Friday 3 June 2011

Fanfic TK: Be With You

Posted by Ty SakuMoto at 12:54
Genre : Angsty, Tragic


Be With You



[MASUMI!!!!!!]

Deg!!!

Masumi terjegil.
Terpaku.
Kehilangan dirinya beberapa saat sebelum kesadaran kembali merasukinya.

“Pak… Anda tidak apa-apa?” tanya Mizuki.

Matanya mencari.
Sesuatu.
Entah apa.

Dipandanginya satu persatu tiap pasang mata di sekelilingnya.

“Maaf, aku… tidak apa-apa…” jawab Masumi kemudian.

Jantungnya berdenyut perih.

Ada sesuatu…

Batinnya memberi tahu.

Ada sesuatu…

“Teruskan,” perintahnya.

Si bawahan meneruskan laporannya.

Tapi matanya tidak melihat.
Namun telinganya tidak mendengar.
Hatinya gundah.
Jiwanya gelisah.

Ada sesuatu…

“Maafkan aku,” potong Masumi.

Sunyi.

“Aku kurang sehat, tolong teruskan tanpaku,” lanjutnya.

Maya… Maya…

Masumi melakukan panggilan. Tidak terhubung.

“Kediaman Hayami.”

“Ini Masumi. Panggilkan istriku, aku tidak bisa menghubungi handphonenya.”

“Nyonya tidak ada, sedang berbelanja. Beliau memaksa ingin berangkat sendiri.”

Ada sesuatu…

Batinnya memberi tahu.

Sebuah Voice mail.

[“Masumi, Sayang, kau sedang rapat ya? Nanti cepat pulang ya. Aku akan memasakkan makanan kesukaanmu. Kau TIDAK BOLEH makan di luar malam ini. Aku sudah berusaha keras untuk belajar memasaknya demi kau. Awas saja kalau kau mengabaikanku. Cepatlah pulang, aku akan menunggumu sampai kau datang. Aku mencintaimu Sayang.”]

Sebuah nada panggil.

“Halo.”

“Tuan,” jeda, “ada telepon dari Rumah Sakit Tokyo,” jeda. “Nyonya… kecelakaan di depan minimarket. Tabrak lari. Nyonya Maya…” jeda, “meninggal.”

“BOHONG!!!! TIDAK MUNGKIN!!!!”  Berontaknya.

“Maafkan saya Tuan,” tangis pelayannya, “namun—“

“Katakan sekali lagi dan aku akan MEMBUNUHMU!!!”

=//=

“Ini barang-barang yang kami temukan bersamanya. Nyonya mengalami tabrak lari dan meninggal di tempat,”

Wajah itu manis, hangat seperti yang dia kenal. Hanya saja, kaku.

“Bangun Sayang…” pinta suaminya, mengelus pipi si jenazah wanita.

Tidak ada jawaban.

“Aku sudah datang… ayo kita pulang Sayang…” mohonnya.

Tidak ada jawaban.

“Aku ingin makan masakanmu,” bujuknya, membelai rambut belahan jiwanya.

Tidak ada jawaban.

Masumi mengecup setiap senti wajah Maya, perlahan-lahan, berkali-kali. Istrinya selalu terbangun dari tidurnya yang terlelap sekalipun setiap kali pria itu melakukannya.
Namun kali ini, pengecualian…

Direngkuhnya tubuh mungil itu.  Dingin.
Masumi memeluknya erat, menghangatkannya, menciuminya dengan frustasi.

“Bangun sayang… ayo kita pulang…” mohonnya, melingkarkan lengan gadis itu ke tubuhnya.

Lengan itu terjatuh lunglai.

“Jangan begini Sayang…” tolaknya, “kumohon bangunlah… tatap aku… aku di sini… lihatlah aku Sayang…”

Air matanya bagai zam zam.
Tak terhentikan.
Masumi memeluknya semakin erat, mengoncangkan tubuh mereka bersamaan.
Menjeritkan namanya.
Memanggil.
Nihil.

=//=

Masumi tak dapat didekati. Dia tak terjangkau. Seakan bahasa bukan bagian dari kehidupannya, dia kehilangan cara terhubung dengan dunia di luar dirinya.

“Aku akan pergi,” satu-satunya kalimat yang terlontar dari Masumi setelah kremasi dan tak ada lagi.

Hijiri memandang kaca spion, Tuannya hanya membisu. Memeluk abu istrinya dengan erat.

Dia tidak ada di sini. Tuannya tidak di sini.
Dia hanya raga diliputi nestapa.

“Tuan, hubungi saya jika Anda membutuhkan sesuatu,” tawar Hijirinya yang setia sebelum meninggalkan Izu.

Masumi mengangguk lemah, tak menoleh.

Kini dia hanya berdua, dengan kekasihnya.
Seperti biasa.
Hanya ada dia.
Dan Maya.

Maya… Belahan jiwaku…

Dia bernostalgia…
Saat Maya menggodanya, membuatnya tertawa. Menyandarkan tubuh mungilnya, meminta dimanjakan. Memarahi keegoisannya, memberi kehangatan, mencurahkan kasih sayangnya.
Namun nostalgia tak lagi membawa ceria. Hanya air mata...
Dan air mata.

Masumi meletakkan abu Maya di atas meja.

Mengeluarkan ijazah Maya, album pernikahan mereka, hadiah pertama gadis itu untuknya; sebuah syal yang tak berupa syal.

Bekerja seperti gulungan film, berbagai kenangan tanpa aba-aba mulai bermain di matanya.
Sofa…
Beranda…
ruang makan…
dapur…
Tempat tidur…
Setiap kenangan, tak satupun terlewati, berputar kembali.

Masumi mengeluarkan handphonenya, membaca pesan.

Hari ini
[Sayang, jangan lupa meminum obat sakit kepalamu. Aku sudah meminta Mizuki untuk mengingatkanmu apapun yang sedang kau lakukan. Jadi jangan salahkan dia, karena isterimu yang tercinta ini yang memintanya. Aku mencintaimu, Suamiku.]

Kemarin
[Terima kasih untuk kejutannya. Aku sangat menyukainya. Sangat… sangat… sangat menyukainya. Terima kasih Sayang… Aku sudah tidak sabar menunggumu kembali dari Kobe hari ini.]

Hari sebelumnya
[Hujannya besar sekali di sini. Sayang… aku rindu. Telepon aku kalau kau sudah tidak sibuk saja, aku mengerti….]

Hari sebelumnya
[Aku sudah tidak mual-mual kok, hanya kadang-kadang. Masih lama ya pulangnya… aku sudah sangat merindukanmu Sayang. Maaf ya, belakangan aku selalu merepotkanmu. Selamat bekerja. Aku mencintaimu, Suamiku.]

Hari sebelumnya
[Maaf aku tidak dengar kau menelponku. Tadi aku sedang di dapur, aku sedang belajar masak.
Jangan tertawa!!!!  >.<”
barusan aku menelponmu, sepertinya kau sekarang yang sibuk. Selamat bekerja Sayang, aku menunggumu.]

Hari sebelumnya
[Syukurlah kalau kau sudah sampai di Kobe. Bagaimana Kobe? Hari ini aku akan pergi ke kuil dengan Rei. Kau jangan terlalu mengkhawatirkanku Sayang, aku akan menjaga kandungan ini baik-baik karena ini adalah buah cinta kita, Kekasihku.]

Hari sebelumnya
[Masumi! Belikan aku sepeda BMX dalam perjalananmu pulang ya. Jangan salahkan aku, anakmu yang baru tiga bulan ini yang menginginkannya. Hihihi… Aku mencintaimu, selalu.]

Hari sebelumnya
[Ayah, cepatlah pulang. Ibu dari anakmu ini sedang rindu… sangat merindukanmu…]

Dan Sebelumnya…

Dia bisa melihat Maya dalam setiap pesan yang dibacanya. Semakin lama, seperti film yang usang, air mata mengaburkannya.

Gadis itu tak lagi bisa disentuhnya, tak dapat dirasainya. Tak ada jasad, hanya tempat abu. Didekapnya erat, takut ditinggalkan. Seluruh tubuhnya gemetar hebat. Bibirnya terkatup kuat, juga gemetar.

Pisau duka terus menusuknya. Berkali-kali, semakin dalam.
Lantas menyayat jiwanya.
Perlahan.
Menyakitkan.

Diraihnya kopi Blue Mountain, Favoritnya.

[“Enak sekali!”]

Seru Maya. Kala itu.
Masumi tersenyum. Saat ini.
Wajah kekasihnya kembali menghilang.
Begitupun senyum miliknya.

Belahan jiwanya pergi.

Membawa nafas untuk dihirupnya.
Membawa cahaya untuk dilihatnya.
Membawa kata untuk diucapnya.
Membawa senyum untuk diulasnya.

Menyisakan separuh jiwa yang tertinggal.

Jiwa yang hampa.
Jiwa yang merindu.
Jiwa yang tersiksa.

Jiwa, yang menunggu sang waktu menjemputnya.

Atau dia, yang akan menjemput sang waktu?

Masumi naik ke atas peraduan. Dibawanya Maya. Diletakkan tempat abu itu di tempat dimana belahan jiwa seharusnya berada. Di sisinya.

[Awas saja kalau kau mengabaikanku. Cepatlah pulang, aku akan menunggumu sampai kau datang.]

Aku tidak akan pernah mengabaikanmu Sayang…
Aku tidak akan mampu mengabaikanmu.

Aku datang.
Tunggulah.
Sebentar lagi… Hanya sebentar lagi.
Kekasihku…

=//=

“Tuan Masumi…” Hijiri memanggil saat memasuki pintu villa.

Tidak ada jawaban.

Deg… deg… deg…

Menapaki setiap ruang langkah, pegawainya yang setia akhirnya menemukannya.

“Tuan Masumi!!!” Serunya, menghampiri laksana kilat.

Wajah itu tampan, tenang seperti biasanya. Hanya saja, kaku.

“Kenapa Tuan melakukan semua ini…?” Tangannya gemetar.

Pemuda itu berlutut di samping tempat Masumi menjemput ajalnya. Sebuah surat ditinggalkan.

[Satukanlah abuku dan abu Maya.
Terima kasih, Karato Hijiri.

Masumi Hayami]


Dia mengamatinya.
Jasadnya.
Mimiknya.

Rautnya damai.
Penuh cinta.
Dan bahagia.

=//=


<<< Be With You ... End >>>

21 comments:

Anonymous said...

Wah keracunan ceritanya MIa nie semua pada mati ..........

Anonymous said...

Tragis, emang hebat mood drop bisa jadi cerita...ckckcck mantabsss

-tina-

Anonymous said...

Hua hua hua!! ty,kau membuatku menangis. Hiks hiks..masumiii jangan matiii! -muri-

lyohana on 3 June 2011 at 13:37 said...

hiks kok sedih sekali ya

Widiya on 3 June 2011 at 13:58 said...

T_T

orchid on 3 June 2011 at 14:07 said...

setelah satu satu meninggal, sekarang tiga tiga meninggal, S-U-K-A , aku terjatuh, aku terjatuh lagi di cerita sedih, huaaaaaaaaaa,

Anonymous said...

HUAAAAHUUAAAAA.... gak relaaaaa....... TY..kenapa kau buat aku menangis lagi....HUAAAHUAAAa.....
ayo Ty..tanggung jawab!! ..hiks..hiks... kao nggak bakal semalaman aku nangis ini.. huhuhuhu...

Dwi Asih Aw

Anonymous said...

ty kau membunuh ku....
D.A.n

Anonymous said...

TIIDAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKK.....*loading menghapus memori* jgn lanjutin FFY 4 klo mood blm balik ya ty...Ĥê☀=D:pĤê☀=D:pĤê☀=D:p‎​ gapapa yg sedih2 di one shot aja dah..smangaaattttt Ty...

-reita

eva said...

ha...Masumi jangan pergi...lalu aq bagaimana???

Anonymous said...

............................. (gak bisa komen)......

@WANTED@

Mrs.J (Muria Hasni) on 4 June 2011 at 16:15 said...

untung bukan sambungan FFY4,, :'(

Mrs.J (Muria Hasni) on 4 June 2011 at 16:16 said...

untung bukan sambungan FFY4 yg dibikin sad ending gini,,

Anonymous said...

Kerennn... Jadi ikutan terhanyut sedihnya..

-Dina-

Dee Na said...

HIK...HIK....HIK....

Anonymous said...

huaaa ty g baru berani baca skrg tragiiiiiss banget siiii T____T langsung drop deh ni feeling gue hiksssss
jangan yg sedih2 lagiiiiii
back to ffy daaah buat bangkitin mood lg ni
anita f4evermania

Resi said...

br ntn rapunzel dan mengeluarkan air mata, skrg baca be with u jg mengeluarkan air mata.

Belahan jiwanya pergi.

Membawa nafas untuk dihirupnya.
Membawa cahaya untuk dilihatnya.
Membawa kata untuk diucapnya.
Membawa senyum untuk diulasnya.

aku suka kata2 ini.....

Ranie said...

wuuuaaaahhhhh.....
seediiihhh bangeddd,,,,
mmmm jngan sMpai kyak gNi bneran akh kisah MM,,,
T.T

Anonymous said...

sedih bgt se mba ty... Aku berlinangan air mata ga relaaaaa -rani-

Unknown on 4 November 2015 at 20:15 said...

Sedihhh bgt... Ampe nangis,untung cuman bukan crita bersambung.

Anonymous said...

No...no... No.... Tidaaakkkk..... M n m meninggal... So tragic... Hiks...hiks... Jgn kyk gni donk... Setidakny ceritakan ketika jiwa mereka bersatu.... A lil dissapointed...

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting