Friday 12 August 2011

Fanfic TK : Finally Found You Ch. 10

Posted by Ty SakuMoto at 18:55
Rating: 20+
Warning : Kissu, Skinship, Implisit sexual content.



Finally Found You
(Chapter 10)



Shiori perlahan berjalan mendekati suaminya dengan senyuman menghias wajahnya.
Maya sangat terkejut melihat Shiori di sana. Ada perasaan bahwa dia tidak siap bertemu dengan mantan tunangan Masumi tersebut.
“Ah! Masumi dan… Maya? Kau benar Maya kan?” tanyanya ramah.
Shiori…
Masumi melihat Shiori dengan datar saja. Walaupun masih ada perasaan bersalah tersisa di hatinya karena apa yang terjadi dua tahun yang lalu.
Dia tahu dia sudah pernah melukai wanita itu dengan sangat dalam. Saat wanita itu akhirnya menikah dengan sepupu angkatnya Yosuke Hayami—yang kemudian berganti nama menjadi Yosuke Takamiya karena dalam pernikahan itu Yosuke yang diangkat anak dan masuk ke dalam keluarga Takamiya—Masumi sangat terkejut.
Walaupun sempat kesal pada kelakuan Shiori, dia benar-benar berharap wanita itu mendapatkan kebahagiaannya sendiri. Entah apakah sepupunya itu kemudian memang bisa membahagiakan mantan tunangannya tersebut atau tidak, itu bukan urusannya. Namun karena alasan yang sama lah selama ini Masumi tidak pernah mengusik Yosuke walaupun lelaki itu beberapa kali mengganggu dirinya dan Daito.
Maya perlahan mengangguk menjawab sapaan Shiori.
“Wah… kau semakin cantik saja,” wanita itu tersenyum ramah.
Dia lalu beralih kepada Masumi.
“Halo, sepupu, sudah lama tidak bertemu,” Shiori tersenyum dengan tenang dan anggun.
“Halo, Shiori. Apa kabarmu?” tanya Masumi.
“Baik, tentu saja.” Shiori menyelipkan lengannya di lengan suaminya. “Kau sendiri bagaimana?” tanya Shiori.
“Seperti kau lihat, aku baik-baik saja,” jawab Masumi.
“Syukurlah, ah iya…” wanita itu kembali pada Maya.
“Aku sudah mendengar apa yang terjadi padamu,” katanya, prihatin. “Aku harap semuanya akan baik-baik saja dan kau bisa segera sembuh,” imbuhnya dengan lemah lembut.
Maya menunduk sedikit dan mengatakan terima kasih.
“Dan kau Masumi, serta Suamiku, kuharap kalian bisa berhenti bertikai. Aku tidak tahu apa penyebab hubungan kalian sangat jelek tapi kalian bersaudara kan? Jadi bisakah kalian berhenti saling membenci?” pinta Shiori, terlihat pilu.
“Pertikaian hanya akan berhenti jika kedua belah pihak menginginkannya Shiori,” Masumi melirik tajam sepupunya. “Jika suamimu tidak juga berhenti mengusikku dan Daito, aku hanya melakukan hal-hal yang perlu untuk kulakukan,” jawab Masumi. “Sekarang kami permisi dulu,” Masumi menggenggam telapak Maya yang melingkar di lengannya.
Shiori mengamatinya dengan rasa benci yang semakin besar. Tidak dikiranya melihat keduanya  bersama benar-benar membuat api dendam itu semakin membara.
“Iya Masumi,” katanya sopan. “Kuharapkan yang terbaik untuk kalian berdua.” Wanita itu tersenyum.
“Ternyata kau pandai sekali berakting,” ejek suaminya saat Maya dan Masumi sudah berlalu dari hadapan mereka.
Shiori terdiam sejenak, menikmati kebencian yang menguasai hatinya sebelum berujar, “dan kau payah sekali, Sayang…” katanya dengan anggun.
Yosuke mengepalkan telapak tangannya erat-erat.
=//=
Sebuah pengumuman terdengar, semua perhatian teralih ke tengah ruangan malam itu. Tampak Ayumi dan Hamill terlihat berjalan berdampingan sebelum mulai berdansa.
Ayumi terlihat sangat cantik. Seakan tersihir, setiap mata yang memandang senantiasa diiringi decak kagum dan tidak bisa mengalihkan pandangannya. Wajahnya yang dipenuhi binar bahagia, riasan yang sempurna, kilauan dari rambut dan kulitnya serta gaun mewah dari desainer ternama membuat Ayumi tidak dapat dikalahkan wanita manapun yang hadir di sana. Ayumi adalah ratu untuk malam itu.
Setelah Ayumi dan Hamill berdansa dan disudahi dengan tepuk tangan, para undangan mulai berdansa dengan pasangannya masing-masing—atau pasangan orang lain, tidak ada yang benar-benar memperhatikan.
Masumi tersenyum pada Maya, lalu mengajaknya berdansa. Tidak ragu-ragu Maya memenuhi keinginan kekasihnya tersebut.
“Aku berjanji tidak akan menginjak kakimu,” bisik Masumi.
Maya tertawa kecil.
Di antara pesta yang megah dan meriah ini, mungkin hanya Maya yang tidak ikut menyumbangkan suaranya. Tapi Maya sama sekali tidak memikirkannya. Ada Masumi yang dapat memahaminya tanpa dia harus berkata-kata. Dan itu sudah lebih dari cukup.
Masumi membawanya ke tengah ruangan, keduanya berdansa. Mencuri perhatian. Ini kali pertama keduanya hadir sebagai pasangan di depan umum. Seakan-akan menegaskan bahwa cinta mereka sungguh-sungguh, Maya dan Masumi terlihat sangat mesra saat berdansa. Tidak mempedulikan sekelilingnya, mereka hanya saling memandang pada satu sama lain. Senyuman tidak lepas dari wajah keduanya.
Maya mengenakan gaun hitam malam itu, dengan kalung berliontin rubik yang sama yang dikenakannya dulu saat berkencan dengan Masumi. Rambutnya dibuat bergelombang dan poninya yang  khas tidak terlihat, karena Maya memakai bando berbentuk gelombang dengan hiasan permata imitasi menghias kepalanya dari kiri ke kanan.
Masumi sangat puas memandangi wajah Maya malam itu.
“Kau sudah semakin pandai…” puji Masumi, saat badan keduanya bergerak seiring musik.
“Ber… kat… An… da…” Maya tersenyum, merona.
Dari banyaknya pasangan yang hadir malam itu, pasangan Masumi dan Maya memang menjadi pusat perhatian. Bukan hanya karena belakangan beritanya semakin santer terdengar, juga karena akhirnya mereka bisa melihat dengan mata kepala sendiri apa yang diberitakan itu benar.
Ada yang kagum, ada yang memuji, ada juga yang mencerca dan tidak percaya. Ada yang merasa melihat mereka seperti di negeri dongeng, ada yang bertaruh bahwa hubungan keduanya tidak akan lama.
=//=
Sakurakoji berdansa dengan Mai, namun sesekali dia mencuri pandang pada Maya dan Masumi.
Keduanya tampak sangat bahagia…
Pikir Sakurakoji. Ini juga kali pertama baginya melihat Maya dan Masumi saat benar-benar sedang bersama.
Maya…
Kembali Sakurakoji berharap. Andai dia dapat merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh seorang Maya Kitajima.
Duk!
Sakurakoji terhenyak. Mai menyandarkan kepalanya di dada Sakurakoji.
Mai…?
“Terima kasih,” kata gadis itu, “sudah mengajak Mai ke sini.”
Mai…
“Mai sangat senang,” binar bahagia menghiasi wajahnya.
Sakurakoji tersenyum.
“Kak Sakurakoji…” gadis itu bergumam.
“Ada apa Mai?”
“Aku tidak akan memaksamu lagi…” dia berujar.
“Apa maksudmu Mai?” Sakurakoji tidak mengerti.
“Mai minta maaf, dulu Mai sudah sering menyusahkan Kak Sakurakoji. Mai memaksa Kak Sakurakoji juga menyukai Mai,” gadis itu terdengar sendu. “Saat Mai menyaksikan Bidadari Merah, Mai akhirnya mengerti bahwa cinta yang sebenarnya, tidak boleh memaksakan, malah harus berkorban untuk kebahagiaan orang yang kita cintai. Mai baru sadar bahwa apa yang sudah Mai lakukan selama ini salah, seharusnya Mai tidak memaksakan kehendak Mai kepada Kak Sakurakoji.” Kata gadis itu.
Mai…?!
Mata pemuda itu melebar, memandang adik kelasnya yang sekarang masih bersandar di dadanya. Sudah lama keduanya berpisah dan Sakurakoji tidak melihatnya lagi. Baru-baru ini mereka tidak sengaja bertemu dan mulai dekat lagi walaupun status keduanya belum jelas.
Mai di matanya memang sudah banyak berubah. Tidak manja dan kekanak-kanakan seperti dulu lagi. Egoismenya pun sudah jauh berkurang. Dia sudah lebih dewasa walaupun cara bicara dan perilakunya masih terlihat kekanakan, cara berpikirnya sudah jauh berbeda.
“Aku akan menunggu,” kata Mai. “Sampai Kak Sakurakoji benar-benar hanya bisa mencintaiku,” ucapnya lirih.
“Mai…” Sakurakoji mengeratkan dekapannya pada Mai. “Aku…”
“Tidak,” potong Mai. “Jangan katakan apa pun sampai Kak Sakurakoji sudah benar-benar memutuskan untuk pergi, atau tetap bersamaku.” Pinta gadis itu. “Sampai saat itu tiba, Mai akan tetap menunggu.”
Sakurakoji termenung, dia sudah berbuat tidak adil kepada gadis ini. Bersamanya, walaupun tidak mencintainya. Padahal dia menyukainya, juga sangat menyayanginya. Pastinya perasaan itu tidak sulit bukan untuk berubah menjadi rasa cinta? Jika kebencian Maya kepada Masumi Hayami saja bisa menjadi perasaan cinta yang begitu mendalam, kenapa rasa sayangnya kepada Mai tidak bisa menjadi cinta?
Dia hanya harus mencoba. Mencoba melihat gadis yang sekarang ada di hadapannya. Mencoba mencintainya. Sakurakoji mendekap Mai lebih erat.
Tunggulah aku Mai, aku pasti akan benar-benar mencintaimu. Hanya mencintaimu…
Tekad Sakurakoji tanpa disuarakannya.
=//=
Sawajiri bersandar pada sebuah tembok, memutar-mutar minuman yang ada di tangannya.
Dia tidak pernah tertarik dengan keramaian seperti ini. Dia bekerja di dunia hiburan pun bukan karena dia memang menyukainya. Tapi karena dia butuh uangnya. Dia mendapatkan penghasilan dari sana dan dia semata-mata hanya menganggapnya sebagai sumber mata pencaharian. Jadi, bersosialisasi bukanlah salah satu hobinya.
Walaupun sebagai seorang manajer artis dia harus pandai melobi dan bersosialisasi dengan banyak pihak, lagi-lagi dia hanya melakukannya sebatas yang dibutuhkan.

Kemampuan menjual, itu adalah kelebihannya. Produk yang ada di tangannya adalah barang-barang—atau tepatnya orang-orang—yang berkualitas, bukan hal sulit baginya menjual mereka. Jadi selama artisnya bisa mendapatkan pekerjaan, dan bekerja dengan baik, tidak ada kewajiban bagi Sawajiri untuk mencoba menjual kualitas dirinya.
Yang mereka inginkan aktrisnya, bukan dirinya. Asal dia mempergunakan kemampuan menjualnya dengan baik dan pekerjaannya selesai dengan baik, maka itulah yang paling penting.
“Tuan,” seorang Nona muda tampak malu-malu mendekatinya.
“Namaku Tomoe,” dia memperkenalkan diri tanpa diminta.
Sawajiri mengamatinya dengan mata seperti ikan, tanpa emosi. Dia tidak kenal. Yang pasti gadis ini bukan artis. Kalaupun artis, mungkin baru dari segi cita-cita saja, bukan profesinya yang sebenarnya.
“Ada yang kau butuhkan dariku?” tanya Sawajiri, lagi-lagi dengan datar saja.
“Uhm, anu, maaf jika mengganggu. Aku melihatmu sendirian saja, apa kau keberatan jika aku mengajakmu berdansa?” tanya gadis itu.
Tangan Sawajiri tidak berhenti menggoyangkan gelasnya yang berisi minuman sedari tadi.
“Nona, tanpa mengurangi rasa hormat,” katanya, tidak tersenyum. “Karena mungkin saja kita akan bekerja sama di masa depan, walaupun sepertinya tidak dalam waktu dekat.” Sawajiri tidak menutupi penilaiannya bahwa si gadis di matanya adalah seseorang yang tidak menarik.
“Tapi jika aku ingin berdansa, aku akan membawa pasanganku sendiri.” Tolaknya, lantas tidak memandang gadis itu lagi.
Mata gadis itu melebar, dia tidak percaya akan ditolak dengan cara demikian. Terlihat benar dia merasa tersinggung dan sakit hati. Tanpa berkata-kata dia berlalu dari hadapan Sawajiri.
Sawajiri kembali pada kegiatannya sebelum diinterupsi. Mengamati para pasangan yang sedang berdansa.
Maya Kitajima… Masumi Hayami…
Ryoma Hino… Saeko Mizuki…
Sakurakoji dan gadis itu, bekas anggota teater Hayami…
Shiori Takamiya dan Yosuke… Takamiya…
Melihat orang yang terakhir disebut namanya, Sawajiri tersenyum meremehkan, tapi hanya dalam hatinya.
Dia tahu orang itu. Dia keponakan Eisuke, Presiden Direktur Daito. Ayahnya kepala gudang di salah satu perusahaan transportasi milik Eisuke. Walaupun masih saudara, Eisuke yang terkenal dingin dalam bekerja, sama sekali tidak memberi kemudahan dan pengecualian kepada saudara-saudaranya. Begitu juga bagi Yosuke, dia pernah bekerja di Daito hanya sebagai staf administrasi di bagian Promosi Produksi Drama. Bahkan dulu jabatan Sawajiri masih lebih tinggi dari Yosuke. Apalagi jika Yosuke dibandingkan dengan Masumi. Sangat jauh berbeda. Jika sekarang nasibnya berubah, itu karena dia mujur bisa menikahi Shiori Takamiya, cucu perempuan satu-satunya dari korporasi Takaatsu.
Pandangan Sawajiri berganti kepada Shiori Takamiya. Seperti biasa, wanita itu tampak sangat cantik dan mempesona. Pembawaannya selayaknya wanita bangsawan. Anggun, ramah, dan sopan dalam berbicara, juga lemah lembut dalam bersikap.
Apa yang dipikirkannya saat memutuskan menikahi Yosuke Takamiya…
Pikirnya, tidak juga bisa mengerti. Pandangannya beralih kepada Masumi Hayami. Dibandingkan dengan Yosuke, dia jelas jauh berbeda. Jika harus berduel, dari auranya saja Yosuke sudah kalah telak.
Kemudian pandangan Sawajiri beralih kepada Maya, aktris yang sedang ditanganinya sekarang. Produk yang menjadi tanggung jawabnya untuk dipasarkan. Dia tahu gadis itu memiliki kualitas-kualitas yang luar biasa. Tapi jika dibandingkan Shiori Takamiya, sudah barang tentu dari sisi kelas dan beberapa kualitas lainnya, Maya yang saat ini tidak dapat menyainginya.
Sekali lagi pertanyaan itu muncul. Kenapa Masumi Hayami bisa membuang Shiori Takamiya dan berakhir dengan Maya Kitajima.
Dipandanginya kedua pasangan tersebut. Masumi dan Maya, Shiori dan Yosuke. Senyuman itu muncul lagi di bibir Sawajiri. Senyuman saat menemukan sesuatu yang menarik.
Pasangan aneh dan tidak sepadan.
Hanya itu kesimpulan dari pengamatan mendalamnya.
=//=
“Kau tampak sangat cantik malam ini,” kata Hino pada wanita yang diajaknya berdansa.

“Matamu sangat indah, kenapa kau menyembunyikannya selama ini?” tanya Hino, pandangannya memancar lembut.
Mizuki balas menatap Hino, yang matanya hampir sejajar dengannya karena wanita itu memakai hak tinggi malam ini.
“Kau tidak suka melihatku barkaca mata?” tanya Mizuki, datar.
Eh?
Hino tertegun lantas terkikik.
Mizuki memandanginya dengan heran.
“Dari semua ucapanku, jadi itu kesimpulanmu?” tanya Hino, kembali terkikik.
Mizuki tersenyum simpul.
“Aku tidak tahu cara menanggapi kata-kata lainnya,” kata wanita itu kemudian.
“Kau pernah jatuh cinta, Nona Mizuki?” Hino berhenti tertawa.
“Seingatku,” dia diam sejenak, “tidak.” Katanya.
Hino terlihat sedikit kecewa.
“Nona Mizuki,” Hino terlihat sedikit gugup. “Aku ingin mengatakan sesuatu. Dan sebelumnya, kau harus tahu. Kuharap kau tidak marah atau tersinggung dengan ucapanku,” katanya.
“Setelah bertahun-tahun menjadi sekretaris Pak Masumi, kurasa tidak ada seorang pun yang bisa membuatku tersinggung,” Mizuki kembali berkata dengan datar.
“Ya ampun,” keluh Hino. “Apakah kalian para pegawai Daito ada aturannya dari perusahaan atau bagaimana, kenapa semuanya berwajah datar begini?” Hino mendekatkan wajahnya sedikit kepada Mizuki.
Eh?
Spontan Mizuki sedikit memundurkan wajahnya.
“Maaf,” wanita itu berucap spontan.

“Hanya saja, selama mataku masih bisa melihat Pak Masumi di sekitarku, aku tidak bisa tenang,” katanya. “Aku selalu merasa masih dalam jam kerja dan dia bisa memerintahku kapan saja. Jadi aku harus selalu waspada,” katanya terus terang.
Hino tertawa mendengarnya.
“Nona Mizuki, kau pasti tahu kalau aku menyukaimu kan? Sangat menyukaimu?” tanya Hino.
“Kurasa kau baru saja mengatakannya, bukan?” Mizuki menyunggingkan senyuman.
“Itu artinya kau sudah tahu,” Hino tersenyum puas. “Tapi yang ingin kukatakan adalah, kurasa aku menyukaimu lebih dari yang kukira.” Wajahnya menatap Mizuki dengan serius.
“Maukah kau menjalin hubungan denganku? Sebagai sepasang—“
“Kurasa,” potong Mizuki dengan panik. “Ini bukan saat yang tepat untuk membicarakannya.”
“Tepat atau tidak, hanya masalah pandangan kita saja,” Hino sedikit berkeras.
“Mau kukatakan sekarang, nanti, minggu depan, bulan depan, esensinya sama saja. Apa yang akan kukatakan tidak berubah. Jadi kenapa harus menundanya jika aku bisa mengatakannya sekarang?” tanya Hino, terlihat raut wajahnya sedikit keras.
Mizuki bisa merasakan dadanya berdebar.
“Tapi kita di tengah kerumunan orang,” bisik Mizuki.
“Tidak ada hubungannya. Semua orang tahu aku bicara padamu,” tegas Hino. “Aku menyukaimu Nona Mizuki, kuharap kau mau menjadi kekasihku.” Hino sudah mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.
Keduanya  berhenti berdansa. Mizuki sangat terkejut, tidak mengira Hino benar-benar akan mengatakan hal tersebut.
“A, aku…” Untuk pertama kalinya Mizuki merasa ragu dengan apa yang harus diperbuatnya.
Hino tetap berdiri di hadapannya, menunggu.
“Aku sangat menyukaimu,” kata Mizuki kemudian.
Hino menarik tangan Mizuki untuk kembali mulai berdansa dengannya.
“Lalu?” tanya Hino. “Aku bisa melihatnya, kau merasa ragu.” Nada suara Hino yang biasa ceria terdengar mengambang.
“Tapi untuk menjalin hubungan denganmu, maksudku, menjadi kekasihmu…” Mizuki terlihat semakin ragu. “Rasanya tidak bisa…”
Hino tidak berkata apa-apa.
“Maafkan aku,” sesal Mizuki. “Kau harus tahu bahwa aku sangat menyukaimu. Aku tidak pernah sedekat ini dengan pria mana pun. Berbicara denganmu terasa menyenangkan. Kau membuatku bisa dengan bebas mengutarakan pikiranku. Kau juga membuatku merasa nyaman. Bisa kukatakan aku cocok denganmu. Tapi jika sebagai sepasang kekasih…”
“Alasanmu masih tidak bisa diterima logikaku,” ujar Hino.
“Aku selalu berpikir kita ini terlalu jauh berbeda.” Ungkap mizuki.
“Setiap orang berbeda. Apa kau mau berkencan dengan kembaranmu?” Hino merajuk.
Mizuki tertawa kecil, pria itu bahkan bisa bercanda pada saat seperti ini.
“Kau mengerti kan maksudku?” Mizuki menatapnya, meminta pengertiannya.
“Jujur saja, tidak. Kau selalu membuat semuanya lebih rumit,” kata Hino.
“Itulah. Cara pandang kita terlalu jauh berbeda. Kau sangat, easy-going, sedangkan aku memerlukan kesiapan yang matang dalam segala hal.”
“Apa kau lupa aku ini seorang pengacara? Tentu saja aku pun selalu mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Jika menyangkut pekerjaan. Tapi dalam keseharianku, sekali-kali kita harus lebih santai, bukan?”
“Aku tidak mengenalmu, Hino. Aku menyukaimu, tapi ketertarikan sebagai seorang wanita kepada laki-laki, aku tidak merasakan hal itu padamu.” Mizuki bersikukuh.
“Ya ampun Nona Mizuki, apa kau tidak tahu kata-katamu menusuk harga diriku sebagai seorang laki-laki?” pria itu terlihat kecewa dengan berlebihan.
“Hahaha… maaf,” Mizuki tertawa, melihat wajah Hino yang dibuat-buat. “Tapi kita bisa tetap berteman baik,” kata Mizuki. “Aku pun tidak ingin kehilangan seorang teman baik yang sangat menyenangkan sepertimu Ryoma Hino.”
Hino memandangi Mizuki, dia lalu tersenyum tipis.
“Baiklah, jadi kita akan melewati malam ini bersama sebagai teman baik?” Hino mengangkat alisnya.
“Terima kasih,” kata Mizuki. “aku sangat beruntung bisa mengenalmu.”
“Oh tidak, belum. Kau belum benar-benar mengenalku.”
“Oya? Coba kau beritahu sesuatu mengenai dirimu lebih banyak.”
“Hm? Sebagai permulaan. Aku seorang pengacara dan aku sangat menyukai tantangan,” Hino menyeringai.
“Kau tidak terlihat seperti itu,” kata Mizuki.
“Benarkah? Aku sangat suka tantangan, karena itulah aku menjadi pengacara. Ada banyak tantangan di sidang yang harus kuhadapi dan kutaklukkan.” Mata pria itu berbinar.
“Aku selalu berpikir kau sangat menikmati hidupmu. Tapi kau benar, jika setiap pengacara begitu santai, tentu tidak akan ada persidangan yang akan dimenangkannya,” Mizuki bergumam lantas tersenyum sendiri.
“Siapa bilang menjalani tantangan artinya tidak menikmati hidup? Bagiku sebaliknya, semakin banyak tantangannya, aku semakin menikmatinya.” Ujar Hino.
“Aku yakin. Dengan sikapmu, tidak perlu menunggu 24 jam kau akan menemukan target baru selain aku.” Kata Mizuki.
Hino terbahak sebentar.
“Kuberi tahu kau sesuatu, teman baikku,” katanya kepada Mizuki. “Saat ini, aku sedang patah hati, aku tidak merasa ini akan sembuh secepat itu,” dia memandang Mizuki.
Perasaan Mizuki sakit, melihat Hino yang terlihat sedikit sendu, tidak seperti biasanya.
“Maafkan aku,” ucap Mizuki perlahan.
“Kau punya orang lain,” kata Hino tiba-tiba.
“Eh?” Mizuki tertegun.
“Kau punya orang lain yang kau sukai.” Hino mengulang kata-katanya, menebak.
“Kenapa… kenapa kau bicara begitu?” Mizuki sedikit terkejut mendengarnya.
“Jadi tebakanku benar…” Hino terlihat kecewa.
“Aku tidak mengatakan tebakanmu benar, Hino!” Mizuki sedikit jengkel.
“Tidak perlu kata-kata untuk dapat melihat kebenaran, teman baikku, Mizuki…” ujar Hino.
=//=
“Kudengar kemarin kau menginap di rumah tantemu? Apakah ada sesuatu?” Tanya Yosuke pada istrinya saat keduanya berdansa.
“Tidak ada, aku hanya sudah lama tidak bertandang ke rumahnya. Jadi mumpung ada waktu, aku ke sana,” kata Shiori, sedikit gugup karena dia berbohong.
“Aku merasa kau sangat cantik hari ini,” Yosuke merayu isterinya.
“Tentu saja, ini kan pesta pernikahan besar. Aku jelas tidak ingin mempermalukanmu,” jawab Shiori dengan tenang.
Shiori…
Hampir dua tahun menikahi wanita ini, Yosuke tidak pernah merasa benar-benar kenal dengan isterinya. Seperti ada banyak hal yang tersembunyi dalam pikirannya. Di balik senyum manis dan kata-katanya yang lemah lembut serta sikapnya yang anggun, seperti ada Shiori lain yang tidak mengijinkan Yosuke melihat ke dalamnya.
Status sosial mereka yang jauh berbeda saat menikah, juga membuat Yosuke semakin lama semakin kehilangan percaya dirinya. Dia sering merasa canggung saat di dekatnya.
Yosuke lantas teringat Michiko, hostess yang sering ditemuinya. Begitu ramah dan manja. Dia mendengarkan apa pun yang dikatakan Yosuke dan sering mengajaknya bercanda. Yosuke merasa lebih nyaman berada di dekat hostess tersebut ketimbang berada di dekat istrinya.
“Hidungmu,” kata Shiori tiba-tiba. “Jika aku tidak salah mendengar tadi, apakah Masumi yang mematahkannya? Jadi bukan karena berandalan yang merampokmu seperti yang kau katakan?”
Yosuke tidak menjawab.
“Sebenarnya sampai kapan, kau akan membiarkan Masumi terus menekan dan merendahkanmu?” tanya Shiori. “Apa kau lupa dengan yang kau janjikan padaku dahulu? Sampai sekarang aku tidak melihat hasilnya,” wanita itu memandangnya penuh rasa kecewa.
Suaminya hanya bisa terdiam.
Tidak kentara, Shiori menghempaskan nafasnya kesal.
Laki-laki ini benar-benar tidak berguna…
Batinnya.
Tiba-tiba pandangannya bertemu dengan seseorang. Laki-laki itu tersenyum padanya, lebih seperti menyeringai.
Deg…
Shiori bisa merasakan dadanya berdebar hebat.
Matanya beralih ke sana kemari sebelum kembali memandangi pria itu yang masih menatap ke arahnya. Seringainya seperti melecehkan sekaligus menggoda.
Spontan Shiori mendesahkan nama pria itu dalam hatinya.
Kenapa aku… jadi merasa gugup seperti ini.
Batinnya lagi. Debaran itu sudah tidak pernah dirasakannya dalam waktu yang sangat lama. Bahkan tidak kepada suaminya yang saat ini menggenggam tangan dan melingkarkan lengan di pinggangnya.
=//=
Masumi mengajak Maya ke pinggir setelah dilihatnya gadis itu sepertinya sudah agak lelah.
Duk!
“Ah, maaf…!” kata Masumi spontan saat dia menabrak seseorang ketika hendak mengajak Maya pergi dari lantai dansa.
“Masumi!” Wanita itu menoleh, dan ternyata Ai.
“Ai-chan! Baguslah, kupikir siapa,” kata Masumi. “Silahkan diteruskan,” Masumi tersenyum mempersilahkan Ai dan pasangan dansanya melanjutkan dansa mereka yang terhenti karena Masumi menyenggolnya.
“Hei, Masumi!” Panggil Ai.
Masumi kembali menoleh.
“Nanti aku ingin berdansa denganmu. Tidak apa-apa kan? Satu lagu saja!” Katanya dengan ceria.
“Tentu, tentu,” jawab Masumi. “Anggaplah ucapan terima kasihku untuk katakmu,” Masumi lalu terbahak.
Ai juga.
Katak?
Maya tidak mengerti.
Tiba-tiba gadis itu melepaskan tangan Masumi dan melangkah dengan cepat.
“Eh? Maya??”
Masumi tertegun.
Aichan! Ai! Ai! Ai!!*
*) Ai artinya cinta.
Sungut Maya, sudah merasa cemburunya semakin menjadi-jadi.

Dia sangat cemburu karena sepertinya ada orang lain yang lebih mengenal Masumi daripada dirinya. Lebih jauh lagi keduanya berbicara dan menyebut nama masing-masing dengan sangat akrab. Tambahan, mereka membicarakan sesuatu yang Maya tidak tahu.
“Maya, tunggu!” Masumi mengejar dan menahan lengan Maya.
Gadis itu berbalik, wajahnya terlihat sangat marah dan kecewa.
Masumi tertegun.
“Kau kenapa?” Tanya Masumi.
Maya menghempaskan tangan Masumi yang menggenggam lengannya. Lalu kembali berbalik dan berjalan menjauh.
“Maya!” panggil Masumi. “Tunggu!”
Maya tidak menghiraukan, tiba-tiba air matanya terasa mendesak. Maya berusaha sekuat tenaga tidak menangis. Dia tahu ini bukan waktu dan saat yang tepat untuk itu. Tapi rasa cemburunya membuat kakinya tidak mau berhenti melangkah. Maya tidak menyadari kalau dia ternyata sangat pencemburu.
“Aku bilang tunggu, tunggu!!” Masumi sedikit berseru, dan tiba-tiba memeluk gadis itu dari belakang.
Maya terhenyak, kakinya otomatis tidak bisa melangkah. Kedua lengan Masumi memeluk tubuhnya, mengikatnya dengan erat.
Jantung gadis itu berdebar kuat. Maya mendengar beberapa orang berkasak-kusuk di sekitar mereka. Dia berusaha melepaskan diri tapi tidak bisa. Ingin berteriak ‘lepaskan!’ juga tidak bisa.
“Aku tidak akan melepaskanmu,” desis pria itu dari belakangnya. “Sampai kau berjanji tidak akan lari dariku!”
Maya masih berusaha melepaskan dirinya.
“Berjanjilah!” Pinta Masumi.
Maya sudah sangat malu karena semakin banyak orang yang melihat ke arah mereka dan Masumi sepertinya tidak peduli serta mustahil baginya untuk melarikan diri. Akhirnya Maya tidak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti kemauan Masumi.
Maya mengangguk.
Masumi menghela nafasnya lega tapi baru beberapa detik kemudian melonggarkan dan melepaskan pelukannya.
Masumi meraih kedua bahu Maya dan membalikkan badan gadis itu ke arahnya.
“Kau kenapa?” tanya Masumi lembut.
Maya masih dengan diamnya.
“Beritahu aku, Sayang…” bujuk pria itu.
Bibir gadis itu menggaris ragu tapi Masumi tahu hatinya sudah mulai lunak. Masumi lalu menggandeng tangan gadis itu dan berjalan bersamanya ke sebuah meja.
Pak Masumi…
Maya memandangi punggung pria itu yang berjalan satu dua langkah lebih dulu dari dirinya. Banyak undangan masih memperhatikan mereka. Maya yakin Masumi pun menyadarinya tapi dia tidak menghiraukannya.
“Ada apa?” tanya Masumi, saat keduanya sudah duduk.
Maya tampak ragu lalu meraih telapak Masumi.
[Sa-ka-mo-to-san]
“Sakamoto?” Masumi tertegun. “Aichan?” tanyanya heran.
Mendengar kata ‘Aichan’ lagi Maya segera membuang mukanya.
Masumi terkejut.
“Kau… tidak menyukainya?”
Maya kembali memandang Masumi dan menggeleng, bukan itu maksudnya.
Akhirnya Masumi tersadar. Dia lupa Maya tadi sempat cemburu kepada Ai dan sepertinya sekarang pun kejadiannya sama saja.
“Kau cemburu?” tanya Masumi.
Maya tidak menjawab, tapi bibirnya terlipat gelisah.
“Apa yang membuatmu cemburu?” tanya Masumi, heran.
Maya terkejut, dan mengangkat wajahnya. Alisnya berkerut memandang Masumi. Tidak percaya pria itu bahkan tidak menyadarinya.
“SEMUANYA!!” tegas Maya, menggerakkan bibirnya emosional.
Mata pria itu melebar. Dia mulai mengingat-ingat dan mencoba memahami perasaan Maya. Masumi meraih tangan Maya yang berada di atas meja dan menggenggamnya.
“Kami hanya teman lama,” kata Masumi. “Teman masa kecil,” lanjutnya dengan lembut.
Maya menunduk dan hanya menggigit bibir bawahnya. Dia percaya kepada Masumi. Tapi kenapa hatinya tidak mau mengerti? Kenapa dia merasa iri melihat keakraban keduanya dan cemburu dengan hubungan yang mereka miliki.
“Dulu kami akrab sekali. Tapi aku tidak pernah menganggapnya perempuan,” terang Masumi. “Kami sekumpulan anak laki-laki pemain kasti dan perempuannya hanya dia. Tapi dia tomboy sekali. Aku bisa katakan kami berteman sangat baik, tapi tidak sedikitpun perasaanku kepadanya sebanding dengan perasaanku kepadamu, Maya…” kata Masumi.
Maya kembali mengangkat wajahnya menatap Masumi. Dia tahu pria ini sungguh-sungguh.
“Kalau kau mau aku memutuskan hubunganku dengannya, akan kulakukan.” Tegas Masumi.
Mata gadis itu membelalak. Dia tidak menginginkannya sejauh itu.
“Aku akan berhenti berhubungan dengan siapa pun yang kau inginkan, jika itu bisa membuatmu tenang,” Masumi kembali menekankan.
Dia tahu benar bagaimana rasa sakitnya cemburu, jadi dia sangat mengerti perasaan Maya.
Maya cepat-cepat menggeleng.
“Maaf!” katanya, cepat. ”Bukan, itu, maksudku, aku…” pandangan gadis itu kembali resah, “Maaf…” ulangnya penuh sesal. Mata gadis itu berkaca-kaca.
Masumi tersenyum.
“Kau percaya padaku ‘kan?” bisiknya, membelai pipi Maya. Sejenak dia lupa bahwa mereka sedang ada di keramaian.
Maya mengangguk.
“Aku sangat mencintaimu…” kata Masumi, masih berbisik
Maya kembali tersenyum.
“Aku, juga, sangat, mencintaimu,” Maya menggerakkan bibirnya terpatah-patah, Masumi memperhatikannya.
Pria itu ingin sekali mengecup bibir gadis di hadapannya ini, tapi dia tahu diri. Mereka di tempat umum dan ada wartawan juga di sana.
“Tunggu sebentar, aku akan mengambilkan minuman untukmu,” katanya kepada Maya.
Gadis itu mengangguk.
Masumi lalu pergi dari hadapan Maya.
“Maya!”
Maya menoleh ke suara itu.
“Nona Sakamoto…” Maya menggerakkan bibirnya.
“Kau sendiri saja?” tanyanya.
Maya mengangguk.
“Mana Masumi?” wanita itu menebarkan pandangannya.
Maya bingung bagaimana memberitahunya. Dia tidak membawa papan komunikasinya.
Maya lalu menuliskan sesuatu di telapaknya sendiri.
“[Pak-Ma-su-mi-se-dang-me-ngam-bil-mi-nu-man]” katanya
Ai mengangguk.
“Oh!” Serunya, tertegun. “jadi begitu caramu berkomunikasi dengan Masumi?” tanya Ai dengan mata berbinar.
Maya mengangguk.
“Wah, menarik…” gumamnya.
Dia lalu mengangkat wajahnya menatap Maya.
“Kudengar kau adalah salah satu aktris berbakat di Jepang,” ujarnya.
Maya menggeleng merendah.
“Aku bisa melihat bahwa Masumi sangat mencintaimu,” wanita itu tersenyum. “Dia pria yang sangat baik. Sejak kecil dia sudah baik sekali. Aku dengar dia banyak berubah, tapi aku tidak melihatnya,” gumam Ai.
Maya hanya tersenyum tipis.
“Kuharap kau dan Masumi bisa bahagia,” wanita itu tersenyum tulus.
Maya mengangguk dan menggerakkan bibirnya berterima kasih. Dia menyadari wanita ini memang baik.
“Kudengar kau kehilangan suaramu karena sakit?” tanyanya. “Apakah masih lama sampai kau bisa berbicara kembali?” Ai mencari tahu.
“Hei, kau! Jangan macam-macam dengan kekasihku!!” Seru Masumi saat kembali sambil membawa minuman untuknya dan Maya.
Kedua wanita itu melihat ke arahnya.
“Kau ini… wanita cantik seperti ini ditinggalkan sendirian!” Hardik Ai.
Masumi tertawa, begitu juga Maya.
“Maaf, apa aku membuatmu menunggu lama?” tanya Masumi kepada Maya. Suaranya terdengar sangat lembut.
Wajah gadis itu merona lantas menggeleng.
Masumi memberikan minumannya kepada Maya.
“Sepertinya aku tidak bisa memenuhi janjiku untuk berdansa denganmu, Aichan. Seperti kau bilang, aku tidak bisa meninggalkan wanita cantik ini sendirian,” Masumi beralasan.
Aichan memutar matanya.
“Dasar kau ini, memang sangat pintar mencari alasan!” sembur Ai.
“Apa kau punya kekasih, Aichan? Atau sudah menikah?” tanya Masumi, mengingat usia wanita itu sepantar dengannya.
Ai menggeleng.
“Tidak, belum ada. Jangankan menikah, kekasih pun aku tidak punya. Dari dulu aku selalu berpikir, laki-laki itu hanya menyenangkan diajak berteman, jika sudah berhubungan, tiba-tiba mereka jadi berubah menyebalkan. Kalian laki-laki apa memang punya aturan main atau bagaimana?” keluh Ai.
Masumi tertawa renyah mendengar perkataan sahabatnya.
Di tengah bincang-bincang mereka, Maya meminta izin ke kamar mandi.
“Apa mau kuantar?” tanya Masumi, spontan dia berdiri. Dia masih mengkhawatirkan jika Maya harus pergi sendiri.
Maya tertegun, wajahnya bersemu dan dengan cepat menggeleng.
“Apa mau kuantar? Apa mau kuantar??” Ai mengulang kata-kata teman masa kecilnya itu tidak percaya.
Masumi baru menyadari ucapannya. Wajah pria itu juga terlihat malu.
“Ma, maksudku, kau kan… kalau ada yang kau butuhkan,” Masumi tergugup.
“Sudah, aku saja yang antar,” Ai berdiri dari duduknya.
Maya menggeleng dengan cepat.
“Aku, sendiri, saja,” katanya, memandang Masumi sambil menunjuk pada dirinya dan memperlihatkan telunjuknya. “Tidak, apa, apa,” Maya menenangkan, menunjuk pada arah kamar mandi, mengindikasikan bahwa tempatnya dekat dan tidak masalah baginya pergi sendiri.
Akhirnya Masumi mengangguk mengijinkan.
Maya beranjak dari tempatnya menuju kamar mandi.
“Apa mau kuantar??” ledek Ai.
“Diam kau!”
Ai lalu tertawa.
“Jadi, kau kerja dimana sekarang?” Masumi buru-buru mengalihkan pembicaraan saat telinganya sudah terasa sangat panas.
=//=
Maya sangat terkejut melihat ada Shiori di wastafel saat dia keluar dari toilet.
“Eh? Maya?” tanyanya, pura-pura terkejut.
Dia sudah merencanakannya, menunggu Maya sendirian. Tadi saat gadis itu di meja sendirian dia mau menghampirinya tapi ternyata ada seorang wanita yang sudah mendekati Maya terlebih dahulu. Saat dilihatnya Maya memisahkan diri ke kamar mandi, dengan cepat Shiori membuntutinya.
Maya tersenyum canggung kepada Shiori.
“Kau terlihat sangat cantik malam ini, aku sampai pangling melihatmu tadi,” katanya ramah.
Maya kembali tersenyum gugup.
“Maya, bisa menemaniku sebentar? Aku mau membetulkan make-up ku, perlu sedikit bantuanmu, apa kau keberatan?” tanya Shiori.
Maya menggelengkan kepalanya.
Shiori meminta Maya memegangi tasnya.
“Kudengar kau sakit dan kehilangan suaramu?” tanya Shiori prihatin namun hatinya terbahak.
Maya mengangguk, wajahnya tidak terlihat sedih. Sepertinya dia sudah lebih tegar. Shiori tidak suka dengan apa yang dilihatnya.
“Aku harap kau akan segera sembuh,” Shiori menyentuh cuping telinganya, mengecek antingnya yang dibebani permata sangat besar agar tidak longgar. “Tapi aku yakin, jika ada Masumi bersamamu, semuanya pasti baik-baik saja.” Katanya, menatap sekilas pada Maya melalui kaca di hadapannya.
“Masumi itu, aku ingat, saat aku sedang sakit, dia sangat perhatian dan telaten sekali,” kata wanita itu.
Maya hanya terdiam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa.
“Selain itu, Masumi juga sangat pandai memperlakukan wanita ya, Maya? Aku tahu dia lihai sekali mengucapkan kata-kata yang membuat jantung kita berdebar-debar dan perasaan kita melayang. Namun setelah itu, lantas…” Shiori berhenti.
“Dia bilang dia tidak mencintai kita.” Lanjutnya, datar.
Nona Shiori…
Maya sangat terkejut mendengarnya.
Shiori tertawa kecil.
“Hihihi maaf, maaf Maya, itu hanya sebagian dari masa lalu. Aku sudah melupakannya sekarang,” katanya, menutupi kejujuran.
Maya tersenyum tipis dan menggeleng tapi hatinya sama sekali tidak nyaman.
“Ah, tapi, sebagai seorang laki-laki, dia memang sangat…” pipi wanita itu merona, matanya sedikit menerawang, ”gagah.” Sambungnya.
Deg!
Jantung Maya berdenyut sakit.
“Sampai sekarang aku masih tidak bisa melupakannya. Semua perilakunya saat…” Shiori sengaja memotong ucapannya.
Diamatinya Maya yang terlihat gelisah. Gadis itu sangat mudah dibaca.
“Kudengar kemarin-kemarin kau sempat menghilang?” Shiori bertanya kepada Maya yang balas menatap padanya melalui cermin. “Apakah Masumi mengajakmu ke villanya di Izu?”
Mata gadis itu melebar.
Jadi benar…
Diam-diam Shiori mengeratkan rahangnya. Dari reaksi gadis itu, ia tahu Masumi sudah mengajak Maya ke villanya.
“Hahaha… masih tidak berubah,” Shiori pura-pura terdengar riang. “Berarti dia juga sudah mengajakmu ke restoran di dekat dermaga?” tanya Shiori.
Maya tidak bisa menjawab, perasaannya hancur tiba-tiba. Dia ingin menangis.
“Apa dia juga mengajakmu ke Astoria?” Shiori belum berhenti.
Alis Maya sedikit berkerut. Dia tidak tahu menahu apa itu Astoria.
“Ah, belum ya? Astoria adalah kapal pesiar yang mengadakan pelayaran satu malam, dimana para pasangan menghabiskan malam yang romantis bersama,” terang Shiori.
Shiori memelankan suaranya atau kadang segera diam saat ada orang lain yang menggunakan wastafel.
“Saat itu, aku dan Masumi rasanya tidak ingin pulang. Kapalnya megah dan saangaaat indah! Masumi menyewakan sebuah kamar bagi kami berdua, dan semalaman kami…” Shiori terlihat menerawang lalu kembali menatap Maya melalui kaca sambil memakai perona pipinya. “Kau tahulah,” dia berujar sedikit malu.
“Kau pasti mengerti apa yang diinginkan pria yang penuh gairah seperti Masumi saat berduaan dengan wanita…” Sekilas mata Shiori terlihat dingin sebelum pura-pura kembali ramah. “Yah, walaupun kemudian dia dengan mudahnya menyudahi hubungan kami setelah mendapatkan apa yang diinginkannya,” imbuhnya.
Maya tidak tahan lagi, tangannya terkepal sangat erat. Terbayang di kepalanya apa yang terjadi diantara dia dan Masumi di Izu, juga terjadi diantara Masumi dan mantan tunangannya tersebut, bahkan lebih jauh.
Maya berpikir, seharusnya dia sudah mengira bahwa dulu hubungan Masumi dan Shiori sudah sejauh itu. Mereka bahkan menyewa kamar bersama dan menghabiskan satu malam dalam pelayaran romantis. Maya bisa merasakan lehernya tercekik, dia ingin menangis sejadi-jadinya. Hatinya sakit sekali.
“Ah, tapi sudahlah,” Shiori terkikik kecil, “itu semua masa lalu. Tapi sepertinya dia benar-benar serius denganmu Maya, dan kalian sangat serasi.” Shiori membalikkan badannya menghadap Maya, tersenyum.
“Uh, Maya, wajahmu pucat… mau kupakaikan bedak? Bedak milikku ini  memiliki taburan mutiara, hanya sekali usap—“
Belum selesai ucapan Shiori, Maya menyerahkan tasnya kepada Shiori. Dia membungkuk lalu lari keluar dari kamar mandi.
“Maya!!” Shiori pura-pura terkejut.
Wanita itu tersenyum licik saat Maya menghilang di balik pintu.
“Ya sudah, kalau tidak mau kubedaki…” gumamnya, tersenyum culas.
Shiori kembali memandang kaca.
Di luar pergi ke villa dan restoran di dekat dermaga, semua ucapannya hanya bualan belaka. Bahkan saat dia berkunjung ke villa, itu pun bukan atas undangan Masumi. Terlebih lagi Astoria. Shiori sudah merencakan semuanya dengan sempurna. Namun kecelakaan bodoh membuatnya terjebak kemacetan dan tidak bisa sampai tepat waktu. Dan setelahnya dia pun tahu, bahwa Masumi turun lagi dari pelayaran itu karena ada urusan mendadak. Yang Shiori tidak tahu adalah, nyatanya Masumi turun dari Astoria saat pria itu melihat kamar yang disewanya untuk mereka.
Tapi melihat reaksi Maya, Shiori bisa menilai bahwa hubungan Masumi dan gadis itu memang sudah sangat dalam.
Shiori meremas sapu tangannya kesal.
=//=
Maya sudah tidak bisa lagi menahan air matanya. Semua kata-kata Shori sangat menyakitkan baginya. Maya keluar dari kamar mandi dengan terburu-buru. Dilihatnya Masumi yang sedang mengobrol, tertawa bersama Ai.
Maya tidak ingin dekat-dekat dengannya. Maya tidak ingin menghampirinya.
Tidak ingin siapapun melihatnya menangis, Maya tergesa keluar dari ruang resepsi. Dia tidak menghiraukan beberapa orang yang menatapnya heran dan khawatir karena wajah Maya terlihat sangat pucat.
Kata-kata Shiori terus terngiang. Kepala Maya tidak berhenti membayangkan kekasihnya dan wanita cantik itu bersama.
Maya tidak rela. Dia sungguh tidak rela.
Akhirnya, keluar dari gedung air matanya mulai turun. Tapi rasa sakit hatinya tidak juga berkurang.
Kau kenapa Maya? Itu masa lalu, sudah lewat. Mereka sama-sama orang dewasa dan saat itu mereka bertunangan…
Maya berusaha menenangkan dirinya. Tapi tidak berhasil.
Tiba-tiba sebuah email masuk ke handphonenya.
[Dari: Kekasihku
“Maya, kenapa lama sekali? Kau tidak apa-apa?”]
Kekasihku…
Batinnya.
Pak Masumi…
[“Dia lihai sekali mengucapkan kata-kata yang membuat jantung kita berdebar-debar dan perasaan kita melayang. Namun setelah itu, lantas dia bilang dia tidak mencintai kita.”]
[“dia dengan mudahnya menyudahi hubungan kami setelah mendapatkan apa yang diinginkannya.”]
Benarkah…?
Maya termangu masih dengan air mata berderaian.
Benarkah Pak Masumi pria seperti itu?
Maya terdiam, berpikir. Dia tidak percaya Masumi-nya seperti itu. Dia tidak mau percaya.
Tidak, dia tidak seperti itu… aku yakin dia tidak begitu. Pak Hijiri bilang Pak Masumi tidak mencintai Nona Shiori, karena itu dia tidak menikahinya.
Maya mengepalkan tangannya.
Apapun yang terjadi antara Pak Masumi dan Nona Shiori adalah masa lalu. Aku tidak boleh memikirkannya, tidak boleh…
Maya berusaha menguatkan dirinya. Dia tidak bisa bohong, hatinya masih berdenyut sakit. Tapi dia sudah bertekad akan belajar mengatasinya.
Dipandanginya email dari Masumi.
Aku harus kembali… Pak Masumi akan mencemaskanku…
Saat Maya berpikir akan membalas email Masumi, sebuah mobil berhenti di depannya. Dua orang laki-laki menghampiri Maya.
Maya sangat panik melihatnya. Salah satunya menarik Maya dan menyekap mulut dan hidung Maya dengan sapu tangan ber-obat bius. Maya berusaha berontak sebelum kepalanya kemudian merasa pusing dan dia hilang kesadaran.
=//=
“Dia tidak ada, aku sudah mengecek ketiga kamar mandi wanita dan dia tidak ada di sana,” terang Ai.
“Kemana dia…?” Masumi terlihat gelisah.
Tiba-tiba handphonenya berbunyi.
[“Pak Masumi!!”]
Masumi terhenyak, segera dilihat handphonenya. Ada nomor Maya di sana.
“Tunggu sebentar,” Masumi permisi pada Ai untuk menerima telpon Maya.
Dia membalikkan badannya.
“Maya? Kau dimana? Kenapa menelpon? Balas pesanku…” kata Masumi, berbisik.
“Masumi Hayami,” sebuah suara pria, serak, terdengar di sana.
Mata Masumi terbelalak.
“Kau jangan bereaksi apa pun atau melakukan sesuatu yang mencurigakan. Ada rekan kami mengamatimu. Jika kau macam-macam, nyawa gadis ini taruhannya.”
DUG!!
Jantung Masumi berdenyut sangat keras.
“Dengarkan aku. Saat ini Maya Kitajima ada di tangan kami. Kalau ada yang sampai curiga, atau kau memberi tahu orang lain mengenai hal ini, bersiaplah untuk tidak melihat kekasihmu lagi,” Ancamnya.
“Kalau kau… berani…” desis Masumi. Jantungnya masih berdebar sangat keras dan tubuhnya segera terasa dingin karena khawatir.
“Jangan mengancam!!” Desis suara di telpon.
“Apa yang kau inginkan?!” Masumi berusaha menahan suaranya. Ucapannya terdengar bergetar.
“Nanti kami kabari.” Dengan cepat telpon tersebut terputus.
“Halo? Halo?! Haloo?!!!” Masumi panik.
“Masumi? Ada apa?” tanya Ai.
Wanita itu sangat terkejut saat dilihatnya wajah Masumi yang pucat dan sorot matanya menyeramkan.
“Masumi? Apakah ada sesuatu—”
“Tidak ada apa-apa!” sambar Masumi cepat. “Maya sudah pulang duluan, aku mau menyusulnya…” Masumi cepat-cepat berdiri.
Dari kejauhan, dua pasang mata memperhatikan pria itu dari sisi ruangan yang berbeda. Keduanya bertukar pandangan bagi satu sama lain dan tersenyum menyeringai. Tidak kentara, lantas saling mengacungkan gelasnya untuk satu sama lain. Bersulang.
=//=
“Ada sesuatu yang membuatmu senang?” tanya Yosuke pada isterinya.
“Ya,” jawab Shiori, “aku suka sekali lagu ini,” dia lalu meminum sampanye-nya.
=//=
Hino menghampiri Mizuki dan membawakan dua gelas minuman untuk mereka. Wanita itu tampak menikmati slide foto-foto dari Ayumi dan Hamill yang dimainkan di salah satu monitor yang ada di ruangan itu.
“Silahkan,” Hino menyerahkan salah satu gelasnya kepada Mizuki.
“Terima kasih,” Mizuki menerimanya.
“Ada sesuatu yang membuatmu senang?” tanya Mizuki.
Senyuman Hino melebar.
“Aku melihat seorang wanita cantik,” katanya. “Dia tersenyum padaku, kurasa dia menyukaiku.”
“Yang benar saja, bukankah kau masih patah hati karenaku?” protes Mizuki.
Hino tergelak. “Wanita cantik, baru berhasil menghibur mataku saja. Tapi hatiku,  masih sakit.” Hino lalu meminum minumannya.
=//=
Sawajiri meminum tegukan terakhir dari gelasnya. Dia lalu memberikan gelasnya yang kosong kepada pelayan yang lewat dengan sebuah baki sebelum melangkah hendak keluar.
“Sawajiri!” sapa seseorang yang mengenalnya.
Sawajiri menoleh ke arahnya.
“Kau punya pemantik?” tanyanya.
Sawajiri meraba jasnya. Dia lalu diam, teringat sesuatu.
“Tidak ada,” jawabnya. “Aku tidak punya. Aku sedang mencoba berhenti merokok,” terangnya.
“Oh, ya sudah,” kata rekan kerjanya itu. “Kau mau kemana sekarang?”
“Pulang,” jawabnya singkat. “Sudah mulai membosankan.”
=//=
Masumi segera memacu mobilnya dengan sangat cepat. Pikirannya keruh.
Dia lalu membanting mobilnya ke pinggiran sebuah sungai. Dengan gelisah dia turun dari mobil, dan dinyalakannya sebatang rokok.
Dia masih resah, memikirkan kekasihnya.
Maya…. Kuharap kau tidak apa-apa.
Doanya.
Masumi berkali-kali menghirup udara, mencoba menenangkan dirinya agar dia bisa berpikir jernih.
Kenapa? Kenapa mereka menculik Maya? Dia tidak punya siapa-siapa sekarang.
Aku bodoh!!! Seharusnya aku lebih waspada setelah insiden coklat beracun itu…
Masumi mengutuk dirinya karena sudah lalai. Dia terlalu larut dengan kenyataan Maya tidak meninggalkannya. Dia tidak berpikir bahwa Maya masih dalam bahaya.
Tapi jika mereka sempat mengincar nyawa Maya dengan coklat beracun itu, apa yang akan mereka lakukan saat gadis itu sekarang sudah ada di tangan mereka?
Masumi mencoba mengerti bagaimana sampai kekasihnya itu bisa diculik? Bukankah mereka sedang berada di dalam gedung resepsi? Dan kenapa mereka menculiknya. Gadis itu tidak punya siapa-siapa.
Masumi tertegun. Ada sebuah harapan, walaupun hanya sedikit, saat teringat penculik itu menghubunginya. Jika mereka berniat menyakiti Maya, mereka tentu sudah melakukannya tanpa harus menghubunginya terlebih dahulu.
Apakah penculikan ini berhubungan dengan coklat beracun atau dilakukan oleh dua orang yang berbeda?
Masumi menghirup nafasnya sangat dalam. Dia harus tenang, berkepala dingin. Harus mencari cara menemukan gadis itu dan memastikan semuanya baik-baik saja.
Masumi hampir gila rasanya membayangakan kemungkinan terburuk yang akan dihadapi kekasihnya.
“Hijiri!”
“Ya, Tuan?”
“Kau dimana?”
“Saya di Okinawa Tuan, menyelidiki perusahaan Mercury seperti yang Anda minta.”
“Aku ingin meminta bantuanmu. Tolong cek sinyal GPS dari handphone Maya.”
“Nona Maya? Apakah dia melarikan diri lagi, Tuan?” Tanya Hijiri, khawatir.
“Lebih buruk Hijiri,” suara Masumi gemetar. “Dia diculik!”
“Apaa??!!” Hijiri sangat terkejut mendengarnya.
=//=
“Selamat datang Tuan,” sapa Kaori.
Wajah Masumi terlihat sangat dingin dan menyeramkan.
“Aku sedang tidak ingin diganggu oleh siapapun!!” ujar Masumi menggunakan intonasi yang setara dengan mimik wajahnya.
Kaori bisa merasakan bulu kuduknya meremang melihat tuan mudanya dan hanya bisa mengangguk spontan.
BLAM!!!
Masumi segera melempar tas dan jasnya lalu meraih sebotol cognac lantas mengurung diri di kamarnya.
Dia minum banyak sekali untuk menenangkan perasaan dan pikirannya yang gundah. Para penculik itu belum juga menghubunginya lagi. Dia memikirkan berbagai kemungkinan dari yang bisa menenangkan pikirannya seperti; mereka hanyalah menginginkan uangnya sampai yang paling menakutkan baginya, bahwa mereka berniat menyakiti Maya.
PRANG!!!!
Masumi melemparkan botol cognacnya membentur dinding dan berhambur menjadi serpihan kaca.
Brengseeeekk!!!!!!!
Batinnya murka. Pandangan Masumi berubah nyalang, dadanya naik turun emosi. Tatapannya terlihat sangat menyeramkan seperti seekor singa yang terluka. Masumi mengepalkan tangannya erat-erat dan tubuhnya gemetar.
“Brengsek!!! Brengsek!!! BRENGSEK!!! BRENGSEEEEEKKK!!!!” serunya, mengacak-acak rambutnya tidak tenang.
Aku bersumpah akan menghabisimu bangsat!!!
Rahangnya terkatup ketat, matanya berkaca-kaca. Tidak pernah dia sekhawatir dan semarah ini dalam hidupnya.
Handphonenya berbunyi. Sebuah nomor tidak dikenal. Insting Masumi mengatakan bahwa panggilan itu berkaitan dengan penculikan Maya.
“Halo!”
“Masumi Hayami…”
“APA YANG KAU INGINKAN??!!!” Bentaknya penuh kemarahan saat mengenali suara itu adalah suara yang sama yang menghubunginya dari handphone Maya sebelumnya.
“Tenang Masumi…”
“Jangan suruh aku untuk tenang!!” pria itu mendesis.
“Besok, tengah malam bawa uang 10 juta yen* ke gudang bekas pabrik New Wave.”
*) lebih dari 1 miliar.
10 Juta Yen?!!
“Jika kau berani menyentuhnya seujung jari saja, aku akan mengejarmu sampai ke neraka!” Desis Masumi tajam.
“Jangan banyak omong!! Bawa saja uangnya besok. Sendirian. Dan jangan lapor polisi. Jika kami melihat ada orang lain, atau kendaraan lain bersamamu atau mengikutimu, yakinlah kau tidak akan melihat lagi kekasihmu ini dalam keadaan hidup,” ancam si penculik. “Itu pun setelah kami bersenang-senang dulu dengannya tentu saja…” imbuhnya.
DUG!!!
Jantung Masumi berdenyut keras menyakitkan dan  nafasnya dengan segera terasa sesak.
“Aku akan datang…” desis Masumi, “dan kau sebaiknya jangan terlambat!!!”
Semalaman Masumi hanya minum-minum dan mengkhawatirkan kekasihnya. Dia benar-benar tidak punya rencana apa pun selain mengikuti kemauan para penculik itu. Dan masih banyak pertanyaan di benaknya, kenapa Maya menjadi sasaran penculikan.
“Arrrggghhh!!!!!” Dengan murka dibantingnya semua benda yang ada di atas mejanya. Kamarnya benar-benar berantakan dengan barang-barang berhamburan di mana-mana.
=//=
Maya perlahan membuka matanya, dia bisa merasakan kepala dan matanya terasa pusing dan  berdenyut-denyut.
Eh?!! A, aku dimana??
Pikirnya panik.
“Dia sudah bangun!!” Sebuah suara berseru.
Maya dengan cepat membuka matanya lebih lebar, lebih fokus. Dilihatnya ada 6 orang di dalam ruangan tersebut. Mereka sepertinya sedang bermain kartu, penampilannya menyeramkan seperti yakuza. Salah seorang di antaranya berdiri. Tubuhnya tinggi besar dengan otot-otot tangan yang terlihat jelas membentuk di kedua sisi tubuhnya.
“Sudah bangun, Nona?” tanyanya dengan suara serak yang membuat bulu kuduk Maya berdiri.
Ugh!!
Keluh gadis itu saat hendak menggerakkan badannya. Kedua tangan dan kakinya diikat dengan kuat. Dia terbaring di lantai keras dan dingin. Maya bisa merasakan seluruh badannya yang kesakitan.
“Wah!” Si jangkung membelalakkan matanya.
Jemarinya meraih kalung Maya, memperhatikan liontin yang tergantung di leher Maya.
“Kalungmu bagus sekali…” katanya dengan penuh minat.
“Jangan!!!” Maya ingin berseru tapi tidak bisa menyuarakan apa pun.
“Apakah ini pemberian kekasihmu si Direktur Daito itu?” tanyanya sambil menyeringai.
Mata Maya mulai berkaca-kaca. Dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat, meminta orang itu tidak mengambilnya. Namun permintaannya tidak terkabul. Maya merasakan perih yang sangat saat kalung itu dicabut paksa dari lehernya. Maya mengernyit. Sebuah guratan merah terlihat muncul di lehernya.
“Hey lihat, belum apa-apa kita sudah dapat barang berharga…” pria itu menghampiri teman-temannya sambil memperlihatkan kalung yang baru dirampasnya dari Maya.
Pak Masumi….
Batinnya. Gadis itu mulai menangis sementara para penjahat mulai kembali tertawa-tawa sambil bermain kartu.
=//=
[“Pak Masumi, sinyal GPS dari handphone Nona Maya terakhir terlacak sekitar 2 KM dari Plaza Fortuna Daito tempat resepsi Nona Ayumi diadakan. Sampai saat ini belum ada lagi sinyal dari handphone milik Nona Maya.”]
Itu adalah informasi yang diperoleh dari Hijiri semalam. Pagi ini dia sarapan dengan ayahnya, berusaha tenang agar ayahnya tidak mencurigai apa-apa walaupun sepertinya percuma.
“Kau kenapa Masumi? Kudengar semalaman kau marah-marah di kamarmu.” Tanya Eisuke datar.
Masumi bisa merasakan dadanya berdebar gugup.
“Tidak apa-apa,” jawabnya tanpa perasaan.
“Apa kau bertengkar dengan Maya?”
Maya…
Rasa khawatir yang tidak pernah hilang itu semakin menggunung di dada dan benak Masumi.
“Ya… begitulah. Biasa Maya merajuk seperti itu, nanti juga luluh lagi,” suaranya sedikit gemetar saat Masumi berusaha menekan emosinya.
Betapa dia berharap bahwa masalahnya hanyalah Maya yang merajuk seperti yang dikatakannya barusan. Semalam Rei bahkan menelponnya menanyakan Maya yang tidak pulang dan handphonenya tidak bisa dihubungi. Akhirnya Masumi berbohong dengan mengatakan Maya ada di tempatnya karena sakitnya sempat kambuh.
Eisuke terdiam, memakan sarapannya. Kembali diamatinya Masumi.
“Aku duluan Ayah, ada hal yang harus kukerjakan terlebih dahulu,” Masumi beranjak tanpa menatap Eisuke.
“Kau bermaksud membebaskan Maya sendirian?” tanya Eisuke tiba-tiba.
Mata Masumi terbuka lebar.
Siapa…
“Hijiri yang mengatakannya kepadaku,” ujar Eisuke, seperti tahu benar apa yang dipikirkan anaknya itu.
Hijiri?!!
Masumi tidak berkedip. Masumi tidak mengira orang kepercayaannya itu bercerita kepada Eisuke.
“Dia mengkhawatirkanmu. Dia takut kau bertindak gegabah!” Eisuke memandangi punggung anaknya.
Masumi terdiam.
“Masumi, biarkan aku membantumu—“
“Tidak perlu!” Seru Masumi sambil membalikkan badannya menghadap Eisuke.
“Aku tidak ingin melibatkan siapapun lagi. Dan jika mereka mengetahui bahwa aku—“
“Kau tahu orang-orang seperti mereka tidak bisa diajak berkompromi! Kau jangan menghadapi mereka sendirian!!! Apa kau mau mati?!!!”
“Lalu apa yang harus kulakukan ayah?!!” Anaknya itu tampak kehilangan kesabaran untuk pertama kali di hadapannya.
“Ijinkan Ayah membantumu Masumi,” suara pria tua itu terdengar tegas.
“Jika ayah ingin membantu, cukup dengan tidak ikut campur...!” Mata Masumi menyorot dingin.
“Lalu membiarkanmu pergi ke sarang mereka? Mempertaruhkan nyawamu?”
“Taruhannya aku atau Maya! Ayah pasti tahu yang mana yang akan kupilih!!” tegas Masumi.
“Masumi! Dinginkan kepalamu! Kita coba cari jalan lain…”
“Bukankah kau sendiri yang pernah mengatakan, kalau bersangkutan dengan gadis itu daya pikirku terhambat? Jadi percuma saja apapun yang kau katakan, aku tetap akan pergi menemui mereka sendirian seperti yang mereka minta!” Masumi segera berbalik hendak pergi.
“Aku tidak mau terjadi apa-apa kepadamu Masumi!!” Seru Eisuke, khawatir.
Masumi terdiam, dia kembali berbalik. Masumi menatap ayahnya dan tersenyum culas.
“Aku pernah mengalaminya. Diculik. Aku sangat tahu bagaimana takutnya,” wajah Masumi semakin tidak tenang.
“Ayah pernah membiarkanku mati di tangan penculik. Tapi aku tidak akan melakukan hal yang sama kepada Maya. Ayah tenang saja, baik Daito atau nama Hayami tidak akan tercemar. Tidak ada yang akan tahu mengenai hal ini,” Masumi berujar dingin.
“Aku tahu! aku tahu aku pernah salah dan sekarang aku tidak mau mengulang kesalahan yang sama! Aku tidak ingin membiarkanmu mengantarkan nyawa kepada mereka. Dengarkan aku dahulu Masumi, setelah itu kau bisa memutuskannya sendiri. Kalau kau tetap dengan pendirianmu, aku tidak akan mencegahmu lagi...”
Masumi masih bergeming.
“Aku juga sangat menyukai Maya, kau tahu itu. Aku tidak ingin terjadi apa-apa, baik kepadamu atau kepadanya. Ijinkan aku menawarkan bantuan untukmu kali ini, Masumi.”
Ayah...
=//=
“Ayo berdiri!!!” Seru salah seorang Yakuza yang bertubuh kurus dan berwajah lancip.
Sikapnya sangat kasar saat memaksa Maya berdiri. Mulut Maya tidak dibekap karena gadis itu tidak bisa bicara. Ikatan di kakinya kemudian dibuka dan mata Maya kemudian ditutup sampai Maya tidak bisa melihat apa-apa. Gadis itu berusaha berontak namun tidak bisa.
Plak!!!
Sebuah tamparan keras dirasakan Maya di pipinya. Gadis itu terjegil.
“Kalau macam-macam kau tidak akan pernah bisa melihat kekasihmu itu lagi!!!!” seru si cungkring di dekat telinganya.
Maya spontan gemetar.
Dorongan keras di punggungnya memaksa gadis itu melangkah.
Aku mau dibawa kemana? Pikir Maya.
Maya bisa mendengar suara-suara ramai dan para penculiknya saling sapa dengan beberapa orang lain. Maya baru menyadari ada cukup banyak orang di sana. Bau rokok dan alkohol terasa menyengat.
Dia kemudian dibawa ke dalam sebuah mobil yang segera meluncur meninggalkan tempat penyekapan itu.
=//=
Masumi melihat jam tangannya, sudah waktunya dia berangkat. Diletakkannya koper berisi uang tebusan di kursi samping.
Maya…
Batinnya.
Wajah Masumi mengeras. Dia menyalakan mobil dan segera memacu kendaraannya ke tempat yang diminta para penculik Maya. Dia teringat kembali telpon dari Hijiri semalam.
[“Pak Masumi, Anda sebaiknya jangan ke sana tanpa perlindungan. Saya khawatir mereka tidak hanya menginginkan uang tebusan, namun juga berniat mencelakai Anda.” Kata Hijiri tadi malam.
“Aku tahu Hijiri, aku sudah memikirkannya. Semua ini adalah salahku. Maya tidak akan mengalami ini semua kalau bukan karena dia berhubungan denganku. Aku tidak peduli apakah mereka memang hanya berniat memeras uangku ataupun kemungkinan yang lebih buruk, mereka menginginkan nyawaku. Bagaimanapun, aku harus pergi dan melihat Maya dengan mata kepalaku atau aku bisa gila…” desisnya.
“Tapi Tuan, jika sampai—“
“Jika mereka menginginkan Masumi Hayami, maka mereka akan mendapatkan Masumi Hayami…!” tegasnya.]
Masumi memacu mobilnya. Pikirannya sama sekali tidak tenang. Sebenarnya ada kemungkinan lain dalam pikiran Masumi yang lebih buruk; Mereka menginginkan uangnya, nyawanya dan juga Maya.
=//=
“Apa dia sudah datang?” seorang lainnya—dengan kumis dan jambang yang dicukur sedemikian rupa sehingga terlihat menggaris rapi di sisi wajahnya seperti bingkai—bertanya kepada si jangkung dengan tangan berotot.
“Dia sudah datang!!!” Seru salah seorang penculik itu, yang kepalanya botak tidak berambut sama sekali, memberitahukan kepada mereka yang sedang menunggui Maya.
Maya ketakutan saat mendengar Masumi sudah datang, dadanya berdebar lebih kuat. Dia lebih mengkhawatirkan kekasihnya itu karena dia sudah tahu apa yang ada di benak para penculiknya.
Pak Masumi...
Panggilnya dalan hati.
Pintu gudang itu terbuka. Dari kejauhan sosok itu datang mendekat. Pria jangkung dan gagah dengan sorotan mata yang sangat dingin mulai melangkah masuk. Di tangannya terlihat sebuah koper. Bisa dipastikan bahwa itu adalah uang yang diinginkan para penculik.
“Mayaa!!!”
Matanya melebar melihat Maya berada beberapa meter di belakang para penculiknya, dengan kedua tangannya terikat. Seorang penculik menjaga Maya, sebuah pisau teracung ke lehernya. Keadaan gadis itu tidak kelihatan baik.
“LEPASKAN DIA!!! AKU SUDAH MEMBAWA APA YANG KALIAN INGINKAN!!!” Perintahnya sambil mengacungkan kopernya ke depan.
“Hahaha... sabar Masumi... kami harus memastikan kau memang hanya sendirian. Kami tidak mau mengabil resiko."
BLAM!!
Pintu di belakang Masumi tertutup rapat.
“Tidak ada siapa-siapa di belakangnya!” Kata si cungkring yang baru selesai mengintai kedatangan Masumi.
“Perlihatkan uangnya!” Pinta si tangan berotot.
Masumi mengenal suaranya, dialah yang menghubungi Masumi melalui telpon.
“Lepaskan dulu gadis itu!” tuntut Masumi.
“Kau tolol!! Kau tidak dalam posisi untuk bernegosiasi! Buka dulu kopermu!!” Seru si penculik.
“Aku hanya ingin memastikan dia baik-baik saja. Apa ruginya? Aku tidak akan bisa lari kemana-mana, uang ini akan jadi milik kalian, tapi jauhkan pisau itu darinya!” Masumi mengecam dengan matanya.
“Turunkan pisaumu dan lepaskan ikatan tangannya!” perintah si tangan berotot pada si botak.
“Tapi..”
“TURUNKAN!!” Si tangan berotot menegaskan.
Akhirnya si botak menurunkan pisaunya dan melepaskan ikatan Maya.
“Pak Masumi...!!” batinnya. Air mata turun berderaian.
“Aku tidak akan menyerahkan uang ini sampai aku yakin gadis itu baik-baik saja.” Tegas Masumi.
Si Tangan berotot menggerakkan rahangnya tidak sabar. Dengan kepalanya dia memberi tanda agar yang lain mengelilingi Masumi. Kelima penculik tersebut berdiri mengelilingi Masumi.
Masumi semakin waspada.
Sekali lagi si tangan berotot memberi tanda kepada si Botak agar membiarkan Maya menghampiri Masumi.
“Sana! Temui kekasihmu!!” Didorongnya punggung Maya dengan kasar dan hal itu tidak luput dari perhatian Masumi.
Maya segera berlari kepada Masumi dan memeluknya.
“Maya!!” Masumi memeluknya erat, “kau tidak apa-apa?”
Pak Masumi...!
Gadis itu memeluk kekasihnya dengan erat dan menangis.
Saat Maya menengadahkan wajahnya, mata Masumi melebar. Dia bisa melihat bekas tamparan di pipi Maya dan juga guratan di leher Maya.
Kalungnya…?
Masumi mengeratkan rahangnya.
Brengsek…!!
“Tenanglah, kau akan baik-baik saja, aku akan membebaskanmu…” bisik Masumi, menyentuh pipinya.
Mata Maya memancar kahwatir. Dia ingin memberi tahu bahwa pria itulah yang sebenarnya diincar oleh para penjahat.
“PERGI!!” Pinta Maya, menggerakkan bibirnya. “Mereka akan me—“
“CUKUP!!” teriak si tangan berotot. “Kembali ke sini!”
Pergi! Mereka akan melukai Anda!!” Maya mengulang gerakan bibirnya sementara si penculik dengan kumis dan jenggot yang dibentuk menarik kembali tubuhnya dengan kasar. Air mata Maya tampak semakin berderaian.
Maya...
Masumi sangat marah melihatnya.
“Jangan menyakitinya!!” Teriak Masumi.
“Sudah!! Nanti lagi bermesraannya Masumi Hayami! Sekarang buka kopernya!”
Maya dibawa ke belakang lagi oleh si Botak.
“Buka kopernya!!” Ulang si tangan berotot.
Masumi membuka koper, memperlihatkan tumpukan uang yang ada di dalamnya. Si tangan berotot terlihat berbinar-binar melihat tumpukan uang kertas tersebut.
“Tutup lagi dan serahkan uangnya!” Perintah si Tangan berotot.
“Lepaskan gadis itu!! Apa jaminannya kalau kau tidak akan menyakiti aku dan gadis itu setelah aku menyerahkan uangnya?!” Seru Masumi.
“Kau tidak punya jaminan Masumi…” Si tangan berotot berseloroh. “Dengan cara kasar atau damai uang itu akan jatuh ke tangan kami, kau tinggal pilih mau dengan cara seperti apa…”
Masumi mengeratkan kepalan tangannya.
“Ambil kopernya!!” Perintah si tangan berotot.
Si kurus merampas koper tersebut dari tangan Masumi.
Dengan segera si kurus, si gendut dan seorang lagi yang penuh tato menghitung uangnya. Sementara Maya masih ditahan si botak, dan si kumis berdiri di belakang Masumi dengan waspada.
“Kalau saja, uangnya kurang sepeser pun, Nona yang di sana itu tidak akan selamat!” Ancam si tangan berotot.
Waktu berlalu dalam keadaan mencekam ketika ketiga penculik itu menghitung uangnya.
Masumi mengamati keadaan dengan waspada sekaligus resah. Dilihatnya pisau yang teracung di leher Maya dan air mata gadis itu yang masih berderaian.
Maya…
Mata Masumi lantas menangkap sesuatu yang tidak diperhatikannya. Dari saku rompi yang dipakai si tangan berotot, Masumi melihat ada rantai kecil yang menjuntai. Masumi yakin itu adalah kalung milik Maya yang pernah dia berikan. Masumi memandang si tangan berotot.
"Pas Boss!!" Seru si tato dengan girang.
Si tangan berotot menyeringai.
"Lepaskan gadis itu!" perintahnya kepada si botak.
Bersamaan dengan si Botak mendorong Maya menjauh, tiba-tiba si kumis yang sejak tadi berdiri di belakang Masumi mengangkat pemukul bisbolnya tinggi-tinggi.
Maya sangat terkejut melihatnya.
“PAK MASUMI AWAS DI BELAKANGMU!!!” Seru Maya sekuat tenaga.
Mendengar teriakan maya, dengan cepat Masumi berbalik, namun terlambat. Pemukul kasti itu memukul bahunya, walaupun memang meleset dari sasaran sebelumnya yaitu kepala Masumi.
Ugh!!
Masumi mengerang saat pemukul kasti tersebut menghantam bahunya.
Dengan cepat Masumi menendang perut si pemukulnya sampai terjengkang sambil memegangi bahunya yang sakit, dan merampas pemukul kasti tersebut.
“Apa yang kalian inginkan? Aku sudah memberikan uangnya!” Seru Masumi, mengacungkan pemukul kasti itu ke arah para penjahat.
“Sudah kami katakan, kami akan membebaskan gadis itu setelah menerima uangmu, tapi kami tidak mengatakan apa-apa mengenai membebaskanmu...” si tangan berotot menyeringai.
“Kau?!!”
“Hahaha... tidak dikira ternyata direktur Daito sangat bodoh. Asal kau tahu, uang yang kau bawa ini, bukanlah uang tebusan untuk nyawa gadis itu, melainkan uang bayaran untuk menghabisi nyawamu!!!”
Masumi terkesiap, jadi memang dirinyalah sasaran dari semua rencana ini. Masumi menelan ludahnya. Dia sudah menyerahkan sendiri uang untuk menghilangkan nyawanya.
Masumi melirik dari sudut matanya, menilai situasi di sekitarnya. Masumi yakin Maya sudah aman. Dia sepertinya shock, terduduk di pinggir ruangan, sementara keenam penjahat itu mulai mengerubungi Masumi lagi. Perlahan-lahan Masumi melangkah mundur ke belakang masih dengan posisi siaga.
“Kalau begitu, aku juga menginginkan sesuatu darimu terlebih dahulu…” kata Masumi, menatap tajam pada si tangan berotot.
Alis si tangan berotot sedikit berkerut.
“Itu,” Masumi menggerakkan dagunya ke arah saku si tangan berotot.
Si tangan berotot menarik kalung tersebut dari sakunya.
Benar… itu kalung Maya….
Kemarahan Masumi semakin menggelegak.
“Kau, menginginkan ini??” Si tangan berotot tergelak. “CIH!! Kau tidak berada dalam situasi untuk bernegosiasi, TUAN MASUMI!!!”
“Dengan cara kasar atau damai kalung itu akan kudapatkan lagi, kau tinggal pilih mau dengan cara seperti apa…” desis Masumi, membalikkan kata-kata si tangan berotot sebelumnya.
Si Tangan berotot kembali terbahak diiringi anak buahnya.
“Jangan menggertak!!!” Si tangan berotot kembali memerintah dengan tangannya. Dengan cepat kelima berandal mengelilingi Masumi sementara si cungkring memegang koper erat-erat.
“Ada yang harus kau tahu,” ujar Masumi. “Bahwa aku tidak pernah mengatakan sesuatu yang tidak bisa kulakukan.”
Si tangan berotot tampak meremehkan. Dia tidak tahan melihat Masumi yang sudah di ujung tanduk tapi masih berlagak.
“Bisa kulihat kau tidak percaya,” Masumi tersenyum culas. “Kalau begitu, tunggulah. 3… 2… 1…” Masumi menghitung. “SEKARANG!”
BRAK!!!
Tiba-tiba pintu gudang tersebut kembali terbuka. Kuncinya langsung bobol saat sebuah kapak yang sangat besar merusaknya. Tidak lama kemudian masuk Yakuza lainnya, peliharaan Daito—tepatnya peliharaan Eisuke—yang hampir 3 kali lipat dari para penculik itu baik dari segi jumlah dan juga ukuran tubuh.
Masumi bisa melihat para penjahat tersebut sangat terkejut, keenamnya mundur perlahan-lahan dengan gemetar melihat para yakuza yang sekarang berdiri di belakang Masumi.
Masumi melempar tongkat bisbolnya dan dengan tenang melangkah mendekati si tangan berotot. Diambilnya kalung itu dari tangannya. Tanpa berkata-kata Masumi melayangkan tinjunya ke perut dan wajah si tangan berotot berkali-kali sampai kemarahannya yang sudah menggelegak-gelegak sedari kemarin tersalurkan.
Wajahnya terlihat sangat sadis dan dingin dengan tatapan yang menusuk. Nafasnya memburu dan seluruh otot di tubuhnya menegang karena amarah.
Melihat lawannya terkapar, Masumi lalu meninggalkannya dan menghampiri Maya.
Maya menatapnya masih dengan wajah ketakutan. Dia pasti sangat shock dengan semua yang menimpanya dan yang baru saja disaksikannya.
Masumi menggendong Maya keluar dari sana.
“Ayo Maya, kita pulang,” bisiknya.
Begitu Masumi dan Maya keluar dari gudang itu, Maya bisa mendengar teriakan dari dalam gudang.
Keduanya masuk ke dalam mobil dimana sudah ada Hijiri menunggunya.
“Anda baik-baik saja Tuan Masumi?” tanya Hijiri.
“Aku baik-baik saja,” jawab Masumi tenang.
Maya masih memeluknya sangat erat dan badannya masih gemetar.
“Tenanglah Maya, semuanya sudah berlalu,” Masumi menenangkan, menggenggam telapak gadis itu yang berada di dadanya dan mengecup keningnya beberapa kali.
Maya mengangguk.
“Maya! Tadi… bukankah kau sudah bisa bersuara?” tanya Masumi, mulai teringat kejadian di dalam gudang.
Maya tertegun, menatap Masumi. Hijiri yang sedang menyetir, juga terkejut mendengarnya.
Maya kemudian mengangguk. Dia tadi melakukannya dengan spontan mengikuti dorongan hatinya yang sangat kuat untuk memperingatkan Masumi.
“Coba sekarang bicaralah Maya…” kata Masumi.
Maya ragu-ragu sebentar, dia kemudian mencoba membuka mulutnya.
“Pak… Ma… su… mi…” katanya, dengan pelan dan parau seperti kaset usang yang suaranya  timbul tenggelam.
“Ah, benar! Kau… suaramu sudah mulai kembali…” Masumi sangat lega.
Walaupun jauh dari sempurna, tapi Masumi yakin ini akan menjadi pertanda baik.
Maya mengangguk dan tersenyum tipis.
“Pipimu…” Masumi membelai pipi Maya dengan bekas tamparan di sana.
Matanya juga kembali menangkap guratan di leher Maya. Sekali lagi rasa marahnya muncul.
“Ke rumah sakit, Hijiri…” perintah Masumi. “Kita akan cek kondisimu terutama pita suaramu,” kali ini dia bicara kepada Maya.
Maya mengangguk dan menyurukkan wajahnya di dada Masumi. Mencari kedamaian di sana.
Masumi merangkulnya lebih erat.
Handphone Hijiri bergetar, dia mengangkatnya. Kemudian dia dan Masumi saling berpandangan melalui kaca spion.
Masumi tahu itu adalah panggilan dari ‘kepala operasi’ yang sedang beraksi di gudang tadi.
Masumi mengangguk tidak kentara dan Hijiri membalasnya.
“Habiskan saja…” kata Hijiri perlahan dengan tenang, seperti seseorang yang meminta temannya menghabiskan makanannya.
=//=

“Sudah sampai, Maya, ayo turun…” ajak Masumi setelah keduanya sampai di rumah sakit hampir dini hari.
“Saya permisi Tuan,” pamit Hijiri.
Keduanya sekali lagi saling memandang penuh arti dan Hijiri mengangguk tidak kentara.
Maya masuk dengan menggandeng tangan Masumi. Masumi mengurus administrasi sementara Maya menunggu. Saat itu hanya bagian gawat darurat yang bertugas dan dokter Fujiwara tidak ada.
“Di sini dulu saja ya Nona Maya, mungkin besok pagi dokter Fujiwara baru bisa mengecek kondisimu,” terang si perawat “Silahkan keluar dulu Pak, saya mau membersihkan badan Nona Maya terlebih dahulu,” kali ini kepada Masumi.
Masumi mengangguk lalu keluar kamar Maya.
Di luar, dia menekan nomor Hijiri. Tidak perlu waktu lama sampai Hijiri mengangkatnya.
“Siapa?” tanya Masumi berbisik.
“Nakahara Tuan Masumi, dari Doremi Productions,” terang Hijiri, memberitahukan dalang dari penculikan yang terjadi.
Para Yakuza yang berada di belakang Nakahara sudah dihancurkan sampai ke sarang-sarangnya. Nakahara pasti sudah tahu mengenai hal ini.
Masumi mengepalkan tangannya erat-erat. Sorot matanya penuh dendam.
Perawat yang membantu membersihkan badan Maya keuar dari kamar rawat dan mengangguk kepada Masumi.
“Bagaimana Maya?” tanya Masumi.
“Setelah dibersihkan, saya terkejut melihat ada banyak memar di badannya. Dan Nona Maya juga terlihat masih shock, badannya sedikit gemetar. Tapi Tuan tidak perlu khawatir, dia merespon setiap percakapan dengan baik dan bisa diajak berkomunikasi. Masih sedikit terkejut dengan kejadian yang menimpanya sepertinya. Saya sudah buatkan laporan awalnya. Mungkin selain dokter Fujiwara, Nona Maya juga besok harus menjalani pemeriksaan kejiwaan kalau-kalau ada trauma mendalam. Sementara, Anda bisa berusaha membuatnya tetap tenang sampai ada pemeriksaan lebih lanjut,” tutur perawat tersebut, tersenyum.
“Saya mengerti suster,” ujar Masumi.
Masumi lalu masuk ke dalam kamar. Maya sudah berganti pakaian dengan baju rumah sakit.
“Maya…” panggilnya saat dilihatnya Maya masih duduk di atas tempat tidurnya.
Maya segera menoleh dan memutar badannya ke arah Masumi.
Keduanya segera berpelukan. Maya memeluknya erat sekali.
“Sudah merasa lebih baik? Kata suster kau akan baik-baik saja…” gumam Masumi lembut.
Maya hanya terdiam.
“Malam ini aku akan menjagamu. Besok aku akan meminta Rei ke sini menemanimu. Kau tenanglah, semuanya sudah berlalu. Kau sudah aman, Maya.” Masumi mengecup kepalanya. Lega. Dia merasa hampir saja kehilangan gadis ini.
“Sudah tidurlah,” Masumi membelai rambut Maya.
Maya melepaskan dirinya, lalu memandang Masumi. Gadis itu lantas menarik lengan kemeja Masumi.
Masumi tertegun.
Maya lalu menggeser dirinya, meminta Masumi naik ke atas tempat tidur rumah sakit yang hanya diperuntukkan bagi satu orang itu.
“Kau ingin aku tidur di sini?” tanya Masumi meyakinkan.
Maya mengangguk.
“Tidak, tidak akan cukup, nanti kau jadi tidak nyaman. Sudah tidak apa-apa, aku di kursi saja,” Masumi tersenyum.
Lagi pula dia tidak yakin malam ini akan bisa tidur.
Maya menggeleng, berkeras. Dia ingin Masumi ada di sampingnya.
Keduanya berpandangan cukup lama. Seperti biasa, akhirnya Masumi yang mengalah. Pria bertubuh besar itu lantas naik ke atas tempat tidur. Setelah keduanya beberapa kali menyesuaikan posisinya, akhirnya mereka bisa mulai merasa nyaman, saling memeluk satu sama lain.
Masumi teringat ucapan suster bahwa ada banyak memar di tubuh Maya. Kembali rasa marah itu menyapanya.
Nakahara…!!
Dendamnya.
Kau tidak akan lolos begitu saja dari perbuatanmu!
Tiba-tiba tangan mungil Maya menyentuh pipinya, Masumi sedikit terkejut. Maya sudah memejamkan matanya tadi, dia pikir Maya sudah tidur. Masumi menundukkan kepalanya menatap Maya.
“Ada, apa?” Maya menggerakkan bibirnya.
Keduanya kembali berpandangan.
“Maafkan aku,” gumam Masumi, lirih. “Kau tidak akan mengalami ini semua jika bukan karena aku,” matanya terlihat sendu.
Maya menggelengkan kepalanya.
“Mereka mengincarku, karena itulah mereka menggunakanmu untuk memancingku,” jelasnya. “Dan mereka sudah memperlakukanmu dengan sangat kasar,” Masumi mengeratkan rahangnya dan juga pelukannya pada Maya.
“Maya,” Masumi kembali memandang kekasihnya, “aku bersumpah mereka akan membayar semua perbuatannya kepadamu,” tekadnya.
Maya sangat terkejut melihat mimik Masumi yang tampak menyeramkan.
Sekali lagi Maya menggeleng, kali ini lebih keras, untuk menentang keinginan Masumi.
“A, ku, ti, dak, ma, u, an, da, me, la, ku, kan, ke, ke, ras, an, la, gi,” Maya bicara terbata-bata dengan suara serak dan timbul tenggelam.
Masumi tertegun.
“Apa aku tadi sudah membuatmu takut?” tanya Masumi.
Maya mengangguk.
“Maaf,” bisik Masumi, “tapi aku tidak akan mengampuni siapa pun yang sudah menyakitimu,” pria itu berkeras.
Pak Masumi…
Maya memeluknya lagi lebih erat dengan khawatir.
=//=
Masumi terbangun saat hari masih sangat pagi. Dilihatnya Maya masih terlelap di pelukannya. Wajahnya sangat damai. Masumi tersenyum.
Maya…
Dibelainya pipi gadis itu dengan punggung telunjuknya perlahan.
Alis Maya berkerut dan kepalanya bergerak sedikit.
Masumi menghentikan kelakuannya. Dia lalu tersenyum kecil melihat reaksi Maya.
Perlahan gadis itu membuka matanya.
Masumi terkesiap, karena dia tidak bermaksud membangunkan gadis itu.
"Pak Masumi…" Maya menggerakkan bibirnya.
"Maaf, aku tidak bermaksud membangunkanmu…" sesal pria itu.
Maya tersenyum tipis dan menggeleng. Dia merasa bahagia bisa terbangun dalam pelukan kekasihnya.
“Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak?” tanya Masumi.
Maya mengangguk dan mengucapkan terima kasih.
Masumi menggerakkan badannya, turun dari tempat tidur. Dia harus pulang dan berganti pakaian sebelum pergi ke Daito.
“Aku akan menghubungi Rei untuk menemanimu, setelah itu aku harus pergi bekerja,” ujar Masumi. Ada nada tidak rela karena dia harus meninggalkan Maya dalam keadaan seperti itu.
“Atau aku ke sini lagi saja menemanimu?” tanya Masumi.
Maya menggelengkan kepalanya tersenyum.
“Aku, tidak, apa, apa,” Maya berkata tanpa suara.
“Baiklah kalau begitu,” Masumi tersenyum.
Masumi lalu menekan nomor Rei dan memintanya datang ke rumah sakit untuk menemai Maya hari ini. Rei sangat terkejut saat mengetahui Maya di rumah sakit dan Masumi mengatakan dia akan menerangkan semuanya setelah gadis itu tiba di rumah sakit.
“Maya, waktu itu, sebelum penculikan, apakah kau… pergi keluar dari gedung?” tanya Masumi perlahan.
Maya tertegun sebentar, dia menunduk, lalu mengangguk.
“Kenapa?” tanya Masumi, dia lalu duduk di pinggir tempat tidur.
Maya masih tidak menatap Masumi. Dia kembali teringat kepada Shiori dan apa yang dikatakannya di pesta malam itu. Maya meremas selimutnya perlahan. Rasa sakit hati dan cemburunya kembali muncul. Maya tidak mengatakan apa pun dan hanya menggeleng perlahan.
Masumi mengamatinya. Dia tahu Maya tidak ingin membicarakannya. Dia pikir mungkin Maya masih trauma dengan penculikan yang dialaminya dan tidak mau mengingatnya.
“Maaf,” Masumi menggenggam tangan Maya. “Aku hanya ngin tahu apa yang sebenarnya terjadi malam itu dan bagaimana kronologisnya.”
Maya melipat bibirnya gelisah.
“Kita tidak usah membicarakannya kalau kau belum siap,” kata Masumi lembut.
Sebuah ketukan di pintu mengalihkan perhatian Maya dan Masumi. Ternyata Rei sudah datang dengan keperluan Maya.
“Maya…” Rei menghampiri dan memeluknya.
Pandangannya beralih kepada Masumi. Masumi lalu berdiri keluar kamar dan Rei mengikutinya.
Di luar, Masumi menjelaskan kejadian yang menimpa Maya. Rei sangat terkejut mendengarnya.
“Maya… diculik?” wajah Rei terlihat sangat syok.
“Iya, tolong temani dia hari ini, nanti dia akan melakukan beberapa pemeriksaan. Aku harap kau bisa menjaganya menggantikan aku,” ujar Masumi.
“Tentu Pak Masumi, tentu saja…” kata Rei.
“Baiklah, aku pulang sekarang. Aku pamitan dulu sebentar pada Maya,” kata Masumi.
Rei mengangguk dan Masumi kembali masuk ke dalam kamar.
“Aku pulang dulu, Oshima sudah menungguku di parkiran,” pamit Masumi sambil menghampiri Maya.
Maya mengangguk.
“Nanti aku ke sini lagi. Rei akan menungguimu sementara, mungkin nanti siang akan ada Sawajiri ke sini,” tambah Masumi. “Kau jangan nakal ya, harus menuruti kata-kata dokter dan suster di sini…” nasihat Masumi, pura-pura galak.
Maya tertawa kecil dan kembali mengangguk.
Masumi lantas mengecup dahi Maya sambil memijat tengkuknya perlahan. Kemudian Masumi kembali melihat guratan di leher Maya. Gadis itu menyadari sorot mata kekasihnya itu berubah dingin.
“Kalungmu…” kata Masumi, “nanti aku akan membetulkan rantainya yang putus.”
Pak Masumi…
“Aku pergi dulu ya,” Masumi tersenyum.
Maya menahan pergelangan tangan Masumi.
Masumi tertegun. Dipandanginya pergelangannya lantas wajah Maya.
“Ada apa?” tanya Masumi.
Wajah Maya tampak khawatir. Gadis itu lalu membalikkan telapak tangan Masumi.
“[ber-jan-ji-lah An-da ti-dak a-kan meng-gu-na-kan ke-ke-ras-an un-tuk me-nye-le-sai-kan ma-sa-lah]” pinta Maya.
Maya…
“[A-ku ti-dak i-ngin An-da ter-li-bat ma-sa-lah ber-jan-ji-lah pak-ma-su-mi]” Maya menggenggam tangan Masumi erat-erat dan memandangnya dengan tatapan memelas, meminta pria itu untuk berjanji.
Masumi terdiam. Dia menghirup nafas berat. Lalu mengangguk.
“Tapi jika aku tidak ada pilihan lain, maka terpaksa—“
Bruk!!
Maya memeluk pria itu dan menggelengkan kepalanya, melarang.
Maya…
Balas dipeluknya gadis itu.
“Aku tidak akan bertindak gegabah, aku berjanji…” gumam Masumi.
Cukup lama akhirnya Maya melepaskan pelukannya. Masumi kembali berpamitan dan Maya melepasnya dengan pandangan khawatir. Entah kenapa Maya merasa Masumi merencanakan sesuatu setiap kali dia melihat guratan luka di leher Maya.
=//=
Masumi segera membersihkan diri setibanya di rumah. Kamarnya sudah rapi kembali. Memang para pelayannya itu benar-benar terlatih dan bisa diandalkan.
Eisuke sudah menunggunya saat dia pergi ke ruang makan untuk sarapan.
“Jadi sekarang Maya ada di rumah sakit?” tanya Eisuke.
“Iya, Ayah…” jawab Masumi.
“Baguslah semuanya baik-baik saja,” gumam Eisuke.
Masumi memandangi ayahnya itu.
“Terima kasih Ayah, untuk bantuannya,” ujar Masumi.
“Tidak masalah,” Eisuke memasukkan sepotong makanan ke dalam mulutnya. “Aku hanya meminjamkan peralatannya, kau yang menentukan bagaimana menggunakannya.”
Masumi tersenyum tipis. Setelah kejadian semalam, Masumi sudah menganggap dosa ayahnya yang telah menelantarkannya saat sedang diculik dulu sudah lunas. Dia tidak tahu apa yang mungkin terjadi jika dia tidak menerima tawaran Eisuke untuk menggunakan bala bantuan darinya.
“Kau sudah tahu siapa dalangnya?” tanya Eisuke lagi.
“Nakahara,” jawab Masumi, dingin. “Dari Doremi Productions,” imbuhnya.
“Nakahara?” Alis Eisuke berkerut. “Apa kau pernah melakukan sesuatu kepadanya?” Eisuke ingin tahu.
“Aku membuat perusahaannya hampir bangkrut,” jawab Masumi datar.
Eisuke tersenyum tipis.
“Lalu apa rencanamu?” tanya Eisuke lagi.
Masumi mengangkat pandangannya dari piring kepada Eisuke.
“Memberinya pelajaran, tentu saja,” ujarnya, dingin.
=//=
Nakahara turun dari mobilnya dengan langkah tegap. Sebenarnya suasana hatinya sedang sangat tidak bagus. Tadinya. Sampai dia menerima telpon dari seseorang yang mengaku asisten dari Kenzo Sakura, seorang jutawan kaya mendadak yang berminat menanam saham di perusahaannya yang sedang oleng gara-gara si dingin Masumi Hayami.
Nakahara tahu rencananya sudah digagalkan semalam. Dan dia juga tahu Masumi pasti sudah mengetahui bahwa dialah dalang dari penculikan kekasihnya. Awalnya dia hendak pergi ke luar kota beberapa hari untuk menghindari Masumi, kalau saja asisten Kenzo Sakura itu tidak menghubunginya dan memberikan kabar gembira ini, serta memintanya datang untuk makan siang di sebuah restoran bergengsi.
“Saya ada janji dengan Kenzo Sakura,” kata Nakahara dengan suara berat dan percaya diri.
“Iya Tuan, sudah disiapkan, silahkan ikuti saya.” Kata pelayan tersebut dengan sangat sopan.
Tempat pertemuan siang itu adalah sebuah restoran Jepang yang sangat terkenal dan berkelas, sepertinya memang menunjukkan bagaimana pribadi dari Kenzo Sakura itu.
“Di sini Tuan,” pelayan tersebut menggeser pintu sebuah ruangan pribadi.
“Jika ada yang Anda perlukan, Anda bisa panggil saya,” tambahnya tanpa lupa tersenyum.
“Ya… ya… pasti,” Nakahara mengangguk-angguk puas dengan apa yang dilihatnya.
Dia duduk di atas sebuah zabuton, menuangkan sake dingin yang sudah disediakan di atas meja. Rupanya si Kenzo itu belum datang.
Dengan senyum yang tidak hilang dari bibirnya, Nakahara menyesap sakenya, lalu mendesah puas dengan apa yang dirasakan lidahnya dan mengangguk-angguk lagi.
Dia bertanya-tanya seperti apa Kenzo Sakura ini. Dia belum pernah mendengar nama tersebut dari kalangan pengusaha kenalannya. Asistennya mengatakan bahwa Kenzo Sakura baru-baru ini mencoba bermain saham dengan modal kecil, dan ternyata dia memperoleh keuntungan yang berlipat-lipat dan kini mempunyai kekayaan yang tidak sedikit.
Ah, apa peduliku…
Pikir Nakahara.
Yang penting dia sudah mau menanam modalnya di Doremi…
Pria itu menyeringai.
Huh! Masumi Hayami! Biar tahu rasa dia melihat Doremi bangkit lagi, pasti dia sangat terkejut.
Senyumannya semakin lebar dan tampak culas.
“Silahkan Tuan, di sebelah sini,” terdengar suara pelayan dari luar, sepertinya Kenzo Sakura sudah datang.
Dengan cepat Nakahara menegakkan posturnya saat didengarnya pintu digeser.
Seseorang masuk ke dalam. Tubuhnya tinggi, tegap dengan pakaian yang sangat rapi dan terlihat perlente. Wajahnya dingin dan tatapannya tajam.
Seketika wajah Nakahara pucat pasi seperti tikus yang tersudut di dalam lubang ular.
“Ma, Masumi Hayami!!!” Serunya spontan, panik.
“Halo Nakahara, apa kau sedang menunggu seseorang?” tanya Masumi datar.
“A, aku… eh?!!” tiba-tiba Nakahara tersadar.
“Akulah Kenzo Sakura, Nakahara,” kata Masumi, seakan menjawab pertanyaan di benak Nakahara.
“Kau!!!” Nakahara akhirnya tahu bahwa Masumi sudah menjebaknya.
“Apa yang kau inginkan dariku?!!” Nakahara terlihat gemetar.
Tatapan tajam dari wajah yang dingin itu tidak juga menghilang. Bibir Masumi terlihat mengerucut dan sadis.
“Kau tahu apa yang kuinginkan,” suaranya Masumi bergetar menahan emosi.
Nakahara bisa merasakan bulu kuduknya meremang. Terburu-buru dia mencoba bangkit, hendak berlari, tapi percuma. Masumi menyergapnya, meremas kuat kerah kemejanya dan meninju rahangnya dengan kuat.
Nakahara mengaduh sangat keras tapi Masumi belum puas. Beberapa kali dipukulinya wajah pria itu. Kemudian, diraihnya kembali kerah Nakahara dan didorongnya tubuh tambun itu membentur tembok. Lalu dengan sebelah tangan lainnya, menggunakan jari-jarinya yang panjang dan kuat, Masumi menghentikan jalan nafasnya.
“Bukankah sudah pernah kukatakan jangan pernah mengusikku?” desisnya penuh ancaman. “Dan kau malah menyuruh anak buahmu yang tidak berguna itu macam-macam dengan Maya Kitajima. Apa kau sudah tidak sayang lagi dengan nyawamu, hah?!!!” Bentaknya, menggelegar.
Nakahara menggeleng kuat-kuat. wajahnya merah padam, tercekik, tidak bisa bernafas.
Masumi lantas hanya memandangnya dengan keji.
Nakahara mencoba mengatakan sesuatu, memohon ampun, tapi hanya suara tercekik yang terdengar darinya.
Di tangannya, Nakahara terlihat sudah mau kehilangan kesadaran.

Nakahara bahkan sudah tidak bisa menggerakkan tangannya saking lemasnya.
Masumi teringat Maya. Dia lalu menarik nafas dalam-dalam dan dihempaskannya Nakahara.
Segera pria itu terbatuk-batuk, sebelah tangannya memegangi lehernya.
“Jika sampai, sekali lagi kau mengusik hidupku atau Maya, aku yakinkan kau akan lebih dekat lagi dengan kematian dari yang baru saja kau rasakan,” desis Masumi.
“Dan bersiaplah, Nakahara, aku akan memperpendek umur Doremi. Segeralah cari pekerjaan baru dari sekarang!” Masumi berkata sebelum berbalik untuk pergi.
Nakahara duduk terkapar, badannya sangat lemas dan nafasnya terengah. Sekali-kali dia masih terbatuk. Namun dia berusaha keras untuk bicara.
“Aku, tidak pernah bermaksud,” Nakahara terbatuk. “Membawa-bawa Maya Kitajima…” terangnya diantara nafasnya yang sesak. “aku, hanya, ingin, kau mendapat, pelajaran…” dia berusaha menegakkan badannya. “Tapi, dia, bilang, cara, terbaik, menyakitimu, adalah, melalui, gadis, itu…” wajah Nakahara masih terlihat ketakutan.
Masumi tertegun.
Dia?!
Masumi membalikkan badannya.
“Dia? Siapa maksudmu dengan dia?” tuntut Masumi, wajahnya terlihat keras.
Nakahara menggeleng.
“Aku tidak tahu,” katanya. “Dia menghubungiku melalui telpon dan mengatakan ingin membantuku membalaskan dendamku kepadamu. Dia juga menawarkan uang untuk produksi drama kami yang baru, yang hampir gagal produksi karena kekurangan sponsor,” paparnya.
Masumi kembali mendekati Nakahara.
“Teruskan,” perintahnya.
“Tapi kumohon, jangan bawa-bawa Doremi…”
“Teruskan!!” tuntut Masumi.
“Orang itu memintaku menyiapkan beberapa yakuza milikku untuk menculik Maya Kitajima pada saat resepsi pernikahan Ayumi Himekawa. Mereka diminta bersiaga dan segera membawa pergi Maya saat gadis itu sendirian,” terang Nakahara. “Aku tadinya tidak mau, tidak setuju. Tapi dia mengatakan akan membantu masalah keuangan doremi dan juga uang hasil tebusan darimu bisa dipakai—“
Cih! Kau berniat menggunakan uang itu untuk menjalankan perusahaanmu?!!” Masumi mendekatkan wajahnya jijik dan mengancam.
“Maafkan aku! Kumohon maafkan aku.” Pinta Nakahara, beberapa kali dia membungkukkan badannya. “Perusahaan itu adalah warisan Ayahku. Aku tahu aku tidak sebaik dia dalam menjalankannya, tapi aku tidak ingin perusahaan itu sampai bangkrut! Masumi, ada ribuan karyawan yang nasib dan keluarganya berada di tangan perusahaan itu…” Nakahara membungkuk berkali-kali.
Masumi hanya memperhatikannya. Pikirannya sedikit kalut. Dia kembali teringat kata-kata Maya untuk menghindari kekerasan.
“Dia itu…” gumam Masumi, “laki-laki atau perempuan?”
“Laki-laki,” jawab Nakahara. “Dia bilang dia juga membencimu dan sangat ingin melihat kau dan kekasihmu menderita.”
“Aku dan….” Mata Masumi melebar.
Kekasihku? Maya…?
Masumi kembali beranjak berdiri hendak keluar ruangan.
“Kau tidak akan menghancurkan Doremi kan Masumi?! Masumi?!” seru Nakahara, minta dikasihani.
Masumi terdiam beberapa saat sebelum membuka pintu.
“Akan kupikirkan,” ujarnya.
Masumi lalu keluar dari ruangan itu.
“Kalau kau mau gadis itu selamat, kau harus meninggalkannya!” Seru Nakahara untuk terakhir kalinya. “Dia bilang selama kalian bersama dia akan berusaha keras untuk menyakiti kalian!” Nakahara berharap, informasi yang dia berikan dapat membuat Masumi luluh dan tidak menyentuh Doremi lagi.
Masumi meninggalkan restoran tersebut dengan perasaan gundah dan marah.
Dia? Laki-laki? Kenapa dia menginginkan aku dan Maya menderita?
Masumi tidak habis pikir.
Mungkinkah dia salah satu musuh Daito lainnya?
Masumi menyadari, dalam perjalanan karirnya dia sudah berhasil menciptakan banyak musuh di sana sini. Selama ini dia selalu bersikap dingin, tidak peduli seperti apa tindakan lawan kepadanya, dia akan membalasnya berkali lipat.
Tapi sekarang berbeda. Sekarang ada Maya. Mereka yang membencinya tidak hanya menyerang dirinya, tapi juga kepada kekasihnya itu.
Masumi masuk ke dalam mobil, menyalakan mesinnya. Dia kembali berpikir.
Maya… apa yang sudah kulakukan? Aku sudah melibatkanmu ke dalam duniaku yang kelam. Padahal kau seharusnya tetap tinggal di duniamu yang penuh dengan sejuta pelangi.
Masumi membenamkan wajahnya pada kemudi.
Bodoh!
Masumi tersenyum miris.
Aku yang berpikir dengan membiarkan orang tahu bahwa kami berhubungan akan bisa melindunginya, malah mendatangkan bahaya baginya.
Maya… kekasihku…
Maafkan aku….
Masumi mengepalkan tangannya erat-erat. Tiba-tiba dia teringat dengan kasus coklat beracun. Sebelumnya mereka mengira bahwa itu adalah perbuatan dari saingan Maya atau yang iri kepada Maya. Namun sekarang…
Apakah itu juga salah satu perbuatan dari orang yang membenciku?
Dada Masumi berdebar khawatir.
Kalau sampai terjadi apa-apa kepada Maya dikarenakan olehku, aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri. Tidak akan bisa!
Wajah Masumi kembali terlihat sangat keras.
=//=
Maya sedang diperiksa dokter Fujiwara saat Sawajiri datang. Rei menunggu di luar ruangan.
“Bagaimana Maya?” tanya Sawajiri, menghampiri Rei.
Sejujurnya, sejak kejadian di kafe, Sawajiri sudah benar-benar membuat Rei kesal dengan kata-katanya. Walaupun Rei tidak yakin kata-katanya yang mana yang membuatnya kesal. Belakangan dia malah merasa bahwa apa yang dikatakan Sawajiri memang benar. Dia lebih seperti seseorang yang berprofesi sebagai pelayan kafe ketimbang sebagai aktris.
“Sekarang sedang diperiksa oleh dokter Fujiwara. Lalu jika sudah ada hasilnya, dia akan dibuatkan jadwal terapi suara. Dia juga akan melakukan pemeriksaan kejiwaan nanti,” papar Rei.
“Pemeriksaan kejiwaan?” ada nada terkejut dari Sawajiri walaupun hanya sedikit.
Rei menolehkan kepalanya.
“Anda tidak tahu Maya sempat mengalami penculikan?” tanya Rei.
Sawajiri menggelengkan kepalanya.
“Kapan?” tanyanya.
“Saat pesta pernikahan Ayumi,” terang Rei. “Ada beberapa lebam di tubuh Maya dan di wajahnya. Sepertinya mereka memperlakukan Maya dengan kasar,” Rei menelan ludahnya. “Tapi tadi sudah lebih baik…”
“Luka lebam?” alis Sawajiri berkerut. “Berarti dia tidak akan bisa melakukan pemotretan,” gumamnya. “Kecuali mungkin bisa diusahakan dengan memakai make up,” imbuhnya perlahan.
Rei melirik tidak percaya pada manusia tembok di sampingnya. Tiba-tiba dia memikirkan sesuatu.
“Kak Sawajiri, apakah kau tidak memperhatikan Maya saat itu? Kau kan manajernya, seharusnya kau berada di samping Maya?” tanya Rei.
Sawajiri menolehkan pandangannya kepada Rei.
“Aku memang manajernya, tapi dia bersama kekasihnya, atasanku. Aku cukup tahu diri untuk bisa melihat mereka hanya ingin berduaan dan tidak perlu ada aku untuk membuntutinya,” jawab Sawajiri dengan datar.
Dokter Fujiwara keluar dari ruang perawatan Maya. Mengatakan semuanya baik-baik saja untuk Maya. Luka di tenggorokannya sudah sembuh dan dia bisa mendapatkan kembali suaranya secara bertahap. Maya diminta berlatih bicara dengan cara berbisik dalam kesehariannya dan bisa mencoba semakin keras lagi. Namun sekali lagi dokter Fujiwara mengingatkan, Maya tidak boleh mengeksploitasi suaranya andaikan nanti sudah sembuh, setidaknya 3-6 bulan Maya tidak boleh main teater.
Sawajiri mengingat semuanya untuk disampaikan kepada Masumi dan Kuronuma.
=//=
Masumi berjalan menyusuri koridor rumah sakit menuju kamar Maya untuk dijemputnya. Di benaknya masih terngiang laporan Hijiri mengenai apa yang terjadi di pernikahan Ayumi.
[“Tuan Masumi, dari CCTV yang terpasang di gedung, saat itu Nona Maya masuk ke dalam kamar mandi, kurang lebih 10-15 menit kemudian Nona Maya terlihat keluar dari sana, mungkin saat itulah dia keluar dari gedung,” lapornya. “Selain itu, mungkin hanya kebetulan, tapi juga terlihat beberapa saat setelah Nona Maya masuk ke kamar mandi, Nona Shiori juga masuk ke sana. Dan beberapa menit setelah Nona Maya keluar dari kamar mandi, Nona Shiori juga keluar dari sana,” Hijiri menerangkan.]
Shiori??
Masumi masih berpikir.
Apakah mungkin ada kaitannya dengan Shiori? Atau hanya kebetulan saja?
Pandangan Masumi mengenai Shiori memang sudah berubah dari sebelumnya. Saat dia tahu wanita itu sanggup memfitnah Maya mencuri cincin pertunangannya dulu dan juga kejadian dengan gaun pengantinnya, serta kasus cek dan bagaimana wanita itu sudah merobek-robek album Maya dan menyakitinya, Masumi yakin Shiori tidak selembut yang dikiranya dulu.
Namun setelah apa yang terjadi di antara mereka. Lebih jauh lagi, Shiori sudah menikahi sepupu angkatnya Yosuke, rasanya mustahil wanita itu masih mau macam-macam dengannya. Masumi tidak ingin gegabah dengan menuding Shiori macam-macam. Di matanya, dia dan wanita itu sudah tidak punya kaitan apa-apa lagi.
Pintu kamar Maya terbuka. Masumi masuk ke dalam. Dilihatnya Maya sedang membereskan beberapa barangnya.
Masumi mendekati dari belakang dan mencium pipi Maya dengan cepat.
Gadis itu terperanjat, lalu memutar badannya. Matanya berbinar melihat Masumi dan wajahnya merona. Dipelukanya pria itu.
“Aku merindukanmu…” kata Masumi, balas memeluknya.
Maya mengangguk, menandakan dia merasakan hal yang sama.
Setelah mengurus administrasi Maya keduanya keluar dari rumah sakit. Masumi sudah mendapatkan laporan lengkap mengenai kondisi Maya dari Sawajiri dan hasilnya positif.
Mobil yang dikendarai Oshima segera meluncur ke apartemen Maya setelah sempat berhenti di sebuah restoran dan meminta Oshima membelikan makanan bagi mereka untuk dibawa pulang.
=//=
Setibanya di apartemen Maya, Masumi segera meletakkan barang-barang Maya di kamarnya dan Maya menyiapkan makan malam mereka. Mereka membeli beberapa makanan dari restoran Cina.
“Maya,” kata Masumi saat keduanya tengah menikmati makan malam. “Tasmu, kami tidak bisa menemukannya.”
Wajah Maya terlihat sedih.
“Apakah ada barang berharga di dalamnya?” tanya Masumi.
“Hanphone-ku…” bisik Maya, perlahan.
Tapi Masumi sudah terbiasa membaca bibir Maya jadi tidak sulit baginya mengetahui apa yang dikatakan Maya.
“Nanti kita beli yang baru ya…” Masumi menenangkan.
Maya menggeleng perlahan.
“Yang berharga, adalah, foto-foto di dalamnya,” terang Maya. “Saat di Hakkeijima dan di Izu…” raut wajah Maya terlihat sedih.
Maya…
“Sudah tidak apa-apa,” Masumi tersenyum. “Kita bisa ke sana lagi kapan-kapan dan mengambil foto yang banyak,” diraihnya tangan Maya dan digenggamnya.
Maya mengangguk.
Izu…
Tiba-tiba saja Maya kembali teringat kepada perkataan Shiori.
Dipandanginya Masumi.
“Ada apa?” masumi mengangkat alisnya.
Dengan cepat Maya menggeleng.
Masumi pernah bilang bahwa villa di Izu adalah tempat pribadinya. Bahkan Eisuke tidak tahu. Jadi apa yang dikatakan Shiori bahwa dia pernah pergi ke sana, tidaklah bohong. Begitu juga mengenai restoran di sisi dermaga, dan pastinya Astoria.
Jantung Maya berdenyut sakit.
Mungkin benar, bahwa dulu hubungan Masumi dan Shiori memang sudah sejauh yang wanita itu katakan kepadanya. Maya juga tahu Masumi bisa sangat mesra kepada kekasihnya.
Maya menggigit bibir bawahnya gelisah. Perkataan Shiori benar-benar mengganggunya. Bayangan keduanya bersama kembali berputar di kepala Maya dan membuat gadis itu sangat cemburu sampai ingin menangis.
“Sayang kau kenapa?” tanya Masumi, lembut.
Maya mengangkat pandangannya. Sedari tadi dia tidak sadar hanya memainkan sumpitnya dan tidak menyuap.
“Ada yang kau pikirkan?” tanya Masumi lebih lanjut.
Maya tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Tapi Masumi tahu ada yang dipikirkan gadis itu.
Setelah selesai dengan makan malam keduanya kembali menyaksikan televisi. Masumi mengatakan kepada Maya bahwa dia sudah berbincang dengan Kuronuma, dan mereka sepakat akan menggubah beberapa bagian dalam naskah asli Bidadari Merah.
“Syukurlah suaramu sudah kembali dan kita lihat perkembangannya dalam seminggu seperti yang dokter Fujiwara katakan. Tapi karena kau masih belum boleh membiarkan pita suaramu bekerja terlalu keras, ada beberapa bagian yang akan diganti. Ada beberapa dialogmu yang akan digantikan narrator. Ada juga beberapa bagian yang ditambahkan tari-tarian. Selain itu, Pak Kuronuma juga bermaksud menambahkan beberapa teknik panggung yang lebih modern,” terang Masumi.
Maya mengangguk.
“Seperti kau tahu, hak cipta naskah film dan naskah panggung sangat jauh berbeda. Jika pemilik naskah film sudah kehilangan haknya begitu dia menjual naskahnya, dan naskah bisa diubah sedemikian rupa oleh produser dan sutradara, tidak demikian dengan naskah drama panggung. Dan hak pementasan Bidadari Merah tersebut kau yang pegang. Jadi penggubahan ini pun memerlukan persetujuanmu. Jadi mungkin besok Sawajiri akan mengantarmu untuk bertemu dengan Pak Kuronuma,” tutur Masumi. “Aku sendiri setuju saja dengan apa yang dianggap Pak Kuronuma paling baik.”
Maya mengangguk dan tersenyum.
“Maya, bisa kau buka cardiganmu?” pinta Masumi.
Maya tertegun, tapi dibukanya juga.
Masumi menelan ludahnya. Ternyata lebamnya memang lebih banyak dari yang dia kira, dan sekarang sudah terlihat lebih jelas. Menghitam. Semalam tidak begitu terlihat karena tubuh Maya yang kotor.
Ada bekas ikatan di pergelangannya, juga bekas cengkaraman dan benturan di tangannya. Di bahunya juga ada lebam, sepertinya mereka sempat membanting Maya. Lalu lehernya, dan pipinya.
Masumi sungguh tidak rela melihat Maya seperti ini. Dan pastinya Maya juga tidak bisa memperlihatkan lebam ini kepada orang lain atau akan menjadi skandal.
“Sakit?” tanya Masumi, membelai salah satu luka dengan ibu jarinya.
Cepat-cepat Maya menggeleng. Dia tidak mau Masumi sampai khawatir.
Masumi tersenyum simpul. Sekali lagi dia tahu Maya berbohong. Mungkin masih ada luka lain di balik celana panjang dan blousenya.
Perlahan Masumi mendekatkan pergelangan tangan kiri Maya ke bibirnya.
“Kau pernah dengar kalau luka itu lebih cepat sembuh jika dijilat?” tanya Masumi.
Maya terbelalak, dan bibirnya sedikit terbuka mendengar perkataan Masumi.
Tapi pria itu hanya menggodanya. Dia tidak menjilatnya, hanya mengecup luka-lukanya perlahan; pergelangannya, tangannya, sikutnya, lengan atasnya yang ada bekas cengkaraman serta bahunya dengan bekas benturan.
Maya hanya mematung, dia bisa merasakan listrik yang mengaliri tubuhnya dan membuatnya membeku. Maya menelan ludahnya tidak kentara.
Pak Masumi...
Pria itu meraih tangan yang satunya dan melakukan hal yang sama. Namun kali ini dia tidak berhenti di bahunya. Masumi melanjutkan sampai ke lehernya, dimana ada bekas guratan dari rantai kalung Maya dan pipinya, dengan bekas tamparan di sana.
Masumi dan Maya lalu berpandangan lurus-lurus.
Jantung gadis itu seperti mau meledak. Bagaimana bisa Masumi melakukan semua itu dengan sangat tenang, bahkan wajahnya terlihat sedikit dingin saat ini. Sementara Maya sudah tidak mengerti lagi dengan apa yang dia rasakan.
Masumi mendekatkan bibirnya kepada bibir Maya, dan diamatinya bibir gadis itu yang walaupun baru beberapa hari yang lalu, namun dalam ingatannya sudah sangat lama tidak dikecupnya.
“Apa mereka melakukan sesuatu pada bibirmu?” bisik Masumi, masih mengamati bibir gadis itu dengan sangat dekat sebelum mengangkat pandangannya kembali menatap Maya.
Dengan sangat gugup Maya menggelengkan kepalanya.
“Tapi aku tetap akan menciumnya, tidak apa-apa kan?” pinta Masumi, masih berbisik.
Wajah Maya menjadi merah padam dan dia mengangguk.
Masumi lalu menggerakkan bibirnya lebih dekat lagi dan menyentuhkan keduanya.
Maya memejamkan matanya dan mereka mulai berciuman.
Beberapa kali pandangan keduanya sempat bertemu. Dan setiap kali mereka berpandangan, jantung Masumi akan berdebar semakin kuat. Cara gadis itu memandang sangat menggetarkan jiwanya. Mungkin Maya melakukannya di luar kesadaran, tapi tatapannya selalu menyadarkan Masumi bahwa gadis yang sekarang bersamanya sudah menjadi wanita dewasa. Masumi bahkan tidak ingat, sejak kapan dia sudah berhenti memanggil Maya dengan sebutan ‘Mungil’.
Selepas itu, Masumi meraih pinggang Maya dan memeluknya sementara dirinya menyandarkan tubuhnya ke sofa.
Maya balas memeluk Masumi dengan erat sementara menyandarkan dirinya di dadanya. Maya merasa bahwa dirinya belakangan semakin manja pada Masumi. Tapi itu pun karena Masumi memang sangat memanjakannya.
Sementara itu, ada rasa bersalah dalam diri Masumi. Perasaan bahwa dialah yang menjadi penyebab semua yang dialami Maya. Pelukannya terasa semakin erat.
Kalau bukan karena aku, dia tidak akan mengalami semua ini…
Batinnya.
Lebih menakutkan lagi, kalau kasus coklat beracun itu juga memang dirinyalah penyebabnya.
Bagaimana ini, Maya…
Aku terlalu khawatir meninggalkanmu sendirian… Tapi ternyata, keberadaanku di sisimu malah membahayakanmu. Tidak hanya karirmu, bahkan nyawamu.
Raut khawatir terlihat jelas di wajah Masumi namun Maya tidak dapat melihatnya.
Sementara Masumi mengkhawatirkan keberadaan dirinya yang mengundang bahaya bagi Maya, di sisi lain, Maya mulai yakin, bahwa Masumi bukan pria seperti yang Shiori sangka-kan.
Mungkin benar hubungan Masumi dan Shiori sudah sangat mendalam dulu, Maya tidak mau tahu lagi. Tapi yang pasti Masumi tidak meninggalkan wanita itu hanya karena dia ‘sudah mendapatkan apa yang diinginkannya’ seperti yang Shiori katakan.
Masumi sudah sering menciumnya, dari kecupan ringan sampai cumbuan yang bergairah yang sempat dirasakannya dulu di Izu. Tapi yang pasti, pria itu tidak pernah bertindak melewati batas tanpa persetujuan darinya. Beberapa hal memang sempat terjadi itu pun karena Maya yang memulainya.
Maya sudah tidak peduli lagi apa yang terjadi di masa lalu Masumi dan Shiori, yang pasti dia sangat menentang gambaran yang Shiori berikan, bahwa kekasihnya ini lelaki brengsek.
“Sudah larut, aku pulang dulu ya,” pamit Masumi, membuyarkan lamunan Maya.
Sejenak Maya masih saja bergeming.
“Apa Rei masih lama pulangnya?” tanya Masumi.
Maya mengangguk. Lalu mengangkat wajahnya, menggerakkan bibirnya mengatakan ‘jam sebelas.’
Masumi melihat jam dinding, baru jam 9.
“Maya,” panggil Masumi lagi, “apakah saat di pesta Ayumi, kau sempat bertemu Shiori di kamar mandi?” selidik Masumi.
Deg!
Mata Maya melebar.
“Hijiri sudah mengecek kamera cctv yang ada di dalam gedung, kami menyelidikinya untuk mengetahui kejadian sebelum kau diculik atau apakah penculiknya sempat terlihat di dalam cctv. Tapi tidak ada, hanya ada kau yang masuk ke dalam kamar mandi, keluar kamar mandi lalu keluar gedung. Namun selain itu, juga terlihat Shiori yang masuk dan keluar setelahmu,” papar Masumi. “Apakah terjadi sesuatu diantara kalian?” tanya Masumi.
Maya terdiam sebentar. Dia tidak yakin bahwa hal yang terjadi di kamar mandi adalah sesuatu yang harus disampaikannya kepada Masumi.
Shiori meminta tolong dia membantunya saat sedang memperbaiki make up, sambil bercerita mengenai Masumi. Dia mendengarkannya, merasa cemburu dan sakit hati lantas dengan perasaan hancur meninggalkan pesta.
Apakah aku harus mengatakan semua itu kepada Pak Masumi? Rasanya… itu bukan sesuatu yang penting.
Pikir Maya.
Gadis itu lalu menggeleng. Diraihnya telapak tangan Masumi.
“[Di-a ha-nya me-min-ta-ku mem-ban-tu-nya sa-at di-a me-ra-pi-kan ma-ke up…]” terang Maya.
Dia tidak berbohong, hanya tidak mengatakan kejadiannya secara keseluruhan.
Masumi tertegun lalu mengangguk.
“Lalu kenapa kau malam itu keluar dari gedung, Sayang?” tanya Masumi dengan lembut.
Maya kembali terdiam.
“[A-ku-ha-nya-ber-mak-sud-men-ca-ri-u-da-ra-se-gar]” kali ini Maya berbohong.
Masumi terdiam lalu mengecup kepala Maya dengan khawatir.
=//=
Beberapa hari berlalu dengan cepat. Maya sudah mulai sibuk latihan kembali dengan teman-temannya. Dia berlatih beberapa jenis tarian dan mulai latihan fisik. Perubahan pada naskah Bidadari Merah juga sudah mulai dilakukan.
Maya juga sudah membuat surat pembatalan kuasa kepada Sawajiri dan Hino mengenai pemindahan hak pementasan Bidadari Merah.
Sementara Masumi mulai sibuk mengadakan rapat mengenai rencana pementasan Bidadari Merah yang tertunda. Setiap ada kesempatan, dia akan mengunjungi Maya. Semakin mendekati pementasan dia semakin khawatir. Takut orang yang mengincar Maya akan melakukan sesuatu yang lebih keji. Sepertinya orang itu bertindak dengan sangat hati-hati. Tidak ada sidik jari lain selain sidik jari anak kecil tersebut pada coklat itu. Telpon yang menghubungi Nakahara pun tidak bisa dilacak karena dia selalu menghubungi ke telpon rumah. Sejauh ini petunjuk mengenai siapa dalang dibalik semua ini masih belum ketahuan.
Di samping itu, beberapa hari ini Masumi sibuk meyakinkan para pemegang saham mengenai rencana Daito mengambil alih Doremi, tepatnya menjadikan Doremi anak perusahaan Daito khusus untuk memproduksi beberapa drama seri yang sudah dikontrak.
Masumi memang tidak memikirkan hal ini sebelumnya, namun setiap kali dia membuat perusahaan lain bangkrut, ada ratusan bahkan ribuan karyawan yang nasibnya terkatung-katung karenanya. Karena itulah, Masumi perlahan-lahan mulai merubah caranya bepikir dan bekerja. Maya benar, tidak semua hal harus diselesaikan dengan kekerasan.
Hari ini, ada kabar gembira yang diterimanya dari Cartier boutique bahwa cincin yang dipesannya sudah tiba dan bisa diambil besok di boutique tersebut atau bisa diantarkan. Masumi mengatakan asistennya yang dulu memesankan cincin itu untuknya yang akan mengambilkannya.
Senyuman Masumi masih tidak berhenti saat dia turun dari mobil dan memasuki rumahnya.
“Selamat datang Tuan Muda,” sapa Kaori.
Masumi mengangguk. Dibukanya jasnya dan diberikannya kepada Kotaro beserta tasnya.
“Apakah Anda mau disiapkan air panas?” tanya Kaori.
“Tidak, aku mau makan dulu saja,” kata Masumi.
“Baik Tuan, oya, ada kiriman untuk Tuan Muda, sudah disimpan di kamar Tuan Muda,” terang Kaori.
“Kiriman?” alis Masumi berkerut. “Dari siapa?” tanyanya.
“Di sana tertulis dari Nona Maya Kitajima,” pelayan wanita itu tersenyum.
Maya??
Masumi sedikit terheran kekasihnya itu mengirim sesuatu padahal tadi siang mereka sempat bertemu dan dia tidak mengatakan apa pun.
Masumi lantas masuk ke kamarnya. Dicarinya kiriman yang Kaori maksud dan ternyata diletakkan di atas meja tulisnya.
Ada nama Maya di situ sebagai pengirim. Masumi membuka paket tersebut dan dia sangat terkejut dengan isinya.
Setangkai mawar ungu dan juga sebatang coklat yang sama yang pernah dikirimkan kepada Maya dulu.
“Apa Maksudnya ini??!!”
Wajah Masumi terlihat sangat kalut.
=//=


<<< Finally Found You Ch. 10 ... End >>>




96 comments:

chuubyy on 12 August 2011 at 20:48 said...

heee... di culik>??? plg suruhan shiori.. huff... bener2 deh tuh org bkn gregetan,, hiii.. thx ty... :))

Fera Handayani said...

semakin penasaran...siapa sebenarnya selingkuhan siomay,apa hino ya?...kelihatannya hino tp sawajiri jg mencurigakan..tambah penasaraaannnnn...Dan utk maya seharusnya dia lebih percaya pd masumi,bukankah cinta adalah kepercayaan..he..he..utk masumi,ayo selamatkan maya,kl perlu sewa densus 88 biar cepat ketemu..he..he.dan terakhir utk Ty..makasih updateannya..

orchid on 12 August 2011 at 21:23 said...

Ini kayaknya mizuki mau dicomblangin dg hijiri gitu ya? xixixixi, kayaknya hino mencurigakan ya, soalnya karakternya sama dgn masumi, kan masumi saja yg bisa bikin jantung shiori deg deg duer, hoh diculik, ternyata sesuai judulnya, ckckck, sbg pelahap ff tdk terasa loh ty sdh chapter 10, xixixi

Fagustina on 12 August 2011 at 21:24 said...

hohohohoho makasih TY apdetnya....

Ya ampun shiori menghibur dirinya sendiri ckckckck
heuheu maya diculik dan timbal balik pasti hak pentas BM sebagai syarat deh...XD *sotoy*
tp msh belum ketauan jg nih PiLnya shori

ps :masumi klo densus 88 masih blm bisa, kami TKL pasti membantu demi stabilnya dunia per TK an....wakakakakakakak*lebah*

Bunda Hanifa on 12 August 2011 at 21:30 said...

jadi yakin klo selingkuhan Shiori adalah si Hino. Karena si Sawajiri nampaknya cuek2 bebek ma cewek n urusan orang lain. Moga semua cepat terungkap. Shiori tunggulah akibat dari perbuatanmu. Jadi sebelllll bgt. Dasar cewek lebay. Berani2nya ngarang cerita ga bener ke Maya! jadi yakin klo selingkuhan Shiori adalah si Hino. Karena si Sawajiri nampaknya cuek2 bebek ma cewek n urusan orang lain. Moga semua cepat terungkap. Shiori tunggulah akibat dari perbuatanmu. Jadi sebelllll bgt. Dasar cewek lebay. Berani2nya ngarang cerita ga bener ke Maya!

Anonymous said...

waduh sawajiri pegang gelas...hino juga, sawajiri yg menilai pasangan MM dan SY pasangan aneh...hino senyum-senyum krn ada wanita cantik yg tersenyum padanya....hino senang shiori senang...mulai deh berasumsi.... -khalida-

ivoneyolanda on 12 August 2011 at 22:32 said...

aduh mulai lagi nih.....maya diculik???? dasar roro jambul gak tau malu, gak punya perasaan.....
Maya harus lebih dewasa dan gak percya gtu aja sama si shiomay, harus lebih percaya sama Masumi....

Apalagi yang direncanain sama siomay ya...mau dibawa kemana tuh si Maya....Mudah2an gara2 diculik Maya shock lagi terus suaranya munsul lagi deh

Hayo pak Hijiri cepet bantu Masumi temuin Maya, klo liat omongan si Mizuki yg nolak pacaran sama Hino...jangan2 dia ada hati lagi sama Hijiri...hiihihihihih

Masumi yang sabar ya chayankkkk :DDDD

vie on 12 August 2011 at 22:47 said...

Hmm sekarang dugaan ku berubah nih. td nya tebakan ku hino itu org nya shiori tp sekarang curiga kalau bukan cuma hino aja tp sawajiri juga orang nya shiori . waduh mereka itu kayaknya partner in crime nih *sotoy*. nenek sihir itu juga bnr2 gak dewasa bgt sih pake acara bilang yang gak penting uhhhhhh kesal, pengen liat karma sinenek sihir itu kayak apa.Ty, makasih buat updateannya yah ^^...

mommia kitajima on 13 August 2011 at 00:24 said...

huhuhu... Ty
makin mendekati akhir makin seru aje critanya
kasian maya di culik
masih penasaran sm pil nya shiori
syapa yah..?

shiori emang hebat aktingnya, bs bikin maya marah

sangad menantikan kelanjutannya Ty

loph ur work ^_^

-mia-

Nana said...

Kasian Masumiiiiii..... huaaaaa...sumpah aku jadi sedih ngebayangin cobaan buat Masumi bertubi-tubi amat yaaaaa?? Dia pasti sinting sendiri tuh mikirin nasib Maya ditangan penculik yang gak jelas siapa... *well, palingan gang-nya Sawajiri-Shiori*

Kalok udah menderita gini si MM itu, aku bisanya menghibur diri dengan membayang ending yang sangat indah dan romantis buat mereka berdua, sementara para penjahat menemukan akhir yang tragis.

Ya udah aku ngelanjutin mewek dulu ya... thanks ty buat apdeitmu

Heri Pujiyastuti on 13 August 2011 at 05:17 said...

Akhirnya sampai juga ϑi chapter 10.....Makin kompleks aja nie ceritanya.....Masih belum meyakinkan siapa selingkuhannya siomay....Mudah2an siomay dapet ganjaran lebih yach. ß¹ªƦ dia tªå‎​‎u rasa dia...kalo MM moga HE yang bener2 happy....^^Akhirnya sampai juga ϑi chapter 10.....Makin kompleks aja nie ceritanya.....Masih belum meyakinkan siapa selingkuhannya siomay....Mudah2an siomay dapet ganjaran lebih yach. ß¹ªƦ dia tªå‎​‎u rasa dia...kalo MM moga HE yang bener2 happy....^^

Elyanski said...

"MEIDEI..... MEIDEI ..... MEIDEI. HIJIRI SEGERA BERANGKAT KE TKP, KEPUNG DAN LAKUKAN MISI PENYELAMATAN DAN SERANGAN BALIK !!!!"
Kayaknya sejak kejadian penculikan ini, masumi akan jadi lebih protektif ke maya, kalo perlu nyewa bodyguard perempuan jago karate dan bawa pistol yang akan selalu didekat maya dalam radius 1 meter *NGAYAL NIE AYE*
Jeng Ty....... segera ya di update.... nyang banyak yeeee en makasih udah di update loch ;)

Anonymous said...

huphhhh tegangggg banget ney, akhirna perang dimulai, Ayo Masumi kamu harus bisa memenangkan perang lawan si jelek Shiori. heran dech kenapa juga Maya dengerin omonganna shiori???? andai Maya bisa ngomong dan jawab kaya gini: Iya Nyonya Shiori, saya diundang ke Izu, seharian kami berdua tanpa ada yang ganggu, bahkan tidur pun saya ditemani, selain itu saya juga sudah pernah menginap di rumah keluarga Hayami, bahkan eisuke pun ingin cpt2 kami menikah"
pasti dech shiori langsung kena heart attack and koma plus nga bangun2 lagiiiii ( harapan terpendam)
nga sabarrrr menunggu kelanjutan kisah ini, kalo bisa apdate yang full sampai chapter 11
apdate lagi ya TYYYYY......

wienna

ivoneyolanda on 13 August 2011 at 09:37 said...

aku mau nambahin komen mba wienna:Iya Nyonya Roro Jambul waktu di Izu kami hampir saja kebablasan sayang tiba2 Masumi bilang klo dia lupa bawa "..... " hehehehehe

Biar senjata makan tuan...heheheh pasti roro jambul langsung pingsan n kena serangan jantung

Resi said...

waduuuuh, ga nyangka kejadian d pesta ayumi parah bgt, mdh2n maya baik2 aja.
shiomaaaay, dasar wanita licik. serigala berbulu dombaaaa, wajahmu memang cantik, tapi sayang hatimu busuk.

Kasian bgt maya, mdh2n maya lebih percaya masumi drpd omongan shiomay. Masumiiiii, cepet selamatkan mayaaa.

Makasih tyyyy darliiing, love u pull deh.

Anonymous said...

penculikan maya ini bagian dr rencana shiori & komplotannya kan? geregetan deh...kok masumi & hijiri kecolongan terus ya beberapa waktu ini :( *rini*

Anonymous said...

Jezzz! shiori lie! remember what happen in izu, maya ... masumi is not a kind of man who easily lose his self control even to a woman he loves. he knows very well how to protect & respect his woman.

Anonymous said...

makanya Maya, denger kata Bang Napi: "WASPADALAH!!!" hahahaaaa...

lanjut Ty!!mantaapppp ;D

Anonymous said...

Tuhhhh kannn,,, seandainya mau d jagain sama masumi pasti g d culik shiori n antek2nya! Ayo donk masumi, kerhkan kekuatanmu selamatkan maya! Dan semoga Hino itu g jahat >,<.. Cukup swajiri aja yang jahat! By: Deni

Miarosa on 14 August 2011 at 14:15 said...

Masumi panggil polisi aja , jgn bertindak sendiri...kekeuatan bulan akan mendukungmu..:).

Anonymous said...

kalo ingat pembicaraan antara Shiori dan PILnya yang mengatakan kalo ada orang yang bisa membantunya saat di pesta ayumi kesimpulkanku adalah... orang yang dimaksud adalah Ai Sakamoto. Dia hadir disana biar Masumi tidak fokus ma Maya...
-Vanda-

Anonymous said...

oh tidaaak...
Maya diculik
kerjaan siapa kah ini ???
TY berhasil membuat para penggemar
"P E N A S A R A N "

Purple

Anonymous said...

Gyaaaaa...... Intrik, Drama yang semakin membuat penasaran.com... Darlenk.... pls, pls, pls jangan sampai jadi "SEDIH" huaaaaaaaaaaaa *nangis meraung-raung*
-Lina Maria-

Ratna on 15 August 2011 at 14:58 said...

Selanjutnya mungkin scene tentang pertaruhan antara nyawa Masumi atau hak pementasan Bidadari Merah, sepertinya Maya akan dihadapkan pada pilihan seperti itu.. bukan begitu Tyyy??? Clue-nya ada di episode 8 sepertinya... *kembali berteori*

Anonymous said...

Wahhh...makin penasaran ama PILnya Shiori...
dibilang Hino, tp kayaknya dia beneran sk ama Mizuki (meski aku lbh setuju kl Mizuki ama Hijiri aja), diblg Sawajiri....kok kayaknya dingin ama cewek...atau jgn2 Sawajiri dingin lantaran patah hati ama Shiori ya?????
waduh...byk tanda "???" nih....
buruan update Ty...ditunggu lanjutannya...

*Theresia*

mommia kitajima on 15 August 2011 at 19:49 said...

Ty..... dikit bangets hiks hiks
lagi asik2nya nih huhuhu...

10 jempol buwat eisuke
penuh pehitungan n strategi

keren aksi penyelamatannya
'habiskan saja'
mubazir kalo ga hheheheheh..

Anonymous said...

Bener-bener kaya di fan pic TK deh, Kill Shiori!! he..he..

Happy

Anonymous said...

waaahhh kereeeen ty, pasti hancur banget thu yg d hajar ama masumi ya. salah sendiri sih, nyulik koq nyulik maya, begitu deh jadinya. wkwkwk...
bagus juga ni idenya eisuke, kecian deh yakuzanya, kadal koq berani2 nya main2 ama buaya. hehehe....
dialog hijiri bilang "habiskan saja" thu cool gimanaaaa gitu...

-bella-

Bunda Hanifa on 15 August 2011 at 20:15 said...

wow Masumi kereeeeeennnnnnn! kyak satria baja hitam....he...he.... Salut ma eisuke ternyata di balik sikap dinginnya sebenarnya ia orang yang baik hati pula. ga disangka ternyata Daito memelihara Yakuza. boleh dong pinjam 1.
Moga Maya segera sembuh, dah ada tanda - tanda baik kyaknya.
BTW Ty....masih kurangggggg! :p

Anonymous said...

Keren...!! Keren...!! Kereeeennnnn...!!! Gaya cool-nya masumi & hijiri waktu nyuruh yakuza ngabisin penculik maya bener2 cool.....!!! Kalo aja itu bukan masumi & hijiri,aku pasti bilang sadis tapiii berhubung itu mereka...okelah...it's really cool ...!!!! *rini*

Anonymous said...

WUUUUIIIIIIH.... FULL ACTION bo' keren banget !!!! seneng dengan keberanian MH, tapi kok sedikit 'sadis' ya dengan kata2 masumi "HABISKAN", tapi dilematis juga kalo diserahin ke polisi... ntar rame lagi di koran2 hahahahahaha.
TY..... segera diupdate yaaaaa... muaaach *ELY*

Anonymous said...

HO..HO..HO..gak salah emang Masumi dpt julukan "Cold-hearted Businessman, The Prince of Daito" :-D Bener kan kataku? Di FFY ini Eisuke pasti jadi HERO...hehehe...tumbeeennnn! Pokoknya gua dah gak worry lagi selama ada eisuke - hijiri di belakang maya - masumi :) shiori siap2 ke laut aje...!!!

Gabriella on 15 August 2011 at 20:30 said...

makasih Ty,updatenya.aku sampe deg2an baca misi penyelamatan Maya.cool,man..I really like it.tambah penasaran nih nunggu lanjutannya dan kepingin tahu PIL-nya si mak lampir.Ty is the besst..LiFang.

ivoneyolanda on 15 August 2011 at 20:48 said...

kereeeeeen gak lain gak bukan kereeeeen Masumi top, my super duper hero.... :P

Akhirnya Masumi mau nerima bantuan dari Eiskue, emang dimana2 klo dikerjakan sama2 hasilnya pasti lebih maksimal kan dari pada dia sok jago sendiri mungkin situasi lain tuh....

Benerkan suara Maya mulai muncul pelan2...Hijiri cool abies suka banget waktu dia bilang "habiskan...."

Tapi senelum dihabiskan harusnya org2 itu diinterogasi dulu biar ketauan siapa yg nyuruh mereka.....

Makin dibaca berulang aku juga jadi curiga sama Hino deh....sepertinya dia juga kenalannya si shiori deh.... wah penasaran......

Makin penasaran nih......ayoaya ceritain ke masumi apa yg shiori omongin di toilet, biar Masumi ngomelin shiori, apa maksudnya coba ngomong bgtu ke maya ....dasar nenk sihir....untung drama penculikan berakhir bahagia...

huaaa masumi so coooolllll keren love u sooooo much dah... :P

Anonymous said...

Wah kereEEn abissss....ndak bisa ngomong yg lain deh kereeeeennnn pokoknya....

Anonymous said...

Untung eisuke turun tangan jg...memang habiskan saja penculik2 itu...2 thumbs up 4 ty sakumoto...good job sista...kyk nonton film God Father aja....wuizzzZ.....

Fagustina on 15 August 2011 at 21:10 said...

huoooooooooooooooooo kereeeeeeeeeeeeeeennnn semuanya trio (Eisuke dibalik layar), MH, Hijiri,
"HABISKAN SAJA HANCUR LEBUR TAK BERSISA...XDDD*cool+gapapa sadis biar tau rasa tuh penculik* MH dilawan ckckckckcck

Resi said...

kereeeen banget tyyyy, sumpah deh, tegaaaang, kyk nonton film action ajah xixixi, pokoe wokeh deh.
untuuung MM ga knp2, lega rasanya. ternyata diculiknya maya ada positifnya jg, mdh2n suara maya balik lagi.
lanjutttttt......

adirha on 15 August 2011 at 21:52 said...

hhmmmmmm...... #padahal pengen teriak neyy,,saking kerennya tuh cerita......

Fera Handayani said...

benar2 keren adegan penyelamatan maya,..akhirnya satu dari rencana siomay gagal...senangnya..dan aku sangat tersentuh waktu masumi mau menerima bantuan eisuke....pertama kali terlihat hubungan yg hangat antara ortu dan anak.thank Ty....TOP ABIZ....

chuubyy on 15 August 2011 at 22:47 said...

woww... mantaaaaaaaaapppppppppp boss......... lanjuddddddddddddddddddddddddddd >_<

regina on 15 August 2011 at 23:10 said...

Masumi Hayamiiiiii!!! gara2 kamu yg keren ini skrg suamiku aja sering kupanggil "Masumiku" XDD
Ty, km adalah salah 1 writter terbaik yg pernah kujumpai! saluuuttttttt ^^

Nana said...

Sebagai pencinta film2 bertema action dan yakuza, saya bersabda: GILAK, KEREN APDETNYA!

Kalok aku jadi Maya, setelah sampai dirumah sakit, aku akan minta dilamar Masumi saat itu juga. Karena udah gak tau mesti nunggu apa lagi dan sebelum Masumi mikir yg enggak2 dan menjauh dari Maya krn dia pikir dia yg diincer org jahat dan tdk mau membahayakan maya lbh jauh lagi..

Hidup Hijiri dan Eisuke!

Anonymous said...

yesss! hidup peliharaan daito! hidup eisuke! hidup ty!
banzai eh, bantai shiori!! sayang sekali ratu dedemit itu ngga dihabisi sekalian, diunyeng-unyeng biar pada rontok rambutnya yang kaya bulu domba itu...
sukaaaa, keren bgt apdetannya ty, tengkyu yah!
-nadine-

Anonymous said...

wuaaahhhh....lagi seru2nya lho kok end....suka ada ada actionnya....Masumi keren euy aku jadi ngebayangin gayanya chow yun fat di dewa judi he...he... Ty makasih banyak dikau membuatku ga bisa tidur lagi...penasaran...penasaran...Oh ya aku juga ga sadar kalo aku eh maya berteriak....Ty mendekati klimaks ya katanya sampe ch 12 ya...makin seru aja kayanya nih...ngebongkar kejahatan shiori...lamaran Masumi...dan kuharap Maya meranin BM diceritain...kutunggu ya ch 11 nya, besok...he...he... pisss.

Anonymous said...

kayanya hino emang pil-nya shiori,dia manfaatin ai utk ngalihkan perhatian masumi...dan mizuki emang punya insting kali ya kalo si hino punya sesuatu yg membuatnya tidak leluasa utk ngumbar perasaan sukanya...bukan kn spt obor olimpiade...tapi mungkin krn ada sifat2 si hino yg membuat mizuki waspada... mizuki dijadiin sumber info ttg masumi sama si hino...

Anonymous said...

aku jd mikir,,,sebenernya dalang dr semuanya ini siapa sih,,, sempet curiga jg sama hino tp kaya'nya sawajiri yg terlibat n kerjasama sm shiori deh apalagi wktu dia menghasut rei spy iri sm maya,,,
aduuuhhh,,,jd bingung sendiri nh,,, cpetan di update ya mba Ty,,,,, *mutia na rival*aku jd mikir,,,sebenernya dalang dr semuanya ini siapa sih,,, sempet curiga jg sama hino tp kaya'nya sawajiri yg terlibat n kerjasama sm shiori deh apalagi wktu dia menghasut rei spy iri sm maya,,,
aduuuhhh,,,jd bingung sendiri nh,,, cpetan di update ya mba Ty,,,,, *mutia na rival*

orchid on 16 August 2011 at 03:11 said...

lah terus hijiri ninja ato samurai itu kapan n dimana kejadiannya? kukira ntar disini, sebnarnya penjahatnya msh tradisional banget yah, nda pake pistol ato bom, msh amatiran gitu, trus jangan2 mizuki ninja jg, akakak, secara potongannya itukan ya kayak wanita perkasa gitu, setelah ini maya bakal tinggal dimana ya ty? apa ditarik kembali ke rmh masumi gitu,

Anonymous said...

kayaknya masumi langsung lamar maya aja dech, biar selalu dekat, ga jauh dari masumi, bisa tinggal di rumah masumi trus, ga jauh" dari masumi biar ga knapa" lagi...maya harus cerita tuh ke masumi bisa"nya nyi roro nenek sihir berjambul biri" itu ngarang yg gak"...biar masumi tau bahwa nenek sihir itu hatinya memang busuk..benci gue...masumi pasti ga mau jauh" lagi dari maya gara" maya diculik...trims Ty...tambah keren ff nya.. (indah)

Anonymous said...

Waduh, jadi bikin penasaran siapa yg bertanggung jawab dibalik penculikan maya nih.. Ceritanya makin bagus banget Ty.. Ditunggu lanjutannya ya...
-Dina-

Anonymous said...

susah banget mau koment disini...setiap baca selalu pengen koment tapi ga pernah berhasil..kalo ini berhasil berarti ini yg pertama..selalu pengen bilang kerrrren banget ceritanya cara penulisannya aku sukaaaa semuanya..ga nemu selain kata keren aku suka masumi..ty bikin aku makin cinta ma masumi hehehe..#dira#

Anonymous said...

Ty, membaca FFY-mu ini bagaikan menyantap indomie spesial pake telor plus kornet dan keju.. komplitt.. semuanya ada.. dari yang perselingkuhan, action, dendam kesumat, intrik, cinta2an, romantis2an.. pokoknya lengkap semuanya ada.. udah pantes banget dehh ty dirimu jadi novelis.. ^_^

btw, soal si dalang dari kejadian barusan aku nebaknya sawajiri dan shiori soalnya mereka berdua sama2 megang sampagne pada saat yang bersamaan (kemudian bersulang).. dan pada saat maya diculik, sawajiri langsung pulang karna menurutnya acaranya sudah membosankan.. moga bener tebakannya.. ^0^

*dita*

Anonymous said...

weleh...weleh...kata2 terakhir itu loh...
"Habiskan saja..."
yakuza banget >_<'
sayang kok cm dikit ty....
buruan update lagi ya say,selanjutnya bongkarlah siapa PILnya Shiori,penasaran tingkat tinggi nih....


*Theresia*

Anonymous said...

Wah kereen abisss kayak nonton film mafia aja... untung Eisuke turun tangan untuk membantu ya.... good job 4 the writers > Ty Sakumoto....Btw jadi pengin tau siapa tuh selingkuhannya Shiory....udah bertobat aja deh mak jambul....emang enak menyimpan benci dan kemarahan kayak gitu....Anastasia

Anonymous said...

Hiyaa, langsung kebayang Al Pacino di The Godfather. Udah dapet deeh semuanya...stylenya, emosinya, ketampanannya, cuman bedanya kalo Al Pacino agak ceper, kalo Tuan Muda yg satu ini kan jangkung hehehe...
Oiyah Ty, sebenernya gw agak bingung nih, kok rasa-rasanya ga ada clue sama sekali ya kira2 sapa bad guy nya? Hino kah? Sawajiri kah? kok semuanya mencurigakan yaa? Ato mungkin gara2 update nya kurang banyak? hahaha...*nglunjak*

-fike-

risa on 16 August 2011 at 09:08 said...

W O W,te ope begete...story penyelamatan maya menegangkan....jd mengkhayal action nya masumi seperti action nya lee min ho d city hunter
i like it...^_*
d tunggu up date nya ya ty,lebih cepat lebih baik..
hehehe...^_^

dewjaz on 16 August 2011 at 09:33 said...

Dan saya lebih jatuh cinta saat hijiri bilang "habiskan saja" huauauaua

Anonymous said...

Waduh leganya suara Maya dah kembali walau belum sepenuhnya... Makin penasaran ma PILnya Shiori... Sawajiri ato Hino...?? Kalo Hino dia kan lebih muda dari Shiori... kalo Sawajiri... kenapa dia bilang pesta sudah membosankan ya...? Apa karena dia tau Maya dah diculik..??
-Fefe-

purple on 16 August 2011 at 10:12 said...

Sukaaaaaa....
Kepala mafianya ikut andil nich dalam membebaskan sang calon menantu
suit..suit..suiiiiiittt

adirha on 16 August 2011 at 12:43 said...

lajoooooottttt tyyyyyy.......saya sukaaaahhh... saya sukaaahhh....saya sukaaaahhh..... #tar aq bagi teri dehhh :D

Anonymous said...

Wah kenapa Shiori dan Hino sama2 ditanya pasangannya... 'Ada yang membuatmu senang...?'
apa mereka senang karena Maya dan diculik ya...
-Vanda-

Puji Aditya on 16 August 2011 at 13:58 said...

gak bisa komen lagi deh, pokoke suka, berasa liat pilem aja, jalan ceritanya bagus banget....
"Habiskan saja Ty......" ^^
*Puji*

Anonymous said...

ya habiskan saja
lumatkan hingga tak bersisa
huaaa senangya

Anonymous said...

huhhhhhh, bagus banget, tapi bener tu kt temen2 yg lain, dikit banget apdetanna. menurut aq yg culik Maya kali ini adalah Yosuke, dia kesal krn si shiori blg dia nga bs nepatin janjina untuk menghancurkan Masumi, secara si Yosuke kan bertindak ceroboh, kalo si shiori dia lebih perhitungan karena ada yg bantuin dia mencelakakan Maya secara halus.
Ayo Ty, apdate lagi donk, tapi yang banyak yaaaaa

Wienna

vie on 16 August 2011 at 20:35 said...

Masumi keren banget sih... xixixi tp lebih keren penulis nya nih yang bs punya ide bilang "habiskan saja" pake gak banyak basa basi tp langsung telak... gak kuku ngebayangain masumi sm hijiri saat itu euyyy

Anonymous said...

Btw.. kepikiran main tebak-tebakkan, Ayooo Sawajiri atau Hino yang jadi partnernya nenek jambul? yang tebakannya kalah mesti pada bikin ff topeng kaca..he..he..

*Happy*

mommia kitajima on 17 August 2011 at 15:50 said...

bagoz maya, lupakan apa yg di omongin sm shiori
percaya sm masumi aja yah

makin seru nih Ty
cepet tangkep dalangnya
jgn sm mh mrasa membuat jiwa maya terancam
tar pisah lagi dweh hiks hiks..

Muree on 17 August 2011 at 15:50 said...

ih penjahatnya bego bgt ya. masa dia pikir MO yg sm bisa berhasil 2x. ditujukan k masumi pula. Masumi hrs tlp maya bwt cek kbnrn pengirimnya maya.

Anonymous said...

hadoooooh ni sapa sih penjahatnya?? jadi penasaran banget deh
ayo ty d tunggu apdetan selanjutnya, mudah2an udah ketahuan siapa plakunya n masumi juga tau kalo si jambul shiori thu masih jahat.

-bella-

Anonymous said...

Ahhhhhh....Makin seru aja Ty :)
Ini udah klimaksnya ya? Berarti bentar lagi tamat ya?
Hah...Senang nggak senang deh (´-`)
Tapi akhirnya HE kan? Masumi dan Mayanya bersatu kan?
Ugh...maaf banyak tanya nih
Habis cemas takut nggak HE
Pssst...Pesen buat Masumi coklatnya jangan dimakan yah...

*IinMM*

Anonymous said...

Aduh setlah diupdate jadi makin tegang nih...siapa yg kirim coklat itu??? Lalu maksudnya apa tuh...ancaman???tegangan tingkat tinggi nih....tq u/ uPdatenya Ty...makin bagus aja...Anastasia

ivoneyolanda on 17 August 2011 at 17:14 said...

siapa ya pria yg nelpon nakahara......untung pemindah tanganan hak pementasan bidadari merah.....sudah dibatalkan....akhirnya pertunjukan bm mulai bisa dilanjutkan.....

Mudah2an ucapan nakahara supaya masumi ngejauhin maya gak diambil pusing....Masumi jangan berpikiran bodoh buat ninggalin maya demi kebaikan maya.......jgn sampeeeee

mau tau cincinnya kyk apa ya....n ternyata org yg ngirim coklat itu dah berani mulia ngusik MH juga ....hemmmm makin penasaran nih......

Anonymous said...

Kayaknya Masumi mau ningalin maya...lalu maya akan berpikir kalo yg dikatakan shiori benar....

-Mia Hayami-

Anonymous said...

wah ada apalagi nih?kok masumi yg dikirimin coklat?sengaja mengintimidasi ya?tolong Ty jangan sampe Masumi ninggalin Maya, krn itu maunya si nenek sihir....-khalida-

Gabriella on 17 August 2011 at 18:22 said...

Ty,PIL-nya mak lampir itu Hino,yah.karena wkt di RS kelihatannya sawajiri ngak tahu kalau Maya diculik.ngak sabar nih nunggu lanjutannya,Masumi melamar Maya.Jangan sampai Masumi pisah sama Maya,gara2 Masumi kuatir sama Maya.Ty is my favourite writer.

Anonymous said...

tuh coklat pasti teror bwt Masumi, semacam peringatan bahwa mereka uda taw bahwa masumi adalah mawar ungu....
uhhh sebel banget deh sama Shiori, pengen banget deh dia cpt ketahuan jahatna.
bisa nga yaa di buat si shiori jadi hamil and ngerasa jatuh cinta ma selingkuhan, jadi pas ketahuan pelakuna and Masumi maw balas dendam jadi deh si shiori nangissssss minta maaf, memohon supaya masumi nga ngelepasin selingkuhanna, tapi Masumi ngelepasin dengan syarat mereka harus pergi jauhhh and nga kembali lagi ke jepangggg. hahahaha pasti seruuu dehhhh ( ini ngayal lho Ty)
semakin akhir jadi tambah seru lho Ty, thanks for your nice apdate...

Wienna

Anonymous said...

weittsss...masumi udah mulai dpt ancaman nih kayaknya...ancaman terbuka & tersembunyi. Bodoh banget ya tuh orang2 yg cari masalah sama keluarga hayami. Bener2 cari mati :( Hmm...kalo perhatiin respon masumi pas tau cincinnya udh jadi, aku pikir masumi gak bakal ninggalin maya deh,malah sebaliknya..bakal lebih cepat ngelamar & nikahin maya. Dg status sbg istri masumi hayami,musuh2nya akan mikir 2x buat nyakitin maya + maya akan ada dlm pengawasan masumi 24 jam *hehe...ngarep* -rini-

Anonymous said...

Orang yg ada di balik semua kejadian ini pastinya org yg tau seluk beluk bisnis Daito dg cukup baik. Kalo gak,gimana mungkin dia tau konflik Daito & Doremi sampai spt itu. Who's the person? Sayangnya...di chapter ini makin dibuat blur sama Ty :(

Another thing, kalo aja ini bukan Masumi Hayami yang sdh gua tetapkan sbg tipe cowo ideal sejak gua kelas 5 SD ... gua pasti mikir dia tuh dedengkotnya Yakuza...yang tersadis...yang terkejam dari Yakuza terkejam yg pernah ada deh. Untungnya aja dia Masumi Hayami...jadi semua lewaaaatttttttt...he's still the best! *ciri2 org dg level over addicted nih*

regina on 17 August 2011 at 19:55 said...

Masumi MAya disini bener2 segeerr dweh! mirip BG-nya XD
lanjut dunk sis TY!!!!!

adirha on 17 August 2011 at 20:18 said...

masumi dapet lawan yg tangguh....makin seru,makin penasaran,,makin gregetaaannnnnnn!!!!!! >,<

Anonymous said...

ffy 11 ud ada blolm sii? ini updetnya g gkbisa bacaaa lagiii
anita

Fagustina on 17 August 2011 at 21:23 said...

makasih TY apdetnya

Ty mau tau dunk cincin yg di beli masumi kyk apa rupanya ?

beuh ini sih mh bakalan ninggalin mk, n klo bener kejadian yg bikin penasaran ntu klo ditilik dr judulnya gmana cara mk nemuin mh ato bakalan sebaliknya ? arghhh tau ah....

Elyanski said...

Adooooh... masumi ayo donk berpikir gaya intelig ent. tuch coklat dikirim ke laboratorium, cari jenis racunnya, bisa didapat di mana/toko apa, siapa kemungkinan pemasok atau pembelinya. terus buat analisa dengan metode chunking, siapa saja orang yang sudah atau dicurigai mengetahui identitas mawar ungu (Mizuki, hijiri, euisuke, shiori) dan yang punya motif balas dendam (shiori, yosuke).
Cara terbaik untuk melindungi maya ya segera menikahinya, dengan perlindungan 24 jam pake jasa bodyguard bayangan seperti hijiri.
pliiiiiis masumi jangan tinggalin maya, maya adalah kartu as mereka, mereka akan tetap mengincar maya *emositingkattinggi*

Anonymous said...

dugaanku sama dgn mia. pasti shiori merencanakan dan mengkondisikan kalau omongannya ke maya ttg masumi itu terbukti benar. tapi, daripada masumi ninggalin/mutusin maya dan bikin maya salah paham, terus mereka berantem, kan mending dia menjelaskan situasinya dan ngasih pengertian ke maya spy mereka break ato pura2 putus sampai masumi bisa menyelesaikan masalah.

trus, yg tau soal mawar ungu itu kan cm mizuki, hijiri dan shiori. mizuki dan hijiri jelas ga mungkin lah, sedangkan shiori bagaimanapun jg pernah punya riwayat 'menzhalimi' maya, apalagi dia kawin sama yosuke yg ujug2 ngejelek2in maya 8 halaman, jd seharusnya mereka berdua jd tersangka utama. setuju sama elyanski, kalo perlu masumi kerjasama dgn csi tokyo (kalo ada)

pokoknya ga mau mm putus ya ty, mm jangan kalah strategi dari pasangan jahat itu! pleaseee????
(nadine)

Nana said...

AAAHHH....Aduh Masumi kalok lagi sangar gitu bikin aku deg2an lucuk deeehhh.... bukannya ngeri tapi sukaaaa..hahahha.. *
*aneh.

Tuh kaaannn...Masumi mulai berpikir kalau dia membahayakan Maya jika Maya terus2an dekat dengan diaaa...seperti yg kuduga. Tapi kali ini, MM harus fight supaya bisa berdua selamanya doong...masak nyeraaahhh??

Tapi aku percaya Masumi akan dapat menyelesaikan ini semua dengan baik dan seru...secara penulisnya Ty gitu loooohhh! Kuserah roller coaster ini ditanganmu Ty, dan aku akan menumpanginya dengan senang, baik ketika diatas maupun ketika meluncur curaaamm kebawah..hahaaha... Hanya satu request dariku, pembaca setiamu ini: tolong jangan pernah pisahkan Maya dan Masumi. hixxx...makasih ya Tyyy...

*Duh, kok tiba2 kebayang sama film Brother-nya Takeshi Kitano yaa ketika adegan Masumi hampir membunuh Nakahara di restoran.. Di film Brother itu ada yakuza ganteng, berbadan tinggi dan parlente kayak peragawan... namanya kalo gak salah Kato Masaya.. Aku suka teringat Masumi Hayami kalo lagi liat dia di layar TV.. :-)

Seperti biasa...ditungguu... cuppsss

Resi said...

haduuuuh, ancaman apalagi iniiii.....
Bener kata maya, sebaiknya masumi mulai berubah dan tdk menyelesaikan permasalahan dg kekerasan.

Senangnya krn MM makin mesra n Maya lebih percaya Masumi drpd ucapan Shiomay.

Makin seru aja ni ff, makin ketagihaaaaan...., makin sakaw....

Tyyyyyy, cepetan lanjuuuuuut.....

Anonymous said...

semakin baca semakin seneng..seperti koment disini sekali bisa pengen lagi koment hehe..
ty salut deh dengan cara penulisannya enak banget dibacanya ngalir ga ada kesan rancu or canggungnya...kosa katanya juga okeh..penggambaran karakternya makin kuat makin suka..kalo main tebak2an sih kayanya hino deh PIL nya saori secara sawajiri kaya homo dingin ma cewe hahaha..seperti yg lain kata penutupnya lanjuut secepatnya yah ty...one shot yg swiit dr ty juga aku slalu tunggu loh..^_*

#dira#

Fera Handayani said...

oh...NO....jangan sampai masumi meninggalkan maya,krn kl terjadi maka maya akan percaya perkataan siomay,aduh jd deg2an....Maya hrs percaya pd masumi apapun yg terjadi,begitu juga sebaliknya.Ty...makasih updateannya.

Anonymous said...

Ty... bagussss!!!!!!! kayanya aku makin curiga ama si Hino.... soale sebelum Hino kasih minuman ke Mizuki kan dia keliatan senang,,,sama seperti Shiomey!!! >.< trus awal Hino muncul kog bisa tiba2 tau kalo Masumi ama Maya ada hubungan... pasti Shiomey yg cerita... ughhh makin penasaran deh...
Ty jgn kelamaan HE-nya...nti kaya sinetron bisa bertele2,hehehe :p abis penasaraaannnn pgn cepet2 tamatnya gimana....Shiomey dibikin menderita aja Ty...jauh lebih menderita dari yg didapat Maya & Masumi,,, hahahaha *ngarep.com
-mn-

Anonymous said...

Ty... bukankah waktu di rumah Masumi kan omong2 tu ma Maya masalah Mizuki yang tanya2 ttg Mawar Ungu dan Perantaranya...? Dia berpikir kan Mizuki dah tau ttg Mawar ungu... jadi harusnya sekarang Masumi juga mikir gitu dong Ty... yang tau Mawar Ungu kan cuma Hijiri, Mizuki, Shiory dan Eisuke.....
-nanda-

Ratna on 18 August 2011 at 09:18 said...

Ooooohh...aku salah duga ternyata..sekarang yang dipermainkan adalah perasaan Masumi ya??? Haishhh...hardly waiting next chapter...

Anonymous said...

sawajiri juga tau yg ngirim mawar ungu itu Masumi...dia pernah lihat kan waktu Masumi ngajak kencan Maya dan dia pikir menarik... kalo hino si bad guy-nya dia bisa aja tau dari shiori...jadi Ty siapa yg jadi PIL shiori, hino atawa sawajiri? dan pliss Ty tolong shiori dikasih pelajaran bisa2nya dia ngarang jelek2in Masumi...liatin kemesraan MM di depan matanya...biar kepanasan he...he

Anonymous said...

loh kok masumi jadi dpt kiriman coklat jg???
ada kejadian apa lagi nih...kl masumi makan coklatnya tanpa tny dl ke maya apa maya pengirimnya apa bukan, berarti masumi bodoh...
mungkin perlu manggil tim CSI nih bt nuntasin semua hehehe....

*TLiana*

Nalani Karamy on 18 August 2011 at 12:00 said...

hm...selingkuhan shiomonyet eh shiori (sawajiri n hino) sama2 mencurigakan,pria lebih muda yg tampan, pintar, n berhasil mendekati org2 terdekat seputar MM, dua2nya juga sgt tahu n lebih dulu tahu hubungan MM,tapi kok aq lebih curiga ke hino ya???hbs karakter ini sgt manis diawal hingga akhir, beda sama sawajiri yg dari awal emang gerak-geriknya mencurigakan, kesannya kita digiring untuk mencurigai sawajiri, betulkan demikian Tysakumoto darling?btw ty aq gak rela kalo Masumi berniat menjauhi Maya, jgn sampe deh ty,hiks....hiks....(eva)

Anonymous said...

ckckckck susah sekaliii buka ini updetan yaaa
anita

Anonymous said...

Makin seruuuuuuuu.......ayooo Tyyy...dikembangkan teruss!!!jadi drama detektif ni hehehehe...mantappp!!!
ga sabar nunggu lanjutannya niii hehehehe

reita

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting