Thursday 15 September 2011
Fanfic TK: Please Forgive Me
Genre: Comedy Romance
Rate: 18+
Please Forgive Me
“Pokoknya
tidak akan kumaaafkaaaaaaaaaannn~~!!!” teriak Maya.
Braaa~~k!!!
Pintu
apartemen gadis itu menutup hanya beberapa senti di hadapan wajah Masumi.
“Maya...!
Mayaaa...!!!” Seru Masumi. “Ayolah Sayang, aku kan sudah meminta maaf.”
Bibirnya
sudah berbuih memberi alasan dan memohon permintaan maaf dari kekasihnya itu, tapi percuma. Maya sama sekali tidak memaafkan. Sudah tiga hari gadis itu
mendiamkan dan menghindarinya. Hari ini akhirnya Masumi bisa meluangkan waktunya dan mencegat
Maya di apartemennya, tetap saja dia tidak memaafkan.
“Sayang,
ayolah, aku tahu aku salah. Aku ‘kan sudah meminta maaf,” mohon Masumi di pintu
apartemen.
“Aku tidak
tahaan...” sejenak ucapan Masumi tertahan, karena untuk kesekian kalinya, ada
beberapa orang yang lewat di lorong apartemen itu. Masumi melanjutkan setengah
berbisik, “kalau kau mendiamkanku seperti ini,” bujuknya.
Masumi tahu
mereka terheran dan terkikik di belakangnya, tapi pria itu tidak peduli.
“Ayolah
Sayang, Kekasihku, Belahan Jiwaku, Kecintaanku, Curahan Hatiku,
Bidadariku,”Masumi berusaha mengingat panggilan kesayangannya untuk Maya selama
ini yang biasanya membuat gadis itu merona dan luluh hatinya.
“JRENGG!!!!!”
Sebuah suara
terdengar dari dalam apartemen.
“Maya?”Masumi
tertegun.
Pria itu
kemudian menempelkan telinganya ke pintu.
“WAA!!!!”Masumi
terperanjat. Tiba-tiba
terdengar sebuah lagu metal yang sangat memekakkan dari dalam apartemen Maya
dan membuat telinga Masumi hampir tuli.
“Maya!!!”Panggil
Masumi, dengan jantung yang masih berdebar kuat karena terkejut.
Masumi yakin
gadis itu tidak mendengarnya, yang ada seruannya malah dibalas teriakan oleh si vokalis pelantun musik metal tersebut.
“Hhh...!!”Masumi
menghempaskan nafasnya.
Sudah cukup
untuk hari ini. Dia menyerah. Membujuk Maya lebih sulit dari membujuk aktris
dan investor mana pun dalam hidupnya.
=//=
“Belum
berbaikan?” tanya Mizuki, meletakkan kopi untuk atasannya.
Masumi
menggeleng putus asa.
“Sudahlah
Pak Masumi, Anda kan sudah tahu Maya nanti juga luluh sendiri. Mungkin sekarang
dia memang masih marah. Saya mohon Anda jangan melampiaskan kekesalan Anda
kepada para pegawai. Kasihan mereka. Bisa-bisa bekerja di Daito dimasukkan ke dalam daftar salah satu penyebab sakit jantung,” kata Mizuki.
Masumi meneguk
kopinya tidak tenang.
“Tapi dia
tidak pernah semarah ini. Padahal aku sudah berkali-kali minta maaf. Semalam
aku menunggu di apartemennya walaupun ada hal yang harus kukerjakan. Eh, dia
malah tidak mempedulikanku,” keluh Masumi.
“Memangnya
apa yang menyebabkannya marah Pak Masumi?” tanya Mizuki.
“Ya ampun, Mizuki. Masalahnya
sangat sepele! Hanya karena aku lupa tanggal kami pertama kali mendayung
bersama! Waktu itu dia bertanya, ‘apa kau ingat hari apa ini?’ Aku jawab, ‘ya. Hari sabtu,’ dan dia bilang, ‘bukan itu!’ Aku sudah mengingat-ingat. Aku tidak ada rapat hari itu, juga bukan jadwal
audit, ataupun premier film baru. Aku juga tahu itu bukan ulang tahunnya, juga
bukan ulang tahunku! Bukan hari pertama kali kami bertemu! Bukan hari jadi kami! Bukan ulang
tahun ibunya, atau ibuku,” cerocos Masumi kesal.
“Mmhh... Pak
Masumi,” Mizuki berusaha menenangkan atasannya karena dia melihat Maya muncul
dari balik pintu.
“Bukan hari
pertama kali kami berkencan, bukan hari pertama kali aku memberinya mawar ungu. Juga bukan hari natal, atau tahun baru, atau valentin, atau ulang tahun
Daito! Aku benar-benar pusing!! Dan kau tahu apa jawabannya. ‘Ini adalah hari dimana kau mengajakku mendayung pertama kali!!’
katanya.” Masumi meninggikan suaranya menirukan Maya.
“Mmhh... Pak
Masumi!” tegur Mizuki.
“Jangan
salah sangka, Mizuki. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi seumur
hidupku, aku hanya tahu bahwa tanggal diadakan rapat dan pertemuan bisnis serta
launching produksi baru Daito adalah satu-satunya tanggal yang perlu kuingat! Oh, Tidak. Itu pun tugas-mu, untuk
mengingatkanku.”Ujarnya kepada Mizuki.
“Dan sejak
kami berpacaran, walau baru 6 bulan, kami sudah sering bertengkar. Kau
tahu polanya? Selalu dimulai dengan dia bertanya, ‘apa kau ingat hari apa ini?!’” Seru Masumi, frustrasi.
Mizuki hanya
tersenyum meringis.
“Aku
benar-benar tidak tahu lagi! Aku sangat pusing dibuatnya. Apa nanti aku juga
harus mengingat hari pertama kali aku mengajaknya ke Disneyland?! Hari pertama kali kami jalan-jalan ke mall? Hari pertama kali kami
memelihara kucing? Atau hari pertama kali—“
“Tidak
perlu!!” Seru Maya.
Eh?!
Masumi
tertegun, dia memutar badannya.
“Maya!”Serunya.
Wajah Masumi
terlihat riang, tapi kemudian menghilang. Dia kembali memandang Mizuki.
Sang
sekretaris mengangguk tidak kentara. Membenarkan dugaan bosnya bahwa gadis itu
mendengar semua perkataannya.
“Ah,
Sayang!” Masumi kembali berbalik kepada Maya, memasang wajah membujuk. “Aku bisa
menjelaskan—“
“Tidak ada
yang perlu dijelaskan!” Potong Maya. “Kau tahu Pak Masumi, kau tidak perlu lagi
mengingat hari apa pun yang pernah terjadi di antara kita. Kau hanya perlu
mengingat satu hari saja. Hari ini. Hari dimana hubungan kita berakhir!”
“Hah?! Maya! Apa maksudnya? Kau jangan bercanda!” tolak Masumi.
“Aku tidak
bercanda. Aku sudah selesai denganmu. Kau tidak pernah benar-benar
mempedulikanku. Yang kau pikirkan hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Kau
bahkan lebih sering bersama Nona Mizuki daripada aku! Sudah cukup! Aku juga
sudah tidak ingin mempedulikanmu lagi. Selamat tinggal Pak Masumi, selamat bekerja!!” Maya segera keluar
dengan membanting pintu.
Masumi
terhenyak. Dipandanginya pintu yang tertutup rapat.
Keadaan
senyap beberapa waktu. Masumi masih bingung. Nalarnya sama sekali tidak dapat
mencerna yang baru saja terjadi dengan cepat di kantornya.
“Apakah dia baru saja memutuskan hubungan kami?” gumam Masumi, tidak yakin.
“Saya rasa
begitu Pak,” jawab Mizuki.
“Karena...
aku punya pekerjaan dan sering bersama sekretarisku?” Masumi linglung.
“Saya rasa
bukan itu alasannya,” koreksi Mizuki.
“Karena aku
melupakan peringatan hari pertama kali aku mengajaknya mendayung?” Masumi mengingat.
“Benar,
Pak.” Mizuki membenarkan.
=//=
Hhh....!!!
Masumi
menghempaskan nafasnya, bingung.
Maya ingin
memutuskan hubungan dengannya? Setelah dia menunggunya bertahun-tahun? Setelah
semua yang mereka lalui untuk bersama? Semua harus diakhiri dalam enam bulan, hanya karena dia tidak ingat tanggal dia mengajak Maya mendayung pertama
kali? Tidak! Masumi tidak terima!
Bugg!!!
Masumi
menggebrak keras meja di hadapannya dengan tinjunya.
“Enak saja!!
Tidak akan kubiarkan!” Serunya.
Mizuki yang
duduk di dekatnya menghela nafas dan memejamkan matanya putus asa sambil
menggelengkan kepalanya perlahan.
Berpasang-pasang
mata mengalihkan pandangannya kepada Masumi.
“A, apa ada
yang salah dengan presentasi saya Pak?” Tanya Kato yang sedang membacakan
laporannya.
Eh?!
Kesadaran
Masumi kembali bersamaan dengan rasa malunya, karena
pikirannya sempat mengawang dari rapat yang sedang dilakukannya.
“Aa! eh,
tidak, tidak, maaf, teruskan,” kata Masumi agak terbata.
Mizuki
menelan ludahnya tidak kentara. Sudah mulai tidak tahan dengan kelakuan
atasannya itu.
“Maaf kami
terlambat,” kata seseorang bersamaan dengan dibukanya pintu ruang rapat.
Yang masuk
adalah Hara, manajer Maya bersamaan dengan Maya di belakangnya.
“Maya baru
selesai foto, mohon maaf karena keterlambatannya,” kata Hara dengan sungkan.
“Tidak,
tidak, tidak apa-apa,” kata Masumi dengan sangat ramah.
Pria itu
tersenyum sumringah.
Maya tidak
menghiraukannya dan segera duduk di kursi yang disediakan.
“Mizuki,”perintah
Masumi.
Mizuki
mengangguk, lalu memberikan dokumen kepada Maya dan manajernya terkait film
baru yang akan dimainkan Maya.
Maya membaca
berkas-berkas mengenai pekerjaan barunya tersebut. Saat membaca halaman
terakhir, Maya tertegun. Ada sesuatu yang terselip. Foto polaroid Masumi. Di
fotonya Masumi memasang wajah memelas sambil memegang sebuah papan seperti foto
seorang tahanan polisi.
Papan yang
dipegang Masumi itu bertuliskan: [Kumohon
maafkan aku...]
Mata gadis
itu melebar. Maya sedikit terkejut dan jujur saja dia ingin tertawa dengan
perilaku Masumi, tapi dia menahan dirinya.
“Bagaimana
Nona Maya?” panggil Masumi.
“Eh?!”Maya
mengangkat wajahnya, menatap Masumi.
“Apa kau
setuju dengan tawaran yang kami ajukan?” tanya Masumi.
Maya
terdiam, berpikir.
“Aku tidak
keberatan dengan semua rencananya,” ujarnya. “Kecuali untuk bagian terakhir, aku menolaknya.” Tegas Maya.
Masumi
tertegun. Maya masih tidak memaafkannya. Pria itu kembali menghembuskan
nafasnya lemah.
=//=
“Mari kita
berharap rencana ini bisa sukses,” kata Masumi, yang
ucapannya segera diamini dan diiringi tepuk tangan dari peserta rapat lainnya.
Rapat
akhirnya selesai. Selama rapat itu Masumi beberapa kali memperhatikan Maya. Dia
sangat rindu. Tapi gadis itu terlihat tidak peduli, atau pura-pura tidak
peduli. Masumi yakin yang benar adalah pilihan kedua. Dia tahu gadis itu sangat
mencintainya.
“Maya!”Panggil
Masumi.
Gadis itu
menoleh kepada Masumi.
“Bisa ke
kantorku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan,” kata Masumi.
“Aku sibuk,”
tolak Maya. “Setelah ini masih ada jadwal untuk—“
“Kurasa hal
itu bisa menunggu, hanya sebentar,” paksa Masumi.
“Aku tidak
bisa. Jadwalku sangat padat, iya kan Pak Hara?” Maya mencari dukungan kepada
Hara.
“Eh, iya Pak
Masumi, setelah ini Maya harus—“
“Hanya
SEBENTAR! Kalau sebentar saja tidak apa-apa kan, HA-RA?” tekan Masumi.
“Ah, iya, “
Hara menelan ludahnya. “Saya rasa tidak akan menjadi masalah, Maya. Aku tinggal
meminta mereka menunggu sebentar,” ujarnya kemudian.
Maya mengerucutkan
bibirnya, tidak suka.
“Hanya
sebentar!” Maya menekankan.
Masumi
tersenyum.
=//=
“Apa kau
masih marah?” tanya Masumi saat keduanya sudah tiba di kantor Masumi.
“Apa itu
yang ingin kau bicarakan? Nanti saja. Aku tidak ada waktu. Aku yakin kau juga
tidak ada waktu,” sindir Maya.
“Sayang,
ayolah,” bujuk Masumi. “Aku kan sudah meminta maaf. Aku janji aku akan
mengingat hari peringatan pertama kali kita mendayung bersama,” rayunya. “Aku
sudah mencatatnya dalam buku agenda agar tahun depan tidak lupa,” imbuhnya.
Maya
menoleh, masih merengut.
“Kau pikir
itu saja?” tanya Maya.
Eh?!
Masumi
tertegun.
“Apa ada hal
lainnya? Bukankah karena itu kau marah kepadaku?” Masumi jadi bingung lagi.
Maya tidak
menjawab, hanya mendengus kesal.
Masumi
berusaha mengingat, apakah ada peringatan lainnya yang dia lupa. Tapi dia tidak
ingat.
“Maya, aku
benar-benar tidak tahu, apakah ada hal lainnya? Ayo bicaralah,” bujuk Masumi.
Maya
beranjak dari kursinya.
“Pikirkan
saja sendiri!!” Serunya ke arah Masumi. “Aku mau pergi!!”
“Maya!”Masumi
menahan pergelangan gadis itu. “Kau kenapa? Aku kan hanya lupa hari peringatan
mendayung bersama. Dan aku sudah minta maaf. Bukankah aku sudah bilang, lain kali aku akan mengingatnya. Aku berjanji!” kata Masumi.
“Pasti dalam
hatimu kau berpikir aku ini konyol sekali ‘kan?
Mengingat-ingat semua hari itu—“
“Aku tidak
berkata begitu,” elak Masumi.
“Kau memang
tidak mengatakannya! Tapi kau memikirkannya!! Aku ini konyol! Hanya memikirkan
hal-hal sepele!”
“Maya! Aku
tidak mengerti lagi kemana arah pembicaraan kita!”
“Kau memang
tidak akan mengerti, karena kau tidak pernah mencoba untuk mengerti!”Seru Maya.
Keduanya
terdiam, tegang.
“Maya, tidak
bisakah kita seperti biasanya?” Masumi mendekati Maya. “Aku membuat kesalahan,
lalu kau marah,” katanya. “Aku meminta maaf, kau tambah marah,”imbuhnya. “Lalu
aku meminta maaf lagi, baru kau memaafkan,” Masumi tersenyum lembut, “Lalu
kita...” Masumi mendekatkan bibirnya ke leher Maya, “selanjutnya...”
“Kau
mengulangi kesalahan lagi!” Sambar Maya.
Masumi
tertegun, mengangkat kepalanya.
Maya
mendorong tubuh besar pria itu dari hadapannya.
“Lalu aku
marah lagi, kau minta maaf lagi. Aku memaafkan, tapi kemudian kau mengulangi
kesalahan yang sama,” Maya mendelik kepada Masumi. “Kau tidak pernah
menganggapku serius.”
“Tapi, ini
kan baru pertama kalinya aku lupa dengan hari peringatan mendayung
bersama,”ujar Masumi.
Aku bahkan baru tahu kalau hari itu ada...
Pikirnya.
“Benar kan?
Bahkan sekarang kau tidak menganggapku serius!” Hardik Maya. “Sudahlah!”Maya
mendorong Masumi menjauh.
“Maya!”cegah
Masumi.
Tapi Maya
tidak menghiraukannya dan pergi keluar dari kantor Masumi.
“Ya
ampuuuuuunnn!!!” Masumi meremas rambutnya sendiri, merasa gemas.
Dibantingnya
tubuhnya ke atas sofa.
Maya, jangan pikir kau bisa menyingkirkanku begitu
saja! Aku tidak akan menyerah. Lihat saja, kau harus tahu Masumi Hayami bisa
melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya!
“Sudah Pak,
melamunnya?” tegur Mizuki yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan
Masumi.
Masumi
sedikit terperanjat, menengadahkan wajahnya memandang sekretarisnya tersebut.
“Wanita!”keluh
Masumi. “Aku benar-benar tidak mengerti!!”
Mizuki
meletakkan cangkir berisi kopi untuk Masumi.
“Sebenarnya
mudah saja Pak Masumi. Wanita itu lemah pada satu hal dari seorang laki-laki.
Kesungguhannya. Asal Anda sungguh-sungguh menginginkan Maya kembali, dan dia
bisa melihat kesungguhan Anda meminta maaf, saya yakin gadis itu akan kembali
ke pelukan Anda,” Mizuki menenangkan.
“Tapi aku
sudah berusaha—“
“Dengan
menyelipkan polaroid di dalam dokumen?” Mizuki berusaha menahan tawanya karena
melihat wajah Masumi yang sangat serius.
“Yaaa...
sampai saat ini baru itu yang terpikirkan olehku. Masa aku harus merayu dan
meminta maaf padanya di hadapan orang lain? Atau aku harus—“ Masumi tertegun.
Wajahnya
kembali berbinar.
“Mizuki,
nanti mintakan jadwal Maya untuk hari Minggu dari Hara,” perintah direktur muda
itu dengan mata berkilat.
“Eh?
Baik...” Mizuki menyanggupi. “Apa Anda punya sebuah rencana?”
“Iya, benar!” Masumi terlihat yakin.
“Dan rencana
ini lebih baik dari polaroid dengan wajah memelas Anda di dalamnya?”Mizuki
khawatir.
Masumi hanya
tersenyum. Dia terlihat sangat percaya diri.
“Baiklah Pak
Masumi, nanti saya mintakan.” Ujar Mizuki.
“Terima
kasih Mizuki, kau memang sekretaris terbaikku.” Puji Masumi.
Masumi
tiba-tiba tertegun.
“Mizuki,
apakah hanya kami, atau ada pasangan lain yang memang terbiasa merayakan
peringatan hari pertama kali mereka mendayung bersama?” tanya Masumi ragu.
“Saya tidak
ingat pernah mendengar pasangan lain melakukannya,” Mizuki juga terdengar ragu.
“Ah,
baguslah. Kupikir hanya aku yang ketinggalan tren saat ini,” Masumi terdengar
lega.
Mizuki hanya
bisa menahan tawanya.
=//=
Maya membuka
matanya pagi itu.
Pak Masumi...
Batinnya
rindu. Maya tidak mengelak, dia sangat merindukan pria itu. Dibukanya laci di
samping tempat tidurnya. Maya mengambil foto polaroid Masumi yang diselipkannya
di dalam dokumen.
Gadis itu
tersenyum, lalu tergelak. Foto itu selalu berhasil membuat
hatinya merasa riang. Masumi terlihat sangat konyol.
“Selamat
pagi,” Maya mengecup foto itu. “Laki-laki konyol!!” gumamnya, lantas
menyeringai.
Maya memang
marah kepada Masumi. Setelah enam bulan bersama, sangat sedikit waktu yang
mereka habiskan. Namun Masumi seperti tidak mengerti bahwa dia merasa kesepian.
Pria itu selalu saja memprioritaskan pekerjaannya. Maya tahu Masumi orang
penting, sangat sibuk. Tapi Masumi tidak pernah bisa memahaminya, dan tidak
pernah berusaha memahaminya. Untuk pertengkaran kali ini, Maya tidak ingin
menyerah dengan mudah seperti sebelumnya. Masumi harus bisa memahami apa yang
Maya inginkan darinya tanpa dia mengatakannya. Itu kan tugas laki-laki!
=//=
Seperti
biasa Maya berlari menggunakan celana joggingnya ke pinggiran sungai untuk
melatih suaranya. Mentari musim panas terasa hangat pagi itu. Ada beberapa
orang yang mengenalnya menyapanya dan Maya tersenyum.
“Kakak,”sapa
seorang anak kecil.
Maya
menunduk.
“Iya?”Gadis
itu tersenyum.
“Ini buat
kakak,” anak kecil itu menyodorkan sesuatu.
“Mawar
ungu?” Maya tertegun.
“Iya, dari
seorang Paman, katanya dia mencintaimu, dia mohon kau mau memaafkannya,”kata
anak kecil itu dengan polos.
Eh?
Wajah Maya
merona.
“Te, terima
kasih,” Maya menerima bunganya. “Darimana kau...” belum selesai Maya bicara
anak itu sudah berlari pergi.
Maya memutar
kepalanya mencari-cari, tapi sosok yang dicarinya tidak terlihat.
Pak Masumi...?
Maya masih
bingung. Dipandanginya setangkai mawar ungu yang dipegangnya.
“Maya?”sapa
seseorang.
“Ya?”Maya
mengangkat wajahnya.
Dia tidak
kenal.
“Ini
untukmu,” kata yang menyapanya, seorang wanita.
Mawar ungu...
“Katanya dia
sangat mencintaimu dan minta maaf untuk kesalahannya,” wanita itu tersenyum.
Maya
menerima setangkai mawar ungu tersebut sambil mengangguk tergugup. Wajahnya
terasa menghangat.
Tapi itu
bukan mawar terakhir yang diterimanya pagi itu. Masih ada beberapa orang lain yang tidak dikenalnya yang menyerahkan
setangkai mawar ungu kepadanya. Mereka membawa pesan yang sama: ‘Dia bilang dia sangat mencintaimu dan minta
kau memaafkannya.’
Ada seorang
nenek, anak kecil, ibu-ibu, seorang paman, tukang burger langganannya sampai
preman setempat masing-masing menyampaikan setangkai mawar ungu untuknya.
Saat preman
itu menghampirinya, Maya sangat terkejut, namun dia juga ternyata membawa pesan
yang sama dari Masumi untuknya.
Selain itu,
kadang para perantara itu juga menambahkan pesannya sendiri. Ada yang
mengatakan, “dia sepertinya
sungguh-sungguh, kau lebih baik memaafkannya. “, dan “Dia
terlihat seperti pria yang baik hati, aku yakin dia tidak bermaksud menyakiti
hatimu,” walaupun orang-orang itu tidak tahu apa masalahnya. Dan banyak pesan
lainnya.
Maya
memandangi tumpukan mawar ungu dalam pelukannya. Sudah ada puluhan. Setiap
mawar mewakili permintaan maaf Masumi kepadanya.
Pak Masumi...
Maya merasa
tersentuh, dia bahagia. Saking bahagianya sampai ingin menangis.
Apa aku maafkan saja ya...
Pikir Maya
ragu-ragu.
Tapi semua
tidak selesai di sana. Bahkan saat Maya melakukan fitting kostum siangnya,
seorang asisten menyerahkan setangkai mawar ungu dan menyampaikan hal yang sama. Juga beberapa staf pemotretan siang itu, bahkan
fotografernya sendiri.
Hal itu kembali dialaminya saat dia datang ke kantor redaksi sebuah majalah,
setiap staf memberinya setangkai mawar ungu.
“Ayo Maya,
dimaafkan saja,” kata seorang penulis rubrik.
Kembali
dipandanginya tumpukan mawar sesi ketiga di pelukannya. Akhirnya Maya
mengangguk perlahan sambil meneteskan air mata.
“Apa... apa,
ini akan dimasukkan ke majalah?” tanya Maya, khawatir dan malu. Air matanya
masih menetes.
“Tidak.
Kalau kami lakukan, bisa-bisa kami jadi pengangguran,” kata seorang wartawan.
Maya tertawa
kecil di antara isakannya.
=//=
Malam menjelang, Maya turun dari mobil Hara setelah menerima mawar
lainnya dari sopir dan juga manajernya tersebut. Maya pikir hujan mawar dan
permintaan maaf untuknya hari itu sudah selesai, tapi dia salah.
Dimulai sejak Maya masuk ke gedung apartemen, sampai di depan pintu apartemennya, dia masih menerima sekuntum mawar ungu dan untaian permintaan maaf
untuknya. Dengan cepat Maya memutar kuncinya, dan segera
masuk ke apartemennya setelah sebelumnya menerima sekuntum mawar dari
tetangganya.
“Selamat
malam,” sapa Masumi.
Pria itu
berdiri beberapa meter di hadapannya, menggenggam buket mawar ungu di
tangannya.
“Pak
Masumi...!” mata gadis itu melebar, terkejut melihatnya. “Ba, bagaimana Anda
bisa masuk?” Maya terheran.
“Aku meminta
Hara membuat cadangan kunci apartemenmu,” kata Masumi, tersenyum simpul.
Dasar pria ini...
Pikir Maya.
Dia tahu
Masumi selalu menemukan jalan untuk mencapai keinginannya.
“Apa kau
sudah terima pesanku?” tanya Masumi.
Maya
mengalihkan pandangannya kepada mawar-mawar ungu di pelukannya, juga beberapa
mawar yang sudah sampai terlebih dahulu tadi pagi yang tampak menumpuk di
ruangannya.
“Kau lihat
sendiri,” ujar Maya, pura-pura tidak acuh.
Masumi
tersenyum.
“Masih belum
selesai,” katanya lembut, “masih ada satu lagi untukmu.”
Masumi
menghampiri gadis itu untuk menyerahkan buket mawar ungunya.
“Maya,
Kekasihku. Kumohon maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai
hatimu. Aku sangat mencintaimu. Aku tahu aku memang tidak bisa memahami
keinginan seorang wanita, tapi bukan berarti aku tidak peduli,” bujuk Masumi
lembut.
“Aku memang
tidak bisa mengerti apa yang kau pikirkan, tapi jika kau bicara, aku akan
mendengarkan,” pria itu mengelus pipi Maya dengan punggung jemarinya. “Jika kau
meminta, aku akan berusaha mengabulkan,” janjinya. “Jika kau ingin aku
merayakan peringatan hari mendayung, hari minum sake, hari memetik bunga, hari
potong rambut, hari memandang bulan, atau apa pun, apa pun, akan aku lakukan,” pria itu meyakinkan. “Tapi jangan mendiamkan dan memusuhi aku. Maafkan aku,
Sayang...”
Maya ingin
tertawa mendengar ucapan Masumi. Tapi kata-kata Masumi terdengar tulus dan
bersungguh-sungguh.
Masumi
menyerahkan buket mawar ungu-nya dan Maya menerimanya.
“Apa yang
harus kulakukan dengan mawar ungu sebanyak ini?” keluh Maya perlahan.
Masumi
tersenyum lebar.
“Kau bisa
memasaknya kalau kau mau. Aku yakin tidak akan ada yang protes jika Bidadari
Merah memakan bunga mawar,” goda Masumi.
Maya
mengerucutkan bibirnya manja.
“Kau
memaafkanku kan?” bujuk Masumi.
Maya
mengangkat pandangannya, menatap lembut Masumi.
“Tidak!”katanya
kemudian. Dingin.
“Hah?!”Masumi
tertegun.
“Maya!
Sayangku! Kekasihku! Belahan Jiwaku! Kecintaanku! Curahan Hatiku! Bida—“
“Cukup!” Potong Maya.
Gadis itu
berjalan melewati Masumi, lalu duduk di atas sofa.
Masumi
mengikutinya.
“Kau tidak
mengerti ya?” Maya menoleh kepada Masumi, memandang pria itu sendu. “Kenapa aku
sangat kesal dan marah kali ini?”
“Karena aku
lupa hari peringatan kita mendayung—“
“Tentu saja
bukan!! Itu konyol!” seru Maya.
Ah, ternyata dia menyadari kalau itu memang
konyol...!
Batin
Masumi.
“Tapi,
kenapa aku sampai harus merayakan hari-hari itu? Apa kau tidak
memikirkannya?”tanya Maya.
Masumi
tertegun. Tidak sedikitpun, secercah, setetes—atau se apa pun itu yang mewakili
kuantitas kecil—yang terlintas di benaknya mengenai maksud Maya.
Pria itu
hanya memandanginya bingung.
Maya tahu
Masumi masih belum mengerti maksudnya.
“Pak Masumi,
apa kau tahu? Aku sangat bahagia mendengar kau mengatakan, bahwa jika aku
bicara, kau akan mendengarkan dan jika aku meminta kau akan mengabulkan,”kata
Maya, menatap Masumi. “Tapi, aku akan sangat bahagia jika kau melakukan sesuatu
tanpa aku memintanya terlebih dahulu,” tutur Maya.
Masumi masih
tidak mengerti.
“Misalkan
jika aku habis potong rambut, kau akan memuji potongan rambutku. Atau kau memuji rok yang kukenakan tanpa aku harus bertanya terlebih dahulu
apakah potongan rambut atau rok-ku itu bagus,” papar Maya.
“Tapi rok
apa pun yang kau kenakan pasti terlihat bagus, karena kau yang mengenakannya,”
ujar Masumi.
Dan potongan rambutmu sudah seperti itu sejak
tujuh tahun yang lalu...
Pikirnya.
Maya
menyandarkan punggungnya dan mengerucutkan bibirnya.
“Itu namanya
rayuan gombal!” seloroh Maya.
“Tidak, aku
sungguh-sungguh,” ucap Masumi.
“Pak
Masumi!!” Maya mengangkat kembali badannya dari sandaran. “Anda mengerti kan
maksudku?” rajuk Maya.
Keduanya
berpandangan.
“Aku mengerti,”
kata Masumi kemudian.
“Tapi
Sayang, aku ini, tidak pandai menghadapi wanita. Kau tahu...” Masumi meraih
sejumput rambut Maya dan memainkannya. “Aku belum pernah jatuh cinta selain
denganmu. Selain itu, sekian lama aku hanya tahu bahwa kau membenciku. Aku
tidak tahu benar bagaimana berpikir dan berperilaku yang akan membuatmu bahagia, karena selama ini aku terbiasa bersikap menyebalkan di depanmu,” gumam
Masumi.
Pak Masumi...
Maya menatap
pria itu.
“Lagipula,
jika aku sungguh-sungguh bisa membaca pikiranmu, aku tidak akan memerlukan
waktu bertahun-tahun untuk menaklukkan hatimu,” ujar Masumi. “Aku tidak suka
bertengkar denganmu. Sudah terlalu lama kita bermusuhan. Jadi maafkanlah aku,
dan katakanlah keinginanmu Sayang, aku berjanji akan berusaha lebih memahami
dirimu...” bujuk Masumi. “Tapi sekarang, aku benar-benar tidak tahu apa yang
harus kulakukan...”
Sekian lama
keduanya berpandangan.
Maya akhirnya menghela nafasnya, memutuskan untuk memaparkan isi hatinya kepada
Masumi.
“Pak Masumi,
aku... kesepian karena kau jarang menemuiku,” aku Maya. “Aku tahu kau sibuk,
tapi aku ingin sekali kau meluangkan lebih banyak waktu untukku,” kata Maya,
matanya mulai berkaca-kaca. “Tapi aku segan jika harus mengatakannya kepadamu.
Tadinya kupikir kau bisa mengerti sendiri apa yang kuinginkan,”terang Maya.
“Mungkin ini terdengar egois. Tapi aku ini,
punya kekasih tetapi seperti tidak punya kekasih. Aku iri melihat mereka yang
sering bersama-sama dengan kekasihnya sementara aku sendirian,” Maya menahan
isakannya. “Sedangkan mereka punya tempat rahasia, punya hobi yang dilakukan
bersama, sampai ada yang menggunakan bahasa rahasia,”gumam Maya.
“Sedangkan
aku, bertemu saja sangat sulit. Harus ada alasannya kalau ingin berlama-lama
denganmu. Makanya...” Maya memelankan suaranya. “Aku mencatat semua hal
mengenai kita dari yang penting sampai hal yang tidak penting,” aku Maya.
“Aku panik
kalau tidak ada sesuatu untuk dirayakan, untuk dijadikan alasan kau menemaniku.
Belakangan ini tidak ada yang terjadi, tapi aku ingat kau pernah mengajakku
mendayung dulu, makanya aku ingin memperingatinya. Karena kau!” Maya memasung
tatapannya kepada Masumi, “tidak mengerti kalau aku ini sangat merindukanmu dan
ingin bersamamu, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Karena tidak
seperti orang lain, kekasihku ini direktur muda Daito, yang untuk mengatur
kencannya saja harus melalui sekretarisnya!” Sungut Maya. “Dan kau menjadi
lebih perhatian kalau aku sedang marah saja,” imbuhnya.
Maya...
“Maaf,”gumam
Masumi.
Dia sekarang
mengerti.
Pria itu
membelai rambut Maya.
“Maaf ya,
Sayang. Aku, memang tidak peka...” sesalnya.
“Tidak apa-apa!” gumam Maya, menahan isakannya dan masih terdengar kesal.
“Kupikir,
kau sekarang juga sangat sibuk, jadi, kalaupun kita tidak sering bertemu, itu
juga memang yang terbaik untukmu,” terang Masumi.
“Tapi
ternyata aku salah,” sesalnya.
“Aku, aku juga sangat merindukanmu Maya. Selalu memikirkanmu dan kadang tidak
tahan ingin bertemu. Tapi aku tidak ingin mengganggu jadwalmu. Apalagi, aku
merasa, selama enam bulan ini yang kulakukan hanya membuatmu kesal, karena
sering sekali pertemuan kita berakhir dengan kau marah karena aku tidak
mengingat hari-hari istimewa itu,” tuturnya. “Jadi aku tidak mau mengganggu
pikiranmu dengan sering-sering memperlihatkan wajah menyebalkanku ini di
depanmu,” kata Masumi.
Maya
tertegun, dipandanginya Masumi.
“Kau
memikirkanku?” tanya Maya.
“Tentu saja,
setiap saat.” Masumi meyakinkan. “Aku minta maaf kalau selama ini tidak bisa
memenuhi keinginanmu, agar kita melakukan banyak hal bersama seperti
kebanyakan pasangan kekasih,” katanya sungguh-sungguh. “Tapi mulai sekarang aku akan berusaha meluangkan waktuku lebih banyak
untukmu,” janjinya.
Pak Masumi...
Maya
memandanginya, tersentuh. Gadis itu memutar badannya dan memeluk Masumi.
“Sayangku~”rajuk
Maya dengan manja.
Masumi
tersenyum lebar.
“Sudah tidak
marah lagi kan?” tanya Masumi.
Maya
menggeleng dalam pelukannya.
“Aku juga,
minta maaf, sudah menyusahkanmu...” kata Maya.
Masumi hanya
tersenyum. Dia senang mengetahui alasannya karena Maya sedang mencari perhatian
darinya.
“Eh,”Masumi
teringat sesuatu.
“Ada apa?”
tanya Maya.
“Aku ingin
mengajakmu ke suatu tempat,” kata Masumi.
“Ha? Malam
ini?” Tanya Maya.
“Justru
harus malam ini,” ujar Masumi.
Maya
memandanginya penuh tanda tanya.
“Ayo, ikut
aku, jangan lupa bawa baju ganti,” kata Masumi.
“Baju
ganti?”
=//=
“Pak Masumi,
kita mau kemana?” tanya Maya di perjalanan mereka.
“Kau lihat
saja nanti,” Masumi tersenyum misterius.
Mau kemana
sih?
Pikir Maya.
Dadanya berdebar-debar.
=//=
Satu
setengah jam perjalanan, akhirnya keduanya hampir tiba di tempat tujuan.
Masumi
menyisikan mobilnya. Mereka berhenti di suatu tempat seperti jalan masuk ke
hutan.
“Pak
Masumi?” Maya memberikan pandangan bertanya kepada kekasihnya tesebut.
Masumi
membukakan pintu bagi Maya. Gadis itu terlihat bingung.
Masumi lantas mengeluarkan selembar kain.
“Kemari, aku
akan menutup matamu,” katanya.
“Hah?
Menutup mataku?” Maya terkejut.
“Sudahlah,
tutup matamu,” pinta Masumi.
Maya hanya
merengut tetapi tidak protes.
Pria itu
menuntunnya memasuki hutan.
“Pak Masumi,
aku takut jatuh,” kata Maya saat berjalan tidak seimbang menginjak
ranting-ranting.
“Kan ada aku
yang memegangimu,” kata Masumi. “Aku akan menangkapmu kalau kau jatuh,” Masumi menenangkan.
Tidak lama
kemudian Maya sudah tidak merasa menginjak ranting-ranting lagi.
“Lepas
sepatumu,” Masumi berjongkok dan melepaskan sepatu Maya.
Maya hanya
menuruti.
Masumi
kembali menuntunnya.
Maya
merasakan kakinya basah, masuk ke dalam genangan air.
“Pak,
Masumi, ini, kita, mau kemana?” tanya Maya, gelisah.
“Tenanglah
Maya, percayalah kepadaku,” ujar Masumi.
Semakin lama
air itu semakin tinggi sampai sepinggang Maya.
Airnya
terasa hangat, mungkin karena siangnya matahari bersinar dengan terik.
Masumi
menyentuh simpul ikatan kain yang menutupi mata Maya.
“Buka
matamu,” kata Masumi saat dia sudah melepas kainnya.
Perlahan
Maya membuka matanya.
Dia
terkejut, mereka ada di tengah danau. Malam itu terlihat terang karena sedang
purnama. Bintang-bintang menghiasi langit malam itu yang mengatapi mereka. Dia
sangat takjub.
“Lihat
sekelilingmu, Maya,” kata Masumi, mengarahkan pandangannya ke permukaan air danau di sekeliling mereka.
Maya
menunduk, mengamati sekitarnya.
Langit malam
itu, terpantul sempurna di permukaan air danau.
Mata Maya
melebar.
“Indah
sekali...” desah Maya. “A, aku, merasa seperti berada di angkasa, berdiri di
antara bulan dan bintang...” gadis itu terharu.
“Kau suka?
Ini akan menjadi tempat rahasia kita,” ujar Masumi.
Maya
menengadahkan wajahnya, menatap tidak percaya kepada Masumi.
“Tempat
rahasia... kita?” tanya Maya tidak percaya.
“Benar,”Masumi
tersenyum.
Pria itu
membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Maya.
“Tempat
dimana kita bisa berada di tengah bulan dan bintang,” desis pria itu “dan
berenang di angkasa,” imbuhnya.
“Eh?”Maya
tertegun.
Byuur..!!
Masumi
menceburkan badannya, dia kemudian terlihat mengambang di danau tersebut.
“Lihat, aku
sedang berenang di angkasa sekarang,” kata Masumi.
Maya tertawa
riang.
Bayangan
bulan dan bintang di air danau tampak mengelilingi Masumi.
“Benar,” kata gadis itu, “seperti berenang di angkasa,” wajah gadis itu berbinar.
Masumi
kembali menegakkan badannya. Tubuhnya terlihat kuyup.
“Dan
sekarang, saatnya aku memberikan kado rahasia untuk Kekasihku,” kata Masumi.
“Kado
rahasia?” Maya menatap penasaran.
Masumi
mengambil air dengan kedua tangannya.
“Mana
tanganmu?” tanya Masumi.
Maya
mengikuti keinginan kekasihnya. Dia merapatkan kedua sisi telapaknya membentuk
mangkuk.
“Kau lihat
bintang yang ada di sana?” tanya Masumi, mengarahkan pandangannya ke dalam air
di tangannya.
Maya
mengangguk.
Masumi
menumpahkan air itu ke telapak Maya.
“Terimalah,
ini kado rahasiaku untukmu. Sebuah bintang,” ujar Masumi.
Maya
terkikik.
Diamatinya
bayangan bintang di dalam telapaknya.
Sebuah bintang dari Pak Masumi...
Tiba-tiba
gadis itu merasa sangat terharu Masumi melakukan semua ini untuknya hanya karena
perkataannya. Air mata gadis itu menetes.
“Bagaimana?
Apa kau bahagia?” tanya Masumi.
Maya
menengadahkan wajahnya memandang Masumi, lalu tersenyum bahagia.
“Aku sangat
bahagia,” gumam Maya.
Masumi
tersenyum lebar. Diangkatnya dagu gadis itu sebelum Masumi mengecup bibirnya.
Air di
telapak Maya mengalir terjatuh. Maya
kemudian meremas pakaian pria itu di dadanya.
Sebentar
bibir keduanya terpisah, Masumi lalu melingkarkan salah satu lengannya di tubuh
Maya, mendekatkan tubuh mungil kekasihnya ke tubuhnya. Dia kembali menciumnya,
kali ini lebih dalam lagi. Keduanya saling membalas ciuman dari satu sama lain.
Saat
keduanya kembali terpisah, Masumi bisa melihat wajah Maya yang tampak samar di
malam itu, merona.
“Aku
mencintaimu,” kata Masumi.
“Aku juga
sangat mencintaimu...” jawab Maya yang terlihat bahagia.
“Sayang, apa
kita juga harus mulai memakai bahasa rahasia sekarang?” tanya Masumi. “Misalkan
dengan menambahkan akhiran –ang pada setiap kata, seperti ‘Maya-ang aku-ang-mencintaimu-ang?’” tanya Masumi.
Maya
tertegun, lalu terkikik.
“Konyol!!”Serunya,
sambil memercikkan air ke wajah Masumi.
“Hei, kau!!”
Masumi menangkap lengan Maya dan menariknya hingga Maya jatuh kuyup.
“Kyaa Pak
Masumii~!!” Serunya kesal, tapi kemudian tertawa.
Keduanya
bemain-main di danau malam itu. Berkejar-kejaran di antara bintang-bintang dan
rembulan. Terlihat sangat bahagia.
Masumi
kembali menarik Maya ke dalam dekapannya dan menciuminya. Semakin lama semakin
kerap karena dia sangat merindukannya. Demikian juga gadis itu.
“Kali ini, kau
sudah memaafkanku, Sayang?” desah Masumi diantara nafasnya yang tidak teratur.
Maya
tersenyum lembut lalu mengangguk.
“Itu juga
kalau kau menciumku lagi,” Maya memberi syarat.
Masumi
menyeringai dan segera memenuhi persyaratannya.
"Maya, kau jangan pernah lupa hari saat aku sangat mencintaimu, Sayang," bisik Masumi pada gadis mungil tersebut.
Maya menatap
mata kekasihnya.
"Setiap
hari." Ucap Masumi.
Wajah gadis itu berbinar.
Dan Masumi
kembali mencium bibir Kekasihnya.
Maya bahagia
sekali malam ini.
=//=
“Nih, ganti
bajumu,” Masumi mengeluarkan handuk dan tas pakaian ganti Maya dari bagasi.
“Dimana aku
ganti baju?” tanya Maya.
“Di sana, di
dalam hutan,” Masumi menunjuk ke dalam hutan.
“Hah?”Maya
terkejut.
Masumi
terbahak.
“Aku hanya
bercanda,” katanya. Dia lalu membuka pintu belakang mobil. “Di dalam saja,”
ujar Masumi.
“Dasar!!”Sungut
Maya sebelum masuk ke dalam mobil.
=//=
“Pak Masumi,
aku sudah putuskan, hari ini juga akan kita peringati,” kata Maya
saat keduanya hendak kembali ke pusat kota.
“Hah?”Masumi
tertegun.
Hari ini juga???!!
“Iya benar!”
ujar Maya, bersemangat.
“Hari apa
ini namanya?” tanya Masumi.
“Hmm...”Maya
berpikir, “Peringatan hari Mawar Ungu. Karena kau sudah memberiku
sangat banyak mawar ungu,” kata Maya.
“Hari mawar
ungu? Bukankah kita sudah punya hari mawar ungu? Saat aku pertama kali mengirimimu mawar ungu sekaligus pementasan
perdanamu?” tanya Masumi.
“Oh, iya
ya...” Maya mengangguk-angguk. “Kalau begitu, ini Hari Mawar Ungu 2!” Maya
memutuskan.
“Ha?! Jadi
akan ada dua Hari Mawar Ungu dalam satu tahun?” tanya Masumi, pusing.
“Iya benar!”
Maya menyeringai. “Tapi Hari Mawar Ungu 2 tidak dirayakan setahun sekali, tapi
setiap bulan purnama!” Seru Maya. “Setiap malam bulan purnama, kau harus
memberiku banyak bunga mawar ungu, membawaku ke tempat rahasia kita, memberiku
kado rahasia,” ujar Maya berbinar-binar. “Kyaaaa~!!” gadis itu terpekik senang memikirkannya.
Ckiiiitt!!!!
Masumi
mengerem mobilnya. Menoleh kepada Maya.
“Kita
melakukannya... Setiap malam bulan purnama...?” tanya Masumi tidak percaya.
“Ung!!”Maya
mengangguk bersemangat. "Kalau cuacanya memungkinkan, kita lakukan
peringatan Hari Mawar Ungu 2!!!"
Duk!
Masumi menumbukkan kepalanya ke atas setir.
Setiap malam bulan purnama kami harus melakukan
ini....??!
Batinnya.
“Dan kalau
kau sampai lupa,” ujar Maya. “Aku tidak akan! tidak akan! tidak akan
memaafkanmu!!!” Ancam gadis mungil itu.
Ya ampuuuuunnnnnnnnnn~~~!!!!
Jerit Masumi
dalam hatinya.
=//=
<<< Please Forgive Me ... End >>>
Categories
Author : Ty SakuMoto,
Fanfic: One-Shot,
Masumi,
Maya,
Mizuki
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
38 comments:
Ini FF one-shot, tapi belum selesai. karena blogger belakangan susah ngeditnya di aku, jadi aku posting separoh-separoh. terusannya masih aku ketik. Ntar malem juga udah tamat kok :)
Maaf ya jadi ribet...^^
kecintaanku, kata2 ini membuatku berdebar, ketimbang kata2 lainnya, buahahahaha, boleh juga, ternyata bertengkar itu juga bisa dibawa romantis, rasanya gimana gitu ya ty, sama selera kayaknya kita *PEDE AMAT EIKE*
lucu...ty....maya yg kekanak2an ha...ha kecian deh masumi kalo harus mengingat momen kebersamaannya bersama Maya, lanjot ty
hahahahahah kali ini lucu banget aduh smp cekikikan sendiri di dpn komputer ...
Kayaknya baru baca lagi nie Masumi ngerayu Maya ga pake emosi. Akhir2 ini haus akan keromantisan. xixixixix...*blushing
OMG!!!! ceritamu membuatku tertawa tanpa henti Tyyyyy. amat sangat menghiburrrrr
tengkyuuu Tyyyyyyyy....
wienna
nih maya marah betulan ato emank doyan ngerjain masumi?
Wakakakakakakakakkkk....!!!! Tyyyyy....ini sih kombinasi romantis - konyol - komedi XD XD Dari awal sampai akhir gua gak berhenti ketawa ngakak XD whuakakakakakakakkkk....!!!! Suka...suka...sukaaaa.....!!!!
Foto Masumi dengan tampang memelas sambil bawa papan" kumohon maafkan aku" kalau dibikin fan Pic kayaknya kereen tuh. Jarang-jarang ada fan pic Masumi dengan tampang bodor.. he..he..^^
Seruu Ty, suka banget!!
=Happy=
love this story
bikin aq ngakak di depan kompie huhuhu...
harusnya lebih banyak 1shoot kyk gini Ty
brighter my day ^^
bagus ty, ceritanya lucu dan segaarrr...
ngomong2 ini belum tamat kan???
*nadine*
preman, haikzhaikzhaikz, nenek2, hikzhikzhikz, teganya masumi, untung saja tdk ada wanita hamil tua yg ngasi pesan,
KOmen lagi ah.. Suka Masumi yang kayak gini nih.. yang fight ngerayu Maya meski harus konyol-konyolan. Yang hujan mawar ungu romantis bangeet.. Bahagia bgt jadi Maya, ya..^^
=Happy=
pak masumiiiiiiii <3
maw ke izu yah...??
hahahahahaha kocak abis ty. ketawa ampe guling-guling nih. d tunggu ya ty karya2 selanjutnya yang komedi romantis kayak gini
-bella-
masih tertawa sampai akhir
huhuhu...
tenkyu Ty, 1 shoot romantis yang di tunggu setelah sedih berkepanjangan di FFY
ha...ha..., ga nyangka Masumi si dingin gila kerja, bisa romantis euy...suka..suka...-khalida-
aku benar2 berharap kalo Maya cuman bercanda ttg Hari Mawar Ungu 2... *ikutan pusing kyk Masumi.
waakakakakakak..... masumi jd keliatan blo'onnya ya...?? hihihhihhi..., tapi ada hari yg paling kusuka dicrita ini "Hari dimana aku sangat mencintaimu" yakni SETIAP HARI, wwaaaaa... jd ikutan merona bacanya, Jempol lg buat Ty...
*Ephie*
lucu...
mawar dan bintang... romantis bangeettt!
*nadine*
Ty oh Ty, dimanakah imajinasi besarmu tersimpan di tubuh mungilmu..??!!!
kepikiran gitu loh berenang di angkasa
huhuhu...
suka sekali
-mia-
hahahaha,,,,,, masumiii kapok jd nya.. dasar maya emang usil de....:)
ya ampunnnnnnnnnnn.... X_X mayaaaa mayaaaaaa
hari ini..... hari tertawaaaaa
ahahahahahahaha.......
aku baca lagi dan masih aja terkagum-kagum n terkekeh dengan Masumi rekaan Neng Ty ini....setelah di Amnesia ini Masumi lain...Masumi yg gelo krn Cinta...aku ngebayangin Masumi wkt ngomong Maya! Sayangku! Kekasihku! Belahan Jiwaku! Kecintaanku! Curahan Hatiku! .....trus waktu ngusulin pake bahasa rahasia‘Maya-ang aku-ang-mencintaimu-ang?’” bener2 konyol abis...tapi aku suka he..he... Ayo Neng Ty kutunggu one shot lainnya yg bikin kita segar bugar -khalida-
masumi pusing 7 keliling, daripada pusing2, mending thawaf aja mas, sama 7 kali juga, hahahaha, pastinya bingung, tp ty, kok kayaknya ada yg kurang ya, tp juga bingung apanya yg kurang, akakak *sebenarnya segan ngomongnya*
tyyy... ini aku baca yang keempat kali...
nambah dong one shot-nya (ngelunjak nih)
*nadine lagi*
hahahaha....bagus banget TY.. sip..sip..sip.. ^_^ .... jadi penasaran gimana yah foto polaroid Masumi yg memelas ???
Dwi ASih Aw
good job,ty......:)
wahahahah g jg ud ngulang2 ni bacanya tetep ngakkaka wkwkwkwkk ;p
TOP BGT deh ty ahahah
anita f4evermania
kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa sukaaaa suka sukaaaaaaaaaaa!!! haaahahhahahahahahhahaaaaaa....
lucuuuuuu....ty, ini gue nobatkan sebagai one shot favorit gue!! makaciiiiii
-reita
kyahahahahahaha....baru ngelembuur baca ff...hihihihihi...ngakakak ketawa guling2.....hihihihhi...hahahahaaha.....sukaaaaaa....
hahahahha kapok tuh Masumi hahahahahahahahahahaha .....
hahahahha kapok tuh Masumi hahahahahahahahahahaha .....
Kocaaaaaak bgt mbaaaaaaa ty.sukaaaaaa
Suka critanya...lucu banget
Post a Comment
Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)