Sunday 10 April 2011

Fanfic TK : Finally Found You Ch. 3

Posted by Ty SakuMoto at 23:40


Finally Found You
(Chapter. 3)



Setelah film Korea tersebut selesai, dengan riang Maya mengambil mantel mandinya. Karena tidak banyak yang akan dilakukannya, Maya kembali memilih untuk berendam hari itu.

“Aaahhh…. Enak sekaliiii~~~” serunya saat memasuki bath tub tersebut.

Maya memainkan busa sabun dengan tangannya hingga berbunyi ‘puff... puff’ dan air sabun bercipratan diantara telapaknya.

Sejenak pikirannya kembali pada Masumi. Maya menyandarkan dirinya, teringat pria yang dicintainya itu.

“Pak Masumi…” gumamnya lirih.

Rona merah jambu kembali menghias wajahnya yang tidak berhenti tersenyum. Mengamati tangannya yang kemarin digenggam Masumi, menyentuh kepalanya yang ditepuk lembut oleh Masumi.

Kira-kira hal penting apa ya yang akan dikatakan oleh Pak Masumi…?

Maya kembali teringat mimpinya, terbaring berdua di padang rumput kampung halaman Bidadari Merah saling berpegangan tangan. Pandangan Masumi padanya, bibirnya yang berucap ‘aku mencintaimu’, serta ciumannya yang terasa sangat nyata dan membekas sampai saat ini.

Maya kembali menyentuh bibirnya perlahan. Dia lalu membayangkan yang akan terjadi nanti malam.

Kalau memang Pak Masumi memiliki perasaan yang sama denganku…

[Maya, aku mencintaimu…]

Wajah Maya merona merah.

Ah tidak tidak! Tidak mungkin…!

Maya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan keras.

Tapi… mungkinkah…

Maya terombang-ambing oleh pemikirannya sendiri. Tanpa dirasa badannya merosot ke dalam air dan menenggelamkan dirinya.

“Huwaaa~~!!” teriaknya saat bangkit dari dalam air.

Ukh!! Bodoh!! 

Maya memukul kepalanya sendiri. Namun tidak lama kemudian kembali dalam khayalannya lagi. Khayalan bahwa Masumi mencintainya dan mereka menjadi sepasang kekasih.

Aduuuhh maluuu~~~!!!

Maya menutupi matanya dengan kedua telapak tangannya. Saat itulah air sabun memasuki matanya dan kejadian pagi sebelumnya kembali berulang.

Aku memang payah… pikir Maya dengan putus asa.

Mungkinkah Pak Masumi mencintai gadis sepertiku??

=//=

Beberapa saat setelah Maya menyelesaikan mandinya dan berpakaian, bel kamar Maya kembali berbunyi .

“Itu pasti Rei!!” Dengan semangat Maya menuju pintu dan membukanya.

Dan dugaannya benar.

“Rei!” Maya memeluknya dan Rei berbalik memeluknya juga.

“Ayo masuklah,” ajak Maya.

Rei mengamati temannya yang terlihat begitu ceria.

“Sepertinya kau gembira sekali berada di sini Maya,” kata Rei, masih mengamati wajah Maya yang berseri-seri.

“Benarkah?” Maya terlihat malu-malu saat menuangkan teh untuk Rei.

“Rei maaf ya aku tidak bisa datang ke pertunjukan kalian,” Maya terdengar menyesal.

“Tidak apa apa Maya, kami bisa mengerti. Apa kau tahu kalau wartawan-wartawan tersebut benar-benar menyerbu apartemen kita? Aku sampai panik dan terpaksa mengungsi ke tempat Mina.” Papar Rei.

“Benarkah?” Tanya Maya tidak percaya.

“Memang kau tidak melihat berita kemarin?”

Maya menggeleng. Dia sama sekali tidak sempat menonton berita karena seharian berjalan-jalan dengan Masumi.

“Oya Maya, ini aku bawakan gaunmu.” Rei menyerahkan gaun milik Maya.

“Terima kasih.” Kata Maya.

“Memangnya kau membutuhkannya untuk apa? Apakah kau akan menghadiri suatu acara?” Tanya Rei.

“Aku... mau makan malam, dengan Pak Masumi.” Jelas Maya dengan malu-malu.

“Pak Masumi??” sekali lagi Rei terkejut karena sejak kembali dari Paris Maya masih saja menyebut nama Masumi dalam setiap percakapan mereka.

“Maya, apakah ada yang ingin kau ceritakan kepadaku?” Tanya Rei.

“Yang... ingin kuceritakan?” Maya sedikit bingung dengan maksud pertanyaan sahabatnya itu.

Bel pintu Maya kembali berbunyi. Maya terlihat sedikit bingung karena tidak merasa memesan apapun atau menunggu siapapun. Maya lalu beranjak membuka pintu. Seorang petugas laki-laki berdiri di sana.

“Selamat siang Nona,” katanya dengan sopan.

“Selamat siang.” jawab Maya.

Maya terkejut saat melihat concierge tersebut membawa buket mawar ungu.

“Ini dikirimkan untuk Anda,”

“Terima kasih…” Maya menerima buket Mawar Ungu tersebut.

“Selain itu, kakak Anda telah meminta kami untuk memesankan tempat pijat aromaterapi untuk Anda, salah seorang petugas kami akan menjemput Anda nanti sekitar satu jam dari sekarang,” Terangnya.

“Ah, iya...” Jawab Maya.

“Oh, apakah temanku bisa ikut bersamaku?” Tanya Maya sambil melihat ke arah Rei.

Petugas tersebut menatap Rei sebentar dan tampak terkejut.

“Maaf Nona… sebenarnya, tempat tersebut terbatas hanya untuk wanita. Bisa diijinkan jika bersama pasangannya, lebih spesifik, suaminya.” Terang petugas tersebut dengan sungkan.

Maya dan Rei tertegun mendengarnya.

“Hmmmpf…. Maaf, tapi … temanku ini perempuan, memang sedikit… tampan…” terang Maya menahan tawanya.

Petugas itu terlihat terkejut, Ia mulai meminta maaf dan tidak hanya sekali.

“Apakah ada hal lainnya yang Anda butuhkan?” tawarnya kemudian.

“Hmm… ah, apakah aku bisa minta seseorang merapikan gaunku?” Tanya Maya.

“Tentu Nona, biar saya bawakan. Akan saya lihat apa yang bisa kami lakukan untuk Anda.”

Maya lantas memberikan gaunnya pada concierge tersebut yang mengamatinya sebentar dan melipatnya dengan rapi untuk dia bawa sementara Maya membaca kartu pada buket bunga yang diterimanya.

(Kepada Nona Maya Kitajima
Selamat datang kembali ke Jepang. Maaf aku belum bisa menyambutmu dengan selayaknya. Aku harap kau bisa menikmati waktu yang kau habiskan di Yokohama. Aku akan selalu menantikan saat untuk menyaksikan Bidadari Merahmu lagi.
Aku sangat senang melihatmu kembali ke Jepang.
Dari Pengagummu.)

Maya tersenyum senang sambil memeluk buket bunga tersebut.

“Terima kasih,” katanya pada petugas tersebut.

“Apa Anda memerlukan vas bunga?” Tawarnya lagi.

“Ah, iya boleh…”

“Baik nanti saya akan kembali membawakan vas bunga untuk Anda.” Katanya.

Maya mengangguk sambil tersenyum.

“Nona, kapan Anda memerlukan gaun ini?”

“Nanti malam… mungkin jam 7 atau 8 aku tidak yakin. Apakah bisa selesai jam 6?” Tanya Maya.

“Tentu,” petugas tersebut menyanggupi.

Maya mengucapkan terima kasih sekali lagi sebelum menutup pintu.

Maya menciumi Mawar-mawar dalam pelukannya beberapa saat sambil melangkah ke dalam.

“Kau sungguh beruntung memiliki penggemar seperti Mawar Ungu itu Maya…” kata Rei.

“Iya, kau benar…” Maya terlihat berseri-seri.

Maya meletakan buket mawarnya di samping televisi, lalu duduk berhadapan dengan Rei di dekat jendela.

Rei sempat terlihat ragu-ragu sebentar sebelum bertanya,

“Maya, apakah kau keberatan jika aku bertanya mengenai Pak Masumi?”

“Pak Masumi?!” Maya mengangkat alisnya, sedikit terkejut.

“Tidak. Ada apa dengan Pak Masumi?” Tanya Maya.

Obrolan kembali terpotong saat petugas yang sama kembali menginterupsi, Ia membawa vas yang dimaksud dan merangkaikan buket bunga tersebut untuk Maya dan memuji betapa cantiknya mawar-mawar tersebut.

“Bukankah kau tadi bilang hendak makan malam bersama Pak Masumi? Apa kalian bertemu?” tanya Rei tidak sabar setelah petugas tersebut pergi.

Maya mengangguk.

“Kamarnya… di sebelahku Rei,” terang Maya.

Rei sangat terkejut, “jadi apa selama ini kau sering bertemu dengannya?”

Maya kembali mengangguk.

“Kemarin... kami seharian berjalan-jalan di Yokohama,” terang Maya.

“Kau… dan Pak Masumi?” Tanya Rei semakin tidak percaya.

Maya mengangguk. Ia lalu menceritakan acara jalan-jalannya pada Rei dan membuat gadis tampan itu merasa percaya tidak percaya mendengarnya.

“Maya, apakah ini Masumi Hayami dari Daito yang sedang kita bicarakan?” Tanya Rei meyakinkan.

“Hahaha… kau terkejut kan? Aku juga tidak mengira ternyata Pak Masumi bisa berteman dengan adik-adik kelasku dan juga sangat menyukai binatang laut.” papar Maya dengan ceria.

Rei benar-benar tidak dapat mencerna semua cerita Maya, otaknya menolak memproyeksikan sosok Masumi. Ia tidak dapat membayangkan Masumi yang bermain sandiwara—yah, lebih tepatnya, mengacaukannya—Masumi yang menyukai Ikan Paus Beluga ataupun Masumi yang berkeliaran di taman bermain dan menaiki carousel katanya?

Tapi Rei sangat mengenal Maya. Rei tahu tidak ada alasan untuk Maya mengarang semua itu.

Obrolan mereka terpotong saat seorang concierge menjemput keduanya untuk mengantar mereka ke tempat pijat aromaterapi.

Sepanjang jalan Rei masih memikirkan cerita Maya, sampai pada sebuah pertanyaan yang Ia sendiri tidak percaya bisa tercetus dalam pikirannya : Apakah sahabatnya ini jatuh cinta pada Direktur Daito tersebut? Dan lebih jauh lagi apakah Direktur Daito itu jatuh cinta pada sahabatnya?

Rei memperhatikan wajah Maya yang tampak berseri-seri menceritakan kisahnya. Gadis itu terlihat sangat senang, beberapa kali memuji Direktur Daito itu sangat pandai, ramah dan gentleman

Rei tidak ingat kapan Maya bercerita begini bahagia mengenai seorang pria. Dia bahkan tidak banyak mendengar cerita tentang Sakurakoji sebelumnya. Mau tidak mau, Ia tidak bisa ragu bahwa gadis itu memang sudah jatuh cinta pada Direktur Daito yang julukannya belakangan ini sudah naik tingkat dari Dingin menjadi Mengerikan.

Rei sendiri tidak berniat menceritakan kembali apa yang Maya beritahukan kepadanya, kecuali dia berniat membuat semua orang mempertanyakan kewarasannya.

=//=

Selesai dengan pijatnya, kedua gadis tersebut memutuskan untuk makan siang di restoran yang terdapat di plaza, masih di dalam gedung yang sama. Ketika sedang memilih-milih dimana akan makan siang, tidak sengaja Maya menangkap sosok Masumi yang tampaknya sedang bersama kolega di sebuah restoran. Langkah Maya terhenti seketika. 

Mata gadis itu tidak lepas memandang Masumi. Sedikit heran, karena wajahnya terlihat sangat serius dan dingin sementara berbicara dengan kedua koleganya yang duduk di hadapannya. Tangannya terlihat membuka sebuah dokumen. Maya sangat jarang, bahkan tidak ingat pernah melihat raut wajah Masumi yang demikian.

Apakah memang seperti itu wajahnya saat sedang bekerja… Apakah Pak Masumi sedang ada masalah? 

pikir Maya.

“Maya…?” Rei yang mulai menyadari Maya sudah tidak mengikutinya, berbalik dan menghampiri Maya.

Saat itu Masumi menyadari keberadaan Maya. Beberapa detik keduanya berpandangan sebelum Masumi lantas tersenyum ke arahnya. Wajah Maya merona lalu balas tersenyum.

Kedua kolega Masumi sepertinya terheran dengan sikap Masumi, keduanya lantas memutar badan mereka mencari penyebab senyuman dari pria tersebut.

Maya yang menyadarinya segera pergi, dia tidak mau sampai terlihat. Maya lantas menarik Rei yang sempat mencari apa yang menjadi objek mata gadis itu. Dia mendapati Masumi Hayami.

Pak Masumi…?

=//=

Keduanya memilih makan di sebuah family restaurant. Duduk berdampingan di sebuah sofa di pojok ruangan yang memungkinkan mereka menonton acara TV yang ditayangkan di restoran tersebut.

“Maya…” Rei memulai.

“iya?” jawab Maya.

“Ada yang ingin kutanyakan… mengenai kau… dan Pak Masumi.”

“Aku… dan Pak Masumi? Sepertinya dari tadi kita membicarakan Pak Masumi terus…” ujar Maya dengan polos.

Rei tersenyum kecil sambil melirik temannya tersebut.

“Iya, aku hanya ingin memastikan, tapi kau jangan marah kalau dugaanku salah… oke?” Rei memastikan.

Maya mengangguk.

“Maya… apa kau…” Rei meletakan potongan hamburgernya dan menoleh kepada sahabatnya tersebut, “jatuh cinta kepada Pak Masumi?” tanyanya perlahan dan hati-hati.

Maya terlihat terkejut. Gadis itu lantas menundukkan kepalanya dalam dan wajahnya merah padam.

“Maya…?” Rei tidak kalah terkejut dengan reaksi Maya, “ja… jadi kau… benar-benar..?”

Pertanyaan Rei membuat Maya semakin tertunduk.

“Iya…” jawab Maya perlahan sambil menganggukkan kepalanya yang semakin terbenam.

“Sejak kapan??!!” Rei tidak percaya sahabatnya yang polos itu telah menyembunyikan perasaannya selama ini dan dia bahkan tidak pernah mengira sama sekali.

Maya mengangkat wajahnya dan menoleh pada Rei, terlihat seperti menahan tangis.

“Su… sudah lama Rei, aku sudah mencintainya dari dulu.” Terang Maya.

Maya…

Rei bisa melihat sahabatnya itu rupanya benar-benar jatuh cinta.

Maya lantas menceritakan semuanya kepada Rei. Saat Ia tahu mengenai Mawar Ungu dari kartu ucapan yang diterimanya. Mengenai ballpoint yang terjatuh, saat di lembah Plum dan Maya menyadari bahwa dia jatuh cinta pada Masumi. Serta bagaimana perasaannya yang hancur saat Masumi memutuskan untuk menikah dan dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke Paris. Sampai mengenai Masumi yang mengantarnya ke apartemen sepulang dari Airport serta bagaimana akhirnya mereka menghabiskan waktu bersama di Yokohama.

Rei mendengarkan dengan seksama. Akhirnya beberapa tanda tanya besar yang selalu ada di benaknya pun terjawab. Dia tahu Masumi memberikan perhatian lebih kepada sahabatnya tersebut. Dia pun bisa melihat bahwa Masumi memang memperlakukan Maya dengan cara yang berbeda.

Ada kalanya dia berpikir perilaku dan perkataan Masumi yang menyebalkan sebenarnya adalah demi kebaikan Maya. Namun motifnya, Rei tidak pernah mengerti. Sekarang saat dia tahu Masumi adalah Mawar Ungu, maka potongan jigsaw yang penting telah ditemukan, dan dia bisa melihat gambarnya secara keseluruhan dengan jelas.

“Kurasa… bukan hal mustahil Pak Masumi juga mencintaimu… setidaknya, kita tahu dia menyukaimu dan ingin membantumu. Dan jika mengingat apa yang telah dia lakukan untukmu, besar kemungkinan dia merasakan hal yang sama padamu, Maya…” tutur Rei.

Maya mengangkat wajahnya dari sirup yang diminumnya.

“Apa kau benar berpikir begitu Rei…? Aku… sungguh… maksudku… apa yang dilihat seorang Masumi Hayami dariku?” gumam Maya tidak percaya diri. 

Dia bahkan sangat memelankan suaranya setiap menyebut nama Masumi.

“Aku… benar-benar takut… Dia akan membenciku dan memutuskan hubungannya denganku baik sebagai Masumi Hayami atau sebagai Mawar Ungu jika dia tahu aku mencintainya dan  perasaanku tidak berbalas... Aku tidak akan tahan kalau dia sampai mendiamkanku… Bisa melihatnya tapi tidak bisa menyapanya…” Maya memutar-mutar sedotannya dengan gelisah.

Rei tersenyum kecil.

“Aku juga tidak tahu, apa yang dilihatnya darimu,” goda Rei.

Maya mengerucutkan bibirnya.

“Tapi aku yakin, Pak Masumi pastilah sudah menemukan sesuatu pada dirimu dimana hanya dia yang mampu melihatnya. Seperti kau bisa melihat sesuatu pada Pak Masumi yang tidak bisa dilihat oleh orang lain…” kata Rei.

“Rei...” Maya menatap Rei tersentuh.

“Dan aku tahu, Maya yang kukenal, dia akan memperjuangkan impiannya walaupun hanya satu persen.” Kata Rei memberi dukungan.

Bruk!!

Tiba-tiba Maya memeluk Rei dan berseru, “Aku mencintaimu Rei Aoki!!!”

Rei sangat terkejut dengan tingkah gadis itu, namun lantas tersenyum lebar dan berbalik memeluk Maya.

Tidak lama kemudian Rei menyadari beberapa pasang mata terarah pada mereka. Ada yang terlihat terpesona dengan pernyataan menggebu-gebu dari Maya dan menilai keduanya sebagai pasangan romantis. Ada juga yang melihat dengan tatapan menghardik seakan-akan apa yang keduanya lakukan sudah melebihi batas untuk dipertontonkan di sebuah family restaurant. Rei tersenyum meminta maaf. 

Ia lalu melepaskan Maya dari pelukannya.

“Katakan itu pada Masumi Hayami.” Kata Rei.

“mmhh… bahwa aku mencintaimu?” canda Maya.

“bahwa KAU mencintaiNYA!” koreksi Rei.

Maya mengangguk lalu tersenyum lega, “terima kasih Rei…”

=//=

Maya membukakan pintu bagi seorang petugas yang mengantarkan gaunnya, tepat jam 6.

Maya berterima kasih sebelum menutup pintunya. Ia lantas segera mengamati gaunnya tersebut. Beberapa saat Maya mematut diri di depan cermin. Sebuah senyum mengembang, dia tidak sabar bertemu Pak Masumi. Maya memasukan gaun tersebut ke dalam lemari pakaian.

Kenapa Pak Masumi belum menghubungiku…

Maya menatap handphonenya yang masih menggunakan gantungan Sirotan, menimbang-nimbang apakah dia perlu menghubungi Masumi atau tidak.

Pasti dia sibuk sekali… aku tidak mau mengganggunya.

Pikir Maya yang akhirnya memutuskan tidak jadi menghubungi Masumi.

Maya akhirnya memutuskan melihat-lihat foto-foto yang diambilnya ketika berjalan-jalan kemarin. Kebanyakan foto yang ada di dalamnya adalah foto Hakkeijima dan foto dirinya dengan para hewan laut tersebut. 

Maya mencari-cari foto Masumi, dan ditemukannya dua buah foto yang sempat diambilnya saat Masumi sedang mengamati penguin dan beruang kutub. Keduanya dari samping. Maya mengulum senyumnya, lantas malu-malu, mencium foto tersebut.

Sebuah bunyi bel mengejutkannya.

Ah! Apakah Pak Masumi??? Aku belum melakukan persiapan apapun!

Maya panik dan segera turun dari tempat tidur, berlari membuka pintu kamarnya.

“Selamat malam Maya…” sapa pria tersebut.

“Sa… sakurakoji!!” seru Maya terkejut.

Dia lupa, sangat lupa akan rencananya dan Sakurakoji kembali ke Tokyo malam ini sementara dia dengan egoisnya menyetujui ajakan makan malam Masumi.

“Apa kau sudah bersiap-siap untuk kembali ke Tokyo” Tanya Sakurakoji dengan ramah seperti biasanya.

“A… aku….” Maya tergugup, benar-benar tidak enak hati.

“Masuklah dulu…” kata Maya akhirnya pada Sakurakoji.

Sakurakoji masuk ke dalam kamar Maya. Dia merasa sedikit canggung mengingat tidak ada tempat duduk lain selain dua buah tempat duduk yang berada di samping tempat tidur Maya. Keduanya duduk berhadapan di dekat jendela yang memperlihatkan pemandangan Yokohama di malam hari.

“Ma… mau minum teh?” tawar Maya sambil berdiri dengan cepat, terlihat gugup.

Sakurakoji mengamati Maya yang menuangkan teh dengan tatapan merindu.

Maya… kau semakin cantik…

Maya lantas menyajikan teh untuk Sakurakoji dan kembali duduk di depannya. Sakurakoji meminumnya beberapa tegukan.

“Sakurakoji… ma… maaf… aku lupa memberitahumu… ta… tapi aku merubah rencanaku. Aku baru akan kembali ke Tokyo besok untuk menghadiri konferensi pers. Jadi… a... aku… tidak bisa…” Maya tergugup.

“Maya…?” Sakurakoji terkejut, mengamati Maya yang tertunduk di hadapannya.

“Maaf! Aku tidak bisa kembali ke Tokyo sekarang! Aku benar-benar minta maaf! Seharusnya aku memberitahumu lebih cepat!” Maya tertunduk semakin dalam.

Suaranya gemetar menahan rasa tidak enak hati.

“Apakah ada sesuatu yang harus kau lakukan?” tanya Sakurakoji.

Maya mengangguk.

“Aku… membuat janji dengan seseorang… itu tidak direncanakan dan aku… lupa mengabarimu, aku sungguh-sungguh minta maaf…” sesal Maya.

Sakurakoji terdiam sebentar.

“Sudahlah, tidak apa-apa…” katanya kemudian, “aku tidak menyesal, setidaknya aku sudah melihatmu." Lanjutnya.

Sakurakoji…

“Aku… senang dapat bertemu denganmu lagi Maya…” katanya.

Rona malu-malu terlihat di wajah Maya mendengar perkataan Sakurakoji. Maya mengalihkan obrolan dengan menanyakan apa kegiatan yang sedang Sakurakoji lakukan. Untuk beberapa lama keduanya bertukar cerita sebelum akhirnya Sakurakoji mengatakan sudah waktunya pulang.

“Sekali lagi maafkan aku...” Kata Maya pelan.

Koji memandang gadis itu sebentar.

“Tidak apa-apa Maya.. Kalau begitu aku pulang, aku takut teralu larut.” Kata Sakurakoji sambil tersenyum hangat.

Sakurakoji… memang selalu baik kepadaku…

"Biar kuantar ke bawah," putus Maya. 

Ia lalu mengambil tasnya.

=//=

Keduanya berjalan berdampingan menyusuri kamar-kamar di sana. Sakurakoji melirik Maya yang berjalan bersamanya. Gadis ini terlihat semakin menarik di matanya. Dia memang sudah pernah ditolak oleh Maya, sakitnya pun masih terasa. Tapi jujur saja, dia belum menyerah, tidak bisa menyerah. Karena dia tahu gadis ini belum ada yang memiliki. Walaupun dia juga tahu ada seseorang yang sudah lama menguasai hati dan pikiran Maya.

Dia tahu perasaan Maya yang begitu mendalam terhadap orang itu saat keduanya bermain sebagai sepasang kekasih yang saling bertukar kalimat cinta di panggung. Sakurakoji menyadari, semua hati dan perasaan Maya tercurah untuk orang itu.

Keduanya kini berada di depan lift, Sakurakoji menekan salah satu tombol lalu menunggu pintunya terbuka. Pandangannya tidak bisa lepas dari Maya.

Maya... Aku sangat merindukanmu...

Tanpa sadar, mengikuti dorongan hatinya, perlahan Sakurakoji menundukan wajahnya.

“Maya...” Panggilnya pelan.

Maya menoleh ke arah Sakurakoji. Perlahan Sakurakoji mendekatkan wajahnya pada Maya yang tidak begitu menyadari maksud Sakurakoji. Gadis itu tertegun beberapa saat.

Sa... Sakurakoji!

pekik Maya dalam hatinya saat menyadari apa yang hendak dilakukan Sakurakoji.

Ketika Maya hendak mendorongnya...

“Sakurakoji,” sebuah suara menyebut nama pemuda itu.

Keduanya menoleh ke arah pintu lift yang sudah terbuka. Ada Masumi di sana. Tanpa ekspresi melangkah keluar dari lift.

"Pak Masumi..." Sapa Sakurakoji sambil tersenyum.

Ada sedikit semu kemalu-maluan terlihat di wajahnya karena dia baru saja tanpa sadar hendak melakukan hal yang sangat diinginkannya.

"Selamat malam, Sakurakoji, Mungil." sapa Masumi.

Maya terkesiap.

Apakah Pak Masumi melihatnya…

Pikir Maya gelisah.

"Anda di sini Pak Masumi?" sapa Sakurakoji sedikit canggung.

“Ya, kebetulan aku sedang ada urusan di sekitar sini." Masumi mengangguk ke arah Maya dan Sakurakoji.

“Ah! Liftnya!” Seru Maya spontan saat pintu lift kembali tertutup.

Sakurakoji menekan tombol yang sama sekali lagi.

"Baiklah aku permisi dulu kalau begitu. Kutunggu akting kalian di Bidadari Merah" kata masumi dengan datar.

“Terima kasih Pak Masumi. Aku akan melakukan yang terbaik.” Jawab Sakurakoji.

Masumi mengangguk lantas meninggalkan keduanya. Maya menyadari bahwa Masumi bersikap dingin kepadanya.

“Ayo Maya,” ajak Sakurakoji sambil menarik pergelangan tangan Maya saat lift kembali terbuka.

Maya berhenti di depan lift sementara Sakurakoji sudah berada di dalam lift.

Eh? Maya?

“Ma... Maaf... A...aku tidak bisa mengantarmu...” Maya melepaskan tangannya dari genggaman Sakurakoji.


“Maya?!!” Seru Sakurakoji, namun pintu lift segera tertutup.

=//=

Maya mengejar Masumi, dadanya berdebar khawatir karena sikap dingin yang diperlihatkan pria itu terhadapnya. Dia pun takut Masumi salah sangka dengan apa yang dilihatnya di depan lift.

"Pak Masumi!" panggil Maya.

Masumi tertegun namun tidak menghentikan langkahnya.

“Tunggu!” Panggil Maya.

“Kau masih di sini?” Tanya Masumi datar, masih sambil berjalan.

Maya terkejut dengan Masumi yang masih bersikap dingin padanya.

“A... Aku...”

“Kenapa Sakurakoji di sini?” Tanya Masumi.

“Ah... Anu... Aku lupa mengabarinya bahwa aku tidak jadi kembali ke Tokyo hari ini. Dia bermaksud menjemputku, aku lupa membatalkan rencanaku pulang dengannya…” Jelas Maya sambil berusaha mengimbangi langkah Masumi.

Maya tentu tidak dapat memberitahukan bahwa dia terlalu bahagia mendapat ajakan makan malam dari Masumi dan membayangkannya seharian hingga benar-benar lupa bahwa Sakurakoji berniat menjemputnya.

Namun Masumi berpikir lain.

Tidak ingat untuk memberitahukannya, atau tidak ingin memberitahukannya, Mungil...

Batinnya dengan sedih dan Ia pun tidak menyuarakannya.

“Pak Masumi...” Panggil Maya sekali lagi yang sedari tadì hanya mengikuti punggungnya.

Keduanya kini sudah mencapai depan kamar Masumi.

“Pulanglah... Mungil...” Masumi akhirnya bersuara.

Maya terhenyak mendengar ucapan Masumi.

“A...aku...” Maya bingung dengan apa yang didengarnya.

“Aku membatalkan makan malam kita, kau boleh pulang kalau kau mau...” Kata Masumi, sambil mengeluarkan kunci pintunya dari saku jasnya.

“Bu… bukankah Anda bilang ada hal penting yang ingin Anda sampaikan..?”

“Aku berubah pikiran.” Jawab Masumi singkat.

Tiba-tiba Maya merasa sangat kecewa. Rasa sedih merasuk ke hatinya yang tidak lama mewujud menjadi rasa marah. Ia kesal, bingung dengan sikap Masumi yang tiba-tiba menjadi dingin terhadapnya. Seperti dua orang yang berbeda.

“Pak Masumi, aku...” Maya berusaha menjelaskan, tapi dia tidak tahu apa yang harus dijelaskan.

“Anda ingin aku pergi?” Tanya Maya akhirnya, meminta keputusan.

Masumi menoleh ke arahnya, “apa kau ingin tinggal?” Masumi balik bertanya.

Maya menggigit bibir bawahnya. Kesal, dan kecewa dengan sikap Masumi.

“Katakan Anda ingin aku pulang, dan dengan SENANG HATI aku akan pulang sekarang.” Kata Maya, sedikit gemetar.

Tidak ada jawaban apapun dari Masumi untuk sekian lama. Ia kembali teringat dengan apa yang dilihatnya di depan lift saat kemudian kembali berkata, "pulanglah..."

Maya menelan ludahnya menahan tangis. Ia kemudian mengeluarkan handphonenya dan menekan sebuah nomor.

“Sakurakoji, tunggu aku sebentar. Aku ikut denganmu.”

Saat mengatakannya, mata Maya dan Masumi tidak lepas saling memandang satu sama lain. Maya lantas menutup sambungannya.

“Aku permisi, Direktur Daito Masumi Hayami.” Kata Maya ketus.

“Sebentar,” panggil Masumi.

Pria itu berjalan mendekati Maya, mengangkat tangan gadis itu dan memberikan sesuatu dari saku jasnya, gantungan Sirotan.

“Untukmu saja, aku... tidak membutuhkannya. Kau berikan saja kepada orang lain yang akan menyukainya.” kata Masumi.

Maya hanya terpaku. Menatap gantungan tersebut di atas telapaknya.

“Kemarin... Aku...” Masumi hendak mengatakan sesuatu namun Ia lantas mengurungkan niatnya.

“Hati-hati di jalan, Mungil,” kata Masumi, kali ini lebih lunak.

Ia lalu berbalik kembali hendak masuk ke dalam kamarnya.

Baru membuka pintu, Masumi merasakan sesuatu membentur pipinya, membuat pria itu merasa cukup terkejut. Dilihatnya gantungan Sirotan yang terjatuh ke lantai. Maya melemparkannya.

“Aku tidak ingin sesuatu yang Anda buang! Anda buang saja ke tempat sampah kalau memang tidak menginginkannya lagi!” Seru Maya.

Maya...

Masumi menatap Maya sedikit sendu.

Maya lantas berbalik menuju kamarnya dengan perasaan emosional. Tapi dalam lubuk hatinya, dia ingin Masumi mengejarnya. Berharap Masumi memintanya tetap tinggal. Tapi pria itu tidak melakukannya.

Masumi hanya mengamati punggung Maya dengan tatapan pilu.

=//=

Maya masuk ke dalam kamarnya dan kembali menangis, ia lantas segera membereskan barang-barangnya.

Pak Masumi bodoh... Bodoh...

Maya merasa sangat kesal dan kecewa. Namun wajah Masumi yang sedih dan kesepian kembali terbayang di benaknya.

Aku tidak mengerti dia. Tidak mengerti. Selamanya tidak akan pernah bisa mengerti dia...

Kenapa begitu baik padaku, begitu ramah... Begitu lembut...

Maya kembali terisak.

Dan aku bahkan berpikir dia mungkin mencintaiku juga.

Maya mulai terisak lebih keras.

Tapi lantas bersikap dingin...

Tangan Maya gemetar dan membuatnya kesulitan menutup resleting tasnya.

Maya merasa patah hati. Dia ingin pria itu menginginkannya. Tapi kenyataannya tidak demikian. Di lubuk hatinya Maya menyadari, yang paling membuatnya sedih adalah karena dia sendiri tidak ingin pergi. Tidak ingin menjalankan rencananya melupakan Masumi dan meninggalkan semua perasaan cintanya di sini. Namun Masumi tidak memberinya alasan untuk tetap tinggal. 

Maya sempat mengira hari ini tidak akan menjadi akhir dari segalanya melainkan sebuah awal yang baru. Namun ternyata tidak demikian. Semuanya memang harus diakhiri di sini.

Maya mendekati vas berisi mawar ungu dan mencium bunga-bunga cantik dengan warna para bangsawan tersebut.

Selamat tinggal... 

Air mata Maya jatuh diantara kelopaknya.

Saat Maya keluar kamarnya, Ia menatap ke arah kamar Masumi. Kesepian mendalam merasuki hatinya, tapi Maya tetap melangkah pergi.


=//=

Maya kembali menyusuri lorong kamar-kamar yang harus dilaluinya untuk mencapai lift. Ia lalu menekan tombol lift yang mengantarnya ke basement tempat motor Sakurakoji diparkirkan.

Gadis itu memang sudah memutuskan untuk kembali ke Tokyo bersama Sakurakoji, namun bayangan Masumi tidak mau pergi.

Maya kembali teringat pada Masumi yang bersikap ramah kepada adik-adik kelasnya, yang menyukai Hakkeijima dan yang luluh dengan tatapan memelasnya. Masumi yang merawatnya saat sedang jetlag, menenangkannya saat sedang gugup. Masumi yang bersikap dingin namun raut wajahnya pilu, Masumi yang memintanya pergi namun sorot matanya begitu kesepian. Masumi, pria yang telah terlalu banyak berbuat untuknya. Pria yang sangat dicintainya.

Maya kembali merasa bimbang.

Pria menyebalkan! Seharusnya kalau memang menginginkanku pergi, jangan memasang wajah seperti itu…!

Maya mulai merasa kesal sekaligus sendu.

Tapi dia juga tidak mengharapkanku tinggal… tidak ada gunanya aku tetap berada di sini…

Maya kembali menahan tangisnya.

Kenapa… dia tiba-tiba bersikap dingin? Kesalahan apa yang kuperbuat?

Pintu lift terbuka. Sakurakoji yang telah menunggu, segera menghampirinya.

“Maya!” Serunya.

Maya tersenyum ke arah Sakurakoji.

Sakurakoji mengamati nata gadis itu yang terlihat sembab.

Apakah Maya habis menangis?

Pikir Sakurakoji.

Sakurakoji menarik pergelangan tangan Maya. 

“Ke arah sini,” ajaknya.

Maya mengamati Sakurakoji yang tengah menuntunnya.

Ia selalu ada untukku… selalu menungguku… Sakurakoji…

Ingatan gadis itu kembali berputar pada percakapannya dan Masumi di dalam mobil.

Mungkin sudah saatnya… aku melupakan Pak Masumi, Mawar Ungu-ku, dan memberi Sakurakoji kesempatan…?

“Kemarikan tasmu,” pinta Sakurakoji saat keduanya mencapai motor pemuda itu.

“Sakurakoji… aku…” Maya terlihat bimbang.

“Maya…?”

“Aku…” Maya menahan tangisnya, “tidak bisa pergi…”

“Maya?!”

“Dia… aku… tidak bisa meninggalkannya…” suara Maya terdengar gemetar.

Maya tidak bisa membohongi perasaannya. Dia tahu Masumi telah menyuruhnya pergi.

Tapi wajahnya yang pilu… matanya yang kesepian…

“Aku tidak bisa… membiarkannya sendirian…” Maya mulai menangis.

Entah kenapa mengingat Masumi membuat hatinya merasa tercabik-cabik.

“Dia?” Sakurakoji terkejut, meminta penjelasan.

“Maafkan aku… aku harus kembali,” Maya membulatkan tekadnya.

Niatnya terhenti saat Sakurakoji tidak melepaskan tangannya.

“Tidak akan kubiarkan!” tegas pemuda itu.

Sakurakoji?!

“Dia… Masumi Hayami ‘kan?” tanya Sakurakoji.

Mata Maya terbelalak, terkejut. 

“Jadi… orang yang kau cintai selama ini… Mawar Ungu… adalah Masumi Hayami?” Sakurakoji melangkah mendekati Maya.

“Aku bisa melihatnya, cara kau memandangnya di depan lift tadi…” Suara Sakurakoji bergetar emosional.

“Sakurakoji…” Mata Maya mengambang, tak bisa mengelak.

“Akhirnya aku menyadarinya… Benar dia yang selama ini selalu membuatmu menangis?”

“Bukan begitu…” bela Maya.

“Jangan mengelak!” Seru Sakurakoji, “saat kau berkali-kali menangisinya, aku ada di sana, Maya… aku melihatnya… Sekarang semuanya mulai masuk akal bagiku.” 

“Aku tidak akan membiarkanmu kembali, karena tidak akan ada yang berubah… setelah sekian lama, dia masih saja membuatmu menangis…” Sakurakoji menyentuh pipi Maya yang berderaian air mata.

“Ikutlah denganku… aku tidak akan membuatmu menangis seperti ini,” Sakurakoji mendekatkan wajahnya pada wajah Maya.

Sakurakoji….

Maya melipat bibirnya dan air mata masih tidak berhenti.

“Aku akan membahagiakanmu…” Sakurakoji mengangkat wajah Maya dan mendekatkan bibirnya pada bibir gadis itu.

Maya memejamkan matanya erat-erat namun tiba-tiba menundukkan kepalanya, mengejutkan Sakurakoji.

Sakurakoji lalu menarik Maya ke dalam pelukannya tanpa bisa ditolak.

“Kumohon… ikutlah denganku, Maya… aku mencintaimu. Aku tidak akan membuatmu terluka seperti ini… Berikanlah aku kesempatan untuk membuatmu merasa bahagia. Dia tidak bisa mencintaimu seperti aku mencintaimu…” Sakurakoji memeluk Maya lebih erat.

“Aku akan membuatmu bahagia, bukan terluka seperti ini… lupakanlah dia dan cintailah aku… Maya.”

Sakurakoji…

Gadis itu menangis tergugu, lalu balas memeluknya erat.

=//=

Masumi memasuki kamarnya, membuka sepatunya dan menggantinya dengan sandal hotel. Dilemparkannya tas kerja ke atas sofa sebelum Ia membuka lemari pendingin dan mengambil sekaleng bir dari sana. 

Sejuknya bir meresap ke tenggorokan tapi tidak cukup sejuk untuk mendinginkan kepalanya. Bola mata Masumi bergerak gelisah ke sana kemari. Membayangkan Maya akan pergi dengan Sakurakoji. Dan sekali lagi ingatan akan kejadian di depan lift membayang di matanya.

Aku tahu keduanya hendak berciuman…

Masumi meneguk birnya semakin banyak.

Kenapa kau menerima ajakanku untuk makan malam jika hanya karena tidak bisa menolaknya Mungil…

Masumi lantas membanting tubuhnya ke atas kursi di samping jendela. Mengamati pemandangan di luar.

Tapi bukankah pada akhirnya gadis itu mengejarmu Masumi…? Tanyanya pada dirinya sendiri.

Kalengnya sudah kosong. Masumi meremasnya hingga tangannya terluka.

Tidak… pada akhirnya dia meninggalkanku. Dia tetap meninggalkanku…

Ia lalu melemparkan kaleng itu ke lantai.

Nafasnya tersenggal-senggal. Masumi menyandarkan dirinya dan memejamkan matanya. Dengan alis mengernyit kesakitan, Masumi menutupi wajahnya dengan kedua telapaknya.

Rasanya ingin menangis, tapi otak pria tersebut sudah lama terlatih untuk mencegahnya meneteskan air mata saat sedang tersadar. Hanya tenggorokan yang tercekik, mata yang terasa perih dan dada yang sakit. Tapi tidak ada air mata. Dan itu membuatnya lebih menderita.

Maya…

Matanya yang terpejam kembali menangkap sosok gadis mungil itu.

Ia marah padaku… wajar saja, aku sudah bersikap dingin padanya…

Apakah dia tahu aku cemburu? Tahu betapa inginnya aku berkata jangan pergi?

Masumi mengatur nafasnya, mencoba membuka matanya yang perih.

Tadi pagi dia masih di sana…

Masumi menatap kursi di hadapannya yang kini kosong.

Ia lalu mengeluarkan handphonenya, melihat-lihat kembali foto-foto di Hakkeijima. Ada banyak foto gadis itu di sana. Sangat ceria dan ekspresif. Sebuah senyuman tanpa sadar terulas di bibir Masumi. Sampai pada sebuah foto; fotonya dan Maya. Senyum Masumi berhenti. Foto itu... dia bahkan tidak mengerti bagaimana bisa kamera menangkap wajahnya yang terlihat hangat dan bahagia. Seperti orang lain. 

Ia merasa asing dengan dirinya sendiri. Sebuah potret kebahagiaan semu yang sempat dirasakannya, yang membuatnya takut berharap. Masumi takut Maya melihatnya, karena gadis itu pasti tahu bahwa laki-laki di sampingnya itu sedang jatuh cinta padanya.

Masumi mengamati wajah Maya yang tersenyum malu-malu di sampingnya, merapat padanya. Gadis itu pun, tampak bahagia. Masumi mengamati Maya lebih lama.

Apakah pernah, walaupun sebentar, aku membuatmu bahagia, Maya?

Masumi teringat kembali waktu yang dihabiskan mereka bersama. Masumi mengeluarkan gantungan Sirotan yang tadi dipungutnya kembali dari lantai. Ia ingat bagaimana Maya mendekatkan kedua handphone mereka dan tersenyum riang.

Maya…

Tanpa dikomando kaki Masumi melangkah lari keluar kamarnya.

Maya… apa kau masih di sana?

Sepanjang lorong Masumi mencoba menghubungi nomor gadis itu tapi tidak bisa masuk. Segera Ia masuk ke dalam lift dan menuju basement. Dengan tidak sabar Masumi menghitung detik demi detik yang berlalu saat melewati 67 lantai.

Masumi keluar liftnya dengan terburu-buru. Kakinya menapak tidak terarah sementara mengitari basement dengan matanya, mencari-cari sosok Maya.

Maya… apa kau masih di sini? Atau kau sudah pergi?

Pikirnya gelisah.

Memasuki sebuah blok, Masumi melihatnya. Tepatnya, mereka.

Ia berada terlalu jauh untuk mendengar percakapan mereka, tapi cukup dekat untuk bisa melihat keduanya. Wajah Maya tidak terlihat, tapi Masumi bisa melihat pemuda itu. Sakurakoji, menyentuh pipi Maya, mengucapkan sesuatu dengan wajah merindu dan tidak lama kemudian memeluknya. Dan gadis itu, balas memeluknya.

Masumi mematung. Mati rasa.

=//=

Masumi tidak ingat lagi, bagaimana dia bisa sampai di sini. Masumi memutuskan dia tidak bisa kembali ke kamarnya, karena pasti akan menghancurkan isinya. Jadi dia harus keluar dari sana, menuju tempat ramai. Setidaknya, tempat yang tidak menyediakan sesuatu untuk dia banting.

Dan di sinilah dia sekarang. Menyandarkan kedua sikunya ke sisi pagar, memandangi lautan yang kelam. Sekali-kali didengarnya suara peluit kapal yang entah dari mana. Banyak orang berlalu lalang yang tidak dihiraukannya. Masumi hanya ingat dia terburu melangkahkan kakinya keluar dari area menara Landmark. Hanya ingat orang-orang yang memandangnya ketakutan saat berpapasan dengannya dan melihat wajahnya yang sedingin es.

Masumi berusaha keras menenangkan dirinya. Ia berpikir bahwa terbangun dari mimpi indah dan kembali pada kehidupan yang kelam, jauh lebih menyakitkan dari pada menjalani kehidupan yang kelam itu sendiri…

Masumi mengeluarkan gantungan Sirotan dari jasnya. Memandanginya.

Tapi sekarang, bermimpi saja tidak bisa…

Masumi baru saja hendak melemparkan gantungan itu saat handphonenya berbunyi. Ternyata Yamazaki, si concierge hotel menghubunginya.

Yamazaki mengatakan bahwa ruangan yang Masumi pesan sudah siap dan masih menunggu kedatangannya. Apakah Masumi hendak membatalkannya atau melanjutkan reservasinya. Masumi tidak membatalkannya. Sebisa mungkin Ia ingin menghindari kamarnya yang meninggalkan banyak jejak Maya di sana.

“Baiklah, terima kasih Yamazaki.” Jawab Masumi datar.

“Ada lagi Tuan, kiriman buket bunga pesanan Anda sudah ada di meja kami. Apakah mau kami antarkan ke kamar Anda?” Yamazaki memastikan.

“Tidak perlu, biarkan saja di situ…” kata Masumi datar.

“Baiklah, selamat malam Tuan,” tutup Yamazaki setelah memastikan tidak ada lagi yang dibutuhkan oleh tamu istimewanya tersebut.

Sekian lama terdiam hanya memandangi lautan di hadapannya, Masumi merasa cukup tenang. Akhirnya Masumi kembali melangkah menuju area Menara Landmark. Menuju restoran dimana dia seharusnya melewati malam dengan Maya, gadis yang sangat dicintainya. Tempat seharusnya Masumi menyerahkan mawar ungu pertamanya yang Ia berikan dengan tangannya sendiri pada gadis itu. Tapi sekarang, Masumi hanya membayangkan kesepian yang akan menelannya sepanjang malam. 
 
Ruangan yang dipesannya, ruangan pribadi yang cukup besar untuk ditempati oleh beberapa belas orang namun disewanya untuk dua orang, dia dan Maya. Namun pada akhirnya hanya dia sendiri yang akan berada di sana, ruangan itu pasti akan membuatnya lebih kesepian lagi.

Tapi bagi Masumi saat ini, itu lebih baik ketimbang Ia harus kembali ke kamarnya dan mengingat bagaimana gadis itu tertidur di sofanya, terbaring di balik selimut salah satu tempat tidurnya, menggunakan wastafel kamar mandinya ataupun saat duduk sarapan di hadapannya.

Seorang greeter menyambutnya dan menanyakan berapa tempat duduk yang Ia perlukan. Masumi menerangkan dia sudah mereservasi sebuah private room. Setelah mengeceknya kembali, dengan ramah greeter itu mengantarkan Masumi ke ruangannya.
“Silahkan Tuan, teman Anda sudah menunggu…” katanya sambil membukakan pintu ruangan tersebut untuk Masumi.

Masumi tertegun.

Teman???

=//=

[Maya memeluk Sakurakoji dengan erat. Pemuda itu menunggu, sampai tangisan Maya sedikit mereda. Maya lantas memisahkan dirinya dari pemuda itu.

“Sakurakoji… terima kasih,” kata Maya ditengah sisa-sisa isakannya.

Wajah Sakurakoji merona, lalu mengangguk.

“Sudah siap kembli ke Tokyo, Maya?” Sakurakoji menghapus air mata Maya dengan kedua tangannya.

Maya menatap Sakurakoji.

“Ayo…” Sakurakoji berjalan dan menarik Maya ke arah motornya.

Tapi Maya bergeming.

“Maya?” Sakurakoji menoleh kembali ke arah Maya.

“Aku tidak bisa pergi… “ kata Maya.

Sakurakoji tampak terkejut.

Maya mendekati pemuda itu perlahan.

“Aku mencintainya… Sakurakoji…” lirihnya.

“Dia adalah satu-satunya orang yang kucintai saat ini. Kau adalah orang yang baik, sangat baik… tapi aku hanya bisa mencintainya.” Maya mengengadahkan wajahnya.

“Hanya melihatnya saja tidak cukup, aku ingin mendengar suaranya, mendengar tawanya. Saat dia memandangku, dadaku berdetak kencang dan membuatku melupakan sekelilingku. Dan saat dia menyentuhku, listrik dalam tubuhku bereaksi dengan kuat. Dan hanya berjalan di sampingnya saja sudah membuatku sangat bahagia…” Maya menatap Sakurakoji meminta pengertian.

“Mataku… tidak pernah lepas mencarinya, bahkan saat mataku tertutup, aku memimpikannya. Aku… tidak bisa mengendalikannya… itulah yang kurasakan… Dia mungkin tidak merasakan hal yang sama denganku, tapi sekarang aku tidak peduli. Selama aku masih bisa berada di sampingnya, aku hanya ingin berada di sampingnya…”

Ucapan Maya benar-benar mengejutkan Sakurakoji. Mata gadis itu, sangat penuh tekad.

“Maya… kau harus mencoba melupakannya, dia hanya membuatmu menderita…” perkataan Sakurakoji diiringi nada permohonan.

Dia tidak sanggup melihat Maya yang selalu dibuat menangis oleh orang yang bahkan tidak menghiraukan keberadaan gadis itu.

“Aku sudah berusaha… Sakurakoji, tapi tidak bisa. Saat kupikir aku sudah berhasil sedikit melupakannya, ternyata… ternyata… perasaan cintaku tumbuh berkali lipat.” Maya berjalan mendekati Sakurakoji.

“dan bagaimana jika dia menyakitimu lagi? Bagaimana jika…”

“Aku tidak peduli! Walaupun jalan menuju tempatnya dipenuhi pecahan kaca, aku akan tetap berlari ke arahnya.” ujar Maya.

Sakurakoji terkesiap dengan ucapan Maya.

“Sakurakoji, kau pasti mengerti… di panggung, kita saling jatuh cinta, merasakan perasaan cinta yang bergelora. Saat mata dan hati kita hanya tertuju pada satu orang dan dia menjadi sosok paling penting bagi kita. Saat ini… untukku… orang itu adalah Masumi Hayami…” Maya mulai meneteskan air matanya kembali.

“Kau… mencintainya… sedalam itu?” Sakurakoji gamang, suaranya gemetar tidak percaya.

“Maaf… maafkan aku harus mengatakan semua ini padamu… tapi diantara semua orang di sekelilingku, aku harap… kau, orang yang pernah berbagi rasa cinta denganku di atas panggung, adalah seseorang yang paling bisa mengerti perasaanku. Karena bagiku, Pak Masumi…”

“Jangan sebut nama itu…!” sergah Sakurakoji, “kau akan terluka, Maya…” Sakurakoji menangkup wajah Maya dan menatap mata gadis itu, mencari keraguan di matanya, tapi dia tidak menemukannya.

Maya sudah berubah, Sakurakoji bisa merasakannya. Gadis itu ingin berjuang demi cintanya kepada seorang Hayami. Hati sakurakoji terluka, dan itu tidak bisa dihindari.

“Apa kau akan tetap mencintainya walaupun itu akan membuatku membencimu?” tanyanya sinis.

“Aku tidak ingin membuatmu membenciku Sakurakoji, bagaimanapun kau adalah salah satu teman terbaikku dan satu-satunya Ishin-ku di atas panggung… sedangkan dia…”

“Hanya di atas panggung?” potong Sakurakoji.

“Hanya… di atas panggung.” Maya menekankan dengan berat hati.

Dia sudah tidak ingin membuat hati laki-laki di hadapannya terombang-ambing lagi.

Keduanya bertatapan, mencoba saling mengerti satu sama lain. Sakurakoji tahu, ini saatnya bagi dia untuk melepaskan Maya.

Maya… kau sudah mulai dewasa, mulai berani memperjuangkan cintamu pada laki-laki yang kau cintai... Sayang, lelaki itu bukan aku… Maya…

Batinnya perih.

Sakurakoji meraih pundak Maya dan mulai memeluknya lagi. Kali ini, untuk menyerah.

“Lain kali aku memelukmu, adalah sebagai seorang Ishin… sekali ini, ijinkan aku… memelukmu sebagai seorang Sakurakoji, Maya…” dan air mata mulai mengalir dari mata pria patah hati itu.

“Maafkan aku….” Maya memeluk pria itu, juga menangis.

=//=

Maya segera berlari menuju lift setelah motor Sakurakoji hilang dari pandangannya. Menekan tombol naik ke lantai 66, Maya menuju ke kamar Masumi. Berkali-kali menekan bel tidak ada jawaban. Maya lantas menuju meja concierge, menemui Yamazaki.

“Pak Yamazaki…” katanya dengan terengah-engah.

"Nona, ada apa? Ada yang bisa saya bantu…?”

“Mmh… begini… Pak Masumi Hayami… berencana mengajak saya makan malam. Tapi… mmh…” Maya bingung apakah harus menceritakan masalahnya atau tidak.

“Apakah Anda tahu… dimana tempat yang dipesannya? Saya.. tidak bisa menghubunginya… handphone saya mati…” terang Maya.

Yamazaki tersenyum menenangkan.

“Tentu Nona," Yamazaki memeriksa catatannya, "beliau memesan tempat di Restoran Le Ciel lantai 68. Saya bisa meminta seseorang mengantarkan Anda ke sana. Tapi sepertinya beliau sedang di luar saat saya hubungi, walaupun beliau mengatakan reservasi tidak dibatalkan.” Terang Yamazaki informatif.

“Terima kasih…”

“Apakah Anda ingin saya menghubunginya?”

“Tidak perlu…” sergah Maya, “saya tunggu saja.” Lanjutnya.

Maya lantas menitipkan barang bawaannya ke meja concierge karena sudah terlanjur menyerahkan kuncinya saat bermaksud pulang bersama Koji.

Seorang petugas mengantarkannya ke restoran Le Ciel.

Maya lantas menunggu di dalam sebuah ruangan yang cantik. Ada mini bar di sana, ada piringan hitam, meja yang dihias dengan taplak meja dan bunga yang menawan.

Maya memandang pakaiannya. Sangat biasa. Gaun yang sudah jauh-jauh dibawa oleh Rei tidak jadi dipakainya karena berantakan lagi saat Ia masukan ke dalam tas pakaiannya.

Apakah Pak Masumi akan datang…

pikir Maya gelisah saat terduduk di kursinya.

Pemandangan indah di hadapannya tidak mampu mengalihkan perhatian Maya dari kekhawatirannya.

Seorang pelayan menyajikan anggur di atas gelasnya sementara menunggu Masumi, dan kini tinggal setengahnya.

Apa dia tidak akan datang…? Mungkinkah Pak Masumi sudah kembali ke kamarnya?

Saat itu, suara derik pintu membuatnya menoleh. Maya terkesiap. Di sana, berdiri Masumi Hayami.]

=//=

Saat Masumi mendengar pelayan tersebut menyebutkan bahwa temannya sudah menunggu, Masumi sangat terkejut. Namun pemandangan di depannya, jauh lebih mengejutkannya.

Maya??!!

Masumi terkesiap.

“Silahkan panggil saya jika ada apa-apa Tuan.” Kata pelayan tersebut, pamit dan menutup kembali pintunya.

Maya berdiri dari kursinya dengan gugup sementara Masumi menghampirinya perlahan. Masih tidak percaya gadis yang dikiranya sudah meninggalkannya ternyata ada di sana menunggunya.

“Se… selamat malam…” sapa Maya tergugup.

“Mu… Mungil? Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah… kau seharusnya sudah pulang?” tanya Masumi masih tidak percaya.

“Anda sendiri? Bukankah Anda bilang makan malamnya dibatalkan…?”

Maya…

Pria itu berjalan semakin dekat, Maya bisa merasakan seluruh lisrik dalam tubuhnya yang mulai bereaksi.

“Apa kau… menungguku?” jantung pria itu berdebar keras, terkejut, dan bahagia.

Perasaan yang meluap-luap di dada Masumi tidak bisa digambarkan saat tahu gadis itu menunggunya. 

“Iya… Anda lama sekali…" gerutu Maya, "kupikir…”

Tiba-tiba Masumi mempercepat langkahnya dan menarik tangan gadis itu dengan sekali sentak. Detik berikutnya, Masumi sudah melingkarkan tangannya di punggung Maya, mencekungkan tubuhnya dan mencembungkan tubuh gadis itu, lantas membuat bibirnya dan Maya tak berjarak.

Nafas Maya terhenti. Begitu juga dunianya.

=//=

Maya merasakan derap jantungnya semakin cepat seiring waktu yang melewati keduanya. 

Bibir Masumi masih menempel ketat di bibirnya saat Maya menutup matanya dan mulai berpegangan pada bahu pria tersebut. Gadis itu merasa lemas, tidak kuasa mengendalikan tubuhnya. Masumi mengeratkan pelukannya pada Maya, mempertahankan posisi gadis itu yang melayang raga dan jiwanya. Membiarkan kalor dalam jasmani mereka saling menyesuaikan satu sama lain melalui sentuhan ujung-ujung saraf bibir keduanya.

“Pak Masumi…” bisik Maya lirih saat bibir pria itu meninggalkan bibirnya, memanggil kesadaran Masumi yang sempat hilang beberapa saat.

Masumi terhenyak dan mulai awas dengan sekelilingnya. Ia masih memeluk gadis itu, yang nafasnya tersenggal karena sempat terhenti, hingga memaksa gadis itu mengkonsumsi oksigen dengan terburu-buru.

Maya….!

Masumi ternanap, mulai merasakan suhu wajahnya yang meningkat drastis dan Maya bisa melihat wajah pria itu merona di hadapannya.

“Maaf…” adalah kata selanjutnya yang keluar dari mulut Masumi saat menjejakkan kembali kaki Maya ke lantai.

Masumi terlihat risau. Ia tahu Ia telah melampaui batas dan Ia mengutuk diri karenanya. Mengutuk dia yang tak bisa mengendalikan diri dan membiarkan emosi mengambil alih akal sehatnya.

Maya tertunduk di hadapannya. Gadis itu hanya terdiam. Tangan mungilnya masih berpegangan pada sebelah tangan Masumi dan satunya lagi menggenggam jas Masumi di bagian dadanya. Masumi yang tidak dapat melihat wajahnya, mulai merasa bersalah dan khawatir dengan reaksi Maya. Apakah Ia sudah membuatnya marah? Atau tersinggung?

“Maya…” panggil Masumi dengan hati-hati, “maaf…” ucapnya sekali lagi. “Kau boleh memukulku… atau…”

“Anda... Tidak perlu meminta maaf, Pak Masumi...” potong Maya sambil mempererat genggamannya di jas Masumi.

Maya...

Masumi merasakan aliran darahnya memacu deras. Memandangi gadis di hadapannya yang memberikan pertanda bahwa perasaannya tidak sebelah pihak. 

Ia lantas mengangkat dagu Maya dengan tangan kanannya. Keduanya bertatapan. Wajah Maya merah padam. Sekali lagi Masumi melihat mata itu, mata dengan tatapan yang sama yang didapatinya tadi pagi saat sedang sarapan. Dada masumi tergetar. Gadis itu, menatapnya dengan penuh cinta. Dan Masumi yakin, Ia membalasnya dengan tatapan yang sama.

Masumi menundukkan kepalanya, mendekatkan wajahnya hingga ia bisa merasai nafas gadis itu di kulitnya.

"Maya... Ijinkan aku..." pinta Masumi.

Maya menggigit bibir bawahnya tak kentara lantas menutup matanya.

Perlahan, Masumi menyentuh bibir Maya dengan ibu jarinya, lalu dengan bibirnya.

Ciuman itu sangat lembut, dan hati-hati. Seakan-akan gadis itu merupakan ciptaan yang ringkih dan Masumi takut menghancurkannya. Kehangatan kembali dirasakan Maya di bibirnya, kali ini begitu penuh kasih sayang. Maya tanpa sadar meneteskan air mata, dan membalas ciuman Masumi.

Saat bibir keduanya terpisah, Maya memeluk Masumi seerat yang dia mampu. Masumi memeluk pundak gadis itu dengan tangan kirinya dan membenamkan jemari tangan kanannya di rambut Maya.

Keduanya tidak ada yang bicara. Hanya saling merasakan nafas satu sama lain yang seirama dan degup jantung satu sama lain yang saling berbalasan, seperti halnya perasaan mereka.

"Maya..." Masumi akhirnya bisa bersuara, "terima kasih karena kau tidak pergi... aku... sangat bahagia," aku Masumi.

Tidak berapa lama keduanya lantas memisahkan diri. Canggung, namun binar kebahagiaan terlihat jelas di wajah keduanya.

=//=  

Masumi melangkah menuju kursi Maya, mempersilahkannya duduk kembali di sana. Belum sempat Masumi duduk di kursinya, handphone pria itu berbunyi. Masumi pamit keluar sebentar pada Maya yang masih terlihat rikuh dan hanya bisa mengangguk berkali-kali tanpa melihat kepadanya.

Setelah Masumi keluar ruangan, Maya menatap bayangannya yang samar di kaca jendela. Dia menyentuh bibirnya dengan kedua telapaknya dan kembali meneteskan air mata. Dia tidak pernah mengira Masumi juga benar-benar memiliki perasaan yang sama sepertinya.

Spontan Maya menarik pipinya dengan keras lantas menjerit kesakitan.

Ternyata bukan mimpi…

Ujarnya dalam hati sambil mengelus pipinya yang kesakitan sekaligus merona.

=//=

Masumi mengangkat teleponnya yang ternyata dari Hijiri.

“Ada apa Hijiri?” Tanya Masumi .

“Tuan… apakah Anda dan Nona Maya kemarin pergi ke Taman Yamashita?”

Deg!!

Masumi mulai merasakan ada yang tidak beres.

“Memangnya ada apa?” Masumi terdengar waspada.

“Ada seorang fotografer lepas yang sepertinya menangkap foto Anda berdua. Seorang koneksi mengatakan fotografer tersebut mengaku bahwa dia memiliki foto Maya Kitajima sedang bergandengan tangan dengan seorang pria pengusaha di Taman Yamashita dan masuk ke dalam mobilnya. Dia menawarkannya kepada beberapa media, dan sepertinya majalah X adalah peminat serius dari foto-fotonya.” Papar Hijiri.

Masumi terkejut saat mendengarkan keterangan Hijiri. Tangannya mengepal dan jantungnya berdebar keras diliputi emosi.

“Hijiri… apapun yang terjadi, aku tidak mau transaksi mereka terlaksana dan foto-foto tersebut beredar keluar. Lakukan segala cara agar kau bisa merampas foto-foto itu, kau mengerti?!”

“Baik Tuan, akan saya usahakan. Saya sudah mendapatkan data diri fotografer tersebut termasuk tempat tinggalnya, saya akan membereskan semuanya.”

“Bagus, aku mengandalkanmu Hijiri. Sekarang kau masih di Yokohama?”

“Iya, seperti yang Anda minta saya sedang berusaha mencari tahu siapa yang menyabotase kedatangan Youth Orchestra, dan sudah ada beberapa petunjuk yang saya peroleh.”

Masumi menggertakkan giginya dan raut wajahnya terlihat keras.

“Baik, aku masih menunggu perkembangannya. Hijiri, bisa kau datang ke Landmark sekarang? Ada beberapa hal yang aku ingin untuk kau lakukan.”

“Baik, Tuan.”

=//=

Setelah mencoba mengendalikan dirinya di depan pintu, Masumi dengan tenang kembali masuk ke dalam ruangan di mana Maya menunggunya. Masumi tersenyum ke arahnya, dan Maya balas tersenyum malu-malu.

Maya…

Seketika hatinya merasa damai.

“A… apakah ada masalah, Pak Masumi?” Tanya Maya ketika Masumi sudah duduk di kursinya.

“Hanya masalah pekerjaan. Tidak perlu khawatir Mungil, aku sudah meminta orang kepercayaanku membereskan semuanya. Maaf tadi aku terpaksa meninggalkanmu sendirian.”

“Tidak apa-apa…” Maya menggelengkan kepalanya cepat.

“Apa kau sudah siap memesan? Aku sudah meminta seorang pelayan untuk mengantarkan menunya.”

“I… iya…” jawab Maya singkat.

Tidak lama seorang waitres masuk, memberikan menu dan mempersilahkan keduanya memesan. Maya yang tergugup beberapa kali menyebutkan nama menu dengan salah. Pelayan tersebut dengan sabar membenarkan dan mengonfirmasi pesanan Maya. Maya terlihat malu sementara Masumi tersenyum lebar di hadapannya. Saat pelayan itu pergi, Maya hanya cemberut sambil mendelik ke arah Masumi. Akhirnya Masumi benar-benar tertawa.

“Senang ya, melihatku malu??” tuduh Maya pada Masumi.

Masumi menggelengkan kepalanya, “bukan begitu… aku hanya suka mendengarmu mengucapkan kata-kata dalam Bahasa Perancis…” kata Masumi.

Dia berkata seperti itu… padahal Bahasa Perancisnya jauh lebih baik.

Maya tertegun.

Apakah Pak Masumi bisa Bahasa Perancis? Ya ampun…. Bodohnya aku…. Berarti saat dia memintaku berbicara Bahasa Perancis… Apakah dia tahu artinya??

Maya menghembuskan nafas tidak percaya dan merasa sangat malu. Ia menundukan kepalanya dengan gelisah.

“Apa kau gugup?” Tanya Masumi saat melihat Maya diam saja tanpa memandang ke arahnya.

Maya mengangkat wajahnya tanpa menjawab tapi matanya mengatakan iya.

“Tidak perlu khawatir Mungil. Aku juga sedang gugup sekarang.” Kata Masumi.

Maya menatap tidak percaya pada pria di hadapannya, yang sama sekali tidak tampak gugup di matanya.

“Gugup apanya… sama sekali tidak terlihat gugup…” ujar Maya sangsi.

Masumi tertawa. Dia mengulurkan tangannya kepada Maya.

“Coba rasakan tanganku…” pinta Masumi.

Maya menurutinya. Ia mengulurkan tangannya dan menyentuh telapaknya. Maya bisa merasakan tangan mereka berdua sedikit dingin dan agak gemetar.

“Sekarang kau percaya padaku?” Tanya Masumi. Maya tidak bisa berkata apa-apa.

“Ini pertama kalinya, aku makan malam dengan seorang gadis yang tidak kuanggap sebagai bagian dari pekerjaanku ataupun sebagai barang dagangan… Aku… benar-benar gugup…” Masumi memandangi Maya dengan lekat.

Maya tertunduk malu. Ia baru menyadarinya saat melihat tangan Masumi, telapaknya terluka.

“Tangan Anda… kenapa?!” Tanya Maya khawatir.

“Ah… tidak, tadi… tertusuk sesuatu… tidak apa-apa, lukanya tidak dalam. Aku sudah mencucinya dengan air tadi.” Masumi menenangkan.

“Tunggu sebentar…” Maya meraih tasnya, mengeluarkan plester untuk luka.

“Aku sering sekali membutuhkan plester, makanya aku selalu membawanya untuk jaga-jaga…” terang Maya.

Ia lalu mulai menutup lukanya satu persatu.

“Ini terkena apa sih? Kenapa lukanya banyak begini? Lain kali Anda harus lebih hati-hati Pak Masumi…” nasihat Maya.

Masumi hanya memperhatikan gadis itu membungkus lukanya. Dua di telapaknya dan satu di jari tengahnya. Ia merasa tersentuh, belum ada seorang pun yang memberinya perhatian sedalam ini. 

Maya lantas mengelus tangan Masumi dengan lembut. Maya sangat menyukai tangan pria di hadapannya, yang sering memberikan kehangatan dan sering melindunginya. Dan dia masih menunggu, tangan itu memberikan Mawar Ungu kepadanya.

Masumi lantas menggenggam tangan Maya. Gadis itu sedikit terkesiap.

“Terima kasih…” katanya sambil mengelus punggung tangan Maya dengan ibu jarinya.

Keduanya segera menarik tangannya saat waiter yang mengantar hidangan penggugah selera datang.

Berdasarkan permintaan Masumi, waiter tersebut menyalakan sebuah piringan hitam yang mengiringi keduanya makan.

Maya dan Masumi asyik membicarakan banyak hal di tengah makan malam mereka. Sesekali Masumi memperhatikan perubahan pada diri gadis itu. Maya masih suka berterus terang seperti dulu dan mengungkapkan apa yang dipikirkannya dengan spontan. Namun Masumi bisa melihat sopan santun gadis itu yang mulai banyak berubah terhadapnya. 

Selain itu, Masumi juga melihat Maya sudah pandai dalam tata krama di meja makan. Bukannya hal itu penting bagi Masumi, karena untuknya walaupun Maya makan tanpa berpakaian dan melahap langsung makanan dari piringnya seperti Jean si gadis serigala pun, Masumi akan tetap terpesona padanya. Hanya saja dia tahu, apapun kelemahan gadis itu, sekecil apapun, akan dipermasalahkan dan dijadikan senjata untuk menyerangnya suatu saat nanti ketika namanya berkibar.

Oleh karena itulah, penting bagi Masumi mengetahui perkembangan gadis ini dalam membawa diri dan kesiapannya menghadapi dunia itu lagi. Dunia seorang aktris. Jika dulu Maya pernah berperang di dalamnya dan kalah, kali ini Masumi ingin memastikan gadis itu akan jadi pemenangnya.

Maya dan Masumi berbincang-bincang mengenai Rei yang tadi siang menemuinya dan apa saja yang mereka lakukan. Maya juga meminta maaf karena hanya berpakaian seadanya padahal dia sudah menyiapkan gaun untuk malam ini. Mendengarnya Masumi merasa senang, dia mulai merasa menyesal dengan perilakunya yang dingin terhadap Maya sebelumnya.

Baik Maya atau Masumi tidak ada yang menyinggung mengenai Sakurakoji. 

Keduanya lalu membicarakan mengenai konferensi pers yang akan berlangsung besok dan Masumi mengajarkan kepada Maya bagaimana menghadapi pertanyaan wartawan.

“Kau tahu mungil, berhubungan dengan wartawan terkadang menyulitkan, kau yang memakan mereka atau mereka yang memakanmu. Kau yang memanfaatkan mereka atau mereka yang memanfaatkanmu.” terang Masumi.

“Mengerikan sekali…” ujar Maya sebelum meminum anggurnya.

Masumi tertawa.

“Benar… jika kau bisa memanfaatkan keberadaan mereka dengan baik, mereka bisa menjadi alat promosi yang sempurna, tapi jika kau memperlihatkan kelemahanmu, maka kau yang akan dimakan habis-habisan dan digunakan oleh mereka untuk menaikan oplah penjualannya. Oleh karena itu Mungil, kau harus pandai-pandai menjawab pertanyaan mereka, jangan sampai mereka menjebakmu.”

“Sulit sekali… jebak menjebak ini... aku hanya terbiasa mengatakan apa yang kurasakan…” 

“Ah, aku bisa mengajarimu berlatih, Mungil. Agar kau bisa menjawab pertanyaan mereka dengan baik.”

“Benarkah? Terima kasih banyak Pak Masumi…” Maya tersenyum senang.

Masumi tersenyum mengamati gadis itu yang makan dengan lahap, seperti biasanya. 

=//=

Setelah selesai makan malam dan berbincang-bincang juga melatih Maya menghadapi konferensi pers, Masumi lantas menuju tempat piringan hitam. Ia memilih koleksi yang disediakan di sana. Setelah memasang sebuah piringan hitam, Masumi kembali menghampiri Maya.

“Apa kau mau berdansa denganku, Nona Maya Kitajima?” Tawar Masumi sambil menjulurkan sebelah tangannya pada Maya.

Maya menerima uluran tangan itu. Masumi membawanya ke tengah ruangan.

“Jangan tegang Mungil, rileks saja…” kata Masumi saat merasakan badan Maya yang terasa kaku.

“Ah iya… aku sudah lama… tidak berdansa.”

Masumi meletakkan tangan kanannya di belikat kiri Maya sementara gadis itu memegang tangan Masumi. Masumi lantas menggenggam tangan Maya yang satunya dan meletakkannya di dadanya. Wajah Maya merona, genggamannya membuat Maya merasa gugup.

“Kita mulai dengan kaki kiriku dan kaki kananmu, oke Mungil?”

Maya mengangguk.

“AWW!!!” Teriak Masumi saat kaki gadis itu menginjak kaki kiri Masumi dengan kaki kanannya.

“Ah maaf… maaf… aduuh Pak Masumi… maafkan aku… aku sangat gugup sampai lupa langkahnya.”

“Tidak apa… tidak apa…” kata Masumi sambil meringis.

“Aku benar-benar minta maaf…” sesal gadis itu.

“Sudah tidak apa-apa. Setidaknya dari caramu menginjak, aku tahu kau sangat bersemangat untuk berdansa,” Masumi kembali pada posisinya semula sementara Maya merengut mendengar godaannya.

“Aku, melangkahkan kaki kiriku ke depan, dan kau melangkahkan kaki kananmu ke belakang…” terang Masumi.

Sekali lagi Maya mengangguk. Keduanya mulai melangkahkan kaki menurut musik.

“Kanan… kiri… tutup… kiri… kanan… tutup… satu… dua… tiga… satu… dua… tiga…” tuntun Masumi.

Maya sudah bisa menikmati dansanya dan tersenyum lebar sambil menengadahkan kepalanya.

“Ah, kau sudah mahir sekarang…” puji Masumi.

“Anda pandai sekali berdansa…” Maya balik memuji.

“Baiklah kita akan masuk pada bagian yang sulit, aku akan memutar badanmu, apa kau siap?” tanya Masumi.

Maya menganggukkan kepalanya. Masumi lantas mendorong pinggang Maya dan gadis itu berputar melewati tangannya sebelum kembali ke pelukan Masumi. Maya tertawa dengan riang. Keduanya sangat gembira menikmati dansa mereka untuk beberapa lagu.

Saat slow dance, Masumi melingkarkan tangannya di tubuh Maya dan gadis itu menyandarkan kepalanya pada Masumi. Sekali lagi Maya bisa merasakan degupan jantung pria itu yang berdebar di atas normal. Tapi wajahnya dan pembawaannya tetap terlihat tenang.

“Pak Masumi…” panggil Maya.

“iya?”

“Sepertinya Anda sangat pandai menyembunyikan perasaan Anda. Apa Anda tahu kalau aku sangat sering merasa bingung dengan apa yang Anda pikirkan?” kata Maya.

Masumi tertegun, lantas tersenyum tidak kentara.

“Begitulah Mungil, aku memang dituntut seperti itu… Dan akhirnya itu sudah menjadi sifatku. Apa kau keberatan?” tanya Masumi.

Maya menggelengkan kepalanya di dada Masumi.

“Hanya saja… Aku sering sekali salah paham pada Pak Masumi… Maksudku... selain berakting, aku tidak bisa melakukan apa-apa, termasuk membaca pikiran orang lain. Jadi bisakah Anda lebih berterus terang padaku? Aku ingin tahu apa yang sebenarnya ada di benak Anda. Aku… tidak bisa membantu Anda, tapi setidaknya, aku tidak ingin menyusahkan Anda. Apakah… Itu merepotkan?” Maya menengadahkan kepalanya menatap pria itu.

Masumi terdiam beberapa saat sambil memandangi Maya.

Gadis ini… ingin agar aku berbagi dengannya?

Masumi membelai kepala Maya dengan lembut, “tidak…” Ia tersenyum, “terima kasih… Maya…”

Ia lalu memeluknya.

Aku sangat mencintaimu Maya…

Masumi masih belum mampu mengucapkannya. Karena kata-kata itu akan mengubah mimpinya jadi kenyataan tapi entah kenapa, Masumi merasa takut.

=//=

Setelah selesai dengan kencan mereka di Le Ciel, Masumi lantas mengantar Maya mengambil kuncinya di lobby.

“Maya… bisakah kau ikut sebentar ke tempatku?” Tanya Masumi saat keduanya keluar dari lift menuju kamar mereka.

Maya memandang pria itu lalu mengangguk. Mereka lantas menuju tempat Masumi.

“Ah, tunggu sebentar.” Kata Masumi sesaat sebelum membuka kunci kamarnya.

Masumi lantas melonggarkan dasinya dan melepasnya. Ia lalu berdiri di belakang Maya.

“Pak… Pak Masumi… apa yang?” Maya kebingungan.

“Percayalah padaku Mungil… kau tidak boleh mengintip ya…” Kata Masumi.

Maya tidak punya pilihan lain selain mengikuti kemauan Masumi.

Pria itu mengikatkan dasinya di mata Maya dan membuat gadis itu tidak bisa melihat apa-apa. Masumi lalu menuntunnya masuk ke dalam. Maya tidak tahu apa yang akan Masumi lakukan padanya. Ia mendengar pintu yang tertutup di belakangnya. Tiba-tiba Maya merasakan Masumi menggendongnya, seperti saat Ia mengantarnya ke dalam apartemen.

Pak Masumi…

Pria itu lantas membaringkan Maya di atas sebuah sofa.

Pak Masumi… sebenarnya apa yang akan Anda lakukan…? Pikir Maya.

Beberapa saat Maya hanya menunggu, sampai laki-laki itu menarik tangan Maya untuk membangunkannya dan membuatnya terduduk. Masumi menarik sebelah tangan Maya, dan mengelus telapaknya.

Maya merasakannya, seperti saat Ia berlatih menjadi Helen Keller, jemari Masumi menyentuh telapak Maya, membentuk sesuatu, menuliskan sesuatu.

Mengatakan sesuatu…

A…

ku…

a…

da…

lah…

peng…

ge…

mar…

mu…

Ma…

war…

U…

ngu…

‘AKU ADALAH PENGGEMARMU MAWAR UNGU’

Maya terkesiap, bibirnya terbuka.

Pak Masumi…!

Maya masih tidak bisa berkata apa-apa namun matanya mulai terasa berkaca-kaca.

Dirasakannya ikatan dasi Masumi yang melonggar, terlepas.

Maya menengadahkan kepalanya. Masumi berdiri di hadapannya dengan sebuah buket Mawar Ungu di tangannya. Dan kamar itu sudah dihias dengan beberapa rangkaian bunga Mawar ungu di sana.

Air mata gadis itu tidak tertahan dan mulai turun.

“Maya… maaf sudah membuatmu menunggu terlalu lama. Aku… adalah Mawar…”

Bruk!!!

Maya memeluk pria itu, dengan sangat erat.

“Terima kasih….! Terima kasih…” kata Maya, suaranya bergetar.

“Anda tidak tahu betapa berterima kasihnya aku atas semua yang telah Anda lakukan untukku… selalu membantuku saat kesulitan, memberiku semangat dan selalu percaya kepadaku… Mawar Ungu…” kata Maya dengan haru. “Aku… sudah lama memimpikan saat ini…” Maya menengadahkan kepalanya.

Maya…

Masumi sangat tersentuh melihat gadis itu, Ia lantas balas memeluknya.

“Apakah kau tidak kecewa? Bahwa penggemarmu Mawar Ungu adalah aku?”

Maya menggelengkan kepalanya, “aku sangat bahagia karena orang itu Anda… Pak Masumi…” ucap Maya.

Ia lalu melepaskan pelukannya dan Masumi memberikan buket bunga Mawar Ungu kepada Maya. Maya menerimanya dengan senang hati. Dikecupnya bunga-bunga itu, “terima kasih… Pak Masumi…” kata gadis itu di antara bunga-bunga Mawar tersebut.

Maya…

Masumi merasakan jantungnya yang berdebar keras karena tersentuh.

“Pak… Masumi… ijinkan aku… menyampaikan perasaanku sebagai Maya Kitajima kepada Mawar Ungu…” kata Maya terbata-bata.

Masumi hanya memandangnya terenyuh.

“Mawar Ungu… aku… sungguh sangat berterima kasih atas semua yang sudah Anda lakukan untukku,” air mata gadis itu tidak berhenti, “tanpa Anda… mungkin… aku tidak akan seperti sekarang ini… aku mungkin sudah lama menyerah terhadap akting. Namun segala dukungan Anda yang begitu tulus… aku… aku… sangat berhutang padamu… dan hanya untukmu aku persembahkan aktingku… Mawar Ungu… Pak… Masumi…” Maya menutup bibirnya dengan telapak tangannya untuk menahan haru.

Masumi mengeluarkan sapu tangannya dan menghapus air mata dari wajah gadis itu. Keduanya berpandangan. Masumi menatapnya dengan dalam.

“Kau… sangat mempesona, Maya. Sejak pertama kali aku melihat aktingmu sebagai Beth, sungguh membuatku terkagum-kagum padamu. Aku sangat senang, jika apa yang kulakukan, bisa membantumu dan membuatmu berhasil menjadi seorang aktris besar… Aku sangat menyukai kau yang berada di atas panggung,” kata Masumi sejujurnya.

Maya memeluk Masumi, “aku akan melakukannya Pak Masumi… hanya untukmu…” tekad gadis itu.

“Maya… aku percaya padamu.” Ia balas memeluknya.

=//=

Masumi mengeluarkan dua buah gelas dan sebotol anggur dari minibar yang terdapat di kamarnya dan menyajikan untuk mereka berdua. Keduanya lantas bersulang dan meminumnya.

“Ah, foto-foto saat di Fureai Lagoon, apakah kau mau melihatnya lagi? Kau bawa saja fotonya untukmu Mungil…” Masumi berdiri menuju meja kerjanya dan mengeluarkan beberapa lembar foto dari sana.

Tiba-tiba dia teringat dengan apa yang diberitahukan Hijiri mengenai foto mereka di taman Yamashita. Masumi merasa sedikit gelisah, namun Ia berusaha menghilangkannya.

“Ahhh lucu sekaliii…” kata Maya saat melihat fotonya dan Popo si Paus Beluga.
Mereka kembali tertawa-tawa mengenang saat kebersamaan mereka di Hakkeijima dan bercengkrama sampai hampir tengah malam.

Hik!

Maya cegukan. Keduanya terkejut dan Masumi tertawa melihatnya. Maya mengerjapkan matanya perlahan. Sepertinya dia akan mulai mabuk.

“Pak… Masumi… sepertinya aku harus kembali ke kamarku… aku tidak mau mengganggu Anda lebih lama.” Ucap Maya sambil berusaha berdiri.

Masumi hanya terdiam, lantas ikut berdiri untuk mengantarnya.

“Besok, Hijiri akan mengantarmu ke Tokyo. Maaf aku tidak bisa mengantarmu kembali ke Tokyo.” Kata masumi.

“Hihihi… tidak apa-apa…” Jawab Maya dengan riang karena pengaruh alkohol.

“Kita tidak akan bisa bertemu beberapa saat…” Masumi terdengar sendu.

“Iya…” jawab Maya lemah.

Entah kenapa perasaan kesepian sudah menghampirinya dari sekarang.

“Baiklah Pak Masumi, sampai sini saja mengantarnya. Aku permisi. Terima kasih untuk semuanya…” pamit Maya sambil membungkukan badannya pada Masumi yang mengantarnya ke pintu.

Maya berbalik dan membuka pintu keluar.

Brak!!!

Tiba-tiba pintu itu tertutup kembali. Masumi yang berdiri di belakang Maya menutupnya dengan sebelah tangannya. Maya terkejut. Kesadarannya yang sedikit berkurang mulai kembali.

Pak Masumi…?!!

“Tinggallah…!” Pinta Masumi.

Maya terkejut mendengarnya.

Masumi menggenggam tangan Maya yang berada di pegangan pintu dengan tangan lainnya.

“Maya…” suara pria itu terdengar gugup.

“Aku berjanji tidak akan berbuat kurang ajar… Maukah kau tinggal di sini malam ini?” pinta Masumi.

“Kau bilang, aku harus mengatakan yang kupikirkan kan? Aku… ingin kau di sini malam ini. Maya…” Masumi menghirup nafasnya perlahan, mempersiapkan diri.

“Aku… menyukaimu… Bukan sebagai pengusaha kepada dagangannya, atau penggemar kepada idolanya. Aku… menyukaimu sebagai seorang laki-laki dewasa kepada seorang wanita dewasa. Aku… mencintaimu Maya, sangat mencintaimu." Masumi mendekatkan jaraknya dengan punggung Maya. "Dari dulu… sejak lama…” aku Masumi sambil mengeratkan genggamannya di tangan Maya.

Ia akhirnya bisa mengungkapkan perasaannya dengan semestinya.

=//=

Maya kembali hanya terdiam. Masumi benar-benar gugup menunggu reaksi Maya. Pria itu bisa merasakan tangan gadis itu yang gemetar dalam genggamannya.

Perlahan Maya meloloskan tangannya dari genggaman Masumi. Kesunyian yang berlangsung beberapa detik itu terasa bagai seabad bagi pria itu.

Trek!!

Gadis itu mengunci kembali pintu tersebut.

“Aku akan tinggal…” jawabnya tanpa bisa menyembunyikan rasa gugup dari suaranya.

Masumi sangat bahagia mendengarnya. Besok mereka tidak akan bisa bertemu lagi. Setidaknya malam ini, dia ingin matanya menangkap bayangan Maya yang sesungguhnya dan bukan hanya ilusi dari kerinduannya saja.

Masumi melingkarkan tangannya satu persatu di pinggang gadis itu.

“Aku sangat mencintaimu, Maya Kitajima…” ucapnya penuh keyakinan lantas mengecup kepala gadis itu.

Masumi tahu Maya sedang meneteskan air matanya. Gadis itu meremas tangan Masumi yang mengikat tubuhnya.

Maya perlahan membalikkan badannya setelah melonggarkan pegangan Masumi di pinggangnya. Ia terpaksa menyandarkan tubuhnya pada pintu karena posisi Masumi yang terlalu dekat dengannya. Pandangannya tepat jatuh pada dada Masumi yang tidak berdasi. 

Ia lalu memeluknya, merasakan dadanya yang bidang. Maya merasa nyaman. Maya hanya terisak, gadis itu tidak sanggup berkata apa-apa.

Masumi memejamkan matanya, merasa sangat bahagia.

Aku akan menjagamu, Maya… selamanya…

“Mungil…”

“Hm..?” Maya menjawab dengan gumaman.

“Dimana tas pakaianmu? Di kamar?” Tanya Masumi.

“Ah!” Maya mengangkat wajahnya yang berurai air mata, “aku titipkan pada Pak Yamazaki… aku… lupa…” Maya terlihat malu.

Masumi menatap Maya yang masih memeluknya.

“Kau ini… menangis terus…” Masumi mengusap wajah Maya yang basah oleh air mata dengan kedua telapaknya.

“I… ini kan salah Anda!!”  Tuding Maya.

Masumi menahan tawanya.

Ia lalu menuntun Maya kembali masuk ke dalam. Menggunakan telepon di atas meja kerja, Masumi menghubungi meja concierge dan menyerahkannya pada Maya yang meminta tasnya untuk diantarkan ke tempat Masumi.

Setelah menutup telepon tersebut, Maya menghampiri Masumi yang sedang memandang keluar jendela.

“Apa yang sedang Anda lihat Pak Masumi?” Tanya Maya saat mendekatinya.

“Bintang, aku sedang berusaha melihat bintang,” jawab Masumi.

Maya berdiri di sebelahnya,  “ada?” tanya Maya sambil ikut mencari.

“Ada, tapi tidak terlalu jelas…” Masumi menarik bahu Maya, “di sebelah sana…” katanya sambil menunjuk pada salah satu belahan langit dengan tangan lainnya.

Maya mengikuti arah pandangan dan telunjuk Masumi.

“Ah… iya! Tapi tidak banyak ya…” Maya ikut mengamati, tersenyum.  “Tapi tetap  cantik, mempesona…” lanjutnya.

Masumi mengalihkan pandangan pada gadis dalam rangkulannya.

“Benar, cantik… mempesona…” Masumi mengamatinya, “seperti dirimu…” gumamnya tanpa sadar.

Maya tertegun, menengadahkan wajah meronanya pada Masumi yang juga sedang merona. Pria itu baru menyadari ucapannya. Tidak lama keduanya mengalihkan pandangan masing-masing dengan terburu-buru.

“Aku tidak bohong Mungil…” tambah Masumi kemudian.

Maya merasakan dadanya berdebar.

“Tidak boleh gombal…” ujar Maya sambil menyikut perlahan pinggang Masumi.

Masumi tertawa kecil.

“Pak Masumi… kenapa Anda masih memanggilku Mungil… Mungil…” protes Maya.

“Karena kau memang…”

“Bukankah tadi Anda sendiri yang bilang kalau Anda menganggapku wanita dewasa…?” Maya memotong ucapannya.

Gadis itu lalu berdiri di belakang Masumi. Masumi bingung dengan apa yang akan Maya lakukan.

Ia lalu menyandarkan satu tangannya ke jendela, seperti yang Masumi lakukan di pintu sebelumnya.

’…menyukaimu sebagai seorang laki-laki dewasa… kepada seorang wanita dewasa.’” Ucapnya dengan suara yang direndahkan.

Masumi menyadari gadis itu sedang menirukannya.

“Hahaha… apa itu aku? Kau sedang menggodaku ya…?” Masumi tertawa.

’Aku… mencintaimu Maya, sangat mencintaimu. Dari dulu… sejak lama…’” lanjut Maya, masih memerankan Masumi.

Masumi masih tertawa terhibur sekaligus malu karena Maya menggodanya seperti itu.

“Apa kau tidak tahu bagaimana aku…” ucapan Masumi terpotong dan tawanya terhenti ketika gadis itu melingkarkan tangan mungilnya pada Masumi.

Maya memeluk pinggangnya dengan erat.

“Aku juga mencintaimu Pak Masumi…” ungkap Maya sambil menyandarkan kepalanya di punggung pria itu, “sangat mencintaimu…” Ia mempererat pelukannya.

“Maya…” jantung Masumi berdegup keras seakan tidak sanggup menampung kebahagiaan bertubi-tubi yang mengisi hatinya.

Maya mengangkat wajahnya saat bel berbunyi. Ia segera melepaskan pelukannya.

“Tasmu…” Masumi mengingatkan.

“Ah iya…” Maya tersadar.

Keduanya masih sangat gugup.

“A… apa kau mau membersihkan diri, Mungil? Biar kusiapkan.” Masumi segera beranjak ke kamar mandi sementara Maya membuka pintu dan menerima tasnya.

Maya membuka tas pakaiannya. Ada piyamanya di sana, tapi Maya berpikir baju tidurnya itu terlalu tipis untuk dipakai berkeliaran di sekitar Masumi. Akhirnya Ia mengeluarkan sebuah kaos dan celana training. Masumi yang baru keluar dari kamar mandi menghampiri Maya yang sedang membongkar isi tasnya.

“Sudah kusiapkan, kau mandilah. Jangan berendam terlalu lama, ini sudah tengah malam,” Masumi mengingatkan.

“Iya… ah! Maaf isi tasku jadi berhamburan…” kata Maya tidak enak.

Masumi tertawa, “tidak apa-apa, cepat mandi…”

Maya berlalu ke kamar mandi setelah menerima handuk yang diberikan Masumi.

Masumi mengamati sebuah gaun yang tampak tergeletak di atas sofa. Ia memperhatikannya. Itu adalah gaun yang pernah ia hadiahkan kepada Maya saat gadis itu berada di Paris. Ia memberikannya saat tahu akan ada pesta musim semi di akademi tempat Maya bersekolah. 

Masumi menyadari bahwa gaun itu adalah gaun yang hendak Maya kenakan untuk berkencan dengannya. Masumi tersenyum simpul saat melipat kembali pakaian gadis itu. Ia lalu memasukkan tas Maya ke dalam lemari baju.

=//=

Setelah Maya, Masumi bergantian mandi.

Maya sudah berusaha tidur, tapi dia tidak bisa. Entah kenapa dia merasa tidak tenang. Ia lantas beranjak ke ruang tamu. Menuangkan kembali anggur ke gelasnya. Meminumnya beberapa tegukan. Ia lantas memandang dinding di belakang tempat tidurnya, dinding kamar mandi. Ada Masumi di sana. 

Teringat itu, Maya kembali meneguk anggurnya. Jantungnya berdebar tidak tenang. Dia tidak berpikir sebelumnya bahwa berada di sekitar pria itu akan terasa begini salah tingkah. Untuk menenangkan perasaannya, Maya kembali meneguk habis anggurnya.

Akhirnya Maya kembali ke kamar tidur dan menyalakan televisi di kamar tersebut. Terduduk di salah satu kursi, Ia berusaha mencari acara yang disukainya, tapi Maya tidak menemukannya. Sebagian besar acara adalah acara variety show atau berita. Ada juga acara musik di MTV yang dilewatinya begitu saja. 

Ia lalu berhenti pada sebuah film drama dari salah satu stasiun TV luar negeri. Maya tidak paham benar apa yang sedang diceritakan sampai tiba-tiba kedua tokoh dalam film tersebut bercumbu satu sama lain. Maya yang proses pensinyalan di otaknya mulai lambat dalam membentuk informasi, membutuhkan waktu sedikit lama untuk menyadari bahwa dia tidak seharusnya menyaksikan hiburan tengah malam tersebut.

“Kau sedang nonton apa Mungil??” tanya Masumi yang baru keluar dari kamar mandi di belakangnya.

“AH!!!” teriak Maya panik.

Terburu-buru dia berlari ke arah televisi dan berusaha menutupi layarnya dengan tubuhnya. Maya merentangkan tangannya. Tapi percuma, TV berlayar 72 inc itu memberi cukup pemandangan bagi Masumi untuk mengetahui apa yang terjadi dalam tayangan tersebut.

Maya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.

“A… aku tidak nonton…! Ha.. hanya lihat!” jelas Maya, “mak.. maksudku.. bukan sengaja melihat… itu… tadi… tidak sengaja… aku tidak bisa tidur…” terang Maya panik dan terbata-bata.

“I… iya… kau tidak perlu menerangkan…” Masumi terbawa salah tingkah, “kau kan sudah besar… bukan masalah kalau kau… melihat… maksudku, bukan berarti…”

Hhhh…. Aku ini bicara apa sih…

Masumi menghela nafasnya dan menghentikan ucapannya yang tidak berarah. Ia akhirnya menghampiri Maya dan berdiri di hadapannya sampai Maya bisa mencium wangi sabun dari tubuh pria itu.

“Sudah larut. Dimatikan saja ya…” katanya.

Tanpa mengangkat wajahnya, Maya mengangguk.

Masumi melandaikan badannya ke arah Maya dan meraih tombol power yang segera mematikan televisinya.

Keadaan menjadi sunyi kembali. Keduanya tidak ada yang beranjak dari tempatnya. Masumi baru menyadari bahwa helaan nafas mereka lebih cepat dari biasanya. Ia memandangi Maya yang masih menunduk di hadapannya. Wajah Maya terlihat sangat merah.

Maya…

“Cepatlah tidur Mungil…” kata Masumi akhirnya. Ia lantas berbalik.

“Pak Masumi!” Maya meraih pergelangan tangan Masumi.

Masumi membalikkan kembali badannya pada Maya.

“Ada yang harus kuberitahukan…” kata gadis itu.

Masumi menatapnya dengan pandangan bertanya.

=//=

Keduanya beranjak ke ruang tamu dan duduk di sofa. Gugup, Maya menuangkan kembali anggur ke gelasnya yang kemudian dibantu Masumi.

“Kau akan mabuk, Mungil,” Masumi mengingatkan.

Ia menyadari saat gadis itu menggandengnya ke ruang tamu, Maya sudah di ambang batas toleransinya pada alkohol.

Maya hanya memandangi Masumi. Meminta pria itu agar tidak mencegahnya.

Setelah meminum anggurnya, Maya lantas menoleh ke kiri dan kanan, kebingungan mencari sesuatu.

“Apa yang kau cari?” tanya Masumi.

“Tasku…” jawab Maya masih terlihat bingung.

“Tas bajumu?”

“Tas tanganku…” terangnya sedikit panik.

“Maksudmu yang itu?” Masumi menunjuk pada tas yang terletak di kursi di hadapan mereka.

“Ah, iya…” Maya terlihat malu.
 
Masumi tertawa kecil, sepertinya Maya memang sudah mulai tidak konsentrasi. Masumi meraih tas tersebut dan menyerahkannya pada Maya.

Maya membuka tasnya. Mencari-cari sebentar sebelum dikeluarkannya ballpoint yang Masumi berikan saat berada di apartemennya. Maya mendekatkan ballpoint itu pada Masumi, meminta Masumi mengambilnya. Dengan wajah heran, Masumi meraihnya.

“Ini ‘kan… ballpointku yang kuberikan padamu…?” ujarnya setelah mengamati ballpoint tersebut.

Maya mengangguk.

“Aku… pernah menemukan ballpoint itu…” Maya memulai.

Masumi mendengarkan dengan seksama.

“…di makam Ibu, saat peringatan hari kematiannya…” Maya meneruskan, “di samping sebuah buket Mawar Ungu…” paparnya.

Masumi ternanap mendengar penjelasan Maya.

“Jadi... kau…” tanya Masumi tidak percaya.

Maya mengangguk, “aku sudah tahu… kalau Pak Masumi adalah si Mawar Ungu…” Maya membenarkan tebakan Masumi, “bahkan… sebelum Anda menjatuhkan ballpoint tersebut…” terang Maya.

Sekali dua kali gadis itu mengerjapkan matanya, dia bisa merasakan pusing yang mulai merambati kepalanya.

“Tepatnya… saat aku menerima buket bunga Mawar Ungu ketika memperoleh penghargaan tertinggi dari Persatuan Drama…” cara bicara Maya mulai melambat.

Ia menggeser duduknya mendekati Masumi yang masih sedikit terguncang, mencoba mengingat semua yang gadis itu paparkan.

“Saat itu, Anda bilang… Anda tersentuh saat melihat adegan Jean yang mengenali Steward dari scraf biru yang dikenakannya…” Maya mencoba menatap lekat pada Masumi, tapi pria itu bisa melihat pandangan Maya yang semakin tidak fokus.

“Tapi… scraf biru itu, hanya dipakai satu kali, saat pertunjukan perdana di tengah badai… selanjutnya… kami memakai scraf merah…” tutur Maya.

Masumi sudah bisa menangkap kemana arah pembicaraannya.

“…dan yang datang pada pertunjukan perdana hanya satu orang penonton… ” Maya meraih pipi Masumi dan mengusapnya lembut, “Anda…” ucapnya dengan telapak yang gemetar, “Mawar Ungu-ku…” butiran bening mulai menyusuri pipi gadis itu dan berkumpul di dagunya lantas menetes.

Maya…

Masumi merasakan debaran yang kembali datang. Terlalu kuat untuk dia tangani. Masumi mengusap telapak Maya yang menyentuh wajahnya. Dia tersenyum.

“Jadi kau sudah lama tahu…” katanya pelan.

Gadis itu mengangguk.

Jadi…

[Gadis itu jatuh cinta pada si Pengirim Mawar Ungu...]

Saat itu… dia sudah tahu bahwa aku adalah Mawar Ungu?

Masumi balik menyentuh pipi Maya. Namun sebuah pertanyaan besar kembali mengusik kalbunya.

Maya… apakah aku… atau Mawar Ungu yang kau cintai? Kalau Mawar Ungu itu orang lain… apakah kau akan tetap mengucapkan kata-kata cinta kepadaku…?

Masumi memandangi wajah Maya, mengamatinya penuh tanda tanya.

=//=

[ Dua tahun yang lalu]

Mizuki memandangi Masumi yang tampak tenggelam dalam lamunannya saat Ia menyebut nama Maya.

“Mawar dalam hatiku tidak akan layu… walaupun aku harus menjadi abu, aku akan memastikan gadis itu menjadi bintang paling bersinar…” tekad Masumi dalam lemah suaranya. 

“Kalau begitu, Anda harus bangkit, Pak Masumi. Untuk gadis itu, gadis yang sangat Anda cintai. Yang masih menunggu Anda datang ke hadapannya dan menyatakan perasaan Anda...” kata Mizuki menyemangati atasannya yang sempat berada di ambang kematian.

“Hentikan ucapanmu.” Masumi menoleh pada Mizuki dengan tatapan dingin.

“Dia tidak menungguku dan dia bukan mencintaiku… dia mencintai Mawar Ungu…”

“Mawar Ungu itu Anda, Pak Masumi…” tegas Mizuki.

“Bukan… Mawar Ungu… aku bahkan tidak mengenalnya. Gadis itu mencintai Mawar Ungu. Bukan Masumi Hayami.” Masumi tersenyum sinis.

Mizuki memandangi pria itu.

“Melihat kondisi Anda, saya tidak akan mengajak Anda berdebat. Saya sudah menyampaikan apa yang harus saya sampaikan, jadi saya permisi dulu. Apa ada pesan yang harus saya bawa kembali ke Tokyo?” tanya Mizuki.

Masumi hanya terdiam beberapa saat.

“Sampaikan maafku… pada Shiori…” katanya kemudian.

Mizuki menghirup udara dengan berat.

“Itu… harus Anda sampaikan sendiri, Pak…” jawabnya.

Mizuki lantas berpamitan. Namun sebelum keluar kamar, Mizuki sempat bertanya. 

“Apakah Anda belum juga sadar bahwa Mawar Ungu adalah kebaikan hati dalam diri Anda yang sudah lama tertidur, dan akhirnya berhasil dibangunkan kembali oleh gadis itu? Sejak saya tahu bahwa Anda adalah Mawar Ungu, saya selalu berkeyakinan, Pak Masumi, bahwa Anda sebenarnya adalah orang yang baik. Sangat baik…” sekretaris itu lantas menutup pintunya.

Masumi bergeming.

=//=

Lebih dari seminggu di rumah sakit untuk memulihkan kondisinya, Masumi akhirnya kembali ke kediaman Hayami. Masumi dijemput malam hari agar tidak diketahui siapapun. Tubuhnya masih lemah, dan Masumi dianjurkan oleh dokter yang merawatnya agar sekembalinya ke rumah dia masih harus banyak beristirahat dan menenangkan pikirannya.

Masumi baru sebentar beristirahat sambil menyandarkan dirinya ke kepala tempat tidur saat Eisuke dan Asa masuk ke kamarnya. Kedua orang ayah dan anak itu saling bertukar pandangan dingin sebelum lantas Masumi mengalihkan pandangannya tidak peduli. Asa mendorong kursi roda Eisuke cukup dekat ke tempat tidur Masumi. 

Pria tua itu, dengan dibantu tongkatnya dan Asa, berusaha berdiri. Sedikit gemetar dia perlahan menghampiri Masumi di tempatnya. Setelah mencapai samping tempat tidur Masumi, dengan tangannya Ia memberi tanda agar Asa melepaskannya. Asa menurutinya.

Eisuke memandang tajam pada Masumi yang tidak juga bersuara apa-apa. Sang Jenderal lantas mengangkat tangannya tinggi-tinggi.

PLAAAKKK!!!!!!!!

Suara tamparan yang sangat keras memecah keheningan malam.

“TIDAK BERGUNA!!!!!” Suara Eisuke menggelegar.

Masumi merasakan sengatan yang sangat di pipinya dan Ia bahkan bisa merasakan telinganya berdenging. Masumi terjegil, rahangnya mengatup kuat. Walaupun Ia sudah mempersiapkan diri, tamparan itu adalah yang paling keras yang pernah didapatkannya. Terlalu keras untuk persiapannya.

“Apa kau tahu apa yang sudah kau lakukan?!!!” Tuntut Eisuke, “kau sungguh tidak berguna…!!  Kau…!!  Kau sudah menghancurkan pekerjaan besarmu!! Kau sudah gagal menjalankan pekerjaanmu!!!” Eisuke murka.

Asa mendekati Tuannya, memintanya tetap tenang atau kesehatannya akan kembali memburuk. Setelah kematian Bu Mayuko, kesehatan Eisuke menjadi kurang stabil. Eisuke berusaha menenangkan emosinya. Ia lalu kembali memberi tanda pada Asa agar membiarkannya saat Ia mulai merasa sedikit tenang.

“Kau pasti sudah mendengar keputusanku dari Mizuki mengenai statusmu di Daito…” ucapnya, masih sedikit gemetar namun sudah lebih tenang.

“Nanti, kau harus mendatangi kediaman Takamiya dan minta maaf pada mereka lalu atur kembali rencana pernikahanmu dan Shiori. Kau juga harus mengklarifikasi melalui konferensi pers, katakan ini semua salahmu namun kau sudah menyadari kesalahanmu. Kau mengerti?” perintah Eisuke.

Masumi menelan ludah dengan berat.

“Aku… tidak bisa melakukannya…” kata Masumi.

Eisuke menatap Masumi nyalang, “jadi kau sudah berani membantahku Masumi??!!!”

“Aku tidak bisa menikahi Shiori, aku tidak akan bisa membuatnya bahagia…” ucap Masumi dengan suaranya yang serak.

Eisuke terbahak mencela.

“Bahagia? Kau memikirkan kebahagiaan? Hahahaha… Masumi… gadis itu akan bahagia hanya dengan berhasil menikah denganmu. Kau pikir aku akan menerima alasan sampah seperti itu? Kau tinggal melakukan seperti yang kau lakukan selama ini! Aku tidak mau mendengar lagi. Kau, datangi dia dan atur kembali pernikahan kalian!” titahnya.

“Aku tidak bisa…” tegas Masumi.

Dada Eisuke terbakar menahan amarah.

“Jadi kau menentangku, Masumi?” tantang Eisuke.

Masumi terdiam.

“Ayah, aku sudah mengambil keputusan. Aku tidak akan menikahi Shiori. Tapi Ayah jangan khawatir, aku berjanji Daito tidak akan mengalami kerugian, aku berjanji, dan Ayah harus yakin padaku. Aku akan memberikan kemajuan yang lebih pesat untuk Daito, bekerja lebih keras untuk Daito, dan juga aku pastikan, dengan tanganku, aku akan mementaskan Bidadari Merah di bawah Daito.” Tekad Masumi.

“Omong kosong!!’ Timpal Eisuke, “setelah kejadian ini, aku bahkan belum yakin akan menunjukmu sebagai penanggung jawab untuk memperoleh Bidadari Merah. Mengingat sejarahmu dengan Maya Kitajima…” cibir Eisuke, “…dan perasaanmu kepadanya…” lanjut Eisuke.

DEG!!!

Masumi tertegun mendengar ucapan Eisuke.

“Terkejut? Kau pikir aku tidak tahu Masumi, bahwa kau jatuh cinta kepadanya? Dan kau, selama ini telah mengurusi dan membantunya?” papar Eisuke. 

Lelaki tua itu kembali terbahak, meledek. “Aku tidak mengira kau jadi begitu pengecut saat berhadapan dengannya…”

Masumi mengeratkan kepalan tangannya, tapi tidak dapat berkata apa-apa.
  
“Kau tidak membantah?” ejek Eisuke.

Masumi terdiam sejenak sebelum menjawab, “tidak ada yang perlu dibantah.” Ucapnya pahit.

Eisuke kembali tertawa.

“Aku kasihan padamu, Masumi. Kau kasihan sekali… jatuh cinta pada orang yang salah… Bukankah sudah kukatakan untuk jangan pernah menggunakan hatimu?? Hahaha….!” Eisuke tertawa puas melihat kekalahan anaknya.

Ia lalu kembali pada kursi rodanya, lalu mendorongnya lebih dekat ke tempat tidur Masumi.

“Baiklah, dengarkan aku. Keputusanku mengenai kau dan Daito tidak ada yang berubah. Namun, kau tidak perlu menikahi Shiori. Terserah sajalah. Tapi kau harus buktikan kepadaku kalau kau memang layak kembali ke kantor pusat dan menangani Bidadari Merah. Dan satu hal yang harus kau ingat, Masumi…” Eisuke memberi jeda.

“Sebagai seorang profesional aku mengakui, kemampuanmu memang di atas rata-rata. Daito mengalami banyak sekali kemajuan di bawahmu. Daito membutuhkanmu. Oleh karena itu, jika kau sampai tidak mendapatkan hak mementaskan Bidadari Merah, aku tidak akan menghancurkanmu…” Eisuke mencondongkan badannya ke arah Masumi, “aku akan menghancurkan gadis itu…” desisnya.

Masumi membelalang, untuk pertama kalinya sejak Eisuke masuk ke kamarnya, Masumi memandang lekat pria itu.

Eisuke kembali ke posisinya.

“Kau ingatlah hal itu baik-baik dalam benakmu dan bekerjalah dengan baik, Masumi.” Kata Eisuke.

Ia lalu memberi tanda pada Asa untuk membawanya keluar.

“Selamat beristirahat, Masumi…” pesan Eisuke terakhir kalinya sebelum menghilang di balik pintu.

Masumi mengeratkan kepalan tangannya dan mengatupkan rahangnya erat.]

=//=

Masumi mengamati wajah gadis di hadapannya. Ia ingin memastikan pada gadis itu mengenai keraguan yang mengisi hatinya, tapi Masumi tidak mampu mengucapkannya.

“Kenapa kau tidak mengatakannya kepadaku? Bahwa kau sudah tahu siapa aku?” tanya Masumi.

Maya menyandarkan kepalanya di dada pria itu, keduanya bersandar pada sofa.

“Karena aku ingin Anda yang datang sendiri kepadaku dan memberikan nama Anda. Selain itu… aku juga takut Anda akan marah karena aku mencari tahu mengenai Anda…” kata Maya polos.

Masumi hanya tersenyum samar.

“Kau tidak mengantuk? Sebaiknya kau cepat tidur Sayang…” kata Masumi sambil mengecup kepala Maya.

Masumi tertegun mendengar ucapannya sendiri yang menyebut Maya dengan panggilan 'Sayang'. Seperti biasa, Maya terlambat menyadarinya  dan saat dia menyadarinya, Maya mengangkat pandangannya pada Masumi. Pria itu merona.

“Anda barusan memanggilku apa?” tanya Maya.

Masumi memalingkan wajahnya ke arah jendela. Maya tertawa kecil.

“Bisa Anda katakan lagi?” pinta Maya dengan riang.

Masumi menoleh dan memandang gadis yang bersandar di dadanya tersebut.

“Sayang…” katanya dengan lembut.

Maya terkikik senang. Gadis itu jelas sudah mulai mabuk. Tapi Masumi senang melihatnya, karena Maya tampak menggemaskan saat sedang kehilangan kesadarannya.

“Kau senang kupanggil Sayang?” Tanya Masumi.

Gadis itu mengangguk tidak seimbang, “senang sekali!” serunya.

Masumi tertawa pelan.

“Eh, Pak Masumi…  Anda mau kupanggil apa? Sayang juga?” tanya Maya.

Masumi tersenyum lebar.

“Terserah kau saja…” jawabnya.

“Mmmh…” Maya mengerucutkan bibirnya, “kok terserah? Mau kupanggil apa? Sayang? Pak Masumi? Masumi? Macchan?” berondong Maya.

Masumi terbahak mendengarnya.

“Ah, Danna-sama?” tanya Maya lagi.
*Tuan besar/Suami 

Wajah Masumi tiba-tiba kembali merona.

Maya mengangkat wajahnya, kembali terkikik melihat Masumi.

“Danna-sama…” ulang Maya sambil mengamati Masumi.

“Hentikan Mungil…” kata Masumi, semakin merona karena tingkah gadis itu.

“Aaahhh…! Danna-sama…! Danna-sama…!” ulang Maya menggodanya.

Masumi kembali menarik Maya ke dalam pelukannya. 

“Jangan menggodaku terus.  Apa kau tidak mengantuk?“ katanya mengalihkan pembicaraan .

Maya kembali terkikik.

“Danna-sama, tahu tidak, aku kemarin bermimpi sangat indah…” cerita Maya tanpa diminta dan tidak menghiraukan pertanyaan Masumi.

“Oya?” Masumi menanggapi.

“Ung!” Maya mengangguk, “saat itu, dalam mimpiku, kita sedang berada di padang rumput di lembah plum… memandangi bintang.” Pikiran Maya yang sudah melayang menerawang semakin jauh, “lalu kita saling berpegangan tangan…” wajah Maya terlihat merona sementara Masumi hanya tersenyum mengamatinya sambil mendengarkan kekasihnya itu bercerita tanpa sadar.

Maya lalu mengangkat kepalanya dari dada Masumi dan duduk di sofa dengan melipat lututnya.

“Lalu Anda memandangku dengan tatapan yang saangaat lembut…” tutur Maya.

Gadis itu menyipitkan matanya dan memandangi Masumi. Pria itu tertawa, menyadari Maya mulai menirukannya lagi.

“Dan Anda bilang… ‘Maya… aku sangat mencintaimu…’” wajah Maya yang sudah merah, mulai terlihat merona malu-malu.

“Lalu Anda bangun dan mendekatiku…” Maya menangkup wajah Masumi yang juga mulai terasa panas.

Maya mencondongkan badannya pada Masumi, perlahan mengurangi jarak wajahnya dan Masumi hingga hidung mereka hampir bersentuhan. 

“Lalu Anda… menciumku…” Maya memandangi bibir pria itu dan mengusapnya dengan ibu jarinya.

Gadis itu mengangkat pandangannya yang bertemu dengan tatapan Masumi.

“Mimpinya… indah sekali, Danna-sama… terasa sangat nyata…” bisik Maya. 

Masumi tahu gadis itu sedang mabuk dan melakukannya tanpa sadar. Namun Masumi tidak sanggup lagi, pertahanannya roboh. 

Ia merangkul gadis itu dan mulai menciumnya. Mulanya sangat lembut, namun lantas mulai terasa sangat berbeda dari ciuman sebelumnya. Ia menginginkan gadis ini. Jiwa dan raganya. Masumi sadar tidak sadar bahwa dia seharusnya tidak melakukannya. Namun dia tidak bisa berhenti, dia tidak pernah puas merasai kelembutan bibir gadis itu. Meraba kehalusan kulit tangan dan lehernya. Mencium aroma sabun gadis itu yang sama dengan aroma sabun yang dipakainya. Memperketat tubuh gadis itu pada tubuhnya.

Otak Masumi menyuruhnya berhenti. Namun menyadari gadis yang dicintainya juga menginginkannya dengan cara yang sama seperti Ia menginginkan gadis itu, Masumi tidak bisa mengendalikan dirinya. Kali ini androgen testosteron mengalahkan logikanya yang biasanya selalu bisa Ia andalkan.

Bruk!!

Keduanya jatuh terbaring di atas sofa karena Maya tidak bisa menyeimbangkan badannya. Mereka terjatuh dengan posisi tubuh Masumi yang menindih Maya.

Saat itu Masumi tertegun.

Masumi…  apa yang kau lakukan?! Gadis ini sedang mabuk…! Dia bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan!

Seru benaknya memperingatkan dirinya sendiri.

Saat itu kesadaran kembali padanya. Masumi mengamati Maya yang terbaring di bawahnya, dengan nafas sama memburu sepertinya. Hanya ada dua orang di sana, dan seharusnya ada salah satunya yang harus tetap sadar agar tidak terjadi hal yang dapat membuat mereka menyesal. 

Masumi tahu, gadis di hadapannya tidak mungkin mengambil peran tersebut. Seharusnya, dirinya bisa lebih mengendalikan diri. Masumi merasa malu dengan perbuatannya barusan.

“Ma… sumi…?” panggil Maya pelan saat kembali membuka matanya.

Masumi membelai rambut Maya dan tersenyum. 

“Sebaiknya kau segera tidur Maya, sebelum aku mulai melakukan sesuatu yang akan membuatku melanggar janjiku…” kata Masumi.

Pria itu bangkit dan menggendong Maya untuk mengantarnya ke tempat tidurnya.

“Danna-samaaaa…!!! Turunkan akuuu~” protes Maya sambil menggerakkan kaki kanan dan kirinya ke atas ke bawah, meminta Masumi menurunkannya.

“Diamlah Mungil, kau sedang mabuk, aku tidak mau kau sampai membentur sesuatu…”

“TURUNKAAA~N!!!” Maya semakin agresif bergerak di gendongan Masumi.

Tiba-tiba ia menarik pipi pria itu dengan gemas dan menuntutnya agar menurunkannya.

“Adudududuuhh… kau ini berisik sekali…!” Masumi berusaha menjauhkan wajahnya dari jangkauan Maya.

“Ah! Halo Tuan… topi Anda… bagus sekali…” ujar Maya tiba-tiba saat memasuki kamar tidur.

Masumi bingung dengan ucapan Maya, dia menoleh ke arah pandangan Maya dan mendapati sebuah lampu hias yang berdiri di pojok ruangan. Masumi segera terbahak.

Maya menempelkan telunjuknya di bibir.

“Ssshht…!!” lalu berbisik sambil menyembunyikan bibirnya dibalik tangannya, “tidak boleh… begituuu… nanti… dia tersinggung….” Maya menasehati Masumi dengan mata yang semakin berat.

Masumi kembali menahan tawanya.

Masumi lantas membaringkannya di atas tempat tidur. Gadis itu kembali terdiam. Masumi menarik selimut yang kemudian menutupi tubuh Maya.

“Selamat malam…” kata Masumi.

Tapi Maya kembali terbangun, sambil memicingkan matanya. Dia menarik Masumi terduduk di pinggiran tempat tidur dan memeluknya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Masumi dan hanya terdiam.

“Maya…?” tanya Masumi pelan.

“Jangan… pergi… jangan… menikahi… Nona Shiori…”gumamnya dengan sedih.

Masumi tertegun mendengarnya.

“Jangan… tinggalkan aku…” isak Maya.

Masumi menelan ludahnya berat, “tidak akan…” katanya sambil menepuk pelan punggung Maya.

“Jangan… lupakan aku…” pinta Maya dengan pilu.

“Tidak akan…” jawab Masumi sekali lagi.

Tidak berapa lama Maya terasa semakin berat dan nafasnya semakin teratur. Masumi tahu Maya sudah tidur. Dengan menahan bagian belakang kepala gadis itu, Masumi membaringkannya di atas tempat tidur lagi.

Masumi menatap wajah Maya. Tidak pernah menyadari bahwa gadis itu juga pernah merasakan rasa sakit yang sama seperti yang dirasakannya. Ia menghapus air mata Maya dengan ibu jarinya.

“Mimpi yang indah… Sayangku…” ucapnya.

Masumi lantas beranjak ke meja kerja dan melihat jam yang menunjukkan lebih dari jam 2 AM. Ia menyalakan laptopnya dan berada di depannya sampai dua jam ke depan sebelum akhirnya tertidur di tempat tidur yang satunya lagi.

=//=

“Nngghh…” Maya berusaha membuka matanya. Rasa sakit di kepalanya masih terasa dan perutnya terasa mual. Maya mengerjap-ngerjapkan matanya.

“NNnggggghhh!” Geliatnya sambil mengangkat kedua tangannya.

“Selamat pagi, Maya…” sapa Masumi yang berada di sampingnya.

“Huwaaaaa…!!!” terkejut, Maya hampir saja terjatuh ke sisi tempat tidur.

Masumi menahan tangannya, lalu tertawa.

“Ke… kenapa Anda ada di sini?” Tanya Maya sambil menarik selimutnya sebatas dagu. Terlihat ketakutan.

Masumi menahan tawanya.

“Mmmhh….. jadi kau sudah lupa… apa yang terjadi di antara kita tadi malam?” tanya Masumi dengan wajah serius dan sedikit kecewa.

“Ta.. tadi malam?” Maya bingung, dan khawatir, “apa yang Anda bicarakan??”

Dia memasukkan kepalanya ke dalam selimutnya. Meraba-raba dan memastikan semua pakaiannya masih berada di tempatnya semula.

Ap… apa sih maksudnya…?

Pikir Maya sedikit ketakutan.

Maya mengangkat kepalanya keluar selimut dan Masumi mulai terbahak. Laki-laki itu duduk di pinggiran tempat tidur di luar selimutnya. Bersandar pada kepala tempat tidur, lengkap dengan kemeja dan celana panjangnya. Sudah siap untuk pergi bekerja. Maya sadar Masumi menggodanya.

“Menyebalkan…!” Maya membuang mukanya ke arah yang berlawanan sementara Masumi masih terbahak.

“Maaf Mungil, aku hanya khawatir saat kau tertidur ada Puck yang iseng meneteskan embun cinta ke matamu. Jadi aku harus memastikan saat kau terbangun aku adalah orang pertama yang kau lihat, atau kau akan jatuh cinta pada Tuan yang ada di sebelah sana…” kata Masumi sambil menunjuk pada lampu yang semalam Maya sapa.

Maya sangat bingung dengan ucapan Masumi.

“Apakah semalam aku mabuk?” Tanya Maya, keningnya berkerut menahan pusing dan mual yang tersisa.

“Aku sudah memperingatkanmu…” kata Masumi.

Maya menghela nafasnya.

“Ap… apa.. aku melakukan sesuatu yang memalukan?” tanya Maya ragu-ragu.

Masumi hanya tersenyum misterius.

“Pak… Pak Masumi… apa aku…?” Tanya Maya khawatir.

“Tidak… kau hanya memanggilku Danna-sama dan memuji Tuan yang di sana itu bahwa topinya sangat bagus…” Masumi tersenyum jahil.

Da… Danna-sama??!!

Wajah Maya memerah seketika.

Bel kamar Masumi berbunyi.

“Ah! Sarapan kita…” ujarnya, “ayo bersihkan dirimu Mungil, atau…” Masumi melandaikan badannya pada Maya, “kau ingin aku yang mengantar ke kamar mandi dan membantumu membersihkan diri?” goda Masumi.

“Ti… tidak perlu!” Maya mendorong dada pria itu yang kembali terbahak.

Ia bergegas ke kamar mandi. Mencoba menyegarkan dirinya. Maya memandangi wajahnya di cermin, terlihat kuyu.

Hhhh….

Maya menghela nafasnya. Dia akan menghadiri konferensi pers, dan wajahnya sedang tidak bisa diajak bekerja sama.

Maya lantas berusaha keras mengingat peristiwa tadi malam. Samar-samar Maya ingat memberikan ballpoint pada Masumi dan mengatakan bahwa dia sudah tahu kalau pria itu adalah Mawar Ungu. Lalu…

Ingatannya terputus.

=//=

Masumi sedang memeriksa beberapa dokumen di meja kerjanya saat Maya keluar dari kamar mandi.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Masumi, sudah berhenti menggodanya.

“Masih sedikit pening dan perutku tidak enak…” keluh Maya.

Masumi tersenyum.

“Ayo kita sarapan.” Ajak Masumi yang sudah mengenakan dasi dan jasnya.

Keduanya lantas duduk berhadapan dan mulai sarapan.

Masumi mengamati Maya yang hanya terdiam.

“Kenapa? Ada yang kau pikirkan?” tanya Masumi.

Maya menggeleng.

“Masih tidak enak badan?” tanya Masumi.

Maya mengangguk.

“Kau tahu, saat mabuk kau benar-benar berisik…” terang Masumi.

Wajah Maya merona dan tertawa kecil.

“Iya… teman-temanku bilang begitu…” Kata Maya sambil melahap hotcake-nya.

“Dulu saat mabuk, aku pernah masak, dan heran sekali… kata temanku, masakanku saat itu lebih enak daripada masakanku saat sedang sadar…” keluh Maya.

Masumi terbahak.

Masumi mengamati Maya, kembali teringat peristiwa semalam.

Bagus… jadi gadis ini tidak ingat apapun sedangkan aku akan merona sendiri setiap melihat sofa itu…

Keluh Masumi mengutuk dirinya.

“Nanti… pulang jam berapa?” Masumi mengalihkan pembicaraan.

“Pak Hijiri… akan menjemputku jam sebelas…” terang Maya.

“Ah, Mungil… mengenai Hijiri…” Masumi teringat, “dia… adalah karyawan tersembunyi Daito..”

“Karyawan tersembunyi?” Maya memasang wajah bingung.

“Iya… semacam… agen rahasia kami…” terang Masumi.

“Agen rahasia? Waa… keren sekali!!” Maya terdengar semangat seperti mendengar cerita film.

Masumi menahan tawanya.

“Intinya adalah, dia adalah karyawan Daito yang keberadaannya hanya diketahui olehku dan ayahku. Kemarin, dia membantuku untuk mengawasi keadaanmu. Tapi sekarang, karena kau sudah tahu siapa aku… jadi, kemungkinan kau akan jarang sekali bertemu dengannya lagi.” Papar Masumi.

Maya sedikit terkejut. Tapi dia bisa mengerti karena dulu pun, Maya dilarang menyapa Hijiri terlebih dahulu. Tiba-tiba Maya merasa sedikit kesepian.

“Aku akan merindukannya… dia orang yang sangat baik dan sering menghiburku…” kata Maya.

Masumi mengamati Maya sebentar sebelum kembali pada sarapannya.

“Entah kenapa… aku sedikit cemburu mendengarnya…” kata Masumi pelan.

Eh?

Maya memandang Masumi yang sedang memotong hotcake miliknya.

“Bu.. bukan begitu…” kata Maya dengan cepat, “bukan seperti itu… kalau Anda… berbeda…” Maya bisa merasakan wajahnya memanas, begitu juga Masumi.

Keduanya terdiam beberapa saat tanpa ada yang saling memandang.

“Kau sudah siap untuk konferensi persmu?” Masumi akhirnya membelokkan topik pembicaraan.

“Iya.. kurasa… selain wajahku yang berantakan… semuanya akan baik-baik saja,” keluh Maya.

“Baru tahu ya…” goda Masumi.

Maya mendelik pada Masumi.

“Menyebalkan!” desisnya.

Masumi tertawa pelan.

“Eh, Pak Masumi, kalau ada yang bertanya apakah aku sudah punya kekasih, apa yang harus kukatakan?” tanya Maya spontan.

Eh?

Masumi tertegun, dan Maya baru tersadar dengan pertanyaannya.

“Ma… maksudku… pertanyaan seperti itu, sering sekali dilontarkan... aku…” Maya tergagap.

“Biasanya…” Masumi meraih kopinya dan meminumnya terlebih dahulu untuk menghilangkan kegugupannya sebelum melanjutkan.

“Biasanya, seorang artis akan menjawab terus terang jika mereka tidak punya kekasih. Kebanyakan artis merasa bahwa status mereka yang lajang dapat mendongkrak popularitas mereka dan mengumpulkan lebih banyak fans fanatik." terang Masumi.

Ia lalu memandang Maya.

"Sedangkan jika mereka sudah punya kekasih, sangat jarang yang berkata jujur mengenai status mereka. Mereka biasanya hanya berkata bahwa mereka tidak biasa berbicara mengenai masalah pribadi di depan umum. Mereka ingin agar masalah pribadinya tetap menjadi hal pribadi. Namun dengan memberikan jawaban seperti itu pun, sudah mengindikasikan bahwa artis tersebut, sudah punya kekasih.” Terang Masumi.

Maya mendengarkan sambil melahap sarapannya.

“Walaupun, ada juga yang terang-terangan mengatakan dia sudah punya kekasih, misalnya… seperti yang dilakukan Satomi Shigeru… saat dia bersamamu.” Kata Masumi.

Deg…

Maya terkejut Masumi menyebutkan nama mantan kekasihnya tersebut.

“Atau, jika pasangan kekasih tersebut, adalah pasangan di dalam sebuah produksi yang diidolakan banyak orang, yang dianggap sebagai pasangan serasi dan merupakan idaman setiap orang. Biasanya mereka tidak menyembunyikannya. Karena selain akan ada banyak dukungan yang muncul dari penggemar, juga bisa menjadi promosi yang bagus untuk produksi mereka. Misalkan, kalau kau dan Sakurakoji benar-benar menjalin cinta… maka kecil kemungkinan ada pihak yang menentang.” Terang Masumi dengan datar.

Maya akhirnya mengangkat wajahnya menatap Masumi yang sedang memandangnya. Maya mengamati wajah pria itu yang terlihat datar tapi matanya tidak tenang. Maya baru menyadari kalau Masumi sedang cemburu.

“Tapi bukankah… sekarang aku… bersama Anda, Pak Masumi?” tanya Maya dengan suara pelan.

Masumi menghirup nafas lalu meraih telapak tangan Maya dan menggenggamnya.

“Benar… sekarang kau bersamaku…” katanya sambil tersenyum.

Maya balas tersenyum malu-malu padanya.

=//=

Sementara Masumi mengambil tas kerjanya dan tas pakaian Maya. Gadis itu menunggu di sofa. Ada perasaan aneh yang membuatnya tertegun. Maya mengamati sekelilingnya. Dadanya sedikit berdebar, tiba-tiba samar-samar bayangannya dan Masumi berciuman di sana terbentuk di kepalanya.

Eh?

Maya bingung dengan apa yang diingatnya. Dia tidak yakin apakah hal itu benar-benar terjadi atau hanya ilusinya saja yang masih belum sepenuhnya kembali berkonsentrasi.

“Maya…” panggil Masumi.

Maya sedikit terperanjat mendengar Masumi memanggilnya dan menydarkannya dari lamunannya.

“Ayo…” ajak Masumi.

Maya mengangguk lantas meraih tas tangannya dan berdiri.

“Mmm… Pak Masumi…” panggil Maya.

“Iya?” Masumi memandangnya dengan pandangan bertanya.

“Ah.. tidak…” Maya menggelengkan kepalanya cepat.

Masumi mengamati gadis itu.

Apa mungkin… dia mengingatnya?

Pikir Masumi ragu-ragu. Ia memutuskan tidak akan memikirkannya dan keduanya lantas beranjak keluar dari kamar Masumi.

Masumi lalu mengantar gadis itu ke kamarnya sebelum Ia berangkat kerja. Masumi meletakkan tas pakaian yang dibawanya di atas sebuah meja.

“Semoga sukses untuk konferensi persmu Mungil, nanti aku akan meminta Hijiri untuk hadir di sana. Dan aku juga akan menyaksikan acaranya di televisi…” kata Masumi.

Maya mengangguk sambil tersenyum.

“Terima kasih banyak…” jawab Maya.

“Sekarang beristirahatlah, aku harus segera berangkat kerja.” Pamit Masumi.

Maya mengantarnya ke pintu.

“Pak Masumi…” Maya menarik ujung jas pria itu.

Masumi berbalik dengan wajah bertanya.

“Apa… nanti di Tokyo… kita masih bisa bertemu seperti ini?” Tanya Maya.

Masumi mengamati gadis itu, lalu membungkukkan badannya ke arah Maya.

“Tentu saja. Bukankah kita sekarang… sepasang… kekasih?” Masumi tersenyum menggodanya.

Sepasang kekasih… aku… dan Pak Masumi…

Wajah Maya merona.

Maya mengecup perlahan pipi pria tersebut.

“Benar… selamat bekerja. Aku akan menunggu Anda di Tokyo…” kata Maya malu-malu.

Maya…

“Sampai bertemu, Maya…” pamit Masumi dari luar kamar Maya.

“Sampai bertemu…” balas Maya sambil tersenyum.

Maya menutup kamarnya.

Aku akan sangat merindukannya…

Pikir Maya sedikit sendu.

Sepasang kekasih… Pak Masumi… Kekasihku…

Maya masih tidak percaya. Dadanya berdebar karena bahagia. Diperlukan beberapa waktu untuk menenangkan perasaan hatinya yang membuncah sebelum Ia meraih handuknya untuk mandi.

Masumi menyentuh pipinya yang tadi dikecup Maya dan wajahnya terlihat sangat bahagia saat meninggalkan kamar gadis itu. Ia tidak sabar, ingin melihat wajah kekasihnya itu lagi.


=//=
<<< Finally Found You ch. 3 ... bersambung ke chaper 4>>>

157 comments:

Nana said...

thank youuuu sudah di update. We appreciate your hard work ty.. continue yaaa...... aduh patah hati aku bacanya. hix

Anonymous said...

huaaaaaa.....hiks...hiks
Terima kasih ya....telah membuatku begadang dan menangis......Masumiiiiiiii!!!!!!!!!!!

Sandy said...

Gemes! 'Pak Masumi, saya tahu andalah si Mawar Ungu!' kata Maya kesal karena si Masumi ngambek. Lalu Masumi bengong bagai tersambar petir. Kemudian Maya dorong Masumi ke tembok trus langsung mencium Masumi. Rapiii dan bungkus.

Oh, Masumi-san..mengapa engkau begitu pencemburu dan tidak percaya diri padahal kau begitu tampan dan mempesona??!! Baiklah, selamat tidur teman2 semua. thanks Ty buat fanficnya yaaa..

Anonymous said...

hiks.. gagal deh kencannya, padahal kan dikiiiit lagi. masumi cemburuannya kayak abg, jd pengen nyubit keras-keras sambil bilang: sok jual mahal amat sih loh! tp bagus lho ty, segera ya lanjutannya..

Nadine

Rany Yuliawati on 11 April 2011 at 01:15 said...

more,,ty..more...

rany y

Anonymous said...

Yah Ty.... kmu kejaaaaaaaaaaaam.... dah nungguu sekian lama malah gagal dinner romantisnya...

Anonymous said...

Apakah kamu ingin tinggal?... Iya Pak Masumi aku ingin disini bersamamu... Bruuk maya langsung memeluk Masumi.... Tpi itu hanya hayalanku saja... sedih deh bacanya... Ty mengapa kau buat Masumi sedih lagi kanya karena Sakuroji??????
Apdete lagi cepaaat... jangan lama2 ya...

Anonymous said...

Ty... please deh jangan mulai lagi... mulai membuat cerita sedih maksudku... pleasssssssssssssss

ollyjayzee on 11 April 2011 at 06:45 said...

kenapa ya setiap baca story ini yg tergambar di kepala gw Masumi itu mirip Fujiki Naohito? Mungkin karena dia jadi Bos yang dingin dan keren di Hotaru No Hikari, hihihi....
Betewe, bagus banget! Ditunggu kiss scene nya. Yang hot ya...wakakakak....

ollyjayzee on 11 April 2011 at 07:02 said...

Oh ya, nambah lagi komen nya.
Gw kok semakin sebel ya sama Sakurakoji?????
Normalkah gw?

Anonymous said...

SEEBEEEEEEEEELLLLLLLLLLLLLLLLLL.... kenapa sakuroji harus muncul seeeeeeh...??? ITU SEBENARNYA ADEGAN YANG PENTING BANGET...!!!!!!!!!!

orchid on 11 April 2011 at 08:00 said...

hiks, hiks, hiks, kusuka liat masumi yg terluka, hiks, hiks, tengkyu ty

Anonymous said...

Dalam hayalanku.. Masumi menyewa tempat khusus untuk makan malam berdua dengan Maya, candle light dinner, berdansa berdua.. romantisnya... ternyata Ty Sen tidak membuat mimpiku jadi kenyataan... sediiiihnya...

Anonymous said...

haduh srebeeeeelll kenapa koji harus muncuuuulll siiii. siapa yg ngasi tau tempatnya maya ama diaaaa!!!
ty kau kejaaaaammmMT_T udah hepi2 kok malah gini siiii
hiks hiks a\
anita

Anonymous said...

baby can i hold you tonight, baby if i told you the right words for the right time and you'll be mine... itu pasti yang dipikirkan Masumi... hiks..hiks... sedihnya...

Anonymous said...

Ty... aku tetap berterima kasih karena kamu telah bekerja keras menghibur para penggemarmu... tp kenapa harus ada sedihnya...? Jangan lagi ada sedih di cerita ini ya...

Anonymous said...

Ty... thx dah update... plzz dunk happy ending...sedih bgt kalo masumi dan maya tidak bisa mengungkapkan perasaannya masing2...aku gak pernah bosen baca berkali2 TK :)
-maria-

lisa said...

hua..........................................
teganya dikau mbak huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
make it hepi please @_@
luv ur story ^_^

Anonymous said...

Tyyyy tega nian kamu pada Masumi...? Kenapa kau buat seperti ini...? *nangis guling2 dipojokan*
Ayo buat mereka bahagia...*melotot sambil bekacak pinggang*

Anonymous said...

Ty... Teganya dikau...

Anonymous said...

TY Sensei.....
broken heart you know..tapi gak apa2 masih bisa tunggu lagi updatenya..karena yakin..dengan titlenya Finally Found You..udah pasti deh..happy ending.. ^_^
thank you banget for your imagination.. 2 thumbs up for you..

Anonymous said...

Ty... aku dah lama jadi penggemar fanficmu ni.. tapi aku suka mupeng sendiri kalo baca updteanmu yang suka sedih2 gini... dah nungguin sampai malam eh ceritanya sedih... please deh... buat penggemarmu bahagia dengan kebahagiaan MM

Anonymous said...

betul...betul harusnya Ty tidak mangkir dari judulnya FFU... HARUS HAPPY ENDING...

Mrs.J (Muria Hasni) on 11 April 2011 at 17:38 said...

hiks,, sedih,,,
bener" sedih,,, salah paham lagi,,

Anonymous said...

yaaaa mentah lagi tyyyyy....hiks hiks...kapan nih....

Anonymous said...

yah sedih lagi...sedih lagi... kapan jadiannya Ty...?

Anonymous said...

masumiiiiii kenapa gk jujur aja bilang pengen maya tetep dsini siii. maya jg bilang kek aku mau tetep dsini pak masumiii T_T
sedih bgt siii
baca lagi tetep aja sakit atiii gue ma koji huuuhhh
anita f4evermania

Anonymous said...

sedihnya... pengen nangis aku ty...

Mawar Jingga on 12 April 2011 at 11:52 said...

jiaaaaahhhhhh kenapa juga si koji muncul.......batal dech dinner MM............T_T

orchid on 12 April 2011 at 13:00 said...

ty, itu masumi tidak ngerasa aneh apa, soalnya kenapa maya marah disuruh pulang, kenapa maya tdk ikut dengan koji, kenapa maya bertanya tentang hal penting yg mau dibicarakan, kenapa ty? kenapa? (akakakak, reseh)

Anonymous said...

meskipun dah tau rabu diapdetnya...tetep aja pingin buka blognya Ty-sen, baca lagi...gemes lagi sama Masumi....mudah2an besok Masumi merasa nyesel dan lari ngejar Maya....terus ungkapin tuh perasaannya...

Anonymous said...

hihii sama... udah tahu rabu, tapi tetep buka blog nya ty..

Anonymous said...

Mudah2an Ty sen berbaik hati mengabulkan permintaan penggemarnya, maya nggak jadi pulang dg koji...*komatkamitberdoa*

ollyjayzee on 13 April 2011 at 13:16 said...

kayak orang gila tiap jam buka blog ini menunggu update nya
huhuhu...jangan dipisahin lagi ya Maya sama Masumi, ditunggu mereka sadar saling mencintai trus ciuman trus...wuawww!!!! mupeng deh

Anonymous said...

menanggapi coment dari Haryani "riri", iya yah... kudune kan Masumi mikir ya napa kok kalo memang Maya pengen pulang ma Koji kok ndak ikut dia, lagian Maya harusnya mikir ya kenapa Masumi harus tanya 'apakah kamu ingin tinggal?' (hihihi ikut2an reseh ni Ty... habis kmu gak apdate2 bikin penasaran aja)^-^

Anonymous said...

g ikut2an coment ah...kenapa Maya harus putus asa kan dia type org yang pantang menyerah, 1%pun diperjuangkan iya kan...?
-ita-

Nana said...

MAAAAKKK!!! Apaa ini di basement..masumi ngegepin utk kedua kalinya?? tidak bisaaaa!! arghhh...more mooorreeee!!!

Anonymous said...

hiyaaaaa nangis bombay deh....T___________T btw thanks apdetnya...

-fagustina-

Anonymous said...

koji koji.. kenapa sih kamu selalu berada pada waktu dan tempat yang salah.. bikin keselll

Indah said...

aduhh ini masumi sm maya knp sih ga bs jujur satu sm lain??

Anonymous said...

gapapaaaaaaaaa....belum the end....gapapaaaaaaaaaa......T_T
*menghibur diri sambil nyubit2 tangan sendiri*

-reita

lanjutkan your great work Ty (asal happy end yaaaaaaa hahhahhaaa)........biar masumi punya inisiatif dikitttt dasar mbalelooooo sontoloyoooo... ;D

Anonymous said...

KURANG

BANYAK.

LANJUTANNYA

DONK...:-)

Anonymous said...

Ty...you keep ur words!!
How proud I am to have you as pals!
Ty...aku padamu
LANJUTKAN!!!!!!!!!!!!

Bulat ^^

ollyjayzee on 14 April 2011 at 06:53 said...

Sakurakoji ke laut aja!!!!
HUHUHU.... Masumi san layak diperlakukan lebih baik dan lebih mesra!
thanks update nya

Anonymous said...

HIKS...HIKS... KENAPA TY? KENAPA KAU TETAP KEJAM DENGAN MASUMI?

Anonymous said...

"Dia tidak bisa mencintaimu seperti aku mencintaimu…" Sok tau lo Sakuroji...?! Emang lo bisa melakukan seperti yang mawar ungu lakukan... *emosi tingkat tinggi*

Anonymous said...

thanks atas apdetannya Ty....tp knapa maya bales meluk koji...mending balik aja kali ke masumi.....hatiku ikutan sakit nih.. bayangin masumi sedih tp ga bisa nangis...hatinya sakit kaya yg di-remas2 kali ya.....
Hari ini apdet lagi ya....plisss, bikin kita senyum2 lagi ya......

eva said...

huah....hu...hu...ntar salah paham lagi masuminya (sambil menangis sedih)

lisa said...

huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
padahal dah berharap masumi bisa mengejar maya n baekan lg ga taunya ketemu adegan saling berpelukan huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
pandenya dikau mempermaenkan perasaan kami mbak @_@
huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
tp mbak updateannya kurang buaaaaaaaaaanyak lo :)

Anonymous said...

Persaingan cinta antara dua pria, and the winner is.......in Ty-sen mind, :D

--Ratna--

sisi said...

pengen cepet tamat karna ga kuat penasaran..tapi kalo dah tamat pengen ada cerita lagi jadi gmn donk...

feny said...

yang pasti pengennya maya n masumi happy ending sisi...ya kan ty...sen..:)

orchid on 14 April 2011 at 20:16 said...

tyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyyy, duniaku gelap gulita *pingsan*

Anonymous said...

YA AMPUN! SERANGAN JANTUNG NIH! LANJUTANNYA KAPAAANNN?? HOREEEEEEE *Jungkir balik* Arigatooouuuuuuu ty

Fagustina on 14 April 2011 at 20:20 said...

kyaaaaaaaaaaaaa Tyyyyyyyyyy loph u pull

Nana said...

WOW. Nafasku juga hilang. Gitu dong Masumi kalau jadi laki-laki!!!!!!!! Ty, bagus sekali apdetan kamu! aku suka... can u continue soon?

Anonymous said...

ya ampuuuunn nafas g jg ikut berhentiiiii ;))))))
dunia berhenti berputar cuma maya n masumi doank kita2 pada ngontrakkkkkk wahahahhahh ;D
tyyyy thxu so much love u kiss kiss kiss muach muach muaccccdchhhhh ;D
anita f4evermania

Rany Yuliawati on 14 April 2011 at 20:41 said...

arigatou ty...m(_ _)m
can't hardly wait for the next update... ^_^
spirit!!... ^_^P

rany y

Anonymous said...

Ya ampun!!!!!Masumi....tanpa ba bi bu menarik Maya trus mencekungkan dan mencembungkan....he..he..Ty..Ty pintar amat dikau merangkai kata-kata...two thumbs for u

Anonymous said...

ga ngerti maksudnya mencekungkan dan mengembungkan ** mikir**

Anonymous said...

Hahhahahhaaaa.....
mantaaaaphhhh.....more ...more...we want more..more kissu hahahahhahaaa...
jadian jadian jadiaaaaannnnn ^__^

akirnya masumi ga mbalelo sontoloyo lagi *ihiks* terharu...dia jadi laki2 berinisiatif wakakkakaaaa ;D Ty, lo jadi penulis aja! ;)

-reita-

Anonymous said...

Ty..kereeenn, membuatku menahan nafas. Good job,Ty

Anonymous said...

mmhh....sepertinya scene Maya-Koji terlalu dramatis dialognya..biasanya cinta yg sangat dalam membuat pelakunya susah2 berkata2 ..klo wanita hanya bisa menangis tapi org disekelilingnya tau klo wanita itu sdg jatuh cinta..>>cieee pengalaman boo<<...KOcak tuh mencembungkan dan mencekungkan wkwkwkwwkwkwk...lantas akankah masumi berkata jujur pada maya dan juga sebaliknya???? ..bagaimana kelanjutan kisah ini???...>>kok kayak iklan ya<<..hadeuhh...-KATARA HAYAMI-

ollyjayzee on 15 April 2011 at 06:42 said...

Ty!!!!!!!!!! I LOVE YOU!!!!!!!!!!!!
*jingkrakjingkrak kesenengangangguparatetangga*

Anonymous said...

ty....
seneng bacanya :) ty apakah masumi cium maya??? aku penasaraaaaannnnnnn!!!! hehehehehe

Anonymous said...

Wooowwww keren Ty...so sweet...romantis sekali

Wid Dya

fad said...

Tyyyy... lanjutkan bibir tak berjaraknya dengan.....nyam-nyam..hehe..cepetan Ty..up datenya jgn lama-lama...co cweeeet..wonderful...beautiful..bikin ikt deg-degan nih..

Anonymous said...

Ty...tolong diapdet ya,buat bekal weekend..ya..ya..plissss

Anonymous said...

wooooooowwwwww....bravo bravooooooo...gitu baru gak mentah...setengah mateng........tidak sabar menunggu dihidangkannnnn nih nunggu mateng....hehe

Mawar Jingga on 15 April 2011 at 21:44 said...

huaaaaaaaaaaaaahhhh keren.......makasih ty muaaaaaaaaaccchhhhhh......nambaaaaahhh lagi update nya........:)))

Anonymous said...

yah ty padahal g berharap ada updetan hari ini sbg hadiah ultah gue :( ayo donk say updeeet ;P
gk sabar ni heheheh
anita f4evermania

Anonymous said...

bener ya FFY-nya ga update dulu....jangan lama2 ya....kalo bisa sih hari ini ada update-an..he..he. Semoga semua urusan Ty-sen dengan mudah diselesaikan....

Anonymous said...

Mataku… tidak pernah lepas mencarinya, bahkan saat mataku tertutup, aku memimpikannya...

huaaaaaaa><!!!!!

-wincheu-

Indah said...

senengnya masumi maya baean lg..... :)

orchid on 16 April 2011 at 22:39 said...

tyyy, itu tangan masumi kan terluka habis meremas kaleng kosong, emang dia biarkan begitu saja?? ntar infeksi loh ty, ty, ty

Anonymous said...

tyyy........... napasku juga ikutan berhenti nih..... wkwkwkwkwkwkwkkw...^_^

bagus buanget pokoknya.... love u pull dah....

Anonymous said...

this is the best part, Ty..

duuhh, suka banget. Dari klimaks ke anti klimaks ke klimaks lagi..(eh itu yg paragraf paling akhir klimaks bukan *soktau* ). pinter banget menaikturunkan emosi pembaca nih jeng Ty.

apdetnya jgn kelamaan yaa. Ijin cuti boleh aja, asal ngga lupa sama kewajiban apdet, hihihihihi

-jewel in the palace-

Mawar Jingga on 17 April 2011 at 17:12 said...

I'd try to go on like I never knew you
I’m awake but my world is half asleep
I pray for this heart to be unbroken
But without you all I’m going to be is incomplete
............................................
sukaaaaaaa tyy..........^_^

ayo lanjuuutttt happy MM teruuuuussss teruuuuusss n teruuuuussss.......:)))

Anonymous said...

Ty... tolong diperjelas dong yang tidak berjarak itu bibirnya Masumi dan apanya Maya...kan kamu cuma nulis bibirnya dan maya..wkwkwkwk

Anonymous said...

TYYYYY...KAPAN UPDATEANNYA? KELAMAAN NUNGGU PENASARAAAAAAAN.... SAMPAEK PEGEL SEMUA NI BADAN...

Anonymous said...

Tiap hari, tiap jam buka blognya Ty... siapa tau masalah duniawinya Ty dah kelar and dah ada apdatean... Ty, gimana reaksi Mizuki dan Hijiri kalo mereka tau MM dah jadian? mereka pendukung Masumi no 1 kan?

Anonymous said...

“Aku tidak peduli! Walaupun jalan menuju tempatnya dipenuhi pecahan kaca, aku akan tetap berlari ke arahnya.” ujar Maya.. Wow romantis sekali... tapi kalo pake sepatu kan kaki gak papa maya...?? waduh saking senengnya dg updatean ini...pokoke Ty sen ditunggu apdateannya terus...

Anonymous said...

Ty, ayo lanjutkan kisah yang lagi mencembungkan dan mencekungkan badan tu lho....^_^

Anonymous said...

oh nooo..kira2 abis bibirnya masumi lepas dari apapun bagian dari maya itu, apa yang terjadi yaa?? awkward momeeennntttt...hahahahha

Anonymous said...

Gak sabar nunggu besok Ty apdate... bisa dimajukan hari ini nggak apdatenya?...^-^

Anonymous said...

updet lagiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!!!

Anonymous said...

Ty... aku fans baru ni.. wah itu ceritanya hari Sabtu dan minggu ya, hari sabtu Maya pulang, minggu jalaan2 senin makan malam... wah 3 hari aja ceritanya bisa panjang gt apalagi kalo sampai persiapan pernikahan ya...

Anonymous said...

maya pingsan ga ya?

Unknown on 20 April 2011 at 23:17 said...

keren kronis...

Anonymous said...

update dooooooong sensei ...yg indah2 gitu........jgn kelamaaaaan yaaaaaa.nih dah lama bet...

Anonymous said...

wah dah ga sabar nih....nunggu reaksi maya waktu masumi ngasih mawar ungu....
nangis atau menggabruk masumi ya....

vie on 22 April 2011 at 16:24 said...

Makasihhhhhhhhhhhhhh banyakkkkkkkkkkk udah diupdate ya. ^______^. Sukaaaaaaaaaaaa

vie on 22 April 2011 at 16:31 said...

Sis, pinter sekali dirimu buataku jadi makin penasarannnnnnnnnnnn. Jadi ketahihan nih. bahayaaaaaaaa

Anonymous said...

waaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa........sukaaaaaaaa...
lanjutkan yaaaaaa senseiii

Anonymous said...

Terima kasih banyak ya sudah apdet padahal lagi sakit gigi.....nih baca nya dikit2 takut keburu abis....takut buru2 minta nambah lagi...

Anonymous said...

Ty........RUAAAARRRRRRRRR BIAAAAAASAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!! you're such a genius! gue mpe deg2an bacanya hahahaaa... *cups cups muah muahhhh!!*

sekarang ayo sini dianterin ke dokter gigi!! mari kita bereskan cenat cenut mu! ;P

-reita-

Fagustina on 22 April 2011 at 20:39 said...

Tyyyyyyyyyyyy Thanks Apdetnya...btw Taman Yamashita itu yg mereka kencan dimana sih ko saia lupa ya ? XDD

orchid on 22 April 2011 at 21:28 said...

mabooooooook saya bacanya @_@

Anonymous said...

Tyyyy, daku baca apdateanmu sukaaaaaaaaaaaaaaa banget...banget...banget... tapi kayaknya ada yang nggak beres nih... kayaknya kamu mau buat masalah baru dengan foto2 Maya yang ketauan di Taman yamasita itu kan? Plis deh jangan mulai lagi bikin cerita sedih... plis...plis...plis...

Anonymous said...

'Baik Maya atau Masumi tidak ada yang menyinggung Sakuroji",,, Yeeeeeeeeeeeee ngapain disinggung juga... gak penting kali....Tp JOOOSSSSSSSSSSSSSSS TENAAAAAAAAAAAAAAAN... Thx Ty...

Anonymous said...

Sumpah, bagus banget Ty, tengkyu ya! paling suka adegan ketika Masumi mengungkapkan bahwa dialah si Mawar Ungu, kereeenn! aku jadi makin ngefans nih..

Nadine

Nana said...

Aduh, Masumi mau ngapain sih kok Maya gak boleh pulang ke kamarnya??

Ty, kenapa Masumi panik ketika ketauan wartawan ttg gandengan tangan di taman? Bukankah ceritanya disini Masumi adalah lelaki single dan Maya adalah wanita single? kok Masumi gak mau kalau relationship mereka diketahui publik? Just wondering..

Good work ty, I'm a fan. Miuchi sensei pasti senang kalo tau fansnya bisa bikin cerita kayak gini.. thumbs up!

ollyjayzee on 23 April 2011 at 06:37 said...

Ty....sukaaa!!!!!!!!! lop yu pull dah!!!!
Masumi-Maya, keep fighting for your heart!!!! Huahahaha, hariku jadi cerah ceria, makasih ya!!!!

Anonymous said...

kyaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!! sukaa~
lajutkan secepatnya! huhu masih berdebar ampe sekarang nih :))

Anonymous said...

Gosh, kereenn abiss..!!
pnasaran pngen liat lnjutannya ky apa.. :))

Anonymous said...

sukaaaa....lanjut Ty

Wid Dya

Anonymous said...

2 thumbs up

Unknown on 24 April 2011 at 01:37 said...

adanya konflik membuatmu ff mu terasa lbh real..

selamat melanjutkan tugasmu *update yg baru* xixixi..

makasih ya Ty

Anonymous said...

Mantab ty.. lope yu deh.
makasih tuk apdetannya ya Ty sayang..

ditunggu kelanjutan update2 yg lbh membuat para fans-mu "terhenti bernapas" sesaat. ^^

- Maye Isnamash Umam -

resi said...

ni baca yg k-5 kalinya tyyyyyyyyyy, bolak balik berharap dah apdet *sadis .com krn dirimu lg sakit*.
i like it, kepala cenat cenut, jantung berdebar, sakaaaawwww.

halimah said...

Kencan, pengakuan dan pernyataan cinta Masumi.. love all these scenes. Kuereen Ty, bikin ketagihan.

Anonymous said...

Ty... kereeeeeeeennnn !!!!!
ampe deg2an bacanya!!!!
top markotop dah buat Ty.....
Thxxxx yaaaa.... *lanjutkan*
-maria-

lisa said...

kyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
keren............ muantap.............
lanjutkan mbak ty ^o^

Anonymous said...

Kayaknya Masumi mau mengenang kembali saat2 berduaan semalaman dengan Maya di lembah plum tu.. cuma sekarang bedanya dah sama tau perasaan masing2...

orchid on 25 April 2011 at 14:12 said...

pan ada 2 t4 tidur tuh, apa mau diberdayakan???? atoooooo????????? *mupeng* eh..eh... foto berdua masumi yg di hp masumi, maya beloom liat kan??? emang maya nda penasaran yak???

Anonymous said...

Kayaknya tempat tdrnya yang diberdayakan 1 aja deh... bukannya ngeres sih, kan Masumi dah janji gak akan macem2...

Anonymous said...

Maya liat fotonya Masumi, trus cerita kalo dah lama tau ttg Mawar Ungu... trus Masumi crita penyebab dia gak mau nikah sama shiori... trus...trus... Ayo Ty sen lanjutkan tulisanmu... dari pada penggemartmu pada berkayal sendiri... hihihi

Anonymous said...

Ty... kira2 Gimana cara Maya menjawab saat Masumi menyatakan perasaannya...? Ayo dong Apdate lagi...

Demel on 25 April 2011 at 18:11 said...

neng TY..........akhirnyaa bisa bacaaa...xixixixixix..........suka bangettttttttt!!!!!! semangat!!!!! keep up the good work ya neng :* selepotzzz!!!

Anonymous said...

deg2an baca pengakuannya Masumi(abisnya memendam perasaan cintanya lama banget, kalo di FFY ini berarti 9 th-an ya Ty?)...Maya gimana reaksimu?...Ty-sen sudah sembuh belum sakit giginya?

Anonymous said...

penasaran apakah sensei ty bisa lebih cepat membuat pecinta Maya-Masumi terpenuhi dahaganya...lebih cepat dari storyteller yg lain....

Anonymous said...

kapan apdet lg nih senseiiiiii

Anonymous said...

Sudah sembuh atau belum sakit gigina? kapan apdetna Neng Ty....sudah ga tahan pingin tau jawaban maya....

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 2 May 2011 at 21:49 said...

TYYYYY lanjutannya jangan lama2 yaaaaa

Anonymous said...

jangan2 g kudu komen dulu neh baru keluar updetnya ty
anita f4evermania

Anonymous said...

Hahahahhaaaa....lanjuuuuuttttttttt....Ty...lo keren banget!! ;)
Ty, gigi udah sembuh kaaahhh??? jangan lupa ke dr. gigi biar FFY heppy2 truss wakakakaaa ^______^
-reita

Anonymous said...

Ty.... mantaaaaffff !!!!
thx yaaaa.... lanjutkan pgn baca kelanjutannya...
apa mereka tidur dalam 1 kasur??? hehehe *ngarep.com

Ratna on 3 May 2011 at 08:53 said...

Saia tahu Masumi adalah seorang gentleman, tidak akan mengambil sesuatu yang belum menjadi haknya, SIP! Masumi saia semakin cinta padamu...hihihihihi..(bener2 nih, sudah gila kali saia-nya, jatuh cinta pada dua dimensi, hahahaha, lagian pasti ditolak ma Masumi, kan dia cintanya sama Maya), :D

lisa said...

wkwkwkwk..................
muantap bener ty ( 2 thumbs 4 u ^_^ )
lanjutkan..... tp yg buanyak ya mbak ^o^
tq

eva said...

panassssssssss.....hua...hua...mantap abis....jempul 10 buat mu ty...love you muach...

Anonymous said...

Aaaaahhhhhh !!!!
JAdi ikut deg deg an nich
Buat TY 1000 jempol dech

Anonymous said...

Ty... aku sampai panas dingin baca apdateanmu... ditunggu apdateannya ya.. yang hepi2 aja lho.. sudah cukup kesedihan kita ya... hehehehe

Anonymous said...

dan seperti biasa apdetan yang banyak pun selalu terasa kurang...hihihi

thank you Ty, megang banget. Sampai dagdigdug bacanya.

-jewel in the palace-
menunggu selalu apdetan-mu :)

Anonymous said...

Trus Maya tidur di pelukan Masumi... mengenang lembah plum dulu saat Maya kedinginan... Kan di hotel Acnya dingin juga xixixixi

Fagustina on 3 May 2011 at 13:36 said...

Biar sudah baca 2x pun hatiku selalu dag dig dug... Kereeeeeeeeeeeeeeeennnnnnnnnnn

ollyjayzee on 3 May 2011 at 14:30 said...

untung maya mungil dan masumi gedhe, jadi ga perlu bayangin masumi sakit pinggang gara-gara gendong maya xixixi....

EmmaGP on 3 May 2011 at 15:19 said...

Aww! sayang sekali kesadaran Masumi kembali. Aq maunya masumi gak usah nyadar2 en lanjut terus ke adegan 18+ ^0^.
Ty sensei, thankyu banget! aq suka suka sukaaaa sekali ama update-nya.

Anonymous said...

wow!!!!!ga bisa ngomong nih....dag dig dug....curiga ama masumi....
thanks banget apdetannya....

Anonymous said...

jawaban maya bener2 diluar perkiraan, kirain cuma menjawab sambil tersipu malu, ga taunya maya stengah mabuk bertindak lebih brani....waaaah ga tahan pingin dilanjut....semangat Neng Ty kutunggu lanjutannya....

Anonymous said...

Ty tambah..........................
makin penasaran!!!!!!!!!!!!

-widya-

Demel on 4 May 2011 at 14:40 said...

qiqiqiqiqiiq........terus2an mesem2 sendiri baca ini.... UPDATEEE!!!!!!!!! cium ubun2 ya neng TY.... <3

Silvia on 4 May 2011 at 20:43 said...

bacanya aja pelan-pelan takut cpt habis..ayo mbak ty..jgn lama..lama updatetannya..obati penasaran ini juga yg banyakkkk sekali..*serakah banget "hehehehe"

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 4 May 2011 at 20:58 said...

tyyyyyyy .....>< kurang banyakkkkkk

Nana said...

odoh2....akhirnya jadian. lucu banget mereka..so sweet.

Theresia on 4 May 2011 at 23:34 said...

setuju dinaaa...
ty.....kurang banyakkkk

eva said...

co cweet.....

vie on 5 May 2011 at 11:06 said...

Ty.... Makasihhhhhhhh baca mereka stress ku jadi hilang nih ^_______^. benar2 terhibur hatiku.

Anonymous said...

Ya kapan lagi nunggu apdatean nih... jangan kelamaan ya Ty... yang penting happy end..!!!!

oppie on 5 May 2011 at 16:55 said...

asepasang kekasih......finally
bisa tidur nyenyak malam ini

Anonymous said...

Masumi baru aja keluar dari kamar maya,sudah kangen lagi sama maya....kalo aku mah baru aja dikasih apdetan...sudah pingin nambah lagi....
Gimana atuh neng Ty?

orchid on 6 May 2011 at 08:22 said...

apa jadinya klo maya mengingat kejadian yang di sofa *blushing seumur hidup*

Anonymous said...

Suka bgt karakter MM dlm FFnya Ty, karakter MM tetap spt karakter aslinya tp berkembang mengikuti perkembangan cerita. Atmosfir ceritanya jg terasa 'Jepangnya', penggambarannya bagus.
(Nadine)

Mawar Jingga on 6 May 2011 at 13:13 said...

nambaaaaaaaahhhhhhh lg tyyyy updatean FFYnya................*tukang tagih update nih.....xixixixi*

Anonymous said...

Sudah baca berkali - kali pun masih kuraaaang.
Ayo lanjutkaaan mmmmhhhf

elf

Anonymous said...

sama, berkali-kali kubaca ch 3-nya sambil nunggu ch-4...kapan apdetnya ya?

Riri Dini on 22 October 2015 at 07:04 said...

kenapa siihhh gw baru nemu fanfic iniiii?? huhuhuhu... :(

Unknown on 2 November 2015 at 08:09 said...

Samaaaa dgn riri dini... Gw jg baru nemu nih.... Hu hu hu... Telat bt ya.

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting