Sunday 10 July 2011

Fanfic TK : Ku Menunggu

Posted by Ty SakuMoto at 21:08
Setting : Betsuhana 22 setelah pertemuan antara Shiori dan Masumi .
Rating : 18+
Warning : Kissu

Ku Menunggu
(By. Chibi-chan)

Shiori mengeluarkan cermin. Melihat bayangannya kemudian memecahkan kaca dan mengambil pecahan kaca tersebut. “Masumi, aku tidak mampu kehilanganmu, aku tidak akan tahan. Kakek, maafkan aku. Ibu, Ayah, maafkan aku…” batin Shiori sambil berurai air mata. Ia pun menggoreskan pecahan kaca itu di pergelangan tangannya. “Masumi..
Masumi yang sedang menunggu Shiori terkejut mendengar teriakan seseorang dari arah toilet. Ia berlari menghampiri dan melihat Shiori yang tergeletak bersimbah darah. Masumi terdiam membeku di tempatnya berdiri. Orang-orang berteriak meminta ambulans.
Di rumah sakit, Shiori segera dibawa ke ruang gawat darurat. Masumi menunggu di bangku ruang tunggu. Ia telah menghubungi kediaman keluarga Takamiya. “Shiori, apa yang telah kau lakukan? Mengapa kau menyakiti dirimu? Apakah keterusteranganku penyebab semua ini?” , Masumi termenung dengan tatapan kosong.
Ia tidak menyadari kedatangan Tuan Takamiya beserta orang tua Shiori. Terbawa emosi dan duka, Tuan Takamiya merenggut kerah jas Masumi hingga Masumi berdiri, “Masumi, apa yang kau lakukan pada cucuku? Apa yang terjadi?”. Masumi seketika tersadar, “Shiori bunuh diri, Tuan Takamiya.” “Tapi mengapa? Apa alasannya?”, tuntut Kakek Shiori dengan nada tinggi. “Aku memintanya memikirkan kembali pernikahan kami. Kami dua pribadi yang terlalu berbeda”, jawab Masumi dengan pandangan dingin. Tuan Takamiya terkejut mendengar penjelasan Masumi dan melepaskan kerah jas Masumi, ”Kau mau membatalkan pertunangan kalian?”. “Iya Tuan Takamiya. Dengan segala hormat, saya ingin semuanya berakhir secara baik-baik. Aku sendiri tidak menyangka Shiori akan bunuh diri.” tegas Masumi.
Pintu ruang gawat darurat terbuka. Dokter  menghampiri kakek Shiori, “Apakah Anda keluarga Nona Shiori?”. “Ya, saya Kakeknya. Bagaimana keadaannya Dok?”, tanya Tuan Takamiya. “Maaf, kami sudah berusaha semampunya. Namun Nona Shiori datang terlambat dan kehilangan banyak darah. Nona Shiori telah tiada”, jawab dokter dengan nada menenangkan. Tuan Takamiya pun limbung dan dipapah anaknya duduk di bangku. Dengan suara bergetar dan sorot mata tajam memandang ke arah Masumi, “Kau pembunuh Masumi. Pembunuh….”. Bagai déjà vu kalimat itu terngiang di telinganya, “Aku telah membunuh Shiori dan juga Ibu Maya. Aku seorang pembunuh…”. Rasa bersalah itu kian mendera dirinya.
Di kediaman Tuan Takamiya, banyak kolega dan saudara yang datang melayat. Masumi turun dari mobil, memasuki rumah tersebut. Ia menghampiri Tuan Takamiya yang masih memeluk tempat abu jenazah Shiori. Kakek Shiori sangat kehilangan cucu kesayangannya itu. “Untuk apalagi kamu datang kesini. Kupikir aku telah mendatangkan kebahagiaan untuk Shiori namun hanya derita yang kamu berikan. Aku menyesal telah menjodohkannya.”. Masumi menundukkan badannya, “Saya minta maaf Tuan Takamiya. Benar-benar minta maaf. Saya tidak bermaksud menyakiti Shiori.” “Pergi kau.. aku tak mau melihatmu lagi”, teriak Kakek Shiori. Masumi pun berlalu, tampak gurat kesedihan di mukanya yang tampan.
^^
Masumi tampak melamun di kantornya, memandang langit berharap ada bintang yang muncul meredakan kegelisahan hatinya. Teringat pertemuannya dengan Maya di Astoria.  “Maya, aku merindukanmu. Bagaimana ini Maya? Saat aku berharap semuanya berakhir dengan baik, yang terjadi malah seperti ini. Layakkah aku berharap memilikimu, aku ini seorang pembunuh..”, Masumi hanyut dalam pikirannya.
Maya yang tidak bisa tidur setelah membaca koran hari ini berlalu menuju jendela kamarnya. Membuka jendela kamar berharap udara malam bisa menjernihkan pikirannya. Berita cucu Tuan Takamiya yang bunuh diri beredar luas. Banyak spekulasi dan gosip yang mengaitkan Masumi dengan Shiori. “Pak Masumi.. aku percaya padamu, aku akan menunggumu sampai kapan pun. Bagaimana perasaannya saat ini ya? Ah, pak Masumi aku merindukanmu, ingin bertemu dengan mu.” Maya teringat pertemuan pertamanya dengan Shiori yang menjulurkan saputangan untuknya ketika ia jatuh. Saat itu awal-awal Maya merasa cemburu pada Shiori yang cantik tanpa Maya sadari bahwa ia telah jatuh cinta pada Masumi. Berita pertunangan Masumi-Shiori membuat dunianya limbung, kehilangan belahan jiwanya namun Maya tetap tegar menghadapinya. Terakhir kalinya bertemu Shiori saat turun dari kapal Astoria bersama Masumi. Tersipu wajahnya mengenang pelukan Masumi di Astoria. Kenangan itu membuat Maya meneteskan air mata menahan rindu. “Maafkan nona Shiori, maafkan perasaanku ini, salahkah bila kami saling mencintai?”. Tanpa Maya sadari, sepasang mata mengamatinya dari kejauhan, bersandar pada kap mobil. “Maya.. belahan jiwaku..”
Maya disibukkan dengan latihan pementasan uji coba Bidadari Merah. Bersama Koji yang masih dalam proses pemulihan, ia kembali berlatih. Awalnya Koji tampak menghindarinya, namun akhirnya mereka bisa bekerjasama kembali. Saat Koji dirawat di rumah sakit, Koji baru menyadari arti akting dalam hidupnya, ia ingin memerankan Isshin. Isshin yang baru.
Mizuki datang ke ruangan Masumi sambil membawa secangkir kopi Blue Mountain, melihat beberapa dokumen yang belum diperiksa dan ditandatangani oleh Masumi. Masumi melamun sambil menghisap rokok. Mizuki yang efisien merasa gerah melihat sikap bosnya. “Sampai kapan Anda bersantai-santai seperti itu Pak Masumi?”. Masumi memandang tajam Mizuki dan mematikan rokoknya. “Anda tidak bisa terus hidup dalam kubangan rasa bersalah terhadap nona Shiori. Semua itu jalan yang dipilih nona Shiori. Anda harus melanjutkan hidup. Bagaimana dengan Maya? Mawar ungu di hati Anda tidak pernah layu kan? Anda menunggunya hingga ia dewasa, sekarang ia telah dewasa untuk menerima cinta Anda. Bukankah sudah tak ada lagi Nona Shiori yang menghalangi cinta Anda. Lampu merah itu sudah menyala hijau Pak Masumi.” Mizuki kemudian keluar dari ruangan Masumi. Ucapan Mizuki melecut Masumi.
^^
Akhirnya hari pementasan uji coba Bidadari Merah tiba. Group Kuronoma akan pentas terlebih dahulu dari group Onodera. Maya mengamati penonton yang hadir. Matanya menangkap sosok Masumi yang dirindukannya. “Pak Masumi hadir, Mawar unguku.. Lihatlah Pak Masumi. Semua ini untukmu, aku akan membuatmu bangga dengan Bidadari Merahku”, batin Maya.
Pementasan pun berjalan sukses. Akting Maya-Koji yang natural membuat penonton seolah-olah memasuki dunia Bidadari Merah dan meyakini Bidadari Merah nyata adanya. Masumi pun terpesona seperti biasanya melihat akting Maya. Namun adegan percintaan Akoya – Isshin membuatnya  mengepalkan tangannya menahan cemburu.
Usai pementasan, Maya menggenggam buket Mawar ungu yang sangat indah. Mawar itu tergeletak di ruang gantinya. “Pak Masumi..” Maya pun tak sabar membaca pesannya. “Bidadari Merahmu membuatku percaya akan kehadirannya. Aktingmu luar biasa. Dari pengagummu. PS: Aku mengundangmu bertemu di villaku. Besok Hijiri akan menjemputmu”. Bergetar seluruh badan Maya, “Akhirnya hari itu datang juga. Mawar ungu mau menemuiku dan memberikan namanya”.
Maya teringat satu janjinya pada Koji. Ia akan memberikan jawaban usai pementasan uji coba. Maya pun mengajak Koji bicara. “Koji, maaf kalung dolphin ini ku kembalikan. Aku tak bisa menerima cintamu. Ada orang lain di hatiku”. Koji menerima kalung itu dengan berat hati dan raut wajah sedih. “Pak Masumi kan..”, ujarnya. Maya kaget mendengarnya, “Maafkan aku Koji, engkau adalah sahabat baikku, maaf menyakiti hatimu. Engkau selalu baik padaku.” “Namun kebaikanku tidak bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku. Semoga kau bahagia dengan pilihanmu Maya. Izinkanlah aku menjadi belahan jiwamu di panggung Akoya”, ucap Koji. “Iya Isshin, aku adalah belahan jiwamu di panggung”. Maya menyambut uluran tangan Koji yang tampak ingin bersalaman, namun Koji menarik Maya hingga mereka berpelukan. “Izinkan untuk terakhir kalinya aku Sakura Koji memelukmu Maya”. Maya tak kuasa menahan tangisnya. “Selamat tinggal Maya..” Koji pun berlalu. Masumi mengamati dari jauh, ekspresi mukanya tampak mengerikan.   
^^
Maya tidak bisa tidur malam itu. Tak sabar menanti esok datang. Begitu juga Masumi gelisah dalam tidurnya. Siang harinya Hijiri datang menjemput. Maya berulangkali mengganti bajunya hingga akhirnya ia memutuskan memakai gaun yang pernah diberikan Masumi sewaktu di Astoria. Perjalanan yang memakan waktu membuat Maya sampai di villa Izu pada malam hari. Ketika turun dari mobil, Maya berulang kali menarik nafasnya. Hijiri yang melihatnya tersenyum, “Silahkan  masuk nona . Mawar ungu sudah menunggumu.” Maya tersenyum pada Hijiri, “Terima kasih Pak Hijiri telah menjadi penghubungku.” “Aku senang bila melihat tuanku bahagia”, jawab Hijiri.
Maya menapaki tangga menuju villa. Bangunan itu menghadap ke laut, persis seperti yang diceritakan Pak Masumi. Bintang terlihat begitu bersinar. Maya membuka pintu, ia melihat buket mawar ungu di tengah meja, Maya mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, tampak satu sosok sedang berdiri di balkon, yang tampak hanya siluet punggungnya. “Mawar ungu..”, panggil Maya. Sesaat sosok itu tersentak mendengar namanya dipanggil, berbalik perlahan dan keluar dari gelapnya malam, berjalan menuju terangnya ruangan. Berhenti di tengah ruangan memberi kesempatan pada Maya untuk mengenalinya. “Pak Masumi.. Mawar unguku..”Maya, selamat datang di villaku”, ucap Masumi sambil tersenyum. Maya seketika berlari menghambur memeluk Masumi melepas kerinduannya. Masumi balas memeluk Maya erat. “Maya, kau tidak kecewa mengetahui aku penggemarmu. Bukankah kau membenciku karena aku telah membunuh ibumu?”. “Tidak Pak Masumi, aku sangat bahagia, izinkan aku mengucapkan terima kasih untuk semua dukunganmu. Semua yang kamu lakukan adalah untuk kebaikanku.  Aku tidak lagi membencimu. Kau adalah bagian diriku yang satunya dan aku adalah bagian dirimu yang satunya. Pak Masumi, aku mencintaimu", ucap Maya sambil membelai lembut pipi Masumi. “Aku juga mencintaimu.”, Masumi mengecup kening Maya dan mendekapnya kembali, pipi keduanya bersemu merah.

Maya dan Masumi makan malam bersama. Masumi menuangkan anggur untuk bersulang. Sambil mengangkat gelas ia berujar, “Untuk Bidadari Merahmu yang mempesona. Tidak ku sangka gadis serigala ku bisa berubah menjadi Bidadari Merah yang cantik.” Masumi mulai menggoda. “Grr.. Pak Masumi apa kamu mau aku gigit lagi?”, Maya mengancam. “Ha..ha..ha.. Maya, cukup sekali kau menggigitku. Maukah berdansa denganku Maya?”. Musik mengalun lembut, mereka berdansa dengan penuh perasaan.

Maya dan Masumi duduk di balkon beralaskan selimut, berpelukan melihat bintang bersama. Masumi menyampirkan jaketnya di bahu Maya, memeluknya dari belakang. ”Tahukah Maya berapa lama aku menunggu saat seperti ini? Rasanya semua ini seperti mimpi indah.” “Tak tahu Pak Masumi, memangnya sudah berapa lama?”. “Tujuh tahun lebih.” Mata Maya membelalak, “Sudah selama itu dan kamu bertingkah menyebalkan terhadapku, ku pikir kamu membenciku.” “Tidak Maya, tak pernah sekalipun aku membencimu. Semua yang kulakukan agar kau terus maju meniti dunia yang kau cintai, dunia akting. Awalnya aku terpesona melihat penampilanmu, seorang direktur Daito yang dingin dan tidak berperasaan memiliki idola, maka aku mengirimkan mawar ungu sebagai penggemar rahasiamu. Entah sejak kapan kekagumanku berubah menjadi cinta dan ingin melindungimu. Ketika menyadari aku jatuh cinta padamu, perbuatanku malah membuatmu membenciku dengan memisahkanmu dan ibumu. Aku seorang pembunuh Maya, begitu juga terhadap Shiori.” Masumi menundukkan wajahnya di pundak Maya, sejenak menyandarkan beban di hatinya.

Maya memegang erat tangan  Masumi yang melingkari perutnya. “Pak Masumi.. kamu memang terlihat dingin dan tidak berperasaan tetapi sebenarnya kamu orang yang memiliki berjuta kebaikan. Dibalik topengmu, karena kamu tidak boleh memperlihatkan kelemahanmu di depan kolega dan sainganmu. Mengenai ibuku, aku telah memaafkanmu Pak Masumi. Dan engkau pun harus mulai memaafkan dirimu sendiri. Aku turut berduka mengenai nona Shiori. Sebenarnya apa yang terjadi Masumi? Engkau bisa berbagi denganku.” “Aku memintanya membatalkan pertunangan kami, aku sendiri ingin agar semuanya berakhir secara baik-baik, aku menyesal karena menyakiti hati Shiori, namun semuanya itu tak bisa aku hindari. Tak ku sangka Shiori mengakhiri hidupnya. Aku merasa sangat bersalah Maya..” “Pak Masumi, mungkin akulah yang paling bersalah karena menghancurkan pertunangan kalian dan menyakiti hati nona Shiori”, Maya meneteskan air mata.

Masumi menarik tubuh Maya menghadapnya, merangkum wajahnya, menghapus air mata yang mengalir, “Tidak Maya, semua ini bukan salahmu. Aku tak ingin melibatkanmu dalam hal ini, makanya aku memintamu menungguku. Aku sudah tidak bisa lagi membohongi hatiku. Dari awal aku hanya menjalani perjodohan ini sebagai pekerjaan dan perintah dari Ayahku. Aku tak merasakan kebahagiaan menjalaninya. Aku sudah mencoba menghapus bayangmu dengan sosok Shiori, tapi malah semakin sulit melepasmu. Saat kau mengucapkan dialog Akoya di kapal itu, rasanya  aku tak bisa menahan diri untuk memelukmu, timbul keberanian dalam diri ini untuk meraih kebahagiaanku dengan tangan ini. Aku kemudian menegaskan pada Shiori karena aku tak bisa lagi bersamanya.” “Pak Masumi.. salahkah kita yang saling mencintai ini. Salahkah kita yang mencoba jujur dengan perasaan ini?” “Tidak Maya, tidak ada yang salah, jangan menyesal mencintaiku, karena aku tidak menyesal mencintaimu.” “Kalau begitu, lepaskanlah rasa bersalah di hati kita, nona Shiori telah menentukan pilihan hidupnya sendiri”, ucap Maya. Masumi kembali mendekap Maya, merasa damai dan tenang telah berbagi beban dengan belahan jiwanya. “Aku senang bisa bersamamu lagi,  tidak pernah membosankan. Aku bisa menjadi diriku sendiri”, ujar Masumi. “Pak Masumi…” “Ssh..Maya, panggil aku Masumi”. Maya kembali tersipu merah,”Ma..Masumi, aku hanyalah gadis bodoh, tanpa akting aku bukanlah siapa-siapa.” “Kau bilang kau percaya padaku, jadi percayalah padaku bahwa kau adalah wanita luar biasa. Dengan kau di sisiku, aku merasa sangat bahagia”, ucap Masumi.

Udara malam mulai terasa dingin. Masumi mengajak Maya masuk ke dalam. “Masumi, aku ingin seperti ini lebih lama lagi.” “Tapi sebaiknya kita masuk ke dalam Maya, aku tidak ingin kau sakit.” Masumi menggendong Maya, menurunkannya di sofa. “Kau tahu kan Maya, aku adalah laki-laki, bisa saja aku berbuat kurang ajar padamu.” “Aku percaya padamu. Masumi, dekap aku seperti di lembah plum, kali ini sebagai seorang kekasih, bukan sebagai telur emas Daito.” “Maya..” Masumi menarik tangan Maya dan mendekapnya. “Ah.. malam panjang yang membahagiakan”, batin Masumi. Maya pun tertidur dalam pelukan Masumi.

Terbangun oleh suara burung camar, Masumi memandang Maya yang masih terlelap. Membelai lembut pipinya, Maya pun terbangun. “Pagi sayang..” Maya tersipu, “Pagi Masumi”. Masumi menarik Maya dan menggenggam tangannya, “Ada yang ingin ku tunjukkan.” Mereka berjalan menuju pantai. “Matahari terbit Maya. Indah ya”, ucap Masumi. Maya sangat senang melihat pemandangan ini bersama Masumi. “Mana kepiting-kepiting yang kau ceritakan?”. “Di sebelah sini, lihatlah..” “Wah, Masumi lucu sekali, lihat Masumi kepiting yang satu itu, berusaha menepi ke pantai, namun terbawa ombak dan terombang-ambing.” “Seperti diriku dulu Maya, seperti kapal yang terombang-ambing di lautan, tak bisa ke tengah dan tak bisa menepi. Namun kali ini aku telah menepi. Aku tak akan rela bila Maya dimiliki pria lain. Bisa-bisa aku gila”, batin Masumi.

“Maya..” Maya yang saat itu masih mengamati kepiting-kepiting menoleh dan mendekati Masumi. “Ada apa Masumi?”, Maya melihat raut wajah Masumi yang tegang. Masumi meraih kedua tangan Maya. Sesaat Masumi menarik nafas, “Menikahlah denganku Maya..”. Masumi mengucapkan dengan sungguh-sunguh. Maya menahan nafasnya, dengan tangannya Masumi mengangkat sedikit dagu Maya, menyapu bibirnya, kali ini mencium Maya saat ia sadar. Maya pun membalas ciumannya. “Apakah itu artinya ya?”, tanya Masumi berdebar-debar. “Ya..ya..ya..”, ucap Maya memerah dan memeluk Masumi kembali. Masumi mengeluarkan cincin dari saku celananya dan memasangnya di jari manis Maya. Matahari terbit, ombak pantai Izu menjadi saksi cinta mereka.


<<< Ku Menunggu ... THE END >>>



8 comments:

ivoneyolanda on 10 July 2011 at 23:53 said...

ooooo so sweet..................kayaknya semua terlihat simple n mudah ya........ tapi seneng mereka akhirnya bisa hidup bahgia.....

Anonymous said...

ooooooooooooooooooo...kisah yang simple namun romantis..sweet banget...kekuatan cerita ada di penuturan MM di Villa izu...>> halah belaga jadi komentator FF neh gw<<...KATARA HAYAMI

muri said...

Kyaaaa....so sweeet...!! thanks chibi-chan.

Anonymous said...

hoooohohoohohohooo....hwaaa....maniiisss sekaliiii...laik dissss... ^^

Resi said...

pantai izu, saksi cinta mereka. aku suka kata2 ini.

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 18 July 2011 at 22:14 said...

ai ...ai .....belahan jiwa menyatu di pulau Izu

adirha on 17 August 2011 at 15:01 said...

uwaaaaaaa.....bangun tidur+belom mandi+belom gosok gigi>>>>>udh ciuman<<<<< XD

Anonymous said...

hahaha
aq suka bagian shiorinya mati
#kejamnya
jd percintaan Maya Masumi lebih mudah
xD

Sheeva

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting