Saturday 6 August 2011

Fanfic TK : Finally Found You Ch. 9

Posted by Ty SakuMoto at 04:51
Rating : 18+
Warning : Kissu, Mature Relationship, Skinship.



Finally Found You
(Chapter 9)



Keduanya tiba kembali di kediaman Hayami setelah lewat tengah malam.
Masumi menoleh pada Maya yang tampak tertidur di jok sebelahnya, dengan tubuhnya ditutupi mantel miliknya.
“Maya, bangun Sayang, sudah sampai,” Masumi menepuk pundak Maya perlahan beberapa kali.
Dia juga mencoba menggoncangkan tubuh gadis itu, sebelum kemudian Maya mengerjapkan matanya.
Masumi melepaskan sabuk pengaman miliknya dan Maya sebelum keluar memutar ke kursi Maya.
“Tolong turunkan barang-barangnya,” pinta Masumi sambil menyerahkan kuncinya pada Kotaro.
Masumi lalu menggendong Maya keluar mobil.
Gadis itu sedikit menggeliat, dan membuka matanya, memicing. Sadar sedang berada dalam gendongan Masumi, gadis itu tersenyum dan kembali memejamkan matanya sebelum menyurukkan wajahnya di dada Masumi.
“Selamat datang Tuan Muda Masumi,” sambut seorang pelayan melihat Tuan dan tamunya tiba tengah malam itu.
Masumi mengangguk sambil melewatinya.
“Ayah sudah pulang?” tanyanya tanpa berhenti berjalan.
“Sudah Tuan Muda,” terangnya.
Masumi mengangguk dan segera menuju ke kamar Maya.
=//=
Masumi membaringkan Maya di kasurnya.
“Ganti baju dulu…” kata Masumi setelah menegakkan badannya kembali.
Gadis itu mengerucutkan bibirnya dan menggeleng. Dia tampaknya sangat lelah dan mengantuk.
Masumi memandanginya sebentar, lalu menghembuskan nafasnya mengalah. Dalam hitungan detik Masumi bisa melihat gadis itu kembali menuju alam mimpinya setelah sempat terlihat menggumamkan namanya.
Sejenak seakan terbius, Masumi hanya terdiam di sisi tempat tidur gadis itu. Salah satu sudut bibirnya tersenyum dan tatapannya terlihat teduh. Disingkirkannya poni Maya menepi, ingin melihat wajah gadis itu lebih jelas. Sangat polos, tanpa prasangka. Begitu murni.
Setelah memuaskan diri dengan pemandangan di hadapannya. Masumi akhirnya beranjak.
“Selamat malam,” bisiknya. “Sampai bertemu besok, Sayang.”
Masumi lalu mematikan lampu kamarnya dan keluar.
=//=
Maya membuka matanya, menatap langit-langit di atasnya. Badannya tidak bergerak. Sedikit pegal dan lelah setelah kemarin bermain seharian bersama Masumi di pantai dan dia tidak sempat membersihkan diri.
Tapi berlainan dengan fisiknya, hatinya sangat bahagia. Dia mengenang lagi kegembiraan yang dirasakannya bersama Masumi. Baru kemarin tapi sudah terasa sangat lama untuknya. Dia sudah rindu. Rindu bisa bermain-main lagi dan merasakan kegembiraan seperti kemarin. Rindu kekasihnya.
Pak Masumi…
Maya segera menyingkirkan selimutnya dan menapak turun.
Setelah berganti pakaian dan mandi, Maya segera menuju ke ruang makan.
“Sampai kapan kau berencana meminta anak itu tetap tinggal di sini?” tanya sebuah suara berat yang terdengar dari dalam ruang makan.
Maya mematung di dekat pintu ruang makan tersebut.
“Sampai keadaannya lebih baik. Sampai semuanya lebih baik,” jawab suara yang satunya.
“Dan sampai kapan itu?”
“Aku belum tahu.”
“Bukannya aku keberatan dia berada di sini. Kau tahu aku menyukainya. Hanya saja, lambat laun kabar mengenai gadis itu berada di sini akan tersebar keluar. Cobalah memikirkan posisi anak itu. Dia seorang gadis, anak perempuan, dan juga seorang aktris yang dikenal masyarakat. Lebih jauh lagi, kalian ini sepasang kekasih—“
“Aku tahu, Ayah,” potong Masumi. “Hanya saja saat ini, aku masih khawatir meninggalkan Maya sendirian, karena suaranya masih belum kembali. Kalau ada apa-apa di saat tidak ada seorangpun—“
“Nona Maya…” panggil sebuah suara.
Maya dengan cepat menoleh. Terkejut.
Kedua suara yang berada di dalam ruang makan pun otomatis berhenti bicara.
Maya mengangguk gugup. Dilihatnya Bi Michie dan Naoko sedang mendorong kereta makanan.
“Mau sarapan?” tanya Bi Michie sambil tersenyum ramah.
Maya kembali mengangguk gugup.
Gadis itu lalu masuk bersama kedua pelayan barusan.
Maya membungkuk menyapa Eisuke.
“Selamat pagi Maya,” pria tua itu tersenyum dan juga ditanggapi Maya dengan hal yang sama.
Dengan bahasa isyarat Maya bertanya mengenai jantung dan kaki Eisuke.
“Sudah lebih baik. Terima kasih, Maya,” kata Eisuke, tersenyum.
Sekilas pria tua itu mengamati Maya. Prihatin. Sejak gadis itu kehilangan suaranya, dia belum melihatnya karena harus memikirkan kesehatannya sendiri. Masumi bilang sekarang keadaan Maya sudah jauh lebih baik. Tidak terbayangkan bagaimana keadaan Maya sebelumnya.
“Kau kerasan di sini, Nak?” Tanya Eisuke kembali pada Maya yang duduk agak jauh darinya, karena dia mengambil tempat di sebelah kanan Masumi yang berada berseberangan dengannya di ujung meja.
Maya menoleh kepada Eisuke. Sebelumnya dia sedang bercakap-cakap dengan Masumi menggunakan bibirnya. Gadis itu tersenyum dan mengangguk berterima kasih kepada Eisuke.
“Baguslah kalau kau betah di sini. Nanti kalau Masumi sedang tidak ada, kau bisa datang ke tempatku, menemaniku,” tawar Eisuke.
Kembali Maya tersenyum dan mengangguk.
“Maya,” panggil Masumi.
Gadis itu kembali menoleh kepada Masumi.
“Hari ini, Pak Kuronuma dan yang lain sudah mulai latihan lagi. Kalau-kalau bersama ayahku membuatmu bosan, kau bisa pergi mengunjungi tempat latihan mereka,” kata Masumi.
Maya tertegun lalu tertawa kecil.
“Enak saja,” kata ayahnya. “Kalau dia bisa betah denganmu yang sangat kaku dan membosankan, kenapa tidak betah denganku? Sebelum menyukaimu dia sudah menyukaiku terlebih dahulu,” tegas Eisuke.
“Apa?” Masumi mengangkat pandangannya pada Eisuke. Tidak setuju.
Maya merentangkan kedua tangannya meminta keduanya berhenti bertikai sambil masih tertawa.
“Te… ri… ma… ka… sih…” Maya menggerakkan bibirnya. Menoleh kepada Masumi lalu kepada Eisuke.
Ketiganya tertawa, terlihat senang. Tapi tidak ada seorang pun yang menyentuh perihal yang Maya dengar sebelum dia masuk ke ruang makan, walaupun masing-masing sudah menyadari bahwa gadis itu pasti mendengar percakapan mereka.
=//=
Masumi sudah pergi kerja. Eisuke sendiri sedang memeriksa beberapa berkas di ruangan pribadinya. Ada banyak hal mengenai perusahaan yang harus diperiksanya setelah pergi selama beberapa hari untuk melakukan pengobatan.
Maya tadi baru saja belajar membuat kue dengan bu Michie dan sekarang sedang kembali duduk di atas ayunannya. Dia kembali teringat dengan perbincangan Masumi dan ayahnya yang sempat dia dengar tadi pagi.
Maya memang merasa bahwa dia sangat diterima dalam keluarga ini. Namun bagaimanapun apa yang dikatakan Eisuke benar adanya. Maya mengerti bahwa Eisuke berkata demikian memang untuk kebaikannya.
Sebaiknya aku kembali ke apartemenku… pikirnya.
Maya tidak yakin bahwa Masumi akan mengijinkan dia sendirian di apartemen, mengingat keadaannya. Teman-temannya, termasuk Rei, punya kesibukan sendiri dan dia tidak ingin keadaannya saat ini merepotkan siapa pun.
Gadis itu menghembuskan nafasnya, bingung.
Apakah Pak Masumi… akan mengijinkanku kembali ke apartemen?
“Nona Maya...!” Panggil sebuah suara.
Maya segera menoleh pada sumber suara.
“Sudah matang Nona, kuenya…” kata Bi Michie.
Maya mengangkat alisnya gembira. Segera dia turun dari ayunannya menuju dapur.
Maya tersenyum senang saat melihat kue kering buatannya yang diajarkan Bi Michie sudah matang. Dia lalu mencobanya.
Gadis itu dengan gembira tersenyum kepada Bi Michie dan Pak Hayashi yang sedang memasak makan siang.
“Wah, Nona Maya sudah semakin pandai sekarang,” kata Bi Michie.
Gadis itu merona mendengar pujian dari Bi Michie.
“Seingat Bibi, dulu waktu kecil Pak Masumi suka dengan kue taiyaki. Kalau pulang main kasti dia akan membawa pulang kue taiyaki untuk ibunya dan dibagikan kepada para pelayan.” Bi Michie tertawa kecil.
“Benar, apalagi kalau tim kastinya menang dalam pertandingan, dia membawa banyak karena Bibi penjual taiyaki memberi bonus,” tambah Pak Hayashi.
Maya mendengarkan dengan seksama dan perasaan senang. Dia bahagia bisa berada di tengah-tengah orang yang mengenal Masumi dan mengetahui mengenai pria itu lebih banyak.
=//=
Maya terdiam di ruang keluarga, mengamati sebuah piano yang ada di sana dan mencoba menekan-nekan tutsnya. Dia baru saja selesai makan malam, sendirian. Masumi belum pulang dan Eisuke masih berkutat dengan berbagai berkas perusahaan di ruangan pribadinya, sebuah kantor untuknya bekerja di rumah. Para pelayan itu mengatakan bahwa Pak Eisuke akan sangat marah jika diganggu saat sedang bekerja. Dia pun akan lupa waktu saat bekerja sama halnya seperti Masumi.
Maya baru mengetahui bahwa Masumi dan Eisuke memiliki bagian rumahnya sendiri-sendiri. Bahkan tamu yang datang menemui Masumi dan Eisuke akan dibawa ke ruang tamu yang berbeda. Selanjutnya mereka punya ruang kantor dan ruang baca sendiri, beberapa kamar tamu yang berada di bagian rumah masing-masing dan ruang santai sendiri. Hanya ruang makan yang digunakan bersama. Ada sebuah ruang keluarga, namun para pelayan mengatakan ruangan itu sangat jarang digunakan oleh keduanya.
Maya lantas mencoba mengingat sebuah lagu yang dia bisa. Lagu yang dipelajarinya saat belajar menjadi Beth di ‘Young Girls’. Maya sedikit kesulitan mengingatnya. Dia lantas berdiri, memandangi piano tersebut mengingat kembali adegan dan dialognya. Raut wajahnya berubah, kembali menjadi Beth yang diingatnya, berpantomim memainkan salah satu adegan dalam dramanya dulu. Maya lalu duduk di kursi piano, mulai memainkan lagu yang dimainkannya dalam ‘Young Girls’.
Plok plok plok…!
Terdengar tepuk tangan dari belakangnya.
Maya menoleh dengan cepat dan dilihatnya Masumi sedang berdiri memperhatikannya. Maya tidak menyadari kepulangannya.
“Bagus sekali, Beth…” pujinya.
Maya segera berlari dan memeluk Masumi. Rindu.
“Aku pulang,” katanya.
Maya mengangkat wajahnya dan mengucapkan selamat datang.
“Yang barusan itu, lagu yang dimainkan Beth dalam Young Girls, benar kan?” kata Masumi sambil menggandeng Maya kembali ke tempat piano itu berada.
Keduanya lalu duduk di sana. Masumi memainkan piano tersebut. Maya memperhatikan, dia merasa mengenal lagu tersebut. Masumi pernah memainkannya saat Maya tinggal di tempat Ayumi dulu.
“Ini Traumerei,” terang Masumi, seakan mengetahui yang dipikirkan gadis itu. “karya Schumann, artinya bermimpi,” imbuhnya tanpa menoleh ataupun menghentikan gerakan jemarinya yang menari lembut di atas tuts piano.
“Aku hanya bisa ini,” katanya, menoleh pada Maya saat permainan pianonya selesai.
Gadis itu memandang Masumi.
“Indah… sekali…” Maya tersenyum, tersentuh.
Masumi balas tersenyum.
“Kau sudah makan malam?” tanyanya.
Maya mengangguk.
Pertanyaan Masumi mengingatkan Maya kepada Eisuke.
“Paman belum makan,” katanya.
“Eh?” Masumi tertegun.
“Sebaiknya, Paman, diingatkan…” Maya menggerakkan bibirnya lambat-lambat agar Masumi bisa mengerti ucapannya. “Dia, belum, makan, dari, siang…” gadis itu memberi jeda, “padahal, baru, pulang, berobat…” Maya menatap khawatir.
Masumi terdiam. Pria itu lalu mengangguk.
“Aku ganti baju dulu. Kau mau bergabung bersama kami untuk makan malam?” tanya Masumi.
Maya menggeleng dan memberi isyarat kalau dia sudah kenyang.
=//=
Masumi mengetuk pintu kantor Ayahnya. Tidak ada jawaban. Dia lalu membuka pintunya.
“Selamat malam Ayah,” sapa Masumi.
“Kau, Masumi.” Eisuke mengangkat kepalanya sebentar sebelum kembali pada berkas di hadapannya. “Sudah pulang rupanya.”
“Iya,” jawab Masumi singkat. Sejenak dia tidak mengatakan apa pun dan hanya mengamati Ayahnya.
“Apakah ada masalah?” tanya Masumi.
“Banyak,” jawab Eisuke tenang dan dingin.
Masumi tahu Ayahnya itu pasti selalu menghadapi banyak persoalan pekerjaan. Dirinya yang hanya menangani sebagian saja dari perusahaannya, sudah hampir tidak punya waktu untuk dia sendiri. Apalagi ayahnya, yang sudah membangun semuanya dari awal, dari nol, sampai bisa menjadi salah satu jaringan perusahaan raksasa di Jepang. Masumi bisa memahami jika pria itu adalah seorang pribadi gila kerja, yang lambat laun juga menular pada dia, anak angkatnya. Pastilah pekerjaan Eisuke berkali-kali lipat lebih banyak, lebih berat dan lebih menyita waktu.
Tiba-tiba saja Masumi merasakan sebuah perasaan kagum, sekaligus iba kepada Eisuke.
“Ayah, istirahatlah dulu, kudengar Ayah belum makan dari siang. Nanti saja diteruskan setelah makan malam,” ajak Masumi.
Beberapa saat tidak ada jawaban dari Eisuke.
“Siapa yang memintamu mengajakku makan?” tanya Eisuke datar.
Puluhan tahun mereka menjadi ayah dan anak tidak pernah sekali pun Masumi mengganggu dirinya yang sedang bekerja hanya untuk mengajak makan malam.
“Maya,” jawab Masumi. “Dia mengkhawatirkan Ayah,” terangnya.
Eisuke tersenyum tipis. Sudah menduganya.
“Aku juga khawatir,” lanjut Masumi, “sekarang Ayah sudah semakin tua, sebaiknya lebih perhatikan kesehatanmu. Percuma jika Ayah melakukan pengobatan tapi tetap saja mengabaikan kebutuhan tubuhmu saat sudah kembali ke sini.”
Eisuke terkejut, walaupun tidak diperlihatkannya, saat mendengar ucapan anaknya tersebut.
“Kau pergilah dulu. Sebentar aku menyusul,” kata Eisuke akhirnya.
“Baiklah,” Masumi berbalik. “Aku tunggu di ruang makan,” dia lalu menutup pintunya.
Eisuke mengangkat wajahnya, menatap pintu dimana tadi Masumi keluar.
Masumi, anakku…
Batinnya, tersentuh.
=//=
“Mana Maya?” tanya Eisuke saat dilihatnya anaknya itu hanya sendirian.
“Dia sudah makan dari tadi tentu saja, ini sudah lewat dari jam makan malam,” jelas Masumi.
Eisuke mengangguk-angguk.
“Aku sudah mendengar apa yang kau lakukan kepada Yosuke,” kata Eisuke di tengah makan malam mereka.
Masumi terdiam sebentar dari kegiatannya mengiris daging.
“Aku tidak bisa memaafkannya, kali ini dia sudah keterlaluan,” kata Masumi, mulai melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Eisuke terbahak mendengarnya.
Masumi mengangkat wajahnya, terkejut.
Ayah…?
“Dia memang layak mendapatkannya,” kata Eisuke setelah tawanya reda. “Aku menanti-nanti kapan anak itu akan mendapatkan pelajaran dari kelakuannya. Hahaha… aku puas sekali mendengarnya.”
Masumi tersenyum simpul, cukup terkejut Eisuke berkata begitu.  Masumi sempat berpikir dia akan memberi teguran keras atas tindakannya memukul wajah Yosuke dan mematahkan hidungnya.
“Bagaimana Bidadari Merah?” tanya Eisuke.
“Selain Maya, yang lain sudah mulai kembali berlatih hari ini,” Masumi menjelaskan. “Sudah ada beberapa hal yang sepertinya bisa kami lakukan agar pagelaran ini bisa dilanjutkan. Nanti aku dan Pak Kuronuma akan berbincang lebih jauh,” jelas Masumi.
“Hm…” Eisuke mengangguk.
“Syukurlah Pak Kuronuma adalah seorang sutradara dengan visi yang sangat terbuka. Dia sangat menyambut baik berbagai alternatif dan suka bereksperimen. Aku tidak perlu menyinggung mengenai kreativitasnya.” Masumi memandang ayahnya. “JENIUS.”
“Ya, aku tahu,” Eisuke mengangguk. “Aku sudah mempercayakan Bidadari Merah kepadamu, dan aku yakin kau akan bisa mengatasi semua masalah itu.”
Ayah…
“Aku tidak akan mengecewakanmu,” janji Masumi, yakin.
“Lalu Maya?” tanya Masumi.
“Dokter Fujiwara menawarkan beberapa tindakan medis untuk mengobati pita suara Maya. Salah satunya dengan implantasi atau pemasangan pita suara buatan. Alternatif lainnya dengan melakukan injeksi zat yang disebut PEG* ke dalam tenggorokan yang kemudian akan membentuk jaringan pita suara sintetis. Namun hasil dari cara kedua masih spekulatif karena metode ini baru dikembangkan jadi kemungkinan berhasilnya masih belum diketahui. Dan kalau pun berhasil, pita suara buatan itu hanya akan bertahan selama 3 bulan.” Kata Masumi, mengingat kembali laporan Hijiri padanya saat berada di Izu.
*) hasil riset yang dilakukan para ahli dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) dan Harvard Medical School.
“Tapi aku belum mengatakan apa pun kepada Maya. Aku tidak mau membuatnya terlalu berharap. Saat ini Maya sudah dibekali cara-cara melakukan terapi dan perawatan pita suara. Nanti setelah check up dan dilihat hasilnya, baru diputuskan metode pengobatan mana yang akan digunakan. Namun dokter Fujiwara ingin Maya setidaknya mengeluarkan suara dulu sehingga bisa dilihat apakah pita suaranya ada kemungkinan sembuh total. Sedangkan jika langsung dilakukan implantasi, walaupun suaranya akan kembali dan dia bisa berbicara lagi, tapi terpaksa, Maya harus mengurangi kegiatan sandiwaranya. Dia tidak boleh memforsir suaranya jika menggunakan pita suara buatan. Sedangkan dengan injeksi PEG dapat menghasilkan suara yang bagus dan prima tapi hanya akan bertahan tiga bulan." Papar Masumi. "Tidak ada yang lebih baik dari pita suaranya bisa pulih kembali,” tidak kentara Masumi menghembuskan nafasnya, berat.
Eisuke mengangguk kembali.
“Akan sangat disayangkan jika seorang Maya Kitajima tidak bisa main sandiwara lagi,” ucap Eisuke, prihatin.
Dia tiba-tiba teringat bagaimana perasaannya saat dulu mendengar kabar Mayuko terkena lampu yang terjatuh. Dan dia merasa bisa mengerti perasaan Masumi saat ini.
Masumi hanya membisu, gelisah.
=//=
“Kau belum tidur?” tanya Masumi saat menghampiri Maya yang sedang menonton televisi.
Maya menoleh pada Masumi dan menggeleng.
Masumi tersenyum simpul, bisa dilihatnya Maya sebenarnya sudah mengantuk.
“Ayo, kuantar ke kamarmu,” Masumi mengulurkan tangannya.
Maya mengangguk dan menerima uluran tangan Masumi.
“Ada beberapa hal yang harus kubicarakan dengan Ayah,” terang Masumi saat mengantar Maya ke kamarnya. “Masalah pekerjaan,” terangnya. “Kalau ada yang kau butuhkan dariku, telpon saja aku, mengerti?”
Maya mengangguk.
“Sudah, tidurlah,” katanya, saat sudah tiba di depan pintu kamar Maya.
Maya tersenyum dan melambaikan tangannya.
“Selamat malam,” ucap Masumi.
“Selamat, malam…” jawab Maya sebelum menutup pintunya.
Sebenarnya ada yang ingin Maya bicarakan kepada Masumi, mengenai niatnya kembali ke apartemen dan juga mengenai pemindahantanganan kepemilikan hak pementasan bidadari merah. Tapi sepertinya kekasihnya itu sedang sangat sibuk, akhirnya Maya urung melaksanakan niatnya.
Gadis itu lantas naik ke atas tempat tidurnya. Mengingat wajah Masumi yang mengantarkannya ke kamar, Maya lantas tertidur.
=//=
“Aku, akan, ke, tempat, latihan, bidadari, merah, nanti, siang,” terang Maya pagi itu saat dia dan Masumi sedang bermain ayunan sebelum Masumi pergi ke kantor.
Pria itu mengangguk.
“Minta Okita mengantarmu ya,” kata Masumi.
Gadis itu mengangguk.
Masumi diam sejenak, ada sesuatu yang dipikirkannya. Sejak ayahnya berbicara mengenai keberadaan Maya di rumah mereka dengan status sebagai kekasihnya, Masumi tidak berhenti memikirkan hal tersebut. Dia tahu ayahnya benar, dia tidak dapat menahan gadis itu di sini, karena hal itu dapat mencemarkan nama baik Maya. Namun, membiarkan Maya seorang diri dengan keadaannya sekarang pun, Masumi tidak bisa. Dia sangat mengkhawatirkannya. Hanya ada satu jalan keluatnya...
Dipandanginya gadis itu yang sedang menikmati pemandangan di halaman belakang kediaman Hayami. Sangat polos, dan cantik. Masumi belakangan selalu tidak sabar untuk kembali secepatnya ke rumah saat mengingat ada Maya yang menunggunya. Dan saat dia mendapati gadis itu sekembalinya dia dari kantor, semua rasa penat menguap begitu saja saat sosok mungil itu nampak di matanya.
Masumi tersenyum lembut.
Aneh, kenapa dengan memandangnya saja hatiku terasa sangat damai dan bahagia…
Batinnya.
Disentuhnya kepala Maya dan dibelainya.
Gadis itu menoleh, tersenyum.
“Kau mengamati apa?” tanya Masumi.
Maya hanya menggeleng perlahan.
“Maya, aku sudah memikirkannya, aku akan meminta Sawajiri kembali mengurus segala keperluanmu. Kalau ada apa-apa, biar dia yang membantumu,” terang Masumi.
Maya mengangguk.
“Baiklah, aku sudah harus pergi,” kata Masumi. “Sampai nanti, Sayang,” Masumi mengecup dahi Maya dengan lembut sebelum berpamitan.
“Selamat, bekerja, jangan, lupa, makan,” pesan gadis itu.
Masumi tersenyum lembut dan mengangguk.
Sepeninggalnya Masumi, Maya turun dari ayunan, mendekati ikan-ikan di kolam.
Halo, apa kabarmu hari ini?
Maya kembali berlatih menjadi Akoya. Dari kemarin Maya selalu menghabiskan waktunya di kebun setelah Masumi pergi ke kantor. Dia mengajak bicara tumbuhan yang ada di sana, ikan-ikan, tanah, pohon, bunga-bunga, kupu-kupu.
Sebelumnya Maya sempat bingung mengenai Akoya yang bisa berbicara dengan dewa dan semua makhluk dan zat yang ada di muka bumi dan di langit. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana seseorang mendengarkan berbagai macam suara sekaligus. Sampai ketika dia memasak kue kemarin di dapur, Pak Hayashi bercerita mengenai radionya yang rusak dan tidak bisa dipindahkan gelombangnya sehingga tidak bisa mendengar siaran stasiun radio kesukaannya. Maya baru merasa menemukan sesuatu.
Benar, setiap hari dewa berbicara, setiap makhluk berbicara hanya saja manusia tidak dapat mendengarnya. Tapi tidak seperti kebanyakan manusia, Akoya tahu caranya agar bisa mendengar suara mereka. Akoya punya kemampuan mengendalikan indra pendengarannya seperti radio yang menyesuaikan frekuensi gelombangnya. Rasanya aku sudah lebih mengerti…
Maya mencoba mencari tahu dengan pemikirannya bagaimana Akoya berkomunikasi dengan makhluk-makhluk dan benda tersebut.
Maya diam di atas ayunan, memejamkan matanya. Kemudian dia bisa merasakan angin semilir menyentuhnya, seperti menyapa, bersuara, seperti berbisik. Lantas ada aroma masakan Pak Hayashi tercium oleh Maya.
Ayam panggang…
Tebak Maya. Dia mengetahuinya dari aroma yang dibawa angin.
Karena angin yang membawa aromanya yang memberitahuku…
Angin memberitahu apa yang sedang terjadi.
Berbicara dengan alam… Akoya bisa membaca tanda-tanda alam... Dia sangat alamiah, sensitif. Dan roh Bidadari Merah bersemayam dalam tubuhnya.
Sepertinya ada beberapa hal yang sudah lebih dipahaminya sekarang.
Semua benda di langit dan di bumi punya jiwa…
Itu yang Maya ingat.
Angin, api, air dan tanah, semua punya jiwa. Mereka berkomunikasi, menyampaikan sesuatu.
Kemarahan air, kegembiraan angin, kehangatan tanah, kesedihan api. Semuanya punya perasaan. Dan itu semua adalah perasaan Bidadari Merah. Mereka semua menyampaikan perasaan Bidadari Merah.
Maya berlari ke dalam, mengambil sebuah buku dari perpustakaan Masumi, sebuah buku mengenai cara meracik obat dari tanaman herbal. Dibawanya buku itu kembali ke kebun belakang, ke bagian apotik hidup.
Hari ini aku akan belajar meracik obat dari tanaman berkhasiat…
Pikirnya. Sambil mulai membaca isi buku itu.
Jika aku belajar meracik obat dari buku ini, dulu Akoya…
Maya terdiam.
Dulu Akoya… belajar dari mana? Apakah dewa yang mengajarkannya? Bagaiman dewa mengajarkannya? Melalui angin? Firasat? Perasaan? Bisikan?
Maya memikirkan banyak hal. Berusaha memikirkan dan merasakan lebih banyak hal sebagai Akoya. Tidak lama kemudian dia mulai tenggelam dalam hobi barunya yakni membaur dengan kebun belakang kediaman Hayami.
=//=
Shiori baru saja keluar dari salah satu butik langganannya saat dia melihat seorang pria yang dikenalnya.
Eh? Kalau tidak salah, itu kan…?
Dengan terburu-buru Shiori menyembunyikan badannya sedikit sampai pria itu melewatinya.
Dia habis dari mana?
Shiori mulai berjalan mendekati tempat dari mana pria itu keluar barusan. Shiori sangat terkejut setelah semakin dekat dan melihat dimana dia berada.
Toko perhiasan?!
Matanya melebar.
Apakah Masumi yang memintanya datang ke toko perhiasan ini? Atau…
Wanita itu mengeratkan rahang dan genggaman tangannya.
Tidak mungkin…!! Jadi benar Masumi dan anak itu…
Shiori memalingkan wajahnya, mengamati punggung Hijiri yang berjalan menjauh.
Tidak akan kubiarkan!!
Tekadnya. Wajah si cantik mulai berubah menyeramkan.
=//=
“Apakah keadaanmu sudah membaik?” tanya Sawajiri saat keduanya sedang berada di dalam mobil menuju tempat latihan Bidadari Merah.
Maya menggangguk berterima kasih. Keduanya baru bertemu kembali sejak upaya Maya melarikan diri minggu kemarin.
“Sementara ini tidak ada pekerjaan untukmu, tapi Pak Masumi memintaku mengurus segala keperluanmu,” terangnya, mulai membicarakan pekerjaan lagi.
“Kalau ada yang bertanya kemana kau selama ini, kau bilang saja sedang menenangkan diri dan melakukan pengobatan untuk kesembuhanmu. Jangan mengatakan kau berada di rumah Pak Masumi,” kata Sawajiri.
Sekali lagi Maya mengangguk.
“Maya, ada tawaran untukmu menjadi cover sebuah majalah wanita, apa kau tertarik? Wawancaranya akan dilakukan secara tertulis dan aku akan menemanimu, bagaimana?” tanya Hijiri.
Maya memandang pria itu, memperhatikan. Lantas dia menunjuk papan komunikasinya.
[“A-ku-ha-rus-mem-bi-ca-ra-kan-nya de-ngan-pak-ma-su-mi-ter-le-bih-da-hu-lu,”]
kata Maya.
“Maya, saat ini Pak Masumi punya banyak pekerjaan untuk dipikirkan. Lagipula, aku ini manajermu. Pak Masumi sudah menyerahkan semua hal mengenai karirmu kepadaku. Kau harus bisa mulai memutuskan semuanya sendiri Maya, jangan menyusahkan Pak Masumi terus,” kata Sawajiri. “Karirmu adalah tanggung jawabku. Dan saat ini, tawaran itu adalah cara terbaik untuk mempertahankan eksistensimu.”
Maya tertegun.
Pak Sawajiri benar, pikirnya. Aku harus mulai belajar memutuskan apa yang kuinginkan dan yang terbaik bagi diriku.
Sekian lama Maya terdiam, dia akhirnya mengangguk.
Sawajiri mengangguk puas.
“Baiklah, akan kuatur jadwal wawancara dan pemotretanmu.” Katanya sambil menulis sesuatu di notesnya.
“Oya Maya,” Sawajiri menolehkan kepalanya kepada Maya.
Gadis itu mengangkat kepalanya.
“Apakah Pak Hino sudah menghubungimu? Aku belum mendengar kabar apa-apa lagi darinya. Saat itu kukatakan kepadanya, jika ada sesuatu yang ingin diurus denganmu, dia bisa menghubungiku. Tapi sampai sekarang aku tidak mendengar apa-apa lagi darinya.” Terang Sawajiri.
Maya terdiam lantas menggelengkan kepalanya.
[“Ter-ak-hir-di-a-ha-nya-me-nga-ta-kan-bah-wa-di-a-ke-si-nga-pu-ra-be-be-ra-pa-ha-ri-yang-la-lu.”] terangnya melalui papan komunikasi.
“Begitu,” Sawajiri mengangguk. “Jadi saat ini masalah pemindahtanganan itu belum diurus?” tanyanya lagi.
[“Se-per-ti-nya-be-lum. A-pa-kah-di-a-be-lum-meng-hu-bu-ngi-mu-la-gi?”]
“Belum. Sejak aku menyerahkan surat itu kepadanya, aku juga belum sempat menghubunginya lagi karena kemarin aku diminta menangani Kiritani Kano yang baru bergabung di Daito,” tutur Sawajiri.
[“Te-ri-ma-ka-sih-kak-Sa-wa-ji-ri,-ti-dak-a-pa-a-pa-nan-ti-a-ku-sa-ja-yang-bi-ca-ra-lang-sung-de-ngan-Pak-Hi-no”]
“Tidak apa-apa Maya, kau konsentrasi saja dengan pekerjaanmu dan peran Akoya-mu. Seperti sudah kukatakan, aku adalah penghubungmu dengan pihak luar. Jadi kalau ada sesuatu yang harus kukerjakan, atau urusanmu yang harus diselesaikan, kau katakan saja. Tidak usah kau langsung yang menanganinya. Apa Pak Masumi belum tahu juga mengenai hal ini?”
Maya menggelengkan kepalanya.
[“A-ku-a-kan-mem-be-ri-ta-hu-nya-se-ce-pat-nya-Ji-ka-Pak-Hi-no-meng-hu-bu-ngi-mu-to-long-ka-ta-kan-a-gar-pro-ses-nya-di-tun-da-du-lu-sam-pa-i-a-ku-bi-ca-ra-de-ngan-Pak-Ma-su-mi”]
Sawajiri tertegun.
“Jadi, kau memutuskan untuk membicarakannya dengan Pak Masumi?” Sawajiri meyakinkan.
Maya mengangguk.
[“Se-ce-pat-nya-ji-ka-wak-tu-nya-su-dah-te-pat,”]
Sawajiri mengangguk pelan dan tidak berkata apa-apa lagi.
=//=
“Maya!!” Sambut Sakurakoji saat melihat lawan mainnya tersebut muncul di ruang latihan.
Maya tersenyum riang dengan sambutan hangat dari Sakurakoji dan teman-teman lainnya. Mereka menanyakan bagaimana keadaannya. Ada beberapa yang tampak memperlihatkan rasa simpati dan prihatin, namun hal itu sudah tidak terasa mengganggu bagi Maya.
“Jadi kau mau melihat latihan hari ini?” tanya Pak Kuronuma.
Maya mengangguk.
“Bagus. Duduklah di sana Maya, kau bisa melihat bagaimana kami berlatih untuk pertunjukan ini,” kata Kuronuma.
Maya tersenyum lalu mengambil tempat.
Teman-temannya mulai berlatih menggerakkan badan dan melakukan berbagai latihan sesuai perannya masing-masing. Ada yang berlatih pedang, ada yang berlatih menari, ada yang latihan menyeduh teh. Sementara adegan yang melibatkan Akoya digantikan oleh orang lain yang membacakan dialognya.
Maya tidak tahan setiap kali ada bagian Akoya, dia terlihat mengucapkan dialognya tanpa suara, mimiknya pun berubah bukan lagi sebagai Maya.
Dorongan itu terasa semakin kuat di dalam tubuhnya. Ingin berakting lagi, ingin memainkan Bidadari Merah miliknya.
“Maya!” Panggil Kuronuma.
Maya menoleh.
“Berdiri di sana,” Kuronuma menunjuk ke sudut ruang latihan.
Eh?
“Aku ingin kau diam di sana, sebagai sebuah pohon,” katanya.
Pohon?
“Apa maksudnya?” tanya salah seorang pemain berbisik.
“Kenapa? Bukankah Bidadari Merah adalah roh dari sebuah Pohon Plum abadi? Sekarang aku ingin kau memerankan Bidadari Merah. Diam di sana sebagai Pohon Plum yang di dalamnya bersemayam Bidadari Merah,” perintah Kuronuma.
Menjadi Pohon, pohon plum abadi tempat bersemayamnya Bidadari Merah… Menjadi Bidadari Merah.
Maya mengangguk gembira. Dengan cepat dia berdiri dan beranjak ke sudut ruangan dan diam di sana.
“Bagus, sekarang diamlah di situ selama latihan sebagai Pohon Plum abadi, mulai!” Kuronuma menepuk kedua tangannya.
Maya segera mematung. Seluruh tubuhnya tiba-tiba kaku. Wajahnya tanpa ekspresi. Maya sudah tidak ada, hanya ada sebuah pohon plum abadi yang di dalamnya terdiam roh Bidadari Merah.
Aku adalah Pohon Plum, di dalamku bersemayam roh Bidadari Merah. Bidadari Merah yang kebahagiaannya menumbuhkan bunga-bunga di taman, yang kemarahannya memunculkan tsunami…
Di saat yang lain berlatih, Maya hanya diam di sudut ruangan itu. Namun semakin lama, keberadaan Maya sebagai pohon plum itu semakin terasa oleh yang lain. Bukannya terbiasa, para pemain mulai merasa sungkan, seakan-akan memang ada makhluk yang agung yang sedang mengamati semua perilaku mereka.
“Sampai kapan Maya akan tahan diam mematung seperti itu? Dia bahkan tidak berkedip…” kata salah seorang pemain.
“Kudengar, dulu Maya pernah memerankan sebuah boneka dalam pertunjukkan dan selama pertunjukkan itu, dia hanya diam saja dan para penonton bahkan tidak menyadari bahwa dia adalah seorang manusia. Selama pertunjukan itu, dia tidak sekali pun mengedipkan matanya.”
“Hah? Memerankan boneka? Dan tidak sekalipun berkedip selama pertunjukan?” tanya yang satunya, takjub.
Gadis itu bisa merasakan tubuhnya merinding.
“Tidakkah kau merasa? Pohon plum itu memberikan hawa yang lain di sini?”
“Eh?”
“Mungkin para pemain tidak melakukannya dengan sadar, tapi semakin lama semakin terlihat mereka menghindari berada dekat-dekat dengan pohon plum itu, semakin lama latihan mereka semakin bergeser menjauh.”
“Iya, kau benar. Aku sendiri, walaupun pohon plum itu sedari tadi tidak bergerak, tapi mataku tidak bisa lepas darinya. Rasanya ingin terus-terusan melihatnya, entah kenapa. Tubuhku jadi merinding sendiri…” katanya.
Kuronuma mengamati jalannya latihan dengan tenang. Sebuah senyuman tersungging di bibirnya.
Dia mengamati ekspresi Maya. Walaupun tidak kentara, saat ada yang melakukan adegan perang, wajah gadis itu perlahan-lahan berubah suram dan kemudian jadi menakutkan. Begitu juga saat ada tari-tarian dan adegan penyembahan, wajahnya berubah welas asih. Pancaran matanya melembut. Semuanya berlangsung alamiah,  perubahan wajahnya hanya perlahan dan sedikit saja, tapi hawa yang dimunculkannya sudah lain.
Kuronuma menyadari, bahkan hanya dengan terdiam saja Maya sudah mempengaruhi semua yang ada di sekitarnya. Perubahannya sangat terasa semenjak terakhir dia melihat akting Bidadari Merah Maya.
=//=
“Selamat datang Tuan…” sapa Rei pada seorang tamu yang masuk.
Dia tertegun, keterkejutannya tidak dapat disembunyikan.
“Pak… Sawajiri?”
“Halo Aoki, selamat malam,” sapanya. “Ada tempat?” tanyanya, datar, seperti biasa.
“Ya, silahkan, kafe sedang tidak begitu ramai,”  Rei tersenyum ramah, kembali pada profesinya saat ini. Waitress.
“Cappucino satu ke mejaku,” kata Sawajiri sambil mengitari ruangan dengan matanya, mencari tempat  yang nyaman.
Dia kemudian melangkah pada salah satu meja.
Rei datang dengan cappucinonya. Dia menyadari beberapa gadis yang merupakan pelanggan di sana tampak terpesona kepada tamunya itu.
Andai mereka tahu kalau pria ini pribadinya seperti sebongkah batu, pikir Rei. Tidak punya perasaan.
“Silahkan cappuccino pesanan Anda, ada yang lain?” tanya Rei pada Sawajiri yang tampak sedang memainkan handphonenya.
“Ya,” Sawajiri meletakkan handphonnya di meja. “Apa kau sedang sibuk?”
“Tidak terlalu,” jawabnya, bingung.
“Aku ingin bicara,” kata Sawajiri.
“Hm?” gadis itu mengangkat alisnya. “Baiklah,” Rei mulai duduk di hadapan Sawajiri. “Tapi aku tidak bisa lama-lama,” tambahnya.
“Tidak akan memakan waktu lama,” kata Sawajiri tenang.
Rei mengangguk, mempersilahkan.
“Maya mengatakan bahwa dia akan kembali ke apartemen besok,” kata Sawajiri.
“Ya, dia sudah menghubungiku,” terang Rei.
“Jadi, bisakah kau kembali ke apartemen Maya?” tanya Sawajiri. “Pak Masumi masih belum tahu bahwa Maya akan kembali ke sana. Tapi Maya tahu Pak Masumi akan khawatir kalau dia ditinggal sendiri, karena itu kupikir kau bisa kembali ke apartemennya,” kata Sawajiri.
“Tentu saja, Pak Sawajiri,” kata Rei. “Nanti aku akan menghubungi Maya.”
“Bagus,” kata pria itu puas.
Keduanya lantas terdiam.
“Ada yang lain? Jika tidak, aku sudah harus kembali bekerja…”
“Apa kau tidak iri?” tanya Sawajiri.
“Eh?” Rei tertegun dengan pertanyaan Sawajiri. “Iri… pada apa?” tanyanya bingung.
“Pada Maya,” Sawajiri menatap Rei dengan pandangan yang datar.
“Iri? Pada… Maya…?” wajah Rei terlihat bingung.
“Iya,” jawabnya tenang. “Jujurlah padaku Aoki. Gadis itu, memperoleh banyak perhatian, dan kalian bersahabat. Pasti kau setidaknya,  punya perasaan bersaing…”
“Aku tidak akan menyebut itu sebagai iri…” potong Rei tegas.
“Kau terjun ke dunia akting terlebih dahulu, kalian juga satu teater, dilatih oleh guru yang sama, pernah tinggal di apartemen yang sama. Tapi lihatlah Maya. Dia sedang meniti karirnya untuk menjadi aktris kelas atas. Punya kekasih seorang direktur Daito yang tampan, kaya, cerdas. Memegang hak pementasan dan memerankan salah satu peran paling prestisius di dunia sandiwara.” Kata Sawajiri, tidak sedikit pun melepaskan tatapannya dari Rei.
“A, aku…” Rei merasa tersinggung, sampai bicaranya terbata. “Tidak pernah berpikir sejauh itu. Kami bersahabat, dia sahabatku dan di mataku, dia layak mendapatkan semua itu!” tegasnya.
“Dan kau layak untuk semua ini?” tanya Sawajiri.
“Apa maksudmu?” desisnya.
“Rei!! Ada pelanggan!” Seru pemilik café.
Rei menoleh ke arah yang menyerunya dan kemudian mengalihkan pandangan ke arah pintu café-nya.
“Aku tanya Aoki, kau ini aktris yang kerja sampingannya sebagai pelayan kafe, ATAU, pelayan kafe yang bekerja sampingan sebagai aktris?!” Tanya Sawajiri tanpa ekspresi.
Rei kembali memandangnya, sakit hati dengan ucapan Sawajiri.
“Hati-hatilah kalau bicara. Semua ini tidak ada hubungannya dengan Maya, aku—“
“Kau sudah berbuat banyak untuknya, setahuku. Dan aku tidak tahu apa yang sudah Maya perbuat untukmu sampai kau begitu membelanya…”
“Apa kau punya sahabat, Pak Sawajiri? Atau teman?” Tanya Rei tajam.
“REI!!!” Seru si pemilik café lagi.
“Baik Pak, sebentar!” Rei beranjak berdiri.
Sawajiri juga berdiri.
“Untukku, lebih baik tidak punya sahabat tapi dapat menjadi aktris yang berhasil dari pada punya sahabat dan hanya menjadi seorang pelayan kafe,” ujar Sawajiri.
Rei menatapnya tidak percaya.
Sawajiri mengelurkan dompet dan selembar uang.
“Ambil kembaliannya,” Sawajiri meletakkan uangnya di meja, “dan juga cappucinonya,” dia menunjuk cappuccino yang belum disentuhnya. “Untukmu,” katanya lalu berlalu pergi.
Rei mengamati Sawajiri dengan perasaan kesal.
Apa maksudnya mengatakan semua itu…!
Sawajiri membuka handphonenya dan melihat sebuah miss call dan sebuah email saat keluar dari café Rei.
“Aku sudah kembali kemarin, jika memungkinkan tolong minta Maya menemuiku jika ada waktu. Aku harus bicara dengannya langsung secara pribadi.”
Pesan dari Hino.
=//=
“Aku pulang…” kata Masumi.
Maya menoleh ke arahnya dan tersenyum.
Pria itu menyerahkan jas dan tasnya kepada Kotaro.
“Kok hari ini tidak memelukku?” tanya Masumi saat sudah berdiri di hadapan Maya.
Maya mengangkat badannya dari sofa dan tersenyum lalu memeluk Masumi. Pria itu sangat senang karenanya.
“Apa kau tadi pergi ke tempat latihan Bidadari Merah?” tanya Masumi saat keduanya kembali duduk.
Gadis itu mengangguk senang.
“Tadi Pak Kuronuma menghubungiku. Dia bilang, dia terkejut dengan perkembangan Bidadari Merahmu,” terang Masumi.
Maya memperhatikannya dengan seksama, sedikit terkejut.
“Kami nanti akan berbincang lagi mengenai hal ini, namun sepertinya, kita bisa mengusahakan sesuatu agar Bidadari Merah bisa dipentaskan,” Masumi tersenyum.
Mata gadis itu berbinar, “benarkah?” tanyanya tanpa suara.
Masumi mengangguk.
“Mungkin akan ada perubahan yang dilakukan dari naskah aslinya, Pak Kuronuma sedang menimbang berbagai kemungkinan. Kemungkinan besar naskahnya dirombak, jadi semacam naskah adaptasi dari Bidadari Merahnya Ichiren. Dan untuk melakukan perombakan itu, kami, perlu persetujuanmu Maya, sebagai pemilik hak pementasan Bidadari Merah,” terang Masumi.
Maya tertegun sebentar.
“Tapi mengenai hal ini, nanti kita bisa membicarakannya lagi dengan Pak Kuronuma. Aku hanya ingin kau tahu situasinya terlebih dahulu,” terang Masumi.
Maya mengangguk.
“Aku yakin Sayang, kita bisa melakukan sesuatu agar Bidadari Merah ini bisa tetap ditampilkan. Aku yakin Pak Kuronuma punya berbagai ide di kepalanya dan kau, Maya Kitajima,” Masumi melingkarkan tangannya di pinggang Maya dan menarik gadis itu ke dekatnya, “akan bisa menjadi Bidadari Merah lagi. Kau dan bakatmu yang mempesona itu,” Masumi tersenyum.
Pak Masumi…
Maya sangat bahagia mendengarnya. Dia menangkup wajah Masumi dengan kedua tangannya.
“Terima, kasih…” katanya, memandang lembut pada Masumi.
Senyuman Masumi terlihat lebih lebar.
“Pak, Masumi…” Sorot mata Maya berubah, sedikit resah.
“Hm?” Masumi memperhatikan bibir Maya.
“Aku, sudah, memutuskan, besok, akan, kembali, ke, apartemenku,” terang Maya.
Ekspresi Masumi berubah kaku. Dia terdiam. Memandangi Maya. Pria itu ingin melarangnya, tapi dia tidak punya alasan untuk melarangnya.
“Ada yang menemani?” tanya Masumi.
Gadis itu mengangguk lalu menggerakkan bibirnya yang ditangkap Masumi sebagai ‘Rei’
Masumi kembali terdiam.
“Aku masih ingin kau ada di sini,” bisik pria itu.
Pak Masumi…
Maya memandangi mata Masumi bergantian. Dia juga sudah semakin terbiasa berada di sini, di dekat Masumi. Tapi ucapan Eisuke benar, dan dia tidak ingin mencari-cari lagi masalah terkait keberadaannya di kediaman Hayami. Maya yakin Masumi sudah jauh lebih mengerti tentang hal itu.
“Aku, akan, sering, berkunjung, ke, sini, atau, ke, Daito, saat, ada, waktu.” Kata Maya.
Masumi diam. Dia lantas menarik Maya ke pelukannya.
“Besok pulangnya malam saja ya, agar aku bisa mengantarmu ke apartemen sepulang dari Daito,” kata Masumi.
Maya mengangguk dalam pelukannya.
“Sawajiri bilang kau menerima tawaran menjadi cover majalah dan melakukan wawancara tertulis?” Tanya Masumi setelah keduanya berpisah.
Maya kembali mengangguk.
“Aku tidak keberatan,” katanya. “Daripada kau sendirian di apartemen siangnya, lebih baik kau melakukan kegiatan. Setidaknya kau tidak sendirian dan ada Sawajiri yang menemani,” terang Masumi, memberitahukan kekhawatirannya. “Asal kondisi badanmu memungkinkan,” imbuhnya.
Gadis itu tersenyum. Lalu mengangguk sambil mengangkat kedua tangannya yang mengepal menandakan badannya baik-baik saja.
“Baiklah, ayo kita makan malam, aku ganti baju dulu,” ajak Masumi.
Maya menyetujuinya.
=//=
Shiori beranjak dari sofa dan membukakan pintu hotel malam itu.
“Kau terlambat!” Katanya sinis lalu berbalik masuk dan diikuti pria itu di belakangnya.
“Maaf,” katanya. “Aku membawakan bunga ini untukmu,” bujuk si pria.
Keduanya kini duduk di atas sofa. Wanita itu melirik buket bunga yang dibawakan untuknya.
“Kalian pria sama saja! Dipikirnya kami wanita akan selalu luluh dengan pemberian kalian,” Shiori terlihat tidak suka.
Pria itu menghela nafasnya kecewa.
“Aku memilihnya sendiri. Bunganya, pembungkusnya, pitanya… sambil memikirkanmu,” katanya. “Ternyata hanya diabaikan begini saja…”
Shiori terdiam.
Dia kembali menoleh kepada pria itu dan buket yang dibawanya. Dia sangat suka bunga. Dan pria ini jelas sangat mengenalnya. Shiori menjulurkan tangannya.
Pria itu tersenyum dan menyerahkannya.
“Terima kasih,” kata Shiori pelan.
“Apa kau menyukainya?” tanyanya.
“Aku menyukai semua bunga,” jawab Shiori, wajahnya mulai lebih lembut.
Pria itu tersenyum. Dengan tangannya dia menyentuh rambut Shiori yang terurai di punggungnya.
Wanita itu menoleh. Sejenak mereka berpandangan. Lantas si laki-laki mendekatkan dirinya pada Shiori.
“Aku merindukanmu…” katanya lembut, memandang bibir Shiori.
Deg!
Shiori memalingkan wajahnya.
“Kau sudah membuatku menunggu. Sebaiknya kau punya alasan bagus untuk melakukannya.” Ujarnya dengan nada kesal.
Pria itu menghembuskan nafasnya, kecewa.
“Tentu. Alasan yang sangat bagus,” katanya.
Shiori kembali menoleh ke arahnya.
“Aku tadi baru menemui seseorang yang menarik,” katanya. “Dan pasti BERGUNA,” imbuhnya.
Shiori menatapnya dengan pandangan bertanya.
“Seseorang?”
“Iya, seseorang yang dapat membantumu membalas dendam pada Masumi Hayami dan Maya Kitajima,” pria itu tersenyum culas.
“Apa kau yakin?” tanya Shiori.
“Sangat yakin.” Mata dingin itu kembali muncul. “Tapi aku juga perlu bantuanmu, karena itulah aku mengajakmu bertemu.”
“Apa saja,” jawab Shiori. “Apa saja asal Masumi menderita.” Shiori mengeratkan rahangnya.
“Apakah ada sesuatu yang mengganggumu?” pria itu memandanginya.
Shiori diam saja.
“Aku bisa melihat suasana hatimu sedang tidak bagus,” katanya, menyandarkan dirinya di sandaran sofa.
Shiori terdiam sebentar sebelum bertanya.
“Apakah kau pernah mendengar Masumi, Maya, atau siapapun menyinggung soal persiapan pernikahan atau pertunangan?” tanya Shiori.
“Huh…” pria itu kembali tersenyum sinis.
Jadi memang masih masalah Masumi Hayami…
Rutuknya.
“Tidak, kenapa?” tanya pria itu tidak acuh.
“Tadi siang aku melihat salah satu orang suruhannya, dia keluar dari toko perhiasan. Firasatku Masumi yang memintanya,” kata Shiori.
“Orang suruhannya?” alis pria itu berkerut.
“Iya, aku pernah melihat orang itu dulu saat berkunjung ke villa Masumi. Dia cepat-cepat pergi begitu aku datang. Dan aku bertemu dengannya lagi saat…” Shiori menghentikan ucapannya dan terlihat menahan rasa sakit hati, “Masumi keracunan di villanya…” terangnya kemudian.
Pria itu terdiam.
“Apa itu mengganggumu?” tanya pria itu. “Apa kau sangat terganggu jika Masumi dan Maya menikah?”
“Apapun yang akan membuat Masumi bahagia, menggangguku!” Tegas wanita itu, api dendam jelas memancar di matanya.
Sampai kapan, Shiori… kapan kau akan bisa melihatku? Hanya melihatku…?
“Ah, aku harus pulang,” Shiori melihat jam dinding. “Atau Bibi akan khawatir,” katanya sambil beranjak berdiri. “Kalau ada yang kau perlukan untuk menjalankan rencanamu, hubungi saja aku. Apa pun akan kulakukan,” katanya.
“Kenapa tidak bermalam saja di sini?” Pria itu memegang pergelangan tangan Shiori, menahannya.
“Eh? Aku….” Shiori berusaha melepaskan tangannya.
“Suamimu sedang keluar kota kan?” pria itu mendekat.
Shiori tertegun.
“Kau bilang saja menginap di rumah tantemu atau di mana agar dia tidak khawatir,” pria itu mendesak Shiori ke tembok, mulai memepetnya dengan tubuhnya.
Bruk!
Karangan bunga itu terjatuh.
“A, apa yang kau lakukan? Apa yang kau inginkan?” tanya Shiori panik, tersadar dia tidak bisa melepaskan diri dari pria yang lebih muda darinya tersebut.
“Kau tahu benar apa yang kuinginkan,” pria itu menatapnya tajam. “Aku mencintaimu Shiori,” sebelah tangannya membelai pipi Shiori dengan punggung jemarinya. “Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu bahagia, memenuhi semua keinginanmu,” jarak keduanya semakin dekat.
Shiori menelan ludahnya.
“Jika kau ingin aku melompat ke dalam api demi dirimu, aku akan melakukannya tanpa pikir panjang,” katanya.
“Aku hanya ingin Masumi Hayami menderita.” Shiori memalingkan wajahnya, mengucapkan kata-kata yang sudah tak terhitung berapa kali terngiang di kepalanya dan membutakan mata hatinya.
“Maka aku akan membuatnya menderita,” desis pria itu sebelum mulai mencium Shiori.
Wanita itu mengelak, memintanya berhenti. Tapi kata tidak dari bibirnya tidak seirama dengan tubuhnya yang tidak menolak. Bagaimanapun Shiori adalah seorang wanita, yang ingin merasa dibutuhkan dan dicintai. Akhirnya pertahanannya runtuh.
Tidak perlu waktu lama sampai keduanya lupa diri.
=//=
Shiori membuka matanya pagi itu. Dilihatnya pria di sampingnya. Bukan suaminya.
Tiba-tiba hatinya berdenyut sakit. Merasa hina.
Apa yang sudah kulakukan? Aku sudah mengkhianati suamiku…
Sesalnya. Dia selalu dididik dengan tradisional mengenai seorang wanita dan istri. Walaupun tidak pernah dia memikirkan apakah dia mencintai suaminya atau tidak, setidaknya dia masih punya kebanggaan sebagai seorang istri yang setia. Dan sekarang…
Ibu, maaf… aku tidak dapat mematuhi keinginanmu untuk menjadi seorang istri yang setia.
Mata wanita itu berkaca-kaca. Dia lalu memejamkan matanya. Sudah tidak lagi mengenal dirinya. Dia tidak tahu lagi apa yang diinginkannya dalam hidup. Tidak tahu lagi apa yang dikejar. Dulu tujuan hidupnya jelas. Menjadi seorang istri bagi Masumi Hayami. Sebuah impian terbesarnya. Namun sejak impian itu hancur, dia tidak tahu lagi untuk apa dia hidup.
Apa yang sudah kulakukan dengan hidupku…
Pikirnya. Menyesal, sedih dan Marah…
Shiori baru saja hendak bangun dari tempat tidur saat lengannya ditahan oleh pria di sampingnya.
“Mau ke mana?” pria itu mendekatkan dirinya pada Shiori.
“Pulang,” jawab Shiori singkat, tetapi tidak jadi beranjak.
“Kau cantik sekali…” pria itu menyentuh wajah Shiori. “Aku sangat  bahagia bisa melihat wajahmu di pagi hari,” katanya. “Aku sangat bahagia dengan kejadian semalam.”
“Hentikan.” Shiori menelan ludahnya.
“Kenapa? Kau juga bahagia kan?” tanyanya, sedikit tajam.
Shiori diam tidak mengatakan apa pun.
“Ini sebuah kesalahan. Kita tidak seharusnya melakukan ini. Aku ini wanita bersuami!” tegasnya.
“Lalu kenapa?!” Pria itu memeluk Shiori. “Bukankah aku sudah membuatmu bahagia?” pria itu bersikukuh.
Shiori memandangnya, hanya terdiam.
“Aku yakin, suamimu bahkan tidak dapat memberikan setengah dari kebahagiaan yang sudah kuberikan padamu,” desisnya.
Shiori berkaca-kaca dan mulai menangis.
“Tapi ini salah…” katanya, lirih.
“Aku tidak akan menuntut apa pun darimu Shiori,” ucap pria itu. “Aku hanya ingin membahagiakanmu,” katanya. “Aku tidak akan mengatakan hal ini kepada siapa pun…” Pria itu mencium pipi Shiori. “Aku mencintaimu…”
“Tidak. Cukup… Hal ini tidak boleh terjadi lagi, ini terakhir kalinya kita seperti ini…” tegas Shiori, namun terdengar tidak yakin.
“Jangan mengatakan sesuatu yang akan kau langgar, Shiori…” pria itu tersenyum tipis namun matanya tetap memandang tajam pada wanita yang dicintainya itu.
Shiori menoleh ke arahnya. Keduanya berpandangan.
“Kau sungguh-sungguh mencintaiku?” tanya Shiori.
“Sangat…” ucap pria itu penuh kesungguhan.
Shiori kembali terdiam beberapa lama.
“Mungkin semuanya akan berbeda. Jika saja, aku lebih dulu bertemu denganmu dan bukannya Masumi…” ucap wanita itu kemudian. Ucapannya mengambang, seperti menerawang.
Pria itu hanya membisu.
“Jadi kapan,” wanita itu memandang kembali pada si pria, “rencana berikutnya akan dijalankan?” tanya Shiori.
“Kau datang pada pernikahan Ayumi Himekawa?” tanya pria tersebut.
“Ya, aku dapat undangannya.” Jawab Shiori.
Pria itu tersenyum. Picik.
=//=
“Jadi kau sudah akan kembali ke apartemenmu?” tanya Eisuke saat ketiganya berkumpul kembali di meja makan untuk sarapan.
Maya mengangguk.
“Ahh… pasti suasana di rumah ini akan sangat berbeda setelah kepergianmu. Aku akan sangat kesepian,” kata Eisuke. “Apalagi Masumi,” tambahnya.
Masumi hampir saja tersedak mendengar perkataan Ayahnya. Tapi itu sebelum Eisuke menambahkan.
“Cepatlah tunjukkan kejantananmu dan nikahi gadis ini Masumi, lalu buatlah anak-anak yang banyak dan penerus untuk Daito. Coba lihat meja makan ini, begini panjang dan hanya kita berdua yang biasa menggunakannya. Meja makan ini masih cukup untuk 5-7 orang lagi…” kata Eisuke dengan gayanya yang tenang.
Dan Masumi akhirnya benar-benar tersedak mendengar perintah Eisuke kepadanya, entah sebagai ayah atau sebagai Presiden Direktur Daito.
Masumi terdiam di kursi direkturnya, mengistirahatkan diri. Diingatnya kembali telepon yang tadi siang diterimanya.
[“Tuan Masumi Hayami, kami dari Cartier Boutique. Pesanan Anda sudah kami terima dan sudah kami konfirmasikan kembali ke Perancis. Kami bisa membuatkan sesuai permintaan Anda. Perkiraan barang akan sampai di tangan kami sekitar 1,5 minggu atau 10 hari…”]
Sepuluh hari… sepuluh hari lagi aku akan melamar gadis itu.
Dada pria itu berdebar. Akhirnya, perjalanannya yang panjang akan segera menemukan ujungnya. Sebuah kebahagiaan. Bersama kekasihnya.
Senyuman berkembang di wajahnya.
Apa reaksi yang akan diperlihatkan gadis itu? Terkejut? Senang? Terharu? Menangis?
Dia pasti meneteskan air mata.
Pikir Masumi, kembali tersenyum simpul.
Sebelumnya Masumi berpikir untuk melamar Maya setelah segala persoalan mengenai Bidadari Merah ini bisa selesai. Namun melihat keadaan Maya sekarang, dan juga perkataan ayahnya, Masumi sudah membulatkan tekad untuk melamar Maya secepatnya dan menentukan tanggal pernikahannya.
Maya…
Kekosongan itu kembali terasa. Rindu.
Masumi cepat-cepat membereskan dokumen-dokumennya, hendak pulang.
=//=
“Selamat datang Tuan,” sambut Aya.
“Mana Maya?” tanya Masumi.
“Itu… Tuan Masumi, Nona Maya sejak siang berdiam di kebun belakang dan tidak beranjak dari sana,” terang Aya, wajahnya tampak khawatir.
“Di kebun belakang?” Masumi terkejut.
“Iya, kami segan mendekatinya, tampaknya Nona Maya sangat asyik, kami takut mengganggu. Lagipula, berapa kalipun kami panggil, dia tidak menyahut,” terang Aya.
Tidak menyahut?
Masumi segera beranjak ke halaman belakang rumahnya.
Lampu-lampu sudah dinyalakan jadi tidak sulit untuk Masumi menemukan Maya.
Maya…?
Raut wajah gadis itu terlihat sangat tenang dan damai. Wajahnya tampak gembira. Walaupun hanya sendirian, Maya seperti sedang berada di tengah teman-temannya.
“Akoya…” panggil Masumi.
Gadis itu mengangkat wajahnya, menoleh pada sumber suara.
Pak Masumi…!
“Selamat malam, kau sedang apa, Akoya?” tanya Masumi, tersenyum menghampiri.
Gadis itu tersenyum.
Tampak bersinar dan cantik. Jantung Masumi berdebar melihatnya. Dia rupanya sedang membersihkan rumput liar di sekitar bunga-bunga yang ada di taman itu. Masumi juga melihat buku herbal dari perpustakaannya tampak tergeletak di atas ayunan.
“Sudah malam,” terang Masumi, menghampiri dan ikut berjongkok di sampingnya. “Ayo masuk, bersihkan dirimu dan kita makan malam. Setelah itu kita kembali ke apartemenmu,” ajak Masumi.
Diamatinya tangan dan baju Maya yang kotor. Masumi hanya tersenyum simpul.
“Ayo Sayang,” Masumi mengulurkan telapaknya.
Maya mengamati telapak itu lalu mengamati Masumi. Perlahan-lahan kembali kepada dirinya lagi.
Maya tersenyum melihat Masuminya sudah pulang. Spontan dipeluknya kekasihnya itu.
“Eh, Maya!” Masumi terkejut.
Maya baru merasa dia sangat merindukannya.
AH!!
Maya kembali melepaskan dirinya. Dilihatnya bajunya yang kotor sudah ikut mengotori pakaian Masumi.
“Ma.. af…” katanya penuh sesal.
“Tidak apa-apa,” kata Masumi. “Ayo masuk, badanmu sudah terasa dingin,” ajaknya kemudian.
Setelah membersihkan dan makan malam terakhir di rumah itu sambil bercerita mengenai apa saja yang sudah dia lakukan seharian, akhirnya Masumi mengantar Maya kembali ke apartemennya.
=//=
Di apartemen, sudah ada Rei yang menunggunya.
“Selamat malam Rei,” sapa Masumi.
“Selamat malam,” jawab Rei. “Maya!!” Serunya saat melihat Maya.
Maya terlihat gembira dan segera memeluk Rei.
“Kau iniiii~!!” seru Rei gemas sambil membalas pelukannya, “benar-benar membuatku dan teman-teman yang lain khawatir…” ujarnya.
Maya mengangkat wajahnya dan meminta maaf.
“Sudahlah, ayo masuk,” kata Rei.
Maya dan Masumi segera masuk ke apartemen Maya. Masumi meletakkan barang bawaannya di kamar Maya dan segera keluar setelahnya.
“Baiklah, aku permisi dulu,” kata Rei pengertian.
“Kau sudah selesai bekerja?” tanya Masumi.
“Tidak, hari ini jadwalku libur,” terangnya.
Rei lantas permisi keluar mengatakan ada sesuatu yang hendak dibelinya.
Bekerja…
Sesuatu terasa mengganggunya.
[“kau ini aktris yang kerja sampingannya sebagai pelayan kafe, ATAU, pelayan kafe yang bekerja sampingan sebagai aktris?”]
Kata-kata Sawajiri sangat mengganggunya.
=//=
Sementara itu Maya hanya terduduk gugup di samping Masumi. Sedang berpikir mengenai apa yang sudah dia minta Hino lakukan.
“Ada apa?” tanya Masumi.
Dia bisa melihat dengan jelas bahwa Maya sedang resah.
“Ada yang kau pikirkan?” tanyanya sekali lagi.
Maya menatap Masumi takut-takut, lalu mengangguk. Tadi siang dia baru saja mendapatkan pesan dari Hino mengatakan bahwa surat pemindahannya sedang diproses dan pria itu ingin bertemu dengannya akhir minggu ini.
“Apa yang sedang kau pikirkan?” Masumi mulai mencium ada yang tidak beres atau sesuatu yang sepertinya penting untuk Maya sampaikan.
Maya lalu memberi tanda dengan tangannya sebelum mengambil selembar kertas dan sebuah pulpen lalu menulis di sana.
Masumi menunggu dengan sabar. Sesekali dilihatnya Maya berpikir dengan serius seperti mempertimbangkan apa yang hendak dia sampaikan.
Masumi melirik jam di dinding, sudah jam 9 lebih. Setelah bertambah beberapa menit lagi, akhirnya sepertinya Maya selesai merangkai kata-katanya.
Ragu-ragu Maya memandang kepada Masumi sambil menggenggam suratnya.
Alis Masumi sedikit berkerut.
“Sudah selesai?” tanyanya.
Masih dengan wajah yang cemas Maya mengangguk.
“Bisa aku tahu apa yang ingin kau sampaikan?” Masumi mengulurkan tangannya.
Ragu-ragu Maya menyerahkan suratnya.
Masumi mulai membaca.
Pak Masumi, tolong Anda jangan marah ya…
Baru membaca awalnya, salah satu sudut bibirnya sudah tertarik, menahan senyum. Dia tahu, jika Maya sudah menggunakan kata-kata itu, selanjutnya pasti gadis itu sudah melakukan suatu tindakan yang tidak seharusnya. Tapi Masumi menahan diri. Sebentar dia mengangkat wajahnya, menatap Maya. Gadis itu menatap padanya dengan pandangan memelas. Pria itu kembali pada kertas di genggamannya.
Saat itu, saat aku memutuskan untuk pergi meninggalkan Anda dan berhenti berakting, aku sudah meminta kepada Kak Sawajiri untuk melakukan sesuatu untukku. Aku memintanya menyampaikan surat kuasa kepada Pak Hino agar mengurus pemindahtanganan Hak Pementasan Bidadari Merah…
Hah?!! Pemindahtanganan Kepemilikan Hak Pementasan Bidadari Merah??
Masumi sangat terkejut saat membaca bagian itu. Alisnya berkerut dengan cepat, ia melanjutkan sementara Maya masih menunggu dengan gelisah.
…mengurus pemindahantanganan kepemilikan Hak Pementasan Bidadari Merah dariku kepada Anda. Saat itu, aku tidak dapat memikirkan tindakan yang terbaik selain menyerahkan hak itu kepadamu. Kak Sawajiri mengatakan bahwa pemindahantanganan itu sedang dalam proses. Tolong jangan memarahi mereka juga, aku yang meminta agar hal ini dirahasiakan terutama darimu. Aku tahu aku salah tidak membicarakan hal ini denganmu terlebih dahulu. Tapi aku tidak menyesal karena menurutku Anda orang yang tepat—
Sampai sini Masumi berhenti membaca. Dihembuskan nafasnya sedikit berat.
Dia sama sekali tidak mengira, diantara semua kelakuan dan keputusan impulsif yang kekasihnya itu lakukan, salah satunya adalah menyerahkan hak pementasan Bidadari Merah kepadanya dengan begitu mudah.
Masumi kembali menghela nafasnya. Dia mulai memandang Maya.
Gadis itu menatapnya dengan pandangan bertanya, menunggu pendapatnya.
“Jadi?” Masumi membuka mulut, “apa yang kau harapkan dariku?” tanyanya datar, menyodorkan telapak tangannya meminta Maya menulis di sana.
[“A-pa-An-da-me-ne-ri-ma-nya?”] tanya Maya.
“Tentu saja aku tidak bisa…” Masumi mendesah.
Pria itu meletakkan kertas tersebut di meja. Memandangi Maya.
“Kemarilah, mendekat padaku,” kata Masumi.
Maya menuruti, dia duduk mendekat kepada Masumi yang kemudian mendekapnya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di dada Masumi.
“Terima kasih,” ucap Masumi. “Karena kau sudah memberikan kepercayaan yang sangat dalam kepadaku. Itu sangat berarti.” Pria itu mengeratkan dekapannya.
“Kau pernah memberiku album pentasmu, lalu ijazah kelulusanmu,” ingatnya. “Baru-baru ini kau berniat memberiku cek hasil kontrakmu dan sekarang bahkan…” pria itu tersenyum tidak percaya. “Hak pementasan Bidadari Merah.”
“Maya, aku kadang tidak mengerti jalan pikiranmu. Apa tidak ada, hal yang penting bagimu?”
Gadis itu meraih telapak kekasihnya.
[Anda.”] tulisnya. [“yang paling penting bagiku.”]
Maya…
Mata pria itu melebar.
“Terima kasih…” bisiknya.
“Tapi aku tidak bisa menerimanya…” kata Masumi. “Aku tahu benar betapa berartinya pementasan itu untukmu. Kecuali kau mau menjualnya kepada Daito, atau kepadaku, aku tidak bisa menerimanya,” tegasnya. “Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri bagaimana perjuanganmu Sayang, aku tentu tidak dapat mendapatkannya semudah ini. Belum lagi, ini adalah warisan satu-satunya dari guru kesayanganmu, benar kan?”
Bu Mayuko…
Perlahan Maya mengangguk.
“Karena itulah aku tidak bisa menerimanya.” Masumi tersenyum sendiri. “Lagipula keputusan itu kau ambil dalam keadaan emosional, dan sekarang kau sudah dapat berpikir dengan tenang. Kau masih ingin berakting kan? Ingin menjadi Bidadari Merah?”
Maya mengangguk kembali.
“Jadi kau sudah tahu jawabanku,” Masumi membelai rambut gadis itu.
Maya menengadahkan kepalanya menatap Masumi.
Masumi menunduk, balas menatapnya.
“Apa lihat-lihat? Kau semakin jatuh cinta padaku ya?” goda Masumi.
Wajah gadis itu merona, berbinar-binar lalu mengangguk. Wajah kekasihnya juga tampak berbinar.
“Jadi? Kita tarik kembali keputusanmu?” tanya Masumi.
Maya mengangguk lalu memeluk Masumi.
“Nanti minta Sawajiri menghubungi Hino agar membatalkan surat kuasamu secepatnya. Kalaupun sudah terlambat, aku akan membuat surat pemindahtanganan kembali Hak itu kepadamu. Besok aku akan menghubungi Hino,” Masumi melihat jam dinding. “Sekarang sudah malam.”
Maya kembali mengangguk.
“Sekarang sudah malam,” Masumi mengulang perkataannya, namun lebih perlahan. “Sudah waktunya aku pulang…” sambungnya.
Maya kembali menengadahkan wajahnya, tidak rela.
“Besok kau ada pemotretan dan wawancara?” tanya Masumi.
Maya mengangguk.
“Lakukanlah yang terbaik ya. Sekarang cepatlah bersihkan dirimu dan istirahat yang cukup, aku pamit dulu…”
Maya mengangkat badannya dari Masumi dan ikut berdiri dengan pria itu, mau mengantarnya.
“Sudah sampai sini saja,” kata Masumi setibanya di pintu.
Maya menggelengkan kepalanya, dia ingin mengantar Masumi lebih jauh.
Akhirnya keduanya tiba di lift, tidak perlu waktu lama lift terbuka dan Masumi masuk ke dalamnya. Keduanya berpandangan. Masumi tersenyum dan melambaikan tangan.
Saat pintu lift hendak tertutup, gadis itu menyelinap, masuk ke dalam lift.
“Maya!” Seru Masumi, terkejut dengan kelakuan kekasihnya itu. “Kau ini! Kalau terjepit bagaimana!” Pria itu marah karena khawatir.
Maya hanya terdiam, mematung tanpa berani memandang Masumi.
Masumi tidak melepaskan pandangannya dari gadis yang berdiri kaku di sampingnya itu.
Maya kemudian melirik  ke atas, kepada Masumi yang masih memelototinya, Maya lalu tersenyum.
“Kau ini!!” Masumi melingkarkan lengannya di leher Maya dan dengan sebelah lengannya mengacak-acak rambut gadis itu.
Maya tergelak karenanya.
Tiba-tiba lift terbuka, ada beberapa orang yang akan naik. Dengan cepat Maya dan Masumi memisahkan diri. Maya dengan canggung merapikan rambutnya lagi.
“Ah! Selamat malam Pak Masumi,” salah satu dari ketiga orang yang masuk ke dalam lift menyapanya saat menyadari ada direktur Daito tersebut di sana.
“Selamat malam Aida,” Masumi mengangguk membalas salamnya.
“Saya tidak mengira bisa bertemu Anda di sini,” kata gadis itu, tersenyum ramah.
Aida tertegun saat melihat gadis mungil di sebelah Masumi. Mengamati sebentar dia tahu itu Maya, dan akhirnya mengerti kenapa dia bisa bertemu Masumi di sini.
“Kau… Maya Kitajima kan?” sapanya kepada Maya.
Maya tersenyum gugup dan mengangguk.
“Perkenalkan, aku Aida Rumi. Aku harap suatu saat kita bisa bekerja sama,” katanya dengan senyuman yang tidak juga lepas dari bibirnya.
Sekali lagi Maya mengangguk dan tersenyum. Maya mengenalinya, dia adalah salah satu aktris Daito, lawan main Ayumi di drama serinya yang baru saja selesai.
“Maya pernah bilang bahwa dia menyukaimu, Aida, dan dia pasti senang sekali bertemu denganmu di sini, benar kan Maya?” ujar Masumi.
Maya mengangguk kembali. Maya sangat senang bisa melihatnya langsung, wajahnya tampak berbinar-binar, seperti seorang penggemar.
“Eh, te, terima kasih,” jawab Aida canggung. “Aku juga sangat mengagumi akting Maya. Kuharap kau bisa naik panggung lagi,” katanya.
Ternyata dia hanya seperti gadis kebanyakan…
Batin Aida. Setelah dia beberapa kali melihat drama Maya, juga melihat profil dan tentu saja kisah cintanya dengan Masumi Hayami belakangan, dia tidak mengira bahwa jika bertemu langsung seperti ini, Maya sama sekali tidak terlihat seperti gadis yang istimewa.
Pintu lift berdenting dan mulai terbuka. Aida dan teman-temannya turun di lantai tersebut setelah berpamitan kepada Masumi dan Maya. Keduanya tersenyum ramah. Akhirnya Aida mulai menyadari, hawa menyeramkan dan menegangkan yang biasa mengiringi kemunculan Masumi jika mereka bertemu di lokasi syuting atau gedung Daito, tidak begitu terasa.
Apa karena Maya? Sepertinya keduanya memang benar-benar saling mencintai… Pikirnya.
=//=
Masumi dan Maya turun di lantai dasar dan segera berjalan keluar gedung menuju mobil Masumi.
“Padahal kau tidak perlu mengantarku sampai ke sini segala…” kata pria itu.
Maya hanya tersenyum tidak keberatan.
Masumi lantas menggenggam tangan Maya menuntunnya ke parkiran.
Mobil Masumi terdengar berdecit.
“Sampai bertemu lagi,” kata pria itu, melepaskan genggaman tangannya. “Maya…?”
Gadis itu hanya memandangnya, memelas. Dia sudah merasa kesepian walaupun sosok Masuminya masih ada di hadapannya. Entah sejak kapan, Maya jadi mencintainya sedalam ini.
Ah, pandangan itu lagi…
Pikir Masumi, juga tidak kalah sendu.
“Nanti kita pergi bersama ke pernikahan Ayumi kan?” tanya Masumi, sekaligus menghiburnya.
Maya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Aku akan menjemputmu,” kata Masumi. “Atau kau mau pergi dengan Sawajiri?” tanyanya kemudian.
Maya cepat-cepat menggeleng dan memeluk pria itu.
Maya…
“Nanti aku jemput,” katanya, sudah tahu keinginan gadis itu. “Sekarang masuklah, sudah semakin malam, jangan sampai kau sakit.” Masumi mengecup ringan kepala Maya.
Gadis itu mengangguk dan memisahkan dirinya dari Masumi.
“Oya, mana handphonemu?” tanya Masumi.
Maya tertegun sejenak lantas menyerahnya handphonenya.
Masumi tersenyum melihat gantungan Sirotan yang masih terpasang di hape Maya, seperti di kunci mobilnya. Dan senyumnya melebar saat melihat wallpapernya.
Rumah pasir yang Masumi bangun.
“Apa ini?” Masumi memperlihatkan kembali monitornya pada Maya. “Katanya jelek, tidak suka…” sindir Masumi.
Gadis itu tertawa kecil.
Masumi lalu mengotak-atik handphone Maya.
“Aku sudah memasukkan nomorku ke dalam panggilan cepat,” terang Masumi. “Lihat,” Masumi lalu menekan tombol angka satu dan tombol memanggil.
Tidak lama kemudian terdengar sebuah suara.
[“Pak Masumi!!!”]
Maya terkejut mendengarnya. Itu suaranya.
Masumi lalu mengeluarkan handphonenya.
“Lihat, tersambung ke handphoneku,” terangnya.
Masumi mengembalikan handphone Maya kepada pemiliknya, kemudian mematikan panggilannya.
“Jadi kalau ada apa-apa kau bisa menghubungiku lebih cepat,” Masumi tersenyum.
Maya tersenyum gembira. Dia lalu menunjuk handphone Masumi.
“Su… a… ra… ku…” Maya menggerakkan bibirnya.
“Iya, kau ingat saat aku menelponmu dari Yokohama dulu?”
Maya mengangguk.
“Aku merekamnya,” Masumi menyeringai, “dan memotong bagian kau memanggilku lalu kujadikan ringtone,” paparnya. “Jadi aku tahu kalau kau yang menelpon dan tidak akan kuabaikan,” Masumi menambahkan.
Maya sangat senang mendengarnya.
“Te… ri… ma… ka… sih…” ucap gadis itu tulus.
Masumi mengangguk. Pria itu masuk ke dalam mobil, melambaikan tangannya pada Maya sambil tersenyum lalu melaju pergi.
Pak Masumi…
Maya menatap mobilnya menghilang keluar area apartemennya dengan tatapan rindu. Saat dia kembali mengecek handphonenya, Maya baru menyadari bahwa pria itu mengganti namanya di handphone Maya.
[Kekasihku]
Adalah apa yang tertulis di sana.
Maya tertawa kecil dan wajahnya merona.
Kekasihku….
Gadis itu tersenyum lembut sambil menggenggam handphonenya di dadanya,  menatap ke arah mobil Masumi berlalu pergi.
=//=
“Selamat siang, biro hukum Serizawa,” sapa sebuah suara dari seberang telepon.
“Selamat siang, bisa bicara dengan Pengacara Ryoma Hino?” tanya Mizuki.
“Maaf, saat ini Pak Hino sedang ada persidangan. Apakah ada pesan?”
“Iya, tolong sampaikan Mizuki menelpon dan dia diminta menghubungi kembali karena Pak Masumi ingin membicarakan sesuatu dengannya,” terang Mizuki.
“Baik Nona, tentu saja,” jawab sang resepsionis.
Mizuki lantas menekan nomor telpon kantor Masumi.
“Iya, Mizuki?” tanya Masumi, tanpa melepaskan pandangannya dari dokumen di hadapannya.
“Saya sudah menghubungi biro hukum tempat Hino bekerja, tapi dia sedang tidak ada, sedang ada jadwal persidangan. Tapi saya sudah memintanya menghubungi Anda kembali begitu sidangnya sudah selesai.” terang Mizuki.
“Baiklah terima kasih,” jawab Masumi sebelum menutup telponnya.
=//=
Baru menjelang sore saat Mizuki menerima telpon dari Hino.
“Halo, Nona Mizuki,” sapanya sore itu.
“Halo Pak Hino,” jawab Hino.
“Iya, benar. Pak Masumi ingin bicara denganmu. Sebentar aku sambungkan,” kata Mizuki cepat.
“Dan kau tidak ingin bicara denganku?” goda Hino.
Mizuki tertegun. Keduanya belum bicara lagi sejak Hino pergi ke Singapura. Terakhir hanya saat Hino mengabari bahwa dia sudah kembali dari Singapura dan tidak sabar ingin bertemu dengannya.
“Bukannya tidak ingin,” jawab Mizuki. “Tapi ini bukan waktu yang tepat, aku tidak bisa membicarakan sesuatu di luar pekerjaanku saat ini,” kata Mizuki.
“Aku tidak keberatan berbicara mengenai pekerjaanmu jika itu bisa membuatmu tetap berbicara denganku…” ujar Hino.
“Hino!” hardik Mizuki karena Hino tidak berhenti menggodanya.
“Iya bu?!” jawab Hino, seperti menghadapi atasannya.
Mizuki terdiam, dia menahan senyumnya lalu tertawa kecil.
“Nah, akhirnya kau tertawa,” kata pria itu.
“Dasar kau ini. Sudah, aku akan segera menghubungkanmu dengan Pak Masumi.” Terang Mizuki kemudian.
“Siap, bu!” jawab Hino.
Mizuki lalu menekan saluran yang menghubungkannya dengan Masumi.
“Iya, Mizuki?” jawab Masumi.
“Hino di line 2,” terang Mizuki.
“Baik. Terima kasih,” jawab Masumi, dia bisa menangkap suara sekretarisnya itu terdengar lebih riang.
Dia lalu menekan line 2  di teleponnya.
“Hino,” sapa Masumi.
“Selamat sore Pak Masumi,” jawab Hino. “Saya menerima pesan bahwa Anda ingin berbicara dengan saya?”
“Iya, benar. Mengenai hak pementasan Bidadari Merah,” terang Masumi cepat.
Dia tidak mendengar suara apa pun dari Hino.
“Maya sudah menceritakan semuanya semalam, bahwa dia memintamu bertindak atas namanya untuk melakukan pemindahtanganan hak kepemilikan Bidadari Merah.”
“Iya, benar Pak Masumi. Itu tidak salah. Saya kira Maya sebelumnya menyampaikan dia tidak ingin siapa pun mengetahui mengenai hal ini,” Hino terdengar sedikit heran.
“Iya, begitulah, tapi dia sudah membicarakan semuanya kepadaku. Kau tahu, kadang Maya bertindak hanya mengikuti perasaan dan tidak memikirkan tindakannya dengan matang,” kata Masumi.
“Karena itulah aku bersamanya,” tutur Hino. “Aku sempat meminta berbicara dengan Maya tapi rupanya Maya sedang punya banyak masalah saat itu, jadi aku hanya menjalankan saja kewajibanku sebagai penerima kuasa.”
“Mengenai hal itu, bisakah kau membatalkan atau menghentikan pemindahtanganan tersebut? Kami sudah sepakat tidak melakukannya jadi—“
“Pak Masumi,” potong Hino. “Saya sudah mengerti maksud Anda. Dan saya sangat ingin membantu klien saya dan semua kepentingan yang menyangkut dirinya.” Pria itu berkata dengan sabar. “Tapi klien saya Maya Kitajima, jadi saya tidak bisa melakukan sesuatu berkaitan dengan kepentingan Maya jika permintaan datang dari pihak ketiga, walaupun saya tahu Anda adalah orang yang paling dekat dengan klien saya saat ini,” terang Hino.
Masumi tertegun.
“Jadi…”
“Jadi,” Hino kembali memotong dengan cepat. “Saya hanya menerima permintaan langsung dari Maya, atau orang yang sudah mendapatkan kuasa dari Maya sebelumnya sebagai perwakilannya berhubungan dengan saya secara khusus selama mengurus hal ini,” terang Hino.
Masumi terdiam.
“Aku mengerti,” kata Masumi. “Aku akan meminta Maya sendiri menghubungimu atau melalui Sawajiri.”
“Benar, Pak Masumi. Anda bisa katakan kepada Maya untuk membuat surat penarikan kuasa kepada saya dan Sawajiri sehingga proses pemindahtanganan hak bisa dibatalkan,” terang Hino. “Namun sebelum itu, prosesnya tidak bisa dihentikan.”
Masumi mengatakan bahwa dia sudah mengerti.
“Oya Pak Masumi,” panggil Hino sebelum menutup telponnya. “Bolehkan saya mengobrol dengan Mizuki sebentar?” pintanya.
“Ini masih jam kerjanya Pak Hino, saya khawatirkan tidak bisa dan Mizuki pun tidak akan mau,” ujar Masumi.
“Hanya sebentar, kami sudah lama tidak berbicara. Lagipula, kisah cinta tidak akan seru jika tidak melanggar aturan,” Hino memberikan alasan.
Kisah cinta…?
Masumi hampir saja tertawa. Bagaimana bisa sekretarisnya itu terlibat dengan orang seperti Hino.
“Baiklah,” kata Masumi akhirnya. “Sepuluh menit.” Dia pikir, setelah pengabdian Mizuki bertahun-tahun kepada Daito dan dirinya, memberikan kompensasi selama 10 menit untuk ‘kisah cinta’-nya tidak akan jadi masalah.
“Terima kasih banyak,” jawabnya sebelum menyudahi telponnya.
Tidak lama dari telpon Masumi menutup, telpon di meja Mizuki kembali berdering.
“Selamat sore,” jawab Mizuki dengan nada monoton seperti biasanya.
“Selamat sore,” sapa Hino dengan riang.
“Hino?” Mizuki tertegun, “apa kau belum selesai bicara dengan Pak Masumi?” tanyanya.
“Oh sudah, urusanku dengannya sudah selesai,” jelas Hino. “Sekarang aku hanya ingin bicara denganmu.”
“Ha? Denganku? Tapi ini masih…”
“Jam kerja. Aku tahu,” jawab Hino. “tapi aku sudah meminta ijin atasanmu dan dia mengijinkan,” lanjutnya. “Sepuluh menit.”
Ha? Pak Masumi mengijinkan…?
“Baiklah, jika memang dia sudah mengijinkan,” Mizuki tidak bisa menolak.
“Tapi aku baru menyadari,” gumam Hino, “jam tanganku rupanya mati. Jadi perjalanan menuju sepuluh menit pastilah sangat lama,” katanya.
Eh?
Mizuki tertegun. Lalu tertawa kecil.
=//=
Maya sudah siap saat Masumi mengetuk pintu apartemennya. Dengan terburu-buru Maya berlari ke pintu dan membukakannya bagi Masumi.
Masumi terkejut melihat Maya yang membukakan pintu untuknya.
“Selamat malam,” sapa Masumi, wajahnya berseri memandang Maya yang terlihat sangat cantik malam itu. Binar ketakjuban tampak jelas di matanya.
Maya mengangguk dan tersenyum malu-malu.
“Sudah siap berangkat sekarang?” tanya Masumi, menawarkan lengannya kepada Maya.
Maya mengangguk dan menyambut lengan Masumi. Mengaitkan lengannya sendiri di lengan pria itu.
Setelah mengunci apartemennya, Maya dan Masumi kemudian segera menuju resepsi pernikahan Ayumi yang diadakan di salah satu gedung milik Daito.
Perayaannya sangat mewah. Putri satu-satunya keluarga Himekawa dan seorang fotografer ternama asal Perancis, menggabungkan kebudayaan dari kedua Negara. Ruangan dihiasi dengan corak-corak bunga Sakura dan di beberapa sudut dipasangi patung-patung. lalu makanan yang disediakan ala Jepang dan Perancis. Untuk souvenirnya sendiri sepasang hiasan perak berbentuk menara Eiffel dan Tokyo Tower.
Maya sangat terpesona dengan kemegahan suasana pesta malam itu. Sudah banyak orang juga yang menyapa keduanya. Kebanyakan adalah kenalan Masumi, dan Masumi tidak segan-segan memperkenalkan Maya. Pria itu juga akan berbicara untuknya. Tapi Masumi selalu membuat Maya merasa nyaman, walaupun ada banyak orang yang tidak dikenalnya, baik yang hanya dia ketahui nama dan wajahnya, ataupun orang-orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Maya juga sempat bertemu Kuronuma. Juga Sakurakoji yang datang dengan Mai malam itu. Selebihnya dia melihat Sawajiri, tampak serius berbincang-bincang dengan seseorang dengan wajah datar seperti biasa. Ada Nona Mizuki di sana, datang bersama Hino. Maya sudah mendengar dari Pak Masumi mengenai penjelasan yang Hino sampaikan terkait pembatalan pemindahtanganan tersebut, namun dia belum sempat bertemu Hino dan tidak tahu apakah ini saat yang tepat membicarakan hal tersebut.
“Masumi!!” Tiba-tiba ada sebuah suara, wanita, yang memanggilnya.
Maya sedikit terkejut, tidak pernah dia mendengar siapa pun memanggil kekasihnya seakrab itu.
Keduanya menoleh ke arah suara tersebut.
“Benar kau Masumi kan?” kata wanita itu, berjalan mendekati mereka.
“Benar, jika Masumi Hayami yang kau maksud, itu benar aku,” kata Masumi datar.
“Tidak, tidak, bukan Masumi Hayami. Yang kukenal adalah Masumi Fujimura,” kata wanita itu dengan riang.
Masumi tertegun, sedikit bingung.
“Ini aku, Ai!! Ai Sakamoto! Apa kau lupa padaku?” tanyanya. “Teman SD mu, Masumi. Yang selalu mengikuti tim kasti…”
“Ai-chan!!” Seru Masumi, mulai ingat. “Ah, iya benar kau! Wah, kau sudah banyak berubah!” kata Masumi riang.
Maya terdiam, tidak pernah dia mendengar Masumi menyapa siapa pun seramah itu. Apalagi perempuan. Maya cemburu. Sangat cemburu.
“Kau ada di sini? Kupikir kau di Amerika? Bukankah kau ikut dengan orang tuamu ke Amerika?” tanya Masumi tidak percaya.
“Ya, begitulah. Aku masih di Amerika. Sekarang sedang liburan, mengunjungi kerabatku dan ternyata, dia adalah temannya Utako Himekawa. Wow! Tentu saja aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk hadir di tengah-tengah pesta para selebritis kan?” katanya dengan riang.
Masumi tertawa.
“Kau masih belum berubah, masih saja begini ceria dan ramai,” kata Masumi.
“Kau sendiri, banyak berubah kudengar,” kata Ai. “Aku sempat membaca beberapa hal tentangmu dan mendengar banyak hal mengenai dirimu dari teman-teman lama,” katanya terus terang.
Itu memang ciri khasnya, begitu terbuka dan terus terang. Karena itulah dia dulu bisa cocok bersama tim kasti Masumi yang isinya pria semua. Dia adalah manajernya.
“Kudengar kau adalah bujangan paling diincar di Jepang, ya?” Goda Ai, sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Tidak semua hal yang kau dengar itu benar, Ai,” kata Masumi merendah.
“Mungkin, tapi kalau menyaksikannya sendiri aku jelas tidak bisa ragu,” kata wanita itu. “Kau pikir dari sekian banyak tamu, bagaimana aku bisa menemukanmu? Tentu saja dari bisik-bisik para wanita di sini yang banyak membicarakanmu dan diam-diam mengamatimu…” Ai mengangkat sebelah alisnya.
Masumi kembali tertawa.
“Tapi sepertinya impian mereka sebentar lagi punah,” ujar Ai. “Siapa gadis mungil di sampingmu ini, Masumi?” tanyanya.
“Ah, maafkan aku, aku lupa memperkenalkan, ini adalah Maya—“
“Kitajima?” tanya Ai.
Maya dan Masumi tertegun, sedikit terkejut Ai sudah tahu mengenai Maya.
“Aku membaca,” kata Ai, seperti tahu apa yang ada dalam pikiran Maya dan Masumi.
Dia lalu menyapa Maya dan Maya mengangguk sambil tersenyum. Tapi rasa cemburunya tidak juga reda.
Tiba-tiba wanita itu meraih tangan Maya.
“Hei Masumi, mana cincinnya?” tanyanya kepada Masumi sambil mengamati jemari Maya.
Gadis itu terlihat sedikit terkejut dan wajahnya merona. Demikian juga Masumi.
“Belum ada. Sebentar lagi,” katanya, tersenyum.
Maya hanya mengira itu basa basi saja, tapi Ai tahu teman lamanya itu serius.
“Wah! Selamat ya! Asal kau tahu, aku tidak hanya mendengar para gadis berkasak kusuk mengenai kau, aku juga mendengar beberapa pemuda membicarakan gadis cantik di sampingmu ini.” Kata Ai, tersenyum ramah kepada Maya.
“Pemuda?” tanya Masumi.
“Iya, dan tidak hanya satu dua. Mereka bilang, ‘lihat, itu Maya Kitajima, dia cantik sekali malam ini.’” Tuturnya. “’Iya, aku selalu berpikir dia sangat manis, tidak kukira dia sekarang jadi semakin cantik seperti ini. Andai saja sainganku bukan Direktur Daito..’ ada juga yang bilang, “dari dulu tipeku yang seperti Maya Kitajima, imut…” Ai mengulang kalimat-kalimat yang dia dengar sebelumnya.
“Cukup,” potong Masumi, “berikan daftar namanya padaku!” ujarnya pura-pura terlihat marah.
Keduanya lalu tertawa, begitu juga Maya.
“Ah, temanku sudah memanggil, aku harus segera ke sana…” kata Ai sambil melihat ke salah satu arah. Masumi ikut melihat ke arah tersebut. Dia kenal teman Ai, salah satu perias aktris ternama.
“Baiklah, semoga kau menikmati liburanmu di sini,” kata Masumi.
“Pasti, aku rindu sekali. Hei! Sekali-kali ayo kita pergi makan siang…” ajak Ai. “Dan kau bisa mengajak kekasihmu ini ikut serta.”
“Tentu,” Masumi setuju.
“Oh iya,” Ai teringat sesuatu. “Aku tadi bertemu adik kelasku saat di Harvard. Ryoma Hino, dia seorang pengacara.” Terang Ai.
“Hino? Dia adik kelasmu?” tanya Masumi.
“Iya, dia adik kelasku, kami sama-sama kuliah di Harvard. Kau tahu, kami orang Jepang tidak banyak di sana, jadi biasanya saling mengenal satu sama lain. Apalagi Hino, dia sangat menonjol. Luar biasa cerdas dengan kepribadian menarik, tidak heran jika dia populer,” terang Ai.
“Ya, mengenai itu aku sudah dengar. Dia sekarang menangani Maya sebagai pengacara pribadinya,” terang Masumi.
“Wah, benarkah?” Ai melihat kepada Maya. “Kau tidak akan menyesal mempekerjakannya,” wanita itu tersenyum.
Maya hanya mengangguk dan tersenyum. Ai lalu berpamitan setelah temannya kembali memanggilnya.
Masumi lalu memandang Maya.
“Itu tadi teman SD ku, dia dulu pindah sekolah karena ikut mamanya ke Amerika saat kedua orang tuanya bercerai, terang Masumi.”
“Cantik!” ucap Maya, wajahnya tidak bisa menyembunyikan kecemburuannya.
“Kau cemburu?” tanya Masumi, sedikit terkejut.
Maya tidak menjawab.
Masumi mendekatkan bibirnya pada telinga gadis itu.
“Kau lebih cantik, Maya. Kau cantik! Cantik! Cantik!” ujarnya di telinga gadis itu.
Maya tersipu dan memukul lengan kekasihnya perlahan. Masumi tertawa kecil.
“Ayo kita berkeliling sebentar,” ajak Masumi.
Maya mengangguk.
Tidak lama keduanya berkeliling, Masumi melihat sesosok pria menghampirinya.
“Wah… wah… wah... halo apa kabar Masumi?” tanya pria tersebut.
Masumi menoleh ke arahnya. Matanya sedikit mengernyit, tidak suka.
Pandangan pria itu beralih pada Maya saat Masumi tidak menjawab salamnya.
“Kau tidak memperkenalkanku kepada kekasihmu?” tanyanya dengan nada berlagak. “Aktris terkenal Maya Kitajima…” pria itu tersenyum. “Apa kau masih tidak bisa berbicara?” dia pura-pura prihatin.
Maya sangat terkejut dengan pertanyaannya sementara Masumi memandang pria itu penuh kecaman.
“Apakah hidungmu sudah sembuh benar Yosuke? Karena tinjuku sudah tidak sabar ingin mematahkannya lagi,” desisnya.
Yosuke mengeratkan rahangnya.
“Dasar kau laki-laki brutal!” ujarnya, “aku tidak tahu apa yang Paman Eisuke pikirkan dengan mengangkatmu sebagai anaknya, Masumi Fujimura!!” ejeknya.
Maya bisa merasakan ketegangan diantara keduanya. Dia tidak cukup mengerti ada masalah apa diantara mereka, tapi sepertinya keduanya sangat saling membenci satu sama lain.
“Dan kau laki-laki pengadu!” Masumi membalikkan, “aku tidak mengira sudah dewasa seperti ini masih saja mengadukan masalah kepada orang tuamu. Kau pikir Ayah akan kehilangan kepercayaan kepadaku hanya karena orang tuamu tidak henti-hentinya mengadukanku kepada Ayah?” tanya Masumi percaya diri. “Dasar pengecut. Dari dulu kau sama sekali tidak ada harganya sebagai seorang Hayami, begitu juga ketika kau sudah masuk menjadi anggota keluarga—“
“Sayang, rupanya kau ada di sini…” sebuah suara yang lembut menghentikan kata-kata Masumi.
Masumi mengenali suara itu, begitu juga Maya. Keduanya membalikkan badan menuju sumber suara.
Di sana mereka menemukan Shiori Takamiya sedang berjalan dengan anggun menghampiri mereka. Tepatnya, menghampiri Yosuke Takamiya.
=//=
<<< Finally Found You Ch. 9 ... Bersambung >>>

80 comments:

Bunda Hanifa on 6 August 2011 at 06:48 said...

ketika maya belajar mengenal suara2 alam jadi ingat ma latihan Ayumi waktu kehilangan penglihatannya.
Ckckckckck....nona Shiori ini ga ada bosannya apa dendam melulu? Hufffff

Muree on 6 August 2011 at 06:51 said...

Eng ing eng! Konflik besar lainnya dimulai. Deg-degan pgn tau lanjutannya. N pasti emosi jg deh >o<

mommia kitajima on 6 August 2011 at 06:54 said...

Oh No... shiori mulai lagi nih..
si cantik yg menyeramkan huhu..

-mia-

indrayulis on 6 August 2011 at 07:16 said...

aduhhh ty jadi ngebayangin masumi,eisuke n maya makan bareng n ketawa.....padahal tuh 2 orang terkenal dingin....sukaaaaa tapi sayang nenek sihirnya muncul lagi dehhhh

Anonymous said...

wuaah senengnya pagi-pagi sudah ada hadiah dari Neng Ty, terima kasih banyak ya....seneng bacanya waktu Maya belajar jadi Akoya jadi ngebayangin dikomiknya... Maya kalo mempelajari perannya dia punya cara sendiri...sampai tiba nama shiori muncul...ada apa nih si ular bertanduk muncul diawal ch?kenapa Hijiri bukan Masumi sendiri yg pesen cincin?Hijiri dah tau ya dalangnya yg bikin Maya bisu?...-khalida-

Anonymous said...

Senang melihat hub eisuke n'masumi jd lbh baik krn maya...so touching....shiory kyk nenek sihir aja....

Anonymous said...

tks,Ty,updatenya.aku suka wkt baca Maya belajar utk pengobatan dirinya.moga2 saja cepat sembuh.penasaran juga yang mau dilakukan si mak lampir itu.jahat kok ngak sadar2.ngak sabar nih tunggu lanjutannya.Ty,jgn lupa istirahat agar ngak sakit. utk pengobatan dirinya.moga2 saja cepat sembuh.penasaran juga yang mau dilakukan si mak lampir itu.jahat kok ngak sadar2.ngak sabar nih tunggu lanjutannya.Ty,jgn lupa istirahat agar ngak sakit,krn aku liat kamu sering updatenya pagi2,berarti begadang,dong.LiFang.

Fera Handayani said...

Ty...makasih updateannya....penasaran liat maya meracik obatnya sendiri,semoga dia berhasil...dan...oh No...siomay akan beraksi lagi,jadi deg2an apa lagi skrg ulahnya. dan semoga ulahnya nggak pernah berhasil lagi.

Nana said...

yaaahh..masak cincin buat ngelamar Maya dipilih oleh Hijiri?? hawhawhaw... jd ngebayangin perintah dari Masumi: pokoknya beliin gue cincin platinum setting, princess cut, sekian karat berliannya dan budget sekian. *makin ketawa ngikik.

Thanks Ty.. aku seneng liat Maya tinggal di rumah Hayami...sudah ikut terbuai mimpi jd menantu Hayami eeeeehhh tiba2 nama Shiori muncul. hadeh lgsg buyarrr khayalanku.

Ditunggu slanjutnya Ty...

ivoneyolanda on 6 August 2011 at 16:15 said...

gimana reaksi Masumi nanti ya, waktu Maya bilang mau nyerahin hak pementasan BM ke MH? apakah MH mau pasti dia gak akan mau deh.....

Waktu MH mikir bahwa jalan satu-satunya yg terbaik supaya dia bisa tetep deket sama Maya apa artinya MH mau nikahin Maya ya, mudah2an jadi kan Maya gak perlu balik ke Apt n tinggal sendirian lagi, mereka jadi bisa sama2 terus (biar si siomay tambah dongkol)

Sawajiri mulai in action lagi nih.....akyu penasaran siapa sebenernya yg berkhianat nih, Hino apa Sawajiri ya.....penasaraaaaaan :P

Anonymous said...

Ty, please refresh me dong...
"Maya memperhatikan, dia merasa mengenal lagu tersebut. Masumi pernah memainkannya saat Maya tinggal di tempat Ayumi dulu."
Emang di komik orisinilnya ada ya bagian seperti itu? Rasanya aku kok ga inget yaa?
Trus overall, FFnya kereen banget. Bener2 detail deh. Two Thumbs for Ty...
Baca FFY jadi bikin addicted. :D

-fike-

Anonymous said...

Haduh mudah2an MH ndak marah sm MK soal hak pementasan BM ceritanya udah manis bgt...tiba2 muncul nenek jambul....duh bakal ngapain dia...tq buat ceritanya....bagus bgt...

orchid on 6 August 2011 at 18:05 said...

Waktu maya n ayumi memerankan dua putri, maya tukaran dgn ayumi, masumi sempat nemgok maya waktu tinggal dirmhnya ayumi, dia main piano trus maya turun liat. Cari saja dikomik yg sejuta pelangi.

orchid on 6 August 2011 at 18:14 said...

Jangan2 hijiri beli cincin buat dirinya sendiri, buat ngelamar pujaan hatinya, hadew, shiori ini kan sembunyi dibalik tembok tuh, nda ada balok nyasar dr atap gedung nda ty, ato ya, peluru nyasar gitu, akakak

Fagustina on 6 August 2011 at 18:42 said...

wakakakakakaka sadis Riri....XDDD

@FIke : ada ko di sejuta pelangi, yg maya ama ayumi tukaran tempat tinggal

Thanks Tysen apdetnya :)

Perang segera dimulai hayoh Shiori cepat tunjukkan taringmu....XDDDD

Anonymous said...

huawwwwwww...... penasarannn plus gregetan.
itu si shiori maw ngapain lagi sey, pst dech rencanana jahat banget.
btw Ty, si Maya kan lagi belajar ngeracik obat herbal kaya si Akoya, bisa nga ya Maya iseng mencoba minum racikan obatna trus tiba tiba pita suarana jadi sembuh trus Maya bs bicara lagi dech... (hayalan tapi semoga jadi nyata ya Ty)
kapan ney Ty ketahuan siapa penjahatna????
sudah tidak sabar diriku menanti apdatetan darimu, tapi yang banyak yaaaa

Wienna

ivoneyolanda on 6 August 2011 at 19:25 said...

mudah2an bisa maya ngeracik obat utk dirinya, orang baik pasti selalu diberkati :P, lagian maya kan emang bisa menjelma jadi Bidadari merah beneran....., karena dia bisa mengerti bahasa alam, pasti alam juga akan bantu Maya buat nemuin obat yang bisa nyembuhin dia......(berharap)

Anonymous said...

maya - masumi emang bener2 pasangan berbakat. Maya dg bakat akting yg luar biasa...masumi dg bakat bisnis + bakat terpendam sbg Baby Sitter :-D tapiiiii...utk bakat yg 1 ini, keliatannya kesabaran masumi cuma berlaku utk anak kecil yg namanya : maya kitajima. Baca ulang deh dari awal - akhir, keliatan banget gmn telaten-nya masumi 'ngemong & ngasuh' maya. Bener2 profile baby sitter ideal :-D hihihi...peace! *flo*

Anonymous said...

Iya, Masuminya sabar banget. Tapi mungkin karena Mayanya juga kekanak-kanakkan, jadi Masuminya seperti itu, telaten n sabar.TOP markotop deh, mau satu deh! he..he..
Shiori dah nongol lagi, penasaran apa rencana dia selanjutnya.. ^^

*happy*

Anonymous said...

Shiori muncul lagi..! Asyiiikkkk...mulai seru nih! ho..ho..ho..father & son...eisuke & masumi, sdh jatuh cinta sama maya *dlm pengertian cinta yg beda lho yaaaa* dua orang yg sama2 dingin & gila kerja, cuma bisa luluh sama maya :) what a great family when maya is around them, rite?! *rini*

Resi said...

kereeeen ty, serasa baca karya miuchi deh. pemahaman maya ttg akoya dijelaskan detail, saluuut.
aku suka bgt karya2 ty krn karakter n gaya bahasanya mirip miuchi sensei. n lebih menyenangkan lg lebih romantis dr miuchi sensei, sesuai harapan pencinta TK Lovers hehehe. angkat 4 jempol bt ty :)
ga sabar pengen baca lanjutannya deh.
terus berkarya y tyyyy, lanjuuuut

Anonymous said...

baguuuuuusssssssss Tyyyyy...cepetan Maya dilaamar yaa hehee...btw, 1 pertanyaan, jd ceritanya hijiri udah ketauan kerja utk Masumi gt ya?

Ty, bagus kali ya kalo ada Eisuke vs Shiori!!pengen baca kalo Eisuke ngamuk ke Shiori gimana hahahhahaaa...;P

-reita

Anonymous said...

Ini pertama kalinya gua senang banget ada Eisuke di tengah2 maya - masumi :) Eisuke balik ke Tokyo pada saat yang tepat...saat Shiori mo nyiapin serangan balik. Hehe...gua rasa Eisuke akan pegang peranan yg cukup penting nih pas Shiori cari masalah ntar...saat kemampuan analisa & strategic thingking masumi mulai menurun, Eisuke should be a back up. Rada2 worry soalnya sama masumi...kadang logic thingkingnya suka gak kepake kalo udah berhubungan sama masalah maya ... secara gua masih tetep curiga sama sawajiri tapi kok ya masumi masih kekeuh pertahankan sawajiri buat handle maya?! Aneh toh?!

orchid on 7 August 2011 at 15:24 said...

Beuh shiorinya jablai, tapi moga2 aja hamil trus2 mual2, kurang cairan, diinfus, jd nda sempat mikir buat berbuat jahat, ya elah, ato itu laki2, sapapun dia, hayo bawa shiori jauh2, klo perlu ke pedalaman amazon, atau ke kutub utara.

Resi said...

haadeeeeh, jd bad mood nih baca ffnya kebanyakan shiomay. sorry ya tyyyy hehehe.
sawajiri kok blm ketauan jg siiiih, jd ga sabar nih. Hijiriiiii, ayo buktikan kehebatanmuuuuu......

Anonymous said...

sedikit demi sedikit mulai muncul titik terang ney..
aq tmbh curiga sama si Hino, kan di bilang cowok si shiori tu lebih muda umurna dr dia. dan pstna mereka akn memanfaatkan Rei untuk menyakiti Maya ato bs juga memanfaatkan Mizuki, secara Mizuki kan sedang didekati oleh Hino.
yahhh namana juga manusia jadi wajar aja kalo kadang muncul rasa iri trhd teman kan????
gimana ya konflikna nanti???? emang cinta bs membuat orang jadi jahat...
ayoo MM bersatulah kalian menghadapi shiori

wienna

Anonymous said...

Kayaknya sawajiri sgt mencurigakan...haduh shiory hny krn dendam jd bgt...nah apakah MM sanggup bertahan atau Masumi malah marah besar....tolong !!! Makasih u/ updatenya sista....

Anonymous said...

Oh..oh.. MAsumi... Ayo..cepat tunjukan kejantananmu.. he..he..
Btw, Shiomay benar-benar deh.. apapun dilakukan demi membalas dendam.. Kasihan banget..:(
Luv it Ty...

*Happy*

Anonymous said...

It's sawajiri..!! Definitely him...no other suspect! *rini*

Anonymous said...

hededddeeehhhhh,,, mestinya shiori sama sawajiri puasa biar g jahat gt! heran mash idup aja! -deni-

Anonymous said...

pria itu....sawajiri kan?dia sengaja manas2in Rei...semoga Rei tidak terpancing dan mudah2an masalah hak pementasan BM tidak menjadi bom...makin gregetaan aja Neng Ty...-khalida-

Fagustina on 7 August 2011 at 18:33 said...

iiihhhhhh shiori jablai dweh....

heuheu si sawajiri jgn2 antek2 shiomay jg selain Hino pake ngompor2in persahabatan maya-rei...
Rei kuatkan imanmu jgn terpancing....

ps: masumi ayo laksanakan perintah jenderal tertinggi kasian tuh....XDDD

Anonymous said...

Hm..100% yakin shiori & sawajiri itu 1 komplotan, hino gak. apapun yg bakal direncanakan sawajiri melalui rei, pastinya itu akan jadi ujian buat persahabatan maya & rei ... dan pastinya, sawajiri bukan lawan yg enteng *flo*

fad said...

Sawajiri tuh..iya kan Ty???..kok bisa2nya Masumi menyerahkan Maya dalam pengawasan Sawajiri..sebegitu licinkah dia sampai Masumi yang berinsting tajampun lengah..ayolah Ty..jadi kesel nih..hehe..BTW..empat jempol deh buat ceritanya yg semakin menarik..trus yg menceritakan latihan Akoyapun cukup meyakinkan pdhl dialog2 Akoya dlm komik membosankan menurutku..(krn kita punya keyakinan yg berbeda dgn yg dianut Suzue Miuchi)..keep fight ya Ty..

ivoneyolanda on 7 August 2011 at 22:07 said...

Semakin yakin klo cowok selingkuhan shiomay itu si Sawajiri, pasti yg mau di peralat buat mojokin n ngejahatin Maya si Rei (mudah2an Rei gak tergoyah)......
Ayo Maya cepet diskusiin dulu soal pemindah tanganan hak BM sama MH supaya rencana shiomay gak berhasil....., tapi kyknya emang rencana itu gak jadi terlaksana deh soalnya Hino kan mau ngomong lgsg ke Maya dulu, lagian Maya juga bilang ke sawajiri utk nunda rencana itukan....

Setuju banget sama usulan Eisuke buat cepet2 nikahin Maya, ayo MH cepet lamar Maya.....biar gak pusing2 lagi cuma gara2 gak bawa"....." :P

TY, makin penasaran......
oh ya satu lagi biasanya klo dah kejadian sekali pasti bakalan ada kejadian yg ke 2, 3, 4 dll apalagi shiomay pasti lebih ngerasa enjoy n happy sama selingkuhannya dari pada sama suaminya...dasar cewek gatel gak tau malu.......

Anonymous said...

haduuuh, jadi deg-degan nih, si rei terpengaruh ngga ya sama hasutannya shiori dan mr x??? dan seumpama mr x itu sawajiri, bagusnya pada akhirnya dia sadar dan malah berbalik jadi naksir rei lalu ninggalin shiori yang cuma menang cantik tapi berhati busuk itu, biar shiori gigit jari dua kali... ty pintar ya, bikin aku jadi terbawa perasaan dan pengen nabok shiori bolak-balik!
-nadine-

mommia kitajima on 8 August 2011 at 00:18 said...

ayo kita dukung niat sangat baik dr eisuke utk MH and MK !!!!

Anonymous said...

Makasih,Ty,updatenya.di cerita ini banyak mak lampirnya,ya,jadi sebal.PIL-NYA sawajiri,yah?suaminya sapa?jadi penasaran semua.ah,ngak tahan,pingin tau yg terjadi di pestanya ayumi...LiFang

Ratna on 8 August 2011 at 10:05 said...

Alur cerita sepertinya mengarahkan kecurigaan ke Sawajiri, tapi..mungkin aja Ty telah menyiapkan kejutan lain, bahwa justru Hino-lah sang penjahat. Penasarannnn.....

Anonymous said...

pd penasaran tangan kanannya shiori aku pilih Hino aja deh...

-Michan-

Anonymous said...

krn ada kalimat mr x itu habis nemui seseorang yang berguna buat ngancurin MM dan mr x bermata dingin aku curiga dia sawajiri scr dia abis ngadu domba rei ama maya dan mata sawajiri emang dingin kan....tapi aku jadi berpikir ulang ...apa iya masumi kecolongan?bukannya dia suka meneliti latar belakang pegawainya apalg ini menejer maya, si hino aja diselidiki...tapi kalo yg mudah ngerubah surat pengalihan hak pementasan BM pastinya hino kan selaku dia pengacara maya...atau jgn2 ke2 pria itu antek2nya shiori?wadeuw Neng Ty dikau membuatku berteori konspirasi, penasaran nih...

Anonymous said...

Terserah deh, shiori mo berkomplot sama sawajiri atau hino atau siapalah...selama masumi & maya masih diback-up eisuke & hijiri, gua sih gak terlalu worry :) lagi positif banget nih sama eisuke...hehehe...jarang2 kan eisuke jadi hero dlm serial TK? Di FFY bolehlah sekali2 jadi hero buat masumi-maya :)

Anonymous said...

ty, jadi curiga nih... jangan2 shiori sama mr x mau ngadu domba maya sama rei dgn menjadikan rei sebagai akoya?? he,he... makin penasaran jadi makin ngelantur. ngomong2 shiori tuh cocoknya sama naraku, sama2 rela ngelakuin apa aja untuk ngedapetin orang yang mereka suka, penuh dendam dan suka ngadu domba... (nadine)

Anonymous said...

Wah Ty....
kalo aku sih curiganya ma Hino... kan kamu tadi nulis ...pria yang lebih muda darinya... iya kan... disini kayaknya pria yang lebih muda itu Hino...
-nanda-

Anonymous said...

HMmmmm... shiori kok jadi tampak pintar penuh konspirasi, tidak sekedar emosionil lagi tapi terstruktur tindak kejahatannya. Masumi nampaknya mengalami penurunan ketajaman pisau analisisnya, mungkin karena pikirannya gak fokus kali yak, terlalu larut dengan perasaannya dan maya. Hadooh kalo gini gampang banget lengah, bukan masumi banget dweh !
--huda--

Ratna on 9 August 2011 at 12:02 said...

Hahahah, untuk Nadine: aku setuju banget...Shiori cocoknya sama Naraku. Cwocok Deh!

Ty SakuMoto on 9 August 2011 at 13:14 said...

@All : kuotanya udah terpenuhi, aku lagi ngetik terusannya ya moga2 paling lambat besok udah bisa apdet.. makasih ya komen2nya. Semoga bisa apdet banyak, kalo ngga sempet aku apdet secukupnya deh ya, soalnya belakangan kapasitas postingan di blog makin berkurang, heran deh >.<"

@Huda: sebenernya kalo menurut aku, kalo di Gnk jg dia bs dgn pandai (dan licik) merencanakan masalah cincin dan jg gaun pengantin yg kesiram sirup, terus foto2 yg disobek dan blg kalo mawar ungu ga mau ketemu maya lagi, dia sebenarnya emang punya bakat untuk kejahatan terstruktur XD apalagi ditambah aktor intelektual selingkuhannya itu :)

Hahaha... ngakak karena pada blg shiori cewek gatel :p

C U again <3

purple on 10 August 2011 at 10:59 said...

wah aq sendiri yg telat baca FF punya TY.
disini udah keliatan tuh si nenek jambul mulai ga bener alias jd wanita gampangan
ckckck

Anonymous said...

i knew it i knew it
cocok emang yosuke sm shiori
sama2 breng***

jadi sapa ini pil shiori?

-mia-

risa on 10 August 2011 at 16:28 said...

ahhh... akhir nya ketahuan siapa suami s nenek jambul...akhir nya nenek jambul muncul jg k public...^_^
menurut ku s sawajiri adalah cowok affair nya s siomay krn spt nya dia ada mksd manas-manasin rei,mudah2an rei tdk terpengaruh...

oh ya ty makasih up date n d tunggu ap date nya lg ya,,,,..
yang baaaaaaanyyyyyaaaaaakkkkkkk....hehehe ^_^

Anonymous said...

shiomay enaknya diapainya...kayaknya enak dimakan dan dicocol ama saus pedas....yummmy...

-Mia Hayami-

Anonymous said...

akhirnya...ketauan shiori nikah ama ponakan eisuke yg manja jd tetep dpt nama hayami yah, cocok sama2 menyedihkan n menyebalkan...skr tinggal nunggu pil-nya shori dan mrk mau ngelakuin apa diacara pernikahan ayumi?dag dig dug nih, mudah2an kelakuan mrk malah membuat celaka mrk sendiri...Neng Ty terima kasih apdetannya dan kumenunggu lanjutannya dengan sabar....-khalida-

Resi said...

waduh, ternyata yosuke suaminya shiomay ya, bisa gaswat tuh mereka disatuin.
alamaaak, semoga g tjd apa2 d pesta tsb.

penampakan shiomay walau cm d akhir bikin bad mood deeeh. sebeeel....

hatur nuhun apdetannya ya tyyyy, love u pull deh

Fagustina on 10 August 2011 at 21:09 said...

wiiiiiiiiii pesen cincin ampe ke perancis kyk apa itu model cincinnya...Ty klo ada gambarnya aplod yak...XDDD

hohoho si neng shiori muncul tp perang blm mulai jg makasih apdetnya TY...XD

Nana said...

Kayaknya selingkuhannya si shiori mbul mbul itu adalah sawajiri yah...
Abisnya sawajiri jahat sama rei kayak sengaja mau bikin rei benci sama maya.
Trus sawajiri kan muda juga. Dan keren juga.

Pokoknya sampai cincin cartier melingkar di jari manis maya, aku belum tenang. Tetap deg2an...

Eh, malahan, sampai maya jd istri masumi deh, baru aku bernafas dengan lega dan bisa meninabobokan FFY ini... :)

Nana said...

Btw, Ayumi gaul ya...seisi Tokyo diundang ke resepsi... Hihihihi.. ( komen gak penting). omedetouu, Ayumi-Hamill!

ivoneyolanda on 10 August 2011 at 21:33 said...

benerkan ternyata emang istrinya yosuke itu si siomay.......klo gtu berarti PIL nya emang kemungkinan si sawajiri, karena Hino kan cinta sama Mizuki....

Kira2 kapan yach...Masumi mau kasih cincin ke Maya....akhirnya Maya sadar klo dia bener2 sayang sama MH n butuh dia banget....


Suka banget deh disini MH bener2 act as a gentleman.....semua tindakan pake logika gak cuma pake urat n emosi.....makin cinta sama Masumi.....

cepet dilanjut ya ty :P

Anonymous said...

Intermezzo yg oke, Ty...nyelipin story ttg mizuki & hino di tengah ketegangan nunggu aksi balas dendam shiori :) Surprise juga pas tau kalo yosuke itu bagian keluarga hayami dulunya. Ini bener2 gak ketebak sama gua. Thanks for the update!

Anonymous said...

terima kasih Ty untuk apdatena, tambah seru saja memasuki babak perang MM VS Shiori.
aq tetep feeling kalo PIL shiori tuch si Hino, dia sengaja tuch deketin Mizuki, kan tadi dia dpt ngobrol ama Mizuki, pst dech secara nga sadar Mizuki diajak ngebicarain tentang MM.
ayoooo Ty, cepat dimulai perangna, pemainna juga mulai bertambah ney, ada teman kecil Masumi juga hadirr, adooohhhh pasti tambah rame jadina.
semangat TY untuk apdate chapter 10

wienna

Anonymous said...

ho..ho..masumi udh berubah jg ya. kok dia bisa ya setenang itu wkt maya kasi tau soal pemindahtanganan hak pentas BM. kalo dia tau apa yg direncanain shiori & kaki tangannya dg hak itu, apa dia msh bisa setenang itu ya? let's see...!! *rini*

Gabriella on 11 August 2011 at 08:53 said...

wah,ternyata suaminya mak lampir org jahat juga.cocok deh,jadi bapak lampir.tinggal tunggu PIL-nya mak lampir.penasaran banget,nih..aku tunggu updatenya,lagi,Ty.Memang hanya Ty,yg bisa buat org jadi penasaran.2 thumbs upwah,ternyata suaminya mak lampir org jahat juga.cocok deh,jadi bapak lampir.tinggal tunggu PIL-nya mak lampir.penasaran banget,nih..aku tunggu updatenya,lagi,Ty.Memang hanya Ty,yg bisa buat org jadi penasaran.2 thumbs up

Fera Handayani said...

akhirnya masumi tahu siapa suami siomay,jd penasaran akan tindakan masumi selanjutnya,seharusnya kl pintar siomay tdk memperkenalkan suaminya sama masumi,bs jd masumi langsung menyelidiki kejadian2 yg menimpa maya dan curiga pd mereka berdua.kl menurutku sawajiri PILnya,sebab sayang kl hino,dia kan udah cocok sama mizuki.tp kita tunggu saja kejutan dari Ty...makasih updateannya.

Anonymous said...

Wuiiiihhh.....Yosuke Hayami = Yosuke Takamiya ????
yg dipilih Shiori ternyata gak jauh2 dari Hayami jg....knp bkn Eisuke aja ya,yg jls lbh segala galanya dr Yosuke hehehe....
trus...trus..PIL nya siapa????
Ayo Ty jgn bikin makin penasaran >,<

*Theresia*

purple on 11 August 2011 at 10:32 said...

wahhhh alamat ga bisa tidur nich ntar malem n malem - malem berikutnya sampai TY up date lg
( ujung - ujungnya kesitu dech )
penasaraaaaan....

Anonymous said...

Ty.. apa nggak aneh kok masumi nggak tau siapa suami shiori? kan shiori cucu dari keluarga Takamiya walaupun Masumi nggak datang di pernikahan Shiori pasti pas Shiori nikah akan diberitakan di koran2 kan...?
-Nadine-

adirha on 11 August 2011 at 12:32 said...

iya...heran,knp masumi gak tahu??palagi yosuke itu sepupunya...jgn2 PILnya shiori itu sawajiri ya??? *sotoyyyyy.... :D

Anonymous said...

iya juga setuju koment nadine... kok kaya bukan Masumi dan Hijiri banget yah Ty...

-Lia-

Anonymous said...

Kalo feelingku sih Hino ndekati Mizuki mau tau tentang Masumi biar memudahkan mereka berencana jahat ma MM. Cuma.... yang aku bingung yang milih Hino kan Hijiri... kok Hijiri bisa kecolongan gitu yah...
Ayo Ty apdate lagi biar cepet tamat FFYnya... Penasaran bagaimana Ty bikin ending yang spektakuler
* Fefe *

Ty SakuMoto on 11 August 2011 at 13:46 said...

@All: hihihi... kan yang ngga tahu kalo Yosuke itu sepupunya Shiori tuh kita *tepatnya kalian, darlings, aku mah tahu :p* dan Maya yang ngga tahu. Kalau Masumi dan hijiri jelas tahu donk. Di apdetan selanjutnya ada kok ntar bagaimana Shiori berakhir sama sepupunya. Tinggal 2 komen lagi ya, tapi palingan aku apdet besok karena hari ini ada FF yg mau diposting punya penulis lain dulu^^

aseani said...

tyyy....dirimu nih bener-bener deh! bikin emosi orang naek-turun baca FFY!
menurutku PIL-nya nona jambul itu sawajiri, tampan, dingin, dan lebih muda. Hino malah nanti akan berperan sebagai salah satu pahlawan (sotoooyy...!). dan aku suka banget alasannya hino soal jamnya mati jadi bisa memperpanjang waktu yang cuma 10 menit. ngga papalah MH, kan selama ini mizuki udah begitu berbaktinya padamu... udah ah, komennya kepanjangan.
ayo tyyy...let's the war begin!

vie on 11 August 2011 at 14:40 said...

Ty, pinter banget sih buat kita semua geregetan sm si shiomay itu uhhh rasanya pengen kuremes tuh muka si shiomay.pengen nunggu smp tamat dulu br di baca tp gak tahan kalau gak dibaca T__T bingung...karena penasaran. BTW, Ty.. gimana kalau bikin polling sebenarnya cowok yg diperalat shiomay itu buat ngancurin MM siapa sebenarnya? hino atau sawajiri.

orchid on 11 August 2011 at 15:18 said...

Sebenarnya sapa suami sapa istri yak, kok dibelakang namanya yosuke ada takamiya "yosuke takamiya" ??????
sudah mulai ditarik2 ini sama ty, jadi tegang, seram, penampakan dimana2 "berasa film horor"

aseani said...

btw, itu nama "ai sakamoto" cuma meleset dikit dari "ty sakumoto". adakah maksud di balik pemilihan nama itu?

Anonymous said...

Wah Ty... jadi ngributin ya siapa PILnya Shiori... kalo aku penginnya Mizuki ma Hijiri ajah... Sawajiri aku nggaak suka tipenya, tapi dia menghasut Rei kaya gitu apa jangan2 Sawajiri naksir ma Rei... hihihi jadi ngelantur...
-Vanda-

ivoneyolanda on 12 August 2011 at 00:27 said...

sabaaaar besok tinggal sebentar lagi hihiiihihih

Anonymous said...

Wah, jadi makin penasaran nih ty..
Jadi banyak pertanyaan nih..
Ditunggu kelanjutannya ya ty..

-Dina-

Ratna on 12 August 2011 at 11:02 said...

Maen tebak2an masih berlanjut...who is the bad guy behind shiori??? Berdasarkan pengamatan saya *gaya detektif*, memang alur sepertinya mengarahkan kecurigaan pada Sawajiri dengan berbagai clue...Tetapi ada kemungkinan juga Sawajiri suka sama Rei *menyimpan perasaan dibalik sikap dingin dan mengganggunya terhadap Rei* seperti kata Vanda.

Selain itu Hino juga punya peluang sebagai the most wanted person..seperti kata Fefe juga tuh, mungkin saja Hino mendekati Mizuki untuk alasan mengintai dan mencari informasi tentang Masumi, kan dia pengacara handal…pasti lawan yang tangguh juga untuk Masumi, Shiori nyarinya kan yang begitu…. *kesian dunk kalo gitu Mizuki diperalat, Hikz! Ya udah sama Hijiri ajah ya Mizuki..:D*
So...Who is him? lets vote!!! hahahah...Well para pria dingin memang penuh misteri....

Btw Riri, emang di Jepang sono pria bisa memilih untuk ikut marganya istri, tergantung sikon begituh..ini si Yosuke kliatannya milih ikut klan Takamiya dan menghilangkan nama Hayami dibelakang namanya. Karena menurut Yosuke lebih menguntungkan kali yeeee..hehehe

Loh...ternyata komen saya panjang dan lebar yahhhh??? gak kerasa..maapin ya menuh2in tempat. :D

ivoneyolanda on 12 August 2011 at 12:26 said...

@ratna : gpp panjang2 siapa tau diitung 3 ama ty hahahahahaha...kok lom apdet ya....

Anonymous said...

ty.... hebat bikin semua penasaran!!!
awalnya aku curiga ama Sawajiri tp kog kayanya mengarah ke Hino yg jahat ya??? ty si shiomey itu dibuat hamil aja spy ga ganggu maya ama masumi lg,,,ngarep.com
cepetan apdet dunk ty supaya kita tau jawabannya,hehehehe :p
-mn-

Anonymous said...

betul shiori dibikin hamil aja tapi sama pil-nya bukan ama yosuke...trus yosuke marah krn dia kan mandul trus ceraiin tuh si shiori ( tp laki2 kaya gitu kayanya mendingan pernikahannya dilanjut secara dia nebeng ama klan istrinya)...he..he...mulai ngaco nih, yah pokoknya dibuat setragis mungkin nasib shiori tapi jgn mati enak aja....sadis ga sih? si shiori hrs dpt balasan yg setimpal

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting