Friday 24 June 2011

Fanfic TK : Benang Merah Ch. 1

Posted by Miarosa at 13:23
Setting : Masumi berumur 18 saat lulus SMU


Benang Merah
(By Mia)


Chapter 1 : Musim semi di Karuizawa



Akhir bulan Maret cuaca tidak begitu dingin. Sisa-sisa musim dingin sudah tidak terasa lagi.Rumput-rumput mulai tumbuh di sepanjang jalan. Tunas-tunas bunga dan pohon mulai tumbuh.Udara yang sangat sejuk semilir angin yang berhembus membuat suasana terasa sangat menyegarkan. Musim semi adalah langkah baru bagi Masumi.Tepatnya awal bulan April Masumi akan mngadakan upacara kelulusan SMU. Upacara pelepasan murid kelas 3 SMU bukanlah hal yang menyenangkan. Terlihat wajah-wajah sedih . Hampir semua orang menangis dan isak tangis terdengar dimana-mana.Akhirnya upacara pelepasan berakhir dan semakin lama suara tangisan murid semakin terdengar keras.

‘’MAASSUUMMII’’.

Jin langsung merangkul Masumi dari depan dan Masumi berusaha untuk lepas dari rangkulan Jin.
‘’Kau ini apa-apaan. Lepaskan aku!’’
‘’Ah kau ini. Aku hanya ingin lebih dekat denganmu sebentar lagi kita akan berpisah dan kita akan menjalani kehidupan kita masing-masing. Selamat! Kamu telah menjadi lulusan terbaik sekolah ini. Para guru sangat kagum dan bangga padamu. Kamu memang murid yang sangat pintar’’.
‘’Terima kasih’’kata Masumi dingin.
‘’Selamat kau juga sudah diterima di universitas Tokyo’’.
‘’Bagaimana denganmu? Apa kamu masih berencana akan kuliah di Amerika?’’
‘’Tentu saja. Aku sudah diterima disalah satu universitas disana’’.
‘’Baguslah dan selamat untukmu’’.
‘’Terima kasih’’.
Jin merangkul pundak Masumi dan berjalan menuju kelas. Dalam perjalanan menuju kesana mereka berdua dihadang oleh sejumlah murid perempuan di depan pintu masuk sekolah.Mereka menarik-narik badan Masumi dan juga Jin. Mereka berdua adalah murid paling populer disekolah mereka.
‘’Masumi, aku ingin kancing nomor dua punyamu’’kata salah seorang murid perempuan.
‘’Aku juga’’kata mereka serentak.
‘’Kenapa aku harus memberikannya pada kalian? Aku tidak mau’’ kata Masumi dingin.
Para murid perempuan berusaha melepaskan kancing seragam Masumi. Mereka berlomba untuk mendapatkan kancing nomor dua darinya.Mereka mulai mencabut kancing seragam sekolahnya. Nasib Jin juga sama dengan Masumi. Para murid perempuan dengan paksa mencabut kancing seragam sekolah mereka berdua.
Di kejauhan seorang anak perempuan dengan berpakaian merah dan mengenakan topi merah sedang memperhatikan mereka dengan tatapan keingintahuan.
‘’Kancing nomor dua telah hilang’’kata salah satu murid perempuan.
Mereka mencari kancing itu kesana kemari.Masumi melihat kancingnya yang terjatuh lalu dengan cepat-cepat dia menyembunyikan dibawah kakinya kemudian secepat kilat dia mengambilnya. Masumi menyadari seorang anak perempuan sedang memperhatikannya dan pandangan mereka bertemu .
Masumi mendekati anak perempuan itu dan Jin memperhatikan Masumi yang masih di kelilingi murid perempuan yang masih berusaha mengambil kancingnya.
‘’Ini untukmu’’.
Masumi menyerahkan kancingnya pada anak perempuan itu dan dia menatap Masumi dengan heran.
‘’Untukku?’’
‘’Iya untukmu. Aku tidak ingin memberikan itu pada mereka. Mereka berisik sekali’’kata Masumi sambil mengedipkan matanya.
‘’Terima kasih’’.
Masumi mengusap-usap kepala anak perempuan itu dan tersenyum lembut kepadanya.
‘’Kamu dari tadi terus memperhatikan kami ya?’’
‘’Mmmm’’.
‘’Siapa namamu anak manis?’’
‘’Namaku...’’
Tiba-tiba Jin menarik Masumi dengan terburu-buru dan segera membawanya menjauh dari kerumunan murid perempuan. Masumi melihat kebelakang dan anak perempuan itu masih berdiri disana.Mereka berdua pergi ke atap sekolah dan memyaksikan  murid perempuan yang sedang sibuk mencari kancingnya. Masumi tidak lagi melihat anak perempuan tadi.Lalu mereka berbaring sambil menatap langit biru.
 ‘’Masumi, lihatlah dirimu berantakan sekali’’.
‘’Kau juga. Sepertinya mereka sudah berhasil mencabut semua kancingmu’’.
‘’Kau juga.Aaaahh...mereka benar-benar keterlaluan sekali. Seharusnya mereka tidak memakasamu untuk memberikan kancing seragamu.Kenapa mereka harus percaya kalau mendapatkan kancing nomor dua dari seragam sekolah orang yang disukai adalah jodoh yang sudah  ditakdirkan.Apa kamu percaya itu?’’
‘’Tentu saja tidak. Aku tidak percaya mitos seperti itu’’.
‘’Tapi murid-murid perempuan itu mempercayainya mungkin karena mereka menyukaimu. Selama kamu sekolah disini sudah banyak sekali surat cinta yang diberikan padamu, tapi kamu tidak memperdulikannya. Kamu langsung membuangnya ketempat sampah tanpa dibaca terlebih dahulu. Kasihan mereka sudah susah payah menulisnya’’.
‘’Aku tidak ada minat dengan itu’’.
‘’Kamu memang orang yang dingin dan tidak punya perasaan. Diantara murid laki-laki di sekolah ini yang dapat bertahan sebagai temanmu hanya aku seorang. Semuanya menghindar darimu karena mereka takut.Kamu juga selalu menatap murid perempuan dengan tatapan dinginmu. Sebenarnya penampilan dalammu tidak seperti itu.Kamu orang yang baik dan juga lembut.Aku tahu kamu memasang wajah dingin dan seram  hanya untuk tidak memperlihatkan kelemahanmu. Sebenarnya kamu orang yang sangat kesepian dan butuh teman’’.
‘’Kau berisik sekali’’.
‘’Kehidupan SMUmu hambar sekali menurutku. Setiap pagi kamu pergi kesekolah dan duduk dikursimu.Yang kamu lakukan adalah belajar dengan sangat rajin. Kamu tidak pernah bersosialisasi dengan teman-teman lainnya,tidak pernah ikut kegiatan klub. Kamu menutup hatimu untuk orang lain, tidak pernah menjalin hubungan asmara, tidak pernah tersenyum. Setelah aku pikir-pikir selama kita menjadi teman, aku belum pernah melihat senyummu sekali pun dan kamu juga sangat patuh pada perintah ayahmu dan tidak pernah melanggarnya. Kamu seperti robot saja. Apa kamu tidak pernah berpikir untuk mencari kebahagiaanmu sendiri?’’
‘’ Aku tidak tahu apa artinya kebahagiaan yang dapat kulakukan sekarang hanya menjalani hidupku yang sudah diatur oleh ayahku. Aku sudah banyak berhutang budi kepadanya karena dia mau merawatku setelah ibu meninggal. Kamu satu-satunya orang yang mengerti akan diriku’’.
‘’Tentu saja karena aku adalah sahabatmu’’.
‘’Terima kasih sudah mau menjadikan aku sebagai sahabatmu’’.
BRAAAKKK!
Mereka dikagetkan oleh pintu atap sekolah yang tiba-tiba terbuka dan mereka melihat kearah pintu .
‘’Rupaya kau, Emika. Menganggu kami saja’’kata Jin sambil memandangi Emika dengan wajah kesal.
‘’Aku sudah mencari kalian kemana-mana rupanya kalian ada disini sedang enak-enakan tidur’’.
Emika berdiri didepan kami dan melirik ke arah Masumi yang terlihat tidak peduli dengan kedatangannya. Masumi asyik menatap langit.
‘’Ada keperluan apa mencari kami?’’
‘’Sebentar lagi pak wali kelas kita akan berbicara mengenai rencana liburan kelas kita. Jadi kalian harus segera pergi ke kelas’’.
‘’Baiklah. Sebentar lagi kami akan menyusul kesana’’.
Emika langsung memasang wajah galak pada mereka berdua sambil berkacak pinggang.
‘’Kalian harus ikut denganku sekarang juga’’.
Jin dan Masumi bangun dan mereka mengikutinya masuk kelas. Di dalam kelas murid kelas 3 A sudah berkumpul Masumi, Jin dan Kyoko duduk di kursi masing-masing.
Sementara itu di depan gedung sekolah, murid perempuan masih mencari kancing seragam Masumi .
‘’Aku menyerah Sepertinya kancing itu sudah hilang’’kata salah satu murid perempuan.
‘’Aahhhh...aku ingin sekali memiliki kancing itu. Siapa tahu Masumi tiba-tiba menyukaiku’’.
‘’Jangan bermimpi kamu. Mana mungkin dia akan menyukaimu. Ratu kecantikan sekolah kita Emika Toyama saja ditolak olehnya. Padahal dia sangat cantik dan juga pintar’’.
‘’Benar juga. Eh, menurutmu tipe wanita yang disukai oleh Masumi itu seperti apa ya? ‘’
‘’Itu mana aku tahu’’.
‘’Aku lihat Masumi selalu menolak setiap kali ada wanita yang menyatakan cinta kepadanya. Dia sudah banyak membuat hati para wanita disini menangis.Termasuk diriku. Betapa beruntungnya wanita yang menjadi kekasihnya’’.
 ‘’Mungkin dia tidak ada minat dengan wanita’’.
‘’Mungkin juga. Sebaiknya kita masuk saja’’.
Satu persatu mereka berhenti mencari kancing dan akhirnya mereka semua masuk kedalam gedung sekolah.
****
Braaaakkk! Blam!
Pak Hiroshi Yamaguchi wali kelas 3 A masuk kedalam kelas dan mengedarkan pandangan keseluruh murid.
‘’Selamat siang!’’
‘’Siang!’’
‘’Pertama-tama saya ingin mngucapkan selamat pada kalian karena kalian sudah lulus semua. Kalian anak baik dan pintar. Aku senang sekali bisa menjadi wali kelas kalian dan sangat bangga pada kalian’’.
Pak Yamaguchi meneteskan air mata karena selama 3 tahun berturut-turut dia menjadi wali kelas 3 A dan sudah menganggap murid-muridnya seperti anaknya sendiri dan para murid pun mulai meneteskan air mata. Mulai besok mereka tidak akan bersekolah disini lagi dan mereka harus berpisah dengan wali kelas yang mereka sayangi dan disukai.Bagi mereka pak Yamaguchi adalah guru sekaligus wali kelas yang sangat baik. Mereka juga sudah menganggapnya sebagai ayah mereka.
‘’Aku berharap kalian nanti menjadi orang yang sukses dan aku juga berharap kalian tidak akan melupakanku’’.
Pak Yamaguchi dan para murid menangis semakin lama tangisan mereka semakin keras.
SROOOTTT.....SROOOOT!
Pak Yamaguchi membuang ingus di saputangannya dan menghapus air matanya dengan tangannya.Setelah para murid berhenti menangis dan suasana kelas kembali jadi hening, pak Yamaguchi kembali berbicara.
‘’Liburan kelas kita akan dilaksanakan sesuai jadwal yaitu jumat depan. Kalian harus kumpul jam 8 pagi di stasiun Shibuya. Jadi nikmati liburan kalian di Karuizawa sebaik mungkin karena liburan ini adalah untuk perpisahan kelas kita.Bawa barang kalian seperlunya. Apa kalian mengerti?’’
‘’Kami mengerti’’jawab mereka bersamaan.
‘’Bagus’’.
Pak Yamaguchi melihat ke arah Masumi yang sejak dari tadi tatapan matanya terus melihat ke arah luar jendela.
‘’Masumi....Masumi...’’
Jin yang duduk di belakang Masumi menepuk bahunya.
‘’Masumi, pak Yamaguchi memanggilmu’’.
Tapi Masumi juga tidak  bergeming, dia tetap menatap ke arah luar.Pak Yamaguchi sudah terlihat kesal menatap Masumi.
‘’MASUMI HAYAMI’’teriaknya.
Masumi terperanjat dan langsung berdiri.
‘’A..ada apa pak?’’
‘’Sebenarnya apa yang sedang kamu lihat diluar sana? Apa ada yang menarik? Dari tadi aku perhatikan kamu tampak melamun dan tidak memperhatikan yang aku ucapkan tadi’’.
Masumi menundukan kepala dan pipinya merona merah karena malu.
‘’Maaf’’.
‘’Tidak baik melamun di siang hari. Kamu masih muda jangan sering melamun’’.
‘’Baik’’.
‘’Masumi, aku akan menjadikan kamu sebagai ketua rombongan tur kita di Karuizawa’’.
‘’Eh..tapi saya...’’
‘’Tidak ada orang lain yang cocok selain kamu. Kamu sudah pernah pergi kesana dan aku yakin kamu sudah hafal daerah sana’’.
‘’Dari mana Anda tahu saya sudah mengenal daerah sana?’’
‘’Dari Jin’’.
Masumi langsung menoleh ke belakang menatap Jin dengan kesal, sedangkan Jin hanya tersenyum melihat kekesalan di wajah Masumi.Masumi mendesah.
‘’Baiklah pak’’.
‘’Bagus. Aku tahu pasti kamu akan menerimanya. Sedangkan untuk wakil ketua rombongan yaitu Emika Toyama’’.
‘’Baik’’.
‘’Bagus. Sekarang kalian boleh pulang dan jaga kesehatan kalian’’.
‘’Baik’’kata mereka serentak.
Murid-murid keluar kelas tinggal mereka bertiga yang masih ada di dalam kelas.
‘’Masumi, bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?’’
‘’Tidak Jin. Aku harus segera pergi ke Daito ayahku sedang menungguku disana’’.
‘’Yang ada dipikiranmu selalu pekerjaan ayahmu di kantor. Sekali-kali hilangkan pikiran itu. Bersenang-senanglah selagi kamu bisa melakukannya’’.
‘’Kau kan sudah tahu. Aku tidak bisa melakukannya.Waktuku hanya untuk bekerja di perusahaan ayahku. Dia ingin menjadikanku sebagai penerus Daito , jadi mulai dari sekarang aku harus lebih mengenal perusahaan ayahku’’.
‘’Terserah kau saja’’
‘’Kyoko, bagaimana kalau kita berdua saja pergi jalan-jalan?’’
‘’Maafkan aku Jin. Aku tidak bisa’’.
‘’Masumi, tunggu aku!’’
‘’Aaah...ternyata dia masih suka dengan Masumi’’keluh Jin.
Masumi berjalan dengan sangat cepat dan Emika harus setengah berlari untuk dapat menyusulnya.
‘’Masumi, kita pulang sama-sama’’.
Masumi diam dan terus berjalan dengan cepat sehingga Emika tertinggal dibelakang. Dia menatap Masumi dari belakang dengan pandangan sendu.Mereka berdua berdiri didepan pintu masuk. Emika kembali menatap Masumi. Wajahnya yang tertimpa sinar matahari terlihat sangat tampan.Mobil sedan hitam memasuki halaman sekolah dan berhenti di depan pintu masuk.
‘’Tunggu!’’
Emika menahan Masumi dengan mengenggam lengannya.
‘’Sebelum kamu pergi ada yang ingin aku katakan padamu’’.
‘’Cepat katakan. Aku harus segera pergi’’.
’’Masumi, meskipun kamu sudah menolakku, aku masih mencintaimu. Kamu adalah cinta pertamaku . Aku tidak akan pernah lupa perjumpaan pertama kita disekolah ini. Kamu sudah sangat baik padaku.Terima kasih. Aku senang bisa mengenalmu’’.
‘’Maaf. Aku tidak bisa membalas perasaanmu. Aku juga senang bisa mengenalmu. Sekarang tolong lepaskan tanganku’’.
‘’Oh..ma..maaf’’.
Masumi masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan sekolah.Selama dalam perjalanan Masumi duduk melamun sambil melihat kerah luar jendela mobil. Musim semi telah tiba. Tunas-tunas baru bermunculan dan bunga-bunga sudah mulai bermekaran. Terlihat anak-anak yang sedang asyik bermain di lapangan terbuka. Dia tidak begitu ingat kapan dia bermain seperti anak-anak lainnya sewaktu dia masih kecil.Lamunannya dibuyarkan oleh suara telepon.
‘’Halo ayah, aku sedang dalam perjalanan kesana. Sebentar lagi aku tiba....mmm baik. Aku akan segera menemui ayah di ruang rapat’’.
Setelah menutup teleponnya Masumi menyandarkan tubuhnya di kursi dan memejamkan matanya.
‘’Tuan, kita sudah tiba’’.
Masumi membuka mata dan melihat kesekeliling ternyata sudah ada didepan gedung Daito.Masumi melangkah masuk ke Daito dengan langkah cepat. Dia menyadari kalau dirinya sedang dibicarakan oleh para pegawai Daito. Terdengar kasak kusuk mengenai dirinya. Didepan ruang rapat Masumi merapikan dirinya dan mengambil nafas panjang kemudian mengetuk pintu,lalu masuk dan memberi salam pada anggota rapat. Masumi duduk disebelah ayahnya dan mendengarkan dengan seksama salah satu anggota rapat menjelaskan tentang rencana Daito untuk membuka cabang perusahaannya di Amerika. Setelah  satu jam akhirnya rapat selesai. Masumi mengikuti ayahnya kekantor.
Masumi duduk di sofa dan mengambil sebuah majalah dan membacanya.Sedangkan Eisuke langsung membaca beberapa dokumen yang sudah menumpuk di mejanya.
‘’Masumi, selamat kamu sudah lulus. Aku bangga padamu. Kamu sudah menjadi lulusan terbaik disekolahmu’’.
‘’Terima kasih’’kata Masumi tidak perduli tanpa mengalihkan pandangannya dari majalah yang sedang dibacanya.
‘’Bagaimana rencana liburanmu ke Karuizawa?’’
‘’Semuanya telah siap’’.
‘’Kamu harus hati-hati disana. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk menimpamu disana’’.
‘’Aku akan menjaga diriku. Ayah tidak perlu khawatir’’.
‘’Bagus’’.
Masumi tahu kalau ayahnya mengkhawatirkan dirinya karena dia adalah calon penerus Daito.
‘’Malam  ini kita akan menemui Chigusa Tsukikage’’kata Eisuke tiba-tiba.
‘’Apa kedatangan ayah kesana untuk membujuknya untuk menyerahkan hak pementasan bidadari merah kepada Daito?’’
‘’Benar’’.
‘’Rupanya ayah masih belum menyerah juga untuk mendapatkannya’’.
‘’Aku tidak akan menyerah begitu saja. Hak pementasan bidadari merah harus ayah dapatkan darinya’’.
‘’Apa ayah masih mencintai bu Mayuko?’’
‘’Kenpa kau tanyakan itu?’’
‘’Hanya ingin tahu saja. Karena ayah begitu terobsesi untuk mendapatkan hak pementasan bidadari merah’’.
‘’Aku masih mencintainya, tapi sayangnya dia tidak pernah mencintaiku mungkin seumur hidupnya dia akan terus membenciku. Aku sangat terpesona dengan penampilannya sebagai bidadari merah. Saat itu juga  aku ingin sekali memiliki hak pementasan bidadari merah’’.
‘’Dan ayah sampai sekarang belum mendapatkannya’’.
‘’Kalau ayah masih belum mendapatkannya, kamu yang harus mendapatkannya. Berjanjilah kamu harus mendapatkan hak pemenatsan bidadari merah apa pun cara yang akan nanti kamu lakukan’’.
‘’Baiklah. Aku akan berusaha  mendapatkannnya’’.
‘’Bagus. Sebelum kita menemui Mayuko  kita akan meninjau seluruh kegiatan di Daito padamu dan juga aku akan mengajakmu menemui pak Takuya Harada. Dia adalah salah satu pengusaha terkenal di Jepang. Perusahaannya bergerak dibidang industri makanan, perminyakan dan perbankan. Pak Harada adalah salah satu kolega terpenting ayah.Aku ingin kamu nanti siap ketika  akan menjadi direktur utama disini’’.
‘’Baik’’.
‘’Aku akan menuruti kemauan ayah dan menjadi direktur utama disini. Aku akan mendapatkan hak pemenatasan bidadari merah . Aku lakukan itu bukan demi ayah tapi untukku. Ayah sama sekali tidak pernah memperdulikan ibu yang ayah perdulikan hanya pementasan bidadari merah’’kata Masumi dalam hati.
Selama satu jam Masumi dan Eisuke berkeliling Daito untuk menunjukan segala kegiatan dan permasalahan yang sedang berlangsung di perusahaannya. Eisuke juga memperkenalkan Masumi pada semua pegawai Daito dan juga para aktris,aktor dan penyanyi di bawah naungan Daito.Ini pertama kalinya Eisuke memperkenalkan secara resmi kepada para pegawainya satu persatu-satu dan mengajak Masumi berkeliling Daito.Biasanya  Eisuke hanya mengajak Masumi dalam kegitan rapat dan mempelajari dokumen-dokumen penting perusahaan dan bertemu dengan para klien ayahnya.
Lalu mereka pergi ke tempat golf dimana Takuya Harada sering menghabiskan waktu luangnya dengan bermain golf.
‘’Halo pak Harada, apa kabar?’’
‘’Aku baik. Sudah lama kita tidak bertemu. Aku dengar akhir-akhir ini kesehatanmu kurang baik’’.
‘’Anda benar kesehatanku memang sedang kurang baik. Tidak lama lagi aku akan menyerahkan semua pekerjaan dikantor pada anakku. Oh ya, kenalkan ini Masumi. Dia adalah calon penerusku’’.
‘’Aku Masumi. Senang bisa bertemu Anda’’kata Masumi sambil mengulurkan tangannya.
Pak Harada dan Masumi bersalaman. Eisuke hanya tersenyum.
‘’Kamu anak yang sangat tampan. Pak Hayami begitu mempercayai Anda untuk menjadi calon penerusnya’’.
‘’Aku akan berusaha dengan segala kemampuanku’’.
‘’Pasti kamu akan menjadi direktur yang sangat hebat. Aku percaya itu’’.
‘’Terima kasih’’.
‘’Pak Hayami, anak Anda kelihatannya akan menjadi seorang direktur yang akan disegani oleh banyak orang’’.
‘’Tentu saja karena aku mendidik dia supaya dia dapat meneruskan dan mengembangkan perusahaanku’’.
‘’Sayang sekali. Aku tidak memiliki anak perempuan. Kalau saja aku memilikinya pasti aku sudah menjodohkannya dengan anak Anda’’.
‘’Benar juga. Sayangnya Anda tidak punya’’.
‘’Masumi,bagaimana kalau kita bermain golf sama-sama?’’
‘’Mmm...baiklah’’.
Masumi dan pak Harada bermain golf dengan serius sampai matahari mulai terbenam.Kemudian mereka mengakhiri permainan golf mereka dengan hasil Masumi memenangkan permainan.
‘’Permainan golfmu bagus. Aku kalah darimu. Siapa yang mengajarimu?’’
‘’Tidak ada yang mengajariku.Aku belajar sendiri’’.
‘’Kamu memang hebat’’kata pak Harada sambil menepuk punggung Masumi.
Pak Harada menjauh dari Masumi dan berbicara dengan asistennya. Eisuke mendekati Masumi dan berjalan disampingnya.
‘’Sepertinya pak Harada menyukaimu. Itu bagus. Aku ingin kamu membina hubungan yang baik dengannya. Mungkin suatu hari nanti kalian akan saling membutuhkan’’.
‘’Baik’’.
Masumi dan Eisuke berjalan mendekati pak Harada.
‘’pak Harada, kami mau permisi pulang’’.
‘’Baiklah, tapi kalian boleh pulang setelah makan malam denganku. Bagaimana?’’
‘’Baiklah. Aku terima undangan makan malam Anda’’.
‘’Ayah, bukannya kita akan menemui bu Mayuko’’bisik Masumi.
‘’Kita akan menemuinya setelah makan malam’’.
Mereka meninggalkan lapangan golf dan menuju restoran yang masih berada di kawasan lapangan golf.Pelayan restoran mengantarkan mereka ketempat duduk dan mereka mulai memesan makanan.
‘’Masumi, sekarang kamu kelas berapa?’’
‘’Aku baru saja lulus’’.
‘’Benarkah? Itu bagus’’.
‘’Masumi lulus dengan nilai terbaik’’.
‘’Hebat. Pasti Anda sangat bangga pada Masumi, benarkan?’’
‘’Tentu saja karena dia satu-satunya anakku yang aku punya’’.
Tidak lama kemudian makanan datang dan mereka langsung menyantapnya.
‘’Makanan ini enak sekali’’kata pak Harada tiba-tiba.
‘’Iya memang enak. Tapi masakan di rumahku lebih enak karena kami mempunyai koki terbaik’’kata Eisuke.
‘’Benarkah? Kalau begitu kapan-kapan aku harus mencicipi masakan koki yang ada dirumah Anda’’.
‘’Tentu saja dengan senang hati. Pasti Anda akan ketagihan setelah mencicipi masakan koki kami’’.
‘’Hahahahaha....’’
‘’Aku dengar sekarang Takatsu grup sedang memperluas bisinis mereka. Klan Takamiya memang hebat dan aku dengar kalau mereka adalah saingan terberat Anda’’.
‘’Itu benar. Mereka adalah saingan terberat keluargaku sejak 200 tahun yang lalu’’.
‘’Eh, sejak 200 tahun yang lalu. Itu sudah benar-benar sangat lama’’.
‘’Mereka bukan saja saingan tapi juga musuh kami’’.
‘’Musuh?’’
‘’Iya. Persaingan dan permusuhan keluargaku dan keluarga Takamiya sudah berlangsung sejak 200 tahun yang lalu’’.
Wajah pak Harada  terlihat sangat muram mengenang masa lalu keluarganya yang begitu kelam.
‘’Anda percaya dengan penyihir dan kutukan?’’
Masumi mulai sangat tertarik mendengar pembicaraan ayahnya dengan pak Harada.
‘’Kenapa Anda berbicara soal itu?’’
‘’Pasti Anda tidak akan percaya dengan hal seperti itu. Di jaman modern sekarang ini mana ada hal yang seperti itu, bukan?’’
‘’Terus terang saja aku tidak percaya’’.
‘’Aku sudah menduganya. Tapi keluarga kami mempercayainya. Keluargaku mempunyai sejarah yang sangat kelam. Keluargaku di masa lalu dan klan Takamiya saling membenci. Sebenarnya aku ingin sekali menghapus kebencian diantara kami dan menghentikan permusuhan, tapi sepertinya kebencian leluhur keluargaku dan leluhur mereka terlalu kuat’’.
Eisuke menelan ludah berkali-kali mendengar sejarah keluarga Harada yang begitu kelam. Dia sama sekali tidak menyangkanya klan Takamiya dan Harada ada permusuhan dan persaingan yang sudah berlangsung cukup lama.Akhirnya mereka menyelesaikan makan malam mereka dan mereka berpamitan untuk pulang.
‘’Kamu dengarkan pembicaraan aku dengan pak Harada tadi’’.
‘’Aku dengar. Kisah keluarganya sangat menarik’’.
‘’Benar. Aku tidak percaya pak Harada dan dan keluarganya mempercayai hal-hal yang berbau sihir dan kutukan’’.
Tidak terasa akhirnya mereka tiba dikediaman bu Mayuko. Mereka turun dari mobil.Bu Mayuko sedang membaca sebuah majalah di ruang tamu dan pak Genzou datang menghampirinya.
‘’Maaf bu, ada pak Hayami dan anaknya datang’’.
‘’Sebenarnya mau orang itu apa lagi. Pasti dia ingin aku menyerahkan hak pemenatasan bidadari merah lagi.Genzou, suruh mereka masuk’’.
‘’Baik’’.
Eisuke dan Masumi diantar pak Genzou ke ruang tamu dan bu Mayuko sudah menunggu mereka disana.
‘’Wah...wah....Anda datang lagi kesini. Sepertinya Anda belum menyerah juga. Kalau kedatangan Anda kesini untuk mendapatkan hak pementasan bidadari merah sebaiknya lupakan saja karena aku tidak akan memberikannya’’.
‘’Jadi kamu tidak akan menyerahkan hak itu padaku meskipun aku sudah menawarkan banyak uang kepadamu’’.
‘’Iya. Berapa pun uang yang akan Anda berikan padaku, aku tidak akan memberikannya padamu. Aku tidak akan memberikannya pada orang sepertimu. Kamu sudah menyebabkan Ichiren bunuh diri, jadi mana mungkin aku akan menyerahkannya padamu’’.
Bu Mayuko menatap Masumi dari ujung kaki sampai ujung rambut. Masumi yang terus diperhatikan oleh bu Mayuko jadi gugup.
‘’Jadi kali ini kamu kesini membawa anakmu. Apa kamu juga meminta bantuan anakmu agar aku menyerahkan hak itu padamu’’.
‘’Mayuko, kenalkan ini Masumi. Dia adalah calon penerus Daito. Setelah dia siap ,aku akan mengangkat dia sebagai direktur utama Daito. Dia yang akan menggantikanku untuk mendapatkan hak pementasan bidadari merah jika aku tidak berhasil mendapatkannnya darimu’’.
‘’Jadi kamu Masumi. Kamu memang anak yang tampan dan juga sepertinya kamu anak yang pintar. Pantas saja ayahmu berniat menjadikanmu sebagai direktur utama Daito’’.
‘’Terima kasih. Saya banyak mendengar tentang Anda dari ayah. Baru kali ini saya bertemu dengan Anda. Aku sangat senang bisa bertemu dengan Anda. Anda memang persis seperti dikatakan ayah. Anda wanita yang cantik. Pantas saja ayah jatuh cinta kepada Anda’’.
‘’Jadi ayahmu sudah menceritakan banyak tentang diriku?’’
‘’Iya’’.
‘’Kamu anak yang berterus terang. Aku suka’’.
‘’Jadi Mayuko, kamu masih tetap dengan pendirianmu tidak akan menyerahkan hak pementasan itu padaku’’.
‘’Iya. Jadi mulai sekarang kamu jangan tidak perlu datang-datang lagi kesini untuk membujukku. Tidak ada gunanya. Aku sendiri yang akan mencari orang yang akan memerankan bidadari merah kalau aku sudah menemukan orang yang tepat, aku yang akan melatihnya’’.
‘’Baiklah kalau itu sudah jadi keputusanmu, tapi ingat kalau aku tidak akan menyerah begitu saja. Masumi, ayo kita pulang’’.
‘’Selamat malam!’’kata Eisuke sambil memandang bu Mayuko dengan wajah kesal.
Eisuke dan Masumi masuk kedalam mobil dan meninggalkan kediaman bu Mayuko. Eisuke terlihat sangat kesal.
‘’Masumi, sepertinya aku tidak akan pernah berhasil untuk mendapatkannya. Aku serahkan semua ini padamu. Jangan kecewakan ayah bagaiamana pun caranya kamu harus mendapatkannya’’.
‘’Tentu saja’’.
‘’Hari ini aku lelah sekali. Mungkin karena aku sudah tua jadi cepat merasa lelah’’.
‘’Ayah harus banyak istirahat’’.
‘’Itu akan kulakukan setelah aku menyerahkan semua pekerjaanku padamu’’.
Mobil memasuki halaman rumah Hayami dan mereka langsung menuju kamar masing-masing untuk beristirahat.
****
Bulan April telah tiba. Masumi membuka pintu jendela kamarnya. Angin musim semi langsung berhembus masuk kedalm kamarnya. Langit sangat cerah.
Tok...tok....tok....
‘’Masuk!’’
‘’Maaf tuan. Mobil sudah siap’’.
‘’Terima kasih pak Asa. Aku akan turun sebentar lagi’’.
‘’Baik’’.
Pak Asa pergi dan menutup pintu kamar . Masumi masih berdiri di balkon kamarnya menghirup udara pagi di musim semi.
‘’Semoga cuaca hari ini sangat cerah, sehingga liburan kami akan menyenangkan’’.
Masumi mengambil tasnya di atas tempat tidur dan turun ke bawah.
‘’Kamu akan pergi sekarang?’’
‘’Iya ayah’’.
‘’Hati-hati dijalan’’.
Masumi telah tiba di stasiun Shibuya dan melihat Jin sedang berbicara dengan Emika.
‘’Halo Jin, Emika!’’
‘’Masuuumiii’’kata Jin langsung memeluk Masumi.
‘’Apa kabar kalian berdua?’’
‘’Aku baik-baik saja’’Kata Jin.
‘’Aku juga baik’’kata Emika.
‘’Masumi, sahabatku tercinta bagaimana kabarmu?’’
‘’Aku baik’’.
‘’Kenapa kamu tidak menghubungiku selama seminggu ini?’’
‘’Maaf. Aku sangat sibuk’’.
‘’Sudah kuduga’’.
‘’Yang lainnya mana. Apa mereka belum datang? Sebentar lagi kereta akan pergi’’.
‘’Sepertinya belum, tapi pak Yamaguchi sudah datang. Sekarang dia sedang pergi ke toilet’’.
Beberapa menit kemudian murid lainnya datang secara bersamaan.
‘’Maaf kami datang terlambat’’.
‘’Sudah tidak apa-apa Mika san. Syukur kalian datang tidak begitu terlambat. Masumi san, cepat kamu absen mereka satu persatu’’kata pak Yamaguchi.
‘’Baik’’.
Masumi mulai mengabsen teman-teman sekelasnya dan semua temannya sudah datang, kemudian mereka masuk ke dalam kereta. Masumi dan Jin duduk di kursi ke empat dari depan disebelah kanan, sedangkan Emika duduk dibelakang Masumi dan Jin.Selama dalam perjalanan Masumi terus membaca buku novel berjudul the dante club berbahasa inggris sedangkan Jin tidur .Setelah menempuh perjalananan kurang lebh 2 jam dari Tokyo menuju Karuizawa, Nagano dengan shinkansen, mereka turun dan mobil jemputan telah menunggu mereka di depan stasiun.
Setengah jam kemudian mereka tiba di hotel yang dikelilingi oleh gunung dan juga hutan.Pemandangan disekitar hotel sangat indah. Udara segera selalu berhembus. Setelah pak Yamaguchi chek in dan membagikan nomor kamar pada murid-muridnya Masumi dan Jin mendapatkan kamar yang sama. Sebenarnya Jin memaksa pak Yamaguchi agar dia dan Masumi tidur dalam satu kamar. Karena sepertinya tidak ada murid laki-laki yang tidak ingin tidur sekamar dengannya.
‘’Kita beruntung Masumi mendapatkan kamar dengan pemandangan yang sangat bagus. Bahkan aku bisa mencium bau pohon dan tanaman lain disini’’.
Masumi masih sibuk membereskan barang-barangnya dan tidak menghiraukan Jin.
‘’Masumi, lihat itu!’’
Dilihatnya Masumi sedang berbaring di tempat tidur . Jin menarik lengan Masumi dengan paksa, tapi Masumi menepisnya dan tidak mau bangun.
‘’Masumi cepat ikut aku ke balkon. Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu’’.
Jin terus menarik lengan Masumi dan akhirnya Masumi menyerah dan mengikuti Jin ke balkon.
‘’Sebenarnya apa yang ingin kamu tunjukkan kepadaku’’.
‘’Lihat itu!’’
Masumi bingung apa yang ditunjukkan Jin dengan jari telunjuk mengarah keatas.
‘’Aku tidak lihat apa-apa’’.
‘’Perhatikan tanganku. Lihat diatas bukit tinggi itu. Kau lihat disana ada sebuah mansion putih yang menjulang tinggi’’.
‘’Iya aku lihat. Memangnya ada apa dengan mansion itu? Tidak ada yang aneh dengan itu’’.
‘’Ah kau ini. Menurut yang aku dengar disini ada mansion putih mewah dan katanya berhantu. Kau percaya itu?’’
‘’Aku tidak percaya. Apa kamu percaya?’’
Masumi membalikkan badannya dan berbaring lagi di tempat tidur. Jin juga kemudian berbaring ditempat tidurnya.
‘’Entahlah. Aku tidak tahu antara percaya dan tidak. Aku tidak mengira kalau kamar kita akan berhadapan langsung dengan mansion itu.Hiiiiiiii.....’’.
Jin merinding ketakutan sambil memeluk dirinya sendiri sedangkan Masumi mengeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah teman sekamarnya.
‘’Mansion itu jauh dari hotel kita. Kau tidak perlu ketakutan seperti itu’’.
‘’Si..siapa yang takut’’.
‘’Belum tentu cerita yang kamu dengar itu benar’’.
‘’Tapi cerita tentang mansion yang ada di bukit itu sudah terkenal disini. Kata orang-orang disini dari mansion itu selalu terdengar jeritan dan erangan seseorang. Pada malam hari jeritan itu akan terdengar sangat jelas. Baik siang ataupun malam mansion itu menyeramkan tidak ada orang yang berani mendekati bangunan itu. Penghuni mansion itu tidak pernah menampakan dirinya. Hanya sesekali pembantu rumah itu keluar untuk membeli bahan-bahan makanan. Aku heran ada juga orang yang mau bekerja sebagai pembantu di mansion itu kalau aku ditawarin untuk bekerja disana aku sudah pasti akan langsung menolaknya’’.
‘’Siapa juga yang akan menawarkan pekerjaan itu padamu disana’’.
‘’Itukan seandainya.Pokoknya aku tidak ingin berada dekat-dekat dengan mansion itu.Hiiiiiiii.....’’.
Jin melihat Masumi yang sedang memandang langit-langit kamar dengan pandangan kosong.
‘’Masumi, kenapa kamu tidak terima saja perasaan Emika. Dia itu mencintaimu. Dia cantik dan juga baik. Menurutku kalian adalah pasangan yang sangat serasi’’.
‘’Yang dikatakan kamu benar dia cantik dan juga baik, tapi aku tidak mencintainya. Jantungku tidak berdetak kencang saat berada didekatnya. Aku tidak merasakan getar-getar cinta dengannya’’.
‘’Sepertinya kamu tidak ada waktu untuk memikirkan cinta. Diotakmu sudah dipenuhi oleh pekerjaan’’.
‘’Bukan begitu. Hanya saja aku masih belum menemukan belahan jiwaku yang sebenarnya’’.
‘’Belahan jiwa? Apa kamu percaya dengan itu?’’
‘’Iya. Belahan jiwaku mungkin sekarang berada disuatu tempat yang keberadaanya belum aku ketahui. Kalau sudah saatnya aku bertemu pasti akan bertemu. Meskipun aku harus menunggunya selama bertahun-tahun’’.
‘’Ternyata kamu percaya tentang keberadaan belahan jiwamu’’.
‘’Kau suka dengan Emika?’’
Wajah Jin langsung merona merah dan terlihat gugup. Masumi tersenyum nakal.
‘’Kalau dilihat dari sikapmu dan cara kamu memperhatikannya, aku rasa kamu memang menyukainya. Apa yang akau katakan salah?’’
‘’A..a..aku tidak menyukainya’’.
‘’Ayolah Jin jangan bohong. Akui saja kalau kamu menyukainya. Apa kamu tidak berani mengakuinya karena dia menyukaiku? ‘’
‘’Tidak apa-apa kalau aku menyukainya?’’
‘’Tentu saja tidak apa-apa. Kenapa kamu harus minta izin kepadaku dulu, kau bebas untuk mencintainya’’.
‘’Aku yakin dia akan langsung menolakku begitu aku menyatakan perasaanku padanya karena dia jelas-jelas mencintaimu’’.
Tok....tok....tok...
‘’Masumi...Jin....’’
‘’Pak Yamaguchi’’kata mereka bersamaan.
Masumi dan Jin langsung bangun dan Jin membukakan pintu dan pak Yamaguchi masuk kedalam.
‘’Sekarang waktunya kita jalan-jalan. Masumi  kamu ketua rombongan bersiap-siaplah. Aku tunggu kalian dibawah’’.
‘’Baik’’kata mereka bersamaan lagi.
Masumi dan Jin sudah berada di lobi hotel. Pak Yamaguchi dan teman-temannya sudah menunggu. Masumi melihat Emika. Dia memakai celana selutut dan kaos berwarna abu-abu di padu dengan kardigan lengan panjang yang sewarna.Dia terlihat sangat cantik .Masumi melihat Jin terus memperhatikan Emika .
‘’Jin, Emika terlihat sangat cantik hari ini’’bisik Masumi ditelinga Jin.
Wajah Jin langsung memerah.
‘’Aku tahu. Tapi kelihatannya dia terus memperhatikanmu’’bisik Jin sedih.
‘’Aku akan memberikan kesempatan untuk kalian berdua. Aku akan menghilang sebentar dari kalian supaya kalian bisa berduaan’’.
‘’Terima kasih’’.
Masumi dan Emika mulai memandu teman-temannya jalan-jalan di Karuizawa. Menaiki gunung yang tidak terlalu tinggi dan melihat pemandangan alam dari sana. Mereka istirahat dan makan siang disana. Masumi, Emika dan Jin makan bersama di satu tempat. Masumi menyadari kalau Emika selalu mencuri-curi pandang pada dirinya.
‘’Hei Masumi, Emika kalian dengar tidak?’’
‘’Dengar apa?’’Kata Masumi heran.
‘’Suara tadi’’.
‘’Suara?’’kata Masumi masih menatap Jin heran.
‘’Iya Jin suara apa yang kau maksud. Aku tidak mendengar apa-apa’’kata Emika.
‘’Suara jeritan seseorang. Apa kalian tidak mendengarnya?’’
‘’Kau jangan membuatku takut Jin’’kata Emika sambil merapatkan diri pada Masumi.
Masumi merasa tidak nyaman Emika terus merapat pada tubuhnya apa lagi tangannya memeluk lengannya dengan kuat.
‘’Aku benar-benar mmendengarnya’’.
‘’Mungkin itu hanya suara angin’’kata Masumi dingin.
‘’Masa angin punya suara. Coba pejamkan mata kalian dan dengarkan baik-baik’’.
Mereka bertiga memjamkan mata dan memasang telinga baik-baik dan tidak lama kemudian  terdengar suara jeritan panjang dan keras. Semua teman-temannya yang sedang makan siang terlonjak kaget.
‘’Apa itu?’’kata salah satu murid perempuan.
Mereka semua langsung berdiri dan mencari asal sumber suara tadi, kemudian jeritan terdengar lagi. Jeritan itu terdengar sangat menyakitkan.
‘’Masumi....Masumi...lihat itu. Aku yakin suara itu berasal dari mansion putih itu’’.
Dari atas bukit Masumi dapat melihat jelas  mansion putih itu . Mansion itu dikelilingi oleh pohon spruce , pohon Sakura yang bermekaran dan memiliki pagar gerbang putih yang sangat tinggi dan halamannya teratur dengan sangat rapi. Masumi tidak percaya kalau jeritan tadi berasal dari mansion itu. Menurutnya mansion itu tidak seseram yang dikatakan oleh 0rang-orang. Memang tempatnya sangat jauh dari rumah-rumah penduduk disekitar sini.Para murid terlihat ketakutan.
‘’Anak-anak tenang. Kalian jangan takut’’ kata pak Yamaguchi berusaha menenangkan muridnya.
‘’Aku pernah dengar cerita kalau disini ada mansion seram dan sering terdengar jeritan-jeritan dan katanya mansion itu berhantu’’ kata salah satu murid laki-laki.
‘’Hiiiiiiiiiiiii........’’ kata mereka bersamaan.
Masumi mendekati mereka .
‘’Mana ada hantu disiang hari begini. Kalian jangan berpikir yang macam-macam’’.
‘’Kalau bukan hantu apa ?’’
‘’Mana aku tahu. Mungkin itu hanya jeritan orang yang kesakitan’’.
‘’Temanku yang tinggal disini pernah mengatakan pada tengah malam suara jeritan itu terdengar sangat jelas sekali dan ada beberapa mobil yang menuju ke mansion itu, karena penasaran temanku pergi ke mansion itu dan melihat mereka berpakaian aneh. Mereka memakai jubah hitam dengan penutup kepala. Seperti orang yang akan melakukan ritual’’.
‘’Ritual yang seperti dilakukan oleh penyihir?’’kata Jin yang sangat antusias mendengar cerita teman perempuan di kelasnya.
‘’Iya. Seperti itulah. Aku tidak tahu apa itu benar atau tidak. Aku hanya mendengarnya dari temanku’’.
‘’Apa kamu tahu mansion itu milik siapa?’’kata Masumi.
‘’Aku tidak tahu’’.
Masumi kembali melihat mansion itu denagan tatapan keingintahuan.Masumi lalu mengambil teropong yang ada ditas ranselnya.
‘’Masumi, apa yang kamu lihat disana?’’
‘’Aku lihat ada sebuah mobil sedan hitam berhenti tepat didepan pintu gerbang dan dari mobil itu keluar seorang kakek tua dan seorang gadis cantik dan wajahnya terlihat pucat. Gadis itu sepertinya masih duduk di SMU.
Mereka berdua masuk dan gadis itu terlihat ketakutan ketikan akan memasuki mansion itu.Pintu masuk terbuka. Disana ada seorang pembantu yang sudah tua menyuruh mereka masuk dan mereka hilang di balik pintu itu.
‘’Masumi, ayo katakan apa yang kamu lihat disana?’’kata Jin penasaran.
‘’Tidak ada yang menarik. Aku lihat ada tamu yang mengunjungi mansion itu’’.
‘’Tamu? Siapa yang mau bertamu ketempat yang seram itu’’.
‘’Mana aku tahu’’.
Jeritan kembali mulai terdengar.
‘’Sebaiknya kita pergi dari sini’’kata Masumi kepada teman-temannya.
‘’Pak Yamaguchi, apakah Anda setuju denganku?’’
‘’Kamu benar sebaiknya kita pergi dari sini dan kita pergi ketempat yang lebih menyenangkan’’.
Mereka dengan cepat membereskan barang-barang mereka. Masumi kembali memandu mereka mengunjungi tempat-tempat lainnya.Disepanjang jalan bunga-bunga Sakura bermekaran dan kelopak bunganya berguguran tertiup angin. Pemandangan yang indah.Akhirnya mereka berhenti ditempat tujuan akhir perjalanan mereka. Mereka pergi kesebuah danau. Disana banyak orang. Ada yang menancing, ada yang berperahu atau hanya duduk-duduk saja disekitar danau. Danau itu dikelilingi oleh pohon Sakura yang sedang bermekaran dan bunganya berjatuhan ke danau.
‘’Masumi, bagaimana kalau kita naik perahu?’’
‘’Maaf Emika. Aku sedang tidak ingin berperahu. Kalau kamu mau kamu bisa mengajak Jin’’.
Masumi melihat Jin yang sedang mendekat kemari.
‘’Hei Jin, Emika ingin naik perahu. Bisakah kamu menemaninya?’’
‘’Tentu saja. Ayo Emika’’kata Jin sambil menarik lengannya.
Masumi megedipkan sebelah matanya pada Jin.Setelah Jin dan Emika hilang dari hadapannya, Masumi berjalan-jalan di sekitar danau sendirian bunga-bunga Sakura berguguran . Di bawah pohon Sakura terlihat anak perempun yang sedang menangis. Wajahnya di berada diantara kedua kakinya. Masumi mendekatinya.
‘’Kamu tidak apa-apa?’’
Anak perempuan itu mengangkat wajahnya dan menatap Masumi dengan wajah bersimbah air mata.
‘’Kakak kancing seragam sekolah’’.
‘’Eehh...’’
‘’Kakak tidak ingat aku. Kakak memberikan aku kancing seragam sekolah’’.
‘’Ah..rupanya kamu. Maaf aku tidak mengenalmu karena waktu itu kamu memakai topi. Lalu kenapa kamu menangis sendirian disini? Mana ibumu?’’
‘’Aku terjatuh dan kakiku berdarah’’.
Ana perempuan itu memperlihatkan kakinya yang berdarah pada Masumi.
‘’Lukanya tidak terlalu parah, tapi kamu harus segera diobati supaya tidak terkena infeksi’’.
Masumi lalu mengeluarkan sapu tangannya untuk menutupi luka anak kecil itu dan mencari tempat duduk yang kosong. Mata Masumi melihat sebuah bangku kosong yang tidak jauh dari mereka berada.
‘’Anak manis, kamu duduk disini dulu jangan pergi kemana-mana. Aku akan membeli obat untuk mengobati lukamu’’.
‘’Mmmm...baik’’.
Masumi segera lari menuju apotik terdekat dan tidak lama membawa beberapa obat. Masumi duduk disamping anak kecil itu dan mulai memberihkan lukanya.
‘’AAWWWW’’
‘’Sakit ya?’’
Gadis kecil itu menganggukan kepalanya dan Masumi tersenyum lembut kepadanya.
‘’Tahan sedikit . Sebentar lagi selesai’’.
Gadis kecil itu meringis kesakitan sementara Masumi tetap fokus mengobati lukanya.
‘’Sudah selesai. Sekarang kamu sudah tidak apa-apa’’kata Masumi sambil mengusap-usap kepalanya.
‘’Terima kasih’’.
‘’Apa yang kamu lakukan disini?’’
‘’Aku sedang jalan-jalan’’.
‘’Lalu ibumu?’’
‘’Ibu ada di penginapan sedang tidur karena kelelahan dalam perjalanan kesini, jadi aku jalan-jalan sendirian disini. Tempat aku menginap tidak jauh dari sini’’.
‘’Jadi kamu sedang liburan bersama ibumu’’.
‘’Iya. Tidak hanya dengan ibu tapi juga dengan teman ibuku’’.
Masumi melihat ada sebuah toko es krim di seberang jalan.
‘’Kamu mau makan es krim bersama denganku disana?’’
‘’Kakak mau membelikan aku es krim?’’
‘’Tentu saja’’.
Masumi dan gadis kecil pergi membeli es krim dan gadis kecil itu terlihat sangat senang.Dari sana terdengar tawa riang dari keduanya.Masumi berpikir kalau gadis kecil ini sangat menggemaskan. Dan dihatinya muncul keinginan untuk memiliki seorang adik perempuan, tapi hal itu tidak mungkin dapat terwujud.Setelah selesai makan es krim Masumi dan gadis itu berjalan-jalan kembali disekitar danau dan mereka melihat sebuah rumah kayu berlantai dua yang sangat indah dan juga nyaman. Halaman rumah itu dikelilingi oleh bunga lavender dan mereka berdua dapat mencium aroma harum dari bunga itu.
Di depan rumah itu ada sebuah ayunan dan gadis kecil itu duduk diayunan Masumi mendorong ayunan itu. Gadis kecil itu tertawa sangat keras dan Masumi kelihatan sangat senang.
‘’Kalian kelihatan sangat gembira sekali’’kata seorang pria setengah baya.
Masumi dan gadis kecil itu terkejut dan Masumi menghentikan ayunannya.
‘’Maaf. Seharusnya aku minta izin terlebih dahulu untuk menggunakan ayaunan ini’’kata Masumi.
‘’Tidak perlu minta izin kalian boleh menggunakannya. Ayunan itu dipakai oleh siapa saja yang mau’’.
‘’Terima kasih’’.
‘’Adikmu sangat lucu dan cantik’’.
‘’Dia bukan adikku’’.
‘’Eh , bukan adik? Lalu?’’
‘’Kami hanya teman saja’’.
‘’Oh begitu. Aku pengurus rumah ini. Namaku Taro Odaki’’.
‘’Senang berkenalan dengan Anda.Taman yang sangat bagus. Bunga lavendernya banyak sekali’’.
‘’Benar. Pemilik rumah ini sangat menyukai bunga lavender’’.
‘’Pemandangan danau dari disini juga sangat bagus’’.
‘’Apa kamu salah satu wisatawan disini?’’
‘’Iya. Aku dan teman-teman sekelasku sedang liburan disini. Sebenarnya aku memiliki villa tidak jauh dari sini. Jadi aku sering datang kesini’’.
‘’Aaaahhh....’’kata gadis kecil itu dan langsung turun dari ayunan.
‘’Ada apa?’’ kata Masumi heran.
‘’Aku harus segera kembali ke penginapan. Pasti ibu khawatir menungguku pulang. Kakak terima kasih sudah mau menolongku dan menemaniku jalan-jalan. Aku tidak akan pernah melupakannya’’.
Gadis kecil itu langsung berlari tanpa sempat Masumi berkata apa-apa.
‘’Gadis kecil yang lincah bukan?’’
‘’Iya’’.
‘’Oh ya , aku belum tahu siapa namamu?’’
‘’Aku Masumi Hayami’’.
‘’’Dan gadis kecil itu?’’
‘’Ah...aku lupa menanyakan namanya lagi’’.
‘’Jadi kamu tidak tahu namanya’’
‘’Iya. Sudah dua kali bertemu, tapi aku selalu lupa untuk menanyakan namanya’’.
Matahari sudah mulai terbenam dan suasana di danau sudah tampak sepi dan juga agak gelap. Masumi berpamitan dengan pak Odaki dan langsung menemui teman-temannya yang masih asyik bermain disekitar danau.
‘’Masumi, kamu dari mana saja’’kata Emika khawatir.
‘’Aku jalan-jalan disekitar danau ini dan bertemu dengan gadis kecil yang sangat menyenangkan dan menghabiskan waktu bersama denganya’’.
‘’Gadis kecil’’tanya Jin curiga.
‘’Iya. Gadis kecil’’kata Masumi penuh misteri.
Masumi mulai mengumpulkan teman-temannya untuk segera kembali ke hotel karena hari sudah gelap. Lampu-lampu jalan sudah dinyalakan.Mereka kemudian makan malam dihotel. Masumi kembali kekamarnya setelah selesai makan malam.Masumi berdiri di balkon kamar hotelnya sambil memandangi mansion putih yang berdiri diatas bukit. Lalu mengalihkan pandangannya ke atas langit malam.
‘’Hari ini pun aku tidak melihat bintang’’.
‘’Kamu ternyata suka bintang’’.
‘’Ternyata kamu Jin’’.
‘’Kamu benar di langit tidak ada satu pun bintang’’.
Masumi kembali masuk kamar dan berbaring di tempat tidur, lalu dari dalam saku celananya mengeluarkan sebuah jam saku berwarna keemasan. Masumi membukanya dan terdengar suara musik mengalun dari jam itu.
‘’Musik yang indah’’.
‘’Hanya mendengar musik ini pikiranku jadi tenang’’.
‘’Jam itu sangat bagus. Dari mana kamu dapatkan?’’
‘’Ini hadiah ulang tahun dari ibuku’’.
‘’Oh, jam itu pasti sangat berarti bagimu’’.
‘’Mmm...’’
‘’Sebaiknya kita tidur. Ini sudah larut malam’’.
Jam sudah menunjukkan pukul 00.30. Masumi dan Jin dikagetkan dengan suara sirene yang meraung-raung dan suara jeritan di atas bukit.
‘’Masumi, apa yang terjadi?’’
‘’Aku tidak tahu’’.
Tidak lama mereka berdua mendengar suara orang yang berlari-lari disepanjang lorong hotel.Masumi dan Jin keluar kamar. Di luar hotel sudah banyak orang yang berkumpul dan mereka menujuk-nujuk ke arah bukit.
‘’Masumi, lihat! Mansion itu terbakar’’.
Api itu menjilati seluruh mansion dan asap tebal hitam telah membumbung diatas langit. Langit malam berubah jadi terang benderang.Suara api terus bergemuruh memecah keheningan langit malam. Api itu menelan seluruh mansion. Meskipun mansion itu berada di atas bukit, tapi mereka masih mendengar suara jertian yang melingking nyaring diantara gemuruh suara api. Jeritan orang-orang yang terperangkap dalam mansion itu.
Masumi menatap mansion yang terbakar itu tanpa berkedip. Jin merangkul lengan Masumi dengan keras.
‘’Masumi, kamu mendengar suara jeritan itu kan?’’
‘’Iya. Aku mendengarnya’’.
‘’Aku kasihan dengan orang-orang yang terperangkap dalam mansion yang sudah dikelilingi oleh api. Ini seperti mimpi buruk saja. Menurutmu apa yang sebenarnya terjadi disana?’’
‘’Aku tidak tahu’’.
‘’Anak-anak sebaiknya kalian pergi ke kamar masing-masing. Ini sudah larut malam’’kata pak Yamaguchi kepada murid-muridnya yang sedang menonton kebakaran hebat yang terjadi di mansion’’.
Dengan perasaan enggan murid-murid mulai masuk ke hotel dan pergi ke kamar masing-masing.
‘’Aku tidak mengira mansion itu akan terbakar malam ini. Apakah hantu yang menghuni mansion itu, ikut terbakar juga tidak ya?’’
‘’Kau ini masih percaya kalau mansion itu berhantu’’.
‘’Aku juga tadi siang mendengar dari penduduk sini kalau mansion itu dicurigai sebagai tempat melakukan praktek sihir’’.
‘’Benarkah? Apa kamu mempercayai dengan cerita penduduk?’’
‘’Entalah’’.
‘’Sebaiknya kita tidur karena besok pagi kita harus bangun’’.
****
Keesokan paginya semua orang membicarakan tentang kejadian semalam. Kebakaran mansion menjadi berita utama di Karuizawa. Masumi melihat mansion yang kini telah berubah menjadi puing-puing bangunan yang sudah menghitam dan sudah tidak beraturan lagi. Mansion itu telah kehilangan keindahan dan kemegahannya.
Sepanjang jalan orang-orang terus membicarakan tentang kebakaran itu. Menurut orang-orang yang menjadi penyebab kebakaran adalah lilin yang terjatuh.Tapi hati Masumi mengatakan kalau kebakaran itu bukan hanya disebabkan oleh lilin yang terjatuh saja, tapi masih ada penyebab lainnya yang tidak diketahui. Masumi memutuskan pergi ke mansion itu sendirian. Disana Mansion sudah berubah menjadi sangat jelek pilar-pilar kokohnya telah hancur dan sebagian mansion itu sudah tidak mempunyai atap. Masumi terus menatap mansion itu. Kemarin bangunan yang ada dihadapannya masih berdiri dengan kokoh, tapi sekarang sudah hancur. Menurut berita orang yang hangus terbakar di mansion ini ada 5 orang. Tiba-tiba Masumi merinding dan memeluk tubuhnya. Kini mansion ini menyimpan banyak rahasia dan misteri yang tidak terungkap. Kalau dilihat mansion ini memang agak menyeramkan.Angin kencang bertiup. Susana disekitar mansion sangat sepi yang terdengar hanya suara burung gagak . Tiba-tiba bahu Masumi dipegang oleh seseorang.Tubuhnya gemetaran dan perlahan-lahan dia membalikan badan.
‘’Aaaaarrrrggghhh....’’
Masumi terlonjak kaget dan mundur beberapa langkah.
‘’Si...si...siapa Anda?’’
‘’Hi.....hi....hi...hi....Jangan takut anak muda. Aku tidak akan menyakitimu’’kata nenek tua yang wajahnya agak menyeramkan.
Nenek tua itu memilik hidung yang agak panjang dan dia memakai jubah hitam berkerudung menutupi kepalanya.
‘’Apa mau Anda?’’
Nenek tua mendekati Masumi dan Masumi mundur beberapa langkah. Nenk itu tersenyum padanya.
‘’Ulurkan tanganmu!’’
‘’Anda mau apa dengan tanganku?’’
‘’Pokoknya uluran tanganmu. Tenang saja aku tidak akan menyakitimu’’.
Masumi menatap nenek itu dan perlahan-lahan dia mengulurkan tangannya. Nenek itu langsung memegang tangan Masumi dan dirinya dapat merasakan tangan nenek itu dingin.Nenek itu terus menatap Masumi dan pandangannya membuat Masumi takut.
‘’Aku melihat banyak kesedihan dimatamu. Hidupmu tidak bahagia. Hidupmu sekarang dikelilingi oleh banyak masalah. Hatimu penuh kebencian dan juga dendam pada seseorang’’.
Masumi terlihat kaget mendengar perkataan nenek itu. Mana mungkin nenek itu dapat mengetahui isi hatiku.
‘’Benci dan dendam itu tidak baik. Itu hanya akan membuat menderita. Seperti orang yang mendiami mansion ini. Pemilik mansion ini dihatinya penuh dendam dan kebencian. Akhirnya dia berakhir dengan kematian. Api telah merenggut nyawanya. Kamu jangan menjadi seperti dia. Hapuskan dendam dan benci di hatimu’’.
Nenek itu mulai melihat-lihat tangan Masumi.
‘’Beberapa tahun dari sekarang kamu akan dipertemukan dengan jodohmu yaitu belahan jiwamu. Tapi sayang hubungan kalian akan di kelilingi oleh banyak masalah. Kamu akan banyak membuat wanita yang kamu cintai menangis.Tapi kalian berdua saling mencintai dan kalian tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena kamu sangat mencintai wanita itu. Kamu juga harus berhati-hati dengan seorang wanita yang akan membuat hidupmu dan hidup wanita yang kamu cintai menderita. Wanita itu sangat jahat. Jadi berhati-hatilah!’’
Nenek itu melepaskan tangan Masumi dan nenek itu memasangkan sebuah gelang aneh yang terbuat dari perak.
‘’Apa Ini?’’
‘’Itu jimat pelindung yang akan melindungimu dari sihir jahat. Selama kamu memakai gelang itu kamu akan aman’’.
Masumi berusaha melepaskan gelang itu, tapi gelangnya tidak mau terlepas.
‘’Percuma saja kamu berusaha untuk melepasnya karena gelang itu tidak akan pernah terlepas. Gelang itu hanya bisa dilepaskan olehku’’.
‘’Apa? Bagaimana kalau kita tidak akan bertemu lagi? Apakah aku harus memakai gelang ini seumur hidupku’’.
‘’Pasti kita akan bertemu lagi. Nanti aku yang akan mendatangimu’’.
Masumi mengamati gelang yang terpasang ditangannya.
‘’Nenek, aku......’’
Sebelum Masumi menyelesaikan kalimatnya nenek tua itu sudah menghilang.
‘’Sampai jumpa lagi Masumi Hayami”
  Masumi merasa ketakutan apa lagi terdengar suara burung gagak disekitar mansion. Masumi mengambil langkah seribu. Pertemuannya dengan nenek tua aneh itu tidak pernah disangka olehnya. Tanpa tidak terasa dia sudah berada di dekat danau.
 Masumi kembali berjalan-jalan di tepi danau sambil menikmati bunga Sakura yang bermekaran dan duduk di salah satu bangku yang kosong dan berusaha untuk melupakan kejadian tadi.Kemudian matanya melihat kearah rumah kayu yang berada tidak jauh dari tempat Masumi duduk. Hatinya tergerak untuk pergi kesana lagi.
Suasana di rumah itu tampak sepi seperti ketika pertama kali datang, kemudian Masumi duduk diayunan dan kembali teringat dengan gadis kecil yang dijumpainya.
‘’Apa dia masih ada disini atau sudah kembali ke Tokyo? Aku merindukan gadis kecil itu’’.
Masumi kembali mengeluarkan jam sakunya dan mendengarkan musik yang mengalun dari jam itu.
‘’Aku juga sangat merindukan ibu’’.
Masumi menatap danau dan melihat ada seekor anak kucing yang hampir tenggelam di danau. Tanpa pikir panjang Masumi langsung menceburkan diri ke danau. Kucing itu bisa diselamatkan. Masumi memegang kucing dengan satu tangan dan berusaha untuk menepi, tapi kedua kakinya tiba-tiba kram. Masumi dan kucing itu hampir tenggelam dan kucing itu sudah mencakar tangan Masumi karena ketakutan. Masumi berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tepi pantai, tapi apa daya dia sama sekali tidak bisa bergerak sesekali kepalanya tenggelam  dan kembali kepermukaan lalu tenggelam lagi. Masumi merasakan tubuhnya sudah sangat lelah ditambah air danau yang sangat dingin. Tubuh Masumi mengigil dan kini dia tidak lagi merasakan tubuhnya. Kucing itu terus mengeong dan Masumi akhirnya melemparkan kucing itu dengan tenaga yang tersisa sampai ketepi danau karena jaraknya yang tidak terlalu jauh akhirnya kucing itu berhasil berada di daratan dengan selamat karena dirinya sudah merasa sangat lelah akhirnya Masumi tenggelam. Nafasnya terasa sangat sesak.
‘’Apa aku akan mati ditempat ini?’’
Masumi mulai menutup matanya dan dia sudah kehabisan nafas.Dia samar-samar melihat sinar matahari dari bawah danau dan kesadarannya hampir menghilang. Tiba-tiba ada orang menceburkan diri ke danau dan orang itu mengulurkan tangannya padaku.
KKKKRRRRRIIIIIINNNGGGG...........KKKKRRRRIIIINNGGGG
Hah....hah....hah.....hah......hah.....
Masumi mematikan alarm jam dan di tubuhnya berlumuran keringat.
‘’Ternyata hanya mimpi. Bukan, itu bukan hanya mimpi biasa itu adalah ingatanku di masa lalu bersama-sama dengan teman sekelasku ketika berlibur pada musim semi di Karuizawa. Kejadian itu sudah lama dan aku hampir melupakannya’’.
Masumi turun dari tempat tidurnya dan dia melihat gelang yang berada di tangan kirinya. Gelang itu sudah terpasang sejak 13 tahun yang lalu. Sejak itu dia tidak pernah bertemu dengan nenek tua  yang telah memasangkan gelang ini kepadanya.
‘’Aku sama sekali tidak mempercayai sihir atau pun sejenisnya. Tapi gelang ini benar-benar tidak bisa aku lepaskan. Nenek, sebenarnya sekarang nenek ada dimana? Cepatlah datang dan lepaskan gelang ini’’keluh Masumi.


Bersambung

3 comments:

orchid on 24 June 2011 at 14:22 said...

awal yang penuh dengan misteri

Anonymous said...

bagus bagus suka suka .... lanjutkan (jaze dewi hayami

Heri Pujiyastuti on 27 June 2011 at 11:53 said...

Nice Story...lain daripada yang lain...

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting