Saturday 16 April 2011

Fanfic TK : Keabadian

Posted by Ty SakuMoto at 17:52

  KEABADIAN
(by DIan) 


Setelah layar dinaikkan, terlihat para pemain yang membungkuk dan tersenyum lebar menerima tepukan bergemuruh. Tepuk tangannya sangat meriah hingga membuat hati siapapun yang mendengarnya ikut berdegup kencang merasakan luapan kagum dan puas dari para penonton. Tepuk tangan terus bersambung tiada hentinya, dan bertambah keras ketika pemeran utamanya menampakan diri dan memberikan lambaian ke semua penonton. Wajahnya terlihat sangat bahagia.  Semburat kemerahan di pipinya karena perasaan puas dan takjub melihat penonton yang begitu menyambutnya membuatnya terlihat begitu bersinar, sehingga kehadirannya bagai meredupkan sinar bintang manapun. Gadis itu terlihat sangat cantik dan anggun, gerakannya begitu luwes sebagaimana seorang geisha yang sangat luwes, ia masih memakai topeng Sayuri Nitta (tokoh Geisha yang diperankannya) Saat ini ia baru saja menampilkan drama “The Memoir of Geisha”  di gedung kesenian Ginza, salah satu gedung kesenian ternama di Jepang.


Perannya begitu memukau. Kesedihan, penderitaan dan perjuangan Sayuri diungkapkan dengan sangat natural dan dalam olehnya. Seakan-akan memang gadis itulah Sayuri. Tariannya yang anggun, sikap dan gaya bicara serta intonasi bicaranya seakan-akan memang ia terlahir dengan semua bakat itu.


Rasa kagum yang sangat besar masih saja selalu ku rasakan bila habis melihat pertunjukan gadis itu.  Saat ini saja, aku masih merasakan luapan perasaan yang diporakporandakan gadis itu karena pertunjukannya. Terasa campur aduk antara sedih yang sangat dalam dan perasaan iba.  Kesan yang ditinggalkan begitu dalam, jika saja aku tidak terlatih untuk menyembunyikan perasaan dari kecil, pasti saat ini aku sudah sedang menangis sesegukan seperti bapak separuh baya dan pemuda tanggung yang tadi duduk di sebelahku.


Ia selalu memukau, pengalaman 13 tahun di panggung teater telah mengasah bakatnya dan menjadikannya bintang. Kejeniusannya memerankan tokoh apapun dan totalitasnya dalam menjiwai semakin membuatnya tidak tertandingi. Panggung teater manapun yang memakainya, akan selalu kewalahan menampung penonton. Ia memang terlahir untuk mengguncang panggung, dialah badai di atas panggung.


Perlahan tirai panggung mulai diturunkan. Para penonton bergegas keluar ruangan untuk dapat bertemu dengan para pemain pujaannya. Semakin lama ruangan itu semakin kosong, sampai hanya ada aku didalamnya. Segera aku menyelinap ke belakang panggung, menuju ruang rias pemain, disana terlihat lengang karena semuanya pasti sedang berada di lobby untuk jumpa fans. Segera kutuju ruang khusus pemeran utama dan kuletakkan setangkai mawar ungu disana. Tidak lupa kuselipkan kata-kata pujian untuknya. Kubergegas menuju lobby untuk melihat bintang pujaanku.


((Tanpa disadari, sepasang mata sendu melihatnya dari balik gantungan kostum-kostum pemain sambil menggigit bibir bawahnya mencegah dirinya bersuara. Setelah terasa aman, gadis itu segera menuju lobby))


Mataku mencari-cari dimana sosok mungil pujaanku.


<ah! Itu dia!>


Aku senang sekali melihatnya di sana.  Ia bersembunyi di belakang managernya seperti biasa. Meski tidak keberatan melayani permintaan tanda tangan dan foto oleh penggemarnya, ia terlihat canggung menerima kekaguman orang terhadap dirinya.


<mungil, kau begitu sederhana… sikapmu yang seperti itu hanya akan membuatmu terlihat semakin cemerlang. Meski kau sekarang adalah bintang terkenal, tapi kesahajaan dan kepolosanmu tidak berubah>


Aku mendekati mereka. Ia menyadari kedatanganku. Ia menatapku dalam diam. Ia seperti menunggu aku mendekat. Ketika aku sampai di dekatnya, ia terlihat lebih percaya diri. Ia mulai bergeser dari balik punggung managernya, dan bersemangat melayani para wartawan dan penggemarnya.


Beberapa wartawan ada yang masih penasaran dengan batalnya pernikahanku dengan Shiori, tapi hanya dengan diam, mereka tahu untuk tidak menggangguku jika tidak ingin kehilangan pekerjaannya.


Kuucapkan kata-kata pujian untuknya, yang segera dicatat oleh beberapa wartawan yang ada disana. Lampu blitz sesaat membutakan mataku. Aku silau dan kesal karena kehilangan penglihatan dan tidak bisa melihat wajahnya beberapa saat.


Setelah beberapa lama, kerumunan orang mulai berkurang. Managernya berpamitan setelah mengingatkan jadwalnya besok.


Saat ini hanya ada aku dan gadis itu, sambil berjalan menuju ruang ganti, kugoda ia dengan mengatakan bagaimana mungkin gadis ini adalah geisha yang berpengalaman.  Seperti biasa ia mencibirku. Dan membalas kata-kataku bahwa kalau ia bisa menjadi apapun yang ia mau di atas panggung.


Aku menyutujuinya dan kemudian kukatakan bahwa ia sangat hebat dan pintar mengungkapkan perasaan Sayuri di panggung tadi. Tanpa kusangka ia berterima kasih dan tersenyum.


<Mungil, senyumanmu sangat manis sekali, kau tampak bahagia mendengar pujianku>


Ketika sampai di ruang pemain, ia melihat ada mawar ungu di mejanya. Segera diambilnya mawar itu, dan diciumnya dalam-dalam sambil membaca kartunya. Ia tersenyum sangat bahagia. Kemudian Ia peluk mawar ungu itu di dadanya.


<Tuhan, hanya kau yang tahu betapa aku begitu mencintai gadis ini. Betapa tersiksanya diriku karena memendam semua rasa ini>


Ia berkata akan pulang. Ku tawarkan untuk mengantar dirinya dengan dalih hari sudah malam dan sepertinya alam sangat bersahabat denganku, karena tidak lama turun hujan yang sangat deras.


Sebelum ku antar pulang, aku mengajaknya makan malam. Agar ia tidak perlu lagi makan sesampainya di apartement. Walau itu juga salah satu trik ku agar bisa lebih lama bersamanya. Ia tidak menolak meski sempat mengomel tidak jelas mengatakan bahwa ia terpaksa ikut denganku sambil meruncingkan bibirnya. Tapi tidak lama, karena kemudian ia kembali bersikap baik padaku.


Ketika sampai di lobi apartemennya, kubukakan pintu untuknya, setelah keluar dari mobilnya tiba-tiba ia memandangku dalam dan berkata sambil mencium mawar ungu dalam genggamannya,


“Pak Masumi, aku begitu mencintai penggemarku Mawar Ungu.”


Jantungku seakan berhenti berdetak. Apakah ia berpura-pura aku adalah Mawar Ungu? Mengapa ia melihatku seperti itu? Ingin kukatakan padanya bahwa akulah Mawar Ungu-mu. Tapi semua kata-kata itu kembali tertelan. Aku begitu takut akan penolakannya.


Aku begitu takut akan rasa bencinya kepadaku. Walau rasa cinta dan rindu ini begitu menyiksaku, aku lebih memilih seperti ini. Dengan begini, aku masih bisa tetap bertemu dengannya, berbicara, bertengkar, bersenda gurau, berdiskusi bahkan menjadi tempatnya meminta bantuan seperti saat ibu Mayuko sakit dulu.


Ia terdiam, menunggu. Ia melihatku seperti menunggu jawabanku. Ah, Atau itu hanya perasaanku saja. Tidak mungkin gadis ini mengetahuinya. Jika ia tahu bahwa Mawar Ungu itu adalah aku, hal yang pertama ia lakukan adalah melemparkan mawar itu ke mukaku.


Aku tersenyum padanya dan mengatakan bahwa Mawar Ungu begitu beruntung karena dicintai olehnya.


Ia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi diurungkannya. Ia hanya mengucapkan terima kasih dan berjalan menuju pintu lobi, sebelum masuk ia melambaikan tangannya kepadaku.


Kupacu laju mobilku. Gadis itu terasa begitu dekat sekaligus begitu jauh. Rasa frustasi yang memuncak memang seringkali menghantuiku, tapi rasa cintaku pada gadis itu begitu besar. Hingga sampai kapanpun tidak akan pernah padam.


<Maya, biarlah kusimpan rasa cinta yang membara ini dalam hatiku. Entah sampai kapan. Tapi jika memang harus tetap seperti ini, mendampingimu meski hanya sebagai bayang bayang. Sebagai penggemar setiamu, Mawar Ungu. Aku akan tetap mencintaimu meski hanya dalam hati, sampai saatnya lampu itu hijau untukku>


Kuputuskan akan tetap seperti ini. Tidak akan mundur dan mencari bunga lain. Selamanya.


<<<Keabadian ... End >>> 

4 comments:

orchid on 16 April 2011 at 20:14 said...

sukaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, miris...ris....ris

Anonymous said...

jd sedih...
Lanjut sekuelnya donk...

*theresia*

Ty SakuMoto on 5 June 2011 at 02:51 said...

haaaa sedih kalau Masumi sama udah kaya begini >.<
jadi penasaran kelanjutannya.... XD

Ty

Anonymous said...

akhirnya,,,,ungkapan hati dr masumi ,,,

request lg dunss,,,

_a2n_

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting