Thursday 11 August 2011

Fanfic TK : Love Story (Sekuel/Side Story dari 'Cos I Love You)

Posted by Ty SakuMoto at 15:18
FF ini lebih banyak menceritakan tentang kisah orang-orang di sekeliling Maya & Masumi. Untuk mempermudah, settingnya di ambil dari FF `Cos I Love U. (Mudah-mudahan masih inget ^^)

Love Story
(by. Riema)




Chapter 1: Dark hair angel


Mizuki masih duduk di depan komputernya, kadang tersenyum sendiri membaca tulisan yang tertera di layar.
Ferrari        : aku menyesal sekali karena belum sempat mengajakmu berdansa. Percaya tidak aku masih memikirkan itu sampai sekarang?
Mizuki        : Apa itu salahku? Kau yang terlalu sibuk bermain piano..... Aku percaya atau tidak, apa penting untukmu?
Ferrari        : Mizu......!! Tentu saja penting. Aku ingin kau percaya padaku...... Saking sibuknya menghibur orang lain, aku sampai lupa menghibur diriku sendiri. Betapa mulianya aku ya?
Mizuki        : What? Kau percaya, aku sedang tertawa terpingkal-pingkal sekarang
Ferrari        : Really? Senang sekali kalau itu benar. Andai aku ada di sana untuk melihatnya...
Mizuki        : Haha. Sorry. Aku bukan tipikal wanita yang senang digombali
Ferrari        : Aku tahu. Makanya aku bingung, bagaimana harus menghadapimu. Karena sepertinya jurus-jurus cintaku yang biasanya jitu, tak akan mempan padamu
Mizuki        : Coba saja. Aku sudah punya penangkal untuk mengatasi semua seranganmu
Ferrari        : O ya......?
Mizuki        : Yeah....
Ferrari        : Mizu....?
Mizuki        : Hm...
Ferrari        : Aku merindukanmu.......
Mizuki        : Haha..........
Ferrari        : Aku sungguh-sungguh. Aku ingin melihatmu.....
Mizuki        : Sorry. Jurus itupun tidak mempan....
Ferrari        : Bisa tidak kau bersikap seperti gadis pada umumnya? Buatlah aku senang sedikit. Lagi pula aku sama sekali tidak sedang merayumu
Mizuki        : Maaf. Sulit menghilangkan imej buruk setiap aku membayangkan wajahmu
Ferrari        : Kau. Membayangkan aku? WOW !!! aku sedang menandak-nandak sekarang
Mizuki        : Bukan! Bukan itu maksudku !! dasar bodoh !!!
Ferrari        : Apapun maksudmu. Mengetahui kau membayangkan wajahku, itu sudah sangat membuatku senang
Mizuki        : Whatever !!!

Ferrari        : Mizu...... ?
Mizuki        : Ya
Ferrari        : Tidakkah aku mengingatkanmu pada seseorang?
Mizuki        : Felix Oschin Kippemberg?
Ferrari        : Ugh...... Please.....
Mizuki        : Lalu?
Ferrari        : Seseorang dari masa lalumu. Adakah kemungkinan aku terlihat seperti dia?
Mizuki        : Maksudmu?
Ferrari        : Mizu...... Mizu...... Main layang-layang yuk?
Jari Mizuki membeku di atas keyboard ’Fe?’
Ferrari        : Mizu ? Kau masih disitu?
Mizuki mengepalkan tangannya, menatap kerlap-kerlip kursor
Ferrari        : Mizu ? Ada apa? Apa aku salah bicara......? Mizu....?
Ferrari        : Please answer me !
Mizuki        : Bye Fe!
Mizuki menekan tombol on/off di CPUnya. Wajahnya tampak murung
‘Fe.....’

***

Masumi mengelus bahu polos di sampingnya. Senyuman tak pernah hilang dari wajah tampannya.
Sudah satu minggu mereka menikah, tak pernah terbayangkan bahwa akhirnya dia bisa mereguk kebahagiaan yang tak pernah berani diharapkannya
‘Ngh....’ Tubuh mungil disampingnya menggeliat. Menimbulkan gesekan halus yang menimbulkan sengatan listrik di tubuh Masumi. Membuatnya ingin memcumbu isterinya lagi. Padahal mereka sudah melakukannya berkali-kali malam itu.
‘Tidurlah Masumi’ Setengah terpejam, Maya mengelus dada Masumi yang telanjang
‘Ya. Tidurlah lagi sayang...’ Masumi menggenggam tangan yang mengelus dadanya, lalu mengecup kening wanita itu
Masumi memdamkan lampu tidur, baru saja hendak memejamkan matanya saat terdengar dering telepon di samping tempat tidurnya.
‘Ukh...’ Masumi mencoba mengabaikannya. Tepi deringnya terdengar bising di malam sesunyi itu
‘Masumi..... angkat telponnya. Mungkin penting’ Maya membuka matanya
‘Hanya orang gila yang mengganggu pengantin baru tengah malam seperti ini’ Masumi menyalakan lampu lalu meraih gagang telpon, Maya tertawa mendengar gerutuan suaminya
‘MASUMI !!’ Sambar suara di ujung telpon berteriak
’Apa-apaan. Siapa ini?’ Masumi menjauhkan gagang telpon
’Ini aku Felix’
’Felix. Kau ingin mati ya? Berani menggangguku!’
‘Masumi. Sorry! Ini darurat !’
‘Yang benar saja. Paling-paling sesuatu yang berhubungan dengan Mizuki kan?’
‘Yep’
‘Memangnya kau tidak bisa menunggu besok ya?’
‘No’
‘Felix? Aku akan menutup telponnya!’ Maya terbangun seraya meletakkan dagunya di dada Masumi
‘Tidak tidak. Kau tidak bisa melakukan itu. Kau harus membantuku’
’Aku akan membantumu besok. ’
’Aku tidak bisa menunggu besok. Sudah dua hari aku tidak mendengar kabarnya. Itu bisa membuat aku sinting!’
’Kau memang sudah sinting! Sekarang berhentilah menggangguku. Aku janji akan menelponmu besok. Okay? Bye!’ Masumi menutup telepon
’Felix?’ Maya mengerutkan kening
’Em-hm’
’Ada apa?’
’Entahlah’
KRING.....KRING.....
’Hallo!’ Dengan gemas, Masumi menyambar gagang telpon
’Masumi. Kau benar-benar harus menolongku. Aku tidak bisa melakukan apapun dengan benar. Aku mengacaukan semuanya. Aku sungguh tidak bisa menyingkirkan Mizu dari otakku’ Nada suara Felix terdengar frustrasi
’Ha...ha...ha.... Aku sudah pernah mengalami itu. Kenapa kau tidak menikmatinya saja sementara menunggu bantuan dariku? Enjoy !’ Masumi menutup telpon dan menarik kabelnya
’Aman’ Masumi tersenyum
’Apa kau harus melakukan itu?’
’Tentu saja. Biarkan playboy itu merasakan bagaimana rasanya jatuh cinta. Dia harus belajar sengsara sedikit’
’Katamu, kau sudah pernah mengalami itu?’ Maya menatap Masumi
’Hm. Sejak mengenalmu, berkali kali aku mengalami kesengsaraan seperti itu.’
’Sungguh?’ Maya tersenyum, memiringkan wajahnya
’Kau tidak percaya padaku?’ Masumi berguling, menindih Maya di bawahnya. Maya tersenyum jail, seraya menggeleng
’Kau berani meragukan aku? Aku disiksa rasa rindu selama bertahun tahun mungil... Kesalahan besar kalau kau berani meragukan aku !’ Masumi menggeram, menjepit tubuh Maya
’Uuh. Aku takut sekali Tuan Hayami. Ampuni aku!’ Maya mencoba memberontak
‘Kau harus membayarnya Nyonya muda! Aku takkan mengampunimu!’
‘Tidak tidak. Aduh Masumi !Hentikan itu! Ayolah! Apa kata ayah kalau kita terlambat bangun lagi besok!?’ Tapi Masumi sudah tidak bisa mendengar . tangannya bergerak mematikan lampu, lalu menarik selimut ke atas kepala mereka. Maya terkikik tertahan.

***
‘Selamat pagi Mizuki!’ Masumi berjalan memasuki kantornya
’Pagi Pak. Senang melihat anda ceria. Bagaimana liburan anda?’ Mizuki mengangguk
’Yah. Senang rasanya bisa ceria. Liburanku sangat menyenangkan. Terima kasih!’ Aku hampir tidak mau keluar kamar. Imbuh hatinya.
’Oh ya. Tolong sambungkan aku dengan Felix Oschin?’ Masumi menoleh, meneliti mimik Mizuki
’Baik’ ada gurat sedih dan amarah samar terbaca di wajah gadis itu
’Maaf Pak. Sepertinya, saat ini masih tengah malam di Jerman.’ Mizuki tak bisa menyembunyikan senyumnya
’Begitu ya. Baiklah’ Masumi masuk ke kantornya. Mizuki menghembuskan nafas kuat-kuat. Mencoba menyingkirkan Felix dari ingatannya.
KRIIIIIIING..... KRIIIIIIIIING......
’Mizuki, selamat pagi’ Mizuki menyambut penelpon
’Mizuki?’ Airi, receipsionist Daito yang bicara
‘Ya Airi?’
‘Telepon dari luar untuk tuan Masumi’
‘Baik. Sambungkan padaku’

‘Selamat pagi. Kantor tuan Hayami’ Hening
‘Hallo !’ Terdengar hembusan suara nafas berat di sebrang sana
’Maaf. Ada yang bisa saya bantu? Jika tidak, saya akan menutup teleponnya’
’Mizu.........’ Mizuki baru saja akan menutup telpon saat suara itu bicara cepat-cepat
’Tolong jangan tutup telponnya. Aku ingin bicara dengan Masumi’
’Baik. Tunggu sebentar’ Mizuki bicara sedingin mungkin
’Miss you, Mizu....’ Ujar Felix sesaat sebelum Mizuki menyambungkan telponnya ke ruangan Masumi. Mizuki menutup mulut. Segera menutup telpon setelah tersambung pada Masumi.
’Fe....’ Mizuki bertopang dagu. Hanya menyebut nama itu saja, membuat jantungnya berdebar tak menentu. Kilasan-kilasan ingatan berhamburan memenuhi benaknya
>Ukh. Kenapa aku jadi begini? Gara-gara orang brengsek itu! Aku benci dia! Dengan mudahnya datang ke hadapanku dan mengatakan kata-kata bodoh. Itu hanya janji masa kecil, kenapa aku harus begitu peduli. Betapa bodohnya aku memercayaimu begitu saja. Dasar Fe bodoh!< Mizuki kembali menghembuskan nafas berat.
Dibukanya agenda kerjanya, dan coba mengatur ulang jadwal Masumi. Setelah liburan singkat 1 minggu yang diambil bosnya, Mizuki sudah menunda banyak janji. Sekretaris efisien itu memilah agenda kerja Masumi hari ini.
Tapi berkali-kali dia kehilangan konsentrasi. Karena wajah Felix selalu ada kemanapun dia memandang.
’Sial!’ Mizuki menutup agendanya hingga menimbulkan bunyi keras. Lalu pergi mengambil  kopi untuknya dan Masumi.


Mizuki meletakkan kopi di meja Masumi. Hendak berlalu saat Masumi memanggilnya dan menyerahkan gagang telepon padanya
’Bicara yang benar, jangan bertingkah seperti remaja. Seperti bukan kau saja! Aku keluar sebentar!’ Masumi keluar ruangan

’Hallo’
’Mizu?’ Seperti biasa. Suara lembut lelaki itu mengalun seolah berdendang memanggil namanya, Mizuki memejamkan mata.
’Ya’
’Bolehkah aku bertanya kenapa?’
’Andai aku bilang tidakpun, kau akan tetap bertanya kan?’ Kata Mizuki ketus
’Aku rasa aku berhak tahu. Kau tiba-tiba berubah. Bagaimana mungkin kau berharap aku akan diam saja?’
’Fe...... Felix. Aku rasa, aku juga punya hak untuk menolak menjelaskan apapun padamu’
’Panggil aku Fe. Seperti dulu. Aku sangat merindukanmu memanggilku seperti itu’
’Itu masa lalu Felix. Felix, Fe, Ferrari. Siapapun kamu. Aku sungguh tidak ingin berhubungan lagi denganmu!’
‘Apa aku melakukan sesuatu yang salah padamu? Kau tidak begini sebelumnya? Kau bahkan pernah berkata akan mempertimbangkan untuk menikahiku jika aku membantu menyatukan Maya dan Masumi. Lupa?’
‘Tidak. Mungkin aku berbohong, seperti juga kamu. Atau mungkin juga aku lupa, seperti kamu juga melupakan sesuatu’
’Aku? Kapan aku berbohong padamu? Aku melupakan apa? Apa maksudmu?’ Suara itu memaksa
’Jawab aku Mizu!’
’Jangan memerintahku! Kau tidak boleh berteriak padaku!’ Kata Mizuki setengah teriak
’Sorry. Kalau begitu jawab aku. Jangan membuat aku seperti ini. Aku hampir gila karena memikirkan sikapmu beberapa hari ini. Aku benar-benar bingung’ Felix berkata frustrasi
’Aku..... Sebenarnya aku mulai merasa menyukaimu Felix. Tapi kau melakukan satu kesalahan. Aku belum bisa memaafkannya. Aku bahkan tidak bisa berhenti memikirkan akibat dari kesalahan yang kau buat’ Mizuki berujar sedih
’Apa salahku? Mizu.... katakan apa salahku? Apapun itu, aku sungguh-sungguh minta maaf. Tapi setidaknya tolong beritahu apa salahku’ Mizuki bisa mendengar nada sedih dalam suara laki-laki yang biasanya ceria itu
’Hanya satu. Karena kau adalah Fe’ Mizuki menutup telpon. Airmata mengambang di balik kacamatanya

***
Tempat parkir Gedung Daito:

’Ini data perusahaan S yang anda minta, juga orang yang kemungkinan besar mempunyai latar belakang dendam pada Daito’ Hijiri menyerahkan amplop coklat
’Dan ini foto-foto dan video pernikahan anda’ Hijiri menyerahkan satu amplop lagi
’Terima kasih’ Masumi tersenyum
’Anda tampak bahagia. Saya senang melihatnya.’ Masumi mengeluarkan beberapa lembar foto dan tersenyum lagi
’Kapan anda akan membeberkan pernikahan anda dan nona Maya pada publik?’
’tidak lama lagi. Aku akan menyerahkan beberapa foto pada media milik Daito. Pasti menggemparkan’ Masumi memasukkan lagi foto-foto tersebut ke dalam amplop
‘Saya yakin begitu’ Hijiri tersenyum
‘Hijiri. Apa kau pernah jatuh cinta?’
‘Eh?’
‘Dulu kau bilang iya. Waktu aku menanyakan itu. Tapi aku tidak pernah mengetahui apapun tentang itu. Aku benar-benar tidak perhatian ya!’
’Tidak begitu. Lagipula, itu hanya kisah masa lalu. Saya tidak pernah memikirkan itu lagi’
’Kenapa tidak? Tidak ada yang melarangmu untuk jatuh cinta. Kau berhak menikmati hidupmu Hijiri’
’Sepertinya hal itu terlalu riskan bagi orang seperti saya’ Hijiri menunduk
’Kalau kau bicara begitu. Aku jadi merasa bersalah. Aku yang menempatkanmu pada posisi ini’
’Tidak. Jangan merasa seperti itu. Saya sendiri yang telah memilih jalan ini. Hanya saja, lebih baik saya melalui jalan ini sendiri. Jika bersama seseorang. Saya khawatir, akan menempatkan dia dalam bahaya. Perempuan mana yang mau hidup dengan pria seperti saya, yang memilih menjadi bayangan’ Hijiri mengatakannya tanpa sedikitpun nada sesal
’Pasti ada. Kau salah kalau kau fikir kehadirannya akan merepotkanmu. Membuatmu harus melindunginya, sementara kau sendiri harus melindungi jati dirimu. Bukan seperti itu cara kerja cinta Hijiri. Pasti ada wanita kuat yang mampu melindungi dirinya sendiri sebagai resiko atas cintanya padamu. Yang akan menyambutmu dengan senyuman tiap kali kau datang dengan diam-diam sebagai bayangan. Mencerahkan harimu kelammu dengan candanya. Kau bahkan akan mendapati kehadirannya menguatkanmu, kekuatannya yang yang akan melindungimu.
Kau tahu? Semenjak mengenal Maya, banyak persepsi hidupku yang berubah. Kau adalah orang kepercayaanku, teman baikku. Aku ingin kau merasakan rasa yang pernah kurasakan. Memiliki seseorang itu sangat berarti Hijiri’ Masumi memandang orang kepercayaannya itu. Mengatakan semua yang ingin dikatakannya, tulus dari hati.
’Terima kasih’ Hijiri membungkuk
’Mengetahui anda memikirkan saya sejauh itu, sungguh membuat saya bahagia. Jika ada seseorang seperti yang anda katakan itu untuk saya, andalah orang pertama yang akan tahu’
’Hm. Baiklah’ Masumi menyentuh bahu Hijiri. Lalu berjalan menuju lift. Meninggalkan Hijiri yang menatap punggungnya penuh rasa hormat.

***

          ’Kita akan selalu bersama Mizu-chan’ kupasangkan mahkota bunga ke kepala Mizu
          ’Benarkah? Kamu tidak akan meninggalkan aku?’ Pipi bulatnya memerah
          ’Mana mungkin aku meninggalkanmu? Fe sayang Mizu. Mizu adalah Bidadariku’           ’Mizu juga sayang Fe........Sayaaaaang sekali....’ Mizu tertawa. Di bawah sinar matahari, rambut hitamnya tampak berkilau. Aku suka Mizu. Mizu yang selalu menghiburku,  yang selalu tertawa. Lama-lama tawa renyahnya menulariku. Membuatku lupa cara bersedih.


’Fe..... Fe........ Fe....... aku disini!’ Mizu melambai-lambai dari arah sungai. Setengah badannya terendam air
’Mizu...... kamu sedang apa?’ aku menyusuri batu kali yang besar, rambutku yang menyentuh tengkuk berkibar
’Mencari kepiting. Ayo sini !’ Mizu mencipratkan air ke arahku
’Mizu..... bisa naik sebentar? Aku mau bilang sesuatu’ Mata tajamnya yang hitam menatapku penasaran. Selalu begitu tiap kali ingin mengetahui sesuatu
’Baiklah. Ngomong-ngomong, kenapa pakaianmu rapih sekali? Kau mau pergi?’ Mizu naik ke batu besar. Celana selututnya basah
’FEE............ FEE !!!’ Terdengar suara ibu memanggilku tidak sabar. Saat aku menoleh, ibu sudah berdiri di sana. Ditepi jalan. Sebuah mobil sedan hitam dengan pintu belakangnya yang terbuka terparkir disana. Menunggu.
’Fe?’ Wajah Mizu penuh pertanyaan
’Aku harus pergi Mizu. Ayahku datang menjemput kami. Kami akan pergi ke Jerman.’ Mata hitamnya mengaca. Kepalanya  menggeleng berulang-ulang. Rambut hitam lurus yang membingkai wajah mungil itu bergoyang ke kanan dan ke kiri
’Fe. Fe bohong kan? Katamu kita akan selalu sama-sama’ Air mata mengaliri pipi bulatnya
’Mizu...... Maaf..... ’ Ku ulurkan tanganku ke arahnya, tapi Mizu melangkahkan kakinya ke belakang. Menghindar.
’Fe. Ayo cepat. Kita bisa ketinggalan pesawat ! Maaf ya Sayang, kami harus pergi’ Ibu membelai kepala Mizu sekilas, lalu menarik tanganku
’Mizu...... !!’ Saat pintu mobil tertutup. Wajah sedih Mizu adalah hal terakhir yang kulihat. Dan aku tahu, selamanya wajah sedih itu akan terus menghantuiku. Bidadariku terlihat kesepian.

Felix terbangun tengah malam bermandi peluh. Terngiang lagi suara Mizu kecil memanggil namanya.
’Mizu. Sebenarnya apa maksudmu? Kenapa kau bisa semarah itu padaku? Apa karena aku meninggalkanmu waktu itu?’ Felix turun dari tempat tidur. Mengenakan jubah kamar pada tubuh kekarnya, lalu berjalan keluar kamar. Beberapa saat kemudian, Felix kembali dengan segelas wine di tangan kiri dan laptop di tangan kanannya.
’Mizu..... Mizu...... I miss you...... hm hm hm hm’ Felix bersenandung sambil meletakkan gelas di nakas lalu naik ke tempat tidurnya.
Felix menyalakan laptop, tampak fotonya bersama Mizuki di Astoria sebagai background layar laptopnya. Lalu meraih kaca mata di atas nakas.
‘Selamat pagi Mizu sayang!’ Felix tersenyum dan membuka email. Mengabaikan beberapa email di inboxnya dan mencari rangkaian emailnya pada Mizuki.
‘Benar-benar mau membisu rupanya. Gadis yang sangat keras kepala! Dan aku tidak akan menyerah, asal kau tahu saja Mizu!’

Dear, Mizu.......
My lovely Dark hair angel
Mornin` babe...

Aku harap moodmu sedang bagus, karena aku akan memaksamu hari ini
                             Aku tahu, sepertinya kau enggan berurusan lagi denganku
                             Tapi sepertinya, aku enggan berhenti mengganggumu.
So, jika kau benar-benar ingin lepas dariku. Sebaiknya kau menjelaskan alasannya padaku se detail mungkin. Jika itu bisa kuterima, mungkin aku akan berhenti mengganggumu.
Tapi aku tidak janji

Aku sudah cukup bersabar selama ini Nona
Kubiarkan pesanku tak berbalas, membiarkan teleponku tak kau jawab, bahkan kubiarkan kau memporak-porandakan hati dan pikiranku
Tapi, kalau kau masih terus mengabaikan aku. Maka aku akan segera mengetuk pintumu dan memberimu palajaran
Kuberi kau waktu satu minggu. Tidak lebih


Love , Fe

Ps: Aku merindukan senyum tawamu. Dan aku pasti akan mencari cara untuk memahatkannya secara permanen di wajahmu

Felix mengklik send. Menyesap wine nya, lalu kembali mendendangkan Mizu Mizu i miss you dengan irama Twinkle twinke little star.

Setelah meletakkan kembali kacamatanya di nakas, lelaki itu menghempaskan tubuhnya ke belakang. Menatap langit-langit kamar apartemennya yang tinggi. Melukiskan wajah Mizuki yang masam disana, dan tertawa sendiri
’Kenapa aku bisa begitu terikat padamu Mizu-san? Bidadari rambut gelapku. Mengejarmu seperti ini bener-benar mengganggu kesehatan’

***

‘Selamat pagi Pak’ Mizuki meletakkan beberapa surat kabar dan majalah di meja Masumi
‘Beritanya sudah keluar’
‘Begitu?’ Masumi meraih salah satu majalah, lalu tersenyum
‘Aku terlihat gagah bukan?’Masumi memperhatikan foto pernikahannya dengan Maya, tertawa sendiri
‘Ya. Dan saya sudah menerima ratusan telepon meminta konfirmasi berita ini’
‘Lalu. Kau jawab apa?’
‘Anda akan mengadakan jumpa pers bukan? Kapan?’
‘Mungkin lusa. Atau selambatnya minggu depan. Aku belum memastikan jadwal Maya’
‘Hm. Sebaiknya anda segera menentukan waktunya. Atau akan terjadi kericuhan disini’
‘Kericuhan?’
‘Anda memang tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu? Gadis-gadis penggemar anda mungkin akan mendemo pernikahan anda’
‘Kau mengada-ngada!’ Masumi membolak-balik halaman majalah lain, memastikan beritanya sesuai dengan instruksinya
‘Ngomong-ngomong. Bagaimana Felix?’ Tanya Masumi tenpa mengalihkan perhatiannya dari majalah
‘Kenapa dengan dia?’
‘Maksudku, bagaimana hubunganmu dengan dia?’
‘Siapa yang berhubungan dengan dia? Dan apakah dia sudah menjadi pengadu sekarang?’ Mizuki bersungut
‘Kenapa tidak? Dia sangat menyukaimu, kau tahu kan?’
‘Huf... Aku rasa agenda anda sudah cukup padat tanpa harus mengurusi urusan saya. Apa perlu saya perketat jadwal anda. Saya akan membuat anda tidak bisa bernafas’ Mizuki melirik Masumi
‘Keras kepala!’ Masumi mendelik
‘Nih’ Masumi meletakkan beberapa lembar foto di mejanya
‘Aku sudah mengirimkan yang sama pada Felix’ Seraya menyorongkannya pada Mizuki
‘Ng’ Mizuki menyentuhnya ragu. Fotonya bersama Felix di Astoria
‘Aku merasa kalian sangat serasi waktu itu. Kupikir, kalian sudah bersama sekarang’
‘Ugh. Bagaimana bisa anda berfikir begitu. Itukan hanya tanda terima kasih, karena dia sudah membantuku menyatukan kalian’
‘Yah. Mengingat tabiat Felix yang meledak-ledak. Rasanya tidak aneh kalau dia bertindak cepat’
‘Sudahlah. Anda tidak perlu mengurusi hal semacam ini’ Mizuki mengambil fotonya kemudian keluar ruangan, lalu duduk terpaku di mejanya. Memandang gambarnya bersama Felix.
Dia ingat benar, Felix yang memaksanya merubah penampilan malam itu. Dia sendiri sampai pangling memandang dirinya di cermin
‘Perfect. Kau cantik sekali’ Felix menatapnya tak berkedip, membuat Mizuki jengah
‘Sudahlah!’ Mizuki berbalik, tapi Felix menarik tangannya dan meletakannya di atas  lengannya
‘Let me lead you ‘ Felix mengapit tangan Mizuki erat, Mizuki menegakkan kepalanya menatap wajah di sampingnya. Begitu memesona, mengundang pandangan mata kagum dari orang-orang di sekelilingnya. Dan mengingat bahwa pria ini pernah memintanya menikahinya, Mizuki tersipu. Pasti hanya main-main. Bisik hatinya

Felix memeluk ketat pinggang Mizuki, dan mengabaikannya saat Mizuki memprotes
‘Ingatlah, aku sudah membantumu. Maka malam ini kau harus menemaniku’ Tatapan Felix tajam menembus Mata Mizuki yang tanpa kacamata
‘Tergantung sejauh mana kau mau kutemani’ Mizuki menjaga nada suaranya tetap datar
‘Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Temani aku main piano saja’
‘Kau yakin kita tidak harus mengundang pemain piano sungguhan?’ Mizuki tersenyum miring
‘Jangan meledekku Mizu. Kau akan terpana nanti. Bahkan mungkin kau akan jatuh cinta padaku’
‘Ha ha. Yang benar saja’
‘Pokoknya temani saja aku ‘ Felix menyeret Mizuki ke geladak, acara masih belum di mulai. Tapi Mizuki harus memastikan semua persiapan sudah selesai. Mereka berjalan menuju grand piano putih di sisi geladak, Felix melepaskan pinggang Mizuki saat duduk di kursi piano
‘Yang ini untukmu’ Bisik Felix meregangkan jarinya lalu mulai memainkan sebuah lagu berirama lembut. Beberapa kru yang tengah bersiap-siap langsung menoleh, memperhatikan. Bahkan melupakan pekerjaan mereka.
Mizuki terpana mendengar alunan nada yang lembut tetapi tegas. Terasa kesungguhan dari si pemain piano. Mizuki menatap Felix. Wajahnya tampak jauh lebih tampan dari biasanya. Rambut coklat lembutnya tertup angin sepoi. Matanya menutup. Mizuki kehilangan orientasi waktu, entah berapa lama dia menatap wajah Felix sambil terbuai nada-nada indah lagu tersebut.
‘Eh ?’ Mizuki terlonjak saat Felix membuka matanya. Permainan pianonya usai, terdengar tepukan dari orang-orang yang ternyata telah cukup banyak berkerumun
’Kau suka?’ Felix menoleh
’Ng. Yah’
’Syukurlah. Lagu itu khusus kuciptakan untukmu’
’Ah. Yang benar saja! Kau bisa mengatakan itu pada semua wanita yang kau mau’ Jawab Mizuki ketus, menutupi kegugupannya
’Bisa jadi. Tapi seharusnya, wanita yang kutuju merasakan kesungguhanku’ Keduanya bertatapan. Lama.
’Ok. Anggap saja begitu. Maaf, aku harus memeriksa beberapa hal. Jika sampai terjadi kesalahan, Pak Masumi pasti akan murka’ Mizuki membalikkan badan, hendak berlalu. Tapi tangan besar Felix menangkap pergelangan tangannya
’Mizuki! Mizuki!’
’Eh? Ah?’ Mizuki gelagapan, seorang perempuan menggoyang-goyang tangannya
’kau melamun? Aku memanggilmu dari tadi.’
’Maaf Chie. Ada apa?’ Mizuki membalik foto dihadapannya
‘Ini ada berkas yang harus ditandatangani Pak Masumi, dari bos ku’
’Baik, nanti aku sampaikan. Nanti aku beritahu kalau sudah selesai’
’Ok. Terima kasih’ Chie berlalu. Mizuki menghembuskan nafas berat. Tak percaya bahwa dia baru saja melamun, apa pendapat sekretaris dari divisi lain itu? Bukankah selama ini dia dikenal sebagai sekretaris paling efisien, tak pernah lalai dalam tugas. Apalagi meluangkan waktu untuk melamun
‘Ukh..... gara-gara orang gila itu!’ Mizuki membuka emailnya dan tertegun membaca email baru dari Felix
‘Apa dia serius? Huff. Kuharap tidak.’ Mizuki mengabaikan email Felix
***

Felix mengetuk-ngetukkan jarinya ke meja. Teringat pembicaraan dengan partnernya beberapa saat yang lalu
‘Felix! Aku tidak mau tahu. Kau tidak boleh ke Jepang! Kau akan pergi ke Swiss weekend ini!’
‘Swiss? Oh please. Tidak bisakan kau menugaskan orang lain untuk pergi ke sana? Aku benar-benar harus ke Jepang’
’No! Aku tidak mengijinkan! Kau sudah harus menemui Denis Hoffman di Swiss. Segera!’Albert menggebrak meja
’Aku yang akan mencari penggantinya. Bagaimana?’
’Felix. Kita sudah merencanakan ini dari jauh hari bukan?  Kau yang harus pergi! Dan kau harus berhasil mengajaknya bergabung dengan kita. Aku tidak mau tahu!’ Felix menghembuskan nafas berat. Berfikir sejenak.
’Okay! Okay! Tapi jika aku sudah menyelesaikan tugasku,  aku akan pergi ke Jepang?’ di kursinya, Felix bertopang kaki
’Tentu. Tapi harus benar-benar selesai’ Nada suaranya melunak
’Tentu saja. Kapan aku pernah melalaikan tugas?’
’Setiap kali bertemu perempuan cantik!’ Kata Albert tegas
’Ha ha. Kau hanya iri kan?’ Felix tertawa renyah
’oh yeah !’ Albert memutar bola matanya ’Yang benar saja’

’Mizuuuuuuu...... miss you much babe!’ Felix menatap layar laptopnya. Masih tidak ada kabar dari gadis itu.
Matanya menyusuri inbox, masih belum ada balasan. Dibukanya email dari Ursula dan mengetik balasannya lalu meraih ponselnya.
’Ursula!’
’Ya. Jadi bagaimana? Kau tetap akan ke Jepang?’
’Sepertinya begitu. Tapi tetap aku harus pergi ke Swiss sebelumnya. Menyebalkan’ Felix menggerutu, Ursula tetawa.
’Jangan begitu. Yang penting kau bisa bertemu Mizu-mu kan? Kau tidak kesini dulu?’
’Maaf sayang, sepertinya tidak bisa. Aku masih sangat sibuk. Kau mau datang kesini?’
’Uggh. Aku ingin sekali. Tapi akan ada audit rutin, aku harus mempersiapkan segala sesuatunya’ Ursula mendesah
’Untunglah keluarga kita memilikimu. Maaf aku tidak bisa membantu’
’Tidak apa-apa. Hanya saja sudah lama kan kita tidak bertemu. Aku kangen.’ Ada nada sedih dalam suaranya
’Aku tahu. Baiklah, akan aku usahakan untuk mengunjungimu sebelum pergi’
’Benar?’
’Kapan aku pernah berbohong pada adik tersayangku?’ Felix terkekeh
’Tunggu aku ya?’ Felix menutup teleponnya.
’Tunggu aku juga Mizu-san. Aku akan menuntutmu. Karena sudah mengabaikan aku !’

***

Hijiri duduk di taman sore itu, dengan pakaian santai sambil membaca koran. Tak berbeda dengan beberapa orang lain yang menghabiskan sore mereka bersama keluarga di taman kota.
Walaupun terlihat santai, tatapan matanya tajam mengawasi satu keluarga yang tengah duduk di bawah pohon maple. Terutama sang kepala keluarga. Dialah pria yang dicurigai sering mengirimkan ancaman dan menyewa yakuza untuk mencelakai Masumi.
Sepasang suami istri lewat di depannya. Sudah setengah baya, tapi masih terlihat mesra. Berjalan bergandengan, seolah melekat.
’Hhhah’ Hijiri tersenyum sendiri, mengingat perkataan Masumi tentang memiliki pasangan
’Seseorang seperti itu....... adakah untukku?’ Hijiri menengadah, matahari sore masih terasa hangatnya ‘Aku bukannya tidak menginginkannya pak Masumi. Tapi seperti yang anda katakan, hatiku penuh kekhawatiran. Aku pernah merasakannya, mencintai seseorang. Tapi karena aku dia pergi. Dan aku belum berani mengulanginya. Aku belum siap terjatuh lagi.’ Hijiri mengurut keningnya, merasakan perih matanya.
‘Dimana kamu...... Pasangan jiwaku? Terkadang aku begitu merindukanmu..........’ beberapa pasang kekasih berseliweran di hadapannya, seolah mengejek kesendirian lelaki tampan itu. Setitik sepi menyelinap diam-diam ke hatinya.

***

Mizuki merapikan mejanya, Masumi sudah pulang 1 jam yang lalu. Tingkah laku direktur muda Daito itu sudah sangat jauh berubah semenjak menikah. Tidak pernah lagi menghabiskan waktu berlama-lama di kantor, terlebih jika Maya ada di rumah. Apalagi setelah  mereka membuka pernikahan mereka pada publik. Mereka menjadi pasangan selebritis yang paling di incar media. Karena walaupun sama-sama sibuk, mereka hampir selalu tampil bersama dalam berbagai kesempatan. Memamerkan kebahagiaan mereka yang melimpah ruah.
’Ukh. Mudah-mudahan dia tidak serius’ Mizuki melirik kalender duduk di samping mejanya. Tepat satu minggu setelah email dari Felix diterimanya
’Aduh. Dasar bodoh! Kenapa aku jadi tidak bisa berfikir begini?’ Mizuki meraih tasnya dan berjalan menuju lift. Merasa kesal karena seminggu belakangan ini sering sakali gadis itu kehilangan konsentrasinya. Masumi sampai mengeryit melihat tingkah sekretarisnya yang biasanya tiada cela itu

Mizuki tiba di depan pintu apartemannya. Setelah terlabih dulu menengok kanan kiri, Mizuki membuka pintu dan bergegas masuk ke dalam. Ketakutan seperti diburu sesuatu
’Apa-apaan sih?’ Mizuki tertawa sendiri
’Kenapa aku harus merasa takut? Sejak kapan aku takut pada playboy bule tukang merayu?’ Mizuki masuk ke kamarnya. Mandi dan berganti pakaian. Lalu berjalan ke dapur dan menyiapkan makanan
’Datang saja kau! Siapa takut padamu? Huh!’ Mizuki menghempaskan tubuhnya ke sofa dan menyalakan TV. Mencari channel berita bisnis.
’Hah?’ mizuki membalikkan channel yang baru saja terlewat, berita luar negeri.
’Apa? Kenapa harus ada dia sih?’ Mizuki membanting remote ke sampingnya. Di layar TV, tampak Felix yang tengah diwawancarai mengenai kepastian kerjasama perusahaan Audi Jerman dengan seorang pengusaha besar Swiss.
Felix terlihat tampan dan kharismatik.
’Dasar tukang pamer! Tukang obral senyum!’ Gerutu Mizuki sambil tetap menonton Felix.
’Ugh. Betapa bercahayanya dia, begitu menyilaukan. Tak mungkin kan kalau dia benar-benar menginginkan aku. Ratusan perempuan yang jauh lebih baik dariku dengan mudah bisa dia dapatkan. Untuk apa dia mengejar-ngejar aku. Pasti hanya ingin mempermainkan aku saja. Walau kau Fe sekalipun. Rasanya tidak mungkin kalau kau masih mengingatku seperti itu. Seperti aku tidak pernah melupakanmu. Tidak pernah!’ Matanya lekat menatap layar kaca. Menggenangkan air mata.


Malam itu, Mizuki tertidur sambil membisikkan nama Fe di bibirnya.
Lalu mimpi itu datang lagi. mimpi-mimpi yang sama semasa remajanya. mimpi tentang Fe. Betapa seringnya dulu dia memimpikan lelaki itu datang. Betapa bahagianya gadis itu mereke-reka rupa Fe. Menghayalkan rambut coklatnya, mata birunya yang cemerlang serta senyumnya yang menawan.
Tapi pemuda itu tidak pernah datang. Tahun tahun berlalu semakin jauh dari masanya bersama Fe. Dan Mizuki merasa semakin sedih, karena akhirnya mimpi itupun memudar. Fe remaja tak pernah lagi hadir dalam khayalan Mizuki. Mizuki memaksa hatinya membenci Fe, memakai berbagai dalih untuk membuat ingatan indahnya akan Fe berpaling.
Dan gadis itu berhasil. Dia menciptakan topeng dingin untuk menutupi kesedihannya kehilangan kenangan bersama satu-satunya lelaki yang pernah singgah di hatinya.

Paginya, Mizuki terbangun dengan enggan.
’Ah!’ Mizuki menutup matanya dengan punggung tangan
’Kenapa harus datang lagi?’
’Benci! Aku benci kamu Fe! Benci!’ Mizuki meremas sprei, lalu bangkit perlahan. Kepalanya pening, semalaman tidurnya gelisah dan tidak tenang
’Untung saja ini hari minggu. Jadi aku tidak perlu memperlihatkan wajah bodohku di depan Pak Masumi. Pasti dia akan mentertawakan aku’ Mizuki bergerak ke kamar mandi. Mandi di bawah shower air dingin, berharap pening di kepalanya hilang.



Senin dini hari.

Felix melangkah memasuki gedung apartement yang nampak sunyi sambil menenteng koper kecil. Lalu berhenti di depan sebuah pintu lalu memencet bel
‘Ukh. Kepalaku sakit sekali’ Felix memencet bel sekali lagi lalu berjongkok, meletakkan kepala di antara lututnya, kedua tangannya terkait di belakang kepala
Felix bertahan beberapa lama dalam posisi itu. Dan hampir kehilangan kesadaran saat terdengar pintu dibuka
’Siapa?’ Gadis itu mengeryit, tak dilihatnya seorangpun di depan pintu
’Di sini!’ Felix menyahut pelan, mencoba mengangkat wajahnya
’Siapa?’ Mizuki berjongkok
’Hai’ Felix mencoba tersenyum
’Fe....... lix?’ Mizuki terbelalak
’Untuk apa........’
’Tolong aku.....’ Felix mengulurkan tangan, memotong ucapan Mizuki
‘Kau kenapa?’ Mizuki mencoba membangunkan lelaki itu
’Ukh.... ’ Tangan Felix yang bebas berpegangan pada bahu Mizuki yang berusaha menyeretnya masuk
’Duduklah!’ Mizuki mendudukkan Felix di sofa
’Aduh!’ Mizuki berteriak karena Felix menarik tubuhnya ke sofa. Jadilah dia terduduk di pangkuan pria itu
’Felix!’ Mizuki meronta
’Sebentar saja Mizu. Please?’ pintanya sambil memeluk pinggang Mizuki, ‘Aku pusing’ Felix menyandarkan keningnya ke punggung Mizuki
Panas. Mizuki merasakan panas di sekujur tubuhnya, terutama di bagian perut dimana tangan Felix melekat erat
‘Felix?’ Panggil Mizuki setelah beberapa lama dalam hening
‘Ngh?’
‘Lepaskan aku.... kau tidur ya?’
’Sebentar lagi saja Mizu........’
’Felix. Jangan begini.’ Jeda  ‘aku.....  tidak.......nyaman’ Pipi Mizuki merona. Belum pernah ada seorang priapun yang memeluknya seperti itu.
’Aneh. Tapi aku merasa nyaman sekali’ Felix menggosokkan keningnya ke punggung Mizuki
’Meskipun menurutku, kau terlalu kurus’ Mizuki nyaris bisa mendengar pria itu tersenyum
’Lepaskan aku!’ Teriak Mizuki, seraya menyikut dada Felix
’Ukh! Mizu!’ Felix meringis mengelus dadanya, Mizuki sudah lepas dari pelukannya
’Keterlaluan. Masa kau memperlakukan orang sakit seperti itu?’
’Sakit? Kau hanya mencari kesempatan untuk memelukku kan? Dasar mesum!’
’Mesum? Oh please. Tidak adakah tuduhan yang lebih baik?’ Felix mengurut keningnya
’Fe........ Felix? Kau kenapa?’
’tidak apa. Hanya sedikit pusing. Jetlag. ’ Felix mengeryit nyeri
’Kok bisa? Tidurlah’ Mizuki mendorong bahu Felix hingga pria itu terbaring di sofa
’Terima kasih.’ Felix menggeliat
’Aku terbang dari Jerman ke Swiss. Hampir dua hari kerja tanpa istirahat di sana, aku langsung kemari. Uukh, perjalanan enambelas jam yang sangat menyiksa’ Felix mengurut pelipisnya
’Memangnya kenapa kau harus melakukan itu?’ Mizuki melangkah ke dapur. Menyiapkan air jeruk hangat
’Karena aku harus menepati janjiku. Aku janji akan datang bukan? Jika kau terus mengabaikan aku.’ Mizuki terdiam
’Apa kau meragukan aku?’
’Tepatnya kau bilang akan mengetuk pintuku. Tapi kau tidak melakukannya kan? Berarti kau masih ingkar janji’ Mizuki memasukkan sesendok madu
’Mizu... Mizu... Kenapa kau tidak berhenti mencari kesalahanku? Aku benar-benar tidak mengerti dirimu’
’Tak ada yang memintamu untuk mengerti aku’ Mizuki datang membawa segelas air jeruk
’Minumlah!’ Mizuki membantu Felix bangun. Dengan patuh Felix meminumnya
’Terima kasih’ Felix bersandar
’Tidurlah lagi. Aku ambilkan selimut’ Mizuki berbalik, melangkah ke kamarnya. Lalu kembali membawa selembar selimut. Felix sudah berbaring lagi.
’Aku ingin bicara Mizu.....’
’Tidak perlu sekarang kan? Usahakan untuk tidur ya?’ Mizuki menyelimuti pria tinggi itu. Kakinya mencuat keluar dari sofa
’Mizu......!!’ Felix menarik tangan Mizuki, hingga gadis itu tersentak ke depan. Felix dengan sigap memeluknya
’Felix!’ Mizuki memberontak, Melepaskan diri dari pelukan Felix
’Mizu..... dengarkan aku’ Felix berbisik di sela rambut lebat Mizuki
’Selama belasan tahun. Hanya kau! Hanya kau yang ada dalam hatiku. Aku tidak pernah bisa menyingkirkanmu dari kepalaku. Percaya aku. Please?’ Wajah Mizuki yang tersuruk di dada bidang Felix terasa panas. Terdengar jelas detak jantung pria itu yang semakin cepat tak beraturan. Mizuki terdiam, sejenak menikmati kehangatan pelukan pria yang diam-diam selalu dirinduinya itu.
‘Fe..... ?’
‘Mizu?’ Felix menyibakkan rambut Mizuki dan berusaha membuat Mizuki menengadah, tatapi wanita itu tetap tersuruk di dadanya. Enggan menatapnya.
‘Lepas.....’ Felix melonggarkan pelukannya dan Mizuki segera membebaskan dirinya
‘Mizu?’ Felix bangkit terduduk
‘Duduklah’ Felix menggerakkan kepalanya, memberi isyarat. Mizuki duduk di sisi lain sofa, mengambil jarak. Felix mendesah panjang.
‘Aku ingin sekali memercayaimu. Fe ‘
‘Kenapa tidak?’
‘Karena itu tidak benar’
‘Apa maksudmu tidak benar? Aku tidak bohong Mizu’
’Benarkah? Lalu kenapa kau tidak pernah mencariku? Tidak pernah datang untukku? Padahal kau janji, kita akan selalu sama-sama’ Mizuki manatap langit-langit, menahan air mata
’Kata siapa? Aku pernah datang mencarimu. Tapi kau tidak ada di sana lagi. Mereka bilang kau pindah ke Tokyo. Aku juga sempat mencarimu ke Tokyo. Tapi tidak kutemukan’
’Benarkah?’ Mizuki menatap Felix, pandangannya semakin mengabut
’Mizu?! Kau fikir aku meninggalkanmu begitu saja?’ Keduanya terdiam
’Lama sekali kau baru datang. Aku kira kau tidak akan pernah datang lagi. Tapi aku terlanjur membencimu. Aku membencimu Fe!’ Akhirnya air mata yang coba ditahannya sekuat tenaga mengalir juga
’Tapi. Kenapa?’
’Kau bahkan tidak tahu apa yang terjadi padaku. Ibuku meninggal tidak lama setelah kau pergi. Waktu itu aku sangat sedih. Tapi kau tidak ada utuk menghiburku. Tidak ada Fe. Tidak ada yang membuatku tertawa lagi. Aku... aku benar benar marah padamu. Aku...’
’Mizu.’ Felix beringsut mendekati Mizuki dan merangkulnya
’Maaf. Maafkan aku’
’hu...hu...hu... Kau tidak tahu apa yang sudah kualami Fe. Tanpa ayah, tanpa ibu. Aku benar-benar sedih. Tapi aku bahkan tidak boleh menangis. Aku tidak punya siapapun. Kau tahu itu dan kau malah meninggalkan aku. Dasar bodoh!’ Mizuki memukul dada Felix dengan keras
’Aku bersalah padamu Mizu. So sorry’ Ditahannya punggung Mizuki, membiarkan nya melepaskan amarah
’Kau yang membuatku seperti ini. Memaksaku bertopeng dingin. Membuatku tidak percaya orag lain. Membuatku ...... tidak mengenali diriku sendiri lagi. Aku tidak mau bertemu denganmu lagi. Tidak lagi’ Mizuki tersedu di dada Felix. Melepaskan tangis yang sekian lama tertahan.
’Aku mohon. Aku akan menebus semua kesalahanku Mizu’ Mizuki menggeleng berulang-ulang
’Biarkan aku begini saja saat ini. Tapi aku tidak ingin bersamamu lagi. Aku hanya ingin menangis’ Felix mengeratkan pelukannya. Menghirup aroma rambut Mizuki, menikmati moment yang dia tahu tidak akan bertahan lama
>Aku akan mengembalikanmu seperti dulu lagi Mizu-san. Bidadari rambut gelapku yang senang tertawa. Pasti.<

***

<<< Love Stories ... Bersambung >>>

13 comments:

purple on 11 August 2011 at 16:06 said...

settingan TK tapi cerita baru yg tak kalah seru
good job mommy

ivoneyolanda on 11 August 2011 at 16:35 said...

bagus nice story.........mudah2an Mizu mau buka hatinya buat Felix ya......

chuubyy on 11 August 2011 at 17:13 said...

wahhhh,,,,,, kerennnnnn...... tambahh.. * hhe :D

orchid on 11 August 2011 at 18:31 said...

Itu MM lg bulan madu ya? Kok eisuke ikut, ato lg dirmh? Beuh berarti 2 hr dirmh saja,ahahay, betapa.... ckckck

Anonymous said...

Berarti mizuli itu karakternya aslinya maya tapi setelah dewasa jadi karakternya masumi versi perempuan ?? Wow,, gud job! Lanjutkan mom,,
By: Deni

fad said...

bagus mommy Riema...tapi adegan MMnya kurang hehe...

Anonymous said...

Sukaaaaaaaaa....!!!! Really really nice story, mom :) gantian deh masumi yg jadi mak comblang buat mizuki-felix...hihihi...

Resi said...

baguuus, sukaaaa, nice story.
mdh2n mizuki mau membuka hatinya utk felix, mizuki jg berhak bahagia. apalagi selama ini sudah banyak membantu MM.
ayo feliiiix, pantang menyerah yaaa....

Anonymous said...

wah mom riem, padahal baru kmrn aq baca2 lg CILU nya, skrg dah ada sekuelnya ^_^
tq so much ya mom, kerennnn ceritanya

lanjuttt..!!!

-mia-

Anonymous said...

sekuel ini tokoh utamanya mizuki-felix ya? aku kok kepikiran sama hijiri, kasian kalo dia ngejomblo terus... kalo gak salah si rei ato sayaka jg masih ngejomblo kan, kenapa gak dijodohin aja mbak? biar pada kebagian hepi he,he,he... seru sis, lanjuuutt...
nadine

Anonymous said...

iya ya, kasian juga si hijiri, bisa juga tuch dia dijodohin ama si ursula, adikana felix, cocok dech kayakna.
btw, ditunggu lagi ya apdatena.

wienna

dewjaz on 18 August 2011 at 15:22 said...

manaaaaaa ini lanjutannya huhuhuhuhu

Anonymous said...

hiksss....baguuss...udah jadiin aja mizuki sama felix mom riema...hijiri sama rei aja yakk...hehehehe...

-reita

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting