Friday 16 September 2011

Fanfic TK : Tom and Jerry

Posted by Miarosa at 20:54
Rate : 18 +


Setting : Setelah Maya memenangkan hak Pementasan Bidadari Merah
 
Tom and Jerry
( By Tati Diana )

 
Maya menatap sendu beragam hadiah – hadiah yang dulu diterimanya dari pengagumnya, Mawar ungu. Dulu dirinya akan sedih karena dia ingin berjumpa dan mengetahui jati diri pengagumnya itu. Tapi kali ini bukan hal itu yang menyebabkan kesedihannya. Kali ini kesedihan yang dirasakannya berkaitan dengan kemungkinan dirinya tidak akan kembali berhubungan dengan mawar ungu. Sang pengagum itu pastilah kini akan pergi menjauh darinya. Takkan ada lagi perhatian, motivasi dan semangat yang selalu diterimanya selama hampir lebih dari 7 tahun. Sekarang pengagum itu akan pergi karena status baru yang akan segera disandangnya. Status sebagai seorang suami dari wanita cantik dan cucu dari seorang milyuner yang berkuasa di bidang ekonomi Jepang, Shiory Takamiya.
“mengapa disaat aku mulai mencintaimu, anda harus pergi meninggalkanku.....” bisik hati Maya
“aku memang gadis bodoh, pendek, tidak cantik juga ceroboh. Tidak sepantasnya aku memupuk rasa cintaku padanya. Pak Masumi pastilah menganggapku artis dan barang dagangan, telur emas masa depan. Dia hanya mengagumiku sebagai seorang artis yang berperan di atas panggung. Mana mungkin dia mencintaiku, uhhh........aku sungguh bodoh dan lancang mencintainya” kata Maya yang merasa kesal dengan dirinya
Tapi sesaat matanya kembali sendu. Saat dirinya mengingat kembali semua hal yang telah dilakukan pengagumnya itu dan juga kenangan-kenangan dirinya saat bersama Pak Masumi. Semua kenangan itu datang dalam pikirannya bagaikan sebuah slide film yang diputar. Pertemuan pertamanya saat dirinya mencari tempat duduk, Masumi yang menggendongnya saat dirinya digigit anjing, dan terutama saat dirinya bermalam di sebuah kuil. Masumi dengan tulus menghangatkan dirinya, walaupun saat itu Masumi hanya menganggapnya artis yang harus dia lindungi. Maya masih mengingat bagaimana lelaki itu memeluknya.
Dan kini saat dia menyadari perasaan bencinya telah berubah menjadi cinta, Maya merasa terlambat menyadari perasaannya. Maya masih menangisi perasaan cintanya yang mungkin tak berbalas pada Masumi. Suara dengkuran Rei di sampingnya tidak membuat Maya tertarik untuk memejamkan Mata. Malah timbul dalam pikiran Maya untuk meninggalkan apartemennya dan menjauh dari kota Tokyo. Maya kemudian memutuskan untuk menulis surat pada Rei.
Untuk Rei dan kawan -kawan
Maafkan aku.......
Aku pergi dari sini tanpa pamit pada kalian. Kalian tidak usah mencariku. Aku hanya ingin menentramkan hatiku. Suatu saat aku akan kembali jika saatnya tiba. Maaf selama ini telah merepotkan kalian. Terima kasih telah membantuku.
Peluk cium dan salam hangat dariku.
Maya

 Maya meninggalkan apartemen itu dengan membawa beberapa potong pakaian. Dia tidak tahu hendak pergi ke mana yang dia tahu dia ingin sejauh mungkin menjauh dari kota Tokyo dan tidak mendengar apapun tentang kabar pernikahan Masumi Hayami dan Shiory Takamiya. Maya berpikir kemana sebaiknya dia pergi. Dia haruslah pergi ke tempat dimana tak seorang pun dapat menemukannya. Bagi Masumi Hayami dengan bantuan orang sehebat Karato Hijiri akan sangat mudah bagi mereka menemukannya jika dirinya pergi ke Yokohama. Karena itu adalah tempat Maya dahulu tinggal bersama ibunya.
“huhhh... saat seperti ini mengapa aku berharap Pak Masumi akan mencariku. Dia pasti tak ada urusan apa-apa lagi denganku. Disampingnya ada nona Shiory yang cantik yang akan melayani dan mencintainya” kata Maya merengut kesal tapi perasaan itu berubah menjadi kecemburuan.
Akhirnya Maya memutuskan untuk pergi ke TK sakura. Untuk sementara waktu Maya akan diam di sana sampai kondisi memungkinkan. Kehadiran Maya di sambut hangat oleh pengurus TK tersebut. Bagaimanapun Maya adalah gadis yang baik dan rajin. Apalagi anak-anak di TK tersebut juga sangat menyukainya. Terutama saat Maya bercerita. Pengurus TK mengijinkan Maya untuk membantunya di TK tersebut sepanjang Maya menyukai untuk bekerja dan membantu mereka.
Hari demi hari Maya menghabiskan waktunya di sana. Maya sepanjang hari mencoba menyibukkan dirinya bersama anak-anak dan sebisa mungkin tidak membaca ataupun mendengar siaran televisi. Saat malam hari Maya lebih sibuk untuk membuat aneka kerajinan tangan untuk permainan anak-anak, hingga tak terasa telah dua minggu Maya menetap dan bekerja di TK itu. Maya bahagia keberadaan dirinya tak ditemukan, walau kadang terbersit rasa kecewa mungkin saja Pak Masumi tidak peduli padanya dan memang tidak berniat mencarinya.
“ah..pasti sekarang mereka sudah menikah. Mereka pasti bahagia” bisik hati Maya.
Maya masih mengingat senyum tulus Masumi saat pertunangan megah keluarga Hayami dan Takamiya di sebuah hotel mewah. Lelaki itu nampak bahagia. Maya yang kala itu akan mengungkapkan perasaannya pada Masumi merasa beruntung, dirinya tidak melakukan hal yang bodoh. Kejadian di lembah plum antara dirinya dan Masumi hanyalah sebuah mimpi dan ilusi. Tidak seharusnya dia menganggap serius tentang hal itu. Dia merasa bodoh menyangka Masumi mencintai dirinya. Ada nona Shiory Takamiya di hati Masumi. Dan dengan kegugupannya Maya memecahkan gelas champagne. Semua kenangan itu berputar kembali di benaknya.
“Perkawinan Pak Masumi dan nona Shiory pasti megah. Mereka pasti sudah pergi berbulan madu” tiba-tiba pikiran Maya berpindah pada kemesraan yang mungkin tercipta diantara pasangan tersebut.
“ah........apa sih yang aku pikirkan mereka mau bermesraan seperti apa kan bukan urusanku. Mereka toh kini sudah menikah, mereka pasangan suami istri.”Untuk sementara Maya hanya merutuki dirinya lalu perlahan kesedihan menghampirinya. Air mata menetes di pipinya. Menahan kepedihan hati saat sang pujaan hati pergi dari sisinya
“ah...tidak selayaknya aku bersedih, Pak Masumi pasti bahagia. Dia berhak bahagia dengan wanita yang dicintainya” bisik hati Maya
 Maya akan menggunting koran yang akan dipakainya sebagai bahan untuk mainan yang akan dibuatnya, ketika matanya tertumbuk pada sosok lelaki tampan yang baru saja mengisi benaknya.
“Pak Masumi.........” bisik hati Maya tak terasa air mata kembali mengalir dipipinya. Ada kerinduan dalam hatinya ingin berjumpa dengannya. Tangan Maya mengelus halus wajah Masumi yang di tabloid itu wajah Masumi nampak dingin.
Maya sudah tak tahan lagi. Di hempaskannya koran itu. Dia membaringkan tubuhnya di futon dan menangis tergugu di bantal yang menyangga kepalanya.
Dua hari kemudian Maya memutuskan untuk pergi ke Yokohama. Dia akan kembali ke sana. Dia memang tidak tahu pasti apakah Pak Hanayama akan mengizinkannya atau tidak dia tinggal di sana. Tapi walaupun begitu Maya merasa yakin dengan keputusannya. Dia bisa menghidupi dirinya di sana dengan bekerja di restoran Ramen manapun.
****
Ditempat lain Masumi terlihat kalang kabut dengan kepergian Maya. Dia tidak tahu alasan apa yang menyebabkan gadis mungil itu pergi dari Tokyo. Rei pun tidak memberikan informasi yang cukup dan tidak tahu pasti Maya pergi kemana. Hijiri pun yang biasanya lihai mencari Maya, kali ini pun kehilangan jejak. Kota Yokohama yang merupakan satu-satunya tempat yang mungkin di kunjungi Maya jika keluar dari Tokyo pun tidak berbuah hasil, begitu juga dengan lembah plum tempat yang mungin Maya kunjungi untuk berlatih bidadari merah.
“mungil...dimana kau? Jangan kau buat aku merana begini” bisik hati Masumi yang terlihat putus asa
Masumi sangat khawatir sekali jika sesuatu menimpa gadis pujaannya itu. apalagi Maya meninggalkan apartemen pada malam hari. Hal yang buruk bisa saja terjadi.
Eisuke melihat kekalutan hati anak tirinya itu. Semenjak Masumi membatalkan pernikahannya dengan Shiory Takamiya, anak tirinya itu terlihat tidak bahagia. Awalnya menduga mungkin Masumi merasa menyesali pembatalan pertunangan itu, tapi lambat laun Eisuke menyadari ada hal lain yang menggelisahkan anak tirinya itu dan ternyata itu berkaitan dengan gadis pujaannya.
“dengar Masumi, aku tidak ingin masalahmu membuatmu mengabaikan Daito. Aku tak ingin kau kehilangan kewarasanmu gara- gara memikirkan gadismu itu” kata Eisuke mengingatkan
“ayah tenang saja. Aku tahu kapan aku bekerja dan aku bisa memisahkan urusan pribadiku” kata Masumi
“oh..ya aku akan pergi ke Yokohama. Aku akan mengurusi festival seni di sana” kata Masumi
Eisuke hanya menganguk-angguk. Ternyata Masumi masih bisa mengendalikan dirinya dan masih bisa bersikap profesional dalam bekerja.
Masumi sampai di Yokohama pada saat hampir menjelang sore hari. Setelah beristirahat sejenak, Masumi mengunjungi lokasi tempat berlangsungnya festival. Sampai menjelang malam tugasnya selesai. Akhirnya dia memutuskan ingin pergi berjalan-jalan sambil melihat-lihat kota yang menjadi tanah kelahiran gadis mungilnya.
“ah...mungil aku merindukanmu” bisik hatinya
Langkah kakinya membawanya sampai di sebuah kedai Ramen yang terlihat ramai. Beberapa pengunjung nampak silih berganti keluar dari kedai Ramen sederhana itu.
“ah..tidak ada salahnya jika aku mencicipi ramen di sini” bisik hati Masumi
“silakan masuk tuan. Silakan pilih menu kesukaan anda” sapa pelayan yang diam di samping pintu masuk, memberi salam pada pengunjung kedai ramen itu
Masumi masuk dan duduk di tempat yang kosong di ujung kedai itu.
Masumi tengah membaca menu di hadapannya. Saat seorang gadis menghampirinya.
“anda pesan apa tuan............?” sapa gadis itu yang terlihat gugup dengan sosok lelaki di hadapannya
“Maya...??” Masumi tak kalah terkejut
Masumi menatap Maya yang ada di hadapannya. Gadis itu tidak banyak berubah, masih ceria dan sederhana seperti terakhir dilihatnya. Hanya kostum khas kedai Ramen yang dipakainya kini membungkus tubuhnya
“syukurlah aku menemukanmu” kata Masumi sambil memeluk erat tubuh mungil itu
Maya hanya mematung, masih tak percaya Pak Masumi memeluknya. Dia kemudian membalas pelukan lelaki itu sama eratnya. Tetapi itu tak berlangsung lama, saat dirinya kembali diingatkan akan status baru yang kini di sandang Masumi sebagai suami Shiory Takamiya.
“ah...maaf, seharusnya kita tidak begini” kata Maya yang kikuk dan melepaskan pelukan lelaki itu
“ah...eh ....maaf” kata Masumi saat menyadari keberadaan dirinya sedang berada di sebuah kedai Ramen yang tengah ramai pengunjung
Masumi kemudian mengajak Maya untuk menemaninya keluar berjalan-jalan. Maya sebenarmya telah berusaha menolaknya. Tapi Masumi tak bisa diajak kompromi, dengan akalnya akhirnya mau tak mau Maya mengikuti kemauan lelaki keras kepala itu.
“anda akan mengajakku kemana, Pak Masumi?” tanya Maya
“kau ikut saja denganku.Tenang saja aku takkan menculikmu” jawab Masumi sambil menarik lengan Maya
Maya hanya bisa pasrah mengikuti langkah lelaki itu.
Keduanya lalu sampai di sebuah dermaga. Masumi memandang lepas laut yang terhampar di hadapannya.
“mengapa kau pergi, mungil?” tanya Masumi sambil membelakangi Maya
“apa aku harus selalu menceritakan alasan aku pergi. Aku punya hak untuk pergi ke mana pun aku mau” kata Maya
Masumi menatap Maya. Maya memang punya hak untuk pergi ke mana pun yang dia sukai. Tapi dirinya tak suka gadis itu pergi jauh dari pengawasannya. Apakah dia tak tahu betapa dirinya sangat mengkhawatirkan gadis itu. Siang malam dia gelisah menduga sesuatu hal telah terjadi padanya.
“apa kau tahu, kepegianmu membuat seseorang telah merana hidupnya karenamu?” tanya Masumi
“eh...siapa......Rei? tapi aku sudah memberi tahu Rei dan teman –temanku. Mereka tak harus mencariku” kata Maya dengan polos
Masumi menghela napasnya. Sampai kapan dia harus menyembunyikan perasaannya. Gadis mungil ini tidak pernah tahu bahwa siang malam hatinya selalu dipenuhi dengan wajah mungilnya.
“apa kau percaya jika aku bilang kepergianmu membuatku merana?” tanya Masumi
“ah......eh......anda? “ tanya Maya terbeliak kaget
“ah, aku kira anda merana karena telur emas masa depan dan barang dagangan anda lepas dari genggaman?” kata Maya yang berusaha menahan kesedihannya akan statusnya yang hanya sebagai artis di mata Masumi
“ya itu benar” kata Masumi sambil tetap menatap Maya. Dia masih tak punya nyali untuk mengatakan bahwa dirinya merana karena mencintai gadis itu
Maya terlihat sedih dengan jawaban Masumi.
“jika itu yang anda cari barang dagangan itu sudah tidak ada lagi lebih baik anda mencarinya di tempat lain. Cari saja barang yang baru, yang lebih berharga” kata Maya dengan kesal sambil hendak berlari dari hadapan Masumi. Dirinya sudah semakin kesal dan sedih. Air mata menetes di pipinya
“grep...” tangan Masumi mencengkramnya
“lepaskan aku...lepaskan!” kata Maya
“aku takkan melepaskanmu” kata Masumi
“Pak Masumi tak ada gunanya anda mencariku kemari. Aku ingin tinggal di sini dan menjauh darimu” teriak Maya
“apa aku sumber masalahmu?’ tanya Masumi
“ya” jawab Maya
Masumi menduga Maya pastilah masih menaruh dendam akan kematian ibunya. Dan mungkin Maya masih belum bisa memaafkan dirinya. Ternyata dosa itu masih mengikutinya.
“aku tidak ingin bertemu dengan anda lagi” kata Maya
“Maya.....aku tak tahu sebesar apa kebencianmu padaku dan aku pun pasti tak mungkin bisa menghapus rasa kebencianmu padaku. Dosaku pada ibumu memang layak tak kau ampuni” kata Masumi dengaan pilu
Maya hanya terdiam mendengar kesedihan yang tergambar di wajah Masumi. Sunguh bukan kebencian yang membuat dirinya harus menjauh dari lelaki itu tapi rasa cinta yang menyiksanya yang mengharuskan dia pergi menjauh dari sisi lelaki itu
“tidak.....Pak Masumi. Aku sudah tidak membenci anda. Apa yang terjadi pada ibuku adalah takdir. Mungkin dia harus meninggal dengan cara seperti itu. Jangan salahkan diri anda lagi” kata Maya
Masumi terdiam mendengar ucapan Maya.
“mungil apa kau benar tak membenciku? Tanya Masumi
Maya mengangguk.
“itu benar Pak Masumi” kata Maya menegaskan
“lalu mengapa kau tak ingin bertemu lagi denganku?” tanya Masumi
“ah..eh.......tidak apa-apa. Itu hanya keinginanku saja” kata Maya yang terlihat gugup
Tapi Masumi bukan orang yang gampang dibohongi.
“ kau pasti kesal kita selalu bertengkar dan kesal selalu aku ganggu, bukan begitu mungil?” tanya Masumi yang menganggap itu pangkal persoalannya
Maya hanya mengangguk. Dia tidak ingin Masumi tahu masalahnya.
“anda menggangu ketentraman hatiku, Pak Masumi” bisik hati Maya
“aku memang manusia yang menyebalkan, ya?” tanya Masumi yang berusaha menerima keputusan Maya
“syukurlah jika anda menyadarinya” jawab Maya
“lalu apa yang akan kau lakukan, mungil?” tanya Masumi
“aku ingin tinggal di sini saja, di Yokohama” jawab Maya
“dan karier keartisanmu?” tanya Masumi
“saat ini aku tidak ingin memikirkannya” jawab Maya sedih
“jadi kau benar tidak ingin kembali ke Tokyo?” tanya Masumi memastikan
Maya mengangguk.
“ah...aku pasti kehilanganmu. Kau tahu hanya kau yang berani melawanku” kata Masumi sedih
“dan kita selalu bertengkar” kata Maya
“kadang kita seperti anjing dan kucing” kata Masumi
“bukan. Lebih tepat seperti Tom and Jerry. Bukankah aku ini tikus” kata Maya yang seakan menyindir ucapan Masumi saat dirinya selesai berperan sebagai Aldis di dua putri
“hahaha....jadi aku kucingnya ya?” tanya Masumi sambil tergelak
“ya, kucing yang nakal” kata Maya sambil mendelik
“hahahaha........sekarang kau samakan aku dengan kucing. Kemarin kau bilang aku kecoa.nanti sebutanku bertambah apalagi ya?” tanya Masumi dengan jenaka
Maya semakin kesal dengan Masumi dan dia meneruskan langkahnya.
“tunggu mungil pembicaraan kita belum selesai” kata Masumi
Tapi Maya tak bergeming, dia tetap tak menghiraukan Masumi. Tapi langkah kaki Maya dengan cepat disusul oleh Masumi.
“apalagi mau anda? Tidak bisakah anda pergi dariku dan membuat hidupku tenang?” tanya Maya dengan kesal
“jadi kehadiranku mengusik ketentraman hatimu, mungil?” tanya Masumi
“ya, tuan Masumi . dan tolong silakan anda pergi. Jangan ganggu hidupku lagi” kata Maya sambil memalingkan wajahnya
Masumi terlihat kecewa dengan ucapan Maya. Maya mengusirnya padahal Masumi bahagia bisa menemukan kembali gadis pujaannya.
“baiklah mungil aku takkan mengganggu hidupmu lagi. Aku pergi. Jaga dirimu baik-baik” kata Masumi sambil beranjak meninggalkan Maya
Maya hanya terdiam sambil menatap kepergian lelaki itu. Hatinya sedih mungkin ini kali terakhir dia bertemu Masumi.
***
Masumi kembali ke hotelnya dengan perasaan sedih. Maya ternyata masih membenci kehadirannya. Dirinya masih menganggap sebagai pengganggu dalam kehidupannya.
“ah.......padahal aku ingin menjadi sumber kebahagiaan di hidupmu, mungil” bisik hati Masumi
Kesibukan Masumi di Yokohama yang sibuk mementaskan festival seni, seakan menjadi pelarian Masumi melepaskan kekecewaannya. Semua kru yang terlibat tak luput dari pengawasannya. Sedikit saja kesalahan, sumpah serapah keluar dari mulutnya. Matanya awas bagaikan elang, dan taringnya tajam menusuk siapa saja yang berbuat kesalahan. Saat malam hari tubuh lelah Masumi terhempas di tempat tidur.
“Maya................” kesedihan tak jua hilang dari hatinya saat dirinya mengenang wanita mungil itu
***
Akhirnya festival seni itu pun tiba. Seluruh masyarakat tumpah ruah menyaksikan acara tahunan yang sering diadakan di kota tersebut, apalagi kini penyelenggaranya adalah Daito. Entertaimen terkemuka Jepang yang tak diragukan lagi eksistensinya.
Maya yang juga hadir di festival itu, seakan merasakan gairah keartisan yang sudah dia redam. Tapi saat dirinya melihat tata panggung dan semua hiruk pikuk aneka bunyi- bunyian dari kesenian yang tersaji di dalamnya. Mau tak mau ingatan Maya kembali ke masa lalunya. Hatinya sedih berpisah dengan gairah seni yang mengalir di tubuhnya.
“aku tahu kau pasti akan melihatnya, mungil” sapa suara yang dikenalnya
“ah........anda lagi rupanya” kata Maya sambil menatap Masumi yang terlihat lelah dan gurat-gurat sedih nampak  membayang di matanya. Nafas lelaki itu berbau alkohol. Masumi pasti mabuk
“kau pasti terganggu karenaku. Anggap saja aku tidak ada di dekatmu” kata Masumi yang terlihat menyebalkan
Entah mengapa Maya merasa kasihan pada lelaki yang kini berada di sampingnya, padahal Maya ingin sekali lelaki itu menjauh darinya. Tapi melihat keadaan Masumi di hadapannya, Maya merasa kasihan.
“anda pasti lelah, Pak Masumi” kata Maya
“ sejak kapan tikus memperhatikan kucing?” tanya Masumi dengan dingin
Maya hanya merengut kesal. “sejak kucing itu terlihat mengenaskan sekali. Dia nampak terlihat semakin tua dan seperti kucing yang tercebur di selokan ” kata Maya dengaan sewot
“bukankah tikus akan senang sekali jika kucing itu terlihat mengenaskan. Itu berarti tikus akan mudah menyingkirkan sang kucing” kata Masumi
“Tapi ‘kucing’ itu tidak bisa aku singkirkan dalam hatiku. ‘Kucing’ itu terlalu berharga untuk kusingkirkan dari kehidupanku. Tapi ‘tikus’ itu memang sangat tidak tahu diri. Dia menyangka dirinya akan bisa menggantikan peri yang cantik yang kini merawat dan mencintai ‘kucing’ tersebut. ‘Tikus’ itu telah dengan lancang mencintai ‘kucing’ itu ’” kata Maya menganalogikan dirinya dan Masumi dengan tikus dan kucing dan Shiory dengan peri cantik
“eh......apa katamu?” tanya Masumi
“ah.......bukan apa-apa” kata Maya. Tak disangkanya Masumi dalam keadaan mabuk masih bisa menerka arti ucapannya
Tapi Masumi seperti kucing yang tak mau melepaskan tikus buruannya. Dia menarik Maya dalam pelukannya. Maya sampai kehabisan napas.
“tolong lepaskan aku , Pak Masumi” kata Maya
“aku takkan melepaskanmu, mungil. Tidak kali ini setelah apa yang ku dengar. Apa kau betul – betul peduli padaku? Apa kau mencintaiku?” tanya Masumi dengan sendu
Maya hanya menatap sayang pada lelaki yang ada di hadapannya. Dengan tidak disadarinya dia membelai wajah Masumi. Maya ingin sekali menyingkapkan kelelahan dan kesedihan di wajah tampan lelaki itu.
“ah...eh......” Maya dengan reflek menurunkan tangannya menyadari apa yang baru saja dilakukannya
“mengapa kau berhenti, mungil? Kau tahu apa yang kau lakukan padaku sangat berarti bagiku” kata Masumi
“aku tidak seharusnya berlaku demikian pada anda. Tolong lepaskan aku, Pak Masumi. Sangat tidak baik seorang suami seperti anda memelukku di tengah keramaian begini” kata Maya mengingatkan
“suami? ...suami siapa?” tanya Masumi tidak paham ucapan Maya
“tentu saja anda. Anda kan suami Nona Shiory. Apa anda akan menyangkal hal itu? Jangan katakan anda juga seorang lelaki buaya” kata Maya
“hahahaha......benar seperti dugaanku. Kemarin kau bilang aku kecoa, lalu kucing sekarang kau sangka aku buaya. Apa semua label hewan akan kau sematkan padaku, Maya?” tanya Masumi sambil tertawa
“semuanya cocok untuk anda karena anda menyebalkan” jawab Maya
“tolong lepaskan aku, Pak Masumi. Aku tidak ingin ada gosip yang bisa menghancurkan pernikahan anda dan nona Shiory” kata Maya dengan sedih
“aku tidak akan melepaskanmu, karena apa yang aku perbuat tidak akan menyakiti hati siapapun. Aku bebas mencintai dan memeluk orang yang kucintai. Pernikahanku telah batal, mungil” kata Masumi
“batal? Pernikahan anda batal?” tanya Maya
“ya aku membatalkannya karena aku tak ingin hidup bersama orang yang tidak kucintai. Aku hanya mencintaimu, mungil” jawab Masumi
Maya hanya terdiam, tapi rona bahagia nampak terpancar dari wajah Maya dan itu tak luput dari perhatian Masumi. Tiba-tiba ide jahil muncul di kepala Masumi.
“Coba sebutan apa yang akan kau sematkan padaku jika aku melakukan hal ini padamu.....dan ‘cup’” bibir lembut Masumi menangkup bibir Maya yang ranum
Wajah Maya langsung memerah seperti kepiting rebus.
“ahhh.........anda pencuri, kucing garong!” kata Maya
“pencuri......? Kucing garong.....?” tanya Masumi
“ya apa namanya kalau bukan kucing garong yang suka mencuri. Anda mencuri ciuman dariku” kata Maya
“tapi kukira yang dicurinya pun merasa senang. Apa yang akan kau katakan jika aku bilang bahwa bukan kali ini saja aku mencuri ciuman darimu. Ini kali ketiga aku mencurinya darimu?” tantang Masumi sambil tersenyum
Maya terperangah dengan kejujuran Masumi.
“Dasar pencuriii......! kalau begitu aku akan membalasnya. Aku akan menagih apa yang telah kau curi dariku” kata Maya
Dengan reflek Maya mencium Masumi. Masumi terlihat kaget dengan keberanian Maya yang dengan berani menciumnya. Tapi dia merasa bahagia. Dan saat Maya akan melepaskan ciumannya, Masumi pun seakan tidak melepaskan kesempatan untuk memagut kembali bibir gadis itu.
Keduanya tersenyum saat menyadari kekonyolan mereka di tengah keramaian. Tapi keduanya seakan tak peduli.
“aku kira pertarungan Tom and Jerry kali ini berakhir seri” kata Masumi sambil memeluk Maya
“hmm...........apa tikus itu tidak lancang mencintai kucing milik sang peri?” Tanya Maya
“hmm...... aku kira tidak karena kucing itu selamanya ingin hidup di samping sang tikus. Dia adalah teman sekaligus lawan yang tangguh untuk ditaklukan. Kehidupan kucing itu pastilah hampa tanpa kehadiran sang tikus.” Jawab Masumi
“tapi peri itu terlalu cantik untuk ditinggalkan” kata Maya
“peri menurut siapa? Bagiku dia bukan peri. Biarlah wujudnya bagaikan tikus tapi sangat baik hatinya bagikan peri. Daripada wujudnya peri cantik tapi hatinya busuk bagikan tikus yang sering menggingit dan merusak barang-barang. Dimataku kau bukan tikus. Dulu aku memang pernah bilang padamu bahwa kau telah berhasil merubah dirimu dari tikus menjadi putri yang cantik. Dan kini akan aku katakan padamu bahwa kini bagiku kau telah menjelma menjadi putri yang cantik. Kau putri dalam taman tidurku. Kau bagaikan kepompong yang telah menjelma menjadi kupu-kupu “kata Masumi sambil memeluk Maya
“ Pak Masumi, kita kok seperti belajar biologi. Semua hewan kita sebut satu persatu” kata Maya dengan polos
“hahahaha............kau benar Maya, mungkin karena aku dahulu menyukai pelajaran biologi” kata Masumi
“sudah ah...lepaskan aku. Aku tidak ingin seperti ulat yang terus menempel di daun dan membuat gatal tubuh manusia” kata Maya sambil berusaha melepaskan pelukan Masumi
“tapi kau  memang makhluk mungil yang mambuat diriku gatal, Maya. aku gatal untuk tidak menciummu” kata Masumi sambil mendaratkan ciumannya di bibir mungil Maya
Maya tersenyum sesaat sebelum keduanya tertawa tergelak bahagia.
Kali ini pertarungan Tom and Jerry berakhir seri.
****
The end

3 comments:

mommia kitajima on 16 September 2011 at 21:14 said...

huhu manis nyah ^^
calon penganten emang kudu bikin FF yg HE

Anonymous said...

Heh?! Kok mereka berdua bisa tau istilah kucing garong?!? Hihihihihi...

Fagustina on 21 September 2011 at 20:48 said...

akkhhhh udah baca berulang2 tetap lucu dan ga bosan2...komedi romantis TOP bikin lagi dunks teteh TAti...XD

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting