Thursday 15 September 2011

Fanfic TK: Please Forgive Me

Posted by Ty SakuMoto at 15:10

Genre: Comedy Romance

Rate: 18+



Please Forgive Me



“Pokoknya tidak akan kumaaafkaaaaaaaaaannn~~!!!” teriak Maya.

Braaa~~k!!!

Pintu apartemen gadis itu menutup hanya beberapa senti di hadapan wajah Masumi.

“Maya...! Mayaaa...!!!” Seru Masumi. “Ayolah Sayang, aku kan sudah meminta maaf.”

Bibirnya sudah berbuih memberi alasan dan memohon permintaan maaf dari kekasihnya itu, tapi percuma. Maya sama sekali tidak memaafkan. Sudah tiga hari gadis itu mendiamkan dan menghindarinya. Hari ini akhirnya Masumi bisa meluangkan waktunya dan mencegat Maya di apartemennya, tetap saja dia tidak memaafkan.

“Sayang, ayolah, aku tahu aku salah. Aku ‘kan sudah meminta maaf,” mohon Masumi di pintu apartemen.

“Aku tidak tahaan...” sejenak ucapan Masumi tertahan, karena untuk kesekian kalinya, ada beberapa orang yang lewat di lorong apartemen itu. Masumi melanjutkan setengah berbisik, “kalau kau mendiamkanku seperti ini, bujuknya.

Masumi tahu mereka terheran dan terkikik di belakangnya, tapi pria itu tidak peduli.

“Ayolah Sayang, Kekasihku, Belahan Jiwaku, Kecintaanku, Curahan Hatiku, Bidadariku,”Masumi berusaha mengingat panggilan kesayangannya untuk Maya selama ini yang biasanya membuat gadis itu merona dan luluh hatinya.

“JRENGG!!!!!”

Sebuah suara terdengar dari dalam apartemen.

“Maya?”Masumi tertegun.

Pria itu kemudian menempelkan telinganya ke pintu.

“WAA!!!!”Masumi terperanjat. Tiba-tiba terdengar sebuah lagu metal yang sangat memekakkan dari dalam apartemen Maya dan membuat telinga Masumi hampir tuli.

“Maya!!!”Panggil Masumi, dengan jantung yang masih berdebar kuat karena terkejut.

Masumi yakin gadis itu tidak mendengarnya, yang ada seruannya malah dibalas teriakan oleh si vokalis pelantun musik metal tersebut.

“Hhh...!!”Masumi menghempaskan nafasnya.

Sudah cukup untuk hari ini. Dia menyerah. Membujuk Maya lebih sulit dari membujuk aktris dan investor mana pun dalam hidupnya.

=//=

“Belum berbaikan?” tanya Mizuki, meletakkan kopi untuk atasannya.

Masumi menggeleng putus asa.

“Sudahlah Pak Masumi, Anda kan sudah tahu Maya nanti juga luluh sendiri. Mungkin sekarang dia memang masih marah. Saya mohon Anda jangan melampiaskan kekesalan Anda kepada para pegawai. Kasihan mereka. Bisa-bisa bekerja di Daito dimasukkan ke dalam daftar salah satu penyebab sakit jantung,” kata Mizuki.

Masumi meneguk kopinya tidak tenang.

“Tapi dia tidak pernah semarah ini. Padahal aku sudah berkali-kali minta maaf. Semalam aku menunggu di apartemennya walaupun ada hal yang harus kukerjakan. Eh, dia malah tidak mempedulikanku,keluh Masumi.

“Memangnya apa yang menyebabkannya marah Pak Masumi?” tanya Mizuki.

“Ya ampun, Mizuki. Masalahnya sangat sepele! Hanya karena aku lupa tanggal kami pertama kali mendayung bersama! Waktu itu dia bertanya, ‘apa kau ingat hari apa ini?’ Aku jawab, ‘ya. Hari sabtu,’ dan dia bilang, ‘bukan itu!’ Aku sudah mengingat-ingat. Aku tidak ada rapat hari itu, juga bukan jadwal audit, ataupun premier film baru. Aku juga tahu itu bukan ulang tahunnya, juga bukan ulang tahunku! Bukan hari pertama kali kami bertemu! Bukan hari jadi kami! Bukan ulang tahun ibunya, atau ibuku,” cerocos Masumi kesal.

“Mmhh... Pak Masumi,” Mizuki berusaha menenangkan atasannya karena dia melihat Maya muncul dari balik pintu.

“Bukan hari pertama kali kami berkencan, bukan hari pertama kali aku memberinya mawar ungu. Juga bukan hari natal, atau tahun baru, atau valentin, atau ulang tahun Daito! Aku benar-benar pusing!! Dan kau tahu apa jawabannya. ‘Ini adalah hari dimana kau mengajakku mendayung pertama kali!!’ katanya.” Masumi meninggikan suaranya menirukan Maya.

“Mmhh... Pak Masumi!” tegur Mizuki.

“Jangan salah sangka, Mizuki. Aku mencintainya, sangat mencintainya. Tapi seumur hidupku, aku hanya tahu bahwa tanggal diadakan rapat dan pertemuan bisnis serta launching produksi baru Daito adalah satu-satunya tanggal yang perlu kuingat! Oh, Tidak. Itu pun tugas-mu, untuk mengingatkanku.”Ujarnya kepada Mizuki.

“Dan sejak kami berpacaran, walau baru 6 bulan, kami sudah sering bertengkar. Kau tahu polanya? Selalu dimulai dengan dia bertanya, ‘apa kau ingat hari apa ini?!’” Seru Masumi, frustrasi.

Mizuki hanya tersenyum meringis.

“Aku benar-benar tidak tahu lagi! Aku sangat pusing dibuatnya. Apa nanti aku juga harus mengingat hari pertama kali aku mengajaknya ke Disneyland?! Hari pertama kali kami jalan-jalan ke mall? Hari pertama kali kami memelihara kucing? Atau hari pertama kali—“

“Tidak perlu!!” Seru Maya.

Eh?!

Masumi tertegun, dia memutar badannya.

“Maya!”Serunya.

Wajah Masumi terlihat riang, tapi kemudian menghilang. Dia kembali memandang Mizuki.

Sang sekretaris mengangguk tidak kentara. Membenarkan dugaan bosnya bahwa gadis itu mendengar semua perkataannya.

“Ah, Sayang!” Masumi kembali berbalik kepada Maya, memasang wajah membujuk. “Aku bisa menjelaskan—“

“Tidak ada yang perlu dijelaskan!” Potong Maya. “Kau tahu Pak Masumi, kau tidak perlu lagi mengingat hari apa pun yang pernah terjadi di antara kita. Kau hanya perlu mengingat satu hari saja. Hari ini. Hari dimana hubungan kita berakhir!”

“Hah?! Maya! Apa maksudnya? Kau jangan bercanda!” tolak Masumi.

“Aku tidak bercanda. Aku sudah selesai denganmu. Kau tidak pernah benar-benar mempedulikanku. Yang kau pikirkan hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Kau bahkan lebih sering bersama Nona Mizuki daripada aku! Sudah cukup! Aku juga sudah tidak ingin mempedulikanmu lagi. Selamat tinggal Pak Masumi, selamat bekerja!!” Maya segera keluar dengan membanting pintu.

Masumi terhenyak. Dipandanginya pintu yang tertutup rapat.

Keadaan senyap beberapa waktu. Masumi masih bingung. Nalarnya sama sekali tidak dapat mencerna yang baru saja terjadi dengan cepat di kantornya.

“Apakah dia baru saja memutuskan hubungan kami?” gumam Masumi, tidak yakin.

“Saya rasa begitu Pak,” jawab Mizuki.

“Karena... aku punya pekerjaan dan sering bersama sekretarisku?” Masumi linglung.

“Saya rasa bukan itu alasannya,” koreksi Mizuki.

“Karena aku melupakan peringatan hari pertama kali aku mengajaknya mendayung?” Masumi mengingat.

“Benar, Pak.” Mizuki membenarkan.

=//=

Hhh....!!!

Masumi menghempaskan nafasnya, bingung.

Maya ingin memutuskan hubungan dengannya? Setelah dia menunggunya bertahun-tahun? Setelah semua yang mereka lalui untuk bersama? Semua harus diakhiri dalam enam bulan, hanya karena dia tidak ingat tanggal dia mengajak Maya mendayung pertama kali? Tidak! Masumi tidak terima!

Bugg!!!

Masumi menggebrak keras meja di hadapannya dengan tinjunya.

“Enak saja!! Tidak akan kubiarkan!” Serunya.

Mizuki yang duduk di dekatnya menghela nafas dan memejamkan matanya putus asa sambil menggelengkan kepalanya perlahan.

Berpasang-pasang mata mengalihkan pandangannya kepada Masumi.

“A, apa ada yang salah dengan presentasi saya Pak?” Tanya Kato yang sedang membacakan laporannya.

Eh?!

Kesadaran Masumi kembali bersamaan dengan rasa malunya, karena pikirannya sempat mengawang dari rapat yang sedang dilakukannya.

“Aa! eh, tidak, tidak, maaf, teruskan,” kata Masumi agak terbata.

Mizuki menelan ludahnya tidak kentara. Sudah mulai tidak tahan dengan kelakuan atasannya itu.

“Maaf kami terlambat,” kata seseorang bersamaan dengan dibukanya pintu ruang rapat.

Yang masuk adalah Hara, manajer Maya bersamaan dengan Maya di belakangnya.

“Maya baru selesai foto, mohon maaf karena keterlambatannya,” kata Hara dengan sungkan.

“Tidak, tidak, tidak apa-apa,” kata Masumi dengan sangat ramah.

Pria itu tersenyum sumringah.

Maya tidak menghiraukannya dan segera duduk di kursi yang disediakan.

“Mizuki,”perintah Masumi.

Mizuki mengangguk, lalu memberikan dokumen kepada Maya dan manajernya terkait film baru yang akan dimainkan Maya.

Maya membaca berkas-berkas mengenai pekerjaan barunya tersebut. Saat membaca halaman terakhir, Maya tertegun. Ada sesuatu yang terselip. Foto polaroid Masumi. Di fotonya Masumi memasang wajah memelas sambil memegang sebuah papan seperti foto seorang tahanan polisi.

Papan yang dipegang Masumi itu bertuliskan: [Kumohon maafkan aku...]

Mata gadis itu melebar. Maya sedikit terkejut dan jujur saja dia ingin tertawa dengan perilaku Masumi, tapi dia menahan dirinya.

“Bagaimana Nona Maya?” panggil Masumi.

“Eh?!”Maya mengangkat wajahnya, menatap Masumi.

“Apa kau setuju dengan tawaran yang kami ajukan?” tanya Masumi.

Maya terdiam, berpikir.

“Aku tidak keberatan dengan semua rencananya,” ujarnya. Kecuali untuk bagian terakhir, aku menolaknya.” Tegas Maya.

Masumi tertegun. Maya masih tidak memaafkannya. Pria itu kembali menghembuskan nafasnya lemah.

=//=

“Mari kita berharap rencana ini bisa sukses,” kata Masumi, yang ucapannya segera diamini dan diiringi tepuk tangan dari peserta rapat lainnya.

Rapat akhirnya selesai. Selama rapat itu Masumi beberapa kali memperhatikan Maya. Dia sangat rindu. Tapi gadis itu terlihat tidak peduli, atau pura-pura tidak peduli. Masumi yakin yang benar adalah pilihan kedua. Dia tahu gadis itu sangat mencintainya.

“Maya!”Panggil Masumi.

Gadis itu menoleh kepada Masumi.

“Bisa ke kantorku sebentar? Ada yang ingin kubicarakan,” kata Masumi.

“Aku sibuk,” tolak Maya. “Setelah ini masih ada jadwal untuk—“

“Kurasa hal itu bisa menunggu, hanya sebentar,” paksa Masumi.

“Aku tidak bisa. Jadwalku sangat padat, iya kan Pak Hara?” Maya mencari dukungan kepada Hara.

“Eh, iya Pak Masumi, setelah ini Maya harus—“

“Hanya SEBENTAR! Kalau sebentar saja tidak apa-apa kan, HA-RA?” tekan Masumi.

“Ah, iya, “ Hara menelan ludahnya. “Saya rasa tidak akan menjadi masalah, Maya. Aku tinggal meminta mereka menunggu sebentar,” ujarnya kemudian.

Maya mengerucutkan bibirnya, tidak suka.

“Hanya sebentar!” Maya menekankan.

Masumi tersenyum.

=//=

“Apa kau masih marah?” tanya Masumi saat keduanya sudah tiba di kantor Masumi.

“Apa itu yang ingin kau bicarakan? Nanti saja. Aku tidak ada waktu. Aku yakin kau juga tidak ada waktu,” sindir Maya.

“Sayang, ayolah,” bujuk Masumi. “Aku kan sudah meminta maaf. Aku janji aku akan mengingat hari peringatan pertama kali kita mendayung bersama,” rayunya. “Aku sudah mencatatnya dalam buku agenda agar tahun depan tidak lupa,” imbuhnya.

Maya menoleh, masih merengut.

“Kau pikir itu saja?” tanya Maya.

Eh?!

Masumi tertegun.

“Apa ada hal lainnya? Bukankah karena itu kau marah kepadaku?” Masumi jadi bingung lagi.

Maya tidak menjawab, hanya mendengus kesal.

Masumi berusaha mengingat, apakah ada peringatan lainnya yang dia lupa. Tapi dia tidak ingat.

“Maya, aku benar-benar tidak tahu, apakah ada hal lainnya? Ayo bicaralah,” bujuk Masumi.

Maya beranjak dari kursinya.

“Pikirkan saja sendiri!!” Serunya ke arah Masumi. “Aku mau pergi!!”

“Maya!”Masumi menahan pergelangan gadis itu. “Kau kenapa? Aku kan hanya lupa hari peringatan mendayung bersama. Dan aku sudah minta maaf. Bukankah aku sudah bilang, lain kali aku akan mengingatnya. Aku berjanji!” kata Masumi.

“Pasti dalam hatimu kau berpikir aku ini konyol sekali kan? Mengingat-ingat semua hari itu—“

“Aku tidak berkata begitu,” elak Masumi.

“Kau memang tidak mengatakannya! Tapi kau memikirkannya!! Aku ini konyol! Hanya memikirkan hal-hal sepele!”

“Maya! Aku tidak mengerti lagi kemana arah pembicaraan kita!”

“Kau memang tidak akan mengerti, karena kau tidak pernah mencoba untuk mengerti!”Seru Maya.

Keduanya terdiam, tegang.

“Maya, tidak bisakah kita seperti biasanya?” Masumi mendekati Maya. “Aku membuat kesalahan, lalu kau marah,” katanya. “Aku meminta maaf, kau tambah marah,”imbuhnya. “Lalu aku meminta maaf lagi, baru kau memaafkan,” Masumi tersenyum lembut, “Lalu kita...” Masumi mendekatkan bibirnya ke leher Maya, “selanjutnya...”

“Kau mengulangi kesalahan lagi!” Sambar Maya.

Masumi tertegun, mengangkat kepalanya.

Maya mendorong tubuh besar pria itu dari hadapannya.

“Lalu aku marah lagi, kau minta maaf lagi. Aku memaafkan, tapi kemudian kau mengulangi kesalahan yang sama,” Maya mendelik kepada Masumi. “Kau tidak pernah menganggapku serius.”

“Tapi, ini kan baru pertama kalinya aku lupa dengan hari peringatan mendayung bersama,”ujar Masumi.

Aku bahkan baru tahu kalau hari itu ada...

Pikirnya.

“Benar kan? Bahkan sekarang kau tidak menganggapku serius!” Hardik Maya. “Sudahlah!”Maya mendorong Masumi menjauh.

“Maya!”cegah Masumi.

Tapi Maya tidak menghiraukannya dan pergi keluar dari kantor Masumi.

“Ya ampuuuuuunnn!!!” Masumi meremas rambutnya sendiri, merasa gemas.

Dibantingnya tubuhnya ke atas sofa.

Maya, jangan pikir kau bisa menyingkirkanku begitu saja! Aku tidak akan menyerah. Lihat saja, kau harus tahu Masumi Hayami bisa melakukan apa saja untuk mendapatkan keinginannya!

“Sudah Pak, melamunnya?” tegur Mizuki yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapan Masumi.

Masumi sedikit terperanjat, menengadahkan wajahnya memandang sekretarisnya tersebut.

“Wanita!”keluh Masumi. “Aku benar-benar tidak mengerti!!”

Mizuki meletakkan cangkir berisi kopi untuk Masumi.

“Sebenarnya mudah saja Pak Masumi. Wanita itu lemah pada satu hal dari seorang laki-laki. Kesungguhannya. Asal Anda sungguh-sungguh menginginkan Maya kembali, dan dia bisa melihat kesungguhan Anda meminta maaf, saya yakin gadis itu akan kembali ke pelukan Anda,” Mizuki menenangkan.

“Tapi aku sudah berusaha—“

“Dengan menyelipkan polaroid di dalam dokumen?” Mizuki berusaha menahan tawanya karena melihat wajah Masumi yang sangat serius.

“Yaaa... sampai saat ini baru itu yang terpikirkan olehku. Masa aku harus merayu dan meminta maaf padanya di hadapan orang lain? Atau aku harus—“ Masumi tertegun.

Wajahnya kembali berbinar.

“Mizuki, nanti mintakan jadwal Maya untuk hari Minggu dari Hara,” perintah direktur muda itu dengan mata berkilat.

“Eh? Baik...” Mizuki menyanggupi. “Apa Anda punya sebuah rencana?”

“Iya, benar!” Masumi terlihat yakin.

“Dan rencana ini lebih baik dari polaroid dengan wajah memelas Anda di dalamnya?”Mizuki khawatir.

Masumi hanya tersenyum. Dia terlihat sangat percaya diri.

“Baiklah Pak Masumi, nanti saya mintakan.” Ujar Mizuki.

“Terima kasih Mizuki, kau memang sekretaris terbaikku.” Puji Masumi.

Masumi tiba-tiba tertegun.

“Mizuki, apakah hanya kami, atau ada pasangan lain yang memang terbiasa merayakan peringatan hari pertama kali mereka mendayung bersama?” tanya Masumi ragu.

“Saya tidak ingat pernah mendengar pasangan lain melakukannya,” Mizuki juga terdengar ragu.

“Ah, baguslah. Kupikir hanya aku yang ketinggalan tren saat ini,” Masumi terdengar lega.

Mizuki hanya bisa menahan tawanya.

=//=

Maya membuka matanya pagi itu.

Pak Masumi...

Batinnya rindu. Maya tidak mengelak, dia sangat merindukan pria itu. Dibukanya laci di samping tempat tidurnya. Maya mengambil foto polaroid Masumi yang diselipkannya di dalam dokumen.

Gadis itu tersenyum, lalu tergelak. Foto itu selalu berhasil membuat hatinya merasa riang. Masumi terlihat sangat konyol.

“Selamat pagi,” Maya mengecup foto itu. “Laki-laki konyol!!” gumamnya, lantas menyeringai.

Maya memang marah kepada Masumi. Setelah enam bulan bersama, sangat sedikit waktu yang mereka habiskan. Namun Masumi seperti tidak mengerti bahwa dia merasa kesepian. Pria itu selalu saja memprioritaskan pekerjaannya. Maya tahu Masumi orang penting, sangat sibuk. Tapi Masumi tidak pernah bisa memahaminya, dan tidak pernah berusaha memahaminya. Untuk pertengkaran kali ini, Maya tidak ingin menyerah dengan mudah seperti sebelumnya. Masumi harus bisa memahami apa yang Maya inginkan darinya tanpa dia mengatakannya. Itu kan tugas laki-laki!

=//=

Seperti biasa Maya berlari menggunakan celana joggingnya ke pinggiran sungai untuk melatih suaranya. Mentari musim panas terasa hangat pagi itu. Ada beberapa orang yang mengenalnya menyapanya dan Maya tersenyum.

“Kakak,”sapa seorang anak kecil.

Maya menunduk.

“Iya?”Gadis itu tersenyum.

“Ini buat kakak,” anak kecil itu menyodorkan sesuatu.

“Mawar ungu?” Maya tertegun.

“Iya, dari seorang Paman, katanya dia mencintaimu, dia mohon kau mau memaafkannya,”kata anak kecil itu dengan polos.

Eh?

Wajah Maya merona.

“Te, terima kasih,” Maya menerima bunganya. “Darimana kau...” belum selesai Maya bicara anak itu sudah berlari pergi.

Maya memutar kepalanya mencari-cari, tapi sosok yang dicarinya tidak terlihat.

Pak Masumi...?

Maya masih bingung. Dipandanginya setangkai mawar ungu yang dipegangnya.

“Maya?”sapa seseorang.

“Ya?”Maya mengangkat wajahnya.

Dia tidak kenal.

“Ini untukmu,” kata yang menyapanya, seorang wanita.

Mawar ungu...

“Katanya dia sangat mencintaimu dan minta maaf untuk kesalahannya,” wanita itu tersenyum.

Maya menerima setangkai mawar ungu tersebut sambil mengangguk tergugup. Wajahnya terasa menghangat.

Tapi itu bukan mawar terakhir yang diterimanya pagi itu. Masih ada beberapa orang lain yang tidak dikenalnya yang menyerahkan setangkai mawar ungu kepadanya. Mereka membawa pesan yang sama: ‘Dia bilang dia sangat mencintaimu dan minta kau memaafkannya.’

Ada seorang nenek, anak kecil, ibu-ibu, seorang paman, tukang burger langganannya sampai preman setempat masing-masing menyampaikan setangkai mawar ungu untuknya.

Saat preman itu menghampirinya, Maya sangat terkejut, namun dia juga ternyata membawa pesan yang sama dari Masumi untuknya.

Selain itu, kadang para perantara itu juga menambahkan pesannya sendiri. Ada yang mengatakan, “dia sepertinya sungguh-sungguh, kau lebih baik memaafkannya. “, dan “Dia terlihat seperti pria yang baik hati, aku yakin dia tidak bermaksud menyakiti hatimu,” walaupun orang-orang itu tidak tahu apa masalahnya. Dan banyak pesan lainnya.

Maya memandangi tumpukan mawar ungu dalam pelukannya. Sudah ada puluhan. Setiap mawar mewakili permintaan maaf Masumi kepadanya.

Pak Masumi...

Maya merasa tersentuh, dia bahagia. Saking bahagianya sampai ingin menangis.

Apa aku maafkan saja ya...

Pikir Maya ragu-ragu.

Tapi semua tidak selesai di sana. Bahkan saat Maya melakukan fitting kostum siangnya, seorang asisten menyerahkan setangkai mawar ungu dan menyampaikan hal yang sama. Juga beberapa staf pemotretan siang itu, bahkan fotografernya sendiri.

Hal itu kembali dialaminya saat dia datang ke kantor redaksi sebuah majalah, setiap staf memberinya setangkai mawar ungu.

“Ayo Maya, dimaafkan saja,” kata seorang penulis rubrik.

Kembali dipandanginya tumpukan mawar sesi ketiga di pelukannya. Akhirnya Maya mengangguk perlahan sambil meneteskan air mata.

“Apa... apa, ini akan dimasukkan ke majalah?” tanya Maya, khawatir dan malu. Air matanya masih menetes.

“Tidak. Kalau kami lakukan, bisa-bisa kami jadi pengangguran,” kata seorang wartawan.

Maya tertawa kecil di antara isakannya.

=//=

Malam menjelang, Maya turun dari mobil Hara setelah menerima mawar lainnya dari sopir dan juga manajernya tersebut. Maya pikir hujan mawar dan permintaan maaf untuknya hari itu sudah selesai, tapi dia salah.

Dimulai sejak Maya masuk ke gedung apartemen, sampai di depan pintu apartemennya, dia masih menerima sekuntum mawar ungu dan untaian permintaan maaf untuknya. Dengan cepat Maya memutar kuncinya, dan segera masuk ke apartemennya setelah sebelumnya menerima sekuntum mawar dari tetangganya.

“Selamat malam,” sapa Masumi.

Pria itu berdiri beberapa meter di hadapannya, menggenggam buket mawar ungu di tangannya.

“Pak Masumi...!” mata gadis itu melebar, terkejut melihatnya. “Ba, bagaimana Anda bisa masuk?” Maya terheran.

“Aku meminta Hara membuat cadangan kunci apartemenmu,” kata Masumi, tersenyum simpul.

Dasar pria ini...

Pikir Maya.

Dia tahu Masumi selalu menemukan jalan untuk mencapai keinginannya.

“Apa kau sudah terima pesanku?” tanya Masumi.

Maya mengalihkan pandangannya kepada mawar-mawar ungu di pelukannya, juga beberapa mawar yang sudah sampai terlebih dahulu tadi pagi yang tampak menumpuk di ruangannya.

“Kau lihat sendiri,” ujar Maya, pura-pura tidak acuh.

Masumi tersenyum.

“Masih belum selesai,” katanya lembut, “masih ada satu lagi untukmu.”

Masumi menghampiri gadis itu untuk menyerahkan buket mawar ungunya.

“Maya, Kekasihku. Kumohon maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai hatimu. Aku sangat mencintaimu. Aku tahu aku memang tidak bisa memahami keinginan seorang wanita, tapi bukan berarti aku tidak peduli,” bujuk Masumi lembut.

“Aku memang tidak bisa mengerti apa yang kau pikirkan, tapi jika kau bicara, aku akan mendengarkan,” pria itu mengelus pipi Maya dengan punggung jemarinya. “Jika kau meminta, aku akan berusaha mengabulkan,” janjinya. “Jika kau ingin aku merayakan peringatan hari mendayung, hari minum sake, hari memetik bunga, hari potong rambut, hari memandang bulan, atau apa pun, apa pun, akan aku lakukan,” pria itu meyakinkan. “Tapi jangan mendiamkan dan memusuhi aku. Maafkan aku, Sayang...”

Maya ingin tertawa mendengar ucapan Masumi. Tapi kata-kata Masumi terdengar tulus dan bersungguh-sungguh.

Masumi menyerahkan buket mawar ungu-nya dan Maya menerimanya.

“Apa yang harus kulakukan dengan mawar ungu sebanyak ini?” keluh Maya perlahan.

Masumi tersenyum lebar.

“Kau bisa memasaknya kalau kau mau. Aku yakin tidak akan ada yang protes jika Bidadari Merah memakan bunga mawar,” goda Masumi.

Maya mengerucutkan bibirnya manja.

“Kau memaafkanku kan?” bujuk Masumi.

Maya mengangkat pandangannya, menatap lembut Masumi.

“Tidak!”katanya kemudian. Dingin.

“Hah?!”Masumi tertegun.

“Maya! Sayangku! Kekasihku! Belahan Jiwaku! Kecintaanku! Curahan Hatiku! Bida—“

“Cukup!” Potong Maya.

Gadis itu berjalan melewati Masumi, lalu duduk di atas sofa.

Masumi mengikutinya.

“Kau tidak mengerti ya?” Maya menoleh kepada Masumi, memandang pria itu sendu. “Kenapa aku sangat kesal dan marah kali ini?”

“Karena aku lupa hari peringatan kita mendayung—“

“Tentu saja bukan!! Itu konyol!” seru Maya.

Ah, ternyata dia menyadari kalau itu memang konyol...!

Batin Masumi.

“Tapi, kenapa aku sampai harus merayakan hari-hari itu? Apa kau tidak memikirkannya?”tanya Maya.

Masumi tertegun. Tidak sedikitpun, secercah, setetes—atau se apa pun itu yang mewakili kuantitas kecil—yang terlintas di benaknya mengenai maksud Maya.

Pria itu hanya memandanginya bingung.

Maya tahu Masumi masih belum mengerti maksudnya.

“Pak Masumi, apa kau tahu? Aku sangat bahagia mendengar kau mengatakan, bahwa jika aku bicara, kau akan mendengarkan dan jika aku meminta kau akan mengabulkan,”kata Maya, menatap Masumi. “Tapi, aku akan sangat bahagia jika kau melakukan sesuatu tanpa aku memintanya terlebih dahulu,” tutur Maya.

Masumi masih tidak mengerti.

“Misalkan jika aku habis potong rambut, kau akan memuji potongan rambutku. Atau kau memuji rok yang kukenakan tanpa aku harus bertanya terlebih dahulu apakah potongan rambut atau rok-ku itu bagus,” papar Maya.

“Tapi rok apa pun yang kau kenakan pasti terlihat bagus, karena kau yang mengenakannya,” ujar Masumi.

Dan potongan rambutmu sudah seperti itu sejak tujuh tahun yang lalu...

Pikirnya.

Maya menyandarkan punggungnya dan mengerucutkan bibirnya.

“Itu namanya rayuan gombal!” seloroh Maya.

“Tidak, aku sungguh-sungguh,” ucap Masumi.

“Pak Masumi!!” Maya mengangkat kembali badannya dari sandaran. “Anda mengerti kan maksudku?” rajuk Maya.

Keduanya berpandangan.

“Aku mengerti,” kata Masumi kemudian.

“Tapi Sayang, aku ini, tidak pandai menghadapi wanita. Kau tahu...” Masumi meraih sejumput rambut Maya dan memainkannya. “Aku belum pernah jatuh cinta selain denganmu. Selain itu, sekian lama aku hanya tahu bahwa kau membenciku. Aku tidak tahu benar bagaimana berpikir dan berperilaku yang akan membuatmu bahagia, karena selama ini aku terbiasa bersikap menyebalkan di depanmu,” gumam Masumi.

Pak Masumi...

Maya menatap pria itu.

“Lagipula, jika aku sungguh-sungguh bisa membaca pikiranmu, aku tidak akan memerlukan waktu bertahun-tahun untuk menaklukkan hatimu,” ujar Masumi. “Aku tidak suka bertengkar denganmu. Sudah terlalu lama kita bermusuhan. Jadi maafkanlah aku, dan katakanlah keinginanmu Sayang, aku berjanji akan berusaha lebih memahami dirimu...” bujuk Masumi. “Tapi sekarang, aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan...”

Sekian lama keduanya berpandangan.

Maya akhirnya menghela nafasnya, memutuskan untuk memaparkan isi hatinya kepada Masumi.

“Pak Masumi, aku... kesepian karena kau jarang menemuiku,” aku Maya. “Aku tahu kau sibuk, tapi aku ingin sekali kau meluangkan lebih banyak waktu untukku,” kata Maya, matanya mulai berkaca-kaca. “Tapi aku segan jika harus mengatakannya kepadamu. Tadinya kupikir kau bisa mengerti sendiri apa yang kuinginkan,”terang Maya.

Mungkin ini terdengar egois. Tapi aku ini, punya kekasih tetapi seperti tidak punya kekasih. Aku iri melihat mereka yang sering bersama-sama dengan kekasihnya sementara aku sendirian,” Maya menahan isakannya. “Sedangkan mereka punya tempat rahasia, punya hobi yang dilakukan bersama, sampai ada yang menggunakan bahasa rahasia,”gumam Maya.

“Sedangkan aku, bertemu saja sangat sulit. Harus ada alasannya kalau ingin berlama-lama denganmu. Makanya...” Maya memelankan suaranya. “Aku mencatat semua hal mengenai kita dari yang penting sampai hal yang tidak penting,” aku Maya.

“Aku panik kalau tidak ada sesuatu untuk dirayakan, untuk dijadikan alasan kau menemaniku. Belakangan ini tidak ada yang terjadi, tapi aku ingat kau pernah mengajakku mendayung dulu, makanya aku ingin memperingatinya. Karena kau!” Maya memasung tatapannya kepada Masumi, “tidak mengerti kalau aku ini sangat merindukanmu dan ingin bersamamu, tapi aku tidak bisa mengatakannya. Karena tidak seperti orang lain, kekasihku ini direktur muda Daito, yang untuk mengatur kencannya saja harus melalui sekretarisnya!” Sungut Maya. “Dan kau menjadi lebih perhatian kalau aku sedang marah saja,” imbuhnya.

Maya...

“Maaf,”gumam Masumi.

Dia sekarang mengerti.

Pria itu membelai rambut Maya.

“Maaf ya, Sayang. Aku, memang tidak peka...” sesalnya.

“Tidak apa-apa!” gumam Maya, menahan isakannya dan masih terdengar kesal.

“Kupikir, kau sekarang juga sangat sibuk, jadi, kalaupun kita tidak sering bertemu, itu juga memang yang terbaik untukmu,” terang Masumi.

“Tapi ternyata aku salah,” sesalnya. “Aku, aku juga sangat merindukanmu Maya. Selalu memikirkanmu dan kadang tidak tahan ingin bertemu. Tapi aku tidak ingin mengganggu jadwalmu. Apalagi, aku merasa, selama enam bulan ini yang kulakukan hanya membuatmu kesal, karena sering sekali pertemuan kita berakhir dengan kau marah karena aku tidak mengingat hari-hari istimewa itu,” tuturnya. “Jadi aku tidak mau mengganggu pikiranmu dengan sering-sering memperlihatkan wajah menyebalkanku ini di depanmu,” kata Masumi.

Maya tertegun, dipandanginya Masumi.

“Kau memikirkanku?” tanya Maya.

“Tentu saja, setiap saat.” Masumi meyakinkan. “Aku minta maaf kalau selama ini tidak bisa memenuhi keinginanmu, agar kita melakukan banyak hal bersama seperti kebanyakan pasangan kekasih,” katanya sungguh-sungguh. “Tapi mulai sekarang aku akan berusaha meluangkan waktuku lebih banyak untukmu,” janjinya.

Pak Masumi...

Maya memandanginya, tersentuh. Gadis itu memutar badannya dan memeluk Masumi.

“Sayangku~”rajuk Maya dengan manja.

Masumi tersenyum lebar.

“Sudah tidak marah lagi kan?” tanya Masumi.

Maya menggeleng dalam pelukannya.

“Aku juga, minta maaf, sudah menyusahkanmu...” kata Maya.

Masumi hanya tersenyum. Dia senang mengetahui alasannya karena Maya sedang mencari perhatian darinya.

“Eh,”Masumi teringat sesuatu.

“Ada apa?” tanya Maya.

“Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat,” kata Masumi.

“Ha? Malam ini?” Tanya Maya.

“Justru harus malam ini,” ujar Masumi.

Maya memandanginya penuh tanda tanya.

“Ayo, ikut aku, jangan lupa bawa baju ganti,” kata Masumi.

“Baju ganti?”

=//=

“Pak Masumi, kita mau kemana?” tanya Maya di perjalanan mereka.

“Kau lihat saja nanti,” Masumi tersenyum misterius.

Mau kemana sih?

Pikir Maya. Dadanya berdebar-debar.

=//=

Satu setengah jam perjalanan, akhirnya keduanya hampir tiba di tempat tujuan.

Masumi menyisikan mobilnya. Mereka berhenti di suatu tempat seperti jalan masuk ke hutan.

“Pak Masumi?” Maya memberikan pandangan bertanya kepada kekasihnya tesebut.

Masumi membukakan pintu bagi Maya. Gadis itu terlihat bingung.

Masumi lantas mengeluarkan selembar kain.

“Kemari, aku akan menutup matamu,” katanya.

“Hah? Menutup mataku?” Maya terkejut.

“Sudahlah, tutup matamu,” pinta Masumi.

Maya hanya merengut tetapi tidak protes.

Pria itu menuntunnya memasuki hutan.

“Pak Masumi, aku takut jatuh,” kata Maya saat berjalan tidak seimbang menginjak ranting-ranting.

“Kan ada aku yang memegangimu,” kata Masumi. “Aku akan menangkapmu kalau kau jatuh,” Masumi menenangkan.

Tidak lama kemudian Maya sudah tidak merasa menginjak ranting-ranting lagi.

“Lepas sepatumu,” Masumi berjongkok dan melepaskan sepatu Maya.

Maya hanya menuruti.

Masumi kembali menuntunnya.

Maya merasakan kakinya basah, masuk ke dalam genangan air.

“Pak, Masumi, ini, kita, mau kemana?” tanya Maya, gelisah.

“Tenanglah Maya, percayalah kepadaku,” ujar Masumi.

Semakin lama air itu semakin tinggi sampai sepinggang Maya.

Airnya terasa hangat, mungkin karena siangnya matahari bersinar dengan terik.

Masumi menyentuh simpul ikatan kain yang menutupi mata Maya.

“Buka matamu,” kata Masumi saat dia sudah melepas kainnya.

Perlahan Maya membuka matanya.

Dia terkejut, mereka ada di tengah danau. Malam itu terlihat terang karena sedang purnama. Bintang-bintang menghiasi langit malam itu yang mengatapi mereka. Dia sangat takjub.

“Lihat sekelilingmu, Maya,” kata Masumi, mengarahkan pandangannya ke permukaan air danau di sekeliling mereka.

Maya menunduk, mengamati sekitarnya.

Langit malam itu, terpantul sempurna di permukaan air danau.

Mata Maya melebar.

“Indah sekali...” desah Maya. “A, aku, merasa seperti berada di angkasa, berdiri di antara bulan dan bintang...” gadis itu terharu.

“Kau suka? Ini akan menjadi tempat rahasia kita,” ujar Masumi.

Maya menengadahkan wajahnya, menatap tidak percaya kepada Masumi.

“Tempat rahasia... kita?” tanya Maya tidak percaya.

“Benar,”Masumi tersenyum.

Pria itu membungkukkan badannya dan berbisik di telinga Maya.

“Tempat dimana kita bisa berada di tengah bulan dan bintang,” desis pria itu “dan berenang di angkasa,” imbuhnya.

“Eh?”Maya tertegun.

Byuur..!!

Masumi menceburkan badannya, dia kemudian terlihat mengambang di danau tersebut.

“Lihat, aku sedang berenang di angkasa sekarang,” kata Masumi.

Maya tertawa riang.

Bayangan bulan dan bintang di air danau tampak mengelilingi Masumi.

“Benar,” kata gadis itu, “seperti berenang di angkasa,” wajah gadis itu berbinar.

Masumi kembali menegakkan badannya. Tubuhnya terlihat kuyup.

“Dan sekarang, saatnya aku memberikan kado rahasia untuk Kekasihku,” kata Masumi.

“Kado rahasia?” Maya menatap penasaran.

Masumi mengambil air dengan kedua tangannya.

“Mana tanganmu?” tanya Masumi.

Maya mengikuti keinginan kekasihnya. Dia merapatkan kedua sisi telapaknya membentuk mangkuk.

“Kau lihat bintang yang ada di sana?” tanya Masumi, mengarahkan pandangannya ke dalam air di tangannya.

Maya mengangguk.

Masumi menumpahkan air itu ke telapak Maya.

“Terimalah, ini kado rahasiaku untukmu. Sebuah bintang,” ujar Masumi.

Maya terkikik.

Diamatinya bayangan bintang di dalam telapaknya.

Sebuah bintang dari Pak Masumi...

Tiba-tiba gadis itu merasa sangat terharu Masumi melakukan semua ini untuknya hanya karena perkataannya. Air mata gadis itu menetes.

“Bagaimana? Apa kau bahagia?” tanya Masumi.

Maya menengadahkan wajahnya memandang Masumi, lalu tersenyum bahagia.

“Aku sangat bahagia,” gumam Maya.

Masumi tersenyum lebar. Diangkatnya dagu gadis itu sebelum Masumi mengecup bibirnya.

Air di telapak Maya mengalir terjatuh. Maya kemudian meremas pakaian pria itu di dadanya.

Sebentar bibir keduanya terpisah, Masumi lalu melingkarkan salah satu lengannya di tubuh Maya, mendekatkan tubuh mungil kekasihnya ke tubuhnya. Dia kembali menciumnya, kali ini lebih dalam lagi. Keduanya saling membalas ciuman dari satu sama lain.

Saat keduanya kembali terpisah, Masumi bisa melihat wajah Maya yang tampak samar di malam itu, merona.

“Aku mencintaimu,” kata Masumi.

“Aku juga sangat mencintaimu...” jawab Maya yang terlihat bahagia.

“Sayang, apa kita juga harus mulai memakai bahasa rahasia sekarang?” tanya Masumi. “Misalkan dengan menambahkan akhiran –ang pada setiap kata, seperti ‘Maya-ang aku-ang-mencintaimu-ang?’” tanya Masumi.

Maya tertegun, lalu terkikik.

“Konyol!!”Serunya, sambil memercikkan air ke wajah Masumi.

“Hei, kau!!” Masumi menangkap lengan Maya dan menariknya hingga Maya jatuh kuyup.

“Kyaa Pak Masumii~!!” Serunya kesal, tapi kemudian tertawa.

Keduanya bemain-main di danau malam itu. Berkejar-kejaran di antara bintang-bintang dan rembulan. Terlihat sangat bahagia.

Masumi kembali menarik Maya ke dalam dekapannya dan menciuminya. Semakin lama semakin kerap karena dia sangat merindukannya. Demikian juga gadis itu.

“Kali ini, kau sudah memaafkanku, Sayang?” desah Masumi diantara nafasnya yang tidak teratur.

Maya tersenyum lembut lalu mengangguk.

“Itu juga kalau kau menciumku lagi,” Maya memberi syarat.

Masumi menyeringai dan segera memenuhi persyaratannya.

"Maya, kau jangan pernah lupa hari saat aku sangat mencintaimu, Sayang," bisik Masumi pada gadis mungil tersebut.

Maya menatap mata kekasihnya.

"Setiap hari." Ucap Masumi.

Wajah gadis itu berbinar.

Dan Masumi kembali mencium bibir Kekasihnya.

Maya bahagia sekali malam ini.

=//=

“Nih, ganti bajumu,” Masumi mengeluarkan handuk dan tas pakaian ganti Maya dari bagasi.

“Dimana aku ganti baju?” tanya Maya.

“Di sana, di dalam hutan,” Masumi menunjuk ke dalam hutan.

“Hah?”Maya terkejut.

Masumi terbahak.

“Aku hanya bercanda,” katanya. Dia lalu membuka pintu belakang mobil. “Di dalam saja,” ujar Masumi.

“Dasar!!”Sungut Maya sebelum masuk ke dalam mobil.

=//=

“Pak Masumi, aku sudah putuskan, hari ini juga akan kita peringati,” kata Maya saat keduanya hendak kembali ke pusat kota.

“Hah?”Masumi tertegun.

Hari ini juga???!!

“Iya benar!” ujar Maya, bersemangat.

“Hari apa ini namanya?” tanya Masumi.

“Hmm...”Maya berpikir, “Peringatan hari Mawar Ungu. Karena kau sudah memberiku sangat banyak mawar ungu,” kata Maya.

“Hari mawar ungu? Bukankah kita sudah punya hari mawar ungu? Saat aku pertama kali mengirimimu mawar ungu sekaligus pementasan perdanamu?” tanya Masumi.

“Oh, iya ya...” Maya mengangguk-angguk. “Kalau begitu, ini Hari Mawar Ungu 2!” Maya memutuskan.

“Ha?! Jadi akan ada dua Hari Mawar Ungu dalam satu tahun?” tanya Masumi, pusing.

“Iya benar!” Maya menyeringai. “Tapi Hari Mawar Ungu 2 tidak dirayakan setahun sekali, tapi setiap bulan purnama!” Seru Maya. “Setiap malam bulan purnama, kau harus memberiku banyak bunga mawar ungu, membawaku ke tempat rahasia kita, memberiku kado rahasia,” ujar Maya berbinar-binar. “Kyaaaa~!!” gadis itu terpekik senang memikirkannya.

Ckiiiitt!!!!

Masumi mengerem mobilnya. Menoleh kepada Maya.

“Kita melakukannya... Setiap malam bulan purnama...?” tanya Masumi tidak percaya.

“Ung!!”Maya mengangguk bersemangat. "Kalau cuacanya memungkinkan, kita lakukan peringatan Hari Mawar Ungu 2!!!"

Duk!

Masumi menumbukkan kepalanya ke atas setir.

Setiap malam bulan purnama kami harus melakukan ini....??!

Batinnya.

“Dan kalau kau sampai lupa,” ujar Maya. “Aku tidak akan! tidak akan! tidak akan memaafkanmu!!!” Ancam gadis mungil itu.

Ya ampuuuuunnnnnnnnnn~~~!!!!

Jerit Masumi dalam hatinya.

=//=



<<< Please Forgive Me ... End >>>

38 comments:

Ty^^ said...

Ini FF one-shot, tapi belum selesai. karena blogger belakangan susah ngeditnya di aku, jadi aku posting separoh-separoh. terusannya masih aku ketik. Ntar malem juga udah tamat kok :)

Maaf ya jadi ribet...^^

orchid on 15 September 2011 at 15:33 said...

kecintaanku, kata2 ini membuatku berdebar, ketimbang kata2 lainnya, buahahahaha, boleh juga, ternyata bertengkar itu juga bisa dibawa romantis, rasanya gimana gitu ya ty, sama selera kayaknya kita *PEDE AMAT EIKE*

Nalani Karamy on 15 September 2011 at 15:40 said...

lucu...ty....maya yg kekanak2an ha...ha kecian deh masumi kalo harus mengingat momen kebersamaannya bersama Maya, lanjot ty

lyohana on 15 September 2011 at 16:01 said...

hahahahahah kali ini lucu banget aduh smp cekikikan sendiri di dpn komputer ...

Heri Pujiyastuti on 15 September 2011 at 16:09 said...

Kayaknya baru baca lagi nie Masumi ngerayu Maya ga pake emosi. Akhir2 ini haus akan keromantisan. xixixixix...*blushing

Anonymous said...

OMG!!!! ceritamu membuatku tertawa tanpa henti Tyyyyy. amat sangat menghiburrrrr
tengkyuuu Tyyyyyyyy....

wienna

orchid on 15 September 2011 at 18:34 said...

nih maya marah betulan ato emank doyan ngerjain masumi?

Anonymous said...

Wakakakakakakakakkkk....!!!! Tyyyyy....ini sih kombinasi romantis - konyol - komedi XD XD Dari awal sampai akhir gua gak berhenti ketawa ngakak XD whuakakakakakakakkkk....!!!! Suka...suka...sukaaaa.....!!!!

Anonymous said...

Foto Masumi dengan tampang memelas sambil bawa papan" kumohon maafkan aku" kalau dibikin fan Pic kayaknya kereen tuh. Jarang-jarang ada fan pic Masumi dengan tampang bodor.. he..he..^^
Seruu Ty, suka banget!!

=Happy=

mommia kitajima on 15 September 2011 at 19:56 said...

love this story
bikin aq ngakak di depan kompie huhuhu...
harusnya lebih banyak 1shoot kyk gini Ty
brighter my day ^^

Anonymous said...

bagus ty, ceritanya lucu dan segaarrr...
ngomong2 ini belum tamat kan???
*nadine*

orchid on 15 September 2011 at 20:36 said...

preman, haikzhaikzhaikz, nenek2, hikzhikzhikz, teganya masumi, untung saja tdk ada wanita hamil tua yg ngasi pesan,

Anonymous said...

KOmen lagi ah.. Suka Masumi yang kayak gini nih.. yang fight ngerayu Maya meski harus konyol-konyolan. Yang hujan mawar ungu romantis bangeet.. Bahagia bgt jadi Maya, ya..^^

=Happy=

nisa_na said...

pak masumiiiiiiii <3

mommia kitajima on 15 September 2011 at 22:27 said...

maw ke izu yah...??

Anonymous said...

hahahahahaha kocak abis ty. ketawa ampe guling-guling nih. d tunggu ya ty karya2 selanjutnya yang komedi romantis kayak gini

-bella-

mommia kitajima on 16 September 2011 at 00:07 said...

masih tertawa sampai akhir
huhuhu...
tenkyu Ty, 1 shoot romantis yang di tunggu setelah sedih berkepanjangan di FFY

Anonymous said...

ha...ha..., ga nyangka Masumi si dingin gila kerja, bisa romantis euy...suka..suka...-khalida-

Nana said...

aku benar2 berharap kalo Maya cuman bercanda ttg Hari Mawar Ungu 2... *ikutan pusing kyk Masumi.

Anonymous said...

waakakakakakak..... masumi jd keliatan blo'onnya ya...?? hihihhihhi..., tapi ada hari yg paling kusuka dicrita ini "Hari dimana aku sangat mencintaimu" yakni SETIAP HARI, wwaaaaa... jd ikutan merona bacanya, Jempol lg buat Ty...

*Ephie*

Anonymous said...

lucu...

Anonymous said...

mawar dan bintang... romantis bangeettt!

*nadine*

mommia kitajima on 16 September 2011 at 07:36 said...

Ty oh Ty, dimanakah imajinasi besarmu tersimpan di tubuh mungilmu..??!!!
kepikiran gitu loh berenang di angkasa
huhuhu...
suka sekali

-mia-

chuubyy on 16 September 2011 at 07:49 said...

hahahaha,,,,,, masumiii kapok jd nya.. dasar maya emang usil de....:)

Lina Maria on 16 September 2011 at 08:25 said...

ya ampunnnnnnnnnnn.... X_X mayaaaa mayaaaaaa

Resi said...

hari ini..... hari tertawaaaaa
ahahahahahahaha.......

Anonymous said...

aku baca lagi dan masih aja terkagum-kagum n terkekeh dengan Masumi rekaan Neng Ty ini....setelah di Amnesia ini Masumi lain...Masumi yg gelo krn Cinta...aku ngebayangin Masumi wkt ngomong Maya! Sayangku! Kekasihku! Belahan Jiwaku! Kecintaanku! Curahan Hatiku! .....trus waktu ngusulin pake bahasa rahasia‘Maya-ang aku-ang-mencintaimu-ang?’” bener2 konyol abis...tapi aku suka he..he... Ayo Neng Ty kutunggu one shot lainnya yg bikin kita segar bugar -khalida-

orchid on 16 September 2011 at 10:27 said...

masumi pusing 7 keliling, daripada pusing2, mending thawaf aja mas, sama 7 kali juga, hahahaha, pastinya bingung, tp ty, kok kayaknya ada yg kurang ya, tp juga bingung apanya yg kurang, akakak *sebenarnya segan ngomongnya*

Anonymous said...

tyyy... ini aku baca yang keempat kali...
nambah dong one shot-nya (ngelunjak nih)

*nadine lagi*

Anonymous said...

hahahaha....bagus banget TY.. sip..sip..sip.. ^_^ .... jadi penasaran gimana yah foto polaroid Masumi yg memelas ???

Dwi ASih Aw

Mawar Jingga on 17 September 2011 at 17:35 said...

good job,ty......:)

Anonymous said...

wahahahah g jg ud ngulang2 ni bacanya tetep ngakkaka wkwkwkwkk ;p
TOP BGT deh ty ahahah
anita f4evermania

Anonymous said...

kyaaaaaaaaaaaaaaaaaa sukaaaa suka sukaaaaaaaaaaa!!! haaahahhahahahahahhahaaaaaa....
lucuuuuuu....ty, ini gue nobatkan sebagai one shot favorit gue!! makaciiiiii

-reita

sinta said...

kyahahahahahaha....baru ngelembuur baca ff...hihihihihi...ngakakak ketawa guling2.....hihihihhi...hahahahaaha.....sukaaaaaa....

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 27 May 2013 at 00:06 said...

hahahahha kapok tuh Masumi hahahahahahahahahahaha .....

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 27 May 2013 at 00:06 said...

hahahahha kapok tuh Masumi hahahahahahahahahahaha .....

Anonymous said...

Kocaaaaaak bgt mbaaaaaaa ty.sukaaaaaa

Anonymous said...

Suka critanya...lucu banget

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting