Friday 26 August 2011

Fanfic TK : The Jealousy of Masumi Hayami 8

Posted by Tati Diana at 06:04
Sekuel Fanfic Destiny


JEALOUSY OF MASUMI HAYAMI
(by Tati Diana)




Chapter 8 : Perceraian

Maya menyewa sebuah apartemen sederhana di kota Tokyo. Apartemen yang tidak terlalu luas tapi nyaman dan dapat ditinggali oleh sekitar 3-4 orang. Untuk beberapa lama Maya tidak menghubungi Masumi, hanya anak-anaknya yang selalu dia hubungi. Kadang Maya menemui anak-anaknya di sekolah mereka dan sesekali mengajak mereka untuk menghabiskan waktu bersama.

Masumi yang semula berpikir dan yakin bahwa Maya akan pulang kembali ke kediaman Hayami, ternyata dugaannya meleset. Maya ternyata benar-benar pergi darinya. Maya memang pergi dari rumah itu, tapi dia masih bisa berkomunikasi bahkan bertemu dengan ketiga anaknya di lur rumah. Masumi semakin kesal hingga dia menginstruksikan kepada para pembantunya untuk tidak menerima telepon dari Maya, apalagi menghubungkannya dengan ketiga anaknya. Pada sopir yang biasa menjemput mereka pun Masumi perintahkan untuk tidak mengijinkan Maya menemui ketiganya.

Maya merasa tidak ada masalah dengan kepergiannya dari rumah itu. Toh dia masih tetap bisa menemui ketiga anaknya yang sangat dicintainya. Dan hal itu sudah berlangsung selama satu bulan, sampai suatu ketika dirinya dipersulit berkomunikasi dengan anak-anaknya. Semua teleponnya untuk anak-anaknya diputus secara sepihak oleh Masumi. Para pembantu di rumah itu pun sepertinya dilarang untuk menerima telepon dan menyambungkannya dengan anak-anaknya. Pertemuan demi pertemuan dengan ketiga anaknya pun semakin sulit. Maya pun semakin kesal. Dia akhirnya mendatangi kantor Daito untuk menemui suaminya.

“kenapa kau lakukan itu padaku?” kata Maya yang tiba-tiba menyerobot masuk ke ruangan Masumi

Masumi mendongakkan kepalanya melihat kedatangan istrinya yang tiba-tiba itu ke ruangannya disaat dia tengah mempelajari beragam dokumen.

“memangnya apa yang aku lakukan padamu? Tanya Masumi pura-pura tak mengerti

“kau sungguh menyebalkan. Kau tahu benar apa yang aku bicarakan. Ini tentang anak-anakku. Mengapa aku tidak boleh berbicara atau menemui anak-anakku” kata Maya dengan marah

Masumi balas menatap Maya dengan tajam.
“aku kira kau tidak peduli pada mereka. Apa sebelum kepergianmu dari rumahku, kau pikirkan dampaknya bagi ketiga anak kita?” tanya Masumi dingin

“aku pergi karena aku kesal dengan segala kecemburuanmu dan segala keegoisanmu. Aku akan kembali ke rumah jika kau mau merubah sifat cemburumu itu yang keterlaluan” kata Maya

“Maya, kau tahu benar tentang sifatku tapi kau malah menyulut api kecemburuanku. Kau tahu aku tak pernah melarang dirimu untuk berakting. Aku hanya membatasi drama atau serial TV yang pantas untukmu. Aku hanya ingin kau juga memikirkan sedikit tentang perasaanku” kata Masumi

“tapi kau melakukan hal itu dibelakangku. Kau tak pernah membicarakan hal itu denganku. Sekarang kau tahu aku sudah menandatangi kontrak dan kau pun mengijinkan aku untuk bermain dalam film ini, jadi tidak ada alasan kau bertindak dengan cara memukul Yosuke” kata Maya

Masumi merasa diingatkan tentang kejadian itu, dan itu membuatnya marah.

“wajar jika aku kesal padanya. Dia berani menyentuhmu.”kata Masumi

“tapi dia bertindak profesional” kata Maya tak mau kalah

“alasan profesional atau tidak aku tetap tak menginginkannya. Aku kira kau menghabiskan waktuku. Kau boleh pergi sekarang, aku tak mau membahasnya lagi” kata Masumi

“tapi pembicaraan kita belum selesai. Akau ingin kau mengijinkan aku untuk menemui dan bicara dengan ketiga anak-anakku” kata Maya

“Saat kau pergi meninggalkan rumahku, bagiku kau tak peduli pada nasib mereka. Jadi tak perlu kau bersusah payah lagi menemui mereka. Aku kira tak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Ingat ini jam kantor dan aku tak ingin waktu bekerjaku kuhabiskan untuk sesuatu yang tidak berguna. Bertengkar denganmu misalnya” jawab Masumi sambil kembali menekuri dokumennya

“Masumi aku belum selesai bicara” kata Maya dengan marah

Tapi Masumi hanya menatap dingin dan kemudian dia memijit nomor telepon hingga terdengar balasan dari seberang.

“tolong, antarkan istriku keluar dari ruanganku. Rupanya dia sudah lupa jalan keluar” kata Masumi sambil menutup sambungan teleponnya

“aku akan keluar. Tak perlu kau usir!” kata Maya yang keluar dengan marah

“selamat siang, mungil” jawab Masumi

Sepeninggal istrinya, Masumi menghembuskan nafasnya. Tiba-tiba dirinya merasa lelah selalu bertengkar dengan wanita mungil itu. Sesaat ketika dirinya melihat wajah Maya, sesunguhnya terbersit keinginan untuk menumpahkan segala kerinduannya. Kerinduan kepada ibu dari ketiga anak-anaknya. Tapi Masumi berharap dengan caranya menjauhkan Maya dari ketiga buah hatinya, Maya akan segera kembali ke kediaman Hayami secepatnya.

***

Maya merasa kesal sekali dengan pertemuannya tadi dengan Masumi. Baginya Masumi sungguh keterlaluan.Masumi tidak punya hak untuk melarang dirinya bertemu dengan ketiga anak-anaknya. Dia ibunya, jadi dia berhak bertemu dengan ketiganya. Kekesalan Maya semakin membuncah, hingga langkah kakinya membawanya ke sebuah kantor pengacara. Maya telah bertekad untuk bercerai dari Masumi dan memperjuangkan hak perwalian anak-anaknya agar jatuh ke tangannya.

“Aku ingin mengajukan gugatan cerai terhadap suamiku” kata Maya saat dirinya mendatangi sebuah kantor pengacara di pusat kota Tokyo

“apa anda sudah memikirkan baik-baik, Nyonya?” tanya pengacara itu

“sudah. Dan aku siap bercerai.”kata Maya dengan mantap

“apakah ada tuntutan lain? harta ataupun anak-anak?” tanya pengacara itu lebih lanjut

“aku hanya menginginkan hak asuh atas ketiga puteraku jatuh padaku” jawab Maya

***

Beberapa hari kemudian

Mizuki sedang asyik mempersiapkan dokumen yang akan diserahkannya pada bosnya, saat seorang lelaki paruh baya berkaca mata mendatanginya.

“maaf, bisakah saya bertemu dengan Pak Masumi Hayami?” tanya lelaki itu

“maaf, apakah anda sudah punya janji untuk bertemu dengannya?” tanya Mizuki sambil menatap lelaki dihadapannya

“belum. Kedatanganku kemari karena ini bersangkutan dengan istrinya, Maya Hayami” kata lelaki itu

Mizuki merasa aneh mendengar jawaban lelaki itu. Tapi dirinya tak berkomentar apa-apa. Itu bukan urusannya.

“anda siapa? Saya akan mengantarkan anda padanya setelah saya memberitahukan maksud kedatangan anda” kata Mizuki

“namaku Akio Morita” kata lelaki itu sambil menyerahkan kartu namanya

Mizuki membaca sekilas kartu nama yang berisi nama dan alamat kerja lelaki itu yang ternyata adalah seorang pengacara.

“tunggu sebentar akan saya tanyakan, apakah bos saya bisa menerima anda atau tidak” kata Mizuki sambil berlalu meninggalkan lelaki itu

Akio Morita menunggu Mizuki sambil matanya memandang ruangan kantor yang dirasanya sangat mewah dan elegan, hingga sekretaris berkacamata itu hadir kembali dihadapannya dan mempersilakan dirinya untuk masuk ke ruangan bosnya.

Masumi menerima kedatangan Pengacara Morita di ruangannya. Pengacara tersebut menyerahkan surat yang berisikan tuntutan Maya agar Masumi menceraikannya.

“apa maksudnya ini?” tanya Masumi saat dirinya membaca surat itu

“itu adalah tuntutan cerai dari istri anda, Pak Hayami. Maya Hayami, istri anda menggugat anda. Dia ingin bercerai dari anda” jawab pengacara tua itu

“dengarkan aku, Pak pengacara. Sampai kapan pun aku takkan menandatangani tuntutan bodoh yang istriku ajukan. Aku takkan menceraikannya. Camkan itu” kata Masumi dengan tegas

“Kehadiran saya disini hanya sebatas menjalankan tugas yang dibebankan klien saya pada saya, Pak Hayami. Masalah anda menerima atau menolak itu hak anda.” Kata pengacara itu

“anda telah tahu jawaban saya, saya kira tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan” kata Masumi hendak menutup pertemuan dengan pengacara itu

“Baiklah saya akan segera pergi. Oh, ya selain tuntutan perceraian, istri anda hanya menuntut hak asuh ketiga puteranya untuk jatuh padanya, hal yang lain tidak. Selamat siang Pak Hayami” kata Pengacara tersebut

Masumi tidak membalas ucapan pengacara tersebut. Masumi terlihat geram, mata lelaki itu terlihat dingin.

“jika kau pikir bisa berpisah dariku dan mengambil anak-anakku, Maya.....aku pastikan kau takkan pernah bisa melakukannya. Kalian semua adalah milikku. Milikku” kata Masumi dengan tegas sambil meremas surat ditangannya.

*****

Ditempat lain Maya sudah tak kuat lagi menahan kerinduan untuk bertemu dengan ketiga anaknya. Hari itu Maya memutuskan untuk kembali ke kediaman Hayami, bukan untuk selamanya. Tapi kedatangannya ke sana adalah hanya untuk menjemput anak-anaknya. Maya merasa jika dirinya mengajukan tuntutan perceraian, pastilah Masumi akan semakin menjauhkan dirinya dan anak-anak. Dan itu adalah hal yang paling ditakutkannya. Maya yakin Masumi pastilah sudah tahu tentang tuntutan perceraian yang telah dia ajukan. Sehingga Maya memutuskan untuk secepatnya mengajak anak-anaknya untuk pergi meninggalkan kediaman Hayami dan pindah ke apartemen yang dia sewa.

Kediaman Hayami terlihat sepi saat dirinya sampai ke rumah besar itu. Pembantu disana mengatakan bahwa Hayami tua sedang pergi ke rumah sakit untuk mengecek kondisi kesehatannya bersama Pak Asa. Maya merasa beruntung karena dia tidak harus bertemu dengan ayah mertuanya dan melihat kesedihannya saat dirinya mengajak anak-anaknya meninggalkan rumah besar itu. Dengan cepat Maya menuju kamar ketiga anaknya dan membereskan pakaian anak-anaknya.

“kita akan pergi ke mana, mama?” tanya Ken saat melihat mamanya membereskan pakaiannya

“kita akan tinggal di rumah baru mama” jawab Maya

“apa papa tidak diajak?’ tanya Takeshi

Maya terdiam. Tapi kemudian dia menjawab pertanyaan dari anaknya tersebut.

“untuk sementara mama ingin berpisah dari papamu” kata Maya pelan

“jadi papa kita tinggalkan?” tanya Takeshi kemudian

Maya mengangguk.

“dengar sayang, ini hanya sementara. Jika masalah antara mama dan papa telah selesai, kita pasti berkumpul lagi” kata Maya

Takeshi tidak bertanya lagi. Dia hanya menuruti keinginan mamanya untuk mengemasi pakaiannya.

***

Saat mereka berkemas-kemas. Pembantu yang ada di rumah itu menelepon tuannya. Dia ingin cepat-cepat mengabarkan kabar gembira pada tuannya itu bahwa istri tuannya telah kembali ke rumah.

“halo tuan, ini saya, Sayuri” kata pembantu rumah itu

“ada apa?” tanya Masumi yang terlihat tidak senang aktifitasnya diganggu telepon dari pembantunya itu

“maaf, jika saya mengganggu tapi istri anda telah kembali tuan. Nyonya Maya ada disini” kata pembantu itu

“baiklah, terima kasih atas informasinya. Apa ada lagi yang ingin kau bicarakan?” tanya Masumi saat mendengar kegugupan dari nada suara pembantunya

Pembantu itu melihat ke arah kamar Takeshi dan dari bawah tangga tersebut dia bisa melihat kesibukan yang ada di sana.

“eh.....eh, anu... ngg.....saya kira mereka akan pergi, tuan” kata pembantu itu dengan takut
“apa maksudmu?” tanya Masumi dengan berang

“ah..., saya kira Nyonya Maya hendak mengajak serta anak-anak anda, tuan untuk pergi dengannya” kata pembantu itu dengan takut

Pembantu itu tidak mendengar kata-kata lagi dari bosnya, hanya bunyi suara telepon yang dibanting yang dia dengar.

***

Masumi yang mendengar informasi dari pembantunya, langsung membanting telepon tersebut dan keluar dengan tergesa-gesa dari kantornya.

“Mizuki, batalkan semua jadwalku malam ini. Jangan bertanya dan laksanakan saja perintahku” kata Masumi dengan tegas

Mizuki tidak berani membantah ucapan bosnya. Dia tahu bantahannya tidak akan berguna. Dia hanya bisa mengangguk pasrah. “baik, pak” kata Mizuki

“oh, ya telepon sopirku dan siapkan mobilku, cepat!” kata Masumi

Masumi sedikit berlari ke arah lift. Dia menduga Maya akan mengajak serta anak-anaknya untuk meninggalkannya. Dia harus mencegahnya. Dia akan bertekad mempertahankan anak-anaknya.

“cepat, antarkan aku ke rumah. Aku tak peduli bagaimana caramu membawaku ke rumah dengan cepat” kata Masumi

“baik, Pak” kata sopir itu

Mobil itu melaju secepat kilat. Keandalan sopir itu ternyata tidak diragukan lagi, dia bisa menyalip mobil-mobil yang ada di depannya. Mobil itu akhirnya membawa keduanya sampai di kediaman Hayami dengan selamat.

Masumi masuk ke dalam rumah dan melihat keempat orang yang dicintainya tengah turun dari tangga.

“apa-apaan ini?” tanya Masumi

“papa.......kami akan pindah dari sini dan tinggal di apartemen Mama” kata Takeshi

Masumi hanya menatap tajam Maya.

“dengar anak-anak, kalian tidak akan pindah dari sini. Kalian akan tetap tinggal di rumah ini dengan papa” kata Masumi dengan tegas

“tapi mama bilang...............”kata Takeshi yang belum sempat menyelesaikan kalimatnya

“mamamu salah, dia tidak akan membawa kalian tanpa seijin papa” kata Masumi

“aku berhak pergi dari sini membawa anak-anakku” kata Maya dengan sengit

“kau boleh pergi Maya, jika itu yang kau inginkan, tapi tanpa mereka” kata Masumi

“tidak. aku akan pergi membawa serta anak-anakku” kata Maya sambil memeluk erat Ryu dan Ken

“ itu tidak pernah kuijinkan, Maya” kata Masumi dengan tegas

“mereka anak-anakku !” teriak Maya

“Tapi mereka juga anak-anakku. Aku ayahnya” teriak Masumi tak kalah keras

“Tapi aku yang mengandung, aku yang melahirkan, aku yang menyusui, aku yang merawat mereka.....AKU.........AKU” teriak Maya dengan keras

PLAKKKKKK.....!” tangan Masumi menampar keras pipi Maya

Masumi kehilangan kontrol dirinya. Maya hanya terisak mendapat perlakuan kasar dan kekerasan dari suaminya.

AYO TAMPAR LAGI AKU! ..TAMPAR..! TAMPAR.!....BIAR KAU MAKIN PUAS” tantang Maya sambil menangis menahan sakit

Masumi hanya terdim mematung. Dia sungguh tak bisa mengontrol emosinya sehingga tadi menampar pipi istrinya. Sesal nampak membayang di wajahnya.

“papa jahat.......!” kata Takeshi yang merasa baru kali ini melihat perilaku kasar ayahnya

Maya hanya menangis terisak-isak. Ketiga anaknya yang melihat pertengkaran ayah ibunya pun kali ini semuanya menangis. Masumi hanya diam dan mencoba menenangkan ketiga puteranya untuk berhenti menangis. Tetapi semua anaknya tetap menangis, mendekati Maya dan memeluk ibu mereka. Maya tahu pertengkaran mereka seharusnya tidak disaksikan oleh anak-anaknya. Sangat tidak baik untuk perkembangan jiwa mereka.

“mama....mama” kata Takeshi sambil memeluk Maya

“tidak apa-apa sayang” kata Maya menenangkan

“maafkan aku, Maya........” kata Masumi dengan lirih

Tapi Maya hanya terdiam dan menatap wajah suaminya. Sungguh tak disangkanya Masumi tega menamparnya di depan anak-anak mereka.

Akhirnya tangis Maya reda dan dia membawa ketiga anaknya menuju kamar mereka. Ketiganya tidak ingin berpisah dengannya. Maya akhirnya membujuk ketiganya untuk tidur di kamar Takeshi dan Maya berjanji akan tidur bersama mereka. Sebelum tidur Maya membacakan sebuah dongeng. Dongeng yang dibaca Maya sangat bagus sekali, apalagi Maya sering merubah mimik wajah dan suaranya agar cerita dongeng itu terdengar lebih indah dan terlihat nyata. Tawa riang ketiga anaknya akhirnya bergema di kamar Takeshi. setelah dongeng itu habis ketiganya tertidur dengan pulas. Maya pun yang telah lelah, akhirnya ikut tertidur.

***

Masumi tidak bisa memejamkan matanya. Pertengkarannya dengan Maya semalam adalah pertengkaran yang paling hebat selama 5 tahun pernikahan mereka. Masumi menyesalkan ketiga puteranya harus menyaksikan pertengkaran itu, pasti ketiganya ketakutan melihat ayah dan ibunya bertengkar. Sungguh hal yang paling tidak diinginkannya dalam hidup adalah anak-anaknya melihat kekasarannya. Masumi sangat mencintai anak-anaknya. Masumi tidak ingin lagi memperpanjang masalah ini berlarut-larut. Dia harus mengambil keputusan. Walau keputusan itu adalah hal yang paling berat sekalipun.

Eisuke yang diberi tahu tentang masalah pertengkaran anak dan menantunya merasa tak berdaya. Dia tidak bisa turut campur akan masalah rumah tangga puteranya. Saat Eisuke dan Masumi sarapan di meja makan, Eisuke menyinggung kembali tentang masalah pertengkaran anak menantunya. Dan saat itulah Masumi mengatakan bahwa dirinya telah memantapkan keputusannya.

“jadi kau akan menyerahkan sepenuhnya pada Maya, apa yang diinginkannya?” tanya Eisuke
Masumi mengangguk.

“ya, ayah. Aku harap itu yang terbaik bagi kami” kata Masumi dengan pasrah

“kau tahu Masumi. Masalah ini takkan terjadi jika kau pandai mengatasi kecemburuanmu itu. Semua masalah ini hadir karena kau dikalahkan oleh rasa cemburumu itu” kata Eisuke

“mau bagaimana lagi, aku terlalu mencintai Maya dan tak ingin dia berdekatan atau menjadi perhatian pria lain. Aku akui ini kesalahanku ” kata Masumi dengan pelan

‘ckckckck..........itulah pangkal masalahnya. Seharusnya kau menyadari, pengekanganmu dan kontrolmu yang terlalu berlebihan atas diri Maya malah membuat dia membencimu. Kau mengenal dia sebagai seorang artis dan pemain drama, tidak adil rasanya jika dia harus menghancurkan cita-citanya dan impiannya menjadi artis gara-gara cemburu konyolmu itu. Sejak dulu dia telah mengorbankan semuanya. Ibunya dia tinggalkan dan kini saat dia menikah denganmu, kau malah mengebiri kemampuannya. Kau betul-betul egois. “kata Eisuke

Masumi hanya menghela napas panjang dan mencerna ucapan Eisuke. Jujur dia akui semua yang dikatakan ayah tirinya adalah benar. Mata mereka kemudian dialihkan pada ketiga bocah yang turun dari tangga diikuti Maya. Keempatnya hendak bergabung untuk sarapan. Maya bersikap biasa, seakan-akan pertengkaran tadi malam dengan Masumi tidak berdampak apa-apa.

***

Setelah sarapan pagi itu, Eisuke berinisiatif untuk mengajak ketiga cucunya jalan-jalan. Hal ini dimaksudkan agar anak tiri dan menantunya itu lebih bebas untuk berbicara berdua tanpa gangguan dari siapapun.

Masumi mengajak Maya ke ruang kerjanya untuk membicarakan masalah mereka.

“duduklah, Maya” kata Masumi dengan lembut. Tidak ada kesan memerintah dalam ucapannya

Maya hanya menurutinya dengan patuh

“Maafkan atas sikapku semalam padamu. Aku tidak bisa mengontrol emosiku. Aku tidak tahu apakah kau akan memaafkanku atau tidak.” Kata Masumi

Maya hanya terdiam tidak menjawab ataupun bereaksi atas ucapan Masumi.

“aku juga telah memutuskan. Jika kau tidak bahagia bersamaku, mungkin tidak ada gunanya aku mempertahankanmu disisiku” kata Masumi dengan berat. Matanya menerawang keluar jendela dan badannya membelakangi Maya. Tidak sanggup menatap wajah istrinya itu

Kali ini Maya bereaksi. Dia kaget dengan ucapan suaminya. Tidak pernah disangkanya bahwa Masumi menyetujui untuk berpisah dengannya. Walaupun Maya menggugat cerai suaminya tapi sekarang Maya menganggap ide tersebut adalah jalan salah yang pernah diambilnya. Hal itu timbul karena kekesalan hatinya. Maya mengambil jalan tersebut ditengah kekesalan dan kemarahan dalam hatinya. Dan kini saat Masumi akan melepaskan dirinya timbul penyesalan dalam hatinya.

“jadi kau setuju untuk berpisah denganku?” tanya Maya dengan pelan

Lama Masumi terdiam hingga akhirnya dia mengangguk lemah dan menjawab pilu “ ya...” kata Masumi

Maya hanya terdiam. Tak disangkanya Masumi akhirnya melepaskan dirinya, rasa kecewa dan sedih hadir dalam hatinya. Inikah akhir dari kisah cintanya dengan laki-laki yang sangat dicintainya?

“dan anak-anak?” tanya Maya dengan sedih

“itu adalah hal yang sangat aku pertimbangkan dalam masalah ini. Bagaimanapun aku tidak ingin mereka menderita. Akan tidak baik jika kita selalu bertengkar, makanya aku memilih kita berpisah” kata Masumi

“apakah anak-anak akan ikut denganku?” tanya Maya khawatir

“akan lebih baik jika kita menuruti keinginan mereka. Mungkin Takeshi bisa kita beri pilihan, pada siapa dia akan ikut, aku atau kau. Tapi Ryu dan Ken, mungkin lebih baik dia ikut denganmu, mereka terlalu kecil walau aku sangat sedih jika harus jauh dari mereka berdua” jawab Masumi sendu

Maya hanya terdiam. Bingung tidak tahu harus menjawab apa. Kemarin dia sangat menggebu-gebu untuk berpisah dari Masumi dan saat Masumi mengabulkan permintaannya, Maya terasa berat menerimanya.

“bagaimana menurutmu?” tanya Masumi akhirnya

“jika itu jalan yang terbaik bagi kita aku setuju” kata Maya

“kalau begitu aku akan menghubungi pengacaraku agar kita bisa segera mengurus perceraian kita” kata Masumi

“ya...” kata Maya dengan pilu.

Masumi akhirnya beranjak menuju telepon di ruangan tersebut dan menekan sejumlah nomor. Terdengar nada sambung dan telepon yang diangkat.

“halo...tuan Maeda...ya ini aku, Masumi Hayami aku ingin kau menemuiku besok pagi di kantorku. Ada yang ingin aku bicarakan tentang pernikahanku dengan Maya” kata Masumi di telepon

Maya tidak ingin lagi berdiam di ruangan itu dan segera berlalu keluar. Masumi tahu saat Maya keluar dari ruangan itu, Maya pasti sedang mengangis. Tapi tidak ada yang bisa dilakukannya.

Maya pergi ke kamarnya dan memandangi foto album keluarganya. Satu persatu foto tersebut dia lihat. Foto-foto pernikahannya dengan Masumi, lelaki yang dicintainya sekaligus pengagumnya. Foto-foto dia dan Masumi saat menggendong putera kembar mereka saat Ryu dan Ken berusia 10 bulan. Foto mereka berlima, dirinya bersama Masumi dan ketiga buah hatinya, serta foto-foto keluarga besar Hayami. Maya menatap foto-foto tersebut dengan sedih. Wajah-wajah yang tertangkap dalam foto tersebut semuanya riang gembira dan berisi senyuman bahagia, nampak kontras dengan dirinya saat ini yang berurai air mata. Maya menutup dan memeluk foto album tersebut saat tangisnya pecah tak tertahan.

*****


To be continue

7 comments:

Puji Aditya on 26 August 2011 at 07:02 said...

walah... kq cerai c... jangan dunk... masumi maya...

Anonymous said...

haduuuuhh jeng tati, jangan sampe cerai dong, masa MM harus pisah lagi sih. jadi sedih nih liat mreka ber2. hiks hiks
segera apdet lagi y jeng, biar cepat HE. hehe

-bella-

ivoneyolanda on 26 August 2011 at 09:02 said...

Gakkkk rellaaaaaaa huaaaa sista aku samope mau nangisssss klo gak inget lagi di busway pasti dah nangis bombay neh...hadeeeehhh maya kok egois sekali sih....makanya jgn enteng bilang cerai dong.... Haduuuuh tambah masalah aja... Kasian kan the krucilssss

purple on 26 August 2011 at 10:00 said...

hils...hiks...hiks
ga mau cerai pokoknya,kasian ama 3 jagoannya

regina on 26 August 2011 at 10:08 said...

hueeee... pagi2 udah banjir air mataaaa T0T

mommia kitajima on 26 August 2011 at 12:14 said...

hadeh, maya , batalin dwonk...
masumi jgn menyerah dwonk...

apdetan berikutnya HE yah sis ^^

-mia-

Anonymous said...

kalo mayanya kayak begini sih, mending masumi sama shiori aja, paling ngga shiori kan cinta mati sama masumi dan sudah pasti jadi istri yang nurut sama suami. padahal aku kan benci banget shiori...
(nadine)

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting