku suka bgt sm kisah ini... Ini kisah fav ku wktu smp dulu... N bru lanjut lg skrg... Tp tokoh hayami masumi cm fiktif... Mn ada tokoh nyata ny kyk gtu.. Heehehe... (Mupeng muncul... Ngarep bgt)

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting