Thursday 29 September 2011

Fanfic TK: Birthday Gift

Posted by Ty SakuMoto at 11:17
Setting: Bayang-Bayang Jingga 6 setelah selesai pentas Jane dan sebelum pemberian penghargaan Festival Seni.


Birthday Gift




Braaak!!!

Pintu Direktur Daito itu terbuka dengan kasar.
“Nona!! Nona!! Anda tidak boleh masuk!!” Kata seorang sekretaris.
Masumi mengangkat wajahnya dari dokumen yang sedang dibacanya.

“Wah... wah... wah... ada apa calon Bidadari Merah datang berkunjung ke Daito?” sebuah seringai terlihat di wajah pria tampan bernama Masumi Hayami.
“Jangan pura-pura!! Kau pasti sudah tahu maksud kedatanganku!!” Seru Maya yang kedua tangannya sedang ditahan oleh seorang pegawai.
“Sudah lepaskan dia,” perintah Masumi. “Jane sudah jadi manusia sekarang, pasti sudah jinak dan tidak akan menggigit sembarangan lagi, iya kan?” ejek Masumi sebelum kembali tertawa.
“Mau bertaruh?!!” Maya menggeram.
Masumi kembali terbahak dan gadis mungil itu sangat kesal melihatnya.
“Tidak apa-apa, kalian keluarlah!” Perintahnya kepada para bawahannya.
Walaupun ragu, mereka akhirnya keluar, meninggalkan Maya dan Masumi berdua saja.
“Selamat ya Mungil, Jane Gadis Serigalamu berhasil masuk sebagai nominasi di penghargaan festival drama nasional. Aku mendoakan yang terbaik untukmu,” kata Masumi, memutari mejanya.
“Jangan bohong!!!” Seru Maya, menatap kesal. “Aku tahu kau tidak mengharapkanku memenangkan penghargaan itu dan kembali bersaing dengan Ayumi untuk Bidadari Merah, benar kan?!”
Masumi hanya tersenyum mendengarnya dan tidak mengatakan apa pun.
“Ngomong-ngomong, kau belum mengatakan apa tujuanmu ke sini, Mungil?” Masumi menyalakan rokoknya.
“Jangan pura-pura! Aku sudah tahu apa rencana jahatmu!” kecam Maya.
“Rencana jahat yang mana?” tanya Masumi, ringan. “Aku punya banyak rencana jahat, jadi aku tidak tahu rencana jahat yang mana yang kau maksud.” Pria itu kembali menyeringai.
“Ka, kau?!!” Maya tergagap.
“Benar kan? Apa pun yang kulakukan, kau pasti menganggap aku punya rencana jahat,” ada kesedihan yang tersembunyi di balik kata-kata pria itu.
Maya terlihat gemetar, menahan marah.
“Seorang produser datang kepadaku, menawariku bermain drama untuk Daito musim gugur yang akan datang,” Maya mengeratkan rahangnya. “Itu adalah waktu untuk pementasan percobaan Bidadari Merah. Anda pasti tahu kan?! Anda yang menyuruhnya menawariku kan?!!” Mata gadis itu menatap Masumi nanar.
“Benar, ada yang salah?” tanya Masumi dingin. “Kau sangat berbakat, aku ingin kau main di drama kami. Ceritanya bagus dan perannya juga menarik.”
“Tapi kau! Berpikir aku tidak akan mampu memenangkan penghargaan dan bersaing dengan Ayumi untuk memerankan Bidadari Merah, iya kan?!” desak Maya. “Karena itu kau sengaja menawariku peran ini agar aku mau mundur dari Bidadari Merah!!”
“Kau salah, Mungil,” pria itu menatap lurus-lurus. “Aku yakin kau termasuk aktris yang diunggulkan untuk memenangkan penghargaan festival seni.”
“Tapi kau tidak yakin aku mampu memerankan Bidadari Merah!!” Maya menyerang.
Masumi tidak mengatakan apa pun dan hanya senyuman misterius menggaris di bibirnya.
“Menyebalkan!! Ingat ini baik-baik! Aku akan membuktikan bahwa aku bisa memerankan Bidadari Merah! Lihat saja!!” Tekad Maya.
“Jangan terburu-buru, Mungil. Coba pikirkan baik-baik tawaranku.”
“Tidak perlu!!” Maya memperlihatkan wajah muak.
“Yah, terserah saja, kau yang rugi!” Masumi mengepulkan asap rokoknya.
“Ingat ini baik-baik, Pak Masumi. Kau pasti akan terkagum-kagum padaku yang memerankan Bidadari Merah! Kau akan menyesal sudah menghinaku selama ini!” Seru Maya.
Entah penghinaan yang mana yang Maya maksud, tapi Masumi kemudian terbahak lagi.
“Ya, ya, aku tunggu kau membuktikan ucapanmu itu, Mungil.” Masumi tersenyum. “Kalau kau memang bersikeras ingin peran itu, kami tidak akan memaksamu. Semoga berhasil, Mungil. Aku jadi tidak sabar melihat Bidadari Merah seperti apa yang akan kau tampilkan.”
Deg!
Maya merasakan dadanya berdebar lebih kencang. Dipandanginya pria yang 11 tahun lebih tua darinya itu.
Pria aneh! Dia datang di pertunjukan kami padahal sedang ada badai. Tapi dia juga menginginkan aku melepaskan Bidadari Merah! Lalu sekarang tiba-tiba mendukungku.
Masumi Hayami, aku tidak pernah bisa mengerti apa yang dipikirkannya!
“Ada lagi yang mau kau sampaikan Mungil?” tanya Masumi pada Maya yang masih mengamatinya. “Apakah ketampananku sudah mempesonamu? Atau ada sesuatu yang menempel di wajahku?” pria itu tersenyum menggoda.
Ukh!!
Maya kembali terlihat kesal.
“Tidak ada!! Aku permisi!” Pamit Maya, membuang mukanya dan hendak segera keluar kantor Masumi.
“Mungil! Berapa nomor sepatumu?” tanya Masumi.
Eh?!
Maya kembali berbalik.
“Me, memangnya kenapa?!” Maya mengerutkan alisnya, masih terlihat jengkel dan heran dengan pertanyaan Masumi.
“Tidak apa-apa,” Masumi memutar ke belakang meja kerjanya sebentar, lalu mematikan rokoknya sebelum membuka pintu loker dokumen di meja kerjanya dan mengeluarkan sesuatu.
Masumi kemudian mendekati Maya sambil membawa sebuah tas belanja dengan sebuah kotak terdapat di dalamnya.
“Aku kemarin membelikan ini untuk ulang tahun Mizuki tapi nomornya kekecilan,” Masumi mengeluarkan kardusnya dan membukanya.
Sepasang sepatu.
Maya masih terlihat bingung dengan maksud Direktur muda tersebut. Tiba – tiba  pria itu berlutut di hadapan Maya dan membuka kardusnya.
“Mungkin nomornya akan sesuai untukmu,” kata Masumi, menarik paksa kaki kanan Maya.
“Kyaa! Pak Masumi!!” Maya yang kehilangan keseimbangan karena Masumi mengangkat sebelah kakinya, spontan memegangi bahu Masumi yang berlutut di hadapannya.
Masumi melakukannya sekali lagi pada kaki kiri Maya.
“Sangat cocok untukmu,” Masumi mengamati kedua kaki Maya sebentar lalu mengangkat wajahnya dan tersenyum.
Wajah Maya memerah melihat senyuman Masumi.
“Apakah kebesaran?” tanya Masumi.
“Ti, tidak...” gumam Maya.
“Kekecilan?”
“Ti, tidak.”
Ah...!!
Maya terhenyak, baru menyadari sedari tadi dia masih memegangi kedua bahu Masumi. Dia lalu menarik lengannya dari bagian tubuh bidang pria itu.
“Bagus. Kalau begitu sepatu itu untukmu,” Masumi tersenyum lantas kembali berdiri.
“E, eh??!!” Maya tertegun, baru menyadarinya. “Aku tidak bisa menerimanya!!”
“Kenapa?” tanya Masumi dingin, walaupun dia sudah tahu jawabannya. “Kau tidak suka sepatunya?”
“Bukan itu!”  sambar Maya.
Sepatunya cantik sekali dan sangat nyaman...
Pikir Maya. Sejujurnya dia sangat menyukai sepatu yang saat ini sedang menempel di kakinya.
“Aku tidak bisa menerima hadiah darimu!!” Maya membuka kembali kedua sepatu itu dan memasukkannya ke dalam kardus. “Aku tidak ingin menerima kebaikan hatimu!” Maya mengerutkan bibir dan hidungmu seperti jijik.
Masumi menelan ludahnya tidak kentara dan memandangi gadis mungil itu dengan sendu.
“Jangan anggap ini kebaikan hatiku, anggaplah kau menolongku,” ujar Masumi.
Eh?
Maya menoleh kepada Masumi. Mengamatinya.
“Aku juga tidak bermaksud membelikannya untukmu,” kata Masumi tidak acuh. “Aku membelikannya untuk ulang tahun Mizuki kemarin, tapi ternyata kekecilan. Jadi dia mengembalikannya kepadaku, tapi ternyata tidak bisa ditukar,” Masumi beralasan, berbohong. “Untung kau ke sini, Mungil.”
Maya tertegun.
“Ta, tapi tetap saja—“
“Walau kau membenciku, kau mau kan, setidaknya menolongku? Aku tidak tahu harus diberikan kepada siapa. Kalau kau tidak mau, kau berikan saja kepada orang lain atau kau jual lagi,” kata Masumi, pahit.
Maya terdiam, menimbang-nimbang.
“Kalau kau tidak mau menganggapnya pemberianku, anggap saja itu dari Mizuki. Aku kan sudah pernah memberikannya kepada Mizuki,” ujar Masumi.
Maya memandangi sepatu itu lagi.
Dia sebenarnya sangat menyukainya. Sangat cantik. Kakinya juga sangat menyukainya, dan entah dia mampu membelinya sendiri atau tidak.
“Baiklah,” kata Maya akhirnya, dengan perasaan aneh. “Aku terima.”
Masumi tersenyum senang.
“Terima kasih, Mungil. Kau sangat membantuku,” kata Masumi.
Maya kembali merasa berdebar-debar melihat senyuman pria tampan itu, yang sempat menerjang badai demi menghadiri pertunjukannya.
“A, aku yang berterima kasih, Pak Masumi,” kata Maya gugup.
“Semoga sukses untuk pernghargaan festival seninya,” kata Masumi tulus.
“Pasti Anda mengharapkan aku gagal!” sindir Maya.
Masumi tergelak.
“Kau selalu saja berpikiran negatif kepadaku. Yah, terserah saja Mungil. Aku hanya mendoakan yang terbaik untukmu, baik kau menang atau kalah,” ujar Masumi.
“Baiklah, a, aku permisi!” ujar Maya.
Perasaannya sedikit bingung, dia datang dalam keadaan marah dan kini malah pulang dengan membawa sepatu.
Maya baru saja hendak keluar saat pintu kantor Masumi terbuka dan Mizuki masuk ke kantornya.
“Oh, selamat siang Maya,” sapa Mizuki saat melihat Maya. “Kau sedang di sini rupanya,” Mizuki sedikit terkejut karena dia baru kembali dari sebuah urusan sehingga tidak mengetahui mengenai kehebohan yang dilakukan Maya sebelumnya.
“I, iya,” Maya terlihat bersemu sungkan. “Aku baru mau pulang, selamat siang Nona Mizuki,” kata Maya. “Oya, selamat ulang tahun,” ucap gadis itu sambil tersenyum tulus.
“Ulang tahun?” Mizuki tertegun.
Tiba-tiba mata awas dari sekretaris itu menangkap mimik tidak biasa dari atasannya. Seperti menyembunyikan rasa paniknya.
“Iya, bukankah Anda ulang tahun kemarin, Nona Mizuki?” tanya Maya heran. “I, ini,” Maya mengangkat kantong belanja yang diberikan Masumi.
“Kau ingat, Mizuki,” Masumi menekankan kata-katanya, memberi isyarat. “Sepatu yang kuberikan untukmu sebagai kado ulang tahun?”
“Sepatu...” gumam Mizuki, mengamati tas yang ada di tangan Maya, “ulang...” Mizuki memandang wajah atasannya yang berdiri di belakang Maya, menahan senyumnya, “tahun... Ku?” dia meyakinkan.
Dia sama sekali tidak berulang tahun. Tapi kemudian Mizuki sadar siapa yang sebentar lagi berulang tahun.
“Iyyyaa,” Masumi memberikan tatapan mengancam. “Yang kekecilan?” Masumi ‘mengingatkan’ “Aku memberikannya kepada Maya,” terang Masumi. “Kau tidak keberatan kan? Tokonya tidak mau menerima kembali barangnya,” Masumi menceritakan jalan cerita sandiwaranya kepada Mizuki.
Hanya untuk memberikan kado ulang tahun sebagai Masumi Hayami saja dia sampai harus membuat sandiwara dan melibatkan bawahannya. Hanya demi gadis mungil yang 11 tahun lebih muda darinya. Dan dia tidak akan membiarkan sekretaris 'tercintanya' yang tidak ada dalam daftar pemain merusak semua rencananya.
Mizuki menahan tawanya.
“Oh...” katanya, dengan nada mempermainkan.
“Anda tidak keberatan, Nona Mizuki?” tanya Maya dengan polos.
“Hmm...” Mizuki bergumam, senang dengan keadaannya dan dia tahu pasti atasannya yang terlihat tenang itu sedang kalang kabut dalam hatinya.
Kembali keduanya saling menatap.
[Anda tahu kalau saat ini saya akan memerasmu?] Adalah arti tatapan Mizuki.
[Kau membuka mulutmu dan namamu hanya kenangan di Daito,] adalah arti tatapan Masumi.
[Naikkan gaji saya!]
[Kau tidak akan punya gaji lagi jika kudepak dari sini!]
[Berikan aku hari tambahan untuk cuti!]
[Kau bisa cuti selamanya kalau kau mau!]
Mizuki tersenyum manis, tapi tampak seperti seringai licik bagi Masumi.
“Maya, sebenarnya sepatu itu—“
“Aku sudah menjanjikan untuk menggantinya dengan sesuatu yang lebih bagus!!” Sambar Masumi.
Maya menoleh kepada Masumi lalu kepada Mizuki.
“Begitu? Jadi, tidak apa-apa jika Pak Masumi memberikannya kepadaku?” tanya Maya, tidak yakin.
“Sebenarnya,” Mizuki menekankan, “aku mau mengatakan, sepatu itu memang lebih cocok untukmu, Maya. Kuharap kau menyukainya dan mau memakainya. Kalau tahu tidak bisa ditukar, aku mungkin sudah memberikannya kepadamu. Aku tidak kenal orang lain yang punya kaki seukuranmu,” Mizuki tersenyum.
Mizuki pernah jadi manajer Maya, jadi dia sedikit banyak tahu data diri gadis itu. Dan yang pasti ukuran sepatu mereka berbeda 4 nomor!
“Eh, bukankah kau besok berulang tahun?” tanya Mizuki. “Selamat ulang tahun juga untukmu, Maya.”
Maya tertegun. Dia sendiri hampir lupa.
“Eh? Mmh... ya... kurasa...” Maya mengingat-ingat, dia lalu tersenyum. “Iya, benar,” matanya berbinar. “Terima kasih, Nona Mizuki," Maya tersenyum riang. "Aku tidak tahu kalau ulang tahun kita berdekatan," imbuh Maya kemudian, sedikit segan.
Aku juga baru tahu... Pikir Mizuki sambil melirik atasannya.
“Anda tidak mengucapkan selamat, Pak?” tegur Mizuki.
“Oh,” Masumi memandang Maya yang memutar badannya menatap Masumi. “Selamat ulang tahun,” kata Masumi lembut seraya tersenyum.
“Te, terima kasih,” jawab Maya gugup.
Entah kenapa hati gadis mungil itu berdebar senang.
“A, aku permisi,” Maya berpamitan, membungkuk canggung kepada keduanya lalu keluar.
Saat keluar pintu kantor Masumi, Maya sempat mendengar Mizuki bertanya.
“Anda belum bersiap-siap? Bukankah sebentar lagi akan pergi dengan Nona Shiori?”
Deg!
Maya terpaku sejenak.
Nona Shiori...
Tiba-tiba perasaan gadis itu kembali ciut, ada yang salah dengan cara jantungnya berdebar. Terasa menyakitkan.
Aku ini... kenapa sih?!! Kenapa jadi begini kalau mendengar nama Nona Shiori...
Pikir Maya, kesal pada dirinya sendiri. Sebelum kemudian berlalu dari tempat itu.
“Jadi,” tanya Mizuki kemudian, “apa kado pengganti yang akan Anda berikan kepada saya?” wanita itu mengembalikan senyuman memeras di wajahnya.
“Pemeras!!” Desis Masumi pada sekretarisnya tersebut.

"Harus saya katakan, skenarionya bagus sekali. Tidak berpikir untuk alih profesi, Pak?" sindir Mizuki.
Direktur Daito itu mengeratkan rahangnya, tidak bisa menjawab dan hanya memasang wajah kesal. Tapi dia senang, setidaknya rencananya bisa berjalan lancar dan hadiah ulang tahunnya untuk Maya bisa diberikan.


<<< Birthday Gift ... End >>>

26 comments:

chuubyy on 29 September 2011 at 11:37 said...

wokokoko... dasar masumiii ga mw jujur... hihihi... mantappp.....

Lina Maria on 29 September 2011 at 11:39 said...

hahahhahhahhahhaahhahhah ^^ ga tahaaan sama ulah sekretaris yang satu ini. Untung aku bukan sekretaris yang sebandel itu.. ;p

dewjaz on 29 September 2011 at 12:04 said...

Huaaaaaaaaaaaaaaaaaaa dasar masumiiiiiiiiiiiiiiiiiiii

khas dia dan mizuki banget seh tapi *kecup*

Puji Aditya on 29 September 2011 at 12:29 said...

hahaha malah langsung ketawa pas adegan mizuki ma masumi.. bos ma sekretaris ny kompak dah... hehehe

risa on 29 September 2011 at 12:38 said...

hahahaha......masumi bangetttt
^_^

Anonymous said...

waaakakakakakak.... asli ngakak banget baca ini, kebayang muka masumi yg jd salting wkt ada mizuki, oohh pasti lucu banget ekspresinya, tp salut buat sekretaris yg efisien Nona Mizuki, bnr2 sekretaris yg diharapkn ma Bos Masumi Hayami

*Ephie*

purple on 29 September 2011 at 14:22 said...

huahahahaha...
Masumi mengganti profesi ???
wah sepertinta ide bagus tuch.

orchid on 29 September 2011 at 14:23 said...

saya bingung bacanya, ini komedi sendu kali ya, paling senang baca dibagian masumi yg sendu2 doank, lebih terasa, akakakak

mommia kitajima on 29 September 2011 at 14:40 said...

LOL....
sukses ngakak di depan kompie kakakaa...
suka sekali bahasa tatapan mata antara masumi dan mizuki
bener2 atasan and sekretaris yg cerdas berkomunikasi lewat tatapan huahahaha..

Heri Pujiyastuti on 29 September 2011 at 16:45 said...

Wah kayaknya mesti belajar bahasa tatapan mata nie. Mesti kursus dimana ya. ^^ *ngakakguling2 mata nie. Mesti kursus dimana ya. ^^ *ngakakguling2

Anonymous said...

wkwkwkwkwk lucu banget nih masuminya. udah terlatih nih ilmu kebatinan masumi. kayaknya kalo masumi d usir dari daito, bisa jadi artis deh. hehehe...

-bella-

Resi said...

xixixi, mo ngasih kado ultah aja hrs berakting dl. Makanyaaaa....., kl cinta ngomong dooong Masumiiiiii, greget deh jadinya...

Anonymous said...

kurang tinggi tuh permintaan mizuki........ wkwkwkwkwkwkkwkwkwkwkwkw... asli T O P B G T deh....^_^

Fagustina on 29 September 2011 at 20:42 said...

wakakakakaka mantap kata2 mizuki yg terakhir kena bangt " "Harus saya katakan, skenarionya bagus sekali. Tidak berpikir untuk alih profesi, Pak?" sindir Mizuki.
hohohohoho cocok dah jadi aktor...XD

Anonymous said...

Kok pas baca ini aku malah ngerasa rada miris & sedih ya ngeliat masumi? jadi inget masa2 dimana masumi harus mati2an nutupin feeling-nya ke maya. ada bagian yg lucu juga sih...bikin aku nyengir...tapi nyengir dg miris krn nasibnya masumi :) hehe .... *rini*

Ty SakuMoto on 30 September 2011 at 03:04 said...

@Riri @Rini:
Iya betul sekaliih~~ emang ini komedi sendu, hahaha
ingin menunjukkan bagaimana susahnya buat Masumi itu mencintai seorang Maya dan harus menyembunyikan perasaannya. ampe musti mancing2 kemarahan Maya biar dateng ke Daito, bikin skenario tipu2 dan ngga bisa terus terang mengungkapkan isi hatinya... *duh sedih ya jadi Masumi.. wkwkwk.."

Tapi aku ga mau bikin ini kelam-kelam banget >.< makanya aku jadiin semi-komedi :)

Terima kasih yang sudah baca dan sepsecially yang udah pada komen ya darlings semuaaa <3<3

Anonymous said...

HUAHAHAHHAHAH asliiii ngakak nih gue hihihi! luarbiasa tuh bahasa cinta bos n majikan ini hihihi! iya kasian masumi jg sih kasi kado ajaa ampe harus bikin drama dulu hahahah! ganbatte masumi!
anita

ivoneyolanda on 30 September 2011 at 08:49 said...

Lucu.... Bisa aja carei ide buat kasih kadonya...dasar Masumi...untung Maya agak lemot hahahahah
Lucu.... Bisa aja carei ide buat kasih kadonya...dasar Masumi...untung Maya agak lemot hahahahah

Anonymous said...

wah..wah..wah...emang gak ada sekretaris sehandal mizuki kl lg ngadepin masumi n dia menang lagi hahaha....
mizuki the best secretary for him ^_^

*there*

Anonymous said...

hahahahaa....lucuuu...gapapa ty, ini namanya usaha masumi dapet cinta hihihihihi...

-reita

nice!!ty, bentar lagi gue ultah, mau kado yaaa...genrenya mau yang komediiii hahahahha ;D

Widiya on 1 October 2011 at 14:05 said...

hahaha......Ty baru baca.
Ty emang cerdas dech, ceritanya segar........

Anonymous said...

alih profesi ???
bagus juga kayaknya untuk Masumi, tapi kalau ganti profesi, profesi apa bagusnya untuk masumi ya ????
he..he...
thaks ya ty,ceritanya baguss...
-degg-

Pastel Mood on 3 October 2011 at 11:26 said...

aahahahhahaha...ceritanya baguuuusss...bener2 dapet feel nya...top dah Ty...
-dian-

hira hidayat on 19 October 2012 at 19:11 said...

Lucuuu, masumi n mizuki seru banget plot saling "mendukungnya" , hahaha...:D
Love it, thanks and terus ditunggu karya-karyanya :)

Hira

hira hidayat on 19 October 2012 at 19:13 said...

hahahha..lucu, unik, apalagi cerita masumi dan mizukinya yang saling " mendukung" kesuksesan skenario ala masumi :D

Nice story, ditunggu yang lainnya :)

Hira

Anonymous said...

Ngakak abis waktu baca dialog tatapan mata antara masumi & mizuki. Bos sableng, sekretaris soplak

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting