Friday 12 August 2011

Fanfic TK : Happines 3

Posted by Tati Diana at 08:46
*Happiness*
(by Tati Diana)





Rate : 18 +++
Warning : kissu-kissu

Chapter 3 : Reconciliation


**Beberapa hari kemudian


Masumi bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Maya. Seperti hari ini dia menyempatkan waktunya untuk datang ke tempat Maya berlatih Bidadari Merah. Masumi datang ke tempat itu sambil membawa buket mawar ungu. Bunga yang disukai Maya dan lambang kekagumannya pada gadis itu. Saat langkahnya sampai di tempat latihan itu dia melihat tiga orang gadis yang sedang berbincang-bincang di loker. Mereka tengah menggosipkan hubungan Maya dan Koji yang dalam pandangan mereka terlihat semakin mesra dan akrab.


“kau tahu Yuriko, aku kira Maya dan Koji sekarang bukan hanya sekedar lawan main, mereka pasti sudah menjadi sepasang kekasih” kata salah seorang gadis berambut sebahu


“hmm.....aku kira juga begitu. Aku bisa melihat tatapan Koji pada Maya yang mesra saat dia mengucapkan dialog cinta Ishin pada Akoya” jawab gadis yang benama Yuriko


“ya..ya benar. Lagipula dari dulu Koji kan memang memendam cinta pada Maya. Aku pun kalau jadi Maya pasti tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menjadi kekasihnya. Koji pemuda yang tampan, selain itu dia juga baik hati dan salah satu aktor yang cukup handal” kata gadis berambut ekor kuda


“ahh...beruntungnya Maya. gadis itu memang selalu dikelilingi pemuda-pemuda tampan” kata gadis berambut sebahu


“kita tunggu saja, pasti setelah pementasan Bidadari Merah ini akan ada pemberitahuan di media bahwa mereka telah menjadi sepasang kekasih atau lebih jauh lagi telah memutuskan bertunangan dan akan segera menikah” lanjut gadis berambut ekor kuda


“tapi kan Maya masih muda, Rika?” tanya Yuriko pada gadis berambut sebahu


“ah...kalau aku jadi Maya akupun pasti tidak peduli berapa usiaku saat menikah nanti daripada melepaskan kesempatan menikahi Koji” kata gadis yang ternyata bernama Rika


“wow...rupanya kau tertarik pada Koji?” tanya gadis berambut ekor kuda


“ya......dari dulu Koji adalah aktor favoritku. Hmmm sekarang aku cuma bisa berkhayal untuk jadi kekasih Koji” jawab Rika


“ah..ayo teman-teman kita pulang. Ini kan sudah waktunya pulang” ajak Yuriko


“pasti Maya dan Koji masih latihan berdua. Hmmm...mungkin ini memang salah satu trik mereka, berkencan sambil latihan. Ide yang pintar” kata Rika


Akhirnya ketiganya meninggalkan tempat latihan itu. Tidak menyadari bahwa sedari tadi ada seseorang yang menguping pembicaraan mereka.


Masumi dengan langkah marah berusaha menahan rasa cemburunya mendengar isi pembicaraan mereka. Tapi dia berusaha menekan rasa itu dan tetap masuk ke dalam tempat latihan berlangsung. Langkahnya terhenti saat matanya menangkap Maya dan Koji tengah berpelukan dan tak lama terdengar suara gelak tawa dari bibir Maya.


“hahaha.......wajahmu itu lucu sekali, Koji” kata Maya sambil bangkit dan menjauh dari pelukan Koji


Koji terlihat kikuk melihat Maya menertawakannya. Masih terlihat rona wajah memerah di pipi Koji.


Masumi sudah tidak ingin lagi melihat adegan selanjutnya dari kedua muda-mudi itu. Akhirnya dia meninggalkan tempat latihan itu. Saat dia keluar dari tempat latihan, dia melihat tempat sampah dan sejurus kemudian tangannya membanting buket bunga yang dibawanya pada tempat itu.


Masumi masuk ke dalam mobilnya. Hatinya sesak menahan rasa sedih, marah, kecewa dan sakit hati yang bercampur aduk. Dengan cepat dia mengendarai mobilnya tanpa tahu dia hendak kemana. Setelah lama berputar-putar tak tentu arah, mobil yang dikendarainya membawanya ke Planetarium. Tempat favoritnya saat dia mengalami masalah. Di sana dia melihat berjuta bintang yang selalu menawan hatinya, tapi pilihannya untuk mendatangi tempat itu ternyata adalah pilihan yang salah. Tempat itu memiliki kenangan dirinya bersama Maya. saat gadis itu menemaninya melihat berjuta bintang di sana.


Dengan langkah gontai Masumi meninggalkan tempat itu dan akhirnya memutuskan untuk kembali ke kantornya. Dia berusaha menyibukkan dirinya dengan beragam dokumen yang harus dipelajarinya. Masumi tidak memperhatikan kondisi dirinya yang sedari tadi belum makan malam. Tadinya saat dia hendak mengunjungi tempat Maya berlatih, dia berniat akan mengajak gadis itu untuk makan malam. Tapi kini nafsu makannya sudah hilang entah kemana, setelah menyaksikan adegan yang menyakitkan hatinya.


Waktu telah menunjukkan pukul 02 dinihari, saat Masumi akhirnya memutuskan meninggalkan Daito dan kembali ke kediaman Hayami


*****
Keesokan harinya Masumi terbangun dengan kepala yang berat. Dia merasakan pusing yang tak tertahankan. Dia pun harus berjalan perlahan sambil berpegangan pada tembok kamarnya saat dia beranjak ke kamar mandi hendak membersihkan tubuhnya. Di cermin dia melihat raut wajahnya yang nampak pucat.


“aku tidak boleh sakit. Masih banyak urusan Daito yang harus kutangani” kata Masumi menguatkan tekadnya


Kemudian terdengar bunyi air yang mengalir dari wastafel kamar mandi itu. Setelah menyegarkan tubuhnya, Masumi berganti pakaian bersiap pergi ke kantor. Tapi dia kembali merasakan tubuhnya tidak kuat untuk melangkah. Akhirnya dia kembali menghempaskan tubuhnya kembali ke atas kasur.


Masumi menekan sejumlah nomor pada ponselnya dan terdengarlah sahutan dari lawan bicaranya.


“Mizuki, siapkan dokumen yang harus aku tandatangani. Bawa semua ke kediamanku. Aku tidak bisa masuk hari ini. Badanku sakit. Semua jadwalku hari ini batalkan saja. Aku tunggu secepatnya” kata Masumi memberikan instruksi


Terdengar lagi jawaban dari Mizuki. Dan sejurus kemudian Masumi menutup teleponnya dan kembali memejamkan matanya yang penat.


*****
Maya yang hari itu akan berlatih peran Bidadari Merah merasa sedih. Entah mengapa sejak malam tadi Maya merasakan kesedihan yang sangat luar biasa dalam hatinya. Saat Koji menyatakan kembali perasaannya tentang cintanya pada Maya, Maya kembali teringat akan Masumi. Walaupun Masumi telah memutuskan hubungan mereka berdua dan sering mengacuhkan kehadirannya, tapi entah mengapa Maya masih tidak rela dan berharap bahwa hubungan mereka dapat tersambung kembali.


Apalagi saat keluar dari tempat latihannya Maya melihat buket bunga mawar ungu yang teronggok di tempat sampah, Maya menduga itu adalah bunga yang dikirim Masumi untuknya. Dan saat Maya hendak menghubungi Masumi di kantornya, recepsionist kantor Daito mengatakan bahwa bosnya itu sedang tidak ada di tempat dan handpone lelaki itu juga tidak aktif.


Sebenarnya Maya ingin memulai untuk memperbaiki hubungannya dengan Masumi, tapi disisi lain Maya pun ingin memberikan pelajaran pada Masumi supaya lelaki itu mau merubah sikapnya yang cemburuan dan selalu ingin menang sendiri. Tapi ternyata kerinduan itu malah berbalik menyiksanya. Maya akhirnya memutuskan untuk menemui Masumi.


Maya sampai ke kantor Daito. Saat itu dia berpapasan dengan Mizuki yang membawa setumpuk dokumen yang akan dibawanya ke kediaman Hayami sesuai perintah bosnya.


‘hai Maya, aku tak menyangka kau datang kemari. Apa kau hendak bertemu Pak Masumi?” tanya Mizuki


“i..iya. Apa dia ada?” tanya Maya gugup


“ah.....sayang sekali bosku hari ini tidak masuk. Dia sedang sakit.” Kata Mizuki


“Pak Masumi sakit? Dia sakit apa Mizuki?” tanya Maya dengan tidak sabar


“aku tidak tahu. Tapi mungkin dia terlalu lelah mengurusi pekerjaan atau mungkin juga dia tidak kuat menahan deraan siksaan hatinya sendiri yang merindukanmu” kata Mizuki


“apa dia merindukanku? Padahal dia tidak mau menyapaku saat kami bertemu ” kata Maya


“tentu saja Maya. setiap hari dia selalu merindukanmu. Kau boleh percaya padaku, karena walaupun dia terlihat mengabaikanmu tapi jika dia telah kembali ke kantor ini aku bisa melihat dan yakin betapa tersiksanya hidupnya. Dia menyiksa dirinya dengan terus bekerja keras, bawahannya menjadi sasaran kemarahannya ditambah lagi alkohol sebagai tempat pelariannya. Aku sarankan lebih baik kalian berbaikan. Aku mohon kembalilah padanya Maya, hanya dirimulah yang bisa menolongnya” kata Mizuki


“apakah dia masih mencintaiku, nona Mizuki?” tanya Maya


“bodoh, tentu saja dia masih mencintaimu. Satu-satunya wanita yang bisa mengalihkan dunianya dan membuat lelaki itu menjadi sedikit manusiawi hanya dirimu Maya. Kau lah obat penenang bagi bosku” jawab Mizuki


“tapi aku tidak tahu bagaimana aku memulai kembali hubungan kami. Dia yang memutuskan hubungan kami, jadi mana mungkin aku yang berinisiatif memulai jika dia yang telah memutuskannya.” Kata Maya beralasan


“itu juga salah satu sifat bosku yang lain, dia egois. Nah kau sudah tahu sifatnya yang lain lagi. Sekarang boleh aku bertanya padamu, Maya?” tanya Mizuki


“bertanya apa?’ Maya balik bertanya


“apakah kau masih mencintai Pak Masumi?” tanya Mizuki


“tentu, nona Mizuki. Aku masih mencintainya. Hatiku sakit melihat dia mengacuhkan aku. Tapi aku pun tak bisa berbuat apa-apa” kata Maya dengan sedih


“kalau begitu kau ikut aku” kata Mizuki sambil menarik lengan Maya


“anda mau mengajakku ke mana?” tanya Maya saat tangannya ditarik Mizuki


“ya bertemu Pak Masumi. Kau harus berbaikan lagi dengannya. Aku akan ke rumahnya sambil menyerahkan dokumen-doumen ini” kata Mizuki


Maya terdiam sesaat. Dia ragu apakah Masumi mau menerima kehadirannya. Dan apa yang harus dikatakannya jika nanti dia bertemu lelaki itu.


“aku takut, Mizuki’ kata Maya


“hahaha........kau ini. Apa yang harus kau takutkan, Maya? aku kira dahulu kau selalu berani terhadap bosku. Kau selalu melawan dan bertengkar dengannya. Mengapa sekarang takut?” tanya Mizuki


“aku takut penolakannya, nona Mizuki.” Jawab Maya


“yang kutahu kau adalah gadis yang mau mempertaruhkan apapaun walaupun kesempatanmu hanya 1%. Sekarang apakah hal itu telah berubah padamu?” tanya Mizuki


Maya hanya terdiam. “itu hal lain, nona Mizuki” jawab Maya


“hal lain bagaimana? Ini juga menyangkut kehidupanmu dan kebahagianmu. Apa kau tidak mau meraih lagi Pak Masumi sebagai kekasihmu? Atau kau lebih menyukai dia berhubungan dengan gadis lain?” tanya Mizuki


Sesaat nampak Maya kaget dan terlihat khawatir. “tentu saja tidak, nona Mizuki” jawab Maya


“kalau begitu tunggu apalagi. Mari ikut aku” ajak Mizuki


Kemudian keduanya melangkah menuju mobil Mizuki dan kemudian mobil tersebut terlihat bergerak meninggalkan tempat parkir kantor terebut.


*****
Akhirnya keduanya sampai di kediaman Hayami. Saat mereka sampai, Maya terlihat ragu untuk ikut turun. Tapi Mizuki kembali dapat menguatkan tekad Maya untuk bertemu Masumi. Setelah menekan bel dan memberitahukan maksud kedatangan mereka, akhirnya mereka berdua dipersilakan masuk. Pelayan rumah itu mengatakan bahwa Pak Masumi menyuruh Mizuki untuk menemuinya di kamarnya. Saat mereka melewati ruang tamu hendak pergi ke kamar Masumi, Eisuke Hayami muncul Maya nampak terkejut dengan kehadiran lelaki tua itu di rumah itu. Bagaimanapun Maya mengenali orang tua itu sebagai paman es krimnya, orang yang sering mengajaknya jajan es krim di sebuah cafe langganan mereka.


“Paman? Mengapa Paman ada di sini?” tanya Maya saat melihat Eisuke


“tentu saja tuan Eisuke ada di rumah ini, Maya. Ini adalah kediamannya. Beliau adalah Tuan Eisuke Hayami, ayahnya Pak Masumi” kata Mizuki menerangkan


Maya nampak terkejut dan malu, apalagi dulu sempat mengatakan bahwa Pak Masumi adalah kecoa dan ayahnya Pak Masumi lebih parah lagi kelakuannya.


“hahaha.......ini memang rumahku, Maya. kau kaget?” tanya Eisuke


Maya mengangguk.” Maaf, saya tidak tahu jika anda adalah ayah Pak Masumi. Sekali lagi saya minta maaf” kata Maya sambil membungkukkan badannya


“mengapa kau harus meminta maaf padaku, Maya? kau tidak bersalah apa-apa” kata Eisuke menenangkan


Maya tetap terlihat malu.


“apa kau datang kemari untuk menemui puteraku?” tanya Eisuke


Maya mengangguk.


“hah...aku senang dengan kedatanganmu. Aku harap kedatanganmu bisa memperbaiki keadaannya. Dia terlalu keras pada dirinya sendiri. Dia bahkan tak mau mendengarkan ucapanku. Semoga kau bisa membujuknya Maya. Membujuknya untuk memperhatikan kehidupannya sendiri” kata Eisuke


Memang sebenarnya Eisuke telah mengetahui tentang kemelut hubungan Masumi dan Maya yang kurang baik dan dampaknya terhadap diri anak tirinya itu, tapi walaupun Eisuke telah berulang kali menasehati Masumi agar mau memperbaiki hubungannya dengan Maya dan tidak terlalu keras pada dirinya, anak tirinya itu tetap keras kepala.


“Mizuki kau pergilah dahulu ke kamar puteraku. Aku ingin berbincang-bincang dahulu bersama Maya” kata Eisuke


Mizuki pun pamit dan berlalu menuju kamar Masumi.


*****


Mizuki mengetuk kamar Masumi. Dilihatnya bosnya itu sedang berbaring sambil mengetik menggunakan laptopnya.


“masuklah, Mizuki” kata Masumi


“ini dokumen yang harus anda pelajari dan anda tanda tangani, Pak Masumi” kata Mizuki sambil menyerahkan setumpuk dokumen di meja di kamar itu


“terima kasih, Mizuki” kata Masumi pendek


“eh, apakah ada lagi yang dapat saya bantu, Pak Masumi?” tanya Mizuki


“tidak” jawab Masumi pendek tanpa mengalihkan pandangannya dari layar monitor laptopnya


“betulkah?” tanya Mizuki seakan mengulur waktu


“tentu saja. Sejak kapan kau tidak paham akan kata-kataku?” tanya Masumi yang terlihat kesal


“eh, anu .... Maya...” kata Mizuki hendak memberi tahu Masumi bahwa dia datang bersama Maya


“untuk apa kau sebut nama itu disini. Dia tidak ada urusan apa-apa lagi denganku” kata Masumi dengan marah sambil menaruh laptop itu disampingnya.


Masumi marah karena saat Mizuki menyebut nama gadis itu, secara tidak langsung mengingatkan dia kembali tentang hubungannya yang kelam dengan Maya. Terlihat gurat kekecewaan, sedih dan putus asa di matanya.


Maya yang sebenarnya telah berada di pintu kamar itu mendengar ucapan Masumi merasa terpukul dan hendak berbalik arah, membatalkan niatnya semula bertemu Masumi. Tapi Eisuke yang mengantar Maya ke kamar Masumi malah mencegahnya dan mengajak gadis itu masuk ke kamar puteranya. Masumi yang melihat kedatangan Maya merasa terkejut.


“mungil......” kata Masumi sambil menatap tak percaya pada gadis itu


“apa benar kau tidak menginginkan lagi gadis ini sebagai kekasihmu dan calon pengantinmu?” tanya Eisuke


Masumi hanya terdiam.


“kau sungguh keras kepala, kau tahu kau merindukan gadis ini, tapi gengsimu terlalu tinggi untuk mengakuinya. Lalu untuk apa kau membeli cincin dan gaun pengantin itu?” tanya Eisuke yang terlihat kesal dengan ulah Masumi


“darimana.....?”kata Masumi yang terlihat terkejut


“darimana aku tahu?” tanya Eisuke


Masumi hanya menghela napas.


“aku bukan orang bodoh, Masumi. Untuk apa kau menghabiskan uang jutaan Yen kalau bukan untuk membeli kedua barang itu. Lagipula aku juga tahu gaun pengantin yang kau beli pun dari disainer mana. Shue Uemura bukan?” kata Eisuke


Maya terkejut. Memang dia mendengar bahwa gaun itu telah laku terjual dengan harga yang sangat fantastis, tapi tak menyangka jika pembeli gaun itu adalah Masumi.


“jadi bisa kau perjelas semua ini, Masumi. Apa kau telah memiliki calon pengantin selain gadis ini yang akan kau nikahi?” tanya Eisuke


Masumi hanya menatap Maya. Maya pun menatap Masumi. Menunggu kepastian jawaban dari bibir lelaki itu. Dia seakan takut mendengar pengakuan jika Masumi telah memiliki gadis lain selain dirinya yang akan dia nikahi.


“tidak. Aku memang berniat melamar Maya. Disaat ulang tahunnya. Tapi saat itu kami malah memilih berpisah” kata Masumi


“lalu apakah kau berniat kembali lagi padanya, hingga kau membeli gaun itu?” tanya Eisuke


“ya, ayah. Tapi aku sangsi dia mau kembali padaku. Aku lihat dia sudah akrab dan sering bersama dengan Sakurakoji” kata Masumi tanpa menyembunyikan rasa cemburunya


“apa sekarang kau masih mencintai Maya?” tanya Eisuke


“aku pikir hal ini bukan urusan ayah. Sejak kapan ayah ingin tahu tentang perasaanku?” tanya Masumi yang mulai jengkel dengan gaya Eisuke yang menginterogasinya


“tentu saja penting. Karena aku tidak ingin kau mempermainkan hati gadis ini. Jika kau sudah tidak memcintainya lagi, maka biarkan dia bahagia dengan lelaki lain dan kau segera cari calon pendamping yang lain” kata Eisuke memanas-manasi dan ingin tahu reaksi anak tirinya itu


“kalau dia memang tidak bahagia bersamaku dan ingin berpisah denganku untuk apa aku mempertahankannya” jawab Masumi


“Pak Masumi, bukankah anda yang memutuskan hubungan kita? Bukan aku yang menginginkan perpisahan ini” kata Maya mengingatkan


“tapi kau menyetujui untuk berpisah denganku, mungil. Kau tidak ada keinginan untuk mempertahankannya. Dan aku lihat setelah berpisah denganku kau nampak bahagia bersama Koji dan mengacuhkanku” kata Masumi dengan kesal


“sudahlah Masumi, kau jangan seperti anak kecil yang merengek ingin diperhatikan dan selalu dituruti. Sekarang aku bertanya padamu, apa kau masih mencintai Maya?” tanya Eisuke


Masumi hanya terdiam. Dia ingin menjawab bahwa dia masih mencintai tapi bayangan Maya yang akrab dengan Koji membuat Masumi tidak yakin bahwa Maya mencintainya. Maya hanya menatap menunggu jawaban Masumi.


“ayo jawab!” kata Eisuke yang mulai tak sabar


“ayah, untuk apa ayah memperdulikan masalahku. Masih ada hal yang lebih baik ayah perhatikan, kondisi kesehatan ayah tentunya” jawab Masumi seakan menghindari pertanyaan Eisuke


“Maya, aku kira kau tidak harus mempertimbangakan apapun lagi. Lebih baik kau segera mencari lelaki lain yang mencintaimu. Anakku rupanya sudah tidak tertarik lagi padamu. Lupakan dia dan lanjutkan hidupmu” kata Eisuke


Maya yang mendengar ucapan Eisuke hanya terdiam. Terlihat kesedihan di raut wajahnya. Padahal Maya berharap hubungannya dengan Masumi dapat diperbaiki. Tapi apa daya ternyata Masumi telah bulat ingin berpisah dengannya.


“saya kira anda benar, Paman” kata Maya dengan lirih


Masumi hanya terdiam mendengar penuturan Maya.


“boleh aku bertanya padamu Maya, apa kau mencintai Koji?’ tanya Eisuke


“tidak Paman. Saya hanya menganggap dia sebatas sahabat dan lawan mainku di panggung” jawab Maya mantap


“dan perasaanmu terhadap anakku?” tanya Eisuke


Sesaat Maya terdiam sambil menatap Masumi. “saya mencintainya Paman. Tapi akan sulit untuk menyatukan perasaan kami dalam sebuah hubungan yang indah jika salah satu pihak ternyata tidak lagi mencintai diri kita dan tidak ada kepercayaan terhadap perasaan cinta yang kita tunjukan padanya” jawab Maya


“kau benar Maya. Kau mencintai Masumi tapi Masumi tidak mencintai dan mempercayai cintamu padanya. Lebih baik kau akhiri hubungan ini” kata Eisuke sambil menatap Masumi yang terlihat terpekur dengan ucapan Maya


“hah...padahal aku berharap aku bisa segera menimang cucu dan melihat kalian menikah. Tapi rupanya anakku ini lebih senang berlama-lama membujang” kata Eisuke yang seakan menyesali keadaan


“lebih baik saya permisi, Paman. Saya kira urusan saya sudah selesai” kata Maya yang akan beranjak dari tempat itu


Maya menatap Masumi sebelum melangkah dari kamar itu. Terlihat kesedihan dimata Masumi yang tertangkap oleh Maya.


“eh, Maya...”kata Masumi yang memanggil nama gadis itu saat gadis itu berbalik melangkah pergi


Maya kemudian berbalik. “ ya, Pak Masumi?” tanya Maya


“ah, Maya untuk apa kau pedulikan dia lagi?” tanya Eisuke yang terlihat kesal dengan tarik ulur yang diperlihatkan Masumi seakan enggan untuk berpisah dengan Maya


“apalagi yang kau inginkan, Masumi?” tanya Eisuke dengan kesal


“apakah kau mau memaafkan aku jika aku bilang aku masih mencintaimu? Apakah kau masih mau menerima diriku kembali padamu?” tanya Masumi dengan pelan


“hah......sejak kapan kau jadi plin plan begini?” tanya Eisuke pada anak tirinya itu


“sudahlah ayah. Aku bertanya pada Maya bukan pada ayah” kata Masumi yang juga ikut-ikutan kesal


“cepat jawab Maya. Kesabaranku sudah habis melihat tingkah laku anakku yang menyebalkan ini” kata Eisuke


Maya menatap Masumi. Terlihat permohonan Masumi dimatanya.


“Saya mencintainya, Paman dan saya akan kembali padanya jika dia pun menginginkan hubungan kami kembali seperti semula.” jawab Maya.


“apa kau menginginkan kembali hubunganmu dengan Maya?” tanya Eisuke meminta penegasan anaknya itu


“ya, tentu saja” jawab Masumi pendek


“tapi.......” kata Maya terputus


“tapi apa Maya?” tanya Eisuke


“saya akan kembali jika Pak Masumi mau memperbaiki sikapnya. Saya tidak ingin dia selalu cemburu pada Koji atau siapapun. Cinta adalah kepercayaan. Bukankah begitu?” kata Maya


‘hmmm...kau benar. Kalau Masumi benar-benar mencintaimu dia harus belajar mempercayaimu, bahwa kau mencintainya dan juga dia harus bisa menjaga kepercayaan yang diberikan padamu, bahwa dia sanggup merubah sikap cemburunya itu.”kata Eisuke


“Masumi, kau harus turuti keinginan Maya dan jangan selalu kau yang menuntut pada Maya. Aku heran kau lebih tua darinya tapi sikapmu malah kekanak-kanakan” kata Eisuke pada Masumi


Masumi hanya merengut kesal.


“kalau begitu urusanku sudah selesai. Kalian berbaikanlah. Mari Mizuki kita tinggalkan mereka berdua. Jika mereka belum puas bertengkar biarkan saja mereka saling cakar.”kata Eisuke sambil beranjak mendorong kursi rodanya diikuti Mizuki dibelakangnya


Setelah keduanya berlalu. Masumi dan Maya saling terdiam dan saling tatap. Sebenarnya keduanya sama-sama memendam rasa rindu yang sama, tapi keduanya seakan gengsi untuk memulai duluan.


“ahh...lebih baik saya permisi dulu Pak Masumi, lebih baik anda beristirahat” kata Maya hendak berlalu dari kamar Masumi


“tunggu Maya, aduuh.......” kata Masumi hendak bangun dari tempat tidurnya tapi pusing di kepalanya tidak bisa diajak kompromi


“anda tidak apa-apa, Pak Masumi” kata Maya dengan khawatir sambil memegang tangan Masumi hendak menahan tubuh lelaki itu


“tidak, tidak apa-apa. Kepalaku masih terasa pusing. terima kasih, mungil” kata Masumi sambil memegang tangan Maya dengan erat.


“aku mencintaimu, mungil. Maafkanlah aku. Kembalilah padaku” kata Masumi yang kali ini berinisiatif untuk memperbaiki hubungan mereka


“aku juga mencintai anda, Pak Masumi” kata Maya


“benarkah, kau masih mau kembali padaku. Pada orang yang egois ini?” tanya Masumi


“hemm.....benar atau anda tidak ingin aku menjawab tidak?” tanya Maya hendak menggoda Masumi


“kau berani menggodaku ya?” jawab Masumi sambil menyentuh hidung Maya dengan telunjuknya


“hahahaha......sekali-sekali aku menggoda bos Daito” kata Maya beralasan


“jadi jika nanti aku menikah denganmu aku harus siap- siap selalu kau usili?” tanya Masumi


“eh.....apa anda memang berniat menikahiku?’ tanya Maya


“tentu saja. Kau kaget? Kau pikir aku berpacaran denganmu tanpa bermaksud menikahimu, mungil. Usiaku sudah tak lagi muda dan aku sudah tidak ingin lagi tidur sendiri. Aku ingin ada yang merawatku saat aku sakit dan ada yang selalu memperhatikan aku” jawab Masumi


“jika aku tak mau menikah dengan anda bagaimana?” tanya Maya dengan serius


“jadi kau tidak mau menjadi istriku? Apa kau berniat bermain-main denganku?” tanya Masumi khawatir


“anda belum menjawab pertanyaanku, Pak Masumi?” kata Maya


“kalau begitu aku akan memaksamu. Aku akan menyeretmu ke depan altar hingga pendeta mensyahkan kita sebagai pasangan suami istri” jawab Masumi ketus


“hahahaha...nanti anda dituduh menculik anak gadis dibawah umur atau dituduh pedofilia. Apa anda tidak takut dengan reputasi anda?” tanya Maya


“aku tidak peduli, mungil. Yang pasti kau harus jadi milikku” kata Masumi yang menarik Maya ke dalam pelukannya


Maya kaget dengan serangan Masumi yang tiba-tiba. Sesaat kemudian keduanya bergumul di atas kasur. Maya terperangkap dalam tubuh besar Masumi


“a..apa..yang anda lakukan, Pak Masumi?” tanya Maya


“ini yang akan ku lakukan jika kau tidak mau menjadi istriku” kata Masumi sambil mencium Maya


Maya merasakan kehangatan bibir lelaki itu dibibirnya dan secara spontan Maya pun membalas ciuman Masumi. Keduanya berciuman hingga terengah hingga Masumi tersadar dan menarik Maya bangun.


“maafkan aku, mungil. Tidak seharusnya aku bermain-main dengan api. Belum saatnya aku menyentuhmu. Bagaimanapun aku ingin hal itu terjadi dengan indah dan sempurna hingga saatnya tiba” kata Masumi yang beranjak dari tempat tidur


Masumi berjalan menuju meja di ruangan itu dan mengambil sesuatu dari laci.


“maukah kau menikah denganku, mungil?” tanya Masumi sambil berlutut di bawah gadis itu dan menyerahkan sebuah kotak beludru yang terbuka. Didalamnya ada sebuh cincin bertahtakan berlian.


Maya hanya tersenyum dan kemudian “ ya..aku mau, tapi.......” jawabnya


“tapi apa, mungil?” tanya Masumi


“anda harus janji bahwa anda tidak akan terus-terusan cemburu pada semua lelaki yang dekat denganku. Percayalah pada cintaku” kata Maya


“hmmm.........aku harus jujur padamu kalau hal itu adalah hal yang sulit, Kau tahu aku sangat takut kehilanganmu, mungil. Aku tidak ingin kau didekati lelaki manapun selain diriku” jawab Masumi


Maya hanya tersenyum. “aku hanya mencintai anda, Pak Masumi. Pengagumku, mawar unguku” kata Maya berbisik mesra


Perlahan Masumi memeluk Maya. Lalu ketika pelukan mereka telah terlepas, Masumi memasangkan cincin itu di jari manis Maya. cincin itu nampak pas melingkar di jari mungil Maya.


“sempurna. Kau pengantinku, Maya” kata Masumi sambil memeluk Maya kembali


“oh ya, aku ingin kita, menikah 2 bulan lagi. Apa kau setuju, sayang?” tanya Masumi


“terserah, anda saja” jawab Maya


“bagus. Aku sudah tidak sabar lagi menjadikanmu milikku. Dan akupun telah membeli gaun pengantin yang sempat kau kenakan dalam peragaan busana itu. Aku ingin kau yang memiliki gaun itu. Kau cantik dengan gaun itu. Kau seorang peri mungil dari khayangan” kata Masumi


“benarkah?” tanya Maya


“hmm....benar. Jika gaun itu tidak cocok untukmu untuk apa aku membuang-buang uangku untuk membeli gaun itu. Gaun itu dibuat khusus untuk pengantinku. Hanya untukmu” jawab Masumi sambil tersenyum lembut


Wajah Maya merona malu.


******
Dua bulan berikutnya Maya menikah dengan Masumi. Maya nampak cantik dengan gaun pengantinnya. Masumi merasa beruntung menikahi wanita mungil itu.


“kau tahu, kau cantik dengan gaun itu” bisik Masumi di telinga Maya sesaat keduanya akan menaiki mobil hendak menuju tempat bulan madu mereka.


“yang membelikan gaun ini sangat pintar ya?” kata Maya


“boleh aku tahu siapa yang begitu cerdik membelikan gaun ini untukmu?” tanya Masumi


“Bos dingin dari Daito” jawab Maya sambil mengerucutkan bibirnya


“hmm.. benarkah dia dingin? Aku kira kau harus membuktikannya Maya. Mungkin jika kau bersamanya dalam kamar di sebuah Hotel kau akan menarik lagi kata-katamu itu” kata Masumi sambil terkikik


Wajah Maya hanya merona merah dan kemudian jari mungilnya mencubit pinggang Masumi.


“awww..........sakit tahu” kata Masumi sambil meringis


“itu balasannya karena menggodaku” kata Maya


“dan tunggulah pembalasanku, Maya. aku pastikan kau menarik lagi kata-katamu. Kau akan tahu bahwa Bos Daito tidak sedingin sangkaanmu.” kata Masumi sambil mengedipkan matanya


Maya hanya terkekeh dan kemudian terdengar tawa riang dari keduanya dalam mobil menuju tempat mereka berbulan madu. Menuju kebahagiaan yang menanti.


********

The End


3 comments:

Anonymous said...

wuaaaaahhhh beneran Happy
sesuai janji ya sista tati....
sukaaaa

chuubyy on 12 August 2011 at 18:10 said...

so swetttt... sukaaa deeeeeeeeeeeeee... thx mbak tatiiiiiiiii...:))

Resi said...

akhirnyaaa, happy endiiing.
makasih mbak tatiiii.....

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting