Wednesday 13 July 2011

Fanfic TK : Cos I Love You 8

Posted by Miarosa at 19:57
Rate : 18+
Warning : Kissu


Cos I Love You
( By Riema )

Chapter 8 : Final Destination



Aaaarrrrrrgggggggghhhhh,,,,,,, Masumi...... !!!’ Maya masih menangis kesal di tempat tidurnya. Ditekannya angka 1 di ponselnya berkali-kali
            ‘Angka 1 ! angka 1 ! dasar pembohong ! buktinya aku tidak bisa menghubungimu ! benar-benar laki-laki menyebalkan !’ Maya memaki panjang-pendek. Dipukul-pukulnya ponsel kecil itu dengan bantal. Kurang puas, Maya menutupi ponsel itu dengan bantal dan menginjak-injaknya.
            ‘Mati kau ! Mati kau ! mati kau !’ Maya telungkup di ranjang empuk itu dan membanting kaki dan tangannya berulang ulang sambil memaki Masumi.
            Tak berapa lama, Maya terbangun dan duduk bersandar pada kepala tempat tidur.
            ’Maaf ya Masumi....... Padahal kau sudah bilang akan menghadiri pernikahan Nona Shiori. Mungkin kau lupa mengatakan dengan siapa kau pergi. Dia bukan siapa-siapamu kan?’ Maya mengambil ponselnya dari bawah bantal
            ‘Huh... ternyata aku tidak bisa berhenti bersikap kekanakan, ‘ Maya menghembuskan nafas berat.
            ‘Maaf. Aku hanya terlalu mencintaimu.....’
            ‘Terlalu mencintaimu.....’


Walaupun sudah berusaha menepiskan rasa curiganya, tapi ternyata Maya tak bisa menutupi sepenuhnya. Tetap saja Maya tak bisa tidur nyenyak. Bayangan Masumi yang tersenyum pada gadis asing itu terus melintas dikepalanya. Akhirnya matanya tak terpejam hingga pagi.
            Saat Mizuki mengetuk pintu kamarnya pagi itu . Maya masih berbaring di tempat tidur dengan perasaan yang kacau..
            ’Maya ! Sudah siap ?’ Mizuki mengetuk lagi berulang-ulang. Mulai cemas karena tidak biasanya Maya membuatnya menunggu.
            ’Ya Tunggu !’ Susah payah Maya turun dari tempat tidur. Sambil berpegangan pada dinding Maya berjalan ke arah pintu
            ’Ya, Nona Mizuki !’ Maya mengeluarkan kepalanya
            ’Kau kenapa Maya?’ Mizuki tampak cemas melihat wajah Maya yang tak karuan
            ’Kau berantakan sekali’ Mizuki masuk
            ’Aku merasa tidak enak, Saat aku berdiri semua rasanya berputar-putar’ Mizuki memapah Maya kembali ke tempat tidur
            ’Kenapa bisa begini ?’ Mizuki menyelimuti Maya ’Sepertinya kau baik-baik saja kemarin’
            ’Aku tidak tahu.......’ dusta Maya. Malu rasanya kalau Mizuki sampai tahu Maya tidak tidur karena mencemburui Masumi. Memikirkan hal yang belum pasti kebenarannya.
            ’ Badanmu agak panas. Apa yang kau rasakan?’ Mizuki meraba kening Maya
            ’ Pusing, tenggorokanku sakit, dan aku merasa mual ’ Maya menutup matanya, berbaring miring, merasakan kepalanya semakin pening
            ’ Baiklah , aku akan memanggil dokter ’
            ’ Lalu pekerjaanku hari ini bagaimana?’ Maya memaksakan bicara meski rasanya enggan
            ’ Untunglah agenda hari ini hanya wawancara di TV dan Radio. Biar mereka yang memutuskan. Melanjutkan wawancara tanpa Bibabari Merah? Atau menunda wawancaranya sampai keadaanmu membaik’ Mizuki meraih gagang telepon dan menghubungi resepsionis, meminta bantuan agar dipanggilkan dokter.
            ’ Maaf....... ’ Maya berbalik, berusaha menatap Mizuki
            ’ Untuk apa? Kau sudah bekerja sangat keras, wajar saja kalau tubuhmu kelelahan. Walaupun aku selalu berusaha memenuhi nutrisimu, tetap saja. Tubuhmu mungkin tidak tahan’ Maya berbalik lagi, menyembunyikan tangisnya. Maya merasa tindakannya sangat bodoh dengan membiarkan dirinya tidak terjaga dengan baik. Untung saja pentas Bidadari Merah di Kanto ini sudah selesai. Hanya tinggal wawancara saja.
Maya tidak bisa membayangkan seandainya ini di tengah hari pentas. Betapa tidak bertanggung jawabnya dia, membiarkan dirinya terlarut dalam kecemburu butaan.
>Semua ini gara-gara kau Masumi ! awas saja kalau kau pulang nanti. Pasti aku membuat perhitungan denganmu< Maya merutuk dalam hati
Tidak lama, seorang dokter datang memeriksa Maya. Menanyakan gejala dan perasaan Maya. Lalu menulis resep
’Nona Kitajima hanya masuk angin dan kelelahan. Dan sedikit radang tenggorokan, mungkin nanti akan demam. Sebaiknya dua hari ini bed rest dulu, tidak usah melakukan kegiatan’ dokter muda tersebut menyerahkan resep pada Mizuki
’ Semoga lekas sembuh nona.’
’ Terimakasih dokter’ Maya menyelubungi kepalanya dengan selimut
’ Jika ada apa-apa,hubungi saja saya. Atau  anda bisa datang ke klinik saya’ Mizuki menerima kartu nama sang dokter di depan pintu
’ Terima kasih’ Mizuki menutup pintu dan kembali ke sisi tempat tidur Maya
’ Aku akan menebus resepnya, tidak apa-apakah aku tinggal sendiri?’
’ Iya’ Maya menjawab dari balik selimut
’ Jangan begitu, kau bisa kekurangan oksigen nanti’ Mizuki menyibak selimut Maya
’ Cobalah untuk tidur, akan kupesankan sarapan untukmu ’ Maya mengangguk tanpa menoleh


Duisburg, Jerman:
            Masumi sibuk menelepon sambil memeriksa dokumen di kamarnya. Dia merencanakan kepulangannya 2 minggu lagi, dan ingin segera menyelesaikan pekerjaan tepat pada waktunya
            ’ Jadi apa yang harus saya lakukan dengan perusahaan H ?’ tanya seseorang di sebrang sana
            ’ Seperti yang sudah aku katakan, biarkan saja dia menunggu dulu. Sebentar lagi dia akan menyerah. Kita hanya tinggal bersabar Ishimura’ Masumi memberi instruksi pada asisten yang mewakilinya di Daito sementara dia tidak ada.
            ’ Baik Pak Masumi ’
            ’ Ada yang lain ? ’
            ’ Tidak, sekian laporan dari saya ’
            ’ Baik. Terimakasih ’ Masumi menutup telepon dan menekan serangkaian nomor sambungan internasional lagi
            ’ Hijiri. ’
            ’ Ya Tuan. Nona Maya masih ada di Kanto. Rencananya minggu depan akan melanjutkan ke Kyushu. Seharusnya hari ini ada wawancara dengan salah satu stasiun TV. Tapi sepertinya ada penangguhan dari pihak Nona Maya’
            ‘ Oya ? Kau tahu sebabnya ? ‘
            ‘ Menurut kabar, sepertinya Nona Maya sakit. Seharian ini dia tidak keluar kamar. Dan saya lihat Nona Mizuki pergi ke apotik ’
            ’ Apa ? Maya sakit? Kau yakin ?’  Hijiri mengiyakan
            ’ Baiklah. Biar aku menghubungi Mizuki. Terima kasih, tetap kau awasi ya?’ Masumi memutuskan telepon dan bergegas menghubungi Mizuki
            ’ Kenapa dia tidak menghubungiku ’ Gerutu Masumi mendengarkan nada tunggu dengan tidak sabar lalu memutuskannya dan beralih pada nomor yang lain.
            ’ Mizuki, Maya...... apa yang sedang kalian lakukan? Apa kalian tidak bisa mengangkat teleponku?’ Masumi mendengus gemas
            ’ Halo Maya.......... ’ sambar Masumi begitu tersambung. Hanya beberapa detik, lalu terputus
            ’ Diputus ? apa-apaan dia itu !’ Masumi mengulangi lagi sampai tiga kali.
            ’ Maya ! Kalau kau tidak bicara ! sekarang juga aku akan terbang ke Kanto dan menjewer kupingmu !’ Ancamnya pada sambungan yang ke empat
            ‘ Mayaaaaa ...... ‘ Masih sepi
            ‘ Maya......... tolong bicaralah padaku. Aku sangat mengkhawatirkanmu.......‘ Masumi memelas
            ‘ Ya ‘ Jawab Maya serak
            ‘ Maya kau kenapa ? Kau terdengar tidak sehat .’
            ‘ Aku tidak apa-apa. Hanya sedikit radang tengorokan. Mungkin kelelahan’
            ’ Lalu kenapa kau tidak menghubungiku ? Dan kenapa kau terus menutup teleponku ?’
            ’ Karena aku sakit, dan juga sedang marah padamu..... ’
            ’ Marah padaku ? kenapa?’
            ’ Tidak apa-apa. Kita bicara nanti saja, kalau kau sudah pulang ’
            ’ Tidak bisa. Bicaralah sekarang !’
            ’ Jangan memerintahku tuan Hayami. Tengorokanku sakit sekali. Apa kau sengaja mau menyiksaku?’ Suara Maya tyercekik
            ’ Maaf. Maaf. Kau tidak apa-apa Maya? Maafkan aku. Istirahatlah. Cepat sembuh ya ?’
            ’ Mm-hm ’
            ’ Maya ?’
            ’ Ng?’
            ’ Aku sangat merindukanmu ..... ’ Masumi berbisik
            ’ Aku juga sangat merindukanmu..... ’ Jawab Maya lemah
            ’ Kau terdengar payah. Apa perlu aku pulang?’ Masumi tidak dapat menyembunyikan kekhawatirannya
            ’ Apakah kau mau lari dari pekerjaanmu ?’ Maya tertawa pelan
            ’ Sepertinya itu tidak mustahil akan aku lakukan. ’
            ’ Tidak. Aku tidak apa-apa. Hanya perlu istirahat. ’
’ Baiklah. Istirahatlah. Dan jangan memikirkan hal bodoh apapun yang mungkin akan membuatmu marah padaku. Ok ?’
’ Mm-hm. Dan sebaiknya aku berhenti bicara sekarang ’
’ Baiklah. Daaah..... ’ Disebrang sana Maya menutup teleponnya
’ Marah ? kenapa lagi gadis itu ?’ Masumi terlihat bingung, mencoba memikirkan beberapa kemungkinan. Tapi otaknya tidak memberikan jawaban yang pasti, akhinya di tertidur masih dengan benak penasaran.


Masumi memperhatikan penjelasan Ursula dengan seksama, dia sudah memutuskan akan segera pulang ke Tokyo secepatnya. Selambat-lambatnya minggu depan.
’ Anda tidak perlu khawatir, anda bisa mempercayakan semuanya pada kami ’ Gadis cantik itu mengibaskan rambut pirangnya
’ Yah sebaiknya begitu, aku sudah terlalu lama meninggalkan pekerjaanku ’ Masumi menghirup kopinya
’ Tentu, aku mengerti. Anda bahkan bisa pulang besok jika anda mau’ Ursula menatap pria di hadapannya
’ Aku akan memikirkannya. Mungkin aku akan membiarkan orangku disini sampai waktu yang telah ditetapkan ’ Ursula mengangguk tanda setuju
’ Tapi Felix menghubungiku kemarin, katanya kalau bisa anda datang ke kantornya di Neckarsulm. Dia sangat ingin bertemu dengan anda sebelum anda pulang. Tapi sepertinya dia terlalu sibuk jika harus datang kemari dan meninggalkan pekerjaannya ’
’ Entahlah. Sepertinya aku tidak bisa memenuhi undangannya ’ Masumi tidak sabar untuk segera pulang ke Jepang. Bila perlu langsung ke kota tempat Maya pentas. Dimanapun itu.
’ Begitukah ? Kakakku pasti kecewa. Katanya dia ingin memberitahukan sesuatu pada anda ’
’ Oya ? apa itu ?’
‘ Entahlah, dia hanya bilang, motif. Aku tidak mengerti apa maksudnya ’
’ Ng. Aku mengerti. Jadi akhirnya dia akan memberitahu aku. ’ Masumi tampak berfikir
’ Baiklah. Tolong sampaikan padanya aku akan menemuinya. Besok. Dan mungkin aku akan langsung pulang ke Jepang ’
’ Sebaiknya anda tinggal beberapa hari disana. Disana indah sekali ’ Ursula tersenyum manis, mata birunya berpendar indah.
’ Aku akan memikirkannya. Terima kasih ’ tapi tidak ada yang tampak indah bagiku tanpa kehadiran Maya. Dan dia sedang sakit disana. Juga marah padaku. Ukh. Sama sekali tidak indah. Masumi berkata dalam hati


Kantor Felix Oschin :

            ’ Terima kasih kau sudah mau datang Masumi. Aku pikir kau akan menemuiku besok. Tidakkah kau lelah ?’ Felix mempersilakan Masumi duduk di sofa kulit hitamnya
            ’ Tidak. Sebenarnya aku enggan menemuimu. Sebaiknya kau benar-benar memberikan alasan bagus mengundangku kesini’ Masumi menyandarkan punggungnya yang terasa kaku.
            ’ Kau pernah mengatakan ingin tahu siapa aku. Bisa kesini sebentar ’ Felix berjalan menuju meja kerjanya dan duduk di depan komputernya, Masumi mengikuti
            ’ Bacalah ini ’ Felix memasang kacamatnya. Menghadapkan komputernya ke arah Masumi.
            Masumi membacanya, lalu keningnya mulai mengeryit heran
            ’ Mizuki ? bisakah kau jelaskan lebih rinci ? aku tidak yakin dengan apa yang aku baca ’ Masumi berdiri menghadap Felix
            ’ Listen! Beberapa bulan lalu, saat aku menawarkan kerjasama pada Daito, aku bertemu Mizuki. Aku langsung mengenalinya saat itu ’
            ’ Mengenalinya ?’
            ’ Hm...... aku akan bercerita sedikit tentang diriku. Orang tua ku berpisah waktu aku kecil. Aku hidup berdua dengan ibuku di Jepang, sementara Ursula dibawa ayahku ke sini. Anak-anak lain selalu menganggap aku anak aneh, karena aku bermata-biru, dan aku tidak punya ayah. Semua anak selalu mengatai aku, semua anak kecuali seorang gadis kecil bermata tajam bernama Mizu. Dia seringkali membelaku dan memarahi anak-anak itu. Kami berteman, dan sejak itu aku menganggapnya dewi penolongku.
            Sayang kami tidak berteman lama. Ayahku datang dan membawa kami ke sini. Orangtuaku rujuk, kami hidup bersama lagi. Sejek perpisahan itu aku sama sekali tidak pernah bertemu Mizu, tapi aku tidak pernah melupakannya. Dan saat melihatnya dikantormu, aku langsung mengenalinya’ Felix tersenyum mengingat pertemuannya dengan Mizuki.
            ’ Wow ! aku tidak tahu Mizuki punya kisah semenarik itu. Dan dia sudah mengetahui kisah ini’
            ‘ Tidak. Belum. Dia hanya sudah menyadari bahwa aku adalah Ferrari. Dan seperti yang sudah kau baca tadi. Dia mungkin akan mau nenikahiku. Jika, kau sudah menikah dengan Maya’
            ’ Maka kau mati-matian membuatku bersatu dengannya ?’ Felix mengangguk
            ’ Sengaja tebar pesona dan membuatku cemburu setengah mati?’
            ’ Tentu saja. Dan kecemburuan itu sangat efektif untuk mendongkrak perasaan yang kau simpan rapih. Aku tahu kau akan cemburu dan merasa tersaingi. Kau butuh seseorang yang sepadan sebagai lawanmu. Dan aku berani menempatkan diriku didepanmu’
            ’ Kau juga sengaja membuat kami terjebak dalam lift?’
            ’ Ng. Sepertinya itu perbuatanku juga ’ Kata Felix jahil
            ’ Apakah Mizuki terlibat dalam skenario ini?’
            ’ Tidak perlu kan? Bukankah dia memang selalu membantumu?’
            ’ Ah. Ya..... ’ Masumi mengangguk
            ’ Lalu, skenario kerjasama Kippemberg dan Daito ?’ Mata Masumi menyipit
            ’ Jangan tersinggung Masumi, tapi ya. Niatan awalnya, itu juga demi Mizuki. Tapi aku juga tentu memandang hal itu dari sisi profesionalku. Setelah berkonsultasi dengan Ursula, akhirnya dia menyetujuinya. Dan itu tentu akan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak’
            ‘ Ya. Aku mengerti, aku hanya tidak menyangka kau seperti itu. Setahuku, kau itu termasuk playboy. Bagaimana mungkin kau bisa melakukan hal seperti itu hanya untuk seorang wanita?’ Masumi menggeleng
            ’ Seseorang menjadi playboy hanya karena dia belum menemukan pasangan jiwanya. Dan saat aku menemukannya, aku akan merengkuhnya. Melakukan segala upaya untuk mendapatkannya. Makanya aku sangat kesal mendengar cerita Mizuki tentang kau dan Maya. Kenapa kalian begitu senang memikirkan hal yang tidak penting, yang akhirnya hanya akan menjadi tembok penghalang bagi hubungan kalian.
            Kau sudah meyakini Maya sebagai belahan jiwamu, tapi kau masih saja mempertimbangkan banyak alasan untuk berpisah. Ukh.... benar-benar membuatku gemas. Kalian orang-orang timur apa selalu seperti itu? Hampir membuatku frustasi. Huff ’ Dihembuskannya nafas kuat-kuat
            ’ Orang timur? Look who`s talking? Jadi sekarang apa maumu?’
            ’ Mauku? Aku mau sekarang kau membantuku. Menikahlah dengan Maya, dan biarkan aku mengejar cintaku’
            ’ Kau sinting ya? Kau pikir semudah itu. Dan walaupun aku menikahinya, yang pasti itu bukan karena kau !’
            ’ Aku tahu. Tentu saja kalian menikah karena saling mencintai. Maksudku, kalian jangan membuat masalah lagi. baik-baiklah, dan segeralah menikah. Apalagi yang kau tunggu. Menunggu orang lain mengambilnya darimu? Kalau ada orang lain seperti aku mencoba mengambil Maya, dan bukan pura-pura. Apa saat itu kau yakin akan tetap mampu menahan Maya disisimu?’ Tanya Felix tajam. Masumi menghela nafas, tak ingin memikirkan kemungkinan itu
            ’ Tentu saja aku sangat ingin menikahinya. Tapi kami sedang sama-sama sibuk sekarang ini. Dan kami........’
            ’ SIBUK ???!! Oh please Masumi , itu alasan yang sangat bodoh yang digunakan seseorang utnuk menunda pernikahan. Memangnya kalau kalian menikah, kalian tidak akan bisa bekerja lagi?! Berfikirlah lebih logis. Jangan sampai kau menyesal. Aku dengar saat ini Maya sedang Tour Bidadari Merah. Maka akan semakin banyak pria yang terpesona padanya. Bukan tidak mungkin kan ada orang lain sepertimu yang memuja Maya seperti orang gila. Memberikan segalanya demi pujaannya. Kau pikir hanya kau seorang yang bisa bertindak seekstrem itu dalam menyukai seseorang? Dan kau pikir Maya tidak akan goyah, jika ada orang lain yang memperhatikannya seperti dirimu? Sementara kau selalu sibuk dengan urusanmu?
Menurutku, justru saat sibuk seperti ini kau harus segera menjadikan dia milikmu. Biarkan semua orang tahu Maya hanya milikmu ’ Papar Felix panjang lebar. Masumi mendengarkan dan diam-diam menyetujui perkataan Felix

            Dua hari kemudian Masumi pulang ke Jepang bersama seorang bawahannya. Masumi sudah berniat untuk langsung menemui Maya di Kanto, tapi panggilan dari Daito yang terus-menerus membuatnya mengurungkan niat. Setelah pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian, dengan hati dongkol Masumi memasuki kantornya. Memaksa tubuh letihnya bekerja lagi.
            Setelah hampir dua bulan meninggalkan kantor, setumpuk dokumen menanti untuk ditanda tangani dan sejumlah laporan bertumpuk untuk diperiksa. Berikut list janji bertemu yang luar biasa panjang.
            ’ Apa saja kerjamu selama aku pergi Ishimura ? Bukankah aku sudah menyuruhmu mewakiliku?’ Dengan sigap Masumi memilah pekerjaannya dan mengutamakan yang prioritas .
            ’ Maaf Pak. Ada hal-hal yang tidak bisa saya wakili. Lagipula saya sudah mengerjakan semua yang Bapak perintahkan.’ Ishimura menatap Masumi takut-takut
            ’ Lalu ini kau sebut apa?’ Masumi menunjuk tumpukan dokumen di hadapannya
            ’ Itu, anda bilang anda ingin memeriksanya sendiri ’ Lelaki itu berharap atasannya tidak lupa
            ’ Hmm. Baiklah. Keluarlah dan jangan ganggu aku !’ Masumi mengibaskan tangannya, Ishimura menarik nafas lega dan segera keluar.
            ’ Tidak bisa di andalkan ! Uf, kalau begini kapan aku bisa menemui Maya ?’ Masumi memfokuskan pikiran pada pekerjaannya. Menganalisa dan mengambil keputusan kilat.

***
Kyushu:

            ’ Pak Masumi sudah menghubungimu Maya ?’ Mizuki membereskan barang-barang Maya seusai pementasan
            ’ Tidak. Aku hanya melihat berita kepulangannya  di TV !’ Maya bersungut kesal
            ’ Sudah seminggu pulang ke Jepang, dan dia bahkan tidak menghubungiku? Keterlaluan sekali ’ Kata Maya sedih
            ’ Pasti dia sibuk sekali. Pak Masumi meninggalkan kantor cukup lama’
            ’ Aku tahu, tapi masa dia tidak bisa menghubungiku? Diakan tidak bekerja sehari semalam?’
            ’ Kau tidak tahu saja, betapa kuatnya orang itu bekerja ’ Mizuki melirik Maya
            ’ Begitukah ?’
            ’ Ya. Pak Masumi bisa bekerja hingga dinihari dan mulai bekerja pagi sekali esok harinya ’
            ’ Mengerikan sekali. Lalu kapan dia tidur?’ Maya mengeryit, merasa iba pada kebiasaan buruk kekasihnya itu
            ’ Dia sudah biasa tidur hanya 2-3 jam dalam sehari. Sering seperti itu jika banyak pekerjaan ’
            ’ Benar-benar kebiasaan buruk. Bukankah dia bisa sakit kalau terus seperti itu?’
            ’ Begitulah. Tapi syukurlah Pak Masumi diberkahi tubuh yang sehat .’ Mizuki menghela nafas
            ’ Tidak bisa begitu nona Mizuki. Aku tidak suka dia menyiksa diri seperti itu’ Maya cemberut
            ’ Kalu begitu sebaiknya kau hubungi dia. Aku yakin dia akan mendengarkan ’
            ’ Ukh. Aku ?’ aku kan masih harus membuat perhitungan dengannya ! Dasar orang bodoh ! Maya menggerutu dalam hati
            ’ Baiklah. Aku akan menghubunginya di hotel nanti. Aku sangat lelah dan ingin segera mandi ’ Maya mengikuti Mizuki keluar ruang ganti dan membalas sapaan beberapa orang yang berpapasan dengannya.
            ’ Kau tidak ikut kami Maya? Kami mau ke karaoke sebentar ’ Koji menghadang langkah Maya
            ’ Maaf Koji, aku lelah sekali. Aku ingin segera istirahat ’
            ’ Baiklah, tidak apa-apa. Istirahatlah ’
            ’ Daah Koji, jangan pulang terlalu larut. Besok kan masih pentas !’ Maya melambaikan tangan
            ’ Iya. Terima kasih !’ Koji balas melambai, melihat punggung Maya sampai menghilang di belokan. Betapa perasaan rela itu begitu melegakannya. Melihat kebahagiaan Maya saat bersana Masumilah yang membuat perasaannya begitu ringan. Cintanya begitu besar, hingga melihat gadis yang dicintainya bahagia entah bersama siapapun itu, bisa membuatnya bahagia juga. Pemuda itu merasa cukup puas menjadi kekasih Maya di panggung. Dan panggung adalah satu-satunya tempat yang tak terjamah Masumi.

Di luar gedung pertunjukkan, sebuah mobil sudah menanti. Maya masuk ke balakang, diikuti Mizuki.
’ Nona Mizuki, benarkah hotel yang kita tempati itu milik Daito?’ Maya melirik Mizuki
’ Ya. ’ Mizuki tersenyum
’ Yang di Hokkaido juga?’
‘ Itu juga, yang di Shikoku juga ‘ Mizuki tersenyum lagi, menyadari dangkalnya pengetahuan Maya tentang Grup Daito
‘ Wow !’ Mata Maya membesar
‘ Grup Daito membawahi banyak perusahaan dalam berbagai bidang Maya. Perhotelan, sarana transportasi, pengelolaan hasil pertanian dan lainnya. Tahun depan sepertinya sudah akan mulai melirik usaha minyak bumi, sudah ada beberapa perusahaan asing yang akan bergabung dengan Grup Daito’
‘ Sebanyak itu ?’ Maya melotot
‘ Begitulah......... ‘
‘ Dan selama ini Bidadari merah selalu pentas di gedung Daito, itu sama saja seperti hak pementasan ada di tangan mereka kan?’
‘ Kebetulan saja Daito selalu memiliki gedung pertunjukan terbaik di setiap daerah. Kau bisa menolaknya jika kau mau. Hak pementasan itu kan milikmu’
’ Ugh. Sepertinya berat. Bukankah persatuan Drama Nasional menginginkan Bidadari merah selalu dipentaskan di Gedung terbaik? Kalau dimana-mana ada gedung milik Daito, sepertinya aku akan selalu pentas di Daito’ Maya menghela nafas
’ Seperti kubilang barusan. Hak pementasan adalah milikmu, bahkan Ketua persatuan Drama tidak bisa memaksakan kehendak padamu. Memangnya kau punya alasan tidak mau pentas di Daito?’
’ Entahlah, sepertinya tidak juga. Aku hanya iseng bertanya saja. Sama sekali tidak bermaksud begitu ’ Maya memandang keluar jendela, memikirkan Masumi. Mencoba memahami beban berat yang ditanggung pria itu.

Setelah mandi, Maya membaringkan tubuhnya di tempat tidur. Mencoba menelpon Masumi. Tapi hanya jawaban operator yang menyambutnya.
Maya mencoba sekali lagi, tapi tetap tanpa jawaban. Akhirnya Maya hanya meninggalkan pesan suara dengan gemas.


Rumah kediaman Hayami:

Masumi menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur, meluruskan punggungnya yang kaku dan terasa sakit.
            ’ Ukh.....  Sepertinya tulang-tulangku menjerit kesakitan. Rupanya aku terlalu memaksakan diri ’ dalam hati menghitung waktu, berapa lama dia tidak merasakan nikmatnya tidur. Ditambah dengan perasaan rindunya pada Maya yang terasa menyiksa.
            ’ Pasti kau sudah tidur sekarang. Ugh, aku ingin mendengar suaramu ’ Masumi menyalakan ponselnya,
            ’ Maya ?’ Masumi tersenyum begitu membaca layar ponselnya, lalu mendekatkannya ke telinga
            ’ Halo Masumi....... kau baik-baik saja? Sudah lama pulang, kenapa tidak menghubungiku? Benar-benar menjengkelkan ! Kata nona Mizuki kau bekerja keras? Benarkah? Sebaiknya kau tidak melakukan itu. Bagaimana kalau kau sakit? Uuh... kau membuat aku seperti istri cerewet saja! Telepon aku begitu kau sempat ya !’ Masumi tersenyum mendengar suara Maya. Diputarnya pesan itu berulang-ulang. Suara gadis itu cukup sebagai penawar rindu dan penatnya hari itu. Malam itu, Masumi tersenyum dalam tidurnya.


            Esok paginya, Masumi merasa seluruh tubuhnya sakit dan tak bisa digerakkan. Sendi-sendinya terasa linu dan nafasnya panas
            ’ Ukh..... badanku benar-benar tidak enak. Ada apa denganku ?’ Masumi beringsut, berusaha turun dari tempat tidur, tapi rasa nyeri menahannya
Masumi meraih ponselnya dan menekan angka 1, pada dering ke 2 Maya menjawab
            ’ Maya....... aku sakit......... ’
            ’ Masumi ? kau kenapa? Kau dimana ? ‘ Maya berteriak panik
            ’ Jangan berteriak. Aku di rumah .’ Masumi berkata lemah
            ’ Kau ini, kenapa saat sakit kau baru ingat padaku? Keterlaluan ! kau sudah memanggil dokter?’
            ’ Tidak, belum. Aku akan menelponnya sebantar lagi. Aku tidak bisa bangun ’
            ’ Kau kenapa? Sudah biar aku minta Nona Mizuki menelponkan dokter untukmu. Kau tidurlah dulu. Tunggu ya !’
            ’ Maya ?’
            ’ Ya?’
            ’ Kau ini memang istri yang cerewat ’ Masumi tertawa parau
            ’ Masumi !! saat seperti ini, masih bisa bergurau. Sudah, tunggulah’ Maya menutup telponnya
            ’ Ah. Maya. Badanku sakit, tapi jiwaku merasa sangat sehat. Aku gembira sekali..... ’ Masumi tersenyum.

            Satu jam kemudian, dokter keluarga Hayami masuk ke kamar Masumi bersama seorang pelayan
            ’ Tuan muda, kenapa tidak memanggil saya. Saya kaget sekali waktu dokter datang dan mengatakan anda sakit ’ Bibi setengah baya itu mendekati Masumi dengan cemas
            ’ Aku tidak apa-apa bi. Tenanglah. Aku merasa sangat sehat, aku hanya tidak bisa bergerak ’ Masumi tersenyum
            ’ Hanya ? Tuan muda ini kelewatan. Senang membuat saya khawatir !’
            ’ Sudahlah, biarkan saya memeriksa Pak Masumi dulu ’ dokter mengeluarkan peralatannya dan memeriksa Masumi dengan seksama
            ’ Sepertinya anda benar-benar kelelahan Pak Masumi. Anda memaksa tubuh anda bekerja terlalu keras’
            ’ Yah........ begitulah menurutku. Jam kerja yang panjang dan padat, pola makan yang kacau, nutrisi yang tidak seimbang. Ukh, aku benar-benar payah ya’
            ’ Ditambah dengan rokok dan alkohol dosis tinggi pastinya ’ dokter menambahkan
            ’ Sempurna ’ Masumi tertawa hambar, kedua orang disampingnya menggeleng. Masumi terpaksa minum obat yang akan membuatnya tidur seharian.

            Masumi terjaga saat terdengar ketukan di pintu. Masih dalam keadaan setengah sadar, Masumi melihat Maya menghampiri dan duduk di tepi tempat tidur
            ’ Ah. Maya.... mimpi yang benar-benar indah. Aku pastilah sangat merindukanmu hingga memimpikanmu ’ Masumi tersenyum
            ’ Masumiii....... ’ Maya tersuruk ke dada Masumi
            ‘ Maya ? Kenapa mimpiku terasa sangat nyata ?’ Masumi tercengang menyentuh punggung Maya
            ’ Jangan bercanda. Aku memang ada di sini kok ’ Maya mengangkat wajahnya
            ’ Maya ?’ Masumi masih tak percaya
            ‘ Iya, ini aku....... ‘ Mata gadis itu berkaca-kaca
            ’ Bagaimana kau bisa ada disini ?’ Masumi membelai wajah mungil di dadanya, memastikan kebenaran
            ’ Aku langsung terbang kesini begitu selesai pentas, kau benar-benar membuatku khawatir ’ Maya mulai menangis
            ’ Maya........ ’ Masumi beringsut, berusaha keras menegakkan tubuhnya
            ’ Jangan bangun !’ Maya menahan dada Masumi
            ‘ Yah..... aku memang belum bisa bangun, tapi aku ingin melihatmu dengan jelas’ Masumi menambahkan bantal ke belakang kepalanya
            ‘ Jangan menangis, dasar cengeng ‘ Masumi mengusap pipi gadis itu
            ‘ Aku benar-benar khawatir, sampai dadaku sakit. Kau ini, benar-benar keterlaluan !’ Maya terisak seraya memukul dada Masumi, dengan sigap Masumi menangkap tangannya
            ’ Maaf. Maaf membuatmu khawatir seperti ini. Maaf ya?’ Masumi menarik Maya ke dalam pelukannya
            ’ Payah benar aku ini, padahal aku kan sedang marah padamu’
            ’ Oh, aku hampir lupa. Kenapa ?’ Masumi mengelus-elus punggung Maya
            ’ Habisnya....... habisnya...... kau berbohong. Kau lebih suka pada gadis bermata biru.......... ’ Maya terisak, menyurukkan wajahnya semakin dalam
            ’ Hah ? apa maksudmu ? ’ Masumi menatap Maya heran
            ’ Jangan pura-pura tidak mengerti’ Maya mendongak, wajahnya penuh airmata
            ’ Maya...... aku sungguh-sungguh tidak mengerti apa maksudmu ’ Masumi menahan wajah Maya dengan 2 tangannya
            ’ Di pernikahan Nona Shiori. Aku melihat kau bersama gadis itu. Gadis pirang yang tinggi itu. Dia begitu cantik, sangat serasi denganmu. Reporter itu bilang dia mungkin pacar barumu’ Maya merengek
            ’ Maya ?’ Masumi tergelak pelan
            ‘ Yang benar saja? Masa kau percaya itu. Dia itu Ursula, adiknya Felix Oschin. Dia rekan bisnisku di Jerman ‘ Rasa cemburu Maya menimbulkan percik bahagia di hati masumi
            ‘ Benarkah ?’ Masumi mengangguk
            ‘ Lalu kenapa kau tidak bilang kalau kau pergi dengan perempuan itu?’
            ‘ Aku tidak pergi dengannya Maya. Aku bertemu dia di sana. Ternyata dia teman mempelai pria, aku mana tahu. Sudahlah jangan begini. Jangan menangis karena aku, itu membuatku sakit, tahu tidak?’
            ’ Habisnya.... kau tidak menghubungi aku. Itu membuat aku kesal ’ Maya mencoba melepaskan wajahnya dari tangan Masumi, wajahnya begitu dekat dengan wajah Masumi. Membuatnya jengah.
            ’ Dengarkan aku Maya-ku, kecantikan siapapun tidak akan pernah bisa menggoyahkan aku. Karena dimataku hanya ada kamu, hanya kau seorang. Aku menyukai semua yang ada di dirimu, berapa kali harus kukatakan? Aku suka caramu tersenyum, aku suka saat kau menangis, aku bahkan menyukai caramu berkedip. Tidak ada kecantikan yang melebihi itu. Tidak akan pernah ada. Aku tidak bisa melihat gadis lain Maya. Kau adalah pusat duniaku sekarang.’ Masumi bicara serak, meyakinkan Maya. Maya mengigit bibirnya, terisak. Terharu oleh perkataan Masumi
            ’ Jangan lakukan itu.’ Dengan ibu jarinya, Masumi melepaskan bibir Maya dari giginya lalu menarik wajah mungil itu mendekat. Maya beringsut,  rasanya seluruh tubuhnya sudah ada di atas tempat tidur sekarang, sebagian tubuhnya menindih tubuh Masumi
            ’ Aku sangat merindukanmu Masumi’ Maya mencium bibir pria di bawahnya
            ’ Ugh... aku....... juga.....’ desis Masumi, memeluk tubuh Maya semakin erat. Masumi menggeram saat Maya menggigiti bibirnya
            ‘ Maya..........? ‘
            ‘ Ngh............ ‘ Maya melepaskan ciumannya, menatap mata Masumi yang menyala oleh gairah
            ‘ Aku ini laki-laki Maya, berani benar kau masuk ke kamarku sendirian. Bagaimana kalau aku berbuat kurang ajar padamu?’ Sekuat tenaga Masumi berusaha menahan gejolak hatinya
            ‘ Bukankah sedikit terlambat mengatakan itu? Lagipula, kau kan sedang tidak bisa bergerak ‘ Maya tersenyum jahil, menyingkirkan anak rambut dari kening Masumi
            ‘ Kau ini’ Masumi terkekeh
            ‘ Kau menilai pengendalian diriku terlalu tinggi sayang. Aku benar-benar tidak tahan.’ Masumi mendesah
’Untunglah badanku sekaku kayu  ’ Maya terkikik, Masumi menarik wajah  Maya dan mencium bibirnya lagi dengan penuh hasrat. Berkali kali seolah tak akan pernah puas.
Maya melepaskan diri dan bergelung disamping Masumi, manggunakan lengan Masumi sebagai bantal
’ Aku bahagia sekali melihatmu disampingku, aku ingin selamanya begitu ’ Masumi menatap Maya mesra
            ’ Jika kau mau begitu...... ’
            ’ Nomong-ngomong, apakah kau bertemu ayahku saat kau datang?’
            ’ Tidak. Pelayanmu yang menyampaikan kedatanganku pada Pak Eisuke. Lalu katanya Ayahmu menyuruh aku ke kamarmu’
            ’ Begitukah ?’
            ’ tentu saja. Kau pikir aku berbohong? Pikirmu aku menerobos masuk ke kamarmu seperti pencuri?’ Maya cemberut
            ’ Kalau pencurinya sepertimu, siapapun tentu mau didatangi ’ Masumi terkekeh
            ’ Uuhh.  ’ Maya merengek, Masumi mengusap kepala gadis itu
            ’ Setelah Tour Bidadari merahmu selesai, aku akan menjadikanmu milikku’ Maya manatap Masumi tertegun
’ Akan kuhadiahi kau sebuah lagu perkawinan. Tidak akan kubiarkan kau pergi lagi dariku, akan kubiarkan semua orang tahu bahwa kau milik Masumi Hayami. Hanya milikku’ Masumi berkata tegas
’ Apa kau sungguh-sungguh kali ini? Dulu kau pernah melamarku, tapi lalu kau berubah pikiran. Jaminan apa yang kupunya untuk meyakinkan diri kau tidak akan berubah pikiran lagi?’
’ Maaf, itu tidak mungkin terjadi lagi. Jawablah sekarang, maka janji kita adalah laminannya’ Mata Maya mengaca, lalu mengecup pipi Masumi.
            ’ Terima kasih. ’ Air mata mengalir di pipinya ’ Kau bisa menjadikan aku milikmu, kapanpun kau mau’
            ’ Kapan sih kau tidak menangis mendengar perkataanku. Membingungkan’ Masumi mendekap Maya



Pagi harinya, saat Maya tengah menyuapi Masumi, Eisuke masuk ke kamar Masumi.
’ Halo. Selamat pagi ?!’ Sapa Eisuke ramah, membuat Masumi tersedak
’ Ha- halo. Paman ?’ Maya terbelalak, Eisuke terkekeh, sementara Masumi menatap mereka bingung
‘ Ada apa? Apa kau sudah mengenal ayahku Maya?’
‘ Perkenalkan. Aku Eisuke Hayami. Ayah dari kecoa, kekasihmu ini ‘ Eisuke mengulurkan tangan
‘ Ayah? Halo paman ‘ Maya menyambut uluran tangan Eisuke tersipu
‘ Aduh, aku malu sekali.....’ Maya menutup wajahnya
’ Kau kenapa Maya ? dan apa maksud ayah dengan kecoa? ’ Masumi mengeryit
’ Ini.. ini dia paman eskrim yang pernah kuceritakan.’
’ Paman eskrim ’
’ Sssstttt. Itu rahasia kita mungil ’ Eisuke meletakkan telunjuknya di bibir
’ Lalu kecoa? ’
’ Hahaha...... gadis ini bilang, kecoa lebih baik dari pada kau ! dan aku setuju hal itu. Hanya saja, gara-gara kau namaku jadi ikut tercoreng ’ Eisuke tergelak
’ Kenapa ayah tidak pernah bilang kalau ayah sudah bertemu Maya?’
’ Untuk apa? Aku kan sudah bilang itu rahasia ?’
’ Huh  ! Aku masih tak  percaya ! Paman eskrim yang diceritakan Maya sama sekali tidak terdengar seperti ayah . dan setahuku , Maya sangat menyukai paman itu. Itu tidak mungkin ayah kan?’
’ Apa maksudmu? Kau heran aku bisa jadi manusia yang menyenangkan? Kau pikir aku sama sepertimu? Kau pikir kenapa aku begitu mudah menyerah tentang Bidadari Merah, hah? Kalau bukan karena aku ini juga sangat menyukai Bidadari Merah ini’ Masumi mendelik, aku kan membayarnya dengan keringat dan darah, apa ayah mencoba melupakan itu? Gerutu Masumi dalam hati. Maya tersenyum memperhatikan ayah dan anak itu.
’ Kalau begitu, berita tentang paman itu bohong?’ Maya menghampiri Eisuke
’ Berita apa?’
’ Yang mengatakan anda sangat kejam dan tak berperasaan? Katanya anda lebih parah daripada Masumi? Tapi menurutku sama sekali tidak begitu. Bagiku, anda saaaaaaaaangat menyenangkan. Aku sangat gembira bahwa ternyata andalah Eisuke Hayami itu’ Eisuke tergelak riang, sementara Masumi geleng-geleng tak percaya. Rupanya kepolosan Maya telah mampu menarik hati orang kejam ini.


Sebelum kembali meneruskan tournya, Maya dan Masumi  pergi ke makam Haru Kitajima. Keduanya membungkuk hormat dengan khidmat.
            ’ Akhirnya aku memilih orang ini ibu. Aku yakin ibu sudah mengenalnya. Masumi selalu datang mengunjungi ibu, ibu ingat? Membawakan ibu mawar ungu.       Dialah belahan jiwaku ibu, aku percaya, dialah orang yang dipilihkan Tuhan untukku. ’ Masumi membisu, menggenggam tangan Maya
            ’ Aku yakin ibu akan memaafkan kami. Karena ibu adalah ibuku. Anggaplah ini salah satu kebodohanku, ibu akan selalu memakluminya kan? ’ Maya memiringkan wajahnya, tersenyum manja seolah ibunya ada dihadapannya
            ’ Untuk kesekian kali saya katakan, maafkan saya. Saya akan membahagiakan putri anda, saya berjanji ’ Masumi membungkuk dalam
            ’ Kami akan menikah, musim semi tahun depan. Restui kami ibu ’ Maya bersimbah air mata, airmata bahagia. Hatinya dapat merasakan, ibunya turut berbahagia untuk mereka. Genggaman tangan Masumi terasa semakin erat.

***

Desa Plum:

            Mayuko terbaring tenang di kamarnya. Berita tentang suksesnya pementasan Bidadari Merah di seluruh Jepang terdengar hingga ke desa itu. Keharuman nama besar Bidadari Merah terdengar lagi. Seperti dulu, persis seperti dulu.
            ‘ Kau lihat Ichiren? Kau dengar? Gaung Bidadari Merah terdengar sampai kemari bukan? Kejayaan Bidadari Merah telah kembali. Maya berhasil. Anak itu telah berhasil membuat topeng Bidadari Merahnya sendiri. Kehadirannya takterbantahkan lagi, dia terbang tinggi.
            Kau puas Ichiren? Kekasih, belahan jiwaku? Selama Bidadari Merah tetap ada, kita akan selalu hidup di hati mereka. Kita akan selalu bersama di panggung.
            Dan kini, aku sudah siap untuk pergi menuju tempatmu. Bersatu selamanya denganmu di dunia abadi. Sambut aku Ichiren! Sambutlah Chigusamu ini. Chigusa selalu mencintaimu !’ Dalam pandangannya, Ichiren Ozaki mengulurkan tangan. Menyambutnya sambil tersenyum
            ’ Chigusa.......... ’ Mayuko menutup matanya, tersenyum bahagia. Wajahnya diliputi ketenangan.


            Genzo yang menemukannya kemudian, hanya mampu menangis tertahan
            ’ Nyonya, anda tampak bahagia. Akhirnya anda dapat bersatu dengan Tuan. Berbahagialah..........’ Genzo menutup mulutnya, terisak. Pelayan setia itu tak kuasa menahan kesedihan. Inilah akhir pengabdiannya, kesetian yang telah dipeliharanya selama puluhan tahun harus berakhir di sini.

            Genzo mengabarkan berita kematian Mayuko Chigusa ke Tokyo, yang segera meluas ke semua kalangan dan daerah. Sang Bidadari Merah, sang pelopor telah pergi. Dunia seni Jepang mengalami kehilangan besar. Bagi murid-muridnya, seorang guru luar biasa yang takkan tergantikan.
            Maya baru saja akan berangkat ke daerah selanjutnya saat Masumi mengabarkan hal itu. Maya terkulai, tubuhnya merosot seolah tak bertulang. Gadis itu menangis sejadinya. Perasaan sedih yang dahsyat menderanya, Mizuki yang saat itu ada di sampingnya tak mampu berbuat apa-apa. Tak ada kata-kata penghiburan yang mampu diucapkannya. Dia mengerti betul apa arti seorang Mayuko Chigusa bagi gadis itu. Seorang guru, panutan, pengganti ibu sekaligus seorang sahabat tempat bercerita. Tak mungkin menghibur Maya yang seperti ini.
            Mizuki bertindak cepat. Menangguhkan pentas, membatalkan semua acara dan mengatur kepulangan rombongan ke Tokyo secepatnya. Bahkan sudah memastikan, jemputan akan sudah siap saat mereka tiba di bandara, dan akan langsung berangkat ke desa plum di Propinsi Nara.

            Ada satu orang lagi yang sangat terpukul atas meninggalnya Mayuko Chigusa. Orang itu adalah Eisuke Hayami. Orang tua yang katanya tak berperasaan itu mengunci diri di kamar. Menangis sendirian dalam kesunnyian.
            ’ Chigusa........ Chigusa........’ Eisuke terisak
            ‘ Mengapa kau meninggalkan aku ? Aku cukup bahagia selama ini karena mengetahui keberadaanmu, merasakan kau hidup. Tapi....... tapi kenapa kau bahkan tidak memberiku hak untuk dapat menghirup udara yang sama denganmu. Aku begitu....... begitu mencintaimu. Aku memujamu...... Oh Ichiren. Kenapa kau harus membawanya bersamamu. Ke tempat yang tak terjangkau oleh tanganku. Aku.... aku tidak sanggup’ lelaki tua itu masih menangis. Satu-satunya cinta yang pernah didambanya telah pergi. Cinta yang membuatnya menderita selama puluhan tahun.
            Tangannya yang mencengkram pegangan kursi roda bergetar. Sedikitpun tak pernah disesali cintanya yang tak berbalas. Penderitaan seperti apapun sanggup ditanggungnya demi cintanya yang mendalam pada wanita itu. Air matanya meleleh, matanya nanar menatap matahari yang mulai turun senja.
***

            Desa Plum digelayuti awan duka. Sang Bidadari telah kembali ke alamnya. Suasana begitu hening, seolah seluruh alam ikut berduka.
            Saat Maya, Masumi dan rombongan tiba disana. Upacara kremasi telah disiapkan. Semua orang tampak sudah siap. Upacara kremasi berjalan diiringi isak tangis. Ayumi dan Hamil yang datang terlambat langsung bergabung bersama mereka.
            Maya taak dapat membendung airmatanya, padahal matanya sudah sembab karena menangis sepanjang perjalanan. Di sampingnya, Masumi menopang bahu Maya. Menahan tubuh yang sepertinya bisa ambruk kapan saja.

            Para pelayat dan tuan rumah berkumpul di ruang utama kuil, Genzo tertunduk menekuri kotak abu Mayuko.
            ’ Sesuai wasiatnya, Nyonya ingin agar Nona Maya sebagai penerusnya menyebarkan abunya di lembah Plum Merah’ Genzo mendorong kotak abu ke hadapan Maya
            ’ Tidak......... ’ Maya menggeleng, suaranya serak
            ’ Maya......’ Masumi menyentuh bahunya
            ’ Aku sudah menyiapkan helikopter untuk membawa kita kesana ’ Masumi bicara pada Genzo
            ’ Ayo pergi Maya, lakukan permintaan terakhir gurumu ’ Teman-temannya mengangguk, mengiyakan.

            Maya, Ayumi, Masumi, Eisuke, Genzo dan ketua persatuan drama nasional ,menaiki helikopter yang akan menyebrang ke Lembah Plum. Sebenarnya, Masumi mempertimbangkan untuk membuat jembatan baru. Tapi mengingat Bu Mayuko sendiri tidak menginginkan lembah terlarang itu didatangi manusia lagi, maka Masumi mengurungkan niatnya.
            Helikopter Daito mendarat di sebuah daratan yang cukup landai dan lebar. Sambil membawa kotak abu, Maya diiringai Ayumi dan Masumi berjalan ke bawah pohon Plum yang paling rindang dan tua di lembah itu.
            ’ Maya, kaulah satu-satunya Bidadari Merah sekarang. Itu adalah kebanggaan sekaligus beban yang harus kau tanggung. Kau harus lebih percaya diri. Tegakkan kepalamu, berjalanlah dengan penuh kebanggaan.’ Bisik ayumi, Maya mengangguk, maju selangkah.
            ’ Bu Guru ! Di sinilah kalian akhirnya bersatu, bersama kembali. Wahai belahan jiwa yang telah bersatu. Berbahagialah. Berkelanalah !’ Maya mengambil segenggam abu dan dilepaskannya di udara.
            ’ Lihatlah Bidadari Merahku dari sana. Akan kujaga Bidadari Merah selama hidupku, hingga tiba saatnya lahir Bidadari Merah baru. Dan selama Bidadari Merah hidup, kalian akan tetap hidup’ Maya melepaskan segenggam lagi
            Abu putih itu menyebar ke seluruh lembah. Hinggap di pucuk-pucuk daun, di kuntum bunga plum, mengalir bersama air.
            Pada akhirnya, semua kembali ke alam.

***

Maya telah menyelesaikan tour Bidadari Merahnya di daerah. Tapi sebagai penutup, sekali lagi Bidadari Merah akan dipentaskan di Tokyo. Hanya 1 hari.
Dimulai di Tokyo, dan diakhiri di gedung yang sama.

            Saat pertunjukan dimulai. Maya merasakan lagi perasaan itu. Keheningan seperti di dasar samudera. Di depannya terhampar kesunyian. Seperti ada roh yang membangunkan. Penuh misteri seperti sinar rembulan. Udara mengalir bagaikan air, seperti angin. Lalu, Maya merasakan dirinya seolah-olah seluruh alam, sebagai roh dan jiwa, sama seperti semua makhluk. Perasaan itu bagaikan cahaya menembus dadanya. Cahaya yang datang tiba-tiba, terpancar dari seluruh tubuhnya, menerangi kegelapan. (Kata-kata ini di ambil dari adegan saat bu Mayuko memerankan Bidadari merah )

            Sekali lagi panggung diguncang gemuruh tepukan. Seperti ombak di lautan yang semakin tinggi. Pertunjukan terakhir Bidadari Merah sukses besar. Nama Maya semakin melambung. Menjadi artis papan atas kebanggan Jepang.


One night cruise Astoria:

            Di suatu senja di musim semi yang cerah, geladak kapal Astoria disulap menjadi tempat pernikahan. Seluruh permukaan geladak dilapisi karpet merah, kursi-kursi, pagar pembatas kapal dan seluruh area geladak dihias dengan indah dan anggun.    
            Rangka besi itu berbentuk seperti gerbang masuk, melengkung di bagian atas. Sepenuhnya tertutupi mawar ungu. Ratusan, bahkan mungkin ribuan mawar ungu dijalin indah saling membelit. Membentuk sebuah atap ungu yang menaungi seorang pendeta dengan jubah menjuntai dan sepasang pengantin berpakaian putih.
            Pasangan pengantin itu terlihat bercahaya, senyum bahagia menghiasi wajah keduanya. Mata mereka saling mengunci, seakan hanya ada mereka di sana. Latar belakang surya setengah tenggelam  menambah suasana syahdu sore itu.       
Pengantin wanita terlihat bagaikan boneka porselen. Mungil dan cantik. Kulitnya yang putih seolah transparan. Gaun pengantinnya yang terbuka memperlihatkan bahunya yang bulat dan halus. Rambutnya yang sekelam malam disanggul tinggi, bunga-bunga putih kecil bertebaran di situ. Wajahnya gugup, namun bercahaya oleh sinar bahagia.
            Sang pengantin pria berdiri gagah bak patung dewa mahakarya pemahat ternama, tampan serupa pangeran. Meskipun tenang dan berwibawa, tetap tak dapat menyembunyikan  kegugupannya.
            Para tamu memandang pasangan itu dengan takjub. Mereka menarik nafas lega, menunjukan rona bahagia.
            Di barisan kursi depan, tampak sang ayah mempelai. Di sampingnya, Asa setia mendampingi. Lalu ada Shiori dan suaminya Alessandro Toni.
Di deretan kedua, gadis-gadis teater Mayuko tampil cantik demi pernikahan sahabat mereka. Begitupun anggota teater Ikakuju di belakang mereka. Tepat di belakang mereka, berderet Koji, Ayumi, Hamil dan Genzo. Tampak pula pasangan Himekawa, keluarga Takamiya, serta beberapa teman dan keluarga. Tidak ada media dan orang luar. Pelayaran Astoria malam ini, semata-mata hanya demi kepentingan Maya dan Masumi
            Dan disudut geladak, tampak Hijiri dengan kamera besar di tangannya. Meskipun Maya dan Masumi telah membujuknya untuk menjadi tamu kehormatan, dengan sopan lelaki kalem itu menolak. Hijiri tetap memilih bersikap sebagai pegawai bayangan Daito, dan menawarkan diri sebagai photographer pribadi mereka malam itu.
            Denting lagu pernikahan berkumandang dari sebuah Grand piano putih di salah satu sisi geladak. Felix Oschin dengan cekatan memainkan jemarinya di tuts piano. Pria inipun tampak gagah dengan tuxedo hitamnya. Di tepi piano, Mizuki berdiri anggun menemani. Gadis itu tampak cantik dengan gaun hitam panjangnya yang menyentuh lantai. Rambutnya yang panjang ditata inidah dan modis. Mizuki mengenakan lensa kontak sebagai pengganti kacamata. Mereka tampak kontras dengan Grand piano putih itu.
            Ketika musik berhenti mengalun, pendeta memulai upacara perkawinan sakral tersebut. Suasana begitu hening dan khidmat. Hanya debur ombak, desau angin dan kelepak sayap burung camar sebagai musik pengiring.
            Saat sang pendeta menyatakan mereka sebagai suami isteri, keduanya berciuman hangat. Para hadirin bertepuk tangan penuh suka cita. Sinar jingga matahari tenggelam, menjadi saksi ikrar suci dua insan.

           
            Acara resepsi dilaksanakan 2 jam kemudian di aula kapal Astoria yang megah. Masumi dan Maya memasuki ruangan yang telah dipenuhi para tamu. Teman dan kerabat dekat meraka. Tamu-tamu duduk di meja-meja besar berwarna putih. Di depan,  Maya dan Masumi duduk semeja dengan Eisuke dan pasangan Himekawa.

            TRING-TRING-TRING
            Masumi membunyikan gelasnya, meminta perhatian. Lelaki tampan itu berdiri, tetap gagah setelah mengganti bajunya dengan tuxedo hitam elegan.
            ’ Saya mohon perhatiannya ’ Masumi mengedarkan pandangan ke seantero ruangan
            ’ Saya ingin mengucapkan terima kasih atas kehadirannya. Dan atas dukungan kalian selama ini. Hingga akhirnya kami bisa berdiri di sini, bersatu dalam ikatan suci’ Masumi menghela nafas
’ Saya ingin mengatakan sesuatu pada istri saya yang mungil dan cantik ini’ Masumi  berpaling memandang Maya yang tampak bersemu mendengar panggilan Masumi untuknya. Maya terlihat cantik dengan gaun ungu dan jawellry set mawar ungunya
’ Istriku, terima kasih karena telah bersedia menerimaku, orang egois menyebalkan ini sebagai suami. Aku. Masumi Hayami, akan berusaha membahagiakanmu semampuku. Seumur hidupku.
Aku ingin menyatakan sesuatu padamu.
Maya, aku akan sanggup meletakkan seluruh dunia di tanganmu jika kau menghendakinya. Tapi, aku tidak akan sanggup menjejekkan kakiku di bumi tanpa kehadiranmu di sisiku. Jadi jangan pernah tinggalkan aku.
Perlu kau tahu,
Jika aku mati lebih dulu, aku akan tetap hidup untukmu. Aku akan tetap mendengarmu memanggil namaku. Aku bahkan akan mengenalimu jika kau berdiri di atas pusaraku. Karena kematian tidak akan membuat cintaku berakhir.
Tapi, aku tidak akan sanggup bertahan  hidup satu hari saja tanpa dirimu. Maka jangan pernah berpikir untuk pergi mendahului aku.
Karena aku sangat mencintaimu. Terlalu mencintaimu.’
            Maya berkaca terharu, diraihnya tangan Masumi seraya berdiri.
            ’ Terima kasih Masumi, suamiku. Karena telah sudi memperistri aku yang seperti ini. Maaf, aku tak bisa mengucapkan kata-kata indah sepertimu jika bukan skenario. Tapi aku ingin kau tahu. Bahwa saat kau memutuskan untuk mengambilku sebagai istri, maka kau mendapatkan aku, lengkap dengan segala kebodohan, kecerobohan dan kekeraskepalaanku. Aku yakinkan, aku sama sekali bukan calon istri impian siapapun. Aku bisa pastikan, aku akan membuat rumah kita kacau nanti’ Maya dan Masumi tersenyum. Para hadirin tertawa.
            ’ Namun aku juga menjanjikan satu hal padamu. Selamanya, Maya ini akan selalu menjadi milikmu. Menemani dalam suka dukamu. Hingga kau mungkin akan muak dengan kehadiranku. Tapi aku akan tetap ada di sana, melekat bagai bayangan. Karena aku mencintaimu !’ mereka bertatapan mesra, hadirin bertepuk tangan dengan
            ’ Semuanya !’ Masumi berbalik menghadap para tamu
            ’ Ini adalah malam bahagia kami. Bagiku, inilah tujuan akhir setelah penantian yang amat panjang dan berat. Maya adalah ujung jalanku, tempat kembaliku. Sebelum ini, aku selalu berfikir bahwa hal ini tidak mungkin terjadi. Berapa kalipun aku memohon pada bintang jatuh, aku yakin keinginanku tidak akan pernah terpenuhi.
Tapi ternya ta aku salah. Takdir menyatukan kami. Dan sesuatu yang disatukan Tuhan, tidak akan bisa dipisahkan manusia.
Maka tetaplah bermimpi dan berharap. Kerena pada saatnya, takdir akan membukakan jalan menuju mimpi itu . BERSULANG....... !!’ Masumi mengadukan gelasnya pada gelas Maya. Mereka minum sambil saling bertatapan.
            Felix memainkan lagu bernada riang. Setelah menenggak habis isi gelasnya, Hijiri beraksi dengan kameranya.
            Malam ini adalah malam terindah. Tercium semerbak aroma cinta, diiringi musik suka cita, wajah semua orang penuh rona gembira. Udara kebahagiaan begitu pekat melingkupi ruangan.

            Dan cinta merekapun akan abadi layaknya legenda Bidadari Merah.

                                      ******* THE END *******

18 comments:

Anonymous said...

so sweet...

-mia-

Anonymous said...

cerita yang bagus, ringan menghibur dengan akhir yang manis. suka sekali karena dlm cerita ini shiorinya ngga jahat2 amat. terima kasih, ditunggu cerita lainnya mbak riema...
(nadine)

Anonymous said...

Thanks a lot, mom riema :-) really...really nice story. I really enjoy to read your story from 1st chapter til finish *rini*

Anonymous said...

Ahkirnya... Senang sekali... Hepi ending..
-Happy-

ivoneyolanda on 13 July 2011 at 21:14 said...

sweet banget......wuihhh hepi ending emang menyenangkan......bacanya ikutan deg2an gtu deh....:)

Ty Mom Riem.....ditunggu sessy berikutnya with another story another chapter....:P

orchid on 13 July 2011 at 22:49 said...

Astoria, beuh, mantap

Anonymous said...

huwaa sukaa deh merit di kapal pesiar kyak impian g hehehe ;)
thxu ya riemaaa bikin lage donk hehehe
anita f4evermania

lisa said...

luv it muach..muach.. ^*^

lyohana on 14 July 2011 at 09:16 said...

nice story, nice ending.... all thumbs up for riema

Muri said...

Luuuuv it!!! akhirnya ada akhir bahagia juga setelah dari kemarin baca yang tragis and sedih-sedih melulu. Thanks a lot moms! Ditunggu cerita lainnya.

Anonymous said...

dhe
thanx riema. Ceritanya seru \(^o^)/
Masumi tetep aja egois hehehehe masa bisa milih mati duluan hahaha kayaknya masumi udah cinta kronis sama maya ;p

Fagustina on 14 July 2011 at 13:41 said...

menunggu Felix dan Mizuuuuu......... ^^

Anonymous said...

suka..suka..suka...banget..banget..banget....luv u..luv u...luv u...mom riema...kata2nya bagus ... dan endingnya..muantabsss :D

Anonymous said...

*blush.... happy ending.. makaci mbak riema.. :)

--chuuby--

syl said...

so sweet.. mantaabb...suka banget deh bacanya, menghibur & kata2 masumi duuuhh.. maniiiissnya!! buat lagi yaaa..

Anonymous said...

Next story Felix and Mizuki (plus Hijiri) mom riema.... ;)

Resi said...

akhirnyaaaa, ending yg membahagiakan. nice story, aku sukaaa...
dtunggu ff selanjutnya yaaaa....

Anonymous said...

Setelah bertahun2 akhirnya nemu juga lanjutan critanya.. saluuut bgt.. thx updatenya.. bener2 deh ga bs di ungkapin sm kata2..

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting