Sunday 26 June 2011

Fanfic TK : 'Cos I Love You Ch. 6

Posted by Miarosa at 16:43
Rate : 18 +

Warning : Kissu

Cos I love You
( By Riema )


Chapter 6 : Fate

Maya membuka matanya dengan enggan, merasakan surat dalam dekapannya

          ’Mimpi.......  semua yang terjadi tadi malam hanya mimpi. Kahangatan yang anda tunjukkan padaku ternyata hanya mimpi. Anda bohong !!’ Maya merasakan pedih matanya.

<<< 'Cos I Love You Ch. 6 ... Bersambung >>>




          ’Ukh.... Pasti mataku bengkak’ Maya mengusap matanya dengan punggung tangan, sambil melangkah ke kamar mandi. Lalu tergugu sendiri memandang cermin yang tak karuan
          ’Apa yang terjadi Pak Masumi? Anda melukai diri sendiri, benar-benar bodoh.’ Maya menatap tetesan darah di lantai kamar mandi, lalu melangkah keluar. Merasa pening.

Sambil masih memikirkan darah, Maya menaiki tangga sempoyongan. Lalu masuk ke kamar mandi di kamar tidur dan memandang wajahnya di cermin
          ’Pak Masumi. Sebenarnya aku mengerti benar dengan keputusan anda. Karena akupun menyadari, rasa bersalah ini membuatku bingung. Membuat hatiku sakit. Tapi bukan ini yang aku inginkan. Aku sama sekali tak pernah berpikir ingin berpisah dengan anda. Setelah sekian lama mengharapkan anda, mana mungkin aku ingin berpisah begini. Tidak mungkin...........’ Maya menutup wajahnya, menangis lagi.
          ’Dan apa hak anda melarangku menangis?’ Maya menatap wajahnya di cermin, tapi yang dilihatnya adalah wajah Masumi Hayami
          ’Apakah semua ini benar-benar demi kabaikanku? Aku tidak tahu. Aku sungguh bingung Pak Masumi. Antara rasa bersalahku pada ibu, dan perasaan cintaku pada anda, manakah yang  lebih harus ku ikuti? Aku sungguh tidak mengerti...............Tapi aku akan berusaha untuk menuruti anda. Aku tidak akan menangis lagi Pak Masumi. Pasti kecengenganku mengesalkan anda. Ya kan? Aku ini memang masih anak-anak, pantas saja anda meninggalkanku’ Maya menghembuskan nafas berat.


          Ketika Maya keluar villa, dilihatnya Hijiri keluar dari mobilnya .
          ’Selamat siang Nona........’
          ’Pak Hijiri? Anda disini?’ Maya bertanya heran
          ’Tentu saja. Apa anda pikir Pak Masumi akan membiarkan anda sendirian disini?’ Hijiri membuka pintu penumpang, diam-diam memperhatikan mata Maya yang sembap.
          ’Yah. Mungkin saja dia berbuat begitu, kan? ’ Maya masuk ke mobil
          ’Kalau boleh tahu, jam berapa pak Masumi pergi?’ Tanya Maya begitu Hijiri siap di kursinya
          ’Pak Masumi pergi pukul 3 dini hari tadi. Beliau pesan agar saya mengantar nona pulang’ Hijiri menyalakan mobilnya
          ‘Iya, tolong ya Pak Hijiri. Maaf aku selalu merepotkan anda. Saya ucapkan terima kasih karena sudah menjadi penghubung yang baik selama ini’
          ’Kenapa Nona bicara begitu? Seperti perpisahan saja’
          ’Yah. Mungkin Pak Masumi tidak akan meminta anda menjadi jembatan lagi. karena tidak ada lagi yang harus dijembatani. Tak ada lagi mawar ungu.’ Maya memandang keluar jendela, menahan tangis. Membayangkan hidupnya tanpa Masumi Hayami, Mawar ungu-nya. Hijiri terdiam, tak berani berkomentar.
***

          Masumi sedang menerima Bu Mayuko dan Ketua persatuan Drama di kantornya. Membahas masalah Bidadari merah.
          ’Jadi sudah ditetapkan, 2 bulan lagi debut Bidadari Merah akan di mulai? ’ Masumi memegang lembar program di tangannya
          ’Begitulah. Pastinya, Bidadari Merah akan dipentaskan di Gedung pertunjukan terbaik.’ Ketua drama menambahkan
          ’Dapat dipastikan itu adalah milik Daito bukan?’ Masumi tersenyum puas
          ’Sayangnya begitu’ Bu Mayuko menggelang
          ’Jangan begitu Bu Mayuko’ Masumi tertawa
          ‘Jangan karena membenciku, lalu Bidadari Merah dikorbankan’
          ’Hmm. Tentu saja tidak Masumi. Selama Daito masih menjadi yang terbaik, kenapa tidak?’
          ’Akan selalu bagitu Bu Mayuko. Tak akan kubiarkan, Pentas Bidadari Merah dilakukan di tempat lain’ Masumi menegaskan
          ’Apa kau masih akan mengejar hak pementasan Bidadari Merah? Mengejar Maya seperti ayahmu mendesak aku dulu?’ Mayuko menantang Masumi
          ’Tidak dalam artian yang sama Bu Mayuko, aku tidak akan membiarkan Maya  memperoleh alasan lagi untuk membeciku.’Masumi balas menatap Mayuko
          ’Kami percaya anda profesional Pak Masumi. Dan kami fikir, alangkah baiknya jika Maya ditangani oleh orang yang tepat’ Ketua drama yang berkata
          ‘Maksud anda........’
          ‘Ya, Masumi. Sekali lagi aku ingin menitipkan Maya padamu. Hanya kau yang bisa menjaganya’
          ’Daito Maksud anda?’ koreksi Masumi
          ’Hmm.. Tentu saja. Aku ingin Maya ada di bawah bendera Daito. Dengan begitu aku yakin dia tidak akan salah langkah’
          ’Begitukah? Apakah anda tidak khawatir? Jika Maya ada di bawah Daito? Aku bisa saja mengambil Hak Pementasan Bidadari Merah dari tangan Maya’
          ’Aku sama sekali tidak khawatir tentang itu. Lagipula, persatuan drama akan mengawasi. Segala keputusan mengenai Bidadari Merah, harus melibatkan Persatuan Drama. Diluar Bidadari Merah, Maya milikmu’ Mayuko tersenyum, ketua persatuan drama mengangguk, mengiyakan.
          > Eh? Milikku? Seandainya semudah itu menjadikan dia milikku<
          ’Baiklah......... Kalau begitu sebaiknya andalah yang menyampaikan berita ini pada anak itu’ Kata Masumi dingin, Mayuko tertegun mendengar nada tak acuh dalam suara Masumi.
’Tentu saja Masumi, aku yakin di akan senang. Ya kan?’ Mayuko menatap Masumi tajam.
‘Mungkin saja. ‘Masumi mencoba mengabaikan tatapan Mayuko


***

          Seminggu kemudian, Mizuki membawa Maya ke kantor Masumi.
‘Tunggulah sebentar disini, Pak Masumi sedang meeting. Tidak akan lama’ Mizuki meninggalkan Maya sendiri. .Sementara menuggu, Maya merasa jantungnya berdebar tak menentu. Ini akan menjadi pertemuan pertamanya dengan Masumi setelah terakhir kali mereka bersama di Izu.
>Aku merindukan anda Pak Masumi, mungkinkah anda juga merindukan aku?< Maya menerawang, hingga tak sadar Masumi masuk ke ruangan.
’Selamat siang Maya !’ Maya terlonjak
’Se  Selamat siang Pak Masumi’ Maya bangkit, lalu membungkuk
’Aku rasa Bu Mayuko sudah menjelaskan padamu, kan?’ Masumi duduk di depan Maya. Gadis itu terkejut, betapa dinginnya tatapan Masumi.
‘Ya.’ Maya menunduk, menyembunyikan rasa kecewanya
‘Baiklah kalau begitu, aku sudah menyiapkan kontraknya. Kau tinggal menandatanganinya saja’ Masumi menekan perasaannya dalam-dalam.
’Aku...... Sebelumnya aku ingin bertanya’ Maya mengangkat wajahnya
’Ya?’
’Apakah aku boleh tetap tinggal bersama teman-temanku?’
’Di apartemen kalian yang sekarang?’
’Ya’ Maya menjawab seperlunya, menatap Masumi
’Sepertinya tidak bisa begitu. Kau akan tinggal di apartemen Daito, apartemen yang dulu pernah kau tinggali’ Masumi melengos
’Kalau begitu aku tidak mau menjadi milik Daito!’ Kata Maya tegas
’Begitu? Keras kepalamu tidak hilang-hilang rupanya’
’Tidak akan, itu sangat diperlukan untuk menghadapi orang seperti anda!’
’Iya kah?’ Masumi tertawa tertahan
’Jadi pilihannya, kau tinggal bersama mereka? Atau kau ajak mereka tinggal bersamamu? Begitu?’ tanya Masumi melunak
’Pintar sekali. Hanya itu syaratnya.’ Maya mengacungkan jari telunjuknya
’Kenapa harus begitu? Kau kan tidak mungkin bergantung selamanya pada mereka. Kau berharap mereka selalu ada untuk menghiburmu? Mereka akan membuatmu cengeng Maya’
’Seandainya anda punya teman, mungkin anda akan mengerti’ Maya menyesali perkataannya segera setelah mengucapkannya.
’Ups. Maaf’ Maya menutup mulutnya
’Tidak apa-apa. Aku memang tidak mengerti.’
’Maaf........ aku hanya butuh mereka, terutama jika tidak ada lagi mawar ungu. Siapa lagi yang akan menyemangatiku saat aku jatuh?’ Maya mendesah
’Siapa yang bilang tidak ada lagi mawar ungu?’
’Aku menduga begitu’ Maya menatap Masumi takut-takut
’Jangan menduga-duga.’Masumi memalingkan wajah
’Begini Pak Masumi. Sebenarnya, banyak hal yang aku ingin tanyakan pada anda. Tapi aku yakin anda tidak akan menjawabnya.’
’Aku hanya akan menjawab selama itu berhubungan dengan pekerjaan’
’Ya aku tahu. Aku tidak akan menanyakan apapun. Tapi aku minta, anda tidak perlu bersikap sedingin itu padaku. Aku janji tidak akan mengganggu anda. Tapi jangan bersikap seperti itu padaku. Bisakah?’ Maya memohon, matanya mengaca.
>Jangan. Kumohon jangan berwajah seperti itu Maya. Jangan memohon padaku seperti itu... <
’Baiklah’ Kata Masumi akhirnya.
’Anda juga akan memenuhi persyaratanku kan?’ Masumi mengangguk lagi
’kalau begitu aku harus memberikanmu apartemen yang lebih besar’
’Tidak perlu, aku sudah terbiasa tidur sekamar dengan mereka semua’
’Tidak bagus ! Seandainya mereka mau masuk Daito juga, pasti akan lebih baik’ Ujar Masumi penuh harap
’TIDAK MUNGKIN !!! Akupun, seandainya Bu Mayuko tidak menyuruhku, aku tidak akan mau menjadi milik Daito!’ Maya sudah bisa menebak reaksi teman-temannya jika mendengar ini.
’Mereka sama keras kepalanya denganmu, aku tahu. Aku akan  menyiapkan apartemen yang lebih besar kalau begitu’
’Terserah anda saja. Anda bisa memotong uang sewanya dari gajiku.’
’Bodoh. Kau bahkan belum punya gaji!’ Masumi tersenyum sementara Maya cemberut.

***

          Maya duduk  cemberut di depan jendela apartemennya. Ternyata teman-temannya tidak bersedia ikut pindah ke apartemen baru. Selain merasa tidak enak pada Pak Masumi, tempatnya pun terlalu jauh dari teater bawah tanah dan dari tempat mereka bekerja.
          ’Kalau kalian tidak ikut denganku, aku tetap tidak akan masuk Daito !’ Maya bersikeras pada pendiriannya, teman-temannya sampai lelah membujuk
         ’Maya, ayolah. Bisakah kau tidak merajuk terus. Bu Mayuko yang menyuruhmu begitu. Masa kau mau menolak hanya karena hal sepele?’ Rei berkata gemas
          ’Aku sudah bersusah payah meminta Pak Masumi menyetujui persyaratanku, masa kalian tidak menghargainya’
          ’Bukan begitu Maya. Tapi kami ini bukan artis Daito. Pasti aneh sekali kalau kami tinggal disana juga’ Mina yang bicara
          ’Betul. Dan itu pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan dari artis Daito yang lain. Bagaimana pandangan mereka padamu nanti?’ Sayaka menambahkan
          ’Aku tak peduli. Apa urusan mereka mengurusi urusanku !’ Kata Maya kesal
          ’Jangan bodoh ! Apa maksudmu tak peduli. Tentu saja kau harus mempedulikan pendapat orang lain tentang kamu. Belum lagi Manajemen Daito, Mereka tidak mungkin menannyakan perihal itu pada Pak Masumi. Tapi dibelakang, mereka pasti akan tetap membicarakannya. ’ Sebisa mungkin Rei memberi pengertian.
          ’Dengarkan Rei Maya. Kami melakukan ini karena kami sayang padamu. Kami janji akan sering mengunjungimu.’ Taiko menyentuh bahu Maya
          ’Dan kalau tidak sibuk, tentu kaupun harus sering datang menemui kami’ Imbuhnya
          ’Kalian curang, mengeroyok aku seperti ini. Kalian sengaja mau mengusir aku ya?’ Maya berkaca-kaca, teman-temannya tersenyum.
          ’Kami akan selalu bersamamu Maya.....’ Mereka saling berpelukan

***

          ’Maya sudah menempati apartemen barunya Pak Masumi’ Mizuki memberi laporan
          ’Bagaimana keadaannya. Apakah dia menangis? ’ Tanya Masumi acuh tak acuh
          ’Tidak separah waktu itu. Tapi, ya. Dia menangis’
          ’Tentu saja’ masumi tersenyum membayangkannya
          >Pasti begitu. Menangis tersedu-sedu. Hari itupun pasti begitu, saat kutinggalkan kau di Izu. Kubayangkan kau menangis sepagian hingga matamu bengkak< Masumi ingat laporan Hijiri tentang itu
          ’Terima kasih Mizuki. Kau uruslah semua keperluannya’
          ’Baik !’ Mizuki mengangguk patuh
          ’Satu lagi Mizuki. Maukah kau menjadi manajer Maya sementara ini. Setidaknya sampai aku mendapatkan orang yang bisa kupercaya? Atau paling tidak satu, dua tahun ini selagi debutnya baru  dimulai. Walaupun sebenarnya akupun akan sangat membutuhkanmu. Tapi, aku lebih tidak bisa membiarkan dia tanpa seorangpun yang bisa mengurus dirinya. ’ Masumi berpikir sejenak
          ’Jika kupikir baik-baik, mungkin ada baiknya jika Maya tinggal bersama temannya saja’
          ’Tidak apa-apa Pak Masumi. Aku akan menjaganya. Tapi siapa yang akan membantu anda nanti. Bulan depan anda akan menandatangani kontrak dengan Grup Takaatsu bukan?  Dan Tuan Felix Oschin juga sudah menyetujui semua persyaratan yang anda ajukan tentang kerjasama Daito dan Perusahaan Kippemberg’
          ‘Ya aku tahu. Setelah menggandeng Takaatsu, aku juga sudah merencanakan kerjasama dengan Grup Min di Taiwan. Ini akan jadi tahun yang sibuk. Agenda kerja Daito luar biasa padat. Dan aku harus melepaskanmu di saat seperti ini? Ugh...’Masumi mengetuk ngetuk jarinya ke meja.
          ‘Apa anda tidak punya seseorang yang mungkin bisa menggantikan saya sementara? Atau, perlukah saya rekomendasikan seseorang?’ Mizuki menetap Masumi.
          ’Ng... Biarkan aku memikirkannya dulu Mizuki’
          ’Baiklah. Oya Pak Masumi, mobil yang anda pesan sudah datang. Anda ingin melihatnya?’ Mizuki menyerahkan tanda terima dan setumpuk brosur Mercedes-Benz.
          ’Kau seudah memeriksanya? Semua sudah OK?’
          ’Iya pak. Semua siap’
          ’Kalau begitu aku tidak perlu melihatnya’ Masumi membubuhkan tanda tangannya dan menyerahkan kertas itu pada Mizuki
          ’Lalu mobil anda yang lama? Apa anda akan memberikannya sebagai inventaris staff kita?’
          ’Tidak!’ Masumi mencawab cepat, Mizuki sampai terlonjak kaget.
          ’Maaf. Antarkan saja mobil itu ke rumahku. Mungkin nanti aku mau memakainya lagi’ masumi tidak suka membayangkan mobil itu di gunakan orang lain.
’Pergilah ! ’
’Baik.’ Mizuki berlalu
Masumi mengambil brosur di mejanya. Mercedes- Benz CL63 AMG terbaru berwarna hitam. Masumi memang tidak ingin menggunakan mobilnya yang lama karena ingin menjauhkan kenangannya dengan Maya. Kenangan intim yang membayangkannya saja membuat membuat dia sakit kepala. Tapi untuk menyingkirkannya, sama sekali tak pernah terpikirkan. Masumipun sudah memberikan instruksi pada penjaga villanya di izu untuk merawat tempat itu baik-baik, karena dia tidak akan mengunjunngi tempat itu untuk waktu yang lama.
Tapi setelah semua dijauhkan, justru Mayalah yang datang mendekatinya. Dengan Maya ada di bawah bendera Daito, berarti Masumi harus tetap berhubungan dengan gadis itu. Dan itu artinya Masumi harus ekstra keras menjaga perasaannya.
***

          Maya berlari di selasar rumah sakit. Segera ditinggalkannya latihannya begitu mendengar kabar bahwa Bu Mayuko kolaps lagi.
          ’Bagaimana Bu guru?!’ Terengah-engah, Maya sampai di depan ruang rawat Bu Mayuko. Tampak teman-temannya dari teater Mayuko dan Ikakuju sudah ada disana
          ’Tidak apa-apa, baru saja sadar. Ada Ayumi di dalam. Masuklah’
          ’Eh? Ayumi?’ Maya menoleh ke arah pintu
          ’Ya, Masuklah’ Rei mendorong Maya
          ’Baiklah Rei’ Maya membuka pintu perlahan
          ’Ayumi....... Bu Guru, anda tidak apa-apa?’ Maya mengangguk ke arah Ayumi dan menghampiri tempat tidur Bu Mayulo
          ’Hm...’ Bu Mayuko terbatuk.
          ’Aku tidak apa-apa. Kau meninggalkan latihanmu?’
          ’Aku..... aku khawatir Bu.’ Jawab Maya berkaca-kaca
          ’Anak bodoh. Aku tidak apa-apa.  Bulan depan kau akan memulai perjalanan Bidadari Merah, kau tidak boleh melalaikan latihanmu Maya.’ Bu Mayuko bicara patah-patah
          ’Aku tahu. Aku tidak akan mengecewakan ibu’
          ’Kalian berdua tidak akan mengecewakan aku, aku tahu itu. Walaupun aku bisa keluar dari sini. Tapi sepertinya tidak akan bertahan lama. Aku lelah.......’ Bu Mayuko lalu memejamkan matanya
Maya dan Ayumi saling pandang
          ’Biarkan Bu Mayuko tidur. ’ Ayumi menarik Maya keluar
’Selamat ya Maya, mulai bulan depan kau akan memulai kehidupanmu sebagai Bidadari Merah’Mereka melanjutkan obrolan di bangku lorong.
          ’Terima kasih Ayumi. Kaupun pasti sibuk. Sudah mendapatkan peran yang cocok?’          ’Ada beberapa. Tapi sepertinya akku tidak akan memainkan apapun dulu sementara ini’
          ’Apa maksudmu Ayumi?’ Maya menatap Ayumi heran
          ’Aku akan belajar lagi ke Prancis. Dan kemungkinan akan memulai karierku disana. Ayumi tersenyum
          ’Betul? Wah hebat sekali !’
          ’Hi  hi  hi.....’ Ayumi tertawa kecil melihat reaksi Maya
          ’Yah. Ada seorang teman yang memberi rekomendasi. Aku sudah membicarakannya dengan orangtuaku dan dengan Pak Masumi juga. Mereka mendukungku, maka aku akan pergi.’
          ’Selamat ya Ayumi. Aku ikut senang. Kapan kau pergi?’
          ’Setelah pertunjukan Bidadari Merah . Supaya aku yakin kau tidak mengacaukan semuanya’
          ’Aku tidak akan mengecewakanmu. Aku janji !’
          ’Ya. Awas saja kalau kau melakukannya!’ Ancamnya sambil tersenyum. Kedua bintang muda itu lalu tertawa bersama.


Sore harinya, Masumi datang menjenguk Bu Mayuko sendirian. Setelah Bu Mayuko mendesaknya. Akhirnya, pada wanita itu, Masumi menceritakan tentang hubungannya dengan Maya.
          ’Aku sudah mencampakkannya seperti itu. Setelah perjalanan panjang demi mendapatkan dia, akhirnya aku sendiri yang melepaskannya. Ukh.... aku ini benar-benar bodoh’ Masumi mengeluh
          ’Tak ada orang yang bodoh karena terlalu mencintai. Kau terlalu mencintainya, maka kau melakukan itu. Aku sendiri tak akan menyangka kau akan sanggup melepaskan dia demi alasan itu. Ternyata anak itu sudah merubahmu sejauh ini’
          ’Itu.... aku sendiri tak tau. Tapi apakah ini benar-benar jalan yang baik baginya. Disaat seperti ini, aku benar-benar ingin mendukungnya.’
          ’Tidak apa-apa. Dia itu anak yang tabah, dia akan baik-baik saja. Dan kau pasti tetap akan melindunginya kan?’ Masumi mengangguk pasti
          ’Kau sudah memikirkan bagaimana kelanjutannya? Hubungan kalian?’
          ’Tidak ada kelanjutan untuk saat ini. Biar saja dulu dia menata hatinya, biar dia yakin akan perasaannya padaku. Semuanya aku serahkan pada waktu.’
          ’Begitu? Tapi aku tetap berharap kau memiliki keyakinan. Maka takdir akan membukakan jalan, bahkan waktu tak akan berani memisahkan’
          ’Aku harap begitu. Hanya keyakinan itu yang kupunya sekarang’
***
          Mizuki membacakan jadwal kerja Maya di sela latihannya. Setahun kedepan diisi dengan Tour Bidadari Merah ke berbagai daerah. Malah ada sesuatu yang special, Melalui ajudan resminya, Kaisar Akihito telah menyampaikan ketertarikannya pada Bidadari Merah dan berharap untuk dapat menyaksikan pertunjukannya.
Tentu saja Daito menyambut baik, Masumipun segera melakukan berbagai rencana dan koordinasi menyangkut hal ini. Maya berdebar ketika mendengar kabar ini, dan dengan terharu menceritakan pada teman-temannya.
          ’Nona Mizuki........ aku tidak pernah melihat Pak Masumi  belakangan ini.’ Maya memberanikan diri bertanya, sudah hampir sebulan Maya tidak melihatnya. Padahal dia sering sekali berada di Daito.
          ’Ng. Pak Masumi sedang sangat sibuk. Beliau baru saja menjalin kerjasama dengan Grup Takaatsu, dan itu bukanlah hal remeh. Dan beberapa bulan depan Daito juga akan mulai bekerja sama dengan sebuah perusahaan besar di Jerman, kurasa bulan depan Pak Masumi akan pergi untuk meninjau kesana’ Mizuki menjelaskan dengan rinci, mengerti bahwa selama ini Maya menyimpan pertanyaan itu.
          ’Ke Jerman? Pak Masumi? Apa anda akan ikut?’Maya terlihat murung
          ’Tentu saja tidak, Saya bukan lagi sekretarisnya sekarang’
          ’Padahal Pak Masumi pasti membutuhkan anda’
          ’Saya tahu, Saya sudah mencoba bicara. Tapi sepertinya, beliau tidak mudah untuk mempercayai orang lain’
          ‘Dia memang bodoh. Lalu kenapa dia malah memberikan orang kepercayaannya padaku?’ Maya bersungut sambil memikirkan Hijiri, orang kepercayaan Masumi yang lain. Pastinya sekarang ini Hijiri terus membantu Masumi dari balik layar.
          ‘Karena beliau tidak mungkin membiarkan seseorang yang tidak dipercayainya berada di sampingmu. Sayapun juga begitu, peristiwa Marie Tomoe sudah cukup memberikan pelajaran. Itu tidak akan terjadi lagi’
          >Pak Masumi. Anda ini, bersikap menyebalkan tapi tetap saja memperhatikan aku. Harusnya anda benar-benar meninggalkan aku saja. Apakah anda masih memandang aku sebagai telur emas Daito?<
          ‘Aku minta maaf soal itu, aku tidak akan berteman dengan sembarang orang lagi, aku janji.’Ungkap Maya penuh penyesalan
          ‘Itu bagus. Sebaiknya kamu bantu Pak Masumi menjaga dirimu sendiri’
          ‘Nona Mizuki.....’ Maya tersipu, mamahami makna kata-kata manajernya.
          ’Maya ! Ayo !’ Koji menghampiri dan mengajak Maya kembali berlatih
          ’Iya....... ’ Maya mengikuti.
          ’Rupanya Pak Masumi benar-benar takut kehilanganmu ya? Sampai-sampai menjadikan Mizuki sebagai penjagamu?.’ Koji tertawa
          ’Yah. Mungkin begitu’ Maya ikut tersenyum memikirkan kemungkinan itu.
          ’Aku jarang melihat kalian bersama belakangan ini. Apa pak Masumi begitu sibuk?’
          ’Begitulah’ Maya tertunduk. Koji memakluminya. Dalam hatinya, pemuda ini berpikir bahwa Masumi dan Maya ingin merahasiakan hubungan mereka dari publik.
          ’Koji?’
          ’Ng?’
          ’Aku senang kita tetap berteman’ Ucap Maya tulus
          ’Tentu saja. Aku juga senang sekali’
          ’Kau harus segera mencari pacar koji. Kau tahu kan, gadis-gadis itu selalu membicarakanmu?’ Goda Maya
          ’Benarkah? Aku sedang tidak ingin memikirkan itu dulu. Aku akan fokus pada karierku. Aku tidak mau kalah olehmu Maya !’ koji tertawa jenaka
          ’Wah....... wah...... bersemangatnya Koji’
          ’Cukuplah aku mempunyai pasangan di panggung. Aku akan jadi Isshin yang terbaik untukmu. Tidak apa-apa kan?’
          ’Tidak. Itu bagus. Aku senang Isshinku adalah kamu .’ Keduanya lalu bergabung bersama-teman-temannya.

***

          Masumi menyimak penjelasan koleganya, Felix Oschin. Seorang berdarah campuran Jerman-Jepang pengusaha otomotif. Pria tampan berumur 28an yang mapan. Meneruskan usaha keluarga turun-temurun. Selain perusahaan yang dipimpinnya, masih ada beberapa perusahaan lain di bawah nama keluarganya, begitu Hijiri melaporkan. Berperawakan tegap dan karismatik. Fasih berbahasa jepang, jerman dan inggris. Pintar, sekaligus teman bicara yang menyenangkan. Begitulah Masumi menilainya.
          Sebisa mungkin Masumi berusaha fokus, tapi berulang ulang yang tercoret di dibalik catatannya hanyalah nama Maya.
         >Ukh. Bodoh ! seperti anak remaja saja. Tapi hari ini aku sangat merindukanmu Maya. < Masumi membayangkan wajah gadis itu, lalu tertawa sendiri
          ’Maaf. Apa ada sesuatu yang lucu?’
          ‘Ups. Tidak. Maaf. Entah kenapa disaat seperti ini Saya teringat sesuatu yang lucu. Sekali lagi maaf.’
          ’Tidak apa-apa. Mengingat hal lucu itu menyenangkan’ Felix mengangguk angguk
          ’Ya. Apa anda sudah selesai?’
          ‘Ya. Kecuali jika anda membutuhkan penjelasan tambahan’
          ‘sepertinya tidak. Semua sudah cukup jelas’
          ‘Baiklah. Terima kasih kalau begitu. Saya tinggal menunggu kedatangan anda di Jerman. Jadi, bagaimana kalau kita makan siang sekarang?’
‘Ng.... oke!’


‘So, Kapan anda berencana meninjau ke tempat saya?’ Tanya Felix sambil menunggu pesanan mereka
          ’Emm.  Mungkin bulan depan. Daito akan mengadakan pertunjukkan penting tidak lama lagi. Kami masih harus mempersiapkannya’
          ’Ow, pertunjukan Bidadari Merah yang melegenda itu bukan? Orang tuaku saaangat menggemarinya’
          ’Oya? Kalau begitu anda harus mengajak orang tua anda melihatnya. Apa mereka tinggal di Jepang?’
          ’Entahlah. Mereka senang sekali bepergian. Terakhir mengirim kabar, kudengar mereka ada di Mexico city. UUhhh....... Benar-benar membuat frustrasi mereka itu. Membiarkan anaknya bekerja keras sementara mereka asik keliling dunia’ Felix menggeleng.
          ’Begitukah? Hebat sekali mereka !’ Masumi tertawa
          ’Sangat hebat’ Sindirnya
          ’Saya sangat ingin melihat seperti apa Bidadari Merah itu. Saya dengar bahkan Kaisar Akihito berniat menontonnya? Apa itu benar?’ Felix tidak bisa menyembunyikan ketertarikannya.
          ’Rencananya begitu. Makanya Daito harus melakukan persiapan ekstra. Sebaiknya anda menunda kepulangan anda jika ingin melihat pertunjukan perdananya. Saya.......’ Kata-katanya terputus, dilihatnya Maya dan Mizuki memasuki restoran.
          >Kacau! Saat aku sedang merindukanmu, kau malah menampakan diri di depanku! Apa dia benar-benar tidak tahu bahwa hanya dengan melihatnya saja, hatiku jadi berantakan<
Masumi memijit kepalanya
’Ada apa?’Felix mengukuti arah pandangan Masumi
‘Tidak ada. Panjang umur sekali. Ini dia Bidadari Merah kita’ Masumi melengos melihat Mizuki dan Maya menghampiri mejanya
’Selamat Siang Pak Masumi, Pak Felix’ Sapa Mizuki, Maya mengangguk, tersenyum kaku
’Ah. Nona Mizuki, Selamat siang! Dan ?’
’Maya Kitajima.......’ Mizuki yang menjawab
’Bidadari Merah?’ Felix menatap Masumi yang hanya menjawab dengan anggukan kecil
’Bagaimana kalau kita ajak nona-nona ini bergabung Pak Hayami?’ Sekali lagi, tanpa bicara Masumi menyilakan
’Tidak usah saja Nona Mizuki’ Kata Maya setangah berbisik, merasakan kepasifan Masumi.
’Tidak apa-apa Maya. Duduklah’ Masumi bangkit dan menarik sebuah kursi untuk Maya. Felix melakukan hal yang sama untuk Mizuki.
’Terima kasih !’ Maya dan Mizuki berkata bersamaan. Masumi lalu memanggil pelayan dan menambah pesanan mereka.
’Jadi nona ini yang akan memerankan Bidadari Merah?’ Mata biru Felix bersinar, maya mengangguk
’Mungil sekali Ya?’ Lanjutnya sambil tersenyum
’U- uh. Anda bukan orang pertama yang mengatakannya. ’ Maya mengeluh
’Maaf. Saya berkata dalam artian yang bagus loh. Sungguh. Itu pujian’ Felix masih tersenyum.
’Kalau begitu terima kasih’ Maya ikut tersenyum. Ceria sekali orang ini, pikir Maya. Lain dengan orang yang duduk disampingnya yang tampak tidak senang.
’Bagaimana Latihanmu Maya?’ tanya Masumi, berusaha menyembunyikan rasa dongkolnya. Bagaimana bisa dia tersenyum semanis itu pada pria yang baru saja dikenalnya? Masumi merutuk dalam hati.
’Baik Pak Masumi. Semua berjalan baik’ Maya melirik Masumi disampingnya, tampangnya masih terlihat angker.
’Apakah sudah dipastikan kapan Kaisar Akihito akan datang?’ Mizuki mencoba mencairkan suasana
’Demi keselamatan, harinya tidak akan dipastikan. Pihak mereka akan memberi tahu secara spontan saat harinya tiba. Maka pihak Daito harus selalu dalam keadaan siap’
’Betul juga. Bahaya sekali jika rencana ini dimanfaatkan oleh orang-orang tertentu yang mungkin mengincar beliau’ Felix menatap lurus ke arah Masumi.
’Tepat sekali.’ Masumi menghentikan pembicaraan karena pelayan datang mengantarkan pesanan mereka.
’Jika sampai terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, banyak orang yang akan terkena imbasnya. Sangat beresiko’ Masumi memandang Maya sekilas, ngeri membayangkan kemungkinan hal buruk menimpa gadis itu.
’Ng.. Kabarnya anda akan segera pergi ke Jerman? Betulkah?’ Maya menekuri makanan di depannya, Masumi melirik Mizuki dengan tatapan menuduh.
’Yah, begitulah. Setelah pentas Bidadari Merah selesai’
’Setelah semua selesai ya?’ Maya merasa lega, tidak ingin ditinggal Masumi saat masih menjadi Bidadari Merah
’Rencananya, berapa lama anda akan ada di sana?’ Mizuki yang bertanya
’Entahlah’ Masumi menatap Felix
’Paling lama satu bulan. Saya akan segera menyerahkan agenda kunjungan anda.’ Felix memasukkan potongan steak ke mulutnya.
>Uf. Satu bulan?< Maya menghembuskan nafas
’Kenapa nona terlihat murung? Apa makanannya tidak membuat anda berselera?’ Felix melontarkan pertanyaan yang ingin diajukan Masumi, membuat Masumi kesal.
’Tidak. Aku hanya. Em ....... mungkin terlalu lelah’ Maya menyambar gelasnya. Tanpa sengaja, tangannya bersinggungan dengan tangan Masumi. Menimbulkan getaran halus di sekujur tubuhnya.
Sekilas mereka beradu pandang. Kejadian itu tak luput dari perhatian felix yang kemudian menyunggingkan senyum tipis.
Masumi menekan perasaannya lebih dalam lagi. Tapi tetap tak bisa menghentikan otaknya berfikir, betapa dia merindukan tangan mungil itu. Kapan terakhir kali aku menggenggam dan mencium tangan itu? Sambil mengunyah, pikirannya melayang.
’Apa setelah ini masih latihan? Mungkin sebaiknya nona pulang, nona kelihatan pucat’ Felix mengerutkan dahi.
’Kau merasa tidak sehat Maya?’ Mizuki bertanya mewakili Masumi
’Aku tidak apa-apa. Jangan khawatir nona Mizuki’
’Sebaiknya kau jaga kesehatanmu. Kan tidak lucu kalau saat pementasan nanti Bidadari Merahnya tidak muncul karena sakit’ Kata Masumi secuek mungkin.
’Tenang saja Pak Masumi, aku tidak akn membuat Daito malu. Walaupun sakit, aku pasti akan muncul’ Maya kesal karena Masumi hanya memikirkan pertunjukan saja.
>Aku tahu, kau pasti akn muncul di panggung walau sekarat sekalipun<
’Aku sudah selesai’ Maya mendorong piringnya yang masih setengah penuh
’Kau makan sedikit sekali. Biasanya kau tidak pernah menyisakan makanan’ sindir Masumi
’Sepertinya aku pernah bilang, bahwa tampang anda itu bisa merusak selera makanku bukan?’ Masumi dan Felix tertawa
’Betulkah? Aku baru dengar teori itu’ Felix memandang Maya dan Masumi
’Aku mau es krim saja’ Maya berusaha mengabaikan tawa mereka. Dengan satu petikan jari, Masumi memanggil pelayan
’Aku masih tertarik pada teorimu tadi nona’ Felix melanjutkan
’Itu benar kok. Aku sering merasa kehilangan nafsu makan saat bersamanya. Aku yakin, itu pasti karena tampangnya yang masam’
’Ha...... ha...... ha..... Anda dengar itu Tuan Hayami? Aku memang pernah mendengar tentang julukan anda, yaitu si dingin yang gila kerja. Tapi tak kusangka, anda bahkan tak bisa bersikap lunak pada gadis semanis ini!’ Masumi berusaha tersenyum mendengar celotehan Felix.
>Apa maksudmu Maya? Apa kau sedang berusaha memancing emosiku dengan bersikap manis pada orang asing ini?< Gerutu hati Masumi
’Kalu aku bersikap lunak, apa tidak mungkin nantinya gadis-gadis itu akan mengejar-ngejar aku? Begini saja aku sudah cukup dibuat repot!’ Masumi meladeni canda kolega barunya itu.
’Apa?’ maya mendelik ke arah Masumi. Menyebalkan sekali orang ini, pikirnya.
’Silakan’ Seorang pelayan mengantarkan es krim pesanan Maya
’Terima kasih.’ Maya menarik es krim besar itu ke hadapannya
’Anda banyak penggemar rupanya Pak Hayami’ Felix tertawa lagi
’Ha ha ha..... Seperti juga anda’ Masumi pernah mendengar laporan dari Hijiri tentang ke casanovaan pria di hadapannya ini. Maya memasukkan sesendok besar es krim ke mulutnya, mengabaikan obrolan 2 orang pria di dekatnya.
’Apa kau harus makan sekaligus sebanyak itu Maya? Tidak takut gigimu linu?’ Masumi mengeryit
’Em-em’ Maya menggeleng dengan mulut penuh
’Bidadari yang kuat ya? Anda tidak makan es krim juga nona Mizuki?’ Felix menoleh ke arah Mizuki
’Tidak , terima kasih. Sudah cukup.’ Mizuki menyimpan gelasnya
’Apa anda selalu sependiam ini?’ Felix menatap rambut Mizuki yang lurus panjang
’Mungkin saja. Apakah anda selalu seramai ini?’ Mizuki balik bertanya, membuat Felix tergelak
’Sangat to the point ya? Cocok sebagai sekretaris Pak Hayami’
‘Maaf. Saat ini saya manajer Nona Kitajima, bukan lagi sekretaris Pak Masumi’
‘Begitu? Anda melepasnya Pak Hayami?’
’Panggil aku Masumi saja. Please? Dan ya, dengan berat hati aku harus merelakannya’
’Demi nona inikah?’Rupanya anda begitu mengkhawatirkannya ya?’ Felix menatap Maya yang membeku, lalu menoleh ke arah Masumi.
’Ya, tentu saja. Dia ini kan telur emas Daito. Tentu aku harus menjaganya baik-baik’ Kata Masumi setelah beku sesaat. Terkesan akan ketajaman pengamatan Felix.
’Ya. Aku ini telur emas Daito. Umtuk itulah Pak Masumi peduli padaku’ Maya menyuap lagi sesendok es krim, terasa pahit.
>Maaf Maya< Masumi melihat mata gadis itu yang terluka karena kata-katanya. Mizuki hanya menarik nafas, merasakan gelagat tidak baik atas kehadiran pengusaha Kharismatik itu.
***
          ‘Sudah selesai Pak Masumi. Yakin hanya ini saja yang bisa saya bantu?’ Mizuki meletakkan setumpuk dokumen di meja Masumi
          ‘Cukup, terima kasih. Maafkan aku, aku masih saja merepotkanmu’
          ’Eh? Sejak kapan anda jadi sungkan begitu?’
          ’Sejak kau bukan sekretarisku lagi tentunya. Ini bukan lagi tugasmu’ Masumi memeriksa agendanya
          ’Siapa suruh begitu?’ Mizuki bersungut
’Bagaimana Maya?’ Masumi berusaha terlihat tak peduli
          ’Bagaimana lagi. Walau tak pernah mengatakan apa-apa, aku tahu dia merindukan anda. Terisak-isak sendiri jika melihat berita tentang anda. Ukh, benar-benar merepotkan’
          ’Ah...... anak itu.’ Masumi mengingat dirinya sendiri. Betapa seringnya, dia terjaga dari tidurnya sambil menyebut nama gadis itu.
          ’Ng, Pak Masumi. Tentang Felix Oschin.....’ Mizuki berkata ragu-ragu
          ’Ya? Kenapa dengan dia?’ Masumi mendongak
          ‘Dia....Setelah pertemuan di restoran itu. Beberapa kali menghubungi Maya. Sepertinya dia menyukai Maya
          ‘Benarkah?’ Masumi tampak tidak kaget
          ’Apa anda sudah tahu?’
          ’Emm. Dia pernah mengatakan hal itu padaku. Itu juga alasan dia menunda kepulangannya, dia ingin melihat pertunjukan perdana Bidadari Merah’ Masumi terpekur
          ’Entah kenapa, aku sedikit khawatir. Felix itu begitu.... menyenangkan. Pada Satomi, Ryo Majima, bahkan Sakura Koji sekalipun, aku tidak merasa seperti ini. Hanya cemburu, tapi tidak khawatir begini.’
          ’Karena Tuan Oschin begitu mirip dengan anda !’ Celetukan Mizuki mengundang tatapan heran Masumi
          ’Wajah anda memang sama sekali berbeda. Tapi bagi Maya, sosok anda terlihat mirip. Maya pernah mengatakan itu padaku, juga caranya memperlakukan Maya. Bagikupun, anda terlihat mirip. Sama-sama muda, berkuasa dan kharismatik. Selama ini, anda bersinar sendiri. Tapi sekarang ini.........’
          ’Aku sendiri silau oleh sinarnya’ Masumi menambahkan, dengan kata lain menyetujui paparan Mizuki barusan
          ’Ya. Kalian berdua bersinar’
          ’Ada satu yang aku tidak punya, yang membuatku iri. Keceriannya. Keramahannya pasti membuat siapapun betah berada di dekatnya kan?’
          ’Mungkin saja’ Mizuki enggan memberikan jawaban pasti
          ’Dan dia juga tidak punya dosa besar pada Maya’ Kata Masumi murung
          ‘Pak Masumi. Anda yang memjadikan hal itu sebagai penghalang kan? Tidak seharusnya begitu.’
          ‘Tidak. Begitulah seharusnya. Hal itu akan sangat fatal akibatnya jika di abaikan. Selamanya membayangi hubunganku dan Maya. Seperti api dalam sekam saja rasanya. Tak mungkin kuanggap angin’ Ujar Masumi semakin sedih
          ‘Lalu, apa anda yakin ini jalan terbaik. Menghindarinya terus-menerus?’
          ’Tidak. Aku berharap inilah jalan terbaik. Aku ingin tahu, sejauh mana Maya yakin akan perasaannya padaku’
          ’apakah ini ujian?’
          ’Anggap saja begitu. Untuk Maya, dan untuk diriku juga’
          ’Lalu bagaimana seandainya Maya jatuh cinta pada Felix Oschin?’
          ’Hem.. Mungkin itulah resiko yang harus aku terima. Aku sudah mencampakkannya Mizuki. Wajar saja kalau Maya sampai menyukai orang lain’
          ’Jadi anda akan menyerah? Begitu saja?’
         ’Aku belum tahu Mizuki. Tolong jangan tanyakan itu sekarang’ Wajah Masumi keruh, membayangkan Maya menjadi milik pria lain. Dan bukan dirinya.
***

Gedung kesenian Daito:

          Pertunjukan Bidadari Merah hari pertama. Semua kursi terisi penuh, tiket untuk beberapa hari ke depanpun sudah habis  dipesan. Promosi besar-besaran dari Daito membuat gaung Bidadari Merah terdengar hingga ke negeri tetangga.
Dan itu tidaklah berlebihan. Selama kurang lebih 3 jam, mereka dibuat terkesima oleh pesona Bidadari merah. Para penonton seolah tersedot, ikut masuk ke dalam kisah legenda tersebut. Bu Mayuko yang duduk di kursi roda ditemani Genzo pun berkaca-kaca. Mensyukuri keputusannya memilih Maya sebagai penggantinya.
Saat pertunjukkan usai, gedung itu seolah dilanda Gempa saking bergemuruhnya suara tepukan. Standing applause tak putus-putus sampai para pemain keluar lagi untuk memberi hormat. Para penonton meng elu-elukan Maya dan Koji
          ‘Ingatlah tepukan dan kebahagiaan ini saat kita merasa putus asa Maya, aku yakin itu akan membantu.’Koji berbisik, Maya mengangguk pasti.

Para penonton pulang dengan membawa pelajaran berharga dari pertunjukan yang mereka saksikan hari itu. Bu Mayuko pergi diam-diam bersama Genzo, menuju kampung halaman Bidadari Merah.
Di Lobby, berjejer rangkaian bunga ucapan selamat. Tapi yang paling mencolok adalah dua rangkaian bunga mawar yang sangat besar. Satu berwarna ungu, satunya lagi berwarna merah pekat, seolah menantang kepakatan mawar ungu di sampingnya. Di kartunya, tertera nama Felix Oschin. Orang-orang berdecak kagum menatap keduanya.

Masumi mengambil setangkai mawar ungu dari rangkaian bunga raksasa itu dan menghampiri Maya yang tengah dikerumuni wartawan. Dibelakangnya, Felix Oschin melakukan hal yang sama. Sambil menenteng mawar merahnya, dia berjalan penuh percaya diri.
          ’Selamat Maya!’ Masumi menyerahkan setangkai mawar ungu
          ’Selamanya, aku akan tetap menjadi mawar ungu-mu’ Bisik Masumi. Maya mendongak, tersenyum.
          ’Terima kasih’ Maya berbunga-bunga.
          ’Selamat cantik !’ Felix menyerahkan mawar merahnya dan mengecup pipi Maya
          ’Ah......’ Maya terperanjat. Para wartawan sibuk mengambil gambar.
          >Orang ini. Berani-beraninya !< Masumi mengepalkan tangan, darahnya naik ke kepala.
          ’Kenapa kalian begitu ramai? Itu hal biasa kan?’ Masumi menghadang wartawan
          ’Tuan Oschin, ada yang harus aku bicarakan’ Dengan tatapan tajam Masumi memandang Felix yang lalu mengikutinya ke tempat yang tidak begitu ramai.
          ’Apa yang kau pikirkan? Melakukan hal itu di dapan hidung wartawan?’ Hardik Masumi
          ’Seperti katamu tadi. Itu hal biasa kan? Hanya orang yang punya perasaan tertentu yang akan bereaksi seperti ini?” Felix menatap Masumi dari ujung rambut ke ujung kaki
          ’Apa maksudmu?’
          ’Kau mencintai gadis itu bukan?’
          ’Ya’ Dengan tegas Masumi mengakui
          ’Kalau begitu bersikaplah yang wajar. Tidak perlu berpura-pura dingin padanya. Atau aku akan mengambilnya darimu’
          ‘Kau !’
          ‘Kenapa tidak? Dengar Masumi. Aku ini akan menjadi kunci bagi jalanmu. Aku akan membuka jalan untukmu, tapi jika kau tidak memanfaatkan kesempatan ini, aku akan menutup jalanmu. Selamanya’ Felix lalu meninggalkan Masumi
          ‘Ingat perkataanku Masumi. Jalan takdir tidak terbuka selamanya’ Felix menoleh lagi
          ‘Apa maksud orang itu?’ Masumi ingat perkataan Bu Mayuko. Takdir akan membukakan jalan untukmu.
          ’Apakah ada hubungannya. Ah, aku tidak mengerti !’ Masumi mengacak rambutnya kesal. Tidak menyadari, karena kelakuan Felix itulah hatinya memberontak. Memutuskan untuk mempertahankan Maya.
***

Maya baru saja selesai menghadiri pertemuan Bidadari Merah di Gedung Daito, untuk membicarakan rencana tour keliling Jepang. Mizuki menelponnya dan meminta Maya ke kantor Masumi. Mizuki ada disana untuk mempersiapkan keberangkatan Masumi ke Jerman besok lusa.
          ’Biar ku antar pulang Maya?’ Koji menawarkan diri
          ’Tidak usah. Aku harus menemui Mizuki dulu di kantor Pak Masumi?’
          ’Oh. Baiklah kalau begitu. Cepat pulang Ya, sudah sore. Kau pasti lelah’
          ’Terima kasih Koji’ Maya berjalan ke arah lift
          ’Hah? Rusak?’ Sebuah papan warning dipasang di depan lift. Dengan setengah berlari Maya menaiki tangga. Di tangga menuji lantai 3 kaki Maya terantuk.
          ’Ouwhh !!’ tulang keringnya membentur ujung anak tangga. Maya tersungkur ke depan, untunglah kedua tangannya sigap menahan bobot tubuhnya hingga wajahnya tidak ikut terjerembab.
          ’Uuukhh ’ Maya berusaha bangkit. Tapi sebelah kakinya yang sakit menolak digunakan. Maya hampir saja terjatuh lagi saat sebuah tangan kokoh menahan lengannya
          ’Ups. Kamu tidak apa-apa?’
          ’Eh, Felix? ’ Maya menoleh dan melihat wajah tampan itu begitu dekat
          ’Ternyata kamu Maya! Kenapa?’
          ’Aku... aku terpeleset’ Maya tersipu
          ’Kau mau kemana?’ Felix memapah Maya
          ’Ke kantor Pak Masumi. Nona Mizuki menungguku disana’ Tertatih Maya mengikuti Felix.
          ’Oh. Kalau begitu tujuan kita sama. Baiklah. Hup !’ Felix tiba-tiba membopong Maya
          ’Apa-apaan ini? Felix ! Turunkan aku !’
          ’Sudahlah. Masih banyak tangga yang harus dijajaki mungil. Dengan cara jalanmu yang seperti itu, mungin besok malam kita baru sampai ke ruangan Masumi’
          ’Mu.... mungil? Kenapa anda memanggilku begitu?’
          ’Kau kan memang begitu, apa aku salah?’ Tanpa rasa canggung Felix membopong Maya
          ’jangan panggil aku begitu. Setelah bertahun-tahun aku baru saja bisa lepas dari sebutan itu. Masa sekarang begitu lagi?’ Maya mengeluh
          ’Benarkah? Siapa yang memanggilmu begitu? Masumi kah?’ Tebak Felix
          ’Siapa lagi? Dia memang suka memanggil orang seenaknya !’ Maya cemberut
          ’Begitu ya? Sepertinya dia memang orang yang seperti itu. Tapi aku senang berteman dengannya’
          ’Hah?’ Maya melongo
          ’Jangan berwajah heran begitu dong. Aku merasa cocok dengan Masumi. Nah, kita sudah sampai !’
          ’Apa? Turunkan aku ! Cepat turunkan aku !’ Maya meronta, khawatir akan reaksi Masumi
          ’Sudah. Diamlah !’ Dengan tubuhnya Felix mendorong pintu. Dalam ruangan, Masumi dan Mizuki terbelalak.
          ’Maya !’ Kata keduanya bersamaan
          ’Kau kenapa?’ Mizuki menhampiri Felix yang membawa Maya ke Sofa
          ’Baiklah mungil, duduklah disini’ Perlahan Felix meletakkan Maya
          ’Mungil!?’ Bisik Masumi geram, ikut menghampiri. Apa-apaan sih orang ini? Masumi menggerutu dalam hati
          ’Tenanglah Masumi, telur emasmu tidak pecah. Hanya terpeleset’ Felix tertawa melihat reaksi Masumi
          ’Kau tidak apa-apa? ’ Masumi membungkuk di ujung sofa. Melepas sepatu Maya dan memeriksa kakinya.
          ’Tidak apa-apa. Hanya terbentur’ Maya mempelihatkan kaki kirinya. Tulang keringnya tampak memerah
          ’Auww !’ Maya berteriak ketika Masumi menekan tanda merah itu
          ’Sepertinya agak bengkak. Mizuki, tolong kau ambilkan obat memar’ Masumi memberi perintah
          ’Baik’ Mizuki berlalu
          ’Kenapa kau ceroboh sekali Maya? Bagaimana bisa begini?’ Hati Maya bersorak, mendengar nada khawatir dalam suara Masumi
          ’Aku memang ceroboh. Tapi aku kan tidak sengaja. Untung saja Felix menolongku’ Maya tersenyum pada Felix
          ’Felix hah? Jadi kalian sudah saling memanggil nama sekarang’ Masumi memandang Maya dan Felix bergantian. Lalu menyadari dia kehilangan kendali. Betapa seringnya dia kehilangan kendali di depan Felix
          ’Ng. Anu. Itu....’ Maya tertunduk
          ‘Ini Pak..... ‘ Mizuki datang menyerahkan salep untuk memar. Maya menhela nafas lega
          ‘Pak Masumi ! bisa pelan-pelan tidak sih? Sakit ! Anda sengaja ya !’ Maya menghentak hentak kakinya.
          ‘Cerewet sekali sih. Tenanglah sedikit Maya’ Masumi menahan lutut Maya
          ’Apa mereka selalu seperti ini?’ Felix berdiri disamping Mizuki
          ’Mmm..... biasanya lebih parah’ Mizuki mundur, memberikan ruang gerak bagi Masumi. Felix mengikuti
          ’Huh. Payah deh!’ Felix menyibakkan rambutnya yang berwarna coklat lembut. Dalam hati Mizuki menggerutu, kenapa lelaki itu terus mengekorinya.
          ’Apa maksud anda?’
         ’Huh Mizuki ! Bisakah tidak usah seformal itu? Kita sebaya kan? Panggil aku Felix saja, please?’ Felix terlihat kesal
          ’U-uh. Aneh sekali !’ Mizuki mendengus
          ’Kau yang aneh !’ Felix lalu menghampiri Masumi
          ’Bagaimana? Tidak apa-apa kah?’ Felix melongok ke balik kepala Masumi yang masih berlutut
          ’Tidak. Hanya sedikit bengkak. Tapi pasti memar, untunglah tidak terkilir’ Masumi bangkit
          ’Yah. Untunglah ada aku ya mungil?’ Masumi menoleh cepat
          ’Bisakah kau tidak memanggil dia seperti itu?’ Masumi kesal sendiri      ’Memangnya kenapa?’
          ’Aku tidak suka !’ Masumi menjawab cepat
          ’Pergilah sekarang! Kau membuat aku kesal saja’
          ’Benar-benar tidak sopan. Masa memperlakukan tamu seperti itu? Asal kau tahu saja, aku sengaja membuatmu kesal. Aku akan mengantar Mizuki pulang’ Felix menarik tangan Mizuki tiba-tiba
          ’Eh?’ Mizuki melongo
          ’Ingat Masumi. Jalan tidak terbuka selamanya. Segeralah bertindak!’ Teriak Felix yang masih tertahan Mizuki
          ’Pergilah Mizuki. Aku akan mengantar Maya pulang’ Mizuki menyambar tasnya lalu berlalu sambil berusaha melepaskan tangannya.
          ’Tidak apa-apakan? Pulang bersamaku?’ Masumi duduk di hadapan Maya
          ’Kalau anda tidak sibuk’
          ’Anu pak Masumi. Orang itu, agak berbeda ya? Maya menatap pintu keluar
         ’Felix? Ya, aku juga tidak mengerti. Dia berkeras ingin jadi temanku, benar-benar aneh. Dia itu seperti perempuan, berisik. Aku jadi tidak bisa.......... eng, entahlah’
          ’Tidak bisa jahat ya?  Hi.... hi...hi...’ Maya terkikik geli
          ’Kau mentertawakan aku?’
          ’Aku baru melihat anda seperti ini. Itu baru lucu ’ Maya masih tertawa
          ’Kalau begitu silahkan tertawa’ Masumi bangkit dan mengambil segelas air putih untuk Maya
          ’Terima kasih’ Maya mengambil gelas yang disorongkan padanya dan menenggaknya hingga habis
          ’Sudah siap pulang?’ Masumi melirik jam tangannya ’Sudah Malam’ lanjutnya
          ’Em-hm’ Maya mengangguk
          ’Anda pasti sibuk sekali. Biarkan sopir saja yang mengantarku’ Maya merasa tidak enak meskipun hatinya gembira.
          ’Sopirnya sudah aku suruh pulang. Tadinya aku mau bekerja lembur hari ini’
          ’Ah. Aku jadi mengganggu’
’Sudahlah. Kau bisa jalan?’ Maya berdiri, mengeryit menahan sakit
          ’Sepertinya belum bisa’ Masumi lalu meraup Maya dengan dua tangannya
          ’Pak Masumi. Turunkan aku!’
          ’Diamlah. Kalau bergerak terus kau jadi berat sekali’
          ’Pak Masumi.’ Maya merengek
          ’Kenapa? Dengan felix kau mau saja dibopong begini. Olehku, kau tidak mau?’ Masumi mendelik, Maya diam saja
          ’Tolong pintunya’ Maya menarik handle pintu
Sepi sekali. Kemana orang-orang? Pikir Maya
          ’Ini sudah lewat jam kerja. Tentu saja semua orang sudah pulang’ Kata Masumi seolah membaca pikiran Maya
          ’Bukankah liftnya rusak?’ Kata Maya begitu melihat Masumi memasuki lift
          ’Sepertinya sudah diperbaiki. Tidak ada tandanya’ Masumi menekan tombol GF dengan tangannya di lekuk lutut Maya.
          JEGREKKK!!!
Tiba-tiba lift terhentak dengan suara keras
          ’Pak Masumi?’ Maya meremas kemeja Masumi
          ’Tidak apa-apa Maya. Tenanglah.Sepertinya liftnya berhenti’ Masumi mendudukkan Maya di lantai lift lalu menekan-nekan tombol
          ’HALOOOO....... SESEORANG !! BISA DENGAR AKU !!!’ Masumi berteriak
          ’Maaf. Sepertinya liftnya macet’ Masumi menoleh
          ’Aku kan sudah bilang. Anda tidak mau mendengarkan aku sih!’ Maya merengut
          ’Maaf. Aku kan tidak tahu. Lagi pula tidak ada tandanya’ Masumi duduk disamping Maya
          ’Lalu sekarang bagaimana?’
          ’Sepertinya semua orang sudah pulang. Terpaksa kita disini sampai besok pagi. Maaf, kau harus menghabiskan malam bersamaku’
          ’Tidak apa-apa. Sepertinya kita sering terjebak seperti ini, ya Pak Masumi?’ Maya tersenyum geli mengingatnya
          ’Ya. Kenapa begitu ya?’ Masumi ikut tersenyum. Inilah jalan takdir, hatinya memberi jawaban. Masumi tecenung menatap gadis disampingnya. Takdirkah?
***

          

6 comments:

ivoneyolanda on 26 June 2011 at 17:28 said...

huaaaaa mom riem, sebelumnya thanx buat up date nya tapi mauuuuu lagiiiiii......huaaaaahuuaaaaaaa

Jangan lama2 yg ke 7 ya......kereeeeeennnnn
Berdua dalam lift ngapain aja ya...xxixixixixi

Anonymous said...

​нα°˚:D˚°Ð½Î±°˚=))˚°Ð½Î±°˚:D˚°Ð½Î±°˚=))™ ...mom riemaaa...aq sukaaa...felix jadi sama mizuki aja deh ehehhee..lanjutannya ditunggu ya mom riemaaa... :) -reita

Anonymous said...

Wah Masumi cemburu berat... Paling seru kalo ud gt.
Bisa coba tahan and nutupin tp kalo ud cemburu.. Heheheeh...
Ayo Maya. Felix kayanya keren jg ya? Kalo Masumi msh rd 'stupid' biar Maya sama Felix aja dulu. :)
-serendipity

nana said...

itu lift pasti kerjaan si felix.

oh ya...thanks yaaa apdetannyaaa.. peluks

Anonymous said...

masumi jaloux j'adore,attention félix va te piquer maya.

syl said...

keeerruueennn !!! Teruuuskaaann... cepeeeetaaann!!

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting