Monday 25 April 2011

Fanfic TK : My Heart

Posted by Ty SakuMoto at 14:34

MY HEART
(By Fendira)



“Aaaaahhh… kenapa semuanya jadi seperti ini…..” jeritku menahan sakit yang kurasakan di dadaku. Tangisku pun tak dapat kuhentikan.

Kukira hidupku benar-benar telah sempurna. Kehadirannya di hidupku merubah segalanya, untuk pertama kalinya aku benar-benar merasa menjadi gadis yang paling beruntung.

Aku terduduk di sebuah taman banyak orang lalu lalang yang sesekali kusadari ada yang memandangku dengan tatapan heran tapi tak ada yang sungguh-sungguh berhenti dan bertanya ada apa dengan diriku atau mengapa aku terduduk disini menangis seorang diri.

Tak kurasa malam menjelang ketika kakekku tiba-tiba telah ada di hadapanku, kakekku datang menjemputku untuk pulang. Kupandangi wajahnya dengan linangan air mata yang tak sanggup kuhentikan. Kugapai uluran tangannya, kucoba untuk berdiri namun kurasakan kakiku tak mampu menopang tubuhku dan tiba-tiba semuanya terasa gelap.

………………………………………………………………………………………………………………………………………

Kubuka mataku, begitu berat mata ini,

DEG…

“Akh..!” Kutekan dadaku. Sakit… teramat sakit… rasa apakah ini…? Terasa air mata membasahi pipiku.

“Perasaan apakah ini? Kenapa sakitnya seperti ini? Seperti ada yang menanamkan bongkahan batu besar di dadaku. Sungguh menyesakkan dadaku.”

“Siapa saja… Tolong singkirkan rasa sakit ini dari dadaku… sungguh ku tak sanggup menahannya…” batinku menjerit tapi kutahu tak ada seorangpun yang mampu menghilangkan rasa sakit ini kecuali… dia.

……………………………………………………………………………………………………………………………………..

Satu minggu telah berlalu semenjak dia memutuskan pertunangan kami. Setelah satu minggu pula aku mengurung diri di kamarku dan hari ini kuputuskan untuk pergi keluar menemuinya.

Kukuatkan hatiku, kuyakinkan diriku, untuk terakhir kalinya aku akan menemuinya. Akan kucoba memperbaiki segalanya, akan kuyakinkan dia bahwa akulah yang terbaik untuknya, akulah yang dapat memahaminya, mendukungnya dan akulah yang paling mencintainya.

Kini aku telah berada di gedung kantornya. Kutemui sekretarisnya. Baru kusadari meski bukan untuk pertama kalinya aku berbincang-bincang dengan sekertarisnya tapi ternyata aku tak mengenalnya dengan baik, ia pun terasa asing bagiku.

……………………………………………………………………………………………………………………………………….

Akhirnya aku kembali terduduk di dalam mobil sendiri hanya ditemani sopir yang setia mengantarku keliling kota karena aku belum ingin pulang namun tidak tahu harus kemana. Tujuanku hanya ingin menemuinya namun itupun gagal.

Sekretarisnya bilang dia tidak masuk kantor hari ini.

“Aneh… hari jum’at tidak masuk kerja..? biasanya di hari jum’at dia lebih sibuk dari hari-hari sebelumnya, pulangnya selalu larut dengan alasan semua pekerjaan minggu ini harus diselesaikan di hari jum’at karena sabtu dan minggu kantor telah libur. Meski di hari libur itu pun sangat jarang ia meluangkan waktu untukku… selalu ada alasan baginya untuk tidak memenuhi undanganku untuk bertemu.”

“Kenapa hari ini Ia tidak masuk kerja..? dan dia tidak masuk kerja bukan karena tugas kantor... tapi ada keperluan pribadi…?”

Tanda tanya besar merasuki pikiranku. Kemanakah dia pergi? Keperluan pribadi?

……………………………………………………………………………………………………………………………………….

“ Masumi… ya Masumi Hayami namanya… dia adalah tunanganku. Masihkah ada harapan bagiku untuk tetap menyebutnya tunanganku? Meski sudah diumumkan bahwa pertunangan kami batal namun harapanku masih besar untuk terus dapat melanjutkan pertunangan ini… Mungkinkah…?”

Sungguh tak kusangka sebelumnya, saat kakekku memperkenalkanku dengannya kukira Ia sama dengan pria lainnya, selama ini tak ada pria yang mampu membuatku nyaman dan bahagia saat bersamanya. Tidak ada yang salah dengan pria-pria itu mereka semua sopan dan selalu memperlakukan aku dengan baik, tapi… dia berbeda.

Sejak pertama bertemu sorot matanya langsung menusuk ke dalam hatiku, seketika membuat jantungku rasanya berhenti berdetak, meski sikapnya terkadang dingin tapi dia mampu membuat hatiku hangat. Entah mengapa bersamanya aku begitu bahagia, aku merasa sangat istimewa berada disampingnya.

Meski sesekali keraguan selalu menghantuiku, apakah dia juga merasakan apa yang kurasakan? Apakah senyumnya setulus senyum yang selalu kuberikan untuknya? Apakah dia mencintaiku seperti aku mencintainya? Keraguan itu selalu muncul ketika meski tersenyum tapi sorot matanya yang lembut itu terkadang terlihat hampa, meski aku merasa istimewa tapi keberadaanku tak lebih penting dari pekerjaannya. Semua pertemuan kami selalu atas keinginanku. Tak pernah sekalipun dia yang mulai mengajakku. Tempat yang kami kunjungi selalu atas saranku. Dia tak pernah mengutarakan keinginannya. Apapun selalu dia penuhi, selalu dia turuti.  Tapi… selalu kuyakinkan diriku bahwa apa yang kurasa dia pun pasti merasakannya. Buktinya Ia mengajakku bertunangan.

DEG..

“Masumi…”

“Stop… hentikan mobilnya… berhentiii…!!!” Teriakku pada sopir, dan mobilpun seketika berhenti.

Kulihat Masumi keluar dari sebuah toko swalayan kecil, tangannya yang satu menjinjing plastik belanja dan yang satunya lagi menahan pintu toko itu tetap terbuka seperti menunggu orang lain yang juga akan keluar dari toko itu.

“Ahh…”

“Kenapa Nona?” sopirku langsung menoleh kearahku dengan wajah kaget mendengar teriakan kecilku yang tiba-tiba.

“Tidak ada apa-apa… jangan pedulikan aku...” jawabku

Kuremas rok bajuku untuk menahan gejolak di hatiku. Kurasakan mataku memanas namun tidak ada air mata yang jatuh yang mungkin membuat kabur penglihatanku. Begitu jelas seseorang yang akhirnya ditunggu masumi untuk juga keluar dari toko itu. Gadis itu...

“Maya…” desis batinku.

Kulihat Maya membawa kantong kertas belanjaan yang tampak penuh, Ia memegang dengan kedua tangannya… tampak kikuk… ada beberapa apel yang akhirnya terjatuh dari kantong kertas itu menyusuri trotoar. Satu… Dua… Kulihat Masumipun berlari mengejar apel yang menggelinding itu. Sebelum apel-apel itu menggelinding ke jalan raya Masumi telah berhasil megambil kedua apel itu dan memasukannya kembali ke dalam kantong kertas itu. Lalu Masumi tampak mengucapkan sesuatu sambil mengacak-ngacak rambut Maya dan tertawa. Maya terlihat tidak begitu suka tapi tak lama kemudian merekapun tertawa bersama. 

Akhirnya Masumipun mengambil alih kantong kertas itu dari Maya, ia sanggup membawa kantong kertas itu hanya dengan satu tangannya. Kulihat Masumi berjalan dengan santai tapi Maya bergeming dia diam mematung tampak tidak senang. Menyadari Maya tidak mengikuti langkahnya, Masumipun berhenti kemudian kembali mendekati Maya. Entah apa yang mereka bicarakan namun kulihat Masumi pada akhirnya memberikan kantong plastik belanjaannnya pada Maya dan Maya tampak tersenyum puas dan berjalan meninggalkan Masumi yang sesaat menatapnya dengan senyuman, tak lama kemudian mereka sudah berjalan berdampingan.

Senyum itu… senyum yang begitu lembut. Matanya… sinar matanya berbeda dengan yang biasa kulihat… kenapa mata itu begitu lembut dan hangat…? kenapa kau bisa memandang gadis itu dengan tatapan yang begitu hangat Masumi…? Mengapa tatapan itu belum pernah kulihat sebelumnya…?

DEG..

Rasa sakit yang kurasakan setiap pagi ketika kubuka mata dari tidurku kembali kurasakan dan semakin sakit kurasa.

Kulihat mereka berhenti di depan sebuah mobil… Hmm… mobil Masumi. Tampaknya Masumi menyetir sendiri, tak kulihat sopir yang biasa mengantar kemanapun Masumi pergi.

Masumi memasukan barang belanjaan mereka ke dalam mobil di bagian belakang dan Maya masuk duduk di depan di samping Masumi yang akan menyetir mobil itu.

“Kemanakah mereka akan pergi bersama?” batinku penasaran.

Kulihat mobil mereka telah jalan.

“Ikuti mobil itu Pak, tapi hati-hati jangan sampai mereka mengetahui kalau kita mengikutinya” Perintahku pada sopirku.

“Baik, Nona.”

Mobilku pun berjalan mengikuti kemana mobil Masumi melaju.


Kurasakan dingin menusuk dadaku dan menjalar keseluruh tubuhku, kuremas tanganku yang gemetaran. Perasaan apalagikah ini? Mengapa hati dan tubuhku terasa mendingin.


“Hendak kemanakah mereka pergi bersama? Begitu pentingkah hingga Masumi memilih tidak masuk kerja hari ini? Tidak seperti biasanya. Mengapa demi gadis itu kau rela mengenyampingkan pekerjaanmu, denganku kau tidak pernah melakukan itu Masumi, mengapa?” Hatiku bertanya-tanya dengan sedih.


“Apa yang kalian lakukan sekarang di dalam mobil berdua saja? Apa yang kalian perbincangkan? Apakah ada tawa diantara kalian? Bukankah seharusnya Maya masih membencimu? Mengapa Ia mau diajak pergi olehmu?” Batinku menjerit penuh ketidakrelaan.


Kaca mobilnya pun yang sesekali terbentang tepat di depan mobilku tak membuatku mampu melihat apa yang sedang mereka lakukan di dalam mobil saat ini. Hanya pantulan sinar matahari yang begitu terang memantul dari kaca belakang mobilnya yang terlihat seperti sebuah cermin besar.


DEG..


Hatiku berdetak lebih kencang melihat mobilnya melambat dan tampak memarkirkan mobilnya di depan sebuah tempat makan. Kulihat jam tanganku dan waktu menujukkan telah waktunya makan siang.

Tak lama setelah kulihat mereka berdua memasuki tempat makan itu kuminta sopirku untuk masuk ke dalam dan mengikuti mereka dan aku menunggu di dalam mobil yang terparkir di seberang tak jauh dari rumah makan itu.


“Tampaknya mereka memutuskan makan siang di tempat, Nona, sekarang apa yang harus saya lakukan?“ Lapor sopirku lewat telephon genggamnya.


“Tolong kau rekam apa saja yang mereka lakukan.” Perintahku.


“Maaf Nona tapi telepon saya tak dapat merekam dengan bagus dan lama, mungkin hanya beberapa menit saja.” jawab sopirku.


“Tak apa kau coba saja rekam semampumu, tambahkan dengan beberapa foto saja, dan jangan lupa, jangan sampai Masumi melihat dan menyadari keberadaanmu!!“ Pintaku pada sopirku.


“Baik Nona.” Jawabnya.


“O iya.. setelah kau merasa cukup mengambil beberapa gambar kau pun ikut makan saja disitu.. tapi ingat kau harus keluar dari situ sebelum Masumi keluar agar kita tidak tertinggal ketika mereka kembali melanjutkan perjalanannya!!” Perintahku.


“Bagaimana dengan Nona? Makanan apa yang ingin saya belikan untuk makan siang Nona?“ Sopirku balik bertanya.


Aku termenung sesaat dan akupun menjawab, “Tidak perlu, terimakasih.”


……………………………………………………………………………………………………………………………………………


Cukup lama aku menunggu dengan perasaan gelisah. Ketika akhirnya kulihat sopirku berlari kecil menghampiri mobil dan sekarang telah kembali duduk di depan kemudi mobil.


“Silahkan Nona.” Sopirku menyerahkan telepon genggamnya.


Akupun mengambilnya dengan perasaan yang tak menentu, sebelum kubuka menu foto dari teleponnya, kudengar sopirku berkata sesuatu.


“Maaf nona, mungkin Anda tidak lapar tapi pasti Anda haus, silahkan Nona.”


Kuterima sepuah kantong plastik yang sopirku sodorkan, kubuka dan kulihat isinya. Ada sebotol air mineral dan satu gelas plastik yang cukup besar berisi jus buah.


“Terima kasih” jawabku dan sopirku menjawab dengan senyuman serta anggukan kepalanya. Ia pun kembali memutar badannya lurus ke depan bersiap untuk kembali menyetir.


……………………………………………………………………………………………………………………………………………


Selama perjalanan aku terus bolak balik melihat hasil rekaman gambar dan foto yang telah berhasil sopirku ambil, walaupun gambarnya tidak terlalu bagus tapi cukup jelas menggambarkan suasana dan apa saja yang mereka lakukan saat makan siang berdua.


Dilihat dari gambar yang diambil menunjukan bahwa sopirku duduk tak begitu jauh dari samping mereka karena dengan jelas kulihat wajah bagian samping kiri keduanya dan mereka duduk saling berhadap-hadapan. Rekaman yang sangat pendek tapi begitu jelas menggambarkan perasaan bahagia mereka.


Apakah makanannya sungguh lezat hingga rona kenikmatan begitu terpancar dari wajah keduanya. Dari foto-foto yang ada hampir seluruhnya kulihat Maya banyak tertunduk tampak merah merona dan Masumi... Masumi… tiba-tiba kurasakan pipiku basah.


Kembali kulihat sorot mata itu. Masumi, di setiap foto yang diambil selalu tertangkap sorot mata itu yang tak pernah lepas menatap Maya, begitu teduh, begitu membuatku iri. Apakah itu yang namanya tatapan penuh cinta..? Apa istimewanya dia hingga mampu menarik perhatianmu sedalam itu, Masumi?


………………………………………………………………………………………………………………………………………..


Masih kugenggam erat di pangkuanku telepon genggam itu, kupalingkan wajahku menyusuri jalan, entah berapa lama perjalanan ini telah berlalu hanya kesedihan yang kurasa.


Tiba-tiba sepertinya kumenyadari sesuatu, sepertinya jalan ini tak asing bagiku.. sepertinya jalan ini… jalan menuju... Izu..??


……………………………………………………………………………………………………………………………………….


Setelah sekian lama aku menunggu didalam mobil seorang diri kuputuskan untuk keluar dari mobil. Disinilah aku berdiri di samping mobilku melihat keadaan sekitar. Kulihat tak begitu jauh vila diatas tebing itu. Hari sudah menjelang sore. Sudah beberapa jam mereka tiba di villa itu, entah apa yang mereka lakukan disana.


“Nona…”


Sedikit terhenyak kupalingkan wajahku menuju arah asal suara itu.


“Nona, saat ini mereka sedang menuju pantai, apakah Nona ingin saya merekam dan mengambil foto mereka lagi?” 


Aku terdiam entah apa yang kupikirkan hanya kulihat wajah bingung sopirku, ada seberkas guratan prihatin yang tak kusuka tersirat dari wajah dan sorot matanya.


“Temani aku melihat mereka.”


“Mari, Nona.”


Kuikuti langkah sopirku dengan perasaan hampa, kaki ini terasa tidak menyentuh bumi dan terasa berat badan ini, kukuatkan hatiku yang terasa mulai berdetak dengan cepat kembali, dan perasaan dingin kembali menjalar ke seluruh tubuhku, kudekap kuat tanganku.


Bersembunyi di balik pepohonan yang ada meski cukup jauh namun aku cukup dapat melihat dengan jelas apa saja yang mereka lakukan.


Pantai ini begitu sepi hanya ada mereka berdua. Mereka berjalan berdampingan menyusuri pantai, tiba-tiba Maya mengangkat kakinya dan sedikit meloncat-loncat. Sayup-sayup kudengar teriakannya, Masumi sepertinya kaget kemudian tampak Masumi berjongkok dihadapan Maya entah apa yang dia pungut dari kaki gadis itu. Mungkin ada binatang yang menggigitnya, mungkin kepiting-kepiting kecil yang biasa ada di sekitar pantai ini. Sambil berdiri kulihat Masumi menyibakkan air laut itu ke wajah Maya kemudian dengan cepat Ia berbalik dan berjalan meninggalkan Maya. Maya yang tersadar dari kagetnya kemudian berteriak, berlari dan mendorong Masumi hingga jatuh terjerembab di pantai. Maya kemudian tampak puas mentertawakannya.


Masumi kemudian bangun dengan seluruh baju yang telah basah oleh air laut. Masumi tampak berniat mengejar Maya yang telah lari menjauhinya, dan dengan mudahnya Masumi mampu mengejar dan menangkap Maya serta memaksanya mendekati laut dan sedikit ke tengah. Kulihat Maya berusaha melepaskan pegangan Masumi yang tampak kuat mencengkram pergelangan tangannya yang mungil itu. Meski Maya terdengar samar-samar berteriak namun masumi tampak tak mengindahkannya malah terlihat tertawa dan semakin antusias menarik Maya. Masumi berhasil menarik Maya sampai kedalaman laut itu menutupi pinggang Maya, Masumi lalu tiba-tiba menempatkan kedua tangannya di pinggang Maya mengangkatnya dan menempatkan Maya di posisi depan Masumi, ketika mulai terlihat ombak datang yang mengakibatkan tinggi air laut naik dari pinggang sampai kebatas dada Maya, tiba-tiba kulihat gadis itu membalikan badannya dan melingkarkan tangannya ke pinggang Masumi… akh.. Ia memeluk Masumi… dan Masumi pun membalas memeluk gadis itu.


DEG..


Ombak itu pun berhasil menghempaskan keduanya, ketika air laut yang telah sampai ke pantai kembali lagi ketengah lautan meninggalkan keduanya di tepian pantai dalam keadaan tergeletak, Maya, gadis itu berada tepat diatas tubuh Masumi dengan tangan masumi memeluk tubuh gadis itu. Kurasakan mata ini mulai memanas.


Kulihat maya dengan cepatnya mengangkat tubuhnya dan terduduk di samping Masumi yang masih terlentang di atas pasir basah, perlahan badan Masumi bangun keduanya duduk berdampingan sambil memandang laut, langit mulai terlihat kemerahan karena hari telah sore matahari mulai tenggelam. Sesaat kulihat mereka hanya duduk bergeming, entah apakah ada yang mereka perbincangkan, kini kulihat tangan masumi yang satu telah membelai pipi gadis itu yang membuatnya tertunduk. Kemudian Masumi mengangkat wajah itu menghadap wajahnya dengan tangannya yang berada di dagu gadis itu, sesaat mereka saling berpandangan dan perlahan kusadari jarak diantara mereka semakin dekat… Masumi menciumnya.


Tes….


Kurasakan air mata membasahi pipiku. Sepasang manusia yang saling mencintai, saling menunjukkan perasaan kasihnya dengan ciuman yang begitu hangat di tengah mentari yang mulai tenggelam.


Masumi membantu Maya berdiri dari duduknya kemudian mereka kembali berjalan menyusuri pantai namun kini mereka berpegangan tangan tampak begitu lembut dan mesranya. Pemandangan yang begitu indahnya, namun kesedihanlah yang kurasakan, dinginnya angin lebih kurasakan dibandingkan kehangatan yang terpancar dari pasangan itu.


…………………………………………………………………………………………………………………………………………


Sepanjang jalan menuju rumah aku hanya terdiam. Air mata ini tak bisa kuhentikan… ya, kuputuskan untuk kembali pulang. Kutahu Masumi tidak pulang malam ini mereka tampaknya memutuskan untuk menginap di villa itu.


Vila dimana masumi menyembunyikan identitas Mawar Ungunya, semua yang berhubungan dengan Mawar Ungu tersimpan di villa itu. Vila dimana Masumi dapat menjadi dirinya, dirinya yang sesungguhnya, dirinya yang tanpa topeng, dirinya yang tak pernah sungguh-sungguh kuketahui.


Begitu tebal tembok yang kau bangun Masumi, begitu tebalnya hingga kucoba merobohkannya dengan perbuatan yang konyol. Aku tahu aku salah mencoba menjauhkanmu darinya dengan cara yang kotor, tapi itu semua kulakukan karena aku takut kehilanganmu. Gadis itu begitu terlihat sempurna di matamu Masumi, aku hanya ingin membuatnya menjadi tak sesempurna yang kau pikirkan.


Apa kekuranganku..? Hingga kau tak mampu berpaling padaku? Masumi… akupun mencintaimu dengan sepenuh hatiku, aku mencintaimu bukan karena ketampananmu, aku mencintaimu bukan karena kekayaanmu, meski nama Hayami bukan nama belakangmu, aku tahu aku pasti tetap mencintaimu.


Apa yang membuatku tak berhak mendapatkan orang yang kucintai? Apa kurangnya cintaku dibandingkan dengannya..? Apakah gadis itu akan mencintaimu jika kau bukan Mawar Ungunya?? Meski kau bukan Mawar Unguku yang selalu memberikan kebaikanmu padaku, aku tetap mencintaimu.


Begitu besar cintamu padanya hingga mampu membuatnya mencintaimu, itukah yang terjadi? Lalu tidak cukup besarkah rasa cintaku hingga tidak mampu membuatmu berpaling mencintaiku..? Begitu besarkah kesalahanku..? Tak termaafkankah dosaku, hingga dengan mudahnya aku divonis tak pantas mendapatkan cintamu…? Masumiii… Aku tak memilih untuk mencintaimu, tapi taukah kau aku sungguh mencintaimu. Tuhan, mengapa Kau biarkan hati ini memilih untuk mencintainya.


Aku telah letih.


Hatiku sungguh terluka.


………………………………………………………………………………………………………………………………………..


Tiga tahun telah berlalu. Aku kembali juga ke Jepang. Kini kutelah duduk diantara penonton yang tampak antusias tidak sabar menunggu dimulainya pertunjukan drama “Bidadari Merah” dengan Maya Hayami sebagai Akoya.


DEG..


Jantung ini seakan berhenti berdetak sesaat ketika mata ini menemukan sosoknya. Masumi, pria itu ada di sana, duduk dengan rasa penuh percayadirinya.


Masumi, tidak banyak perubahan di wajahnya masih tetap terlihat tampan, yang berbeda hanya saja raut mukanya terlihat begitu hangat dan bahagia, kutahu kebahagian pernikahanmu dengan Maya kini telah lengkap setelah dikaruniai seorang putra.


Masumi, akhirnya semua mimpi yang tak pernah kau yakini mungkin kau dapatkan kini semua itu telah terwujud. Mimpi kedua orang itu meski kemungkinannya hanya 1 % namun mereka sungguh beruntung mampu mewujudkannya. Aku, mimpiku sudah hilang. Kemungkinan 1 % pun sudah tidak ada, dan memang tidak pernah ada.


Meski tahun demi tahun telah kulalui jauh di negeri orang, jauh darimu Masumi, tapi hati ini tetap berdetak karenamu. Kini kumampu tersenyum dalam piluku, kumampu tulus mendoakan kebahagianmu Masumi. Sirna sudah keinginannku memilikimu saat kutahu kau takkan bahagia bersamaku. Sedangkan aku, kubahagia meski dalam kesendirianku karena aku mencintaimu. Kubahagia hati ini memilih mencintaimu, takkan kupaksakan hatiku menerima yang lain jika kurasakan kau masih ada disana. Hati ini tetap mencintaimu sepenuh hati, meski hatiku takkan pernah memilikimu. Hati ini seutuhnya milikku…


<<< MY HEART … END >>>

19 comments:

orchid on 25 April 2011 at 15:16 said...

sukaaaaaaaaaaaaaaaa, lanjooooot

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 25 April 2011 at 15:45 said...

haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaah ...dr sudut pandang si nenek jambul ...but ceritanya bagus lanjuttt ya

Anonymous said...

saia sukaaaaaa...... nyaaaaaa.... teruskan sis Fendira!! buagusssss buangetttt
-Lina Maria-

Anonymous said...

keren...keren...keren.... ^_^ lanjut fen.......

Anonymous said...

wah...bikin penasaran lagi nih....

ollyjayzee on 26 April 2011 at 06:12 said...

jadi shiori itu ternyata ga enak banget!!!!

Anonymous said...

Menarik juga kisah tentang Shiori ini, jadi pengen tau lanjutannya..
-Nadine-

Anonymous said...

hebatttt sekaleee... akhirnya shiori tahu bahwa yang dicintai masumi adalah maya..... tau diri juga tuh shiori.....

Anonymous said...

iya juga...seandainya kita jadi shiori....betapa sakitnya hati ini, mencintai tapi tidak dicintai...duh jangan sampe dech.
Terima kasih ya ceritanya....

Anonymous said...

hiks...aku sedih...
kereeen kata2nya...bikin seorang shiori bagaikan Carmila yg diperankan ayumi...jahat tapi ga bisa benci...malah kasihaaaaan d^^b

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 26 April 2011 at 22:38 said...

weeew hebat ....ditengah2 semua benci shori ( gara2 bunuh diri di betsu 22 ) ,membuat yang baca jadi kasian ama shori Great job

Unknown on 26 April 2011 at 23:03 said...

sejahat2nya shiori,,,tapi dia tetap punya hati...
yg sabar ya shiori...xixixixii...

Lina Maria on 27 April 2011 at 07:37 said...

jadi kasihan sama shiomay... sabar yah mbak shiomay.... ama Pak Onodera aja deh kalo ndak ^^

Anonymous said...

semoga shiorinya sensei miuchi pada akhirnya bisa sebaik dan sepengertian shiorinya mbak fendira yaa..

Anonymous said...

semoga lanjutannya siori menemukan belahan jiwanya....... jiaaaaahhh.
keren banget...

-fitri-

Ty SakuMoto on 22 June 2011 at 00:39 said...

Baguuus :)
Shiorinya lebih berhati di sini dan bisa bikin simpato. semoga yang versi aslinya juga Shiori mau sadar dan mengalah >.<
Bagus sista fendira.. makasih ya <3

Anonymous said...

gitu dong shiori,,
akhirny ngerti kan,,kalo cinta itu tak hrs memiliki,,,

_a2n_

Anonymous said...

Iya kasian, biar gimana pun shiori berhak utk happy. Seandainya masumi g plintat plintut dan tegas soal perasaannya yaa

Unknown on 17 March 2016 at 20:07 said...

wah hebat..jadi sedikit simpati nih sama shiomay,aku suka sama cerita2mu sist fendira..dtunggu lagi updatenya yaa..

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting