Tuesday 7 June 2011

Fanfic TK : 'Cos I Love You Ch. 4

Posted by Ty SakuMoto at 02:52
Rating: 20+ (kissu, skinship)


 `Cos I Love You (Chapter 4)
(By. Riema)


Chapter 3: Right here waiting


            ‘MAYA !!!’    Koji berteriak seraya menarik Maya dari hadapan Masumi. Tangan Masumi yang hendak menghapus air mata Maya menggantung di udara, kemudian jatuh sambil terkepal.
            ‘ Maya, kau kenapa? Apa yang anda lakukan Pak Masumi?’ Koji mendelik menatap Masumi.
            ’ Koji, sudah. Tidak apa-apa.’ Isak Maya. Masumi menatap Maya tanpa mempedulikan Koji
            ’Kenapa sih anda senang sekali membuat Maya menangis?!’ Hardik Koji lagi, sambil menghantamkan tinjunya ke arah Masumi.
            ’KOJI !!’ Maya berseru. Tapi dengan sigap Masumi menangkap tangan Koji sebelum sempat menyentuhnya.
            ’Jangan kurang ajar padaku, bocah. Aku masih Masumi Hayami’ Masumi meremas tangan Koji dan menghempaskannya.
            ’ Jaga gadismu baik-baik. Jangan biarkan dia berkeliaran sendirian ’ Ujar Masumi dingin sambil berlalu. Maya menatap punggung lelaki itu masih dengan bingung.
            ’Uugh.......’ Keluh Koji mengusap tangan kanannya yang terasa ngilu
            >Rupanya Pak Masumi meremas tanganku dengan kuat<
’Kau tidak apa-apa Koji?’ tanya Maya melihat tangan Koji yang memerah
            ’Tidak. Kau? Kenapa menangis? Apa yang dilakukan orang itu?’
            ’Tidak. Aku tidak apa-apa.’ Maya tertunduk
            ’Antar aku pulang sekarang Koji’
            ’Baiklah........ tunggulah di depan, aku ambil motorku’ setengah berlari Koji keluar. Maya berjalan sambil memikirkan yang baru saja terjadi. Dia hampir saja berpikir itu mimpi. Tapi saat merasakan bibirnya, dan air mata yang masih membekas di pipinya, Maya yakin itu nyata. Maya bahkan masih bisa mendengar suara Masumi yang besbisik di telinganya.Hanya saja tak terpikir oleh logikanya bahwa Masumi Hayami akan mungkin melakukan hal itu padanya. Gadis itu menyerah memikirkan hal itu ketika rasa sakit mulai menyerang kepalanya.

Masumi :

Masumi menyalakan kran shower dan mengatur suhunya, membiarkan airnya yang panas menyentuh rambutnya.
            >Apa yang kupikirkan? Mengapa aku melakukan hal yang malah mungkin akan menambah kebenciannya padaku? Bagaimana mungkin aku bisa kehilangan kendali seperti itu?< Masumi menggosok rambutnya dengan sampo beraroma mint & green tea, lalu membasuh tubuhnya dengan sabun beraroma sama..
            >Tapi aku tidak mungkin salah menafsirkan, bahwa Maya merespon. Dia membalas ciumanku. Dia bahkan memelukku dengan erat. Apa mungkin itu hanya fantasiku saja? Tidak. Tidak< Masumi menggelengkan kepala berulang-ulang hingga busa di rambutnya terciprat ke dinding kamar mandi.
            >Lalu sebenarnya apa yang terjadi? Apa dia mengingat sesuatu tentang aku? Aku tidak yakin apa pengaruh kejadian itu untuk ingatan Maya. Bagaimana kalau malah memperburuk keadaan? Uugh bodoh benar aku ini. Harusnya aku tidak segampang itu terpancing. Toh Maya sedang tidak sadar. Dasar Sakura Koji kurang ajar, berani benar dia mendekati Maya-ku< Masumi menatap uap yang mengepul semakin tebal, selama mungkin membiarkan tubuh tegapnya di bawah guyuran air panas.
            >Uuh. Panas.... < Masumi mematikan kran dan meraih jubah mandinya
Masumi baru saja melangkah keluar dari kamar mandi saat ponselnya berbunyi
            ’Ya Hijiri? – Sudah kau temukan? Benarkah? – Oh. Jadi benar dia ya? – Ok terima kasih, aku akan membereskannya ’
            ’Shiori ’ Mata Masumi terbakar api amarah.

Maya:

            ’Aku pulang !’ Maya masuk ke apartemennya masih ditemani Koji. Kebetulan hanya ada Rei di rumah.
            ’Sudah pulang? Kok cepat?’ kata Rei dari dalam
            ’Hei! Kau kenapa? Habis menangis ya? Kau apakan dia Koji? Kau kan tadi membawa Maya dalam keadaan ceria. Seharusnya kau mengembalikannya seperti keadaan semula. Apa yang kau lakukan sampai Matanya bengkak begitu? Kau melakukan sesuatu yang buruk padanya ya?’ berondong Rei tanpa  memberikan kesempatan pada Koji.
            ’Rei !’ Maya dan koji teriak bersamaan
            ’Aku tidak apa-apa kok Rei’
            ’Jangan asal menuduhku seperti itu dong. Bukan aku kok yang membuat Maya menangis’ Koji berkelit
            ‘Maaf. Aku kan tidak mau meliahat Maya menangis’ Ujar Rei tersipu
            ‘Terima Kasih Rei .’ Maya menggelayut di lengan Rei
            ‘lalu kenapa Maya menangis?’
            ’Tanyakan saja pada temanmu. Aku juga tidak tau’ jawab Koji, kesal karena Maya tidak menceritakan apapun padanya. Maya hanya tertunduk mendengar nada marah dalam suara Koji.
            ’Baiklah. Kalau begitu aku langsung pulang ya?’
            ’Iya. Terima kasih untuk hari ini Koji.’
            ’Pastikan Maya istirahat ya Rei!’ Rei mengangguk
’ Dan Maya. Apapun yang dilakukan orang itu, aku yakin itu hanya untuk menyakitimu. Jadi kau jangan terpengaruh ya? Ingatlah,  bulan depan kita pentas. Aku tidak mau kau memikirkan hal yang tidak penting. Janji ya?’ Koji menyentuh bahu Maya.
            ’Baiklah. Terima kasih Koji’ Rei dan Maya mengantar Koji sampai depan pintu.



            ’Apa maksudnya, siapa orang yang dia maksud?’ Rei tak mampu lagi menahan rasa penasarannya
            ’Ng. Masumi Hayami’ Jawab Maya ragu-ragu
            ’Masumi Hayami? Apa yang dilakukannya padamu? dia menyakitimu ?’
            ‘Tidak. Maksudku, aku tidak yakin apakah aku harus memberitahumu tentang ini’
            ‘Maya ?! tentu saja kau harus memberitahuku. Apa yang terjadi sebenarnya? Sampai kau bahkan tidak bisa memberitahu Koji?.’
            ’Tadi. Pak Masumi............. menciumku ’ Kata Maya setelah terdiam beberapa saat
            ’Apa? Bagaimana bisa? Kau bersama Koji kan?’ Rei terbelalak
            ’Iya. Saat aku sedang tidak bersama Koji. Tiba-tiba saja orang itu ada di sana. Dia....dia......’ Maya menutup mukanya dan mulai terisak lagi
            ’Maya....’ Rei memeluk sahabatnya
            ’Keterlaluan sekali dia. Bagaimanapun dia membencimu, tidak seharusnya dia melakukan hal itu padamau’ Diusapnya kepala Maya lembut
            ’Koji benar. Dia hanya ingin menyakitimu. Jangan menangis Maya’
            ’Tidak Rei. Bukan begitu......... aku......aku ’
            ’Kau kenapa? Kalau kau menangis terus aku tidak mengerti’
            ’Aku.....aku tidak merasakan kebenciannya Rei. Aku sama sekali tidak merasa sakit. Aku bahkan merasa. Entahlah . katakanlah aku merasa bahagia. Aku sangat bodoh. Bagaimana mungkin aku merasa senang di perlakukan seperti itu oleh orang yang paling kubenci? Hu.hu.....hu...hu...... Rei. Bagaimana ini? Jika dia memang hanya ingin menyakitiku, berarti aku memang gadis paling idiot di muka bumi’ Penuturan Maya membuat Rei tersentak
            ’Bisakah kau tenang dulu Maya, aku ingin mengatakan sesuatu. Ayo duduk dulu’ Rei menarik Maya duduk bersamanya.
            ’Ada apa Rei’ Maya berusaha menghentikan tangisnya
            ’Tadinya aku tidak ingin mengatakannya, karena aku tidak tau apa yang sebenarnya terjadi’
            ’Kenapa Rei......... apa yang mau kau katakan?’ Maya terdengar penasaran
            ’Tentang Pak Masumi.......’
            ’Kenapa dengan dia?’ Bayangan wajah Masumi yang begitu dekat melintas dikepalanaya, membuat Maya tersipu.
            ’Kenapa pipimu merah begitu? Kau ingat Pak Masumi ya?’
            ’Rei ! jangan menggodaku. Ayo cepat bilang ada apa dengan dia?’
            ’Maya. Kau ingat Koji pernah menyinggung tentang Astoria?’Maya mengangguk
            ’Kau ikut pelayaran satu malam dengan kapal Astoria bersama Pak Masumi. Aku tidak tau apa yang terjadi antara kalian. Tapi besok paginya saat menjemputmu, bukannya pulang bersamamu, Koji malah pulang sendiri dan mengalami kecelakaan. Setelah itu, kurasa hubunganmu dengan Koji tidak begitu baik. Akupun tidak yakin kenapa.
            Lalu suatu hari kau tidak pulang. Kau menelponku dan mengatakan bahwa kau sedang bersama Masumi Hayami. Dan esok harinya, kau pulang dengan wajah berseri-seri. Kau sering melamun dan tersipu, persis seperti tadi saat kau sedang mengingat dia. Kau belum sempat menceritakan padaku yang terjadi. Tapi tak lama kemudian, muncul berita ini’Rei mengambil sebuah majalah dari bawah meja. Mencari halaman yang tepat dan menaruhnya di depan Maya.
            ’MASUMI HAYAMI MEMUTUSKAN PERTUNANGAN ??’ Maya membaca headline majalah tersebut. Dipandangnya gambar Masumi dan Shiori saat konferensi pers.
            ‘Begitukah? Aku bahkan tidak ingat kalau Pak Masumi sudah bertunangan’ Sebersit rasa ngilu menyusup di hatinya.
            ‘Ya. Mereka bertunangan jauh setelah kematian ibumu. Aku rasa kau tidak mungkin mengingatnya’
            ’Lalu. Maksudmu bagaimana? Apa menurutmu putusnya pertunangan mereka ada hubungannya denganku?’ Maya memiringkan kepala, berpikir.
            ’aku. Aku sungguh tidak tau Maya. Tapi aku yakin ada sesuatu antara kalian, aku hanya tidak tau apa. Mengapa kau tidak menanyakan padanya?’
            ’Aku? Bertanya pada Pak Masumi? Tidak ah Rei. ’
            ’Dia.... dia orang yang kejam. Dia memisahkan aku dan ibu’ ujar Maya sendu
            ’Maya dengar aku. Harus berapa kali aku mengatakannya. Masumi Hayami sudah sangat meyesali itu. Dan aku merasa aneh. Dia terlihat sangat menderita tiap kali melihatmu. Hari itu di rumah sakit, diapun terlihat seperti itu. Tersiksa. Ada sesuatu yang aneh Maya, cobalah kau cari tau’Maya teringat bisikan Masumi, tentang betapa menderitanya dia. Dan Maya dengan jelas dapat melihat itu di matanya.
            ’Baiklah Rei. Aku akan coba cari tahu.’
            ’Baiklah. Pergilah tidur sekarang. Kau tampak kelelahan’ Maya mengangguk, lalu melangkah ke kamar.

Malam itu, Maya memimpikan Masumi lagi. Kali ini Masumi yang tersenyum padanya. Memeluknya dan menciumnya dengan mesra. Membisikinya kata-kata cinta yang membuatnya melayang. Maya terbangun bermandi peluh. Tangannya meraba bibirnya yang terasa panas dan kering. Disadarinya bahwa dia ingin mimpi itu nyata, dia ingin Masumi sungguh sungguh menciumnya. Masih dirasakannya dada Masumi yang hangat. Betapa dia merindukan orang itu. Dan Maya menangis karenanya.
            ’Kenapa? Kenapa aku memimpikan orang itu lagi? Mungkin karena aku terlalu memikirkan kejadian tadi siang. Tapi mimpi tadi bukanlah mimpi tentang tadi siang. Itu tempat yang berbeda, situasi yang berbeda. Pak Masumi yang tersenyum, tidak tampak menderita seperti hari ini. Ugh....’Maya merasa kepalanya sakit lagi.
Maya mencoba memejamkan mata . antara mimpi dan kenyataan, terdengar seseorang memanggilnya..........

Di tempat tidurnya, mata Masumi nyalang menatap langit-langit kamarnya yang tinggi. Bibirnya tak henti melafadzkan nama Maya.......

***
           
Hijiri baru saja melaporkan tentang keadaan Maya yang tampak murung dan terlihat sering melamun di tempat latihan pada Masumi.
            > Mungkin kah karena aku? Karena kejadian kemarin? Sial. Seharusnya aku menunggu hingga pentas Bidadari Merah selesai sebelum bertindak sebodoh itu. Kelakuanku hanya memperburuk keadaannya saja. < Masumi lalu menghubungi Hijiri lagi dan memberikan perintah singkat padanya. Lalu merenung lagi sambil menatap keluar jendela.
Tanpa disadarinya Mizuki masuk. Sekretaris pribadi Masumi itu merasa cemas pada keadaan bosnya yang sepertinya makin buruk saja. Samar-samar tedengar alunan lagu dari laptop Masumi
            >Sejak kapan anda mendengarkan musik seperti ini? Kenapa anda senang sekali menyiksa diri ?<
            ’Pak Masumi.......... Pak Masumi........’
            ’Eh ya. Ada apa Mizuki? Ada yang penting? Aku kira agendaku kosong siang ini?’ Masumi tersadar setelah entah untuk yang keberapa kali Mizuki memanggilnya.
            ‘Memang. Tidak ada meeting siang ini. Tapi Pak Onodera meminta anda melihat latihan Bidadari Merah mereka sore ini’
            ‘Yah. Aku yakin Ayumi akan memerankan bidadari merah dengan sangat baik. Seperti biasanya. Tapi aku ada meeting dengan orang Jerman itu sore ini kan?’ Masumi memastikan
            ’Sebetulnya iya. Tapi Tuan Felix Oschin baru saja membatalkannya. Dia berharap bisa menemui anda besok’
            ’Besok? Kau tahu hari apa besok?’
            ’Sabtu Pak’
’Kau tau sekarang aku tidak bekerja di hari Sabtu kan?’
’Iya. Tapi Tuan Felix itu kolega yang penting kan?’
’Aku tau. Tapi saat ini aku ingin lebih memikirkan privacyku. Maaf saja. Kalau dia mau suruh dia menemuiku hari senin saja’
’Baiklah. Kalau boleh aku tahu, apa sih yang anda lakukan setiap akhir pekan? Kenapa anda selalu saja menghilang?’
’Aku tidak menghilang Mizuki. Aku hanya pergi ke Izu.......’
’Untuk apa?’ Masumi mendelik mendengar rentetan pertanyaan dari sekretarisnya itu
’Seperti biasa. Menyiksa diri’ Kata Masumi acuh tak acuh
>Menyiksa diriku dengan merindukan Maya. Menyiksa diri menggapai bayangan gadis pujaan yang tidak juga mengingatku. Karena disanalah, malam terindah yang kulalui bersama dia. Aku menangkap bayangannya lebih jelas daripada dimanapun. Aku masih mencium wangimu yang masih tertinggal disana, Maya. Aku masih merasakan kehangatanmu. Meski dengan begitu hanya akan membuatku semakin hancur. Aku tak peduli. Selama masih ada bayanganmu, aku tak peduli akan sesakit apa aku<
’Kenapa sih anda senang sekali menyiksa diri? Seperti bukan anda saja?’ perkataan Mizuki memutus lamunan Masumi
’Seperti bukan aku kah? ’ Masumi mencibir
’Tenang saja Mizuki. Aku ini sudah tahan banting, penderitaan adalah temanku. Tak perlu mengujiku soal itu’ Lanjut Masumi
’Tapi Pak Masumi. Apa tidak sebaiknya anda mengatakan padanya?’
’Mengatakan apa? Pada siapa?
’Perasaan anda. Pada Maya. Katakanlah apa yang pernah terjadi di antara kalian’
’Hem. Dan kau pikir dia akan percaya? Semudah itu? Dia sangat membenciku Mizuki. Dia kembali ke masa dimana bahkan akupun mungkin belum menyadari perasaan cintaku padanya.’ Masumi tersenyum getir. Teringat air mata gadis itu saat terakhir mereka bertemu.
’Terlalu jauh Mizuki. Dia pergi terlalu jauh’
’Tapi aku akan menunggu. Menunggu hingga hatinya ingat lagi padaku. Menunggu hatinya mencintaiku lagi. Aku sudah berjanji untuk menunggunya’ Masumi menerawang, tatapan matanya penuh kesedihan.
>Pak Masumi<
’Oh ya Mizuki. Tolong pesankan tempat biasa untuk makan siang ini. Aku ada janji dengan Shiori’
’Nona Takamiya?’
’Yah. Sepertinya Shiori yang itu. Sekalian pesankan makanan untuk 2 orang. Apapun yang kau suka. Tolong ya Mizuki, ‘Masumi memutar kursinya menatap jendela sebelum Mizuki sempat bertanya lagi
‘Baiklah. Saya permisi.....’ Mizuki menelan kembali rasa penasarannya

Masumi menghabiskan sisa waktunya sebelum menemui Shiori dengan melamun. Lalu sedikit terlambat menyadari bahwa sudah saatnya untuk pergi.

            >Masumi< Shiori duduk di restoran, di meja yang sudah di siapkan untuknya. Saking senangnya hingga datang sebelum waktunya.
Dikenakannya gaun terbaik, sengaja ke salon agar tampil cantik di hadapan mantan tunangannya yang masih sangat dia cintai.
            >Aku senang akhirnya kau mengajakku<Wajahya cerah penuh kebahagiaan. Dengan sabar dia menunggu. Tapi saat hampir tiba waktunya Masumi belum juga datang, hatinya gelisah. Mungkinkah Masumi membohonginya? hatinya bertanya-tanya. Betapa lega hatinya, saat  Masumi datang 20 menit kemudian.
            ’Maaf aku terlambat’ Masumi menarik kursi
            ’Tidak apa-apa’ Shiori berusaha tersenyum semanis mungkin
            ’Bagaimana kabarmu Masumi?’ Shiori bicara pelan. Setiap geraknya hati-hati, sebisa mungkin ingin tampak sempurna di mata Masumi
            ’Aku baik. Terima kasih. Kaupun tampak sehat Shiori.’ Tidak lama kemudian pelayan datang membawakan makanan
            ’Aku sudah memesan makanannya. Kau tidak kebaratan kan?’ Shiori menggeleng Kentara sekali Masumi berusaha bersikap biasa.
            ’Silakan’ Pelayan itu mempersilahkan, lalu berlalu.
            ’Aku senang sekali kau mengundangku hari ini Masumi’
            ’Makanlah dulu, baru kita bicara’ Masumi mengambil garpu dan mengetuk-ngetuknya di atas meja
            ’Baiklah. Tapi sepertinya kau sedang tidak berselera makan Masumi? Kenapa kau hanya memandangi makananmu?’
            ’Aku memang sedang tidak ingin makan. Aku hanya ingin bertemu denganmu?’ Masumi menunduk, menunggu waktu yang tepat.
            ’Benarkah? Aku senang mendengarnya’ senyum manisnya merekah
            ’Tapi kenapa kau tiba-tiba ingin bertemu denganku?’ Tiba-tiba rasa takut menyelimutinya.
            ’Aku ingin menanyakan sesuatu’ Masumi mengangkat wajahnya dan menatap Shiori tajam, membuat Shiori semakin ketakutan.
            ’Apa mungkin kau terlibat dengan peristiwa kecelakaan Maya? Mungkinkah itu?’
            ’Masumi, apa maksudmu? Aku..... aku tidak mungkin’ Jawab Shiori gugup
            ’Sebenarnya aku berharap kau mengaku tanpa harus aku desak. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin kau lakukan bukan? Maka aku akan mengatakannya saja.
Tidak usah berkelit lagi Shiori. Aku sudah tau, kaulah yang membayar sopir taksi itu untuk mencelakakan Maya.  Begitu bukan?’ Masumi berkata tegas
            ’Aku......... aku........ tidak begitu Masumi’ Shiori tergagap
            ’Kenapa Shiori? Aku tak habis pikir kenapa kau sampai tega melakukan hal itu’ Masumi mengabaikan sanggahan Shiori
            ’Tak usah lagi mengatakan kau melakukannya karena mencintaiku. Karena aku tidak ingin dicintai dengan cara seperti itu. Aku hanya tidak menyangka kau akan bertindak sejauh itu. Padahal dulu kau adalah gadis baik Shiori, dan aku tidak meragukan itu’ Masumi menggeleng, tampak menyesal. Di hadapannya, Shiori berurai mulai menangis.
            ’Aku tidak pernah menyesal mengenalmu Shiori, juga tidak menyesal telah meninggalkanmu. Tapi taukah kau apa yang paling kusesali?’ Masumi mengambil jeda
’Kenyataan bahwa akulah, cintakulah yang telah merubahmu menjadi wanita jahat seperti ini.
Aku minta maaf, tolong maafkan aku karena telah membuatmu jadi begini. Tapi hanya sebatas itu. karena aku tidak dapat menahan kebencianku padamu karena telah berusaha merenggut Maya dariku.
Kenapa kau harus melakukannya? Padahal jika tidak, mungkin kita masih bisa berteman. Tapi sekarang, aku bahkan tidak ingin mengenalmu lagi.’ Masumi berdiri
            ’Sekali lagi kau ! atau orang suruhanmu menyentuh Maya, seujung rambut saja, menyakitinya bahkan jika itu tanpa sengaja. Aku tidak akan memaafkanmu! Tidak lagi’Masumi hendak berlalu ketika Shiori ambruk dari kursinya.
            ’Pelayan ! Tolong nona ini. Dia Nona Shiori Takamiya, pasti dia membawa mobil dan pelayannya di luar. Tolong urus dia dengan baik.’  Masumi lalu berbalik meninggalkan Shiori.
           


 Di studio Kids, Maya menerima satu buket besar Mawar ungu, sekaleng coklat beserta selembar surat

Maya,

Kata Pak Hijiri, hari ini kamu terlihat sedih dan murung. Kenapa?
Aku harap, apapun masalahmu, jangan sampai mengganggu konsentrasimu pada Bidadari Merah
Ingatlah, aku selalu menantikan penampilanmu.
Jangan sampai membuatku kecewa
Aku ingin kamu menjadi Bidadari Merah yang sesungguhnya
Kesempatan ini, jangan sampai disia-siakan
Aku harap, aku dapat meringankan kesedihanmu

Salam
Penggemarmu

Maya menangis memeluk surat dan mawar ungu itu. Menyadari betapa  bodoh dirinya yang telah menyia-nyiakan waktu untuk bersedih, sementara ada orang yang selalu menantinya. Memberinya kekuatan.
            >Mawar ungu. Mawar ungu-ku. Aku pasti akan berusaha. Aku akan menjadi bidadari merah yang tidak akan mengecewakanmu. Aku akan menjadi bidadari merah seperti yang kau inginkan< Tekad Maya dalam hati
***

Sebulan kemudian, satu minggu sebelum pentas percobaan dilaksanakan. Kedua kelompok mengadakan gladiresik di gedung kesenian Daito, tempat pertunjukkan sesungguhnya akan dilaksanakan.

Masumi melihat Maya tampak cantik dan ceria, seperti Maya yang dikenalnya selama ini. Seolah-olah semua ingatannya telah kembali, kecuali ingatan tentang perasaan cinta gadis itu padanya. Masumi hanya berani melihat Maya dari kejauhan, tampak sangat akrab dengan Koji. Masumi masih takut menampakan dirinya di hadapan gadis itu, takut gadis itu akan semakin membencinya karena kejadian di bioskop tempo hari. Lelaki tampan itu mendesah panjang. kelelahan.

Selesai melihat gladiresik pementasan Bidadari merah dari Kelompok Kuronuma. Masumi mengantarkan Bu Mayuko ke kediamannya
Sepanjang  gladiresik tersebut, hatinya tersiksa. Dia terbakar api cemburu, melihat Maya dan Koji berakting. Seolah-olah Koji sudah merenggut Maya darinya. Cinta Akoya pada Isshin membuatnya iri. Dan Koji seakan mengejeknya, menikmati perannya bersama Maya.
            ’Bu, apa tidak sebaiknya saya antar anda ke rumah sakit? Keadaan ibu terlihat tidak baik’ Masumi mengantarkan Bu Mayuko ke tempat tidur
            ’Tidak apa Masumi aku baik-baik saja. Kau lakukan saja yang terbaik untuk pementasan itu. Aku akan bertahan hingga saatnya tiba’
            ’Aku tahu. Tapi aku khawatir Bu’
            ’Tidak perlu. Kenapa kau tidak mengkhawatirkan dirimu sendiri Masumi?’
            ’Aku? Kenapa?’ Masumi tampak heran
            ’Masumi. Tidakkah kau tahu? Kau sudah berubah. Sudah cukup lama kurasakan. ’
            ’Ha ha ha. Apa maksud ibu?’
            ’Jangan mengelak. Aku sudah tidak pernah lagi melihat tatapan dinginmu? Ada seseorang yang sudah merubahmu. Kau tidak menyadarinya?’
            ’Aku yakin itu hanya perasaan ibu saja’
            ’Begitukah? Lalu tatapan mata apa yang waktu itu kulihat? Pancaran mata seseorang yang merana karena cinta’
            ’Ha ha. Ibu bercanda ? maksud ibu aku sedang jatuh cinta?’ Masumi masih coba berkelit
            ’Ingatlah Masumi. Kematian tidak akan membuat cinta berakhir’ Bu Mayuko mengutip dialog Isshin
            ’Apalagi hanya sekedar hilang ingatan’ Masumi tersentak mendengar ucapan bu Mayuko
            ’Bu Mayuko? Anda, tahu? Tapi bagaimana?’
            ’Bagiku itu terlihat sangat jelas Masumi. Aku sudah lama menyaksikan permusuhan kalian. Tapi aku tidak pernah melihatmu begitu menderita. Jika tidak ada apa-apa diantara kalian, mana mungkin kau begitu sengsara hanya karena maya membencimu’ Bu Mayuko menebak dengan telak
            ’Ukh...... penglihatan anda sangat tajam’
            ’Tahukah kau, terlihat seperti apa wajahmu saat menerima kebencian dari anak itu? Bagiku pancaran matamu itu tampak seperti orang sekarat. Tersiksa dan kesakitan. Aku tak pernah melihatmu seperti itu’
            ’Bu Mayuko...... Kita bahkan tidak berteman. Tapi kenapa justru andalah yang begitu memahamiku.’ Masumi mengusap wajahnya, terasa panas.
            ’Aku memang merasa seperti itu. Persis seperti yang anda katakan. Terasa seperti mendekati kematian bagiku. Aku merasa sangat kesakitan. Aku sendiri heran, bagaimana mungkin aku merasa begitu hanya karena anak itu’ Masumi tertawa hambar
            ’Karena kau tidak pernah merasakannya sebelumnya. Kau menelan cinta sedikit demi sedikit hingga dosisnya berlebih. Beberapa orang mungkin akan beberapa kali mencintai dalam hidupnya. Tapi kau....’
            ’Aku akan mencintai dia selama hidupku.......karena dialah belahan jiwaku. Tanpa dia, aku tak berarti ’ Masumi terlihat semakin sendu
            ’Belahan jiwa heh? Dan apakah kau yakin dia akan kembali padamu?’
            ’Kadang aku tidak seyakin itu.’
            ’Jangan. Jangan pernah merasa ragu sedikitpun. Semua tergantung keyakinanmu. Yakinlah, maka dia akan kembali padamu’ Masumi menatap Bu Mayuko lurus-lurus. Tak ada keraguan di dalamnya. Dalam hati, lelaki itu meyakinkan dirinya sendiri.
           

Pentas Percobaan Bidadari Merah:

Semua hadirin terpukau menatap ayumi. Ayumi yang cantik dan anggun, tanpa cela memerankan Bidadari Merah. Proses metamerfosa nya dari gadis desa Akoya menjadi Bidadari Merah sungguh mengagumkan, sangat terasa perbedaannya. Tak ada yang meragukan, Ayumi sangat cocok memerankan Bidadari Merah.

Tepuk tangan untuknya seolah tak putus-putus. Onodera tampak puas, dia yakin akan mengalahkan Ryuzo Kuronuma. Di kursinya, Masumi sedikit cemas menantikan penampilan Maya

Setelah 20 menit rehat. Bidadari Merah kembali ditampilkan, kali ini oleh kelompok Kuronuma. Dengan Maya sebagai Bidadari Merah.
Para penonton dengan agak enggan memasuki gedung pertunjukan lagi. Tidak berharap banyak dari Bidadari Merah yang satu ini. Sementara diruang gantinya, Ayumi menggigil. Merasa cemas dengan Bidadari Merah Maya. Meski sudah melakukan yang terbaik untuk Bidadari Merahnya, tak urung hatinya merasa khawatir juga.

Di dalam gedung pertunjukan, Maya menghipnotis penonton hanya dengan kehadirannya. Tak ada yang tidak menatapnya dengan terpesona. Aura magis terasa sangat kental. Semuanya, tanpa kecuali. Seolah memuja Bidadari Merah Maya. Karena Maya tidak hanya memerankan, tetapi sepenuhnya menjadi Bidadari Merah. Seakan-akan jiwa sang bidadari telah merasuk ke tubuh mungilnya, dan menjadikannya Bidadari sungguhan.
Bahkan Masumi melupakan kecemburuannya, dia tidak peduli lagi pada Isshin. Hanya ada perasaan takjub atas kehadiran sang Bidadari. Masumi memujanya.
Di kursinya, Eisuke terduduk lemas. Inilah bidadari yang selalu dinantikannya. Bidadari merah yang dia rela melakukan apapun untuknya. Hatinya terbuka dan mengerti. Seperti itu jugalah yang dirasakan anaknya pada Maya.
Mayuko tersenyum puas melihat penampilan anak didiknya. Di pelupuk matanya, bayangan  Ichiren Ozaki melambai memanggilnya.
            >Tunggulah aku, wahai belahan jiwaku. Sudah hampir tiba saatnya. Aku akan segera datang padamu.<

Gedung pertunjukan seolah bergetar karena tepuk tangan. Membahana tanpa terbendung. Di tempatnya berdiri, Ayumi mengeluarkan air mata.

Di ruang Ganti, Koji memeluk Maya.
            ’Terima kasih Maya. Karena kamu. Hanya karena kamu partnerku, kita berhasil. Aku bahagia sekali. Terima kasih’
            ’Koji. Aku....... Sama-sama ’ Maya balas memeluk Koji. Masumi yang hendak mengucapkan selamat tertahan dipintu.
            ’Pak Masumi.....’ Maya refleks melepaskan pelukannya, tapi Koji masih memegang tangannya dengan kencang.
            ’Maaf..... Aku Cuma mau mengucapkan selamat. Bidadarimu, cantik sekali’ Masumi memberikan rangkaian bunga dan berlalu.
            ’Pak Masumi.......’ Maya membatalkan niatnya menyusul Masumi saat menyadari tangannya masih dalam genggaman Koji. Entah kenapa, hatinya terasa sakit melihat pandangan Masumi yang terluka.
            >Orang itu sedih, kenapa hatiku tak rela melihatnya< Maya merenung


Masumi berjalan cepat menyusuri lorong sambil mengepalkan tangan.
            >Ayolah Maya. Hari ini sangat indah, dan aku sedang tidak berselera untuk disiksa< Masumi tetap memasang wajah dinginnya saat berpapasan dengan orang-orang
            >aku ini Masumi Hayami Maya. Tekanan seberat apapun, dari siapapun akan sanggup aku terima. Tapi kalau kau terus melakukan ini, mungkin aku bisa goyah juga.
Aku heran, kenapa masih bisa memasang wajah tenang sementara hatiku remuk tak karuan begini. Manusia macam apa sebenarnya aku ini<
            ’Pak Masumi !’ Maya berhasil menyusul Masumi di depan gedung pertunjukkan
            ’Ada apa Maya, tidak seharusnya kau meninggalkan Isshin mu bukan?’
            ’Aku... aku ingin menanyakan sesuatu’
            ’Silakan’
            ’Waktu itu..... di bioskop... anu... aku tidak mengerti maksud anda? Apakah anda melakukan itu untuk menggangguku? Hanya ingin menyakitiku?’ Maya bertanya terbata-bata, wajahnya memerah
            ’Apakah dalam ingatanmu aku begitu kejamnya, begitu tidak punya hati?’ Masumi tersenyum pilu, terluka.
            ’Tolong jawab saja Pak Masumi’ Maya merasa pedih melihat Masumi yang terluka.
            ’Baiklah. Aku ingin tau, apa kau merasa terganggu waktu itu? Apa kau merasa tersakiti?’ Masumi balik bertanya
            ’Aku.....Tidak, tapi...... tapi.... aku tidak mengerti’
            ’Kau pernah berjanji untuk selalu percaya padaku Maya. Apapun yang terjadi, katamu kau akan selalu mempercayaiku’
            ’Benarkah itu?’ Maya tak melihat kebohongan di mata Masumi. Betapa inginnya Masumi berteriak meyakinkan Maya
            ’Baiklah Pak Masumi, anggap saja itu benar. Lalu, sebagai balasannya, apakah anda menjanjikan sesuatu juga padaku?’
            ’Ya...... Kau memintaku untuk menunggumu. Dan inilah yang sedang kulakukan sekarang. Walaupun artinya berbeda pada waktu itu, tapi aku selalu menepati janjiku Maya. Tapi sepertinya kau belum menjalankan bagianmu. Aaaargh... benar-benar mengesalkan’ Masumi mendesah. Maya memijit kepalanya, nyeri.
            ’Apa yang sebenarnya terjadi Pak Masumi? Apa yang terjadi di Astoria?’
            ’Kau ingat kejadian itu?’ Maya menggeleng
            ’Oh. Seseorang mengatakannya padamu? Terjadi hal yang sangat penting Maya. Fakta bahwa kau melupakannya, itu sangat menyakitiku’ Masumi menatap gadis di hadapannya penuh kerinduan, Maya tampak bingung
            ’Aduh !’ tiba-tiba seseorang menabrak Maya, refleks Masumi menangkap Maya yang hendak terjatuh.
            ’Maya !’ Maya membeku dalam pelukan Masumi, sementara orang-orang yang berlalu lalang memperhatikan dan berbisik-bisik.
            ’Maya kau tidak apa-apa?’ Masumi cemas, pandangan Maya tampak kosong.
Yang sebenarnya terjadi adalah, tepat saat Masumi memeluknya, Maya kembali merasakan Dejavu. Selalu begitu ketika bersama Masumi. Tapi kali ini jauh lebih jelas. Berbagai kejadian berulang-ulang muncul dalam bentuk slide. Maya merasakan sakit yang teramat sangat, lalu jatuh pingsan.


Koji terus memegang tangan Maya yang belum sadar. Teman temannya duduk di sofa. Di sudut ruangan, Masumi menyandarkan punggungnya di tembok. Menatap Maya tanpa beredip
            >Aku rela memberikan apapun untuk dapat berada di posisis Koji saat ini Maya. Aku rela menjadi siapapun untuk bisa menggenggam tanganmu. Aku rela menjadi apapun yang kau butuhkan. Aku ingin menjadi obat yang mempu menyembuhkanmu. Betapa inginnya aku memelukmu, mencium keningmu dan  menggenggam tanganmu saat kau sedang begini. Ukh..... kau menyakiti aku lagi Maya, berkali-kali hari ini. Rasanya aku sudah tak bisa menelan rasa sakit ini, dosisnya sudah terlalu tinggi. Mungkin aku akan mati karena kau Maya, siapa yang tahu. Padahal kau sudah janji tidak akan membuatku sedih lagi. Tepatilah Maya. Segeralah kembali padaku< Masumi menatap iri pada Koji.

’Bukankah sebaiknya anda pulang Pak Masumi?’ Koji berpaling ke arah Masumi
’dokter sudah bilang Maya tidak apa-apa kok. Hanya perlu istirahat saja’ Masumi tak bergerak dari tempatnya
’Memang apa yang akan kau lakukan kalau aku tetap disini?’ Kata Masumi tanpa nada
’Tidak ada. Kenapa anda ingin tetap disini? Anda tidak perlu merasa bersalah’
’Sudah sudah. Sebaiknya anda pulang dulu Pak Masumi. Kau juga Koji, pulanglah. Aku akan memberi tahu kalau ada perkembangan baru. Biar aku yang menjaga Maya disini’ Rei akhirnya menengahi. Melihat Masumi, Rei semakin yakin bahwa ada sesuatu antara Maya dan Masumi.
Setelah dipaksa akhirnya. Masumi dan Koji pulang juga, begitu juga teman-temannya. Tinggal Rei merebahkan diri di sofa.


Tengah malam, Maya bangun sambil menangis. Rei terbangun dengan kaget
            ’Maya ada apa?’ Rei menyeka peluh di dahi Maya
            ’Ternyata itu ingatan Rei. Mimpi-mimpiku selama ini, aku ingat sekarang. Itu bukan mimpi, tapi ingatan.’
            ’Tentang Pak Masumi?’ Maya mengangguk
            ’Masih belum jelas benar. Tapi ada banyak ingatan indah dengan Pak Masumi. Aku tidak tahu kenapa, tapi aku yakin itu benar’
            ’Rei. Aku merindukannya...... apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa aku merindukan Pak Masumi seperti ini? Aku rindu sampai seluruh tubuhku rasanya sakit’ Maya terisak.
            ’Aku pikir itu bagus Maya, paling tidak kau ingat sesuatu. Aku akan menelponnya kalau begitu’ Rei memeluk Maya
            ’Tidak  tidak... apa yang akan aku katakan padanya’
            ’Sudahlah Maya. Hatimu telah membawa ingatan tentang dia padamu. Jadi biarkan hatimu membimbingmu. ‘ Rei membelai rambut Maya.

Setelah memacu mobilnya seperti setan, kurang dari setengah jam kemudian Masumi sampai di rumah sakit.
            ‘Ada apa Rei?’
            ‘Tidak apa-apa Pak Masumi. Masuklah. Aku akan menunggu di luar’ Rei meninggalkan mereka berdua
            ‘Maya.......’ Hati-hati Masumi mendekati Maya
            ‘Pak Masumi, anda datang’
            ‘ya’
> Tentu saja aku akan datang, tak peduli apa yang menghadangku, aku akan selalu datang untukmu.< Imbuh Masumi dalam hati
‘Kau kenapa? Apa kau merasa kesakitan?’ Masumi duduk di samping tempat tidur
’Ya. Disini’ Maya menunjuk dada kirinya.
‘Hatiku rasanya sakit sekali jika mengingat anda. Tolong beritahu aku kenapa begitu. Bagaimana mungkin aku merasa sedih hanya karena melihat anda sedih. Aku tidak suka anda sedih. Aku ..... aku....’
’Benarkah itu Maya? Sungguh ?’ Masumi tersenyum, matanya berbinar.
’Aku tak tau apa yang harus kukatakan. Aku pikir sangat egois jika aku memaksamu untuk mengingat apa yang pernah terjadi antara kita. Maka aku sudah berjanji pada diriku sendiri, untuk membiarkanmu mencari jalanmu sendiri. Jika jalanmu ternyata menuju aku, maka aku akan jadi manusia paling bahagia’
’Jalanku menuju mu?’
’Ya. Karena jalanku hanya satu. Manapun jalan yang aku pilih, selalu ada kamu di ujung jalan itu. Kau adalah pelabuhan terakhirku, tempat kembaliku. Jika kau tidak ada disana saat aku ingin pulang. Kemana aku harus pergi?’Maya terharu mendengar penuturan Masumi, air matanya mengalir lagi. Tanpa ragu dipeluknya Masumi
’Maya’ Masumi hampir menangis, membalas pelukan Maya.
>Aku tak perlu mengingat. Hanya dengan menatap matanya, aku tau aku mencintainya. Merasakan kehangatan dadanya, lengannya yang melingkari tubuhku, membuatku tentram, tahu bahwa aku dicintai<
’Maya’ Masumi melonggarkan pelukannya, dan merangkum wajah Maya dengan kedua tangannya.’Jangan menangis. Kenapa sih kau selalu menangis dihadapanku. Itu membuatku sedih tau?’ dihapusnya air mata dari pipi Maya
’Terutama jika aku tak bisa menghapus air matamu, tidak bisa mengurangi kesedihanmu’ Masumi menatap Maya penuh penyesalan
’Maafkan aku. Aku akan menjalankan bagianku mulai sekarang, aku akan mempercayai anda. Maukah anda menemaniku menyusuri jalan itu lagi. Jalan yang pernah kita lalui, agar aku bisa mengingat lagi. Aku ingin dapat mengingat bagaimana caraku mencintai anda. Ingin memenuhi ingatanku dengan perasaan cinta’
’Tentu saja. Apapun untukmu...... segalanya untukmu Maya.... Meskipun bagiku sudah tak penting lagi jika ingatanmu kembali atau tidak. Kau seperti ini saja, aku sudah sangat bahagia’Ditelusurinya garis wajah Maya. Nyata, bukan bayangan yang selama ini senantiasa menemani hari-harinya yang kelabu semenjak kehilangan gadis itu. Tenggorokannya serasa tercekat, penuh kebahagiaan.
’Terima kasih. Aku juga sangat bahagia. Maafkan aku sudah membuat anda sedih seperti ini. Maafkan aku’ Maya meraih wajah Masumi, dan mencium bibirnya. Membuat lelaki itu gelagapan. Tangannya yang besar menahan tengkuk Maya.
’Berani taruhan Pak Masumi. Saat di bioskop itu, itu bukan yang pertama kan?’ Maya melepaskan ciumannya. bahagia menatap Binar ceria di mata Masumi
’Kau ingat?’ Masumi sebisa mungkin menahan gemuruh di dadanya
’Otakku tidak. Tapi seluruh tubuhku mengingatnya. Seluruh tubuhku menginginkannya’ Maya mengakui dengan malu.
’Ng. Baguslah kalau begitu. Karena seluruh tubuhkupun selalu menginginkanmu’ Masumi melenguh. Ditariknya lagi tengkuk Maya. Membuat Maya tertawa
’Kau menertawaiku?’ Masumi menyentuhkan hidungnya pada hidung Maya
’Tidak. Aku senang anda menginginkan aku’ Maya tersenyum lalu dikecupnya lagi bibir Masumi. Masumi menyambutnya dengan gairah berlebih, tidak membiarkan Maya melepaskan diri lagi. Mereka melebur, menjadi satu. Kali ini dia mencium Maya yang menginginkannya , Maya yang mencintainya. Yang dia cintai dengan seluruh jiwa raganya. Segala rasa sakitnya hilang seketika, tanpa bekas. Seolah dia tak pernah merasakan sakit.

***

Hari hari berikutnya, Maya dan Masumi tak terpisahkan. Bahkan Koji hanya bisa pasrah saat Maya mengembalikan kalung dolphinnya sambil menjelaskan  bagaimana perasaannya pada Masumi. Koji menyerah, bahkan dalam gelapnya ingatan Maya tentang Masumi. Gadis itu tetap saja mencintai pria itu, dan bukan dirinya.
Koji sebisa mungkin berusaha tabah, dengan tegar diterimanya keputusan Maya untuk bersama Masumi. Bahkan harus ekstra sabar saat melihat Masumi menjemput Maya di tempat latihan. Tak bisa dipungkiri, dia iri . Tapi melihat Maya yang begitu bersinar, pemuda itu memaksakan diri untuk ikut berbahagia. Walaupun terdengar klise, toh cinta memang tak selalu harus saling memiliki.

            ‘Pak Masumi, aku ingin pergi ke kampung halaman bidadari merah bersama anda. Melihat sejuta bintang di sana, seperti yang pernah anda ceritakan’ Maya dan Masumi duduk dalam mobil, tangan Maya dalam genggamannya.
’Kita sudah nonton film, makan burger di ayunan taman, bahkan  sudah berperahu. Apa kau tidak lelah?’
’Apakah anda lelah?’ Matanya yang kekanakan menatap Masumi
’Kau bercanda? Mana mungkin aku merasa lelah saat bersamamu. ’ Masumi meremas tangan Maya
’Kalau begitu, bisakah kita pergi kesana?’
’Aku senang sekali Maya. Tapi sepertinya cuacanya kurang bagus, malam ini mungkin tidak akan ada bintang’ Masumi melongok keluar jendela
’Hhh.....’ Maya mendesah, tertunduk lesu.
’Tapi mungkin disana cuacanya lebih bagus, ayo kita pergi.’ Masumi tak tahan melihat gurat kekecewaan di wajah kekasihnya.
’ Terima kasih...’ Maya terkikik gembira
Sepanjang perjalanan mereka lalui dengan penuh kegembiraan, Masumi menceritakan berbagai kejadian yang telah mereka lewati bersama. Masumi juga membuka identitas Mawar ungu yang sebenarnya. Masumi tertawa melihat reaksi Maya yang berlebihan. Dan memberitahu bahwa Maya sebenarnya sudah mengetahui identitas Mawar ungu saat kehilangan sebagian ingatannya. Maya hanya mengangkat bahu mendengarnya. Mawar ungu atau bukan, dia tetap mencintai Masumi. Masumi tersenyum bahagia. Maya menyandarkan kepalanya ka bahu Masumi, lalu tertidur. Sesekali pria itu mencium kepala Maya penuh Sayang.

Sudah hampir sampai, saat Masumi menyadari bahan bakar mobilnya kosong.
            ’Ukh.... bagaimana mungkin aku bisa seceroboh ini.......’ keluhan Masumi membangunkan Maya
            ’Kenapa? Ada apa Pak Masumi?’
            ’Maaf, aku lengah. Bahan bakarnya habis.’ Masumi meniupkan nafasnya
            ’Apa kita sudah sampai’ Maya melihat keluar jendela, sudah gelap
            ’Sebenarnya sudah. Tapi kalau kau ingin ke tempat kita dulu, paling tidak,  eng ...... mungkin sekitar satu kilo lagi’ Masumi memiringkan wajahnya
            ’Kau mau keluar? Tapi mungkin agak dingin’ Maya mengangguk, Masumi lalu keluar lebih dulu.
            ’Wahh..... segarnya.....’ Maya merentangkan tangannya, membuat gerakan-gerakan kecil seperti sedang senam. Masumi tergelak melihatnya.
            ’Bagaimana sekarang Pak Masumi?’
            ’Bagaimana kalau kita melihat bintang disini saja?’Masumi melihat ke atas. Awan-awan hitam tampak bergerak melewati bulan purnama dan gugusan bintang.
            ’Aku tidak mau. Aku ingin ketempat itu’ rengek Maya
            ’Tapi mobilku sudah tidak mau jalan lagi. Apa kau mau jalan kaki kesana?. Lagipula sepertinya akan hujan’
            ’Aku tidak keberatan berjalan kaki bersama anda? Apa anda tidak suka berjalan bersamaku?’Maya merajuk
            ’Maya. Kau ini . Kau tahu betul aku tidak bisa menolak keinginanmu. Kenapa kau selalu memanfaatkannya? Ugh.... Wanita memang mengerikan’
            ’Terima Kasih’ sambil berjinjit dikecupnya pipi Masumi
            ’Kau ini....’ Masumi meraba pipinya, tersenyum.
            ‘Ayo pergi !’ Masumi meraih tangan Maya.
Mereka berjalan bergandengan diterangi sinar bulan yang timbul tenggelam karena awan. Setengah perjalanan, Masumi menggendong Maya. Maya menikmati kehangatan punggung lebar Masumi, menghirup aroma rambut dan leher Masumi yang segar. Selalu seakan muncul ingatan baru setiap kali dia bersama Masumi.
            ’Ini dia tempatnya. Kau tidak mau turun? ’ Kata Masumi menyadari Maya masih melekat di punggungnya
            ’Punggung anda hangat sekali...... ’ Maya melepaskan diri
            ’Ada ada saja....  Ayo, duduklah disini’ Masumi memilih rumput tebal di bawahnya, lalu melepaskan jasnya
            ‘Bukankah tadi anda sudah menyiapkan selimut? Kenapa malah memakai  jas?’
            ’Aku lupa. Tertinggal di mobil’ Masumi menghamparkan jasnya
            ’Bagaimana mungkin anda mendadak jadi begitu pelupa? Mana mungkin pemimpin Daito bertingkah seperti ini?’ Maya berlagak kesal
            ’Semua kan karenamu. Kalau bersamamu, aku bisa lupa diriku sendiri. Wajar saja aku melupakan hal-hal remeh seperti itu’
            ’Aku? Memang apa salahku?’
            ’Salahmu? Kau sudah membuat Masumi Hayami ini jatuh cinta padamu’ Masumi meraih pinggang Maya dan melingkarkan tangannya disana
            ’Begitu. Jadi, untuk menebus kesalahanku itu. Apa yang harus kulakukan?’ Maya mendongak menatap wajah Masumi yang tertunduk memandangnya.
            ’Untuk menebusnya......... kau harus, mau menemani orang egois ini seumur hidupmu. Memberikan semua cinta yang kau punya hanya untukku. Dan menjadi ibu dari anak-anakku. Bersediakah kau?’ Masumi menatap wajah Maya yang tertimpa cahaya bulan
Maya terpaku. Apa Masumi baru saja melamarnya?
            ’Jangan menjawabnya sekarang. Aku tahu banyak yang harus kau pikirkan dulu. Jangan tergesa-gesa’ Masumi membelai wajah Maya
            ’kau cantik......tau tidak ’ Masumi baru saja hendak mencium gadis itu saat terdengar suara guntur memekakkan telinga’
            ‘Awww’ Maya berteriak, menyurukkan wajahnya ke dada Masumi
            ‘Kita harus segera pergi Maya, sepertinya akan hujan deras’ Masumi menatap awan hitam yang bergerombol semakin tebal.
            ‘Tapi kita akan kemana? Tidak ada tempat berteduh disini’ Maya celingukan
Masumi berlari ke jalan raya, melihat jauh.
            ’Sebaiknya kita kembali ke mobil saja, ponselku disana. Kita bisa menghubungi seseorang nanti. Ayo !’ Masumi meraih jasnya lalu meraih tangan Maya.
Tapi belum jauh mereka berlari, hujan turun. Begitu deras seperti ditumpahkan dari langit. Masumi berusaha melindungi kepala Maya dengan jasnya, tapi tidak banyak gunanya karena hujan terlalu lebat. Masumi menggenggam tangan Maya yang semakin dingin erat-erat. Kali ini tak ada sinar bulan, mereka berlari dalam kegelapan.
            Mereka tiba di tempat mereka tadi meninggalkan mobil dengan nafas memburu. Baju mereka basah kuyup. Keduanya bergegas masuk ke mobil.
            ’Aku akan membuat jok mobil anda basah !’ Maya merasa tenggorokannya panas, kelelahan. Titik titik air menetes dari baju dan rambutnya.
            ’Mengapa kau memikirkan hal bodoh itu di saat seperti ini? Kau pikir aku peduli. Kau basah kuyup, bagaimana kalau kau sakit nanti?’ Masumi meraih ponselnya.
            ’Ukh,.......... sial betul, tidak ada signal....’ Masumi mencoba beberapa kali lagi, lalu kemudian melempar ponselnya. Masumi kedinginan, diliriknya Maya yang  menggigil.
            ’Maya kau tidak apa-apa?’ Masumi mendekati Maya
            ‘Ti  ti  tidak a a apa. A    a    a    aku......ha   ha  nya..’ Maya menjawab dengan gigi gemeletuk.
            ‘Maya, kau menggigil..... tanganmu dingin sekali...’ Masumi menggosok gosok tangan Maya
            ‘P  p p pak Masumi. A aku..... ke di ngi nan......’Maya bergetar hebat
            ’Aku tau. Aku tau’ Masumi panik
            ’Maya, pindah ke belakang! Masumi merangkak ke kursi belakang, dan menarik Maya bersamanya. Ada selembar selimut di kursi belakang.
            ’Maya. Kau harus membuka bajumu’
            ’Ti   dak  ma u....... a aku..... ma   lu’
            ’Dasar bodoh, Kenapa kau selalu memikirkan hal yang tidak penting di saat genting begini.Bisa-bisa kau kena bronchitis nanti ’ Masumi menahan wajah Maya, lalu mematikan lampu. Maya mencoba melepas kancing blousenya dengan tangannya yang gemetaran
            >Aku tidak bisa. Aku terlalu gemetar. Pak Masumi..... tolong...< Maya meringis dalam hati.
            ’Biar aku saja. Maaf.......’ Masumi lalu melepas semua pakaian basah Maya dan menyelubungi gadis itu dengan selimut.
            ’Tidak, tidak cukup hangat.......’ Masumi meraba kulit Maya yang sedingin es, tubuhnya masih bergetar.
            ’Maya..... bangun... ’ Masumi meniup tangannya, tubuhnya sendiripun menggigil.
            ’Maya........’Maya masih tidak menyahut, kehilangan kesadaran. Masumi lalu menaggalkan pakaian basahnya dengan susah payah. Badannya yang jangkung membuatnya sulit bergerak di ruang sempit itu. Masumi duduk disamping Maya, kemudian menyingkap selimut. Hati-hati mendudukkan Maya di pangkuannya, lalu menyelimutinya lagi.
            ’Engh......’ Maya menggeliat, melingkarkan tangannya ke tubuh Masumi.
            ’Ugh... Maya, kau membeku.......’ Masumi mengeluh saat merasakan tangan dingin Maya menyentuh punggungnya.
Masumi mendekap Maya erat di dadanya. Lalu mencium bibir Maya yang membeku. Mengulumnya hingga terasa hangat.
Masumi memejamkan mata, menggeleng kuat kuat menyingkirkan pikirannya yang tidak pantas saat merasakan kulit halus Maya di permukaan kulitnya. Masumi merasakan suhu tubuhnya meningkat drastis. Rasa dinginnya sama sekali sudah hilang. Di pelukannya, Maya yang meringkuk tidak lagi gemetaran.
            ’Maya...... Maya........ bangunlah..... ’ Masumi merasa khawatir, tapi tak ada yang bisa dilakukannya. Diluar, hujan masih turun dengan derasnya. Disertai suara guntur bersahutan.
            ‘Mudah-mudahan kau hanya tertidur . tidurlah yang nyenyak bidadariku. Aku akan tetap berada disampingmu hingga kau terbangun nanti’ Dikecupnya kening Maya lembut
‘Maya maya, kau membuatku mengambil resiko yang terlalu besar malam ini......... Bagaimana mungkin aku akan bisa melewati malam dengan normal lagi setelah malam ini, membiarkan kehangatan tubuhmu pergi menjauh dariku. Membayangkanmu dalam dekapanku seperti ini. Bisa-bisanya kau terlelep dan membiarkan aku seperti ini, setengah sinting mencoba mengendalikan diri.
Kau harus bertanggung jawab untuk ini gadis bodoh. Jika aku tak segera menjadikanmu milikku, aku yakin akan segera menjadi gila......’

***


<<< 'Cos I Love You ch.3 bersambung ke Ch. 5 >>>  



           





























9 comments:

Anonymous said...

cepet uqdate lg ya...penasaran


tati

Anonymous said...

huwaaaa sukaaaaa sekaliiiiii ;)))))
thxuuu updetannya hehehe
emang cinta gkbisa dikalahkan apapun hehehe biar hilang ingatan cinta tetep ada hihihi
wah jd penasraaan apa yg akan terjadi pd MM yaaa kehujanan kedinginan gitu biasanya hanya ada satu cara utk mencegah hipotermia heheheh ;p pikirkan sendiriii aja yaa
anita f4evermania

Anonymous said...

huwaaaaaaaa Momy Reima sukaaaaaaaaaaaaaaa, kejadian di kuil terulang dg setting yg beda, tp yg ini lebih kereeeeennnnnnn....XDDD lanjuuutkaaannnnnnnnnnnnn

-tina-

Anonymous said...

aku tidak perlu mengingat. hanya dengan menatap matanya aku tau aku mencintainya. huwaa loveeeee this dialogue ;)
anita f4evermania

ivoneyolanda on 7 June 2011 at 09:38 said...

Uwaaaaaa sooo sweet ..... Cara hangat alami yg paling mujarab ya xixixixixi thanx for update ya mom rim chap 5 nya jangan lama2 ya

lyohana on 7 June 2011 at 11:03 said...

Spechless .....

Anonymous said...

HADOW..HADOW.... HADAOW... JADI MALU BACA YG TERAKHIR.... MALU...MALU...MALU....
KEREN....WAH BAHAYA NIH JADI KEPIKIRAN MACEM2....

JENG RIEMA HARUS TANGGUNG JAWAB... AYO LANJUTKAN... :) NTAR DI KASIH JEPOLNYA BANYAK DEH KLO PERLU SATU RW NGASIH SEMUA....

@WANTED@

Anonymous said...

Mommy Riemaaaaaaaaa....aw aw aw aaawwww dah!!!senaaannggg...untung hilang ingatannya ga kelamaan hahahahaa...sukaaa ch.4 ini...ayo terusin momriema.. ^__^ thumbs up!

-reita

Anonymous said...

mom Riema, yg ini gebrakan tuh buat miuchi sensei, mau donk klo sensei bikin versi yg kaya gini..,
asli, MM nya ori banget

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting