Wednesday 6 July 2011

Fanfic TK : Cos I Love You 7

Posted by Miarosa at 06:53
Rate : 20+
Warning : Kissu


Cos I Love You
( By Riema )

Chapter 7 : Keep your heart

Felix tetap mengantar Mizuki ke apartemennya meski Mizuki berkeras menolak.

            ‘aku boleh masuk kan?’ Dengan santainya Felix nyelonong mengikuti Mizuki memasuki apartemennya.
            ‘Felix ! Sudah malam. Dan maaf, mungkin kau belum tahu. Aku tidak menerima tamu. Jadi.......’ Mizuki berdiri bersidakep
            ’Jadi? Aku tamu pria pertamamu? Wow . What a big surprise ! ‘ Mata birunya  bersinar
            ‘Tuan Felix. Oschin, Please. Apa anda berniat menjadi tamu yang tidak sopan?’ Mizuki semakin kesal
            ‘Oke. Oke . Nona Mizuki. Tidak perlu semarah itu. Toh aku tidak berbuat apa-apa. See you’ Dikecupnya pipi Mizuki sekilas. Mizuki yang tidak menduga hal itu terbelalak menyentuh pipinya.
            BLAM
Mizuki membanting pintu di depan hidung Felix
            ‘Ouch !! pemarah sekali nona yang satu ini. ‘ Felix tersenyum
            ‘Aku sungguh ingin segera memberitahumu siapa aku Mizu-san. Will you remember me?’ Bisik Felix sebelum meninggalkan apartemen itu.
            Dalam perjalanan menuju hotel, Felix melewati gedung Daito lagi. Diliriknya sekilas gedung itu
            ‘Kalian kubiarkan menghabiskan malam bersama. Kalau tidak terjadi apa-apa, aku pasti marah padamu Masumi’  Felix mempercepat laju mobilnya

***

            Dalam lift, Masumi dan Maya duduk berhadapan dengan canggung. Membiarkan waktu berjalan dalam keheningan.
            ’Apa anda akan diam sepanjang malam Pak Masumi? Jujur saja aku mulai kesal pada anda’ Maya merengut
            ‘Kau mau aku bagaimana?’ Masumi menatap Maya lurus-lurus. Sebenarnya berbagai perasaan tengah berkecamuk dalam benaknya.
            ‘Mana aku tahu.’ Maya kesal sendiri dengan sikap dingin Masumi
            ‘Ah. Kau ini bagaimana. Bagaimana kakimu? Masih sakit?’
            ’Tidak. ’ Maya membuang muka
            ’Kau kedinginan?’ Masumi memperhatikan blouse Maya yang tanpa lengan
            ’Tidak’
            ’Kepanasan?’
’Tidak’ Maya mempertahankan posenya memandang dinding lift
            ’Kau lapar?’
            ’Tidak’
            ’Apa ada sesuatu yang kau lihat di situ?’ Masumi tersenyum, mengikuti arah pandangan Maya
            ’Tidak !’ Maya berpaling menatap Masumi
            ’Apakah anda sedang mewawancaraiku?’ Ujar Maya sewot
            ’Tidak,’ Masumi menjawab kalem
            ’Jadi pasti anda sedang berusaha membuat aku kesal kan?’ Nada suaranya naik 2 oktaf
            ’Mungkin.’ Masumi tersenyum memandang Maya
            ’Huh ! Ternyata penyakit menyebalkan anda semakin akut saja’ Maya mendengus
            ’Sebenarnya kau ini kenapa Maya?’
            ’Tidak apa-apa !’ Jawab Maya ketus
            ‘Kau yakin? Aku tidak akan bertanya 2 kali loh’
            ‘Pak Masumiiiii......’ Maya berteriak gemas
            ‘Aku masih disini, kau tidak perlu berteriak. Ada apa?’
            ’Aku benci.....’
            ’Aku tahu kau membenciku? Ada lagi?’
            ’Anda jahat !’
            ’Sepertinya aku sudah lama sadar akan hal itu. Apa tidak ada hal lain?’
            ’Anda ingkar !’
            ’Aku? Tentang apa?’ Mata Masumi menyipit
            ’Anda bilang anda tidak akan mendiamkan aku, tidak akan bersikap dingin padaku. Anda kan sudah berjanji’ Mereka berpandangan lekat
            ’Maaf. Belakangan ini sepertinya banyak janji yang tidak kutepati ya Maya.’ Masumi memalingkan muka, tak tahan menatap wajah itu berlama-lama
            ’Anda jahat ! Padahal anda sudah bilang cinta padaku. Tapi memperlakukan aku seperti ini. Aku benci’ Mata Maya mengaca
            ’Maya........’ Masumi menghembuskan nafas berat. Tak sangka Maya akan dengan begitu lugasnya mengungkapkan perasaannya.
            ’Apa kita harus membicarakan itu sekarang?’ Betapa Masumi ingin memeluk gadis di hadapannya.
            ’Kenapa tidak? Selama ini anda tidak pernah punya waktu unntuk membicarakan itu’
            ’Bukankah aku sudah menjelaskan padamu alasannya? Apa itu masih tidak cukup jelas bagimu?’ Masumi menjawab pelan.
            ’Tadinya aku berpikir itu alasan yang logis. Akupun merasa begitu pada  awalnya. Tapi sekarang tidak lagi. Aku merasa anda anda mengada-ngada dengan menggunakan  itu sebagai alasan  untuk berpisah denganku. ’
            ’Mengada-ngada? Bagaimana bisa kau berfikir begitu?’
            ’Apa anda tidak merasakannya? Pada awalnya memang rasa bersalah itu begitu kuat. Aku terus-menerus merasa bingung tentang perasaanku. Tapi sekarang tidak lagi. Rasa bersalah itu memudar, kalah telak oleh rasa rinduku pada anda. Rasanya, kerinduanku jauh lebih menyiksa daripada rasa bersalahku.
            Mungkin saja ibuku mengutukku disana. Tapi aku tidak begitu yakin. Mana mungkin ibu akan marah jika aku bahagia. Lagipula anda sudah melakukan banyak hal untuk menebusnya.’ Maya bicara panjang lebar
           ’Ibuku itu memang cerewet dan senang sekali memarahiku. Tapi amarahnya tidak pernah bertahan lama. Setelah marah, ibu pasti akan memelukku, memaafkan anaknya yang bodoh ini. Aku yakin sekarang pun begitu’ Maya mengunci pandangan Masumi
            ’Begitukah menurutmu’ Maya mengangguk sekilas. Tak rela kehilangan pandangan Masumi
            ’Itu melegakan sekali. Tapi rasa bersalahku tidak mau hilang juga’
            ’Kupikir. Jika kita bisa menghadapinya bersama, pasti akan lebih baik. Aku merasa jauh lebih baik jika ada di samping anda.Apa anda tidak merasa begitu? Apakah rasa bersalah itu lebih kuat daripada rasa cinta anda padaku?’ Dengan  berani Maya bertanya
            ‘Itu....... ‘ Masumi terdiam, memikirkan jawaban yang tepat.
            ‘Ternyata begitu. Seharusnya aku tahu bahwa cinta anda tidak sedalam itu. Bodoh benar aku menganggap cinta anda sama seperti cintaku’ Tak dapat ditahan lagi, airmatanya meleleh. Maya bersandar, memejamkan mata, menahan air mata.
            ‘Maya’ Masumi dilanda rasa sakit melihat reaksi Maya
            ’Maya’ Masumi merangkak mendekati Maya
            ’Bukan. Sama sekali tidak seperti itu Maya’ Bertumpu pada lututnya. Masumi menegakkan wajah Maya. Maya masih terpejam, menahan desakan air mata yang menuntut dikeluarkan
            ’Maya buka matamu. Lihat aku !’ Maya menggelang
            ’ Aku merasa jauh lebih baik saat bersamamu. Kumohon Maya, Lihat aku’ Masumi membelai pipi Maya
            ’Apa ? ’ Maya membuka matanya. Airmatanya berderai, berlomba membasahi pipinya
            ’Kumohon jangan mendesakku seperti ini Maya’ Diusapnya pipi Maya lembut
            ’Maaf. Aku  sudah janji untuk tidak menangis lagi, tapi aku tidak bisa menahannya. Maaf’ Rintih Maya pilu.
            ’Maya.........’ Tanpa pikir panjang, Masumi meraih Maya ke dalam pelukannya
            ’Pak Masumi...’ Maya merangkulkan tangannya ke punggung lebar Masumi
            ’Jangan pernah meragukan cintaku Maya. Jangan berani melakukan itu !’ Masumi mengusap kepala mungil Maya
            ’Aku tidak tahu Pak Masumi. Anda membuat aku bingung’
            ’Maya......’ Masumi melonggarkan pelukannya, menahan lengan Maya dengan 2 tangannya. Memiringkan wajah, lalu mencium bibir Maya.
            ’Jangan. Pernah kau ragukan aku !’ Masumi bicara patah-patah lalu kembali melumat bibir Maya dengan rakus. Bibirnya menelusuri garis rahang Maya, mebisikkan kata cinta di telinganya. Maya seakan tak mendengar, nafasnya memburu tak beraturan, merasakan bibir panas Masumi menelusuri lehernya. Maya mengerang, menarik Masumi semakin erat.
            Masumi berusaha menarik kesadarannya kembali, tapi tak bisa. Saat Maya menarik tubuhnya, kesadarannya kembali lepas.  Dia tak bisa melepaskan bibirnya dari kulit  Maya, merasakan halusnya, menikmati harumnya. Bibirnya turun, menelusuri tengkuk dan bahu Maya yang entah sejak kapan terbuka.
            ’Mayaku......... cintaku......’
            ’Masumi........’ Maya berbisik lirih, membawa Masumi semakin dalam. Lalu saat Maya membisikkan namanya untuk kesekian kali, Masumi tersadar. Dengan susah payah diseretnya kembali kesadarannya.
            ’Maya’ Masumi menghentikan gerakannya. Mengangkat tubuhnya yang entah sejak kapan menindih Maya
            ’Pak Masumi........’ Mata Maya menatap nanar, merasa kehilangan.
            ’Maaf........’ Masumi menutup mulutnya, malu. Sebisa mungkin berusaha menenangkan gemuruh hatinya
            ’Untuk apa?’ Maya masih tergolek di lantai lift
            ’Kerena telah kehilangan kendali’ Masumi menarik Maya bangun dan merapikan beberapa kancing baju Maya yang terlepas.
            ’Kenapa ya? Kok aku tidak senang kalau anda terlalu pintar mengendalikan diri’ Maya merengut, menahan rasa malunya.
            ’Gadis bodoh ! Sampai kapanpun rasanya kebodohanmu tidak bisa hilang ya?’ Masumi tersenyum, merapikan rambut Maya yang kusut
            ’Pak Masumi........’ Maya membiarkan saja Masumi menyisir rambutnya dengan jemarinya yang panjang.
            ’Kau masih kecil, tidak tahu apa yang kau katakan. Aku yang harus menjagamu, karena aku lebih dewasa’ Masumi mengecup pipi Maya lalu duduk disampingnya.
            ’Ternyata anda tetap saja menganggapku anak-anak’ Maya mendengus
Masumi melingkarkan tangannya di bahu Maya
            ’Kau adalah kau. Kekasihku. Maaf selama ini aku tidak jujur dan memperlakukanmu dengan buruk.’
            ’Ahh....... aku tak tahu’ Maya terbuai dengan panggilan kekasihku. Disandarkannya kepalanya ke bahu Masumi
            ’Kenapa ?’ Masumi mengusap-usap kepala Maya
            ’Sekarang anda memperlakukan aku begini. Siapa yang menjamin anda tidak akan mengatakan perpisahan besok pagi? ’ Masumi terdiam
            ’Anda diam. Berarti benar kan anda akan meninggalkan aku lagi? Dengan alasan apa kali ini?’ Maya mendongak, menatap Masumi
            ’Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu lagi. Tapi aku butuh waktu. Aku sedang sangat sibuk belakangan ini. Juga bulan-bulan kedepan. Aku mungkin tidak akan ada waktu untukmu Maya’ Masumi mengingat janji pada ayahnya untuk memperbesar Daito, harga yang harus dibayarnya untuk melepaskan Bidadari Merah
            ’Itu sama sekali tidak masalah. Setahun ini, akupun akan sangat sibuk. Mizuki menghimpitku dengan jadwal gila-gilaan. Aku yakin anda tahu itu. Mungkin akupun tidak akan sempat memikirkan anda’ Maya mengerling, membuat Masumi gemas
            ’Yah. Ada baiknya kita tidak berdekatan selagi waktunya tidak memungkinkan kita bersama. Aku selalu kerepotan........’
            ’Kerepotan ?’ Maya mngeryitkan dahi ’ Kenapa?’
            ’Aku selalu kerepotan menata hati jika dekat denganmu. Betapa repotnya menahan debaran hatiku sendiri jika bersamamu’
            ’Masa? Tapi anda tampak begitu biasa dari luar, sama sekali tak menampakkan emosi. Itu membuatku luar biasa kesal. Sementara aku begitu merindukan anda, aku pikir anda tak memikirkan aku sama sekali’
            ’Bodoh. Tentu saja tidak begitu. Hanya saja, aku ini sudah terlatih mengendalikan diri.’
            ’Seperti tadi kan?’
            ’Ya. Waktu itu juga. Ups !’ Masumi kelepasan. Masumi sama sekali lupa bahwa Maya tidak sadar saat kejadian dalam mobilnya. Saat dia memeluk Maya tanpa busana. Masumi  berani memuji pengendalian dirinya sendiri waktu itu. Wajahnya sontak memerah.
            ‘Eh? Waktu itu?’
            ‘Tidak-tidak. Lupakan saja’
            ‘Pak Masumi?’
            ‘Sungguh Maya. Tidak apa-apa. Lain kali akan kuceritakan padamu. Ok? Tapi tidak sekarang’
            ’Baiklah....... ’ Maya menyusupkan kepalanya di lekuk leher Masumi
            ’Tidurlah. Sudah hampir pagi’ Masumi melirik jam tangannya
            ’Aku tidak ingin tidur’ Lalu menguap, Masumi terkekeh.
            ’Aku tidak akan meninggalkanmu. Kali ini aku sungguh-sungguh’ Dikecupnya kepala mungil di dadanya
            ’Jadi besok anda akan pergi ke Jerman? Aku juga akan segera memulai tour Bidadari Merah. Sepertinya kita akan berpisah cukup lama ya Pak Masumi’
            ’HHmm. Tidak masalah kan? Kau hanya perlu berjanji satu hal’
            ’Apa itu ?’
            ’Berjanjilah. Jangan memberikan hatimu pada siapapun selama kita jauh’
            ’Tentu saja tidak’ Maya tersenyum
            ’Tidak juga pada Felix Oschin?’
            ’Tidak juga pada dia. Kenapa anda berkata begitu?’
            ’Karena dia menyukaimu. Dan dia jauh lebih menyenangkan dari pada aku’ Masumi tak bisa menyembunyikan nada cemburu dalam suaranya
            ’Jangan bilang anda cemburu’ Maya terkikik
            ’Kenapa tidak?’
            ’Karena aku tidak merasakan apa-apa padanya. Felix itu seperti kakak lelaki saja bagiku. Bahkan saat dia membopongku, aku bisa membiarkannya karena aku tidak merasakan apa-apa. Tidak seperti saat anda melakukannya, aku harus berusaha membuat jantungku tidak terlalu berisik agar anda tidak mendengarnya’ Maya tersipu
            ’Benarkah? Kau bahkan dengan leluasa memanggil namanya, bagaimana mungkin aku tidak cemburu’
            ’Hi hi hi....... aku senang anda cemburu. Kalau saja anda tahu, akupun ingin memanggil nama anda dengan leluasa jika anda mengijinkannya’
            ’Ijin dariku? Itukah yang kau tunggu? Kau bisa memanggilku apapun yang kau mau’
            ’Betulkah? Jadi, aku boleh memanggil anda, Masumi?’ Maya bertanya ragu-ragu
            ’Dengan senang hati . Singkirkan juga kata-kata anda itu Maya’
            ’Baiklah. Mmmm Masumi ?’ Maya tersipu sendiri
            ‘Ya..... ‘ Masumi memejamkan Mata, mendengar merdunya suara Maya membisikkan namanya
            ‘Masumi...’
            ‘Hmm   ‘
            ‘Masumi....’
            ‘Apa ....’
            ‘Masumi..........’
            ‘Hmm..... ya.....apa .......?’
‘Masumi....’
‘Ah.....  Kapan kau akan berhenti memanggilku?’ Masumi tersenyum, merangkul Maya lebih erat
            ’Tidak akan pernah........ Kau baru saja membiarkanku memanggil namamu. Jangan suruh aku berhenti’ Maya menempelkan pipinya ke dada Masumi, menangkap debaran jantung Masumi lebih jelas
            ’Masumi..............’

***

            Pagi harinya, Felix tiba di Daito sangat dini. Dengan senyum lebar, dibukanya pintu lift. Masumi merangkul Maya yang masih tertidur.
            ’Halo Masumi. Aku segera datang kesini saat orang rumahmu bilang kau tidak pulang. Aku pikir kalian mungkin terjebak disini. Aku lupa mengatakan padamu bahwa liftnya rusak. Sorry. ’ Katanya tanpa rasa menyesal
            ’Kau !’ Masumi menatap Felix gusar
            ’Jangan mendeliki ku seperti itu, ayo bangun. Cepat antar gadis itu pulang !’
            ’Apa yang kau ?’ Hampir saja Masumi berteriak kalau tidak sadar Maya masih ada disampingnya.
            ’Baiklah, kita tunda dulu urusan ini’ Masumi bangkit sambil membopong Maya
            ’Kau harus jadi sopirku sekarang !’ Masumi berjalan mendahului
            ’Baik !’ Felix bergerak cepat mengembalikan tanda peringatan lift rusak yang disembunyikannya di balik dinding. Lalu mengikuti Masumi sambil bersenandung.
           

            Tanpa bicara, Masumi melempar kunci mobilnya pada Felix. Dibiarkannya Felix membukakan pintu untuknya. Lalu hati-hati masuk tanpa melepaskan Maya.
            ’Mobilmu bagus sekali.  Seleramu memang luar biasa. Coba kau memberitahuku kalau kau ingin mobil baru. Aku bisa saja memberimu Audi terbaru’
’Tidak terimakasih, aku tidak terlalu suka menerima pemberian orang.’
’Aku yakin kau tipikal seperti itu. Tak mungkin kau biarkan hutang budi menjerat lehermu. Menyusahkanmu dikemudian hari heh?’
’ Sudahlah, Lagipula sekretarisku yang memilihkan mobil itu’
’ Mizuki? Dia begitu mengerti dirimu ya? Aku tahu selera gadis itu memang bagus. Hanya seleramu pada gadis yang mungkin tidak akan dimengerti orang lain’ Felix terkekeh
            ’Diamlah ! Kau ini memang cerewet. Kau akan membangunkan Maya’
            ’Aku yakin tidak. Berada dalam pelukanmu seperti itu, walaupun sudah bangun dia pasti akan pura-pura masih tidur’
            ’Apa maksudmu? ’
            ’Sebaiknya kau diam dan dengarkan aku. Aku bosan diam terus. Selama ini dia selalu membicarakanmu, kau tahu. Tanpa dia bilang , aku tahu pasti dia cinta padamu. Jika aku tidak bertindak, apa kau akan terus diam?’
            ’Siapa kau sebenarnya? Pandangan  Masumi berubah waspada. Bukan tidak mungkin bahwa Felix  sebenarnya adalah musuh tersembunyi.
            ’Kenapa? Mata-matamu tidak berhasil menyelidikiku? Tidak mengetahui motifku?’ Felix tertawa mengejek
            ’Felix. Kalau kau berani mencelakai aku saat masih bersama gadis ini. Aku tidak akan memaafkanmu’ Wajah Masumi mengeras
            ’Aku tahu. Kau tidak mudah memaafkan orang kan? Tapi tenanglah. Apapun motifku, aku tidak ada maksud mencelakai kalian. Aku tidak akan mengatakan apa-apa saat ini. Tapi aku bisa memastikan, tidak ada maksud jahat terselubung di hatiku. Tenangkan hatimu Masumi.’ Tanpa diberi tahu, Felix mengetahui dengan jelas letak apartemen Maya. Sekali lagi membuat Masumi merasa kalah langkah.
            ’Please......’ Felix membukakan pintu bagi masumi
            ‘Aku akan menunggu disini. Tapi setelah ini, kita hanya akan membicarakan bisnis. Tak ada lagi pembicaraan tentang diriku’ Kata Felix misterius. Masumi menatapnya sesaat, lalu berjalan memasuki gedung apartemen


            ’Selamat tidur Maya, bidadariku.......’ Masumi mencium kening Maya, lalu keluar dari kamarnya. Menutup pintu hati-hati, dan keluar dari apartemen. Menghubungi Mizuki , lalu berjalan kembali ke mobilnya yang di parkir di seberang jalan.
            ’Biar   aku yang menyetir, kau pasti masih mengantuk’ Felix membuka pintu penumpang di sampingnya. Tanpa banyak kata Masumi masuk.
            ’Aku akan membiarkanmu dulu kali ini Felix. Aku akan lihat dulu, apa yang akan kau lakukan selanjutnya’ Masumi memejamkan mata
            ’Baiklah. Awasi sajalah aku. Paling tidak aku akan pulang dengan lega’ Meski tak mengerti , Masumi memilih diam.
***
Apartemen Maya:

           Maya terbangun dengan perasaan heran. Dia sama sekali tak ingat kapan dia pulang, tapi kenyataannya,  Maya sudah ada di tempat tidurnya sendiri, terselimuti dengan rapi.
            ‘Pak Masumi........ Eh, Apa tadi malam itu mimpi. Masumi?’
            ’Ah. Aku ditinggalkan lagi’ Maya membenamkan diri dalam selimut lagi. lalu terlonjak saat mendengar suara dering ponsel.
            ’Eh, suara itu?’ Maya melirik meja di samping tempat tidurnya. Tampak sebuah ponsel mungil berwarna putih dengan sebuah kertas di atasnya
            ’Agar Pak Masumi mudah menghubungimu.... Mizuki’
            ’Hah?’ Jadi Nona Mizuki sudah kemari? Kenapa tidak membangunkan aku?’ Maya melihat jam dinding yamg menunjukkan pukul 1. Lalu ponselnya berdering lagi.
            ’Ha... halo....’ Maya bicara terbata
            ‘Halo pemalas? Sudah bangun?’
            ‘Masumi?’
            ‘Tentu saja. Siapa lagi? hanya aku dan Mizuki yang tahu nomor ini. Ayo bangun! Kau hampir melewatkan waktu makan siangmu! Atau kau masih mengantuk?’
            ’Tidak. Aku akan segera bangun’
            ’Sebaiknya begitu. Atau aku harus memerintahkan Mizuki menyuapimu’ Maya mendengar Masumi tertawa
            ’Terima kasih. Masumi’
            ’Sama-sama. Maya.’
            ‘Ng. Masumi...?’
            ’Ya ?’
’ aku pikir semua hanya mimpi. Aku pikir kau meninggalkan aku lagi’
            ’Maaf. ’
            ’Tidak apa-apa. Aku senang semua itu nyata. Aku senang mendengar suaramu’
            ’Aku juga. Itulah sebabnya orang-orang memakai ponsel Maya’ Masumi tertawa lagi
            ’aku tahu. Aku ketinggalan jaman ya?’
            ’Tidak apa. Aku suka kau yang seperti ini. Suka sekali’
            ’Aku juga.... aku juga suka sekali. Suka sekali pada Masumi’ Kata Maya nyaris berteriak, khawatir Masumi tidak mendengarnya dengan jelas
            ’Aku mengerti .. Kau tidak perlu berteriak begitu. Sudah dulu ya, aku sedang makan siang dengan Felix. Tekan angka 1 jika kau mau menghubungiku, ok?’
            ’Baiklah. Daah...’ Maya masih membayangkan wajah Masumi di ujung telpon
            ’Daaah.......’ Balas Masumi, enggan berpisah. Keduanya terdiam
            ‘Maya....... tutup  teleponnya’
            ‘Ngh....... ‘ Maya menggeleng
            ‘Aku akan berpura-pura tidak tahu kau menggeleng, bagaimana? Tutup teleponnya sekarang !’
            ‘Ng. Baiklah.......’ Dengan enggan Maya menutup flip ponselnya. Di sebrang sana, Masumi tersenyum sendiri, membayangkan wajah merajuk Maya.
Maya baru saja akan menyimpan ponselnya saat benda kecil itu berdering lagi. Nama Mizuki tertera di layarnya
            ’Halo ? Nona Mizuki?’
            ’Ya Maya, ini aku. Ayumi baru saja memberitahuku, besok dia berangkat pukul 10. mungkin kau mau mengantarnya ke bandara?’
            ’Ya. Tentu saja aku ingin mengantarnya. ’ Jawab Maya bersemangat
            ’Baiklah, besok aku jemput jam setengah sembilan’
            ’Baik. Terima kasih Nona. Oya ? apakah hari ini aku tidak ada kerjaan?’
            ’Tidak. Pak Masumi memintaku mengosongkan jadwalmu hari ini. Istirahatlah ! Sampai jumpa ’
            ’Baik, terima kasih !’ Mizuki menutup teleponnya lebih dulu, Maya masih tercenung memikirkan perkataan Mizuki. Betapa Masumi begitu memperhatikannya.
            ’ Pak Masumi.....’

***

Bandara Narita:

Maya dan Ayumi tampak asyik berbincang sambil menunggu. Waktu keberangkatan masih satu jam lagi, mereka sengaja datang lebih awal supaya bisa bicara lebih lama. Beberapa wartawan tampak mengawasi dari jauh. Di kursi terpisah,  Pasangan Himekawa, Hamil dan Mizuki juga tengah berbincang-bincang.
            ’Akhirnya anda merelakan anak anda pergi Nyonya?’ Mizuki menatap Utako
            ’Yah. Apa lagi yang bisa kukatakan tentang anak itu. Kekeras kepalanya tidak bisa dibantah lagi’ Utako memutar bola matanya
            ’Yah. Persis ibunya’ Kata suaminya. Mereka tertawa bersamaan
            ’Untunglah ada Mr. Hammil yang bisa menjaganya. Kupercayakan anakku padamu, kuharap dia dijaga dengan baik !’ Utako mengacungkan telunjuknya
            ‘Tentu saja’ Hammil tersenyum
            ‘Apakah itu Masumi, Mizuki ?’ Utako menunjuk ke satu arah. Masumi dan Felix serta beberapa orang bawahannya berjalan bergerombol.
            ‘Ya, beliau akan mengadakan kunjungan bisnis ke Jerman. Sepertinya sebentar lagi pesawatnya berangkat’ Mizuki mengangguk. Dia tahu pasti jadwal atasannya. Hanya saja Masumi melarangnya memberitahu Maya. Siapa sangka mereka malah bertemu disini?
            ’Huft....’ Mizuki menghembuskan nafas. Lalu memalingkan muka menghindari tatapan Felix yang  mengarah lurus padanya.

            ’Pak Masumi ’ Maya terdiam menatap Masumi, sekilas mereka saling beradu pandang. Sekejap kemudian Masumi melengos. Menyadari para wartawan yang mengawasi mereka.
           Masumi memisahkan diri dari rombongan dan mengeluarkan ponsel dari sakunya lalu menekan angka 1. Saat itu juga ponsel Maya berdering.
            ’Maaf, Ayumi’ Maya menyingkir dari kerumunan ke arah berlawanan dengan Masumi tapi saling bertatapan
            ’Maya..’
            ’Masumi? Kenapa tidak memberitahuku kalau kau berangkat pagi ini?’
            ’Aku sebenarnya tidak ingin melihatmu sebelum berangkat.’
            ’kenapa begitu?’ Maya merasa kesal
            ’ Kenapa sih belakangan ini kau mudah sekali marah? PMS ya?’ Masumi tertawa
            ’Hah ? apa itu?’ Maya mengeryit melihat wajah Masumi yang riang, 15 meter di depannya
            ’Bukan apa-apa. Aku hanya takut terlalu merindukanmu jika melihatmu sekarang.’ Benar saja kan, aku sudah mulai merindukanmu sekarang. Tapi aku bahkan tidak bisa memelukmu’ Masumi mendesah
            ’Begitukah?’ Maya tersenyum, wajahnya merona
            ’Kalau aku memelukmu sekarang, pasti akan menciptakan keributan bukan?’
            ’Tentu saja! Oh  Aku tidak berani membayangkan !’ Maya tertawa renyah. Di tempatnya, Masumipun tergelak
            ’Baiklah kalau begitu, pergilah. Sepertinya Felix sudah mulai resah menunggumu’
            ’Baikah. Ingat, jangan berikan hatimu pada siapapun ya? Daah.....’ Masumi membentangkan telapak tangannya  di depan dada
           ’Baik. Jangan terlalu merindukan aku, atau nanti kerjamu tidak selesai-selasai. Cepat kembali ya? Daah....’ Maya melakukan hal yang sama

            ’Ukh..... kekanak-kanakan !’ Dari tempatnya, Mizuki memperhatikan pasangan itu. Tanpa disadari, Felix menghampirinya.
            ’Aku pergi ya, Mizu-san’ Katanya tanpa memandang Mizuki. Meletakkan  sebuah mobil Ferrari mainan di talapak tangan Mizuki. Menggenggam tangannya lalu melepaskannya lagi
            ’A  apa ? barusan kau panggil aku apa?’ Mizuki tercengang. Hanya beberapa detik Felix ada di hadapannya, tapi efek kaget yang dihasilkannya sungguh terasa. Mizuki tak berkata apa-apa lagi. Hanya menatap punggung lebar Felix yang berlalu bersama Masumi.

***       

            Mizuki memandang laptopnya. Pendarnya menghiasi wajahnya yang terdiam dalam sinar temaram kamar apartemennya.
            ‘Ferrari......’ Mizuki menyebut nama yang tertera dalam rangkaian email di hadapannya.
‘Siapa kamu sebenarnya?’ Mizuki mundur, melihat email pertama yang diterimanya dari seseorang bernama Ferrari dan melihat tanggalnya.
‘7 bulan lalu. Tiba-tiba saja aku menerima email dari orang ini. Email yang sangat tidak penting.’ Mizuki membaca sekilas rangkaian emai tersebut. Dia ingat tidak menanggapi orang itu. Tapi karena dia terus mengiriminya emai, bercerita banyak hal meski tidak ditanggapi. Mizuki akhirnya menyerah. Dan ternyata Ferrari adalah seorang yang sangat menyenangkan. Dan dia selalu memanggilnya Mizu.
Mizuki teringat lagi kata-kata Felix di bandara.
‘7 bulan lalu, Felix pertama kali datang ke Daito menawarkan kerjasama’ Mizuki berfikir, mengandalkan kemampuan analisanya yang selama ini selalu terbukti efektif.
Mizuki memandangi lagi rangkaian pesan terakhir dari Ferrari
’Marry me?’
’Maaf, kita bahkan belum pernah bertemu’
’Tapi aku menyukaimu’
’Setelah melihatku, mungkin kau tidak akan menyukaiku lagi’
’Tidak mungkin begitu, aku akan selalu menyukaimu’
’Maaf. Tapi aku tidak bisa menikah denganmu’
’Sudah ada seseorang?’
’Tidak dalam artian seperti itu’
’Maksudmu?’
’Ingat bosku? Yang pernah kuceritakan padamu tempo hari? Dia sangat mengandalkanku. Aku tidak akan bisa menikah dengan siapapun sebelum dia bisa menikah dengan gadis impiannya. Dia sedang menderita sekarang. Aku sedang berusaha membantunya. Aku ingin menyatukan mereka’
’Begitu? Apakah kau jatuh cinta pada bosmu?’
’Aku sama sekali tidak pernah membayangkannya. Dia hanya terlalu super complicated. Senang sekali memperumit masalah. Maka aku tidak bisa meninggalkannya’
‘Kalau kau tidak bilang begitu, aku pasti berfikir kau jatuh cinta padanya’
‘Oya ? Maaf mengecewakanmu ‘
‘Aku akan membantumu. Menyatukan mereka. Jika mereka sampai menikah, maukah kau mempertimbangkan untuk menikahiku?’
’Mungkin saja. Who knows.....’

Itu dua bulan lalu. Setelah itu, tidak ada satu emailpun darinya. Malah 2 bulan yang lalu, entah bagaimana caranya, Felix berhasil meyakinkan Masumi untuk menjalin kerjasama dengannya, meski tidak pada bidang yang diharapkannya.
’Dua bulan lalu dia muncul di hadapanku dan bertingkah seperti seorang teman lama. Dan tidak bisa dipungkiri, kehadirannya membantu menyadarkan Pak Masumi akan perasaannya pada Maya. Mungkinkah ?’ Mizuki menatap Ferrari mini di samping laptopnya.
***
Duisburg, Jerman:

            Masumi bersiul melihat mobil sport Felix yang terparkir dengan gagah di tempat parkir , hari ini Felix sengaja menjemput Masumi di hotel.
            ’ Audi R8 kebanggaanku ! Aku bisa membawamu lari 100 km hanya dalam 5 detik. Kau percaya ?’ Felix terkekeh, penuh kebanggaan. Membukakan pintu untuk Masumi
            ’Kau sangat menyukai mobil ya?’ Masumi masuk ke mobil ’ Pasti kau menjemputku hanya untuk membanggakan mobilmu ini !’ Masumi memasang safety belt.
            ’Bawahanmu akan diantar oleh orangku ke kantor’ Masumi mengangguk, Felix duduk di belakang kemudi
            ’Aku sangat menyukai mobil, untuk itulah aku meninggalkan perusahaan keluarga dan bergabung dengan VW Group’ Felix memasang safety beltnya
            ’ Di usia 28 sudah menjadi MD untuk divisi Audi. Hmm. Prestasi yang patut dibanggakan’ Masumi mengangguk.
            ’ Masih kalah jauh olehmu ’ Felix tertawa.

Dalam waktu singkat mereka sudah tiba di pabrik Baja Kippemberg milik keluarga Felix. Setelah melakukan factory tour singkat, Felix menggiring Masumi ke kantornya. Dan membiarkan bawahan Masumi melihat-lihat.
            ’Aku jarang menempati kantor ini, sesekali saja aku kemari. Jika pendapatku benar-benar dibutuhkan’ Felix mempersilakan Masumi duduk
            ’Jadi demi obsesimu pada mobil, kau limpahkan kekuasaanmu pada adikmu?’
            ’Wah..... wah..... sejauh mana kau sudah menyelidikiku Masumi?’ Masumi tersenyum tipis
            ’Ursula, adik perempuanku. Dia lebih pintar mengelola perusahaan dari pada aku. Aku tidak akan bekerja dengan baik jika aku tidak menyukai pekerjaannya. Dia sedang keluar . mungkin besok kau bisa menemuinya.
Ngomong-ngomong, Aku akan ke Stuggart minggu depan, aku sudah terlalu lama melalaikan pekerjaanku di Audi. Tidak apa-apakan? ’
            ’Tidak masalah. Aku berbisnis dengan siapapun. Selama itu menguntungkan Daito’
            ’Begitu ya? Sebenarnya aku masih berharap kau mau membantuku mendirikan pabrik perakitan mobil di Jepang. Tentu saja keuntungannya tidak akan sedikit.’
            ’Ha...... ha....ha.... dari awal aku sudah menolak hal itu bukan?. Apa tujuanmu mendirikan pabrik Audi di Jepang? Hah ?’
            ’Memperkaya pasar mobil Asia tentu saja’
            ‘Ya. Dan bermaksud melampaui penjualan mobil Toyota tentunya’ Masumi tersenyum miring, mengejek.
            ‘Yah...... tidak bisa dipungkiri. Walaupun penjualan kami melonjak pesat, masih belum bisa mengalahkan produk negerimu. Sampai saat ini, penjualannya masih peringkat satu, sangat mengagumkan. Rupanya kau cinta negara juga ya? Aku pikir kau hanya mencintai Daito?’ Felix balas menyindir
            ‘Semua ada saatnya Felix’
            ‘Ya.. ada saatnya juga kau melepaskan urusan pekerjaan dan bersenang-senang. Kenapa kau tidak menikmati hidupmu? Untuk apa menyia-nyiakan waktu hanya untuk kerja?’
            ‘Bersenang-senang heh? Seperti kau ? Bagaimana caramu bersenang senang? Mengumpulkan mobil bagus? Memacari wanita-wanita cantik? Huh..... maaf saja, bukan gayaku....’ Masumi mendengus
            ’Rupanya tidak ada yang tidak kau ketahui tentang aku ya?’ Felix memiringkan wajah
            ’Tidak. Masih ada yang tidak aku tahu. Motif. Aku berusaha mencari tahu, apa motifmu sebenarnya. Setelah kesepakatan terakhir kita gagal, aku tak pernah mendengar kabar darimu. Lalu tiba-tiba kau datang dengan penawaran yang sangat menggiurkan. Bahkan menyetujui semua syaratku tanpa banyak komentar. Itu aku masih tidak mengerti’ Masumi menatap Felix lekat.
            ’Semua ada saatnya Masumi. Aku pasti akan memberitahumu jika saatnya tiba. Sampai saat itu tiba, nikmati saja kunjunganmu disini. ’ Felix tersenyum, membiarkan rasa ingin tahu Masumi menggantung.
           


Malamnya, di hotel tempat Masumi menginap. Masumi menerima email dari Shiori

Halo Masumi,

Apa kabar? Aku harap kau baik- baik dan selalu bahagia bersama Maya.
Aku sudah melihat pertunjukan Bidadari Merah Maya, sangat mengagumkan. Aku semakin mengerti bagaimana perasaanmu saat melihat gadis itu. Rasanya aku dapat memahami cintamu padanya.
Mungkin sebenarnya sudah lama aku menyadari, hanya saja aku menutup mata. Maafkan aku.

Aku ingin mengabarkan sesuatu.
Bulan depan aku akan menikah. Dia seorang Italia yang baik, namanya Toni.
Dia sangat mencintaiku, itu yang penting. Aku tidak akan mengulangi kesalahan yang sama dengan memaksakan cinta pada seseorang. Sekarang, aku baru mengerti bagaimana rasanya dicintai.

Jika kau sempat, datanglah dengan Maya. Aku selalu berdoa untuk kebahagiaan kalian. Berjanjilah kalian akan bahagia.

Love,

Shiori


            Masumi menuliskan beberapa kata dukungan dan ucapan kebahagiaan untuk Shiori, lalu menutup laptopnya.
            ’Maya, sedang apa kau sekarang?’ Masumi terlengtang di tempat tidurnya, membayangkan wajah Maya. Tapi tak berani menelponnya, karena menurut laporan Hijiri Maya sedang sangat sibuk berlatih. Juga masih ada sesi pemotretan dan syuting iklan.
            ’Pasti kau lelah sekali Maya. ’
            ’Ukhhhh. Aku meridukanmu.........  Untung saja akupun sangat sibuk. Jika tidak pasti aku bisa gila karena jauh darimu’ Masumi menutupkan bantal di wajahnya. Tapi bayangan wajah Maya tak juga mau hilang. Hingga akhirnya dia terlelap dan membawa Maya dalam mimpinya.

Tokyo, Jepang:

            Maya masih menyimak penjelasan Pak Kuronuma tentang rencana tour Bidadari Merah. Semua rencana sudah matang, minggu depan mereka akan memulai Tournya.
Maya menghela nafas berat. Pagi tadi dia baru saja menerima kabar bahwa Masumi menunda kepulangannya. Dan pada saat pulang nanti, sudah pasti Maya tidak akan berada di Tokyo. Berarti perpisahan panjang lagi.
            > Huh. Selalu saja ada penghalang. Kalau begitu kapan kami bisa bersama? <


Seperti yang diperkirakan Maya. Setelah memulai Tournya, Maya dibuat tak bisa bernafas oleh ketatnya jadwal kerja. Sesekali saat beristirahat di Hotel, Maya melihat Masumi dalam berita bisnis. Jika sudah begitu, Maya akan menghabiskan waktunya dengan menangis merindukan Masumi. Dan membuat Mizuki repot menyembunyikan mata Maya yang sembab.

Seperti malam itu, seperti kebiasaannya beberapa waktu terakhir, Maya melihat berita bisnis.
Maya menegakkan tubuhnya saat berita tentang pernikahan cucu seorang pengusaha besar Takamiya ditayangkan.
            ’Nona Shiori.....’ Maya tersenyum, ikut bahagia menyaksikan pernikahan Shori di Italia.
            ’Hah ?’ Maya memicingkan mata saat dilihatnya Masumi tertangkap kamera. Juga komentar reporter berita yang menyebut nyebut mantan tunangan Shori Takamiya, Masumi Hayami. Yang membuatnya kaget, dan serta merta membuat matanya mengaca adalah, bahwa Masumi tidak sendiri mengahdiri pesta itu. Masumi tengah berdiri berdampingan dengan seorang wanita asing berambut pirang. Wanita cantik yang hanya 10 centi lebih pendek dari Masumi. Mereka tampak menikmati minuman dan tertawa bersama. Serasi.
            ’Masumi.......... ’ Airmatanya meleleh
            ’Masumi Bodoh........... bodoh............’
            ’Berani benar menyuruhku menjaga hati sementara kau memberikan hatimu pada wanita lain. !’
            ’Masumiiiiii..........  Dasar kecoa bodoh....... !!!!’


***

 >>>Bersambung<<<





7 comments:

ivoneyolanda on 6 July 2011 at 08:57 said...

hihihihihi cemburu lagi Maya, kira2 siapa ya perempuan yg sama Masumi Ursula ? adiknya Felix bukan???? huaaaaaaa lanjoooot ya Mom Riem....

Anonymous said...

Mom riemaaa...ga tahaaannn mau lanjutannya!Ĥê☀=D:pĤê☀=D:pĤê☀=D:p‎​ bagus2...jd senyum2 sendiri ni \=D/ЋΐЋΐ Ћΐ:D

Ditunggu ya mom riema..
-reita

Heri Pujiyastuti on 6 July 2011 at 16:05 said...

Lanjut.....Jadi penasaran siapa gerangan wanita yang pergi sama Masumi....

Nana said...

Adiknya felix, ursula.. (sok tau ya gueeee...) hihihiiiiii....
Payah deh si masumi. masak gak bilang2 ke maya alo mau hadir di kawinan mantan. Komunikasinya gimana itu?

Tapi aku sukaa..cepat lanjutkan yaaaaa... Hihi makasiiii

syl said...

Waaoooww.. hot banget.. Mantaap nehh.. bikin dagdigdug ajah!! ursula ga ada apa2nya deh dibanding maya (eehh bener kan ursula yang di foto?)LAnjut mom.. secepatnya yaaa!!

Anonymous said...

Hahahahaha...akhirnya predikat kecoa bodoh kembali disandang oleh masumi hayami ...!!! :-D Heran deh! Dua orang ini emang ribet, selalu miscommunication...ckckck.. Berharap kelanjutannya bukan hanya ttg maya & masumi ya ...tapi mizuki juga :-) * rini *

Resi said...

waaaah, tambah penasaran nih. ada kisah percintaan mizuki jd makin menarik hehehe. lanjuuuut....

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting