Saturday 10 September 2011

Fanfic TK: Finally Found You ch. 12

Posted by Ty SakuMoto at 11:40
Rating: 20+


Finally Found You
(Chapter 12)


Sepanjang jalan keduanya hanya terdiam. Masumi bahkan tidak sanggup menatap Maya.
Gadis itu sudah berhenti menangis sekarang. Pandangannya dilemparkan ke luar jendela mobil. Mungkin memikirkan sesuatu. Entahlah. Masumi tidak tahu dan tidak bertanya.
Diam-diam dalam hatinya, Masumi sangat khawatir bahwa Maya akan menelan semua perkataannya bulat-bulat. Dia juga khawatir, ucapannya mengenai perasaan Maya kepada Mawar Ungu memang benar adanya. Bahwa gadis itu hanya terbawa perasaan berterima-kasihnya. Dan Maya kini menyadari bahwa yang dia cintai bukanlah dirinya, melainkan Mawar Ungu.
Maya...
Masumi mengeratkan pegangannya di setir.
Sejak di Yokohama dulu, sejak Masumi tahu bahwa Maya sudah tahu mengenai identitasnya sebagai Mawar Ungu jauh sebelum pengakuannya, memang sempat membuatnya meragukan perasaan gadis itu kepadanya. Entah apa jadinya kalau ternyata apa yang ditakutkannya benar-benar terjadi. Bahwa gadis itu menyadari yang dicintainya hanyalah sosok Mawar Ungu, bukan pria menyebalkan yang kini terduduk di sampingnya, dan sudah berkali-kali menyakiti hatinya.
Masumi memasuki kawasan apartemen Maya melalui pintu gedung belakang, langsung ke lantai bawah tanah tempat parkir kendaraan. Dia khawatir akan ada wartawan yang menunggu jika masuk dari gerbang utama.
“Sudah sampai,” ujar Masumi.
Tidak ada tanggapan.
Masumi menoleh kepada Maya.
Gadis itu terdiam, nafasnya teratur dan matanya terpejam.
Tidur...?
Pikir Masumi.
Diamatinya gadis itu, dari bayangan di jendela mobil, Masumi bisa melihat Maya tertidur nyenyak, wajahnya sangat damai. Masumi tidak sanggup mengganggunya. Masumi baru saja terpikir untuk menggendong Maya keluar ke apartemennya. Namun dia teringat, bahwa akan ada banyak orang yang akan melihat mereka.
“Maya...” panggilnya perlahan.
Namun tetap tidak ada tanggapan apa pun. Tampaknya Maya kelelahan sehabis latihan, dan juga mungkin karena tekanan perasaan yang dialaminya serta karena tidak habis-habisnya menangis belakangan.
Masumi membelai rambut gadis itu. Tangannya begitu rindu ingin menyampaikan kasih sayang yang dimilikinya kepada kekasihnya itu.
Tanpa disadari, dia memutar dagu gadis itu ke arahnya, dan dia melandaikan badannya. Mendekatkan wajahnya kepada wajah polos si Mungil yang masih terlelap.
Batinnya berperang, memintanya berhenti namun tubuhnya tidak menuruti. Wajahnya semakin dekat. Masumi mengamati si gadis dan pandangannya mulai terkunci ke bibirnya.
“Pak Masumi...” desah Maya, lirih.
Masumi terkejut, dengan cepat matanya beralih memandang mata gadis itu. Sekarang sudah tidak terpejam lagi, sudah terbuka dan semakin melebar.
Maya..!
Masumi baru menyadari perbuatannya yang hampir saja mencium Maya saat sedang tertidur.
Maya sendiri masih terkejut, melihat wajah Masumi yang tidak begitu jauh darinya. Menyadari tangan Masumi yang memegangi dagunya, Maya sedikit banyak tahu apa maksud dari pria itu.
Sesaat tidak ada yang berkata-kata dari keduanya, tidak ada yang bergerak.
Bodoh!!!
Masumi memarahi dirinya sendiri. Sekarang apa yang harus dikatakannya saat tertangkap basah begini.
Sedangkan Maya masih bingung. Bukankah pria itu tadi bersikeras, berargumen bahwa dia tidak mencintainya? Lalu apa yang dilakukannya sekarang? Bukankah dia bermaksud menciumnya?
Wajah Masumi mulai memerah dan dia terlihat gugup.
Masumi menurunkan tangannya dan mulai menjauhkan dirinya.
“Sudah sampai,” katanya, berusaha terlihat tenang seperti tidak terjadi apa-apa. “Maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai di sini,” lanjutnya. “Kita tidak bisa terlihat oleh orang lain, aku takut mereka salah paham.” Masumi memasang kembali sabuk pengamannya. “Aku bermaksud membangunkanmu.”
“Dengan menciumku?” tanya Maya. “Apa itu? Kebiasaan? Apakah Anda terbiasa membangunkan orang lain dengan menciumnya, Pak Masumi?” tanya Maya, sedikit tajam tapi diucapkannya perlahan.
Deg!
Masumi terdiam. Dia tidak bisa membohongi gadis ini lagi.
“Aku tidak berniat menciummu,” pria itu beralasan.
Tubuhku yang bergerak sendiri...
Imbuhnya kesal dalam hati.
“Lantas apa yang baru saja hendak Anda lakukan?” tanya Maya. Gadis itu mulai merasakan kemungkinan Masumi sebenarnya memang mencintainya.
Masumi menghela nafasnya.
“Aku hanya mengamati wajahmu,” katanya, berbohong. “Wajahmu sembab sekali. Sebagai seorang aktris, sebaiknya kau menjaga penampilanmu. Jangan sampai orang lain melihat wajahmu yang seperti ini. Kuyu sekali,” Masumi memarahi.
Maya menelan ludahnya. Menelan kata-kata Masumi bulat-bulat.
“Apa hanya itu yang Anda pikirkan?” tanya Maya, kecewa.
Masumi tidak menjawab.
“Sudah, turunlah. Beristirahatlah Maya, jaga kesehatanmu,” kata Masumi.
Maya melepaskan sabuk pengamannya, hendak turun. Tiba-tiba gadis itu kembali menyandarkan dirinya di jok.
“Pak Masumi,” Maya menoleh. “Ada yang harus Anda ketahui,” ujarnya. “Aku tidak tahu, jika bukan sekarang, apakah masih ada kesempatanku untuk mengatakan ini semua kepadamu.” Matanya menatap lekat.
Masumi tertegun dan hanya terdiam.
“Bicaralah,” katanya.
“Aku, sepanjang jalan, terus memikirkan semua kata-katamu. Juga memikirkan semua yang sudah pernah terjadi di antara kita,” sampai sini tiba-tiba tenggorokannya tercekat. Maya berusaha keras terlihat tegar.
Maya...
Masumi tidak kuasa melihatnya.
“Mungkin, Anda sekarang tidak sedang membohongiku. Mungkin Anda berkata jujur dengan mengatakan bahwa Anda tidak mencintaiku, dan hanya menyukaiku sebagai seorang aktris, aku tidak tahu pasti,” katanya, miris.
“Tapi aku tahu pasti perasaanku, Pak Masumi. Aku sangat mencintaimu, dan hanya dirimu.” Tatapan Maya begitu mantap memasung pada pria itu.
Maya...
Masumi merasakan dadanya berdebar semakin cepat. Sangat bahagia.
“Aku, pernah berhubungan dengan Satomi, dulu. Tapi yang kurasakan kepadanya sangat jauh berbeda dengan yang kurasakan kepadamu. Aku tidak mengelak bahwa aku memang menyukainya, dan aku dulu, jatuh cinta kepadanya. Dia sangat hangat, ramah dan baik hati. Dia begitu perhatian dan aku merasa sangat nyaman dengannya. Tidak sekalipun aku pernah bertengkar dengannya. Semua begitu menyenangkan saat aku bersamanya,” papar Maya.
Masumi merasakan jantungnya berdenyut sakit, mendengar Maya memaparkan perasaannya kepada mantan kekasihnya tersebut.
Maya... kenapa kau mengatakan ini semua kepadaku...
Batinnya. Perih.
“Tapi hanya sebatas itu saja. Hanya sebegitu. Saat kami berpisah, aku memang sedih, tapi aku sama sekali tidak ingin mempertahankan hubungan kami. Padahal, kami berpisah karena terpaksa, dan aku yakin saat itu pun Satomi masih menyayangiku karena sebelumnya dia berusaha menghubungiku berkali-kali namun aku menolaknya.” Maya melipat bibirnya dan menundukkan wajahnya, mengenang pengalaman pahitnya dulu.
“Saat bersamanya, aku, tidak melihat masa depanku. Aku, tidak pernah membayangkan kehidupanku yang akan kuhabiskan bersama dengannya. Mungkin itu apa yang orang bilang cinta monyet. Hanya cinta seorang remaja kepada seseorang yang disukainya dan menarik perhatiannya,” Maya tersenyum simpul.
“Tapi denganmu jauh berbeda.” Maya kembali menatap Masumi. “Anda orang yang menyebalkan, egois dan sangat menggangguku. Aku tidak cukup merasa simpati untuk berpikir aku jatuh cinta kepadamu. Aku tidak pernah tahu apa yang benar-benar Anda pikirkan dan itu membuatku selalu salah paham kepadamu. Tapi, entah sejak kapan, Anda diam-diam sudah mencuri tempat di hati dan pikiranku. Ada saatnya aku begitu ingin tahu siapa dirimu dan apa yang kau pikirkan. Atau saat membutuhkan bantuan, aku hanya dapat memikirkan kau sebagai satu-satunya orang yang bisa membantuku. Aku juga tidak ragu-ragu mengatakan kebencianku kepadamu, itu pun, baru kusadari karena aku yakin kau tidak akan menyakitiku. Dan, aku, sering tiba-tiba mengingatmu,” aku Maya, wajahnya merona.
“Aku kesal pada diriku sendiri kalau ingat kau, dan aku mengelak dari perasaan tertarikku kepadamu dengan mengingatkan diriku sendiri bahwa kau itu menyebalkan dan jahat. Dan saat aku melihatmu dan Nona Shiori, aku...” Maya terlihat gemetar, “merasa seakan diriku berada di dalam sebuah lubang yang gelap. Menyesakkan, menyakitkan. Aku tidak tahu bahwa aku merasa cemburu. Aku tidak tahu bahwa aku telah jatuh cinta kepadamu. Bahwa keberadaanmu, yang sangat menggangguku malah membuatku merindukanmu. Rasa kesal dan benciku malah membuatku tidak berhenti memikirkanmu dan tanpa kusadari aku mulai semakin sering mengingatmu,” Maya mulai berkaca-kaca.
“Sampai kemudian aku tahu bahwa kau itu Mawar Ungu, Mawar Unguku. Penggemar setia sekaligus pelindungku. Orang yang begitu tulus membantu dan menyemangatiku, menungguku di balik bayangan. Aku tidak tahu namamu, namun ketulusanmu begitu menyentuh hatiku. Saat aku tahu dia itu kau, aku sangat ingin menolaknya, aku tidak bisa menerimanya. Tapi akhirnya aku sadari semua perbuatanmu dan perilakumu sebagai Masumi Hayami dari Daito, adalah untuk kebaikanku. Sejak itulah aku berani mengakui perasaan yang kumiliki kepadamu, bahwa aku memang sudah jatuh cinta kepadamu,” Maya menatap pria itu lembut.
“Maya...” gumam Masumi, gelisah. “Sudahlah. Kau sebaiknya—“
“Aku sangat ingin memperjuangkan perasaanku kepadamu, aku sempat berpikir untuk mengatakannya sekembalinya aku dari kampung halaman Bidadari Merah,” Maya tidak menghiraukan Masumi. “Namun yang kutemukan adalah pesta pertunanganmu,” akhirnya air mata Maya meleleh turun. “Aku, aku...” Maya meraih selembar tisu. “Aku sangat sedih saat itu. Dan yang lebih menyakitkan, walaupun aku sudah berusaha, aku tidak bisa berhenti mencintaimu. Mencoba melupakanmu, tetapi sia-sia. Akhirnya aku pergi ke Perancis. Tapi 2 tahun tanpa kehadiranmu malah membuatku semakin merindukanmu. Rasa cintaku sama sekali tidak hilang,” Maya menahan isakannya. “Aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya terhadap siapa pun. Ingin selalu mendengar suaramu, melihatmu, menyentuhmu. Selama ada kau, aku merasa bisa menghadapi apa pun. Lalu angan-anganku semakin jauh. Memikirkan untuk hidup bersamamu. Berbagi denganmu, membangun keluarga denganmu. Mulai memikirkan untuk melakukan banyak hal denganmu. Aku memikirkan seperti apa pernikahanku denganmu, rumah seperti apa yang akan kita tempati bersama, bahkan aku memikirkan nama anak-anak kita kelak,” tutur Maya, tersenyum sendu.
“Jika aku memikirkan masa depan, selalu, selalu saja ada kau di sana,” Maya terisak. “Aku tidak bisa lagi memikirkan masa depanku tanpa dirimu, Masumi Hayami...” Maya terisak.
Laki-laki itu hanya memandanginya sendu. Apa yang Maya katakan, juga dirasakan oleh Masumi. Sejak keduanya menjalin kasih, Masumi tidak pernah sekalipun memikirkan masa depannya tanpa Maya. Dia sangat mengerti apa yang gadis itu pikir dan rasakan.
Ditariknya gadis itu ke dalam pelukannya. Masumi memeluknya sangat erat.
Maya tersentak, nafasnya sesak. Tapi gadis itu tidak mengeluh. Dia sudah sangat bahagia bisa berada dalam dekapannya.
“Maya... maafkan aku,” kata Masumi sekali lagi.
Dia tidak tahu lagi apa yang harus dikatakannya untuk mengurangi rasa sakit yang sudah diberikannya kepada gadis yang sangat dicintainya ini.
“Pak Masumi, aku sangat mencintaimu,” ujarnya, lirih, di tengah tarikan nafasnya yang berat. “Aku boleh kan, mencintaimu?” gadis itu menyurukkan wajahnya lebih dalam.
Masumi tidak mengatakan apa-apa untuk sekian lama.
“Jadilah Bidadari Merah yang luar biasa, Maya. Jadilah aktris yang hebat. Agar aku bisa terus melihat aktingmu yang mempesona...” pinta Masumi.
Maya tertegun, lantas memejamkan matanya.
“Tentu,” janjinya. “Aku akan melakukannya hanya untuk Anda. Tidak apa-apa jika Anda hanya menyukaiku sebagai seorang aktris. Aku akan menjadi aktris yang membuat Anda bangga karena sudah menjadi penggemarku. Aku akan memberikan keuntungan berlipat untuk uang yang sudah Anda keluarkan untukku dan Anda akan mengirimi aku mawar ungu yang sangat banyak sampai memenuhi ruangan sebagai Masumi Hayami,” tekad Maya.
Maya...
Masumi tidak mengira Maya akan mengatakan semuanya.
“Pak Masumi, Anda tahu kan bahwa aku benar-benar mencintaimu?” gumam Maya, mengangkat badannya dari pelukan Masumi dan menatap pria itu.
Sejenak keduanya berpandangan.
“Aku tahu,” kata Masumi, berusaha meredam emosinya.
Dan Maya juga tahu, bahwa laki-laki itu...
Dia masih mencintaiku...
Pikirnya.
Namun kenapa dia ingin kami berpisah?
 “Sudah cukup bagiku selama Anda tidak meragukan perasaanku,” disusutnya air mata yang tersisa. “Sampai jumpa, Pak Masumi,” Maya membenahi dirinya sebelum turun dari mobil.
“Maya! Jaga dirimu baik-baik,” kata Masumi saat gadis itu keluar mobilnya.
Maya tertegun. Dia kemudian turun.
“Iya, Anda tidak perlu mengkhawatirkan aku lagi Pak Masumi,” Maya tersenyum tipis berusaha tegar namun raut kesedihan belum juga hilang.
Maya menutup pintu mobil Masumi.
Keduanya kembali berpandangan.
Maya...
Masumi memberikan tatapan merindu kepada kekasihnya itu.
Pak Masumi....
Pria itu lantas memutar mobilnya dan berlalu pergi.
Maya menelan ludahnya menguatkan tekadnya untuk menjadi lebih kuat. Maya tidak tahu apa alasannya, semua perilaku Masumi kepadanya. Tapi gadis itu belajar mempercayainya, Percaya suatu saat pria itu akan kembali kepadanya.
Maya sungguh berharap kepercayaannya akan berakhir baik.
=//=
“Bagaimana, Hijiri?” tanya Masumi kepada karyawan kepercayaannya tersebut.
“Saya sudah mencarinya, tapi saya belum menemukannya. Begitu juga beberapa hal mengenai keluarga Takamiya, sedikit sulit menemukannya karena mereka memiliki jaringan yang sangat kuat dan sulit mendkati orang dalam Takamiya. Di samping itu, saya harus sangat hati-hati karena Hino sudah tahu siapa saya dan nyonya Shiori sudah pernah melihat saya sebelumnya,” terang Sawajiri.
“Iya, kau benar. Tolong kabari aku, apa pun itu. Cari orang lain untuk membuntuti Hino atau Shiori, jangan gegabah Hijiri,” pesan Masumi. “Hanya satu barang itu saja dulu yang paling penting, aku yakin dia masih memilikinya.”
“Bagaimana jika dia sudah membuangnya?”
“Tidak, aku yakin tidak. Dia punya alasan kuat untuk tetap menyimpannya,” ujar Masumi, yakin.
Hijiri terdiam.
“Baik, saya akan mencarinya lagi.”
“Lalu Yosuke?” tanya Masumi.
“Sudah terjebak.”
“Bagus. Terima kasih, Hijiri,” Masumi menyudahi.
Shiori dan Hino. Sangat sulit menemukan sesuatu untuk mereka. Hino adalah pengacara yang sangat bersih. Dia bahkan sering menjadi pengacara bagi mereka yang membutuhkan tanpa bayaran. Masumi tahu dulu Hino hidup miskin, mungkin itu sebabnya dia punya rasa simpati yang tinggi bagi mereka. Namun relasinya di kalangan atas punluar biasa. Sejak SMA Hino mempunyai jaringan kuat kepada orang-orang berada. Mungkin sejak itu dia mengenal Shiori?
Tapi Shiori tidak punya teman. Wanita itu dulu sering bercerita bahwa dia sakit-sakitan dan terbiasa sendirian di sekolah. Dia punya bakat keterampilan yang tinggi. Main gitar, merenda, menyulam, melukis karya seni tradisional Jepang dan merawat tanaman. Tapi dia tidak punya teman untuk berbagi. Dia terbiasa sendiri dan karena itu sangat pandai menyembunyikan perasaannya. Lagipula Shiori sekolah di SMA khusus putri, tidak suka pergi ke pesta. Rasanya tidak mungkin kalau mereka dulu saling mengenal.
Keluarga Takamiya adalah keluarga pengusaha terkuat ke 1 atau 2 di Jepang. Dibandingkan Takatsu, Daito bukanlah apa-apa. Daito memang kuat di bidang transportasi dan produksi seni, tapi di bidang industri secara keseluruhan, Daito bukanlah apa-apa bagi Takatsu.
Ayahnya pun, Eisuke, pernah berhutang budi pada kakek Shiori. Karena itu, walaupun tidak mengatakannya, Masumi tahu bahwa Eisuke enggan berhadapan dengan Takamiya.
Mencari celah mengenai keluarga Takamiya sama sulitnya seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami. Mereka bisa menutup rapat skandal apa pun dengan kekuasaan yang mereka miliki.
Hhh...!!
Masumi menghempaskan nafasnya kuat-kuat. Menuangkan minuman ke dalam gelasnya.
Maya....
Dipandanginya bulan yang benderang di luar jendela kamarnya tengah malam itu. Masumi mulai merindukan kekasihnya yang terasa sangat jauh. Terlihat begitu jelas, tapi tidak tergapai.
=//=
“Pak Masumi!!” Maya terbangun dari tidurnya, terhenyak.
Maya mengerjap-ngerjapkan matanya.
Hari sudah larut malam, tengah malam.
Aku merindukanmu...
Batin Maya. Bahkan dalam mimpinya Masumi terlihat begitu sedih. Maya tadi jatuh tertidur di sofa. Gadis itu lalu bangun untuk pindah ke kamarnya.
Dipandanginya jendela yang tirainya belum ditutup. Maya menghampirinya. Gadis itu mendapati rembulan yang bersinar terang malam itu.
Indah sekali...
Maya mengamatinya beberapa lama. Tidak ada bintang yang nampak, hanya sebuah bulan yang bersinar sendirian.
Pasti menjadi bulan itu menyakitkan. Begitu bersinar tapi dia hanya sendirian.
Kesepian...
Pikir Maya, sendu. Tiba-tiba Maya teringat Masumi. Dadanya mulai berdenyut sakit. Merindukannya. Maya baru menyadari betapa dia merasa sangat kesepian.
=//=

Shiori dengan cepat berlari ke kamar mandi.

“Hueeek..!! Hueekk...!!!”

Belakangan, tidak hanya pusing yang sering dirasakannya, namun juga mual dan muntah. Badannya sering terasa tidak nyaman.

“Nyonya... Anda baik-baik saja?” tanya kepala rumah tangganya, khawatir.

Shiori menggelengkan kepalanya. Wajahnya sangat pucat.

Dibimbingnya nyonyanya keluar dari kamar mandi.

“Nyonya, sebaiknya periksa ke dokter. Sepertinya kondisi kesehatan Nyonya semakin menurun belakangan ini...” saran si Bibi.

“Tidak Bi, aku hanya kelelahan...” tolak Shiori. “Nanti juga setelah minum obat dan vitamin pasti baik-baik saja.”

“Tapi, sudah berhari-hari—“

“Tidak,” Shiori menggeleng. “Aku bosan minum obat terus! Nanti aku ke dokter dan diberi lagi obat yang lainnya, aku tidak mau! Biar saja, nanti baik sendiri.” Kata Shiori keras kepala.

“Nyonya..” si Bibi tidak bisa memaksa lagi.

Ryoma...

Panggil Shiori, rindu.

Kau kemana... kenapa tidak mengabariku belakangan ini.

Shiori rindu, sekaligus kesal. Kekasih gelapnya itu, sejak mereka berkonfrontasi dengan Masumi, belum berhubungan lagi. Hino memang sibuk dengan beberapa sidang yang dihadapinya. Namun selain itu, pria itu mengatakan agar mereka tidak dulu bertemu karena harus melihat bagaimana situasinya dan apa langkah yang akan diambil selanjutnya. Walau tidak bertemu, Hino menghubunginya beberapa kali. Tapi sudah 2-3 hari ini Shiori bahkan tidak bisa menghubungi handphonenya.

Wanita itu meremas sapu tangannya gelisah.

=//=

Hijiri meminum teh hijaunya dengan tenang.

“Bagaimana Tuan?” Tanya pemilik kedai dango tersebut kepada Hijiri.

“Enak sekali Nyonya,” pujinya. “Saya tidak pernah memakan dango seenak ini sebelumnya. Sepertinya saya akan membeli banyak untuk oleh-oleh.” Hijiri tersenyum ramah yang membuat si Nyonya berusia sekitar 50 tahunan itu tersanjung.

“Ah, saya senang jika Anda menyukainya.” Katanya.

“Nyonya, apakah Anda sudah lama mengelola tempat ini?” tanya Hijiri.

“Iya sudah lama, sekitar 30 tahun yang lalu. Ini memang bisnis turun temurun keluarga kami,” si Nyonya tersenyum sambil mengepak beberapa dango lainnya yang bisa dibawa pulang.

Ada 3 orang karyawan yang membantunya menjalankan kedai yang tidak terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil ini.

“Sebenarnya dulu kakak saya yang mewarisi usaha ini, namun...” si Nyonya berhenti, rautnya berubah sedikit gundah dan sedih. “Dia memutuskan untuk pergi ke Tokyo. Saya dan suami awalnya bekerja sebagai guru,” wajah si Nyonya yang tak lagi muda terlihat merona. “Kami memang bertemu saat sedang sama-sama mengajar dulu,” katanya malu-malu menceritakan kisahnya dan suaminya. “Akhirnya saya mengambil alih usaha ini dan suami saya masih mengajar sampai sekarang. Walaupun dia sudah tua sekarang, tapi kami bersyukur ternyata tenaganya masih bisa dipakai dan dia masih bisa mengabdi kepada masyarakat,” terang si Nyonya.

Hijiri mengangguk mendukung.

“Pekerjaan sebagai guru adalah tugas yang sangat mulia. Jepang tidak akan menjadi negara yang maju seperti ini jika bukan berkat para guru yang mengabdikan hidupnya untuk mencerdaskan masyarakat. Kami sangat berterima kasih kepada suami Nyonya yang sudah mengabdikan hidupnya demi masyarakat Jepang,” puji Hijiri sekali lagi.

“Ah, tidak...” Si Nyonya tersenyum.

“Nyonya, kemarin, saat saya sedang lewat di depan sini, sempat melihat seseorang yang saya kenal. Saya tidak sempat menyapanya karena sedang terburu-buru. Tapi tampaknya dia sedang berbincang dengan Nyonya. Apa nyonya mengenalnya? Pria, usianya akhir 20-an, tampan dan tinggi. Tubuhnya langsing dan dia memakai kacamata persegi dengan bingkai cokelat?” tanya Hijiri.

Si Nyonya tertegun sebentar.

“Saya tidak yakin...” si Nyonya terlihat ragu.

“Dia memakai bros pengacara di jasnya,” lanjut Hijiri.

“Ah! Ya! Tuan Hino maksud Anda?” tanya si Nyonya.

“Iya, benar,” Hijiri tersenyum. “Hino. Benar, ternyata dia. Dia kawan saya. Saya tidak mengira dia sedang ada di sini. Sayang sekali saya tidak sempat menyapanya. Apakah Anda sempat berbincang dengannya Nyonya?” selidik Hijiri.

“Ah, ya, pemuda yang menyenangkan! Dia memang meninggalkan kesan yang mendalam karena sangat ramah dan pandai bicara. Dia sepertinya sudah kembali ke Tokyo,” kata si Nyonya. “Pemuda yang menyenangkan,” ulangnya.

“Ya, sepertinya begitu,” Hijiri sudah mengetahuinya sebelumnya bahwa Hino sudah kembali ke Tokyo.

“Dia mengatakan sedang ada kasus yang ditanganinya. Yah, saya tidak bertanya apa kasusnya karena itu bukan urusan saya dan saya tidak yakin bisa membantunya. Karena itulah dia jauh-jauh datang dari Tokyo ke sini. Sudah 2 hari dia ada di sini dan hampir saja tidak menemukan apa-apa katanya. Tapi untunglah dia menemukan kedai dango saya ini, jadi setidaknya dia tidak pulang dengan tangan hampa dan sangat senang bisa membawa dango saya ini sebagai oleh-oleh katanya,” si Nyonya tertawa dengan riang.

Hijiri kembali tersenyum.

“Apa hanya itu saja yang dikatakannya Nyonya? Sayang sekali, aku sudah lama tidak mendapat kabar darinya. Kupikir setidaknya bisa mencari tahu lebih banyak sehingga aku tahu harus mencarinya kemana,” sesal Hijiri.

Si Nyonya yang memandang Hijiri terlihat bersimpati.

“Iya, hanya itu saja,” sesal si Nyonya. “Maaf saya tidak dapat membantu banyak, Tuan. Saya harap Anda bisa bertemu lagi dengannya lain waktu,” harapnya.

“Iya, semoga saja, Nyonya,” Hijiri tersenyum. “Apa saja yang nyonya ceritakan kepadanya?” tanya Hijiri lagi, “Hino sepertinya sangat tertarik dengan apa yang sedang Nyonya ceritakan saat itu. Saya sampai berpikir pasti ceritanya sangat menarik.”

Si Nyonya tertegun.

“Oh, itu...” ujarnya terlihat ragu. “Yah, mengenai kakak saya yang pergi ke Tokyo,” si Nyonya masih tidak yakin akan menceritakannya. “Sebenarnya bukan hal yang menarik dan saya tidak tahu apakah harus diceritakan atau tidak, karena sudah lama sekali dan ceritanya panjang. Selain itu, sebenarnya kami tidak boleh membicarakannya karena sedikit menyedihkan,” kata si Nyonya setengah berbisik.

“Saya tidak keberatan mendengarkan,” Hijiri membujuk, “saya senang mendengarkan Anda bercerita. Lagipula, pastinya sedikit lama menunggu pesanan dango saya yang banyak untuk dibuatkan, kan?”

“Ah, Anda benar,” wajah si Nyonya terlihat riang. “Baiklah, saya akan bercerita. Namun ada beberapa hal yang saya tidak yakin dan jangan diceritakan lagi ya Tuan, saya tidak mau dianggap sebagai sumber gosip.” Kata si Nyonya.

“Tentu saja Nyonya. Saya akan menutup mulut saya rapat-rapat,” Hijiri tersenyum.

Dia senang mengetahui Nyonya pemilik kedai dango ini sangat senang bercerita.

=//=

“Action!!” Teriak Kuronuma.

[ Akoya (Maya): “Hari itu...saat aku pertama kali melihatmu di lembah, akoya langsung tahu bahwa kau adalah belahan jiwaku yang hilang seperti yang dikatakan nenek.”

 Isshin (Sakurakoji): (tertegun) “Belahan jiwa?”

Akoya: (tersenyum) Ketika dunia ini masih kacau, sang dewa melahirkan anak yang diturunkannya ke dunia. Pada saat itu jiwanya terbagi dua, gelap dan terang. Masing-masing bersemayam dalam tubuh yang berbeda. Bila gelap dan terang itu bisa bertemu kembali, maka saat itu manusia bisa berubah menjadi dewa, untuk melahirkan kembali jiwa-jiwa yang baru. Dan pada saat itulah akan muncul sebuah kekuatan ajaib”

Isshin: “Kekuatan ajaib?”

Akoya: “Kekuatan yang mempersatukan jiwa yang satu lagi,” (Akoya memejamkan matanya) “Umur, status dan kedudukan sekali tak ada hubungannya. Bila keduanya bersua, mereka akan langsung saling tertarik. Satu jiwa tidak akan berhenti merindukan jiwa pasangannya. Mereka ingin segera menjadi satu jiwa. Keduanya seperti gila, merindukan satu sama lain. Itulah cinta...” (Akoya memandang Ishhin penuh cinta) “Cinta artinya kita merindukan jiwa sang kekasih, untuk menjadikan manusia sebagai seorang dewa. (Akoya tersenyum, tatapannya terlihat sangat mengasihi) “Rasanya aku juga tak percaya, perasaan seperti ini baru pertama kualami. Hanya dengan mengingatmu, dadaku begitu bergemuruh, hatiku melambung hanya dengan mendengar suaramu, dan betapa bahagianya aku bila kau menyentuhku...

Sejenak ingatan Maya melayang kepada Masumi. Ingin sekali memandangnya.

Isshin: (Sendu) “Aku ini lelaki yang tidak tahu namanya sendiri, tak tahu siapa dirinya dan entah datang dari mana. Apa kamu tidak khawatir dengan lelaki seperti aku?”(Raut wajahnya semakin gelisah) “sebenarnya yang khawatir itu aku sendiri. Aku tidak punya apa-apa, baik nama ataupun masa lalu.” (Isshin menatap Akoya dengan dalam) “Yang kupunya hanya dua mata yang bisa memandangmu.”

(Akoya menghampiri Ishhin, menengadahkan wajahnya dan tersenyum.)

Akoya: “Bagi Akoya, itu saja sudah cukup...” (Akoya menatap kedua mata Ishhin bergiliran.) “Untuk apa nama dan masa lalu? Kita bisa bertemu dan sekarang ada di sini. Bukankah itu saja sudah cukup?” (Disentuhnya wajah Ishhin perlahan dan tersenyum lembut) “Buanglah nama dan masa lalumu dan jadikanlah Akoya milikmu.”

Isshin: “Kamu tidak keberatan, dengan laki-laki seperti aku?” (Ishhin menggenggam bahu Akoya)

Akoya: “Kau adalah aku yang satunya lagi, dan aku adalah kau yang satunya lagi,” (Akoya berucap penuh cinta, lalu merasakan debaran jantung Isshin dengan telapaknya)

Isshin: “Kau adalah aku dan aku adalah kau. Kita satu jiwa dalam dua raga.” (Ishhin meremas telapak Akoya di dadanya dan menyentuh satu sisi wajah Akoya dengan tangan lainnya.) “Akoya, Kekasihku... Seperti yang kau katakan, kita adalah gelap dan terang yang selama ini terpisah. Kita menjadi satu nyawa dan satu jiwa. Setelah berjumpa, entah bagaimana jika kita harus hidup terpisah. Kita sudah tak terpisahkan. Nama dan masa laluku tak sepenting dirimu... Untukmu, aku akan melupakan semuanya. Dengan mata yang memandangmu,” (Ishhin memeluk Akoya) “Dengan tangan yang memelukmu, dan seluruh tubuhku yang mencintaimu. Walaupun raga kita terpisah jadi dua, tapi hati kita adalah satu. Kita hidup bersama dengan satu jiwa milik kita.”

Akoya: (memeluk Ishhin dengan erat dan menyandarkan kepalanya di dada Isshin) “Aku bahagia, Kekasihku...”]

PLOK!!

“Cukup!” Seru Kuronuma. Sutradara itu lalu menoleh kepada pria yang berada di sampingnya. “Bagaimana Pak Masumi?”

Masumi memandangi kedua pasangan pemain tersebut. Dia cemburu, sangat cemburu. Akoya, Maya-nya, berbicara dan menatap lawan mainnya dengan sangat lembut. Mengucapkan kata-kata cinta yang begitu menggelora sambil saling memeluk tubuh satu sama lain. Sejenak tenggorokannya tercekat.

Masumi lalu tersenyum.

“Bagus sekali,” katanya puas. “Aku sampai tersentuh dan keduanya sangat meyakinkan. Aku percaya bahwa Akoya dan Isshin memang belahan jiwa satu sama lain. Mengagumkan Maya, Sakurakoji,” puji Masumi.

Pak Masumi...

“Terima kasih banyak!” Maya membungkuk.

“Wah, wah, kalian bahkan sampai membuat Pak Masumi merasa yakin dengan keberadaan belahan jiwa.” Kuronuma tersenyum. “Aku harap Anda akan bisa 
menemukan belahan jiwa Anda, Pak Masumi,” godanya.

“Yah, saya rasa, keistimewaan dari drama adalah, apa yang tidak ada di dunia nyata, bisa diwujudkan di dunia sandiwara. Sudah cukup bagi saya mempunyai kesempatan emas menyaksikan pertemuan sepasang belahan jiwa di dalam sandiwara ini,” Masumi tersenyum menyembunyikan perasaan kesepiannya. “Aku doakan semuanya akan lancar sampai hari pementasan,” imbuhnya.

“Terima kasih Pak Masumi, semua ini berkat Anda juga. Mungkin jika bukan karena Anda, entah kapan Akoya kami kembali,” ujar Kuronuma.

Maya bisa merasakan wajahnya merona.

“Jangan khawatir! Saya kemarin sempat merepotkan, tapi saya tidak akan melakukannya lagi,” katanya kepada Kuronuma.

Maya kemudian menatap Masumi yang menghindari pandangannya.

“Baiklah, saya sekarang harus mengecek peralatan teknik dan efek panggung yang akan digunakan, saya permisi dulu, silahkan dilanjutkan lagi,” Masumi berpamitan.

“Ya, terima kasih banyak Pak Masumi untuk semua dukungannya,” kata Kuronuma.

Masumi lantas pergi menuju ke bagian lain gedung dengan perasaan galau. Rasa cemburunya tidak juga hilang setiap melihat Maya dan Sakurakoji.

“Pak Masumi!!” Panggil Maya, menyusulnya.

Masumi berbalik, mendapati gadis mungil itu berlari ke arahnya.

“Maya?!” Masumi terkejut.

Maya terlihat terengah-engah. Di tangannya dia memegang sesuatu.

“Untuk Anda,” Maya menyodorkan sebuah kotak makanan.

“Untukku?” Masumi tertegun.

Maya mengangguk, sedikit merona.

“A, aku, pernah belajar membuat Taiyaki dari Bi Michie. Semalam aku membuatnya. Karena aku tahu Anda akan datang melihat latihan kami hari ini, aku ingin memberikannya untukmu,” terangnya malu-malu. “Anda pasti belum makan siang kan?” tanya Maya.

“Terima kasih,” kata Masumi datar, menerima pemberian Maya.

Keduanya terdiam sejenak.

“Kau sudah semakin pandai sekarang,” kata Masumi. “Aku benar-benar tidak sabar menantikan Bidadari merahmu. Adegan percintaan dengan Isshin pun,” Masumi berusaha menenangkan suaranya, “sangat menyentuh hati. Ishhin benar-benar beruntung, dicintai Akoya sedalam itu.” Ujarnya.

Pak Masumi...

“Pak Masumi, Anda... apakah, jatuh cinta kepada wanita lain?” tanya Maya, rasa cemburunya jelas terlihat. Tiba-tiba air matanya ingin kembali mengalir dan Maya menahannya sekuat tenaga.

Eh?

Masumi terkejut dengan pertanyaan Maya.

“Tidak,” katanya.

Kembali tidak ada yang bicara.

“Saat ini aku hanya memikirkan pementasan Bidadari Merah,” tambah Masumi. “Kenapa?”

Maya menghirup nafasnya dalam-dalam.

“A, aku ingin Anda tahu,” gadis itu mengumpulkan keberaniannya. “Aku masih menunggumu, Pak Masumi,” kata Maya, lirih.

Mata pria itu melebar.

“Aku, sekuat tenaga berusaha untuk tidak menyusahkan lagi orang-orang di sekitarku. Aku tidak ingin mereka kesal kepadaku. Terutama Anda, aku tidak mau Anda membenciku...” Maya melipat bibirnya. “Maafkan aku, jika perasaanku menyusahkanmu. Tapi... sampai saat ini, aku masih sangat mencintaimu. Jika, jika, mhh.. jika... Anda belum mempunyai kekasih, aku, tidak akan mundur Pak Masumi.” Wajah Maya yang tertunduk berubah merah padam.

“Maya...” desah pria itu tidak percaya.

Dadanya berdebar sangat kuat. Andai dia bisa mengatakan betapa bahagianya dia mendengar kata-kata Maya. Dia ingin sekali memeluk gadis itu dan membawanya pergi dari sana.

“Pak Masumi...?” Maya menengadahkan wajahnya, menunggu jawaban.

“Maya!!” tiba-tiba dari kejauhan ada suara Sakurakoji yang memanggilnya.

Keduanya segera berpaling menuju arah suara.

Sakurakoji memperlambat langkahnya saat melihat Maya, dan Masumi di sana.

Pak Masumi...?

Sakurakoji akhirnya mengerti bahwa Maya pergi mengejar Masumi.

“Sakurakoji?”

“Maya, kupikir kau pergi kemana...” katanya, lega. “Ayo,” Sakurakoji menggenggam telapak Maya. “Kita kembali, kau kan belum makan...”

Masumi langsung mengeratkan rahangnya kuat-kuat melihat pemuda itu dengan seenaknya menggenggam tangan Maya.

“Pak Sawajiri sudah kembali, dia mencarimu,” terangnya.

“Oh, begitu...” gumam Maya.

Maya kembali menatap Masumi.

“A, aku permisi dulu,” tergugup Maya kembali membungkuk. “Sampai jumpa Pak Masumi,” pamitnya.

“Sampai jumpa,” jawab Masumi datar tanpa ekspresi.

Masumi juga segera berbalik meneruskan menuju tujuannya.

“Eh, Akoya, aku sudah mencoba taiyaki buatanmu. Enak loh!! Pasti Isshin semakin tergila-gila kalau Akoya bisa membuat taiyaki seenakmu,” Kata Sakurakoji saat keduanya melangkah kembali ke ruang latihan.

Deg!

Masumi terhenyak, kakinya berhenti melangkah.

“Benar?! Wah..!! Aku senang kalau kau suka. Terima kasih untuk pujiannya, Isshin,” kata Maya.

“Kurasa yang lain juga menyukainya. Wah Akoya, bisa-bisa nanti kau disuruh bawa kue taiyaki setiap hari,” canda Sakurakoji.

Maya terdengar tertawa riang.

Grep!!

Eh?!

Tiba-tiba Maya merasakan seseorang memegang telapak tangannya dengan kuat dan menghentikan langkahnya.

“Pak Masumi?!!” Maya sangat terkejut karena tiba-tiba saja Masumi memegangi tangannya dan hendak menariknya.

“Ikut aku!!” perintah Masumi.

Maya hanya tertegun, sedikit terkejut mendengarnya.

“Anda mau membawanya kemana?! Maya harus latihan!” kata Sakurakoji, berusaha menarik Maya ke arahnya.

“Bukan urusanmu!” sembur Masumi, yang berusaha menarik Maya ke arahnya.

“Tentu saja urusanku, dia lawan mainku!” Sakurakoji bersikukuh dan kembali menarik Maya ke arahnya.

“Dan dia AKTRISKU!!” Tekan Masumi, juga berusaha menarik Maya ke arahnya.

“Aduh! SAKIIT!!!” Seru Maya, karena kedua laki-laki itu seperti tidak memikirkannya yang kesakitan badannya tertarik ke sana sini.

Masumi dan Sakurakoji tertegun, tapi keduanya tidak ada yang melepaskan tangan Maya.

“Ada apa Pak Masumi?” tanya Maya.

“Ada hal penting yang harus kubicarakan,” kata Maasumi.

“Bicarakan di sini saja!” sambar Sakurakoji.

“Ini bukan sesuatu yang harus didengar oleh ORANG LAIN,” Masumi menekankan.

Sakurakoji mengerutkan alisnya, tidak suka.

“Mengingat Anda dan Maya sudah PUTUS, saya rasa tidak ada hal lain lagi yang lebih penting dari latihan Bidadari Merah, bukan?” tantang Sakurakoji.

Maya sangat terkejut melihat kedua pria itu bersitegang secara terang-terangan seperti ini. Masumi biasanya terlihat tenang dan mampu menahan diri. Sedangkan Sakurakoji memang terkadang emosional tapi tidak biasanya bersikap agresif seperti sekarang.

Maya menghela nafasnya.

“Tapi aku tidak bisa lama-lama,” ujar Maya kepada Masumi.

“Tenang saja, aku tahu jadwalmu,” kata Masumi.

Maya kembali kepada Sakurakoji.

“Nanti aku kembali ke tempat latihan. Tolong katakan kepada Kak Sawajiri kalau aku sedang bicara sebentar dengan Pak Masumi,” kata Maya, meminta pengertiannya.

Sakurakoji terdiam sebentar. Tidak rela, dilepaskannya tangan Maya.

Masumi ingin sekali memperlihatkan senyum kemenangannya tapi dia berusaha terlihat tenang.

“Aku akan menunggumu di ruang latihan, Akoya,” kata Sakurakoji akhirnya.
Masumi sangat senang melihat Sakurakoji melepaskan tangan Maya.

“Asal kau tahu saja!” Kata Masumi kemudian, “walau kami sudah putus, tapi Maya masih sangat mencintaiku!”

Hah?!

Tidak hanya Sakurakoji dan Maya, Masumi sendiri sangat terkejut dengan ucapannya. Entah kenapa Masumi harus mengatakannya. Sebelumnya dia tidak pernah bersikap kekanakan seperti ini.

“Ayo, Maya!” Ditariknya tangan Maya pergi.













Pak Masumi...

Maya mengamati wajah Masumi yang berjalan di depannya. Tangan pria itu menggenggam erat tangannya menyusuri beberapa ruangan. Maya bisa merasakan jantungnya memacu dengan sangat cepat. Tangan Masumi terasa hangat.

Masumi membawa Maya masuk ke sebuah ruang kosong, ruang peralatan.

Brak!

Tanpa berkata-kata Masumi menutup kembali pintunya setelah keduanya masuk.

Maya bisa melihat suasana hati pria itu tidak bagus.

Masumi sudah menahan cemburunya sejak melihat kedua pasangan itu berakting. Dan tadi saat Sakurakoji mengajak Maya-nya pergi sambil menggandeng tangannya dan keduanya mengobrol dengan sangat akrab, Masumi sudah tidak bisa menahan diri lagi.

Brug!

Masumi menghempaskan tubuhnya yang berat di atas sebuah sofa.

Maya hanya mengamati mantan kekasihnya yang uring-uringan tersebut. Maya mengambil tempat di sebelahnya.

Masumi tidak berkata apa-apa seperti tidak menghiraukan Maya. Dibukanya tempat makanan yang tadi Maya berikan kepadanya. Ada tiga buah Taiyaki yang besar-besar di sana. Masumi mengambilnya satu dan memakannya.

Sejenak hanya suara kunyahan Masumi saja yang terdengar. Terdengar begitu kesal.

Sebenarnya ada apa?

Pikir Maya, keheranan melihat tingkah Masumi.

“Pak Masumi...” panggil Maya. “Ada apa? Katanya ada yang mau dibicarakan?” tanyanya.

Masumi melirik tidak ramah kepada Maya dan hanya melanjutkan makannya.

Hah?

Maya tertegun.

Dia kenapa sih?!

Pikir Maya, mulai kesal.

Maya beranjak berdiri, dan menatap Masumi kesal.

“Pak Masumi, jika tidak ada yang hendak Anda katakan, saya harus pergi sekarang. Saya harus—“

“Duduk!!” Perintah Masumi, menarik pergelangan tangan Maya dan membuatnya kembali duduk di sampingnya.

Eh?!

Maya menatap lagi wajah pria itu. Dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang dipikirkannya.

“Nih, makan!” Masumi menyodorkan tempat makanan kepada Maya.

“Tidak perlu, aku bawa banyak di tempat latihan,” ujar Maya.

“Makan!” perintah Masumi sekali lagi.

Menyebalkan!!

Pikir Maya.

“Eh?!” Masumi tertegun saat Maya merebut kue yang sedang dimakannya.

“Yang ini saja,” ujar Maya.

Maya...

“Terserah kau saja,” kata Masumi.

Pria itu mengambil taiyaki lainnya dari tempat makanan.

Keduanya tidak ada yang bicara lagi.

Pak Masumi sebenarnya ada apa? Kau selalu membuatku bingung...

Batin gadis itu sambil diam-diam mengamati Masumi.

“Enak,” gumam Masumi. “Ternyata kau memang pandai membuat kue ini,” puji Masumi.

Maya tertegun, sedikit sulit menelan kuenya.

“Te, terima kasih...” wajah gadis itu merona. “Aku senang kalau Anda menyukainya.”

“Sangat suka...” kata pria itu perlahan.

Pak Masumi...

Maya melirik pada pria tersebut.

“Bagaimana keadaanmu? Suaramu sudah lebih baik,” ujar Masumi.

Wajah gadis itu memang masih sembab, tapi sudah membaik.

“Baik,” kata Maya. “Apa yang Anda katakan benar. Aku harus bersikap lebih dewasa dan profesional. Setiap orang punya masalah dan tidak seharusnya aku membawa-bawa masalahku ke dalam pekerjaanku,” kata Maya.

Masumi terdiam.

“Waktu aku di tempat Pak Masumi, aku pernah belajar membuat ramuan yang baik untuk tenggorokan. Aku sekarang rajin meminumnya, dan sepertinya berhasil untukku,” terang Maya dengan riang.

“Oya? Syukurlah,” kata Masumi, senang.

“Iya,” Maya tersenyum. “Pak Masumi, kenapa Pak Hino tidak jadi pengacaraku lagi?” tanya Maya.

Masumi tertegun. Nafasnya tiba-tiba terasa berat karena kembali teringat masalah yang tengah mereka hadapi.

“Maya,” Masumi menoleh kepada gadis itu. Dadanya berdebar saat tatapannya bertemu tatapan Maya yang polos. “Hino tidak sesuai untuk menjadi pengacaramu. Ada beberapa hal yang aku merasa tidak cocok dengannya. Sebisa mungkin, kau jangan terlalu dekat dengannya. Kalau dia mencoba menghubungimu, atau apa pun, beri tahu aku.”

“Eh?” Alis Maya berkerut. “Pak Hino?” tanyanya bingung. “Ada apa dengannya?”

“Kau jangan terlalu memikirkannya. Pokoknya kau harus berjanji kepadaku, jika dia menghubungimu, kau beri tahu aku atau Hijiri. Jika kau bertemu dengannya, bersikaplah seperti biasa. Kau tidak perlu tahu banyak saat ini,” kata Masumi.

Maya mengangguk walaupun masih bingung.

“Apakah ada sesuatu?” tanya Maya. “Pak Masumi, bicaralah. Kenapa Anda selalu menganggapku anak kecil yang bodoh dan tidak tahu apa-apa? Aku yakin ada yang Anda sembunyikan—“

“Tidak ada!” potong Masumi. Pria itu memutar badannya dan meraih bahu Maya.

“Dengar Maya, semuanya akan baik-baik saja. Kau jangan terlalu memikirkan ini itu. Cukup pikirkan Bidadari Merahmu. Percayalah kepadaku, tidak ada apa-apa yang perlu kau khawatirkan atau masalah apa pun yang harus kau pikirkan saat ini, mengerti?” tegas Masumi.

Maya memandangi pria itu. Bagaimanapun sikap Masumi malah membuatnya khawatir. Akhirnya gadis itu menurut. Dia menganggukkan kepalanya.

Masumi lega, diturunkannya tangannya dan kembali diputarnya badannya.

“Lalu yang ingin Anda bicarakan, apa? Katanya ada hal penting?” tanya Maya.

Masumi melirik canggung kepada Maya. Dia tidak benar-benar punya sesuatu untuk dibicarakan. Dia hanya cemburu melihat Maya dan Sakurakoji bergandengan tangan.

“Pak Masumi?” panggil Maya. “Sebentar lagi aku harus kembali ke ruang latihan.”

“Biar saja! Sawajiri pasti tahu apa yang harus dikatakannya. Lagipula Pak Kuronuma juga pasti mengerti. Paling-paling dia nanti menyindirku saat bertemu,” ujar Masumi. “Kecuali kau ingin cepat-cepat kembali kepada Isshinmu dan melakukan adegan berpelukan lagi.” Kata Masumi tajam.

Kata-kata itu meluncur begitu saja dari bibirnya.

Maya tertegun, merasa tersindir dengan kata-kata Masumi.

Bruk!

Maya menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa dengan keras

“Apaan! Itu kan hanya adegan sandiwara! Bukannya aku dan Sakurakoji akan berpelukan seperti itu setiap kali kami bertemu,” sungut Maya.

“Oya? Aku sering melihatnya merangkulmu. Kau juga sepertinya terbiasa berpegangan tangan dengannya. Aku yakin kalian juga berpelukan di luar panggung,” tuduh Masumi.

Maya sangat terkejut mendengarnya, masih belum cukup mengerti bahwa Masumi cemburu.

“Memang apa urusannya denganmu Pak Masumi? Sakurakoji teman baikku. Dia sering membantuku. Sesekali kami berpegangan tangan, kadang dia memelukku. Tapi tidak ada maksud apa-apa,” terang Maya.

“Tidak ada orang yang berpegangan tangan, merangkul dan memeluk tanpa maksud apa-apa,” desis Masumi.

“Pak Masumi, kau kenapa sih? Sengaja mengajakku bertengkar ya? Aku tidak ingin melewatkan latihanku hanya untuk bertengkar denganmu!” seru Maya.

Masumi meletakkan tempat makanan tadi ke atas sofa. Diraihnya kedua lengan atas Maya dan digenggamnya erat-erat.

“Tadi kau bilang kau masih menungguku kan? Kau bilang masih sangat mencintaiku!” Tanya Masumi, keras. “Apa kau main-main dengan ucapanmu?”

“Tidak!” sanggah Maya tegas. “Aku memang masih sangat mencintaimu!”

“Lalu kenapa kau berpegangan tangan dengannya?!” tuntut Masumi.

Maya tertegun.

Apakah Pak Masumi cemburu?!

Diamatinya wajah Masumi yang kesal dan gelisah.

“Kenapa?” Maya balik bertanya. “Apa itu mengganggumu? Apa Anda merasa terganggu melihatku dan Sakurakoji berpegangan tangan?” selidik Maya.

Pak Masumi... bicaralah, katakan Anda masih mencintaiku...

Mohon Maya dalam hati. Maya bisa membayangkan dirinya yang segera memeluk dan mencium pria itu bila Masumi mengatakan bahwa dia masih mencintainya.

Maya...

Masumi ragu-ragu sejenak.

“A, aku hanya... tidak suka kalau kau main-main dengan apa yang kau katakan. Kau bilang masih mencintaiku, tapi kau juga berpegangan tangan dengan pria lagi,” Masumi beralasan, mulai melonggarkan pegangannya. “Belum lagi jika sampai terlihat oleh orang lain, apa kau tahu apa yang akan mereka pikirkan mengenai kalian berdua?”

Maya kecewa mendengar kata-kata Masumi.

“Aku tidak bermain-main saat kukatakan masih mencintaimu!” Maya tidak terima. “Lagipula, mereka tahu aku dan Sakurakoji teman baik,” gumam Maya, lemah. “Kami sudah saling mengenal sangat lama dan pernah main bersama di Padang Liar yang Terlupakan,” imbuhnya.

Masumi melepaskan pegangannya.

“Terserah kau saja,” ujarnya. “Aku hanya mengingatkan.”

Pak Masumi...

“Terima kasih sudah mengingatkan!” Sindir Maya. “Tapi, kecuali Anda itu kekasihku, tidak ada yang bisa melarang apa yang harus dan tidak harus kulakukan dengan teman laki-lakiku!”

“Tapi kau bekerja untukku! Aku boleh melarangmu melakukan apa saja demi kebaikanmu!” Masumi menekankan.

“Anda tahu sendiri aku suka semauku!” Maya bersikeras.

Masumi melengos, memalingkan wajahnya. Demikian juga Maya.

Keduanya kembali terdiam. Walaupun bertengkar, tidak ada yang beranjak dari sana. Sebenarnya mereka masih saling merindukan satu sama lain dan ingin bersama lebih lama.

“Kembalilah ke tempat latihan,” kata Masumi setelah sekian lama.

Maya terdiam, sedih, harus berpisah dengan Masumi. Gadis itu hanya bergeming tidak beranjak.

“Pak Masumi,” panggil Maya. “Tahu tidak kalau Rei mau main dorama?” tanyanya.

“Oh, iya aku tahu.” Kata Masumi. “Aku sudah mendengarnya.”

“Iya, aku senang sekali saat mengetahuinya. Besok malam kami akan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakannya,” terang Maya. “Anda bisa datang kalau mau, sebagai undanganku,” ajaknya.

“Terima kasih sudah mengajakku. Tapi ada beberapa hal yang harus kulakukan. Sampaikan ucapan selamatku untuknya,” kata Masumi. “Kuharap doramanya bisa sukses.”

“Baiklah,” kata Maya, sedikit kecewa.

Masumi kemudian teringat sesuatu.

“Maya, apa yang pernah Shiori katakan kepadamu di resepsi pernikahan Ayumi?” tanya Masumi.

Deg!

Maya kembali teringat peristiwa malam itu dan semua kata-kata Shiori. Dia terdiam, bimbang. Apakah harus menceritakan semuanya atau tidak.

“Maya?” tegur Masumi, menyadarkan Maya dari lamunannya.

“Ah, eh, itu...” Maya menatap Masumi, masih menimbang.

“Apa?” desak Masumi.

“Dia, mengatakan sesuatu, mengenai Anda,” Maya menelan ludahnya. “Mengenai hubungan kalian dulu.”

Eh?

Masumi mengerutkan dahinya.

“Apa yang dikatakannya?” tanya Masumi.

“Itu tidak penting Pak Masumi,” elak Maya.

“Biar aku yang memutuskan apakah perkataannya penting atau tidak,” tegas Masumi.

“Kenapa Anda sangat ingin tahu?” tanya Maya.

Gadis itu takut apa yang akan disampaikannya menyakiti hati Masumi.

“Tidak apa-apa, hanya saja aku melihat kau begitu sedih saat keluar dari kamar mandi,” kata Masumi. “Maya, aku berjanji ini tidak akan menimbulkan masalah untuk siapapun, aku hanya ingin tahu.”

Maya kembali menimbang.

“Baiklah,” katanya kemudian. “Aku tidak tahu yang diceritakannya benar atau tidak, tapi Anda jangan marah atau tersinggung ya...” kata Maya hati-hati.

“Tidak akan,” janji Masumi.

“Saat itu, mmh... aku baru keluar dari kamar mandi dan ada dia di wastafel. Kak Shiori bilang dia perlu bantuanku karena dia mau merapikan make up nya. Lalu aku membantunya memegangi tas dan beberapa alat make up,” ingat Maya. “mhh... kemudian, dia mulai membicarakan masalah suaraku, katanya dia prihatin. Lalu kemudian, dia, membicarakan Anda...” kata Maya semakin perlahan.

Maya mengulang kembali kata-kata Shiori yang diingatnya mengenai Masumi. Beberapa kali tenggorokannya tercekat jika memikirkan perkataan Shiori itu benar.

Sementara Masumi sangat terkejut mendengar cerita Maya. Dia geram. Berani benar wanita sialan itu mengarang-ngarang cerita mengenai mereka. Benar Masumi sering mengajaknya berkencan, juga benar Shiori pernah mengunjungi vilanya. Semuanya Masumi lakukan karena dia memang berniat serius menjalin hubungan dengan wanita itu dan melupakan Maya. Walaupun ternyata tidak berhasil. Namun di samping itu, semuanya hanya omong kosong.

Masumi sudah bisa membayangkan apa yang terjadi malam itu dan bagaimana kronologis semua kejadiannya mulai dari cokelat beracun sampai skenario penculikan Maya.

“Maaf,” isak Maya, menutup bibirnya dengan sebelah tangannya. Dia tidak bermaksud kembali menangis. Hanya saja setiap kata-kata wanita itu terasa menyakitkan bagi Maya, bahkan hanya dengan mengingatnya. Terlebih lagi, Masumi kemudian benar-benar memutuskan hubungan mereka walaupun Maya tidak tahu apa alasannya. “Aku tidak tahu, kenapa jadi menangis,” Maya berusaha tertawa sementara menahan air matanya.

Maya...

Masumi memandangi gadis di sampingnya. Tidak tahu harus berkata apa. Masumi tidak merasa harus membela diri. Toh sekarang semuanya sudah berantakan.

“Kau, percaya kata-katanya?” tanya Masumi perlahan.

“Aku tidak tahu,” gumam Maya, menggelengkan kepalanya. “Dia bilang, Anda sangat pandai berkata-kata dan memperlakukan wanita walaupun Anda tidak mencintainya. Awalnya kukira tidak demikian. Tapi apa yang terjadi kepadaku bukankah sama dengan yang terjadi dengannya?” tanya Maya, menggigit bibir bawahnya.

“Maya...”

“Dan mengenai apa yang terjadi diantara kalian, aku, aku, itu, sungguh bukan urusanku,” Maya mulai merasa sesak lagi. “Kalian sepasang orang dewasa, yang bertunangan. Aku mengerti jika sebagai orang dewasa, kalian, mempunyai kebutuhan sendiri,” gadis itu menahan tangisnya. “Walaupun aku tidak mengerti kenapa Kak Shiori harus menceritakannya kepadaku,” Maya sedikit gemetar, sedih. “Membayangkan kalian bersama, membuatku...” Maya kemudian menutup wajahnya dengan kedua tangannya, tidak kuasa untuk tidak menangis.

Masumi menelan ludahnya. Masumi mengerti kenapa gadis ini merasa sakit hati. Dirinya bahkan tidak sanggup membayangkan Maya dan Sakurakoji akan kembali berpelukan saat berakting. Apalagi jika dia mendengar sesuatu mengenai Maya yang lebih dari itu.

“Maaf...” isak gadis itu.

“Aku... aku...” Masumi tidak tahu apa yang harus dikatakannya. Benaknya dipenuhi kekesalan kepada Shiori. “Aku tidak ingin kau menganggapku mengelak dan mencari-cari alasan. Tapi, semua yang dia ceritakan sama sekali tidak benar,” ungkap Masumi. “Di antara kami sama sekali tidak pernah terjadi hal-hal yang melewati batas. Kami hanya berkencan, beberapa kali. Kami bahkan sangat jarang menghabiskan waktu hanya berduaan. Selalu ada orang lain bersama kami,” papar Masumi.

Entah kenapa Masumi memaparkan hal itu walaupun dia tahu dia tidak harus mengatakannya kepada Maya.

“Aku tahu, kita tidak punya hubungan apa-apa lagi. Tapi, aku tidak mau kalau kau salah sangka kepadaku.” Kata Masumi sungguh-sungguh. “Percayalah kepadaku, Maya. Karena selamanya aku hanya—“ Masumi tertegun.

Hanya bisa mencintaimu...

Masumi menelan kembali kata-katanya.

Maya terdiam.

Selamanya aku hanya... apa? Pak Masumi...?

Maya mengangkat wajahnya, memandangi pria tersebut.

“Benarkah yang Anda katakan? Bahwa tidak pernah terjadi apa-apa diantara kalian?” Maya meyakinkan.

Masumi menatap gadis itu.

“Benar,” tegasnya. “Tapi aku tidak akan memaksamu untuk mempercayaiku.”

“Aku percaya,” kata Maya cepat. “Aku percaya padamu, Pak Masumi,” perlahan gadis itu tersenyum.

Masumi sangat tersentuh mendengarnya. Maya selalu saja mengatakan bahwa dia percaya kepadanya. Padahal dia sudah sering menyakitinya.

“Aku tidak mengerti,” ungkap Masumi. “Kenapa kau begitu mempercayaiku. Bukankah kau dulu sangat membenciku dan selalu berprasangka kepadaku?”

Maya tertegun, senyumnya sempat hilang sesaat, lalu dia tersenyum lagi sambil menghapus air matanya.

“Itu karena aku belum tahu siapa Anda,” ujarnya. “Bahwa kau sebenarnya orang yang sangat baik dan hangat. Bahwa kau adalah Mawar Ungu ku, yang selalu memikirkan kepentinganku,” ucapnya lembut.

Masumi menelan ludahnya.

“Sok tahu!” ujar Masumi.

Maya bisa melihat wajah pria itu merona.

Maya berdiri dari sofa.

“Aku sudah terlambat, pasti latihan sudah dimulai dari tadi,” kata Maya.
Masumi mengeluarkan sapu tangannya, menyerahkannya kepada Maya.

“Pakai ini, wajahmu jadi kuyu lagi,” katanya.

Maya mengamatinya lalu mengambilnya.

“Terima kasih,” ucapnya. “Nanti kukembalikan kalau sudah kucuci,” Maya tersenyum.

“Ya, terserah saja, aku masih punya banyak,” ujar Masumi tidak acuh sambil membereskan jasnya dan berdiri dari sofa.

Maya mengamati pria itu yang bicaranya seperti tidak peduli. Tapi dalam lubuk hatinya Maya tahu, tidak ada yang memikirkan dirinya seperti Masumi. Maya juga tahu, Masumi tidak pernah memperlakukan siapa pun seperti pria itu memperlakukan dirinya. Maya yakin dia punya kesempatan untuk bisa bersama Masumi lagi.

“Masumi Hayami!” panggil Maya.

Masumi memandangi Maya. Terkejut dengan cara gadis itu memanggilnya.

“Kau pasti akan benar-benar jatuh cinta padaku nanti!” tekad gadis itu.

Masumi tercengang.

Dengan percaya diri Maya melangkah keluar dari ruangan tersebut sementara Masumi masih sangat terkejut.

“Hmmph...” Masumi menahan tawanya dan menggeleng tidak percaya. Kekasihnya itu benar-benar sudah berubah.

Kau tidak perlu melakukan apa-apa Maya, kau sudah membuatku jatuh cinta dengan sangat dalam.

Pikirnya.

Sementara di luar pintu jantung Maya berdebar keras dan tubuhnya panas dingin.

Apa yang baru saja kukatakan??!! Adduuuhhh~~!!

Sesalnya.

=//=

“Maaf saya terlambaaat~~!!” seru Maya sambil berlari ke dalam ruang latihan.

“KITAJIMAAAAA~~!!!!!” murka Kuronuma.

“Maaf pak, maaf...” Bela Sawajiri. “Saya yang lalai  tadi tidak mengawasinya. Nanti saya tegur...”

“Kau ini!! Giliranmu sudah tiga kali dilewat.” Kuronuma melotot. “Sudah siap berakting?!”

“Siap!!” Seru Maya.

“Ya sudah, tidak apa-apa. Sana cuci muka dulu, Akoya jangan pasang wajah minta dikasihani begitu!”

Maya hanya cengengesan.

Sakurakoji mengamatinya. Dia tahu Maya menangis lagi. Selalu saja dia menangis jika bertemu dan berbicara dengan Masumi. Rasa kesal di hati Sakurakoji semakin menggunung kepada Direktur Daito tersebut.

Tapi kenapa, Maya, kau masih saja bertahan...

Batinnya.

Sakurakoji juga tahu, Maya sering terlihat riang sekarang. Tapi sembab di wajahnya tidak kunjung hilang. Itu artinya gadis itu masih suka menangis. Selain itu, terkadang didapatinya Maya yang termenung sendirian atau berjalan sambil melamun seperti memikirkan sesuatu.

Maya...

Sakurakoji mengamatinya penuh cinta.

Sekali lagi hal itu tidak luput dari pengamatan Sawajiri.

=//=

“Aku akan menjemput Rei,” terang Sawajiri setelah dia menurunkan Maya untuk bertemu dengan teman-temannya.

Maya mengangguk lantas turun dari mobil Sawajiri.

“Maya!!” Sambut Sayaka. “Hei, Maya sudah dataang~~”

Maya disambut oleh teman-temannya dari teater Mayuko dan Ikkakuju. Sudah lama dia tidak kumpul-kumpul seperti ini. Maya sangat merindukannya.

Mereka membicarakan rencana pernikahan Mina, juga mengenai kabar putusnya Maya dan Masumi.

“Sudah tidak apa-apa,” kata Maya. “Kami masih berhubungan baik, kok,” terangnya.

Mina dan Sayaka saling melirik. Wajah Maya yang bengkak-bengkak tentu mengatakan lain. Tapi melihat keadaannya, memang tidak seperti yang sempat mereka khawatirkan. Ternyata gadis itu sudah lebih kuat. Sudah bisa bercanda dan bercerita seperti biasa.

=//=






Sawajiri menunggu Rei di sebuah meja. Gadis itu masih merapikan beberapa barang saat ini.
“Maaf membuatmu menunggu lama,” kata Rei.
Sawajiri mengangkat wajahnya. Tanpa suara dimatikannya laptopnya dan beranjak berdiri.
“Ayo,” kata Sawajiri.
“Maya dan yang lainnya sudah menunggumu,” terang Sawajiri saat keduanya melangkah keluar.
“Iya, aku sudah dikabari. Tapi hari ini cafe ramai sekali. Kau tadi lihat sendiri, jadi saja aku harus menambah jam kerjaku,” terang Rei.
“Rei!! Rei!!” tiba-tiba ada yang memanggilnya saat keduanya berjalan menuju mobil Sawajiri.
Rei menoleh ke arah suara. Ada dua orang gadis di sana yang datang menghampirinya. Ternyata dua orang temannya dulu saat SMA, mereka juga pernah beberapa kali datang menonton dramanya dan berkunjung ke kafe-nya.
“Hei, Emi, Tomoko,” sapa Rei.
“Rei, sudah pulang ya? Kami baru mau ke kafe-mu, sudah lama tidak berkunjung,” kata yang seorang yang sepertinya pegawai bank.
“Iya, besok saja, kalian datang lagi ke kafe, besok aku kerja sampai tutup,” terang Rei.
Emi menatap sekilas pria tampan yang ada di sebelah Rei.
“Rei, kau tidak mengenalkan kami?” tanya Emi sambil tersenyum.
“Ah, oh, iya maaf aku lupa,” kata Rei. “Perkenalkan ini temanku Kak Sawajiri,” katanya. “Kak Sawajiri, ini teman-teman SMA ku dulu, Emi dia bekerja di bank dan Tomoko, yang bekerja di salon,” terang Rei.
“Salam kenal, saya Sawajiri,” kata Sawajiri resmi sambil sedikit membungkuk.
“Benar Rei, dia temanmu? Eh, jangan-jangan kalian pacaran?” tanya Emi penasaran.
“Eh, ngga, bukan kok,” kata Rei gugup.
“Wah Rei, temanmu tampan sekali, apakah sudah punya pacar?” tanya Tomoko yang lebih genit.
Rei hanya tertawa canggung.
“Entahlah, tanya saja sendiri,” kata Rei lalu tertawa kecil.
“Rei, kau ingat Hana? Dia mengajak kami untuk datang goukon* kau mau ikutan tidak? Katanya grup prianya dari perhotelan loh, pasti mereka tampan-tampan,” ajak Tomoko.
*)Goukon: kencan grup, kencan buta yang dilakukan sekelompok pria dan wanita.
“Eh? Goukon? Hahaha...” Rei kembali tertawa canggung. “Aku tidak ada waktu, lain kali saja ya, semoga kalian bertemu orang-orang yang menyenangkan,” kata Rei.
“Baiklah, sampai nanti Rei, kami sudah sangat lapar ni..” keluh Tomoko.
“Sampai jumpa,” kata Rei, melambaikan tangannya.
Keduanya kemudian menuju mobil Sawajiri yang terparkir.
“Kak Sawajiri, bagaimana keadaan Maya sekarang?” tanya Rei saat keduanya melaju menuju tempat Maya dan teman-temannya menunggu.
“Begitulah,” jawab Sawajiri singkat. “Nanti kau lihat saja sendiri,” tutupnya.
Eh?
Rei menoleh pada pria di sebelahnya.
Kak Sawajiri kenapa? Sepertinya suasana hatinya sedang tidak bagus...
Pikir Rei.
=//=
“Halo,” Shiori segera mengangkat handphonenya saat Hino menghubungi.
“Shiori...” sapa Hino, lembut.
“Kau kemana saja?” desis Shiori. Tiba-tiba saja dia ingin menangis saking rindunya.
“Maaf, ada masalah yang harus kuselesaikan. Apa kau merindukanku?” goda Hino.
“Rindu...” rajuk Shiori. “Aku sangat merindukanmu.”
“Shiori...” gumam Hino, tersentuh. “Datanglah ke hotel Royal, aku juga sangat merindukanmu. Aku akan memesankan suite untuk kita.”
Shiori berpikir sebentar.
“Tapi... suamiku...”
“Kenapa suamimu?” tanya Hino, tidak suka.
Shiori diam sejenak.
“Tidak apa-apa, dia sedang dinas keluar kota. Aku, aku akan datang,” kata Shiori.
Dia sudah sangat merindukan Hino.
“Aku akan menunggu, Sayang,”  ujar Hino, bahagia.
Shiori menutup handphonenya dengan perasaan bahagia. Cepat-cepat dibukanya lemari, memilih baju untuk malam itu. Dia akan bertemu Hino. Sudah lama Shiori tidak merasa sebahagia ini.
“Nyonya, Anda mau kemana?” tanya Bibi pengasuhnya.
“Bibi, aku mau pergi dulu, jangan tunggu aku, kurasa aku akan menginap,” kata Shiori sambil memilih-milih baju paling bagus.
Bibi pengasuhnya memandangi Shiori dengan heran. Shiori terlihat begitu riang seperti seorang remaja.
“Nyonya, nyonya mau kemana? Kesehatanmu ‘kan sedang tidak baik,” kata si Bibi khawatir.
“Tidak apa-apa Bi, tolong bantu aku berpakaian..” kata Shiori dengan riang.
Nyonya...
Si Bibi memandangi dengan heran dan sedikit khawatir.
“Hueek..~” tiba-tiba Shiori kembali merasa mual saat memakai parfum.
“Nyonya, Anda tidak apa-apa?” tanya si Bibi.
“Mual sekali... singkirkan parfum ini Bi, aromanya membuatku mual,” kata Shiori sambil menahan mualnya.
“Ini kan, parfum kesukaan Nyonya,” ujar si Bibi.
“Entahlah, aku tidak suka aromanya, kepalaku jadi pusing,” keluh Shiori.
Tiba-tiba si Bibi terhenyak.
Mungkinkah... Tidak, tidak mungkin Nyonya Shiori hamil. Dokter sudah mengingatkan agar Nyonya Shiori jangan sampai hamil sebelum kondisi badannya lebih baik.
Pikir si Bibi resah.
=//=
Shiori tidak sabar bertemu Hino, sepanjang jalan wajahnya terlihat berseri-seri.
Tiba-tiba saat sedang lampu merah, pandangan Shiori jatuh pada sesosok gadis mungil yang sedang berada di restoran. Dia bersama teman-temannya. Gadis itu terlihat riang dan tertawa gembira sambil mendengarkan cerita temannya dan minum-minum.
Maya....
Shiori mengeratkan pegangannya di sapu tangannya.
Kenapa dia tidak terlihat sedih? Kenapa dia masih bisa tertawa?
Pikir Shiori. Dia benar-benar benci melihat Maya yang sedang tertawa. Sangat berbeda dengan dirinya dulu saat berpisah dengan Masumi.
Kenapa dia masih terlihat bahagia seperti itu? Bukankah Masumi sudah memutuskan hubungan dengannya?
Wajah wanita itu kembali terlihat menakutkan.
Kenapa..?!!!
=//=
Shiori segera menuju suite yang sudah dipesankan Hino. Dia mengetuk pintunya dan tidak perlu waktu lama sampai pintunya terbuka.
Sebuah tangan menariknya masuk ke dalam dengan cepat.
“Akh!!” Pekik Shiori, terkejut.
Pria itu melingkarkan tangannya di pinggang Shiori dan segera mencumbui wanita itu.
“Ryo, Ryoma...” Shiori terengah.
“Aku sangat merindukanmu, dewiku,” desis Hino diantara ciumannya.
Shiori sudah tidak bisa menolak lagi.
=//=
“Pak Masumi...” desah Maya, menyandarkan kepalanya ke meja dengan mata terpejam.
“Wah, dia sudah mabuk...” kata Taiko.
“Aduh, siapa sih yang memberikan bir kepadanya?” keluh Rei.
“Kurasa dia mengambilnya sendiri,” kata Sayaka.
“Hahaha... dasar, masih saja tidak berubah. Walau sudah pergi ke Perancis dia masih tidak tahan alkohol,” kata Mina.
Rei membelai rambut Maya perlahan.
“Wajahnya, masih sembab-sembab begini,” ujarnya, prihatin.
“Iya, tapi dia tidak mengatakan apa pun, dia bahkan tidak mengeluh. Kami juga jadi segan bertanya, takut membuatnya jadi sedih lagi...” terang Sayaka.
Mina tersenyum keibuan.
“Tidak apa-apa, Maya kita sekarang sudah lebih dewasa. Mungkin dia ingin belajar menjadi lebih tegar. Kurasa itu hal yang bagus. Asal dia tahu, bahwa kita akan selalu ada kapanpun dia membutuhkan kita,” Mina tersenyum.
“Iya, benar...” Rei menyetujui.
Saat acaranya selesai, Rei memapah Maya ke mobil Sawajiri untuk diantarkan.
Gadis itu tidur di jok belakang. Rei duduk di jok depan bersama Sawajiri.
“Mau kemana dulu?” tanya Sawajiri saat menyalakan mobilnya.
“Kurasa malam ini biar Maya tidur di tempatku saja,” kata Rei.
“Baiklah,” kata Sawajiri singkat.
“Kak Sawajiri, apa acaranya membosankan?” tanya Rei.
“Tidak,” jawab Sawajiri lagi seperlunya.
Rei menghempaskan nafasnya. Dia tahu ada sesuatu, tapi tidak tahu apa itu. Sawajiri memang selalu terlihat seperti ini, datar saja tanpa emosi. Tidak banyak bicara—malah tidak bicara sama sekali—dan eksistensinya seperti ada dan tiada. Tapi Rei merasakan ada yang berbeda saat ini. Rei merasa Sawajiri sedang marah dan dia merasa khususnya Sawajiri marah kepada dirinya.
Setibanya di apartemen Rei, Sawajiri menggendong Maya. Rei segera menyiapkan futon bagi Maya.
“Terima kasih,” kata Rei sambil mengantar Sawajiri keluar.
Sawajiri tidak menjawab dan segera berjalan keluar menuju mobilnya.
Rei tertegun.
“Kak Sawajiri!” Panggil Rei, menghampiri.
Sawajiri berhenti bergerak, menoleh kepada Rei.
“Apa kau marah?” tanya Rei.
Sawajiri terdiam sebentar.
“Menurutmu?” Sawajiri balik bertanya.
Rei tertegun.
“Entahlah, kurasa kau marah. Kau sangat tidak ramah dan bersikap ketus dan sinis,” simpul Rei. “Aku tidak tahu kenapa kau marah, tapi—“
Tiba-tiba Sawajiri membuang wajahnya, hendak masuk ke dalam mobil.
“Ya sudahlah, anggap saja tidak terjadi apa-apa”
“Eh, memangnya ada apa?” tanya Rei, heran, menahan lengan Sawajiri.
Tiba-tiba gadis itu merasa bersalah. Dia tidak yakin apa kesalahannya tapi sepertinya dia memang sudah membuat pria itu marah.
“Tidak ada apa-apa!” Kata Sawajiri ketus, menarik kembali lengannya. “Selamat malam!”
Bruk!
Rei menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil Sawajiri, mencegah pria itu pergi.
“Aku tidak suka hal seperti ini. Aku tidak suka membiarkan masalah lama-lama tidak terpecahkan!” tegas Rei. “Apakah ada yang ingin kau katakan?” tanya Rei kesal.
“Sudahlah Rei, tidak penting. Lagipula, aku ini kan bukan siapa-siapamu,” ujar Sawajiri dingin.
Eh?
Rei tertegun.
Keduanya berpandangan.
“Memangnya aku, siapamu?” tanya Rei ragu-ragu.
Dadanya berdebar keras.
Sawajiri menatap lekat gadis tomboy di hadapannya.
“Yang pasti, aku tidak pernah mencium seseorang yang hanya kuanggap sekedar teman!” desisnya.
Rei merasakan debaran jantungnya semakin kuat. Dia tidak bisa bergerak.
“Jadi?” tanya Rei. “Kau menganggapku apa?” tanya Rei, tergugup.
Sawajiri bergerak mendekat kepada Rei yang masih bersandar di pintu mobil.
“Menurutmu?” tanyanya.
“Tidak tahu,” kata Rei polos. “Mana aku tahu, kau menganggapku apa...”
Sawajiri semakin mendekatkan dirinya kepada Rei. Memasung tatapannya kepada gadis itu.
“Aku menyukaimu Rei,” bisik Sawajiri, wajahnya semakin dekat kepada Rei. “Aku jatuh cinta kepadamu,” gumamnya sebelum merapatkan bibirnya ke bibir gadis itu.
Mata gadis itu melebar.
Kak Sawajiri...!
Rei akhirnya menutup matanya dan membalas ciuman Sawajiri.
Sejenak keduanya terlupa bahwa mereka sedang berada di tempat terbuka. Sawajiri memeluk gadis itu erat begitu juga dengan Rei.
Berapa lama kemudian bibir keduanya terpisah, kehangatan helaan nafas satu sama lain terasa di bibir masing-masing. Wajah Rei merah padam, dan wajah Sawajiri terlihat sedikit merona. Namun pria itu sama sekali tidak menjauhkan jarak tubuh keduanya.
Rei menelan ludahnya, gugup.
“Kak Sawajiri...” gumamnya, memandang pria itu tergugup, meminta penjelasan.
“Aku kesal sekali kau hanya menyebutku sebagai temanmu,” terang Sawajiri.
Rei kembali teringat saat mereka bertemu dengan kedua teman SMA nya.
Ah, saat itu...
Ingatnya.
“Apa kau sama sekali tidak mengerti dengan yang kurasakan kepadamu?” tanyanya, menyentuh rahang Rei.
“A, aku,” Rei terbata, “mana aku tahu. Kau, tidak pernah mengatakan apa pun sebelumnya. Satu-satunya yang kau katakan hanya, ‘aku terkadang lupa kalau kau itu perempuan,’” keluh Rei.
 “Memang begitu kok,” ujar Sawajiri.
Rei memandangi pria itu, terheran.
“Jadi, apa jawabanmu, Rei? Kau menganggapku sebagai apa?” Sawajiri balik bertanya.
“A, aku...” wajah gadis itu merona. “Aku juga menyukaimu.”
Sawajiri tersenyum tipis.
Deg!
Pria itu terlihat hangat dan tampan. Rei hampir yakin jantungnya berhenti berdetak untuk sesaat.
Pria itu kembali mendekatkan bibirnya dan keduanya kembali berciuman.
=//=
Hino membelai rambut Shiori yang terbaring di sampingnya.
“Aku, bahagia sekali,” gumam pria itu.
Shiori melingkarkan tangannya ke tubuh Hino.
Pria itu mengecup keningnya.
“Kau terlihat semakin kurus,” ujar Hino.
“Belakangan aku sering pening dan mual.” Desah Shiori.
“Pergilah ke dokter, Sayang.” anjur Hino, khawatir.
“Tidak, nanti juga baikan sendiri,” kata Shiori.
“Kalau masih sakit, pergilah ke dokter. Kalau perlu, aku yang akan menyeretmu ke dokter,” ujar Hino.
Shiori tertawa kecil.
“Shiori, untuk rencana selanjutnya, aku perlu bantuanmu,” kata Hino.
Shiori menengadahkan wajahnya.
“Bantuanku?” tanya Shiori.
“Iya, mungkin sedikit sulit, tapi aku perlu sesuatu yang kurasa dimiliki Ayahmu,” terang Hino.
“Eh? Ayah?!!” tanya Shiori.
“Iya, benar. Nanti aku akan memberitahumu jika aku sudah mendapatkan barangnya. Ini penting untuk menghancurkan Masumi. Apa kau bisa membantuku menyusup ke kamar orang tuamu Shiori?” tanya Hino.
“Hah?! Menyusup ke kamar ayah dan ibuku? Apa kau gila? Bagaimana mungkin...”
“Shiori, bukankah kau ingin bahagia? Bukankah kau ingin Masumi menderita?” Bujuk Hino.
Tiba-tiba Shiori teringat Maya yang dilihatnya sedang tertawa di restoran bersama teman-temannya. Shiori mengeratkan rahangnya.
“Apakah ini penting?” tanya Shiori.
“Ya Sayang, ini penting. Kau mau kan membantuku? Ini demi dirimu juga Sayang...” Hino kembali menciumi kening Shiori.
“Tapi, aku tidak tahu bagaimana caranya,” terang Shiori.
“Tidak apa-apa, nanti saja kita pikirkan bersama,” Hino mendekap tubuh polos Shiori. “Aku mencintaimu.”
“Aku juga, mencintaimu...” balas Shiori.
Wanita ini merasa sangat bahagia.
“Andaikan aku bisa membawamu pergi dari sini, menikah denganmu dan hidup bersama selamanya,” harap Hino. “Membangun sebuah keluarga, menjadi ayah dari anak-anakmu...”
Deg!!
Tiba-tiba Shiori terdiam.
Anak...
Shiori meraba perutnya. Dia abru menyadari sudah hampri dua Minggu, periode bulanannya terlambat.
Mungkinkah...?
Tiba-tiba Shiori merasa sangat gelisah.
=//=
“Pak Masumi...!” Maya kembali terbangun tengah malam itu. Berkeringat.
Kepalanya sedikit pusing. Perlu waktu beberapa lama sampai dia mengingat apa yang terjadi sebelumnya dan dimana dia sekarang.
“Rei...?” Maya mengamati sahabatnya yang terbaring di sebelahnya.
Dia kemudian sadar bahwa dia saat ini sedang berada di apartemen lamanya.
Pak Masumi...
Desahnya dalam hati. Sekali lagi dia memimpikan pria itu. Bahkan dalam mimpi terasa sangat jauh.
Rindu...
Jerit hatinya.
Aku sangat merindukanmu Pak Masumi...! Kenapa rasanya begini kesepian.
Maya terduduk dan menekuk lututnya lantas membenamkan wajahnya di sana. Gadis itu berusaha meredam suaranya dan kembali menangis di kesunyian.

=//=









“Selamat pagi,” sapa Maya.

“Ha?” Rei terbengong melihat Maya yang sudah bangun dan sekarang sudah berdiri di dapurnya. “Selamat pagi. Kau sedang apa, Maya?”

“Aku sedang belajar membuat omurice* aku pakai bahan-bahan milikmu, tidak apa-apa kan?” Maya cengengesan.

*) omurice: nasi goreng yang dibungkus telur omelet.

“Mmh... masalah bahan-bahan sih tidak apa-apa, tapi... dapurku...” Rei mengamati dapurnya yang sudah seperti kapal pecah. Cangkang telur dimana-mana, ada tumpahan air, sisa kupasan bawang. Juga bahan-bahan yang terlihat diiris Maya dengan berantakan.

Rei mendekati Maya sambil menggelengkan kepalanya.

“Ya Tuhan, Maya! Apa ini?” dilihatnya tumpukan telur yang gosong di atas sebuah piring.

“Ehehehe... aku sudah membuat 5 omlet tapi gosong semua,” terang Maya.

“Dan kurasa, sekarang akan jadi 6,” Rei menunjuk pada penggorengan.

“Kyaa~~!!” Maya cepat-cepat menghampiri penggorengannya. “yaaa~ gosong lagi~” seru Maya.

Rei tertawa. Dan mendekati sahabatnya.

“Waaa Maya!! Apinya! Apinya!!” seru Rei melihat api kompor yang menyala sangat besar lantas mematikannya. “Eh?” Rei mendekati rice cooker. Gadis itu menggeleng. “Maya, kau lupa menekan tombolnya, kapan nasinya matang??” kata Rei.

“Eh, oya?!” Maya tertegun, lalu kembali cengengesan.

Rei memandangi gadis itu lalu tertawa.

Maya mengerucutkan bibirnya.

“Dari jam berapa kau memasak?”

Maya melihat ke arah jam.

“Sudah dua jam,” kata Maya.

“Ha? Dua jam? Dan belum ada yang berhasil kau masak?” tanya Rei.

Maya menggeleng kecewa.

“Aku payah ya Rei... pantas saja jika Pak Masumi tidak mencintaiku,” gumam Maya.

Maya...?

Rei tertegun.

“Kau hanya harus belajar, Maya. Kau pasti bisa,” Rei tersenyum.

Maya terdiam beberapa lama. Dia lalu mengangguk pasti dan tersenyum.

“Dan aturan pertama saat kau sedang berada di dapur: Jangan pernah bengong!!!” terang Rei.

Maya tersenyum malu.

Keduanya lalu memasak bersama pagi itu.

=//=

“Eh! Apa?!! Kau sudah resmi berpacaran dengan Kak Sawajiri?!” Mata Maya melebar mendengar pengakuan Rei saat keduanya sedang sarapan.

“I, iya,” gadis itu merona. “Tadi malam.”

“Waaa... selamat Rei! Terus? Terus? Apa yang dikatakannya?” tanya Maya.

“Awalnya dia marah kepadaku karena memperkenalkannya hanya sebagai teman, tapi mana aku tahu hubungan kami selama ini apa, walaupun kadang dia menciumku, dia tidak pernah mengatakan apa-apa soal hubungan kami,” Rei melahap makanannya dengan kesal. “Tapi semalam, dia bilang dia menyukaiku, dia sudah jatuh cinta kepadaku,” wajah gadis itu merona.

Maya sangat senang melihat Rei yang tampak bahagia. Maya, masa dia bilang mau bertemu orang tuaku!” Rei tiba-tiba teringat, wajahnya sedikit panik.

“Hah? Bertemu orang tuamu? Apa itu artinya...” Maya terkejut.

“Aku tidak tahu,” Rei menggeleng. “Kami baru kenal belum lama ini, tapi dia semalam bilang, kalau aku sudah selesai dengan doramaku, dia mau datang menghadap orang tuaku,” wajah Rei memerah.

“Ha?!” Maya melongo. “Kau bilang apa?”

“Aku bilang, terserah saja,” kata Rei perlahan.

“Rei!!!” Maya terkesiap, “apa sebentar lagi akan ada undangan juga darimu?” tanya Maya dengan riang.

“Hehehe... aku, aku tidak tahu. Aku tidak berpikir akan secepat itu. Tapi, tadi malam, saat Kak Sawajiri mengatakan hal itu, aku memang terkejut, tapi aku bahagia sekali. Aku bahkan tidak sempat merasa bingung...” Rei tersenyum malu-malu. “Aku kadang tidak sependapat dengannya, karena cara berpikirnya yang jauh berbeda dari diriku juga perilakunya. Tapi, di sisi lain, jika bersamanya aku merasa sangat nyaman, tidak harus berpura-pura dan bisa mengatakan apa saja yang kupikirkan. Aneh, tapi aku merasa sangat cocok dengannya dan tidak keberatan dengan sifatnya yang tidak wajar,” Rei terkekeh.

Begitu juga Maya.

“Aku tidak mengira, Kak Sawajiri bergerak secepat itu denganmu Rei,” Maya melahap makanannya.

“Yah, mungkin sudah jadi sifatnya ingin menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin,” canda Rei. “Kalau kereta, mungkin dia itu kereta Shinkansen*, bergerak sangat cepat, tanpa jeda dan langsung ke tujuan." Rei tertawa.

*)Shinkansen: kereta api peluru, kereta super cepat yang ada di Jepang.

“Hmmph... Hahahaha...” Maya tertawa, mendengarkan pengandaian Rei mengenai Sawajiri.

“Jadi? Kau benar akan berhenti bekerja di kafe, Rei?” tanya Maya, mengingat perbincangan mereka semalam saat berkumpul.

Rei mengangguk.

“Kak Sawajiri benar, aku harus punya prioritas dalam hidupku. Selama ini aku sangat nyaman dengan keadaanku, tapi ternyata aku malah lalai dengan karirku. Aku sudah memilih jalanku untuk berakting, dan seharusnya aku punya target, sesuatu untuk kucapai dengan yang kulakukan. Begitu katanya. Jadi kurasa, sekarang memang sudah waktunya aku serius berkarir sebagai seorang aktris,” Rei bertekad.

“Aku sangat senang mendengarnya Rei!” Maya tersenyum lebar.

“Iya, Maya. Ayo, kita sama-sama berjuang,” kata Rei. “Kita buat Ibu Mayuko bangga kepada kita.”

Ibu...

Maya tersentuh, kembali teringat gurunya tercinta.

“Benar,” Maya mengangguk. “Juga untuk ibuku, dan juga...” Maya terdiam, teringat Masumi.

Pak Masumi, Mawar Ungu-ku. Lihatlah aku, aku tidak akan menyerah. Aku pasti menjadi Bidadari Merah dan aktris yang hebat, yang akan membuatmu mengirimiku mawar ungu sebanyak-banyaknya.

Rei tersenyum, dia tahu apa yang gadis itu pikirkan.

“Rei, sejak kapan Kak Sawajiri menyukaimu?” tanya Maya lagi, ingin tahu.

“Mmh.. dia bilang, sejak di rumah sakit,” Rei tersenyum lembut. “Dulu, dia pernah melihatku di pentas Mimpi di Malam Musim Panas, saat aku berperan menjadi Rysander. Dia bilang, aktingku bagus dan saat itu aku terlihat tampan, dan dia berpikir aku benar-benar laki-laki,” Wajahnya merona.

“Saat kami bertemu di rumah sakit, dia masih belum tahu bahwa aku ini perempuan,” Rei merengut. “Saat dia sadar, dia bilang dia sangat terkejut. Dia jadi memperhatikanku untuk meyakinkan dirinya kalau aku ini memang perempuan. Lama-lama dia malah jadi mulai menyukaiku, tapi dia bilang, dia masih harus sering-sering meyakinkan dirinya kalau aku ini perempuan,” keluh Rei.

Maya tertawa mendengarnya.

“Salah satunya dia bilang, dengan cara menciumku. Kalau dia menciumku, dia baru yakin kalau yang diciumnya itu perempuan dan dia memang masih normal.” Terang Rei. “Aku ini kan memang perempuan!!” sungut Rei kemudian.
Maya kembali terbahak.

“Seharusnya Kak Sawajiri melihatmu saat sedang berperan sebagai perempuan, kau kan sangat cantik Rei,” puji Maya jujur.

Wajah gadis yang dipuji merona.

“Apa aku harus mulai berpakaian seperti perempuan ya sekarang...” gumam Rei.

“Apa Kak Sawajiri yang memintamu?” tanya Maya.

“Tidak, dia tidak mengatakan apa pun,” kata Rei. “Tapi mungkin jatuh cinta memang seperti ini ya, jadi memikirkan apa yang terbaik yang bisa kita lakukan untuk pasangan kita, walaupun berarti harus merubah kebiasaan kita selama ini,” gumamnya.

“Ooh... Jadi Rei sedang jatuh cinta sekarang!” goda Maya.

“Hei, jangan menggodaku!!” wajah Rei terlihat merah padam, berusaha meraih pipi Maya.

Maya mengelak dan tertawa.

Gadis mungil itu lalu berdiri menghampiri Rei dan memeluk sahabatnya itu.

“Aku senang Rei, kalau kau bahagia. Kau sudah sangat banyak membantuku. Aku benar-benar berharap kau bisa mendapatkan kebahagiaanmu bersama Kak Sawajiri,” harapnya.

Maya...

Rei sangat tersentuh.

“Terima kasih, Maya, aku juga mengharapkan yang terbaik untukmu,” kata Rei.

“Rei, jangan-jangan kalau tadi malam aku tidak ada, Kak Sawajiri tidak jadi pulang. Kau sendiri kan yang bilang kalau dia itu seperti Shinkansen, geraknya sangat cepat,” goda Maya lagi.

“Heh! Anak kecil!!” Wajah Rei langsung terasa sangat panas.

“Adududududu~~h...! Ampuun Reeii~~!!” Rintih Maya karena kedua pipinya ditarik oleh Rei.

=//=

“Pak Masumi sedang rapat, tapi sepertinya sebentar lagi selesai, Anda tunggu saja di ruang tamu,” kata seorang sekretaris yang mengenali Maya.

Maya berpikir sebentar, dia bingung apakah harus menitipkan sapu tangan dan omurice-nya atau dia berikan sendiri. Tapi Maya sangat merindukan Masumi, ingin melihatnya.

“Baiklah, aku tunggu. Tolong sampaikan Maya Kitajima ingin bertemu,” kata Maya.

Maya menunggu di ruang pribadi Masumi, tempat Masumi menemui tamu-tamunya. Tidak lama seorang Office girl membawakan segelas teh untuknya. Maya mengangguk sedikit gugup untuk mengucapkan terima kasih.

Aku mengganggu tidak ya...

Pikir Maya.

Matanya kemudian melihat tumpukan surat kabar dan majalah. Maya menghampiri dan membaca beberapa.

Deg!!

Dia terhenyak, ternyata ada banyak berita mengenai dirinya dan Masumi. Maya tidak pernah menyadarinya. Dia sama sekali tidak pernah menyadari hal ini.

Tabloid Friday bahkan memuat foto-foto malam itu, keduanya berdansa dan Maya kemudian terlihat pergi sambil menangis.

Apa ini...

[Pangeran dingin Daito mencampakkan kekasihnya di depan umum...]

[Maya Kitajima bisa terus bermimpi menjadi Cinderella, namun takdir sudah menetapkannya hanya menjadi Upik Abu...]

[Masumi Hayami, tidak hanya senang menghancurkan bisnis musuh-musuhnya namun juga hati para kekasihnya...]

A, aku... ini... kenapa ada berita seperti ini?

Hati Maya terasa benar-benar sakit melihat judul-judul tersebut. Kesedihan segera mendesak ke tenggorokan dan matanya.

Kenapa begini...?

Namun itu belum semuanya, Maya lebih terkejut melihat beberapa judul lainnya lagi.

[Berpisah dengan Maya Kitajima, Masumi Hayami tidak perlu waktu lama menemukan penggantinya...]

[Calon kekasih baru Masumi Hayami? Beberapa kali terlihat sedang bersama, keduanya menolak berkomentar...]

Tubuh gadis itu gemetar. Dilihatnya hasil jepretan paparazi yang memasang foto Masumi dan seorang wanita.

Nona Sakamoto?

Maya tidak percaya.

“Maya, sudah lama menungguku?” sebuah suara membuat Maya terperanjat.

Masumi yang baru saja kembali dari rapat tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya tahu Maya datang ke Daito.

“Maya...?” Pria itu sangat terkejut saat Maya membalikkan badannya dan wajahnya terlihat pucat dan sangat sedih. “Ada apa?”

Maya mengangkat pandangannya.

“A, aku...”

Mata pria itu melebar melihat beberapa tabloid yang berserakan.

Apakah Maya membaca berita-berita itu?

Pikir Masumi, gelisah.

Bodoh! Kenapa mereka belum membuangnya...!

Masumi kesal.

Maya berusaha keras menahan air matanya.

“Maya...” Masumi terlihat khawatir. “Sudah, tidak apa-apa... itu hanya berita sampah, berita itu bahkan sudah hilang,” Masumi mendekati Maya.

Instruksinya kepada Sawajiri selama ini agar Maya jangan sampai membaca berita-berita tentang mereka akhirnya jadi percuma dengan kejadian hari ini.

Maya terlihat gemetar, hatinya hancur, lagi. Tidak mudah baginya menghadapi perpisahan dengan Masumi dan mencoba bangkit dari kesedihan dan sakit hatinya tanpa harus tahu mengenai kabar yang beredar mengenai dirinya dan Masumi. Dan kini, Maya benar-benar merasa hancur.

“Kenapa, kenapa mereka bicara seperti itu, ini tidak benar, aku tidak pernah mengincar uangmu Pak Masumi, atau berharap menaikkan popularitasku dengan mendekatimu, aku...” Maya menahan isakannya.

“Iya, aku tahu, Maya, aku tahu,” Masumi menyentuh bahu Maya.

Spontan Maya melingkarkan tangannya di pinggang Masumi dan memeluknya.

Maya...

“Kau harus belajar mengabaikan berita-berita yang seperti ini. Mereka hanya mencari sensasi. Jangan bebani pikiranmu dengan kabar-kabar yang tidak jelas,” kata Masumi lembut.

Hanya saja, semua itu mengingatkan kembali Maya pada rasa sakit hatinya yang masih belum sembuh.

Pak Masumi... kenapa jika bersamamu aku selalu merasa nyaman... begitu tenang, begitu damai... Jika memelukmu seperti ini...

Eh?

Maya baru menyadarinya.

Memeluk Pak Masumi...

Maya dengan cepat menengadahkan kepalanya.

Keduanya bertatapan.

Masumi terlihat tanpa ekspresi tapi tatapannya terasa lembut bagi Maya.

Maya melonggarkan pegangannya dan menjauhkan badannya dari Masumi.

“Maaf...” gumamnya perlahan.

“Tidak apa-apa,” kata Masumi dengan tenang. “Kau sudah merasa lebih baik?” tanya Masumi.

Maya mengangguk.

“Anda benar, tidak seharusnya aku memikirkan berita-berita tidak jelas tersebut,” Maya berusaha menenangkan perasaannya.

Masumi meraih beberapa surat kabar dan menumpukkannya kembali. Sebenarnya dia ingin sekali merobek-robek dan menghempaskan tabloid-tabloid tersebut tapi berusaha menahan dirinya.

“Apakah ada sesuatu, sampai kau datang ke sini?” tanya Masumi.

“Ah, iya! Aku hampir saja lupa,” kata Maya, merogoh tasnya.

“Ini, sapu tangan Anda, terima kasih. Maaf baru bisa kukembalikan,” Maya menyodorkan sapu tangannya.

“Oh, padahal aku sudah bilang kau tidak perlu khawatir, aku masih punya banyak” Masumi tersenyum, menerima sapu tangan tersebut.

“Terima kasih,” kata Maya, tersenyum gugup.

“Apa itu... untukku?” tunjuk Masumi pada sesuatu di atas meja.

“Ah! Ung.. mmhh... benar...” Maya tergugup, hampir lupa dengan rencananya semula.

Masumi duduk di sofa, meraih bingkisan dari Maya.

“Apa ini?” tanya Masumi.

“Mmhh... karena Anda sudah meminjamkan sapu tangan Anda,” Maya mencari alasan. “Jadi sebagai ucapan terima kasih, aku membuatkan makan siang untuk Anda.”

“Oya? Terima kasih,” Masumi tersenyum. “Kau tidak usah repot-repot Maya,” tambah Masumi.

“Tidak kok, aku baru saja belajar, jadi, aku tidak tahu rasanya enak atau tidak,” kata Maya.

“Tanganmu...” Masumi menarik tangan Maya, mengamati jari-jarinya yang diplester. “Karena belajar memasak?”

“Iya, aku masih ceroboh dan kurang hati-hati. Jadi beberapa kali tanganku teriris pisau,” Maya senyum meringis.

Masumi mengelus beberapa luka yang ditutupi plester itu.

“Kau harus lebih hati-hati lain kali. Bagaimana pun, seorang aktris harus menjaga tubuhnya,” kata Masumi, menatap Maya yang jantungnya berdebar-debar tidak terkendali. “Bisa-bisa penonton terbangun dari mimpinya jika mereka melihat Bidadari Merahnya memakai plester,” Masumi tersenyum.

Pak Masumi...

Jantung Maya berdebar semakin tidak beraturan. Dia ingin sekali memeluk pria di hadapannya ini, pria yang selalu setia hadir di mimpinya dan senantiasa di rundukannya setiap malam.

Kemudian handphone Masumi terdengar berbunyi.

“Maaf, aku permisi sebentar,” Masumi sedikit menjauh dari Maya.

Maya mengangguk dan duduk menunggu.

“Aichan,” kata Masumi, “iya aku baru selesai rapat.”

Aichan...? Nona Sakamoto...

Maya tertegun.

“Iya, jadi. Nanti aku menjemputmu, sekarang aku mau makan dulu,” terang Masumi.

Masumi kembali terdiam, mendengarkan.

“Tentu saja! Aku kan paling tahu kesukaanmu, kau jangan khawatir,” Masumi terbahak. “Dasar pemeras! Ya terserahlah, kau pilih sendiri nanti,” Masumi kembali tertawa.

Maya mendengarkan dengan perasaan kesal yang tidak bisa lagi disembunyikannya.

“Ya, tentu, sampai jumpa,” pamit Masumi kemudian.

“Kau sudah makan, Maya?” tanya Masumi setelah pria itu menutup handphonenya.

“Maya?” ulang Masumi.

Gadis itu hanya termangu dan wajahnya terlihat sedih.

“Kau tidak apa-apa?” Masumi menyentuh bahu Maya.

Maya menghempaskannya.

“Maya...?!” Masumi terkejut, melihat Maya sepertinya marah.

“Aku harus pergi!” Maya berdiri. “Aku permisi,” pamit Maya, mau melangkah pergi.

“Tunggu,” Masumi menahan pergelangan lengannya. “Kau mau kemana?”

“Lepaskan, Pak Masumi, aku harus pergi ke tempat latihan. Aku sudah berjanji pada Sakurakoji untuk membawakannya makan siang dan aku harus segera mengantarkannya sekarang,” kata Maya.

Dug!!

Masumi langsung kesal mendengarnya.

“Kau membuatkan…” Masumi mengetatkan rahangnya. “Bento untuknya?”

Maya membalikkan badannya, menghadap Masumi kembali.

“Tentu saja, saat ini dia Isshinku, Pak Masumi,” kata Maya.

Isshinku…?!!!

Masumi mengeratkan kepalan tangannya.

“Sekarang aku permisi, sepertinya Anda juga ada acara lain yang lebih penting! ujar Maya, sangat cemburu.

“Beruntung sekali, si Isshin ini, dia tidak perlu meminjamkan sapu tangannya untuk mendapat bentomu,” sindir Masumi.

“Tidak seberuntung Anda, yang hanya memerlukan beberapa hari saja untuk—” Maya merasakan tenggorokannya kembali tercekat, tidak sanggup meneruskan kata-katanya.

Mendapatkan kekasih baru…!!

“Semoga bahagia, Pak Masumi!!” seru Maya.

Eh?!!

Masumi tertegun.

“Kau juga! Semoga bahagia dengan Isshinmu!” ujar Masumi, tajam.

Ukh!!

Maya membuang mukanya dan dengan cepat keluar dari kantor Masumi.

Maya berjalan terburu-buru menuju lift. Dia menaiki lift barang yang biasa digunakannya bersama Masumi.

Dasar bodoh! Bodoh!! Kenapa kau pikir dia akan kembali kepadamu, Maya?!! Sudah jelas sekarang dia bersama Nona Sakamoto! Berita sampah apanya?! Nyatanya dia sekarang memang bersama Nona Sakamoto!

Lantas kenapa tidak melarangku menunggunya? Kenapa dia bersikap seakan-akan aku masih boleh mencintainya?!!

Maya kembali menutup wajahnya, menahan isakannya.

Dia pasti menertawakan bentoku.

Maya tertegun.

Ah!! Bentoku…!

Pikir Maya panik dengan tiba-tiba dan langsung merasa malu teringat bentonya untuk Masumi.

=//=

Masumi masih kesal dengan pertengkarannya barusan dengan Maya. Terutama dengan Maya yang memanggil Sakurakoji sebagai “Isshin-ku”

Dipandanginya bento dari Maya. Menimbang dia makan atau tidak.

Argh!! Masumi! Apa yang kau harapkan! Kalian kan sekarang sedang putus. Apa kau pikir dia hanya akan terus menerus memikirkanmu?!!

Masumi memarahi dirinya sendiri.

Tapi gadis itu bilang bahwa dia akan menungguku!!

Batinnya, kesal.

Tiba-tiba dia khawatir, Maya akan memutuskan untuk melupakannya.

“Argh!!” Masumi dengan kasar menumbukkan punggungnya ke sandaran sofa.

Dipandanginya lagi bento dari Maya. Tiba-tiba Masumi teringat lagi tangan Maya yang dipenuhi plester.

Akhirnya Masumi kembali meraih bentonya. Mana sanggup dia mengabaikannya, apalagi teringat jari-jari mungil Maya yang berbalut plester.

Masumi membuka tutup bentonya. Tertegun.

Setelah sebelumnya membuatkan bento untuk anak SD, kali ini ada sedikit kemajuan. Maya membuatkannya bento untuk anak SMA.

Ada omurice di sana. Telur dadarnya yang menyelimuti nasi goreng ditulisi dengan menggunakan saus.

[Maya cinta Masumi] di dalam gambar hati.

Sekian lama Masumi hanya bengong.

“Hmmph… hmmph… hahaha…” pria itu lantas tertawa riang.

=//=

Shiori memandangi alat cek kehamilan yang dipegangnya.

“Positif...” desisnya khawatir.

“Bohong... apa yang harus kulakukan? Aku tidak boleh hamil,” Shiori terlihat gelisah.

Aku tidak boleh mempertahankan janin ini...

Digugurkan...?

Pikirnya.

Tapi...

Shiori mengelus perutnya.

Jika ini anak Hino...

Dan dia yakin bahwa janin yang dikandungnya adalah benih dari kekasih gelapnya. Karena suaminya, Yosuke, selalu berhati-hati saat berhubungan dengannya. Mereka sudah pernah diingatkan bahwa Shiori tidak boleh hamil. Dan karena Shiori tidak dapat meminum pil pencegah kehamilan yang memberikan efek tidak baik bagi dirinya, suaminya yang selalu menggunakan alat kontrasepsi. Tapi saat dengan Hino, mereka selalu lupa diri.

Anak Hino... Apakah aku harus memberitahunya? Atau aku harus menggugurkannya?

Shiori bimbang dengan apa yang harus dilakukannya.

Kenapa semua jadi begini...

Shiori membenamkan wajahnya di antara kedua tangannya.

Aku tidak bisa mempertahankan anak ini, tapi...

Shiori tidak memungkiri, dia sangat bahagia bisa hamil dan mengandung anak Hino.

Tiba-tiba berbagai masalah berkelebat di kepalanya. Mengenai dirinya yang tidak boleh hamil, mengenai suaminya, dia pasti curiga jika tahu Shiori hamil. Juga Hino, jika Hino tahu dia hamil, apa yang akan dilakukannya? Shiori juga takut kehamilannya akan membongkar aib yang dilakukannya dengan Hino.

Ya Tuhan, kenapa semua jadi begini...

=//=

Hino tersenyum puas di kantornya, memandangi benda yang didapatkannya dari kamar orang tua Shiori.

Dengan ini, tujuannya sebentar lagi akan tercapai.

Shiori, aku pasti akan membuatmu bahagia...

=//=

BRAAKKK!!!

Ruang rapat para petinggi Friday terbuka lebar. Semua mata mengarah kepada pintu yang tiba-tiba terbuka itu.

Masumi Hayami melangkah masuk dengan beberapa orang.

“Masumi Hayami!!” Dengan berang Yosuke berdiri dari tempat duduknya. “Apa yang kau lakukan di sini?!!”

Masumi memandang Yosuke dengan dingin. Dia berjalan dengan ketenangan yang membuat merinding.

“Aku, yang seharusnya bertanya, apa yang sedang kau lakukan di sini?!” Desisnya tajam.

“A, apa maksudmu?!!” Yosuke tergagap.

Masumi menyerahkan sebuah surat.

Yosuke mengambilnya dengan cepat. Wajahnya segera pucat pasi dan badannya gemetar.

“Sekarang, perusahaan ini, MILIKKU!!” Masumi mengumumkan.

“Apa ini??!! Ini tipuan! Dasar kau penipu brengsek Masumi!” seru Yosuke geram, berusaha menghampiri Masumi namun ditahan oleh dua orang keamanan.

“Penipu? Sudah kehilangan perusahaanmu dan kau masih berlagak seperti pemiliknya. Siapa yang penipu?!” Kecam Masumi. “Bawa dia keluar dari sini!!” Perintah Masumi.

Yosuke segera diseret keluar dari ruang pertemuan.

Setiap orang yang ada di ruangan itu tercengang.

Masumi Hayami, Direktur Daito, kini menjadi pemilik Friday?

Semua orang tidak percaya. Terlebih lagi karena selama ini Friday selalu menjelek-jelekkan aktris Daito.

“Kenapa Bapak-bapak? Ada yang keberatan dengan keberadaanku?” tanya Masumi.

Ruangan itu terasa tegang sejak dia masuk tadi.

Yosuke yang khawatir dengan saham Friday yang terus menurun, jadi sering bermain judi. Dengan orang suruhannya, Masumi membuat uang Yosuke terus habis. Selain itu beberapa orang juga membujuknya bermain saham dengan keuntungan yang menggiurkan. Yosuke yang memang bakat bisnisnya nol besar, dengan mudah tergoda untuk bermain saham. Namun yang didapatkannya malah kerugian karena dia memang sengaja diumpankan, dan akhirnya hutangnya semakin membengkak.

Yosuke terpaksa meminjam uang dengan menggadaikan Friday. Karena tidak mau masalah ini keluar, Yosuke tidak meminjam uang dari bank, namun kepada seseorang yang dikenalkan kepadanya—yang juga sebenarnya orang suruhan Masumi—dan ternyata dia tidak mampu membayar hutangnya yang sangat besar dan terus berbunga sehingga dia kehilangan perusahaannya yang sekarang sudah diambil alih secara licik oleh Masumi.

“Pak Masumi, kami sangat senang Anda mengambil alih perusahaan ini. Selamat Pak masumi,” kata seorang direktur.

Masumi tersenyum tanpa bisa ditebak maknanya.

Dasar penjilat.

Pikirnya.

Pria itu duduk di singgasana barunya.

“Silahkan diteruskan,” instruksinya.

“Baik, Pak.”

Satu tamat, tinggal dua lagi...

=//=

“Maya!” Sakurakoji menghampiri Maya, mengembalikan tempat makan Maya. “Terima kasih,” pemuda itu tersenyum lebar. “Kau sudah semakin pandai memasak,” pujinya pada Maya yang sudah dua hari ini membawakan makan siang untuknya.

“Benarkah?” wajah Maya merona kemalu-maluan.

“Benar, dan sebagai ucapan terima kasih aku…” Sakurakoji tersenyum, “nanti habis latihan ingin mengajakmu makan ramen dekat sini. Sedang ada promosi produk baru yang katanya sangat enak!” ajak Sakurakoji.

“Eh? Benarkah??” Maya terlihat riang.

“Kau mau?” Sakurakoji mengkonfirmasi.

“Iya tentu saja, aku juga sudah lama tidak makan ramen,” kata Maya.

Sawajiri yang sedang berada di dekat Maya memperhatikan keduanya.

“Bagus kalau begitu, sampai nanti, Akoya…” Kata Sakurakoji.

Sakurakoji sangat senang. Dia masih saja khawatir karena Maya masih sering terlihat melamun sendirian. Kadang Sakurakoji melihat Sawajiri beberapa kali menegur Maya dan gadis itu hanya cengengesan. Tapi sebagai lawan mainnya yang paling dekat, Maya tidak bisa membohonginya. Sakurakoji menangkap basah Maya beberapa kali memasang wajah sangat sedih.

Ah!

Sakurakoji terperanjat, ada email masuk, dari Mai.

[Kak Sakurakoji, Mai dapat tiket konser musik buat nanti malam, apa Kak Sakurakoji mau datang bersama Mai?]

Eh, Mai…?

Ingatan Sakurakoji beralih kepada Mai. Perasaannya sedikit bimbang, dia sudah mengajak Maya makan ramen bersama.

Mai, maafkan aku…

[Maaf Mai, aku sibuk dan sudah ada rencana lain. Maafkan aku, nanti kapan-kapan aku akan mengajakmu nonton.]

Sakurakoji membaca pesannya berkali-kali, ragu apa yang harus dilakukannya.

“Kiriman bunga untuk Maya Kitajima!!” Seru seseorang.

Eh?!

Maya dengan cepat menoleh ke arah pintu.

Mawar Ungu!!!

Maya sangat senang melihat kiriman mawar ungu yang datang siang itu. Maya segera berlari menghampiri.

“Ini ada kiriman mawar ungu untukmu, tadi dititipkan ke resepsionis,” terang pria yang mengantarkan mawa ungu tersebut.

“Te, te, terima kasih,” kata Maya gugup saking senangnya.

Mawar Ungu…

Maya segera memeluk bunga tersebut.

Ada ucapannya…

Kepada Bidadari berplester: Maya Kitajima

Terima kasih untuk omurice-nya. Aku sangat menyukainya, enak sekali. Selamat berlatih, dan semoga luka-luka di tanganmu cepat sembuh. Aku masih menunggu Bidadari Merahmu. Hanya Bidadari Merahmu.

Dari Pengagummu,

MH.

Sebuah senyum mengembang di wajah sembab gadis itu.

Pak Masumi… Mawar Unguku…

Maya sangat bahagia. Dia senang Masumi menyukai omurice-nya. Dia tidak memikirkan bahwa kemarin mereka bertengkar.

Dan dia menunggu Bidadari Merah-ku… Hanya Bidadari Merah-ku katanya.

Maya menciumi bunga-bunga tersebut.

Sawajiri mendekatinya.

“Sini kusimpankan,” Sawajiri mengulurkan tangannya. “Kau cepat latihan, Pak Kuronuma mencarimu.”

Maya menatap Sawajiri, lalu mengangguk. Diberikannya buket mawar ungu tersebut kepada Sawajiri.

Sawajiri mengamati Maya yang berlalu dengan wajah bahagia. Dia kemudian membaca kartu pada bunga tersebut.

Sakurakoji juga melihat itu semua. Wajah Maya yang langsung berbinar-binar saat menerima mawar ungu tersebut. Menciuminya dengan takjub dan senyumannya langsung terlihat berseri-seri.

Maya… kenapa, kau masih saja mencintainya, padahal dia sudah berkali-kali melukaimu.

Sakurakoji mengeratkan kepalan tangannya.

Kenapa kau bisa terlihat begitu bahagia padahal kau tahu yang mengirimkannya adalah orang yang sudah menyakiti hatimu. Apakah kau tidak bisa melihatku? Memandangku yang selama ini menunggumu?

Sakurakoji tertegun. Dari dulu dia selalu bersama Maya, tapi Maya tidak pernah memandangnya. Selalu saja, Sakurakoji merasa ada orang lain yang dilihat Maya. Maya selalu melihat pada bayangan orang lain yang ada di belakangnya.

Sakurakoji menelan ludahnya. Dipandanginya email untuk Mai yang belum dikirimnya. Dia menghapusnya, kemudian menulis kembali.

[Terima kasih Mai, sudah mengajakku. Aku akan datang, nanti aku akan menjemputmu.]

Dia lalu mengirimkannya.

“Isshin!!” Panggil Kuronuma.

“Iya Pak!” seru Sakurakoji sambil menyimpan kembali handphonenya di dalam tas dan segera berlari menghampiri.

“Maya,” Sakurakoji menghampiri Maya yang sudah siap di sana.

“Iya?” Maya menoleh kepada Sakurakoji dan tersenyum.

Maya…

“Itu, aku tadi mengajakmu makan ramen nanti, tapi, maaf, sepertinya aku harus membatalkannya,” sesalnya.

“Eh?” Maya mengamati Sakurakoji.

Ada sesuatu yang mendadak yang harus kulakukan. Jadi, aku…”

“Oh, ya, tidak apa-apa Sakurakoji,” Maya tersenyum riang. “Tidak masalah, kita bisa pergi lain kali.”

“Maaf ya, sesalnya.

“Sudahlah, bukan masalah besar,” kata Maya sambil tersenyum riang.

“Baiklah!!!” Kuronuma berseru, mencuri perhatian.

“Sekarang kita akan melakukan adegan perpisahan antara Isshin dan Akoya. Isshin yang akan menunaikan tugasnya memahat patung Buddha demi perdamaian dunia tapi dia harus mengorbankan Akoya, belahan jiwanya. Dan Bidadari Merah, yang berusaha melindungi diri dari serangan Isshin, serta sudah merasa marah kepada manusia yang seenaknya. Ini waktunya kalian berperang, namun kalian saling mencintai. Kalian belahan jiwa yang saling ingin bersatu namun harus berpisah karena ada sebuah alasan yang sangat kuat. Sebuah keadaan di luar kendali mereka. Demi kelangsungan hidup umat manusia.” Papar Kuronuma.

“Aku ingin kalian menyampaikan perasaan itu. Semua kepedihan, penderitaan karena harus berpisah dengan belahan jiwa kalian. Sekaligus sebuah pengorbanan cinta yang besar dari keduanya untuk manusia di bumi.”

Belahan jiwa yang saling ingin bersatu namun harus berpisah karena ada sebuah alasan kuat, di luar kendali mereka…

Pak Masumi…

Seketika ingatannya melayang kepada Masumi. Maya ingat, malam itu dia merasa Masumi sebenarnya masih mencintainya, namun entah kenapa pria itu ingin agar mereka berpisah.

Apakah ada sesuatu, yang kau sembunyikan dariku?

Plok!!

Tepukan tangan Kuronuma menyadarkan Maya.

“Action!!” seru sang sutradara.

Aku adalah Bidadari Merah. Lihatlah, ini adalah Bidadari Merah-ku…

=//=

“Hino!!” Seru Mizuki, terperanjat melihat pengacara itu saat dia baru saja hendak masuk ke mobilnya.

“Ah, Nona... Mizuki,” Pengacara muda itu terlihat ragu,

“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mizuki sambil tersenyum tidak percaya.

Hino terdiam sesaat.

“Oh, ini, aku baru saja... mhhh...ada klienku di sini, aku baru saja mengunjunginya,” terang Hino.

Pria ini mulai menyadari bahwa sepertinya Mizuki tidak tahu masalah yang terjadi di antara dirinya dan Masumi.

“Kau sendiri?” Hino balik bertanya.

“Dulu sebelum aku pindah ke apartemenku yang sekarang, aku tinggal di apartemen dekat sini. Ada anak bekas tetanggaku yang akan berulang tahun, jadi aku menitipkan kado untuknya kepada temanku,” kata Mizuki. “Kebetulan yang bagus sekali, aku tidak mengira bisa bertemu denganmu di sini,” imbuhnya.

“Ya, benar. Aku rindu berbincang-bincang lagi denganmu,” terang Hino. “Aku belum menemukan teman mengobrol yang lebih baik darimu,” Hino tersenyum.

“Hahaha... Hino, orang sepertimu, akan bisa menemukan teman berbincang di mana saja,” Mizuki tersanjung. “Ngomong-ngomong, kenapa kau sudah tidak lagi menangani Maya?” tanya Mizuki.

Hino tertegun.

“Mmmh... katanya, wali Maya merasa saat ini gadis itu belum membutuhkan pengacara lagi karena semua kontraknya sudah berjalan baik,” Hino tersenyum.

Pak Masumi?

Pikir Mizuki.

Sedikit heran karena dia tahu, setelah suara Maya kembali, ada banyak tawaran kontrak untuk gadis itu. Memang belum ada yang bermasalah sampai saat ini. Mizuki tetap merasa heran mendengarnya. Mizuki juga mendengar alasan yang sama dari Masumi saat itu, dan atasannya tersebut tampak enggan ditanya lebih jauh. Ada yang aneh dari perilaku Masumi belakangan ini.

Belum lagi saat Masumi mengatakan alasannya memutuskan Maya, karena dia harus melakukannya dan juga karena dia harus melindungi gadis itu. Tapi Masumi sama sekali tidak mengatakan melindungi dari siapa.

“Oh, begitu...” gumam Mizuki. “Baiklah,” dia kembali tersenyum kepada Hino. “Aku harus kembali ke Daito sekarang.”

“Ya, aku juga, ada persidangan, harus menyiapkan berkas-berkasnya. Sayang kita tidak bisa berbincang lebih lama,” sesal Hino.

“Mungkin lain kali, Hino,” kata Mizuki.

“Oh, iya, Nona Mizuki, saat itu aku sempat membaca bahwa Pak Masumi dan Maya putus. Apa memang benar begitu?” selidik Hino.

“Ya,” raut sesal tergambar di wajah sang sekretaris. “Memang begitu, sayang sekali,” Mizuki terlihat murung.

“Benar, sayang sekali,” Hino berbohong dengan lihai. “Kurasa mereka sangat cocok. Tidak secara fisik, tapi aku bisa melihat mereka sangat saling mencintai satu sama lain. Aku tidak mengerti kenapa Pak Masumi tega melakukan semua itu. Kalau saja bisa, ingin rasanya aku menyeret atasanmu itu ke pengadilan demi Maya,” canda Hino.

Mizuki tertawa kecil, tapi kemudian wajahnya kembali terlihat sedih.

“Ya, kurasa, itu juga bukan keinginan Pak Masumi. Pasti ada sesuatu. Dia bilang itu yang terbaik bagi Maya saat ini. Aku tidak mengerti. Tapi aku cukup mengenal Pak Masumi untuk mengetahui dia selalu lebih memikirkan kepentingan Maya di atas kepentingannya sendiri,” ujar Mizuki.

“Benarkah?” Hino pura-pura terkejut. “Dari yang kubaca, dia berkesan seperti play boy,” ujar Hino. “Tapi yah, tidak mengherankan untuk pria sepertinya kan? Tampan, cerdas, sukses, punya segalanya—“

“Ah, kau salah,” potong Mizuki halus.

Hino tertegun.

“Sebagai direktur Daito, dia memang playboy. Sudah terlatih berbicara dan berperilaku manis dengan wanita yang akan memberikan keuntungan kepada perusahaannya. Tapi sebagai seorang pria...” Mizuki tertawa kecil. “Sejak sangat lama Maya sudah membuatnya mati kutu.”

Hino terdiam.

“Lalu Shiori?” tanyanya, tidak sadar ada nada dingin dari suaranya.

“Eh?” Mizuki tertegun.

“Ah, itu, lalu bagaimana dengan Nyonya Takamiya? Aku tahu mereka sempat menjalin hubungan bahkan sudah hampir menikah,” koreksi Hino.

Mizuki kembali tersenyum tipis.

“Kau pasti sudah bisa menebaknya sendiri,” ujar Mizuki.

Hino kembali terdiam. Ya, dia jelas sudah tahu. Masumi hanya memperlakukan Shiori sebagai sebuah pekerjaan. Wanita yang akan memberikan keuntungan besar bagi perusahaannya.

“Tapi bagaimana pun,” kata Mizuki. “Aku berpikir kalaupun keduanya memaksakan diri untuk menikah, belum tentu keduanya bahagia. Mungkin hanya akan saling menyakiti satu sama lain. Tapi lihat sekarang. Setelah keduanya terpisah, Nyonya Shiori menikah dengan pria yang mencintainya. Kurasa.”

Hino hanya tersenyum tipis.

“Ya, benar,” kata Hino. “Aku yakin sudah ada kebahagian yang diperuntukkan bagi setiap orang,” ujarnya sambil membenarkan letak kacamatanya. “Aku harap kau segera menemukan bagianmu, Nona Mizuki,” Hino tersenyum tulus.

“Kau juga Hino,” Mizuki tersenyum.

Hino berpamitan sekali lagi. Dia lalu melangkah pergi. Dia menghargai Masumi yang tidak membeberkan masalah mereka kepada Mizuki. Dia tahu Mizuki tidak berbohong. Mizuki adalah satu dari mereka yang pandai menyembunyikan apa yang ada di dalam pikirannya, terkait dengan pekerjaannya, tapi tidak pandai berpura-pura menyukai sesuatu yang mereka tidak suka. Dari hasil interaksinya dengan Mizuki, Hino tahu Mizuki masih merasa nyaman berbicara dengannya.

Masumi Hayami...

Kembali dia teringat pria yang sudah mempermainkan dan menyakiti kekasih hatinya.

Mungkin Mizuki benar, andai keduanya menikah pun, Masumi tidak akan memberikan kebahagiaan kepada Shiori. Tapi setidaknya, Masumi bisa terus berpura-pura dan membuat Shiori bahagia.

Hino tertegun. Apakah itu yang diinginkannya? Shiori menjalani kebahagiaan palsu bersama Masumi? Bukan itu tentu.

Tapi apa yang didapatkan wanita itu sekarang? Bersama-sama Masumi yang pura-pura mencintainya mungkin lebih baik daripada kehidupan yang dijalani wanita itu kini.

Tidak.

Bukan itu jawabannya. Dia punya jawabannya. Dia yang harus menyelamatkan wanita itu dan memberinya kebahagiaan.

Tidak ada yang perlu disesali dengan apa yang sudah dilakukannya. Dia harus memberi keadilan kepada Shiori, dan Masumi harus mendapatkan hukumannya karena menyebabkan Shiorinya sekarang menjadi seperti ini.

Maaf Maya, aku menyukaimu. Tapi aku sungguh membenci kekasihmu!

=//=

Mizuki baru saja hendak masuk ke mobilnya setelah Hino pergi. Itu sebelum matanya menemukan sesosok pria di seberang jalan. Dia memandanginya. Dia merasa sudah pernah melihatnya tapi tidak yakin.

Ah, benar!! Aku sempat melihatnya di dalam mobil tidak jauh dari apartemenku!

Pikir Mizuki.

Dia ingat, karena pria yang saat itu terdiam di dalam sebuah mobil itu, tidak pernah dilihatnya di lingkungan sekitarnya. Memang agak jauh dari gedung apartemennya dan setelah itu pria itu pergi.

Sekarang dia melihatnya lagi, di sini. Apa memang hanya kebetulan? Atau... dia mengikutinya?

Mizuki jelas-jelas merasa pria itu melihat ke arahnya. Tapi untuk apa dia diikuti?

Ah!

Mizuki tertegun, pria itu beranjak dari tempat duduknya.

Dengan cepat Mizuki hendak menyeberangi jalan untuk menemuinya. Entah kenapa Mizuki tidak takut. Dia tidak merasa pria itu akan membahayakannya.

Dilihatnya pria itu keluar dari cafe tersebut, Mizuki mengikutinya.

Namun saat pria itu memasuki sebuah belokan, Mizuki kehilangan jejaknya. Dia mencari-cari. Tidak ada.

Kemana dia?

Pikir Mizuki.

=//=

Hijiri mengamati punggung Mizuki yang berhasil dihindarinya.

Pria itu segera berjalan dengan tergesa. Dia menyadari Mizuki hampir saja menemukan dirinya.

Beberapa hari yang lalu, mengingat Hino dan Mizuki memiliki hubungan baik, Hijiri sempat mengawasi apartemen Mizuki beberapa kali. Tapi tampaknya Hino tidak mendatangi Mizuki. Sebaliknya, Mizuki sempat terlihat curiga dengan keberadaannya, dan Hijiri memutuskan untuk pergi.

Dan hari ini, dia berniat mengikuti Hino. Ada benda yang harus ditemukannya dan dia tidak dapat menemukannya di apartemen pria itu atau di kantornya. Hijiri tahu, benda itu hanya akan disimpan oleh Hino sendiri atau akan disimpan di tempat seseorang yang dipercayai Hino. Namun Hino, berbalikan dengan sifatnya yang sangat ramah dan mudah bergaul, tidak memiliki seorang sahabat atau kenalan yang sangat dekat dengannya.

Hijiri memandanginya. Rumah tersebut, dari kejauhan. Rumah yang tadi baru dikunjungi Hino.

=//=

“Maaf saya terlambat,” kata Mizuki dengan sungkan.

“Tidak apa-apa,” Masumi merapikan jasnya.

“Anda hendak pergi?” Mizuki terheran, dia tidak ingat ada jadwal pertemuan untuk Masumi hari ini.

“Iya, Direktur Utama TV Chuo meminta bertemu denganku,” ujar Masumi dingin.

Ayah Shiori??

Mizuki tampak terkejut.

Apakah ini berkaitan dengan berita yang tengah ramai mengenai Pak Masumi yang mengambil alih Friday?

“Kenapa terkejut?” tanya Masumi. “Yang kau pikirkan itu benar,” katanya, tahu apa yang ada dalam benak sekretarisnya.

“Apa yang akan Anda lakukan?” tanya Mizuki.

“Aku harus melihat dulu keadaannya kan, sebelum memutuskan tindakan apa yang harus kulakukan?” Masumi berkata sebelum pergi dengan tenang.

Pak Masumi...

Mizuki mengamati atasannya dengan gelisah.

Bagaimana pun Yosuke adalah anggota keluarga Takamiya sekarang. Dan tidak pernah ada, siapa pun, yang merebut perusahaan dari seorang Takamiya.

=//=


“Dasar laki-laki bodoh!! Memalukan!” Kata Shiori dengan gemas. “Dia kalah telak dari Masumi!” Shiori terlihat berang. “Oh! Aku muak sekali kepadanya!! Sudah berhari-hari aku mendiamkannya. Aku tahu aku tidak boleh begitu, tapi... aku benar-benar kesal kepadanya dan tidak bisa menahan diriku!!”

“Sudahlah...” Hino menarik bahu Shiori dan menyandarkan kepala wanita itu di dadanya. “Itu kan tidak penting. Lagipula, walaupun Masumi sudah merebut Friday dari Yosuke, kita masih menguasai hak pementasan bidadari merah. Bukankah kau pernah bilang bahwa benda itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagi Masumi? Kau ancam saja dia, minta dia mengembalikan perusahaan itu kepada suamimu, atau kau akan mulai menuntut hak pementasan.”

“Aku tidak bisa!!” Keluh Shiori. “Walaupun caranya licik, tapi dia punya bukti pembelian yang sah terhadap perusahaan itu. Dan memang salah suamiku yang berhutang sangat besar pada orang itu. Mereka punya buktinya, pernyataan bermaterai bahwa suamiku menjaminkan Friday untuk hutangnya!!”

Hino mengeratkan rahangnya setiap kali Shiori menyebut Yosuke dengan ‘Suamiku’.

“Aku tidak peduli padanya, aku hanya malu kepada Ayah dan ibuku serta keluarga Takamiya. Gara-gara perbuatan suamiku, nama Takamiya jadi tercoreng! Kenapa dia tidak bilang bahwa dia berhutang banyak? Kami bisa menyelesaikannya dengan mudah. Tapi dasar bodoh!! Dia pikir dia bisa mengatasinya sendiri dan sekarang apa yang terjadi? Uh!! Aku kesal sekali!” ujar Shiori geram.

Hino hanya diam mendengarkan.

“Ryoma, ayo katakan sesuatu! Kenapa kau diam saja?!” tuntut Shiori.

“Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan, Sayang. Hukum adalah bidangku, juga beberapa hal lain yang kugemari. Tapi tidak halnya dengan masalah bisnis. Maafkan aku, kali ini aku tidak bisa berbuat banyak,” ujar Hino. Sejujurnya dia merasa puas dengan nasib Yosuke. “Sudahlah, biar saja suamimu itu merasakan malu terhadap keluargamu, agar dia bisa lebih banyak berpikir dan bisa mulai berusaha untuk menjadi orang yang berguna. Lagipula, ada hal lainnya yang lebih penting dari laki-laki tidak berguna itu,” bujuk Hino

“Hal lain?” Shiori menengadahkan kepalanya.

“Ya. Kesehatanmu. Apa kau sudah lebih baik?” tanya Hino penuh perhatian.
Shiori tertegun.

“Iya, aku sudah lebih baik...” kata Shiori, lebih lembut.

Hino selalu berhasil membuat hatinya luluh.

“Bagus kalau begitu, aku sangat lega. Tidak ada yang lebih penting selain keadaanmu,” rayu Hino.

Shiori memandangi kekasih gelapnya. Belum pernah dia merasa begitu dicintai seperti saat ini, bahkan lebih dari yang pernah dirasakannya dulu dari Masumi.

“Ryoma, apa kau... menginginkan uangku?” tanya Shiori tiba-tiba.

Hino terkejut, matanya melebar.

“Apa maksud perkataanmu?” pria itu jelas tersinggung.

“Aku... aku, sangat sulit bagiku mempercayai orang lain. Mereka hanya menginginkan uangku. Aku sudah cukup mengerti mengenai hal itu. Jadi, jika kau juga hanya mengincar uangku, tolong, katakan sekarang juga. Sudah cukup bagiku dibohongi. Aku tidak peduli jika kau hanya menginginkan hartaku, tapi jangan berpura-pura di depanku,” pinta Shiori.

Mata Hino melebar.

“Sudah cukup? Ada lagi yang ingin kau katakan?” tanya Hino, tajam.

“Ryoma...” Shiori memandangi pria itu.

“Apa hanya segitu saja aku di matamu, Shiori? Sedangkal itu? Setelah semua yang kulakukan?” tanya Hino tidak percaya.

“Ryoma...” Shiori terisak. “Kau tidak mengerti. Aku takut! Takut sekali mempercayai seseorang dan jatuh cinta lagi. Aku tidak mau terluka untuk kedua kalinya, aku...”

“Aku sama sekali tidak mempermainkanmu! Harta dan nama keluargamu tidak penting bagiku!” Hino berkata jujur. Faktanya sejak dulu dia masih benci kepada keluarga Takamiya.

Penghinaan dari mereka tidak akan pernah bisa dilupakannya. Itulah yang menyebabkannya menjauhi Shiori dulu. Itulah yang membuatnya berpisah dengan Shiori, dan mereka tidak bisa bersama.

Tapi walaupun dia sangat benci keluarga Takamiya, dia sangat mencintai Shiori. Hanya seorang Shiori yang sekarang sedang menangis di hadapannya. Wanita yang sudah membuatnya kehilangan akal sehat dan melakukan apa pun tanpa pikir panjang.

Sejak dulu dia pembela keadilan dan senang memanfaatkan orang kaya. Namun untuk wanita itu, dia melakukan suatu kejahatan, bersebrangan dengan jalan yang ditempuhnya selama ini. Dan walaupun Shiori juga sekaligus ikon seorang sosialita kelas atas, namun dia mencintainya.

Shiori menatap pria itu. Dia percaya dengan perkataan Hino. Sejak mereka berhubungan, tidak pernah sepeserpun Shiori mengeluarkan uang untuk Hino. Sekalinya Hino meminta tolong padanya adalah ketika mereka berniat menyuap Nakahara agar mau berkomplot menculik Maya.

“Ryoma, aku...” Shiori terisak. “Aku mencintaimu,” katanya.

Hino sangat tersentuh, dia tersenyum berseri-seri.

“Aku juga! Aku juga, Sayang! Bukankah kau sudah lama tahu?” ujar Hino.

“Ta, tapi aku,” Shiori terlihat ragu. “Tidak tahu kenapa kau mencintaiku.”

“Aku juga tidak tahu,” jawab Hino. “Itu sesuatu yang tidak bisa kujawab dengan akalku, Shiori. Itu hanya bisa dirasakan hatiku. Aku mencintaimu. Aku sungguh tidak peduli siapa kau dan apa yang kau miliki atau tidak kau miliki,” kata Hino sungguh-sungguh.

“Ryoma...” wanita itu memeluk sang pengacara. “Jika kau, menjadi suamiku, apa kau akan menyesal? Mempunyai istri yang tidak boleh hamil? Tidak akan bisa memberimu keturunan?” tanya Shiori.

Hino tertegun.

“Tentu tidak,” jawabnya. “Kalau kau tidak ada, aku juga tidak punya keturunan kan?” canda Hino.

Ryoma...

“Lalu, jika... jika aku hamil, bagaimana? Apa kau memilih aku atau anakmu?” tanya Shiori kemudian.

“Jika kau hamil?” Hino tertegun. “Tentu saja—“ Hino mematung.

Dipandanginya wajah Nyonya Takamiya tidak percaya.

“Kau... kau... apa kau hamil, Shiori?” tanya Hino tidak percaya.

Perlahan Shiori mengangguk.

Mata pria itu melebar. Dilepasnya kacamatanya.

“Anakku...?” desisnya, tidak percaya.

“Anakmu,” isak Shiori.

Sejenak Hino merasa kalut. Wanita yang dicintainya hamil. Tapi kehamilan membahayakan nyawanya.

Anakku...

Pikir Hino. Gelisah. Dia tidak tahu harus merasakan apa. Entah bahagia atau sedih.

“Gugurkan saja,” bisik Hino. “Gugurkan saja, Sayang, aku tidak ingin terjadi apa-apa denganmu.”

“Ryoma...” Shiori masih terisak. “Maafkan aku,” dia memeluk pria yang dicintainya itu.

“Sebenarnya aku... aku, sudah memikirkannya,” kata Shiori. “Dokter bilang, rahimku lemah, dan akan berbahaya jika aku sampai keguguran karena pendarahannya bisa berakibat fatal untukku,” kata Shiori. “Dan jika aku bisa sampai melahirkannya pun, aku mungkin akan kehilangan nyawaku akibat pendarahan. Tapi itu baru dugaan. Kita tidak tahu,” Shiori meyakinkan. “Jika kau ingin agar aku mempertahankannya—“

“Apa maksudmu?!! Itu bukan pilihan! Lagi pula, suamimu?!”

“Aku bisa merayunya! Aku bisa merayu dan nanti meyakinkannya bahwa ini anaknya!” Shiori bersikeras. “Ryoma, aku juga sangat ingin anak ini!” Shiori meyakinkan.

Dia teringat cemoohan yang dilontarkan kepadanya oleh istri-istri para sepupunya. Shiori sudah tidak tahan dengan cemoohan mereka. Dia juga ingin membuktikan bahwa dia bisa hamil.

“Dan membiarkan kau mengorbankan nyawamu?! Dan keluargamu akan menganggapnya anakmu dan Yosuke?! Enak saja!!” Hino berang. “Shiori!! Sedikit pun aku tidak rela, kau menghabiskan malam bersama suamimu! Dia bahkan punya simpanan wanita murahan!!” Hino mencengkram lengan Shiori. “Dan dia pulang kepadamu setelah bercinta dengannya? Mengingatnya saja sudah bisa membuatku menembak kepalanya!” Desis Hino dingin.

“Ryoma...” Shiori terlihat sedikit takut melihat Hino.

“Lalu aku harus bagaimana?” Shiori terlihat kalut. “Aku ingin mempertahankannya karena aku juga mencintainya! Karena ini anakmu!”

Hino terdiam. Dia tidak mengira Shiori sudah mencintainya sedalam ini.

“Bercerailah, pergilah denganku, Shiori. Jadi istriku. Tidak apa-apa kita kehilangan anak ini. Aku akan membahagiakanmu dengan cara yang lain. Biarkan saja suamimu itu! Kita juga tidak perlu lagi mengurusi Masumi. Selama kita punya hak itu, dia tidak akan berani macam-macam dan tidak akan bisa bersama Maya...” kata Hino.

“Dan mengabaikan keluargaku? Tidak, aku tidak bisa...” Shiori menggeleng. 

”Selama ini aku hanya punya keluargaku. Kakek, ayah dan ibu, paman dan tanteku, sepupu-sepupuku, mereka sangat baik. Hanya mereka yang kumiliki...” tolak Shiori. “Aku tidak akan pernah bisa mengabaikan dan mencoreng nama baik mereka lagi,” Shiori tersedu. “Hanya kebahagiaan rumah tanggaku sekarang, satu-satunya hal yang kumiliki untuk tetap bisa mengangkat wajahku di hadapan mereka.”

Hino mengeratkan rahangnya kuat. Ingin sekali dia mengatakan sesuatu, tapi tidak jadi. Belum saatnya.

=//=

“Apa kau lihat Kak Sawajiri?” Tanya Maya kepada salah seorang pemain.

“Kurasa barusan aku melihat dia bersama Sakurakoji bicara di sebelah sana,” katanya menunjuk ke suatu arah.

“Oh,” Maya melihat arah telunjuk tersebut. “Baiklah, terima kasih...” katanya, tersenyum.

Maya lantas berjalan ke sana. Mendekati sebuah ruangan, Maya bisa mendengar Sawajiri berbicara dengan Sakurakoji.

“Apa maksudmu, Kak Sawajiri?” Tanya Sakurakoji, dengan nada terkejut.

“Apakah ada yang salah? Kau mencintai Maya kan?” tanya Sawajiri.

Eh?!

Maya tertegun.

Apa maksud Kak Sawajiri dengan bertanya seperti itu kepada Sakurakoji?

Maya bisa merasakan dadanya berdebar.

Tidak ada jawaban dari Sakurakoji.

“Harus kuakui, aku memang mencintai Maya. Tapi Maya tidak mencintaiku, dan aku rasa sudah saatnya bagi diriku—“

“Kalau begitu, tidak ada masalah dengan permintaanku, kan?” tanya Sawajiri. 

“Bahwa aku ingin kau pura-pura pacaran dengan Maya untuk promosi Bidadari Merah. Dan kurasa, tidak akan butuh lama gadis itu pada akhirnya akan jatuh cinta kepadamu.”

Hah?!!

Maya terjegil.

Aku? Pura-pura pacaran dengan Sakurakoji?!!


Maya tidak percaya mendengarnya.

Kenapa Kak Sawajiri menginginkan hal itu?!

Maya segera masuk ke dalam.

“Maya!!” Seru Sakurakoji yang terkejut melihatnya.

“Kak Sawajiri! Apa maksudmu meminta Sakurakoji berpura-pura pacaran denganku?” Tanya Maya, gemetar. “Aku, aku, tidak bisa melakukannya! Begitu juga dengan Sakurakoji!” Seru Maya.

Wajah Sawajiri terlihat sangat tenang.

“Oya? Benarkah begitu, Sakurakoji?” Sawajiri mengalihkan pandangannya kepada Sakurakoji.

“Eh? A, aku,” Sakurakoji tergagap.

“Sakurakoji! Kau, tidak setuju kan?!” Maya mencari dukungan.

“Dia mencintaimu, Maya,” kata Sawajiri.

Maya tertegun.

“Ta, tapi... kau tahu aku mencintai Pak Masumi!” Seru Maya, khawatir manajernya itu lupa.

Sakurakoji menelan ludahnya. Dia tidak menyatakan cinta, tapi entah kenapa dia merasa ditolak.

“Dan dia mencintaimu?” tekan Sawajiri.

“Aku yakin dia...!!” Maya tertegun. Tidak yakin.

Maya menahan tangisnya.

“Maya...” kata Sakurakoji khawatir.

“Maaf Sakurakoji, tolong tinggalkan kami sebentar,” pinta Sawajiri.

Sakurakoji menghempaskan nafasnya perlahan.

“Maya,” dia terdengar keberatan.

“Tidak, tidak apa-apa,” Maya menggelengkan kepalanya. Berusaha kuat. “Tolong, tinggalkan kami, Sakurakoji,” pinta Maya.

“Jika ada yang kau butuhkan, aku akan selalu membantumu,” ujar pemuda itu sebelum beranjak keluar ruangan.

“Tolong, Kak Sawajiri, jelaskan apa maksudmu?” tanya Maya.

“Kau sudah mendengarnya,” Sawajiri memulai setelah Maya duduk di sebuah kursi.

“Maya, aku bisa melihat, kau, masih sangat sedih. Aku tahu, kau berusaha terlihat tegar dan berusaha menjalankan bagianmu sebaik-baiknya. Tapi, masih belum berhasil. Wajahmu masih sering terlihat sembab. Kau sering melamun kalau di luar waktu latihan. Jujur saja, kau mempersulit pekerjaanku, juga pekerjaan lainnya. Tim make up harus lama-lama mengerjakan wajahmu. Dan masalahnya, mereka tahu kenapa wajahmu sembab. Karena kau putus dengan Pak Masumi,” kata Sawajiri. “Jujur saja, ini bukan promosi yang bagus untukmu.”

“Lalu? Aku harus pura-pura, begitu? Membohongi perasaanku? Membohongi Sakurakoji? Membohongi semua orang?” tanya Maya dengan nada tinggi.

Tidak pernah gadis itu mendebat Sawajiri sebelumnya.

“Kau tidak membohongi Sakurakoji, dia sudah tahu.”

“Tetap saja, aku membohongi diriku dan publik!” Maya berargumen. “A, aku, benar-benar tidak mengerti!” Gadis itu terlihat gusar.

“Maya, ini akan bagus untuk promosi Bidadari Merah! Akan menaikkan pamormu dan Sakurakoji.”

“Aku tidak memerlukan pamor!” ujar Maya.

“Tapi Daito perlu!” tekan Sawajiri. "Dan kau sekarang bekerja untuk Daito!"

Maya tertegun.

“Di samping itu, Maya, aku tahu apa yang dapat mengobati patah hati,” ujar Sawajiri. “Cinta yang baru. Itu yang kau butuhkan.”

“Aku mencintai Pak Masumi!!”

“Dan kau menderita!” Desis Sawajiri.

“A, aku...” Maya tidak bisa mengelak.

“Dengar, Maya. Lakukanlah seperti yang kukatakan. Jangan anggap ini untuk promosi, kalau kau tidak mau.Kau bisa menganggap ini sebagai caramu belajar mencintai Sakurakoji. Aku bisa melihat dia sangat mencintaimu. Aku yakin kau juga bisa merasakan perasaan mendalamnya kepadamu, bukan?”

“Kak Sawajiri...” mata Maya berkaca-kaca.

“Sebagai manajermu kukatakan, itu yang terbaik untukmu saat ini.”

“Tapi, Sakurakoji...”

“Aku bisa membujuknya. Tidak akan sulit. Kau hanya harus memberinya kesempatan. Kau, belum pernah memberinya kesempatan, bukan?” bujuk Sawajiri.

“Dan Pak Masumi?” tanya Maya, “Dia tahu rencana Anda?” Maya memandangi manajernya itu.

“Belum,” kata Sawajiri. “Tapi Pak Masumi pernah mengatakan padaku untuk melakukan apa pun yang diperlukan untuk menaikkan popularitasmu dan demi mensukseskan Bidadari Merah. Percayalah, rencana ini akan berhasil. Banyak pihak yang mengharapkan kau berpacaran dengan Sakurakoji. Akan lebih bagus lagi jika pada akhirnya kau benar-benar jatuh cinta kepadanya. Lagipula,” kata Sawajiri, perlahan, “aku tidak melihat alasan Pak Masumi akan keberatan. Kalian kan sudah putus,” Sawajiri mengingatkan.

Tapi dia masih mencintaiku!!

Seru Maya dalam hatinya.

Benar kan, dia masih mencintaiku...?

Ada keraguan yang menyakitkan dalam hatinya.

“Anda yakin Pak Masumi akan menyetujui rencana ini?” tanya Maya, gemetar.

“Aku bisa meyakinkannya untuk menyetujui rencana ini,” jawab Sawajiri datar. “Dia pasti mengijinkan jika kau tidak keberatan. Bagaimana? Aku bisa bicara dengannya besok.”

Kak Sawajiri...

Maya memandangi Sawajiri.

Benarkah Pak Masumi tidak akan keberatan?

Pikir Maya.

Jika demikian, maka, dia memang benar-benar tidak mencintaiku lagi...

Hati Maya takut. Takut sekali kalau benar pria itu sungguh-sungguh tidak mencintainya.

“Biar aku,” Maya menelan ludahnya tak kentara. “Bertanya dulu kepada Pak Masumi,” kata Maya kemudian.

Eh?

Sawajiri tertegun.

“Terserah kau saja, Maya. Tapi percayalah kepadaku, ini adalah yang terbaik untukmu sekarang. Kau tidak bisa terus terpuruk karena perasaan cintamu kepada Pak Masumi, dan bisa beresiko menghancurkan karir dan pekerjaanmu,” kata Sawajiri. Masih tanpa ekspresi dan intonasi.

=//=

“Silahkan, Tuan,” seorang pegawai mempersilahkan Masumi ke ruang tamu.

Tidak berapa lama Soichiro Takamiya memasuki ruangan tersebut.

Masumi berdiri dari tempat duduknya dan keduanya saling memberi hormat.

Seorang Office boy masuk dan menyajikan minuman serta snack.

“Kau pasti sudah tahu kenapa aku mengajakmu bertemu,” kata Saichiro.

“Saya punya gambarannya, tapi saya tidak mau berprasangka,” Masumi tersenyum. “Silahkan dijelaskan Pak Soichiro.”

“Mengenai Friday,” Soichiro memulai. “Berapa harganya jika kami ingin membelinya kembali?”

Masumi tertegun.

“Membeli kembali, Friday?” tanyanya.

“Benar. Kau, Masumi, pasti paham bahwa kau sudah melukai harga diri kami, bukan? Friday adalah bagian dari Takatsu.”

“Maaf, Pak Soichiro,” jawab Masumi. “Saya, sebagai pribadi, dan juga sebagai seorang profesional, sangat menghargai  Grup Takatsu dan juga keluarga Takamiya. Saya sama sekali tidak bermaksud merebut perusahaan itu untuk menantang Takamiya. Saya tahu diri.” Kata Masumi.

“Lantas kenapa?!! Bukankah Yosuke itu sepupumu?!”

“Ini, sama sekali tidak berkaitan dengan masalah pribadi,” Masumi berbohong. “Saya melakukannya untuk melindungi Daito dan aktris-aktris kami. Anda pasti tahu bagaimana posisi Friday dan Daito.” Kata Masumi tegas. “Selama ini, mengingat Yosuke adalah sepupu saya, saya tidak pernah berbuat macam-macam kepadanya. Namun, Daito adalah prioritas saya. Saya sudah bicara baik-baik kepada Yosuke dan dia mengabaikannya. Silahkan beri tahu saya, Pak Soichiro, bagaimana baiknya, jika Anda ada di posisi saya?” tanya Masumi.

Soichiro terdiam.

“Tapi, kau meraih kemenanganmu dengan cara yang memalukan. Benar bukan?” kecam Soichiro. “Kau menipu dan menjebaknya!”

“Saya tidak akan menyangkal apa pun andai Anda menyebut kemenangan saya sebagai kemenangan yang memalukan. Tapi itu semua karena Yosuke yang cukup bodoh hingga dia mengalami kekalahan yang memalukan,” kata Masumi tenang.

“Kau?! Dia itu menantuku apa kau lupa?!!”

Masumi memandang dengan penuh hormat kepada Soichiro.

“Pak Soichiro, bisakah Anda katakan kepada saya kenapa Yosuke, yang seorang menantu keluarga Takamiya, hanya mendapatkan Friday?” tanya Masumi.

Soichiro menelan ludahnya.

“Takatsu adalah perusahaan multi usaha yang sangat besar. Periklanan, real estate, makanan, ekspor-impor, restoran, pariwisata, rel kereta api, departemen store, hotel, angkutan, televisi, koran dan lain sebagainya. Tapi kenapa, Yosuke hanya mendapat tabloid Friday, yang hampir bangkrut dan dijual murah?” tekan Masumi.

“Seperti halnya saya dan Ayah saya, tentu keluarga Takamiya juga menyadari bahwa kemampuan bisnis Yosuke adalah nol besar, bukan? Karena itu lah kalian tidak berani menempatkan Yosuke di bisnis inti keluarga. Namun, memberinya jabatan rendah dan pekerjaan teknis pun akan memalukan, karena dia adalah suami Shiori dan juga anak angkat keluarga Takamiya, benar bukan?” Masumi tersenyum dingin.

Direktur utama TV Chuo itu tidak mengatakan apa-apa. Semua kata-kata Masumi benar adanya. Suami Shiori itu laki-laki bodoh, yang ada bisnis bisa hancur jika dipegangnya.

“Syukurlah kesalahan itu tidak dilakukan. Entah apa jadinya jika Yosuke diserahi perusahaan milik Takatsu,” Masumi berhenti tersenyum. “Bisa-bisa perusahaan itu yang sekarang ada di tangan saya.”

Masumi...?

Soichiro sangat terkejut mendengarnya.

“Jadi, Pak Soichiro, saya harap Anda bisa melihat maksud saya. Baik oleh saya, atau bukan, cepat atau lambat, Friday bisa lepas dari tangan Yosuke kapan saja. Mungkin karena direbut, atau bangkrut,” jelas Masumi. “Jujur saja saya mendapatkannya dengan sangat murah karena saham Friday yang terus menerus merosot. Ah, saya dengar sahamnya sempat naik saat memuat berita mengenai saya dan kekasih saya Maya, tapi kemudian kembali merosot, dan dia menggadaikannya dengan sangat murah.”

“Aku mengerti maksudmu, jadi kau bilang adalah salah Yosuke hingga perusahaannya lepas?” tanya Soichiro.

“Benar. Semua kelalaiannya. Sekarang, saya bisa saja menjual perusahaan itu kepada Takamiya. Tapi tidak ada jaminan hal seperti ini tidak akan terjadi lagi bukan?” Masumi kembali tersenyum tenang. “Menurut saya, biarlah Yosuke merasakan kekalahannya ini, agar dia bisa mengambil pelajaran. Bagaimana pun, dia sepupu saya, dan saya sudah mempertimbangkannya,” Masumi kembali berbohong.

Soichiro menyandarkan punggungnya. Sebenarnya dia juga enggan meminta kembali perusahaan tidak penting itu dari Masumi jika bukan karena Shiori yang merengek demi menantu sampahnya itu.

“Tapi bagaimanapun, Friday adalah...”

“Tidak perlu khawatir dengan nama Takaatsu, Pak Soichiro.” Masumi menenangkan. “Friday sejak semula bukanlah bagian dari grup Takaatsu. Ini hanyalah perusahaan media kelas tiga, tidak penting bagi Takaatsu. Lagipula, adalah hal yang wajar jika sebuah perusahaan yang sahamnya sedang jatuh segera dijual sebelum sahamnya semakin jatuh bukan?” ujar Masumi dengan mata berseri, karena sudah bisa meyakinkan bekas calon mertuanya itu.

“Malah, akan lebih baik, jika TV Chuo bekerja sama dengan Daito sekarang,” usul Masumi.

“Bekerja sama dengan Daito?” Soichiro tertegun.

“Benar, tidak ada yang tahu, selain orang dalam bahwa perusahaan ini jatuh ke tangan saya karena saya rebut. Tapi, kita bisa katakan bahwa Takaatsu sengaja menjualnya kepada saya. Dengan demikian, nama baik Takaatsu tidak akan tercoreng. Kita bisa memperlihatkan bahwa hubungan kita baik-baik saja dengan bekerja sama. Doremi, perusahaan di bawah Daito akan memproduksi sebuah dorama yang sangat bagus, sudah ada beberapa stasiun televisi yang berminat. Namun, jika TV Chuo berminat, saya tidak ragu akan memberikannya kepada TV Chuo,” tawar Masumi.

Soichiro termangu. Nama baik Yosuke memang bukan prioritasnya. Takatsu adalah yang terpenting. Dan dia setuju, membeli kembali perusahaan itu hanya akan menghambur-hamburkan uang dan nama Takatsu tetap dipermalukan, seakan-akan membenarkan bahwa perusahaan itu direbut dari tangan mereka. Tapi lain halnya dengan usul yang diajukan Masumi. Nama baik Takatsu bisa terjaga, dan mereka juga bisa mendapatkan keuntungan dari proyek dorama yang diajukan Daito. Semua tahu kualitas dari produksi Daito.

Soichiro tersenyum lebar.

“Aku setuju, minta pihak Doremi mengirimkan naskahnya kepada kami,” kata Soichiro.

Senyum kemenangan kembali muncul di bibir Direktur Muda Daito.

Keduanya bersalaman.

Maaf Yosuke, bahkan mertuamu masih jauh lebih mempercayaiku daripada dirimu...

Batin Masumi puas.

Masumi tahu dia sudah berbuat jahat. Tapi dia tidak bisa mengampuni siapa pun yang sudah menyakiti Maya. Dia tidak peduli jika dia disebut tidak punya hati. Hatinya sudah mati saat dia terpaksa meninggalkan Maya.

=//=

“Apa?!! Kau meminta Maya dan Sakurakoji berpura-pura pacaran?” seru Rei.

“Benar,” dengan tenang Sawajiri meminum kopinya saat keduanya sedang berada di apartemen Sawajiri.

“Bi, bisakah... bisakah kau punya perasaan sedikit?! Hal seperti itu bukan untuk main-main!!” Hardik Rei.

Sawajiri memandang datar kepada Rei.

“Aku sudah sering melakukannya, dan aktris-aktrisku biasanya langsung melejit saat mengumbar kedekatan mereka dengan lawan mainnya,” terang Sawajiri.

=//=


“Ya ampun! Tapi ini Maya! Kau pasti tahu dia sangat mencintai Pak Masumi! Dan Sakurakoji... apa kau juga bermaksud mempermainkan perasaannya?!”

“Dia menyukai Maya, kurasa dia malah akan merasa senang.”

“Sawajiri!!” Seru Rei, merebut kopi dari tangan kekasihnya itu.

“Jika aku diminta untuk melakukan hal itu, bagaimana? Diminta berpura-pura pacaran dengan lawan mainku dan mengumbar kemesraan kami di depan kamera untuk menaikkan popularitas doramaku? Apa kau akan mengijinkannya? Walaupun hanya untuk promosi?” tekan Rei.

Sawajiri tertegun.

“Itu lain. Kau sudah punya kekasih, AKU!” Sawajiri tidak rela. Kembali direbutnya kopi dari tangan Rei.

“Dan itu hal yang tidak benar! Pembohongan publik, tahu!!” protes Rei. “Bagaimana jika itu hanya akan menyakiti Maya dan Sakurakoji?”

“Kurasa tidak, mereka—“

“Kau sebenarnya memang tidak peduli, ya?!” ujar Rei, sinis. “Kau sama sekali tidak memikirkan perasaan mereka? Terutama perasaan Maya? Dia temanku, Kak Sawajiri,” Rei terdengar kecewa.

“Rei,” Sawajiri menatap Rei. “Bisakah kita membicarakan hal ini lain kali? Aku salah, seharusnya aku tidak mengatakannya,” kata Sawajiri datar. “Kalau tahu reaksimu akan seperti ini aku tidak akan mengatakannya.”

“Lantas?” Rei terkejut. “Apa kau pikir aku akan mendukung idemu?”

“Sudahlah!” potong Sawajiri. “Aku tidak suka kita bertengkar, kita bicarakan yang lain lagi.”

Rei mengamati wajah tembok kekasihnya.

Bruk!

Dia berdiri dari duduknya.

“Kau mau kemana?” tanya Sawajiri, ikut beranjak.

“Pulang!” ujar Rei singkat, sambil meraih jaketnya.

“Pulang? Kita baru bertemu! Rei ayolah, aku kan tidak berbuat salah kepadamu. Kenapa kita jadi mempertengkarkan hal yang tidak penting?” bujuk Sawajiri sambil menahan pergelangan tangan gadis itu.

“Tidak, tapi kau sudah menyinggung perasaan temanku. Dan asal kau tahu, jika kau menyakiti perasaan Maya, sama halnya dengan kau menyakiti perasaanku,” ujar Rei, pilu. “Sekarang lepaskan!” Pintanya, menarik paksa tangannya dari genggaman Sawajiri lalu beranjak pergi.

Sawajiri hanya mematung memandangi pintu apartemennya yang sudah kembali tertutup.

=//=

Shiori keluar dari dokter kandungan dengan lemah dan memasuki mobilnya.

“Bagaimana Nyonya?” tanya si Bibi yang mengantarnya.

“Kami sudah menentukan tanggal aborsinya,” kata Shiori lemah.

“Nyonya...” ujar si Bibi simpati. “Saya tahu pasti sedih, tapi ini yang terbaik untuk Nyonya. Hal baik Nyonya tidak mengatakannya kepada Tuan Yosuke, beliau pasti sangat sedih,” kata si Bibi yang salah paham bahwa Yosuke adalah ayah dari anak itu.

“Bi, Bibi belum mengatakan kepada siapa pun kan? Aku tidak mau membuat harapan keluargaku melambung dan membuat mereka sedih karena bayi ini tidak bisa dipertahankan,” Shiori beralasan.

“Belum, Nyonya. Tetapi, saat operasi nanti, bukankah sebaiknya Nyonya memberi tahu? Bagaimana pun harus ada yang menunggui Nyonya. Mereka pasti mengerti tindakan Nyonya,” kata si Bibi.

Shiori termangu.

Dari kejauhan Hijiri melihat semuanya.

=//=

Jantung Maya berdebar-debar menatap sederet nomor di layar ponselnya. Sulit sekali untuk menekan tombol panggil. Menghubungi Masumi.

Setelah beberapa kali ragu-ragu, akhirnya Maya menekan tombol untuk menghubungi pria itu.

Setiap nada tunggu membuat jantung Maya berdetak semakin kencang.

“Halo,” suara maskulin itu terdengar.

Spontan syaraf dalam tubuh gadis itu bergetar dan paru-parunya tidak berfungsi sejenak.

“Maya?” sapa pria itu, menyebut nama gadis yang menghubunginya.

Di sisi lain, gadis yang disebut namanya masih mematung.

“Pak Masumi...” akhirnya dia bisa bicara.

“Halo, Maya, ada apa?” tanya Masumi, terdengar ramah.

“Mmmh... apa aku mengganggu?” tanya Maya, ragu.

Maya bisa mendengar dengusan nafas Masumi, sepertinya pria itu tersenyum.

“Tidak,” jawab Masumi. “Sudah kukatakan kau tidak pernah menggangguku.”

Pak Masumi...

Senyum Maya melebar, bahagia mendengarnya.

Kenapa kau selalu bersikap baik kepadaku...

“Apakah ada sesuatu?” tanya Masumi.

Maya kembali terdiam. Dia ingat kata-kata Sawajiri.

Kak Sawajiri benar, aku harus memfokuskan diriku pada Bidadari Merah. Pertunjukan hanya tinggal sebentar lagi, aku tidak boleh kacau terus seperti ini.

Batin Maya.

Aku harus memastikan perasaan Pak Masumi kepadaku.

“Besok, jam setengah 4 sore, aku tunggu di planetarium,” kata Maya.

“Eh?” Masumi tertegun.

“Anda harus datang. Aku akan menunggu,” imbuh gadis itu.

“Besok tidak bisa, aku—“

“Kumohon,” pinta Maya. “Sekali ini saja, bisakah...?”

Sejenak tidak ada suara apa-apa dari Masumi.

“Baiklah, aku akan datang,” putusnya kemudian.

Maya tersenyum lembut walaupun Masumi tidak bisa melihatnya.

“Terima kasih, aku tunggu.”

=//=


“Selamat datang, Nyonya,” sapa salah satu pelayannya kepada Shiori.

Shiori hanya tersenyum dan mengangguk.

“Ada Nyonya besar datang ke sini,” terangnya.

Eh? Ibu?

Shiori bergegas ke ruang tamu.

“Ibu!!” Seru Shiori, terlihat bahagia.

“Putriku!” Shizuka Takamiya, ibu Shiori bangun dari kursinya menghampiri Shiori.

“Ada apa ibu ke sini?” tanya Shiori sambil menoleh kepada Yosuke yang juga sedang berada di sana.

“Shiori...” Shizuka terlihat cemas.

“Ada apa bu?” tanya SHiori sekali lagi.

“Apa kau... menyembunyikan sesuatu dari kami?”

“Menyembunyikan...” Shiori melirik kepada Bibi pengasuhnya, “Sesuatu?” Shiori tidak yakin.

“Jangan berbohong lagi Shiori, dokter Masamune bilang kau hamil dan sudah menentukan tanggal untuk aborsi!” Ibunya mengungkapkan apa yang diketahuinya.

Shiori tercengang tanpa bisa berkata apa-apa.

Kenapa dokter Masamune mengatakannya kepada Ibu... aku sudah meminta agar dia merahasiakannya...

Pikir Shiori, kecewa.

“Kau ini...” Shizuka menarik putrinya duduk di atas sofa. “Kenapa hal sepenting ini tidak kau katakan kepada Ibu? Bahkan suamimu tidak tahu?” Nada cemas itu semakin terdengar jelas dari ibunya.

“Aku...” Shiori kembali melirik Yozuke yang sedari tadi belum mengucapkan apa pun.

Apakah dia tahu...?

Pikir Shiori.

Bahwa ini bukan anaknya?

Shiori kembali mengalihkan pandangannya kepada Ibunya.

“Ibu, aku,” Shiori menahan isakannya. “Memang putrimu yang tidak berguna. Aku... tidak ingin membuat kalian khawatir. Terlebih lagi, aku tidak ingin membuat kalian merasa senang dan lantas aku mengecewakan kalian...” Shiori terisak.

“Shiori... apa kalau dokter Masamune tidak bercerita kau juga tidak akan pernah bilang? Kita ini satu keluarga, Kau harus menceritakan semuanya kepada Ibu!” Shizuka menenangkan putrinya. “Dokter Masamune tahu dia sudah berjanji untuk merahasiakannya, tapi dia tetap khawatir melihatmu mengurus semuanya sendirian. Dia sudah sangat dekat dengan keluarga kita, karena itu dia hanya menginginkan yang terbaik untukmu. Kau jangan menghadapi ini sendirian, Putriku.. walaupun alasannya kau tidak ingin kami khawatir.” kata Shizuka.

“Ibu...” Shiori menangis dan memeluk ibunya.

“Kenapa kau sampai hamil?” ucap ibunya, gelisah. “Yosuke!! Kenapa kau tidak hati-hati! Apa kau lupa saat ini istrimu masih tidak boleh hamil?” Hardik Shizuka pada menantunya.

“A, aku...” Yosuke tergagap.

“Bu, bukan salahnya Bu!” Potong Shiori cepat. “Saat itu kami sedang mabuk sehabis merayakan sesuatu... kami jadi lupa diri. Yosuke bahkan mungkin tidak ingat kejadiannya,” papar Shiori.

Yosuke memandangi istrinya. Curiga.

Shizuka mendengus.

“Baiklah, nanti pada saatnya, ibu akan menemanimu. Ibu yakin pada kemampuan dokter Masamune, namun dokter Masamune tidak memperbolehkanmu sendirian di hari itu. Kau jangan keras kepala, Shiori!” kata Ibunya.

Shiori terdiam lalu mengangguk perlahan.

“Kau, Yosuke! Kapan kau mulai bekerja lagi? Jika kau masih punya banyak waktu, temani istrimu! Bertanggungjawablah sedikit! Jangan hanya bisa mempermalukan Shiori!” ujar Shizuka, dia tidak mengerti kenapa putrinya begitu mencintai laki-laki tidak berguna ini.

“Yosuke sudah akan bekerja Minggu depan,” Shiori menerangkan. “Ayah sudah menitipkannya kepada Paman Hidetoshi di Hiro Departemen Store sebagai Manajer Pembelian dan Persediaan,” terang Shiori.

Shizuka sedikit mendelik kepada Yosuke. Terheran kenapa puterinya bisa sangat mencintai suaminya dan selalu membelanya. Tapi sudahlah, semua keluarga berusaha memaklumi. Mereka tidak ingin terjadi apa-apa lagi kepada Shiori seperti dahulu.

“Baiklah, Ibu pulang dulu,” Shizuka berdiri dan Shiori juga.

Wanita itu mengelus perut putrinya.

Cucuku...

Batinnya. Dia memang sangat sedih tahu akan kehilangan cucu yang telah lama diidam-idamkannya dari putri semata wayangnya, Shiori. Tapi apa boleh buat. Keselamatan Shiori adalah yang utama.

“Ibu tahu kau pasti sedih harus kehilangan dia. Tapi sekarang relakanlah, nanti akan ada saatnya kau diperbolehkan untuk hamil,” Shizuka tersenyum, menenangkan putrinya.

“Iya, bu...” Shiori mengangguk sambil meneteskan air mata.

“Aku antar,” kata Yosuke.

“Tidak perlu, Yosuke, kau jaga saja istrimu,” kata Shizuka, sudah lebih tenang. “Kalau ada apa-apa, kau harus memberi tahu ibu,” imbuhnya.

Shiori mengangguk.

Sepeninggal Shizuka, sekian lama tidak ada yang bicara dari Shiori dan Yosuke.

“Makan siang sudah siap, Tuan, Nyonya,” kata kepala rumah tangga mereka.

“Terima kasih, Bi.” Shiori mencoba bangun dan kemudian rasa pusingnya kembali datang.

“Shiori kau tidak apa-apa?!” Yosuke menghampiri, wajahnya terlihat cemas.
Shiori menggeleng dan kembali duduk.

Yosuke duduk di sampingnya, mengamati Shiori yang meraih obat ke dalam tasnya.

“Sudah lebih baik?” tanya Yosuke.

Sejenak Shiori memejamkan matanya.

“Terima kasih,” gumam sang isteri.

Yosuke terlihat ragu-ragu sejenak sebelum akhirnya bertanya.

“Siapa, Shiori, ayah dari anak dalam kandunganmu?” tanya Yosuke perlahan.

Deg!

Shiori tertegun.

Jadi dia memang sudah menaruh curiga.

“I, ini...” Shiori terbata.

“Aku sangat yakin, itu bukan anakku. Kau bahkan berbohong kepada ibu mengenai perayaan dan mabuk. Seingatku hal seperti itu tidak pernah terjadi,” ujar Yosuke, tajam.

Shiori menelan ludahnya. Menolehkan wajahnya dan menatap Yosuke dengan mantap.

“Benar, ini bukan anakmu!” tegasnya.

Yosuke tercengang. Dia sangat terkejut, tidak mengira Shiori yang terlihat begitu anggun dan berwibawa bisa melakukan hal seperti itu.

“Kenapa? Kau terkejut?” tantang Shiori.

Yosuke masih meandangnya dengan tidak percaya.

“Kenapa kau melakukannya? Apa yang akan dikatakan orang-orang kalau mereka tahu apa yang kau lakukan! Dan anak haram ini—“

“Diam!” Seru Shiori. “Ini bukan anak haram! Ini anakku!!” hardik Shiori dengan kasar.

“Kau...” Yosuke terkejut.

“Kau boleh berselingkuh, punya wanita simpanan!! Kenapa aku tidak?!!” tuntut Shiori.

Sekali lagi Yosuke tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya. Shiori sudah tahu mengenai perselingkuhannya selama ini.

“Kenapa? Kau pikir aku tidak tahu?” mata wanita itu berkaca-kaca. “aku tahu, Yosuke! Aku tahu semuanya!! Kau, menghamburkan uang yang bukan milikmu demi seorang wanita murahan!” suara Shiori terdengar gemetar.

Segala sakit hatinya mulai kembali terasa.

Yosuke tidak dapat mengelak. Dia hanya terpaku.

“Jangan urusi aku lagi,” desis Shiori. “Aku tidak lagi peduli kepadamu. Sejak lama kau sudah tidak berguna lagi untukku. Kau berjanji akan menghancurkan Masumi untukku! Itu yang membuatku menerima tawaran dari keluargamu untuk menikah denganmu. Tapi mana?! Kau hanya membuat malu saja! Kau pria tidak berguna!” Shiori terlihat berang.

“Hahaha...” Shiori tiba-tiba tertawa, menyindir di antara air matanya. Entah menertawakan Yosuke entah menertawakan hidupnya yang penuh sandiwara. “Simpananmu itu. Kau pikir, dia akan bersedia tidur denganmu jika kau bukan suamiku? Aku yakin dia akan segera mendepakmu begitu kau tidak punya uang lagi.”

“Dan pria yang bersamamu, kau pikir dia bermoral? Siapa yang menjamin dia tidak membohongi wanita lainnya?” desis Yosuke.

Shiori mengeratkan rahangnya.

“Ryoma tidak seperti itu!” Sambar Shiori.

“Ryoma?” Yosuke tertegun.

“Ryoma Hino. Dia kekasihku,” kata Shiori tidak ragu. “Dan dia, JAUH LEBIH BAIK daripada kau. SEMUANYA lebih baik darimu! Kau sama sekali tidak ada apa-apanya dibandingkan dia!”

Si pengacara??

Yosuke pernah mendengar dan melihat orangnya. Mereka beberapa kali menghadiri acara pesta yang sama walaupun tidak bisa dikatakan kenal. Hino memang pengacara yang cukup populer di kalangan orang-orang berada. Dia sungguh tidak mengira bahwa isterinya menjali hubungan dengannya. Dia tidak pernah melihat keduanya bertegur sapa.

“Hhh...!!” Yosuke menghempaskan nafasnya. Sudah cukup, dia tidak mau dihina lagi. Tidak oleh isterinya yang berselingkuh.

“Tutup mulutmu sekarang juga, Shiori! Sudah cukup kau hina-hina aku. Jika aib ini sampai keluar, siapa yang akan malu? Aku, berselingkuh dengan hostess? Ini tidak akan menjadi skandal besar. Tapi KAU, Shiori Takamiya, wanita dengan imej sempurna, ternyata sama hinanya. Punya laki-laki simpanan? Ckckck... bahkan sampai hamil dan mau menggugurkannya? Aku yakin banyak media yang menanti kabar ini.”

Shiori mengeratkan rahangnya dan dia terlihat geram.

“Kau, mau membeberkan ini?” Shiori memegang perutnya. Dia lantas kembali tertawa. “Siapa kau, Yosuke, berani menantang keluarga Takamiya? Bahkan setiap sendok nasi yang kau makan bukan dari uangmu,” hina Shiori. “Kau pikir kau, bisa menentang kami? Bahkan kau bawa Paman Eisuke pun dia tidak akan mau berurusan dengan keluarga kami. Dan jika aku membuangmu, kau pikir kau bisa hidup? Aku bisa meminta saudara-saudaraku untuk menghancurkanmu dengan sekali remas dan bisa membuatmu hidup segan mati tak mau,” desis Shiori.

Yosuke sangat terkejut melihat Shiori yang sangat dingin. Isterinya jauh berbeda dari yang diketahuinya selama ini.

“Pergi!! Pergi kau dari sini! Pergi kau kepada kekasih murahanmu itu!” Usir Shiori histeris. “Pergi!!!”

“Cih!!” Yosuke bangkit dari kursinya dan segera keluar dari ruangan itu.

Shiori segera menangis tersedu begitu Yosuke pergi. Dia sangat sakit hati. Tiba-tiba dia teringat kata-kata Yosuke.

Tidak, Ryoma tidak akan membohongiku. Dia tidak punya wanita lain. Dia hanya mencintaiku!!

Shiori berusaha meyakinkan dirinya.

Ryoma....

Jerit hatinya. Tiba-tiba dia merasa sangat takut kehilangan kekasihnya tersebut.

Bercerai...?

Pikiran untuk bercerai dengan Yosuke terlintas di benak Shiori.

Bagaimana ini? Aku tidak mau begini terus, hidupku bagai di neraka. Aku tidak mau terus seperti ini...

Kenapa...?! Padahal aku sudah membuat Masumi dan anak itu berpisah. Sudah membuat mereka menderita.Tapi kenapa aku tidak merasa bahagia? Padahal aku selalu yakin bahwa kebahagiaanku adalah dengan melihat penderitaan Masumi.

Shiori membenamkan wajahnya pada telapak tangannya.

Ryoma... aku merindukanmu...

Shiori merasakan kerinduan itu begitu menyesak di dadanya.

Bercerai saja... aku cerai saja dengan Yosuke. Aku sudah muak dengannya.

Air mata Shiori semakin deras. Kemarahan dan kesedihan semakin dalam dirasakannya.

Ayah, ibu... maafkan aku... aku hanya bisa mempermalukan kalian...

Sementara itu Bibi pengasuh Shiori yang mendengar semua percakapan itu merasa sangat terkejut.

Bukan anak Tuan Yosuke?? Nyonya SHiori berselingkuh?

Wajahnya pucat, tidak percaya.

Ryoma Hino...

Si Bibi mengulang-ulang nama itu dalam kepalanya. Dia merasa mengingatnya.

=//=

“Halo, Pak Masumi...” Maya tersenyum gugup, “apakah Anda mencintaiku? Apa Anda keberatan jika aku pura-pura pacaran dengan Sakurakoji untuk mempromosikan Bidadari Merah?” gumam Maya dengan canggung.

Maya terdiam, merasakan debaran jantungnya yang kacau.

“Aduuuhh~~!! Kenapa berdebar-debar begini sih...” Maya terlihat tidak tenang memainkan jemarinya sementara menunggu Masumi.

“Maya!”

Suara milik pria yang ditunggunya kini terdengar.

Maya mengangkat wajahnya.

Pak Masumi...!

Tidak bisa disembunyikan lagi, perasaan bahagia Maya terpancar jelas di wajahnya.

Maya...

Dan Masumi bisa melihatnya. Masumi bisa merasakan perasaan hangat mengisi hatinya. Senyuman gadis itu selalu bisa menenangkannya.

“Maaf aku terlambat.” Kata Masumi sambil menghampiri Maya.

“Tidak, aku juga baru saja datang,” Maya kembali tersenyum canggung.

“Ayo! Kurasa pertunjukannya sebentar lagi dimulai,” ajak Masumi.

Maya mengangguk cepat. Keduanya naik lift ke lantai lima gedung kebudayaan.

Turun dari lift, terdengar panggilan sekali lagi yang mengatakan pertunjukan akan segera dimulai dan para pengunjung diminta segera masuk ke ruang proyeksi.

“Ayo, cepat!” Masumi menarik tangan Maya bersamanya.

“I,iya!” ujar Maya, gugup.

Dadanya yang sudah berdebar keras, menjadi semakin tidak terkendali. Tangan Masumi terasa sangat hangat.Tangan yang sangat dirindukannya.

Keduanya masuk ke ruang proyeksi. Masumi sama sekali tidak menyadari sudah memegangi tangan Maya selama ini. Saat keduanya akan duduk dan Masumi melihatnya, tanpa berkata-kata pria itu melepaskan tangannya. Wajahnya terlihat tenang, tapi dalam hatinya dia merutuki dirinya karena sudah gegabah.

Keduanya lantas menikmati pertunjukan sore itu.

Sekali-kali Maya memandangi wajah Masumi yang terlihat samar di kegelapan, demikian juga sebaliknya. Jika Masumi memergoki Maya yang sedang memandanginya, gadis mungil itu akan dengan cepat membuang wajahnya karena gugup. Namun jika Maya yang memergoki Masumi tengah memandanginya, pria itu sama sekali tidak menutupinya. Dia dengan tenang terus memandangi Maya sampai akhirnya Maya lagi-lagi memalingkan wajahnya karena gugup.

Lampu ruangan kembali benderang saat pertunjukan selesai dan ruangan kembali riuh.

Kedua orang yang saling mencintai itu kembali saling memandang, lantas tersenyum kepada satu sama lain.

“Rasanya seperti habis bermimpi ya,” ujar Masumi.

Maya mengangguk setuju.

“Kenapa kau memilih bertemu di tempat ini?” tanya Masumi.

Ruangan masih riuh karena para pengunjung sedang antri keluar sementara keduanya masih terdiam di tempat duduknya masing-masing.

“Karena terakhir kali Anda mengajakku bertemu di sini. Aku tidak tahu kenapa Anda memilih tempat ini, tapi kurasa mungkin di sini tempat yang tepat. Lagipula, di sini selalu membuat perasaanku menjadi lebih tenang,” kata Maya.

“Jadi? Apa yang ingin kau bicarakan?” Masumi kembali bertanya.

“Oh, mmh...” Maya terlihat sedikit gugup.

Bilang sekarang tidak ya...

“Pak Masumi apa kau sudah menemukan pelakunya?” tanya Maya. “Orang yang berbuat jahat?”

Masumi tertegun. Dipandanginya gadis mungil di sampingnya.

“Kenapa? Kau... masih memikirkannya?” tanya Masumi.

Maya menggeleng.

Hanya saja, kupikir mungkin Pak Masumi mengetahui siapa orangnya, sehingga dia ingin hubungan kami putus karena merasa bersalah atau khawatir kepadaku...

Pikir Maya.

“Yang menculikmu,” kata Masumi tiba-tiba, “adalah orang suruhan Nakahara, bos Doremi. Kami sempat bermusuhan dulu,” suaranya terdengar getir.

Masumi meraih kepala gadis itu.

“Dia sangat menyesal dan sudah memohon maaf. Maaf Maya, gara-gara aku, kau...”

Maya menggelengkan kepalanya keras-keras.

“Aku senang masalahnya sudah selesai. Sekarang Daito dan Doremi sudah bersatu. Rei bahkan bermain di dorama produksi Doremi. Aku senang semuanya berakhir baik,” ucap gadis itu berseri-seri walau wajahnya masih sembab.

“Sedangkan yang mengirimkan cokelat itu, hmm... belum,” Masumi menyembunyikannya. “Tapi kau jangan mengkhawatirkannya, aku sudah meminta Sawajiri untuk lebih ketat mengawasi apa pun yang berhubungan denganmu. Kau tenang saja,” ujar Masumi lembut.

Cokelat...

Mengingatnya saja wajah Maya langsung terlihat resah dan hal itu tidak luput dari pengamatan Masumi.

Maya...

“Maya, jika, jika pelakunya bisa ditangkap, apa yang kau inginkan? Hukuman apa yang kau inginkan untuk mereka?” tanya Masumi.

Eh?

Maya tertegun, mengamati Masumi.

Hukuman...?

“Aku... tidak tahu,” gumam Maya.

“Tidakkah kau ingin membalas semua yang sudah kau alami?” tanya Masumi.

“Membalas?” Maya mengamati Masumi. “Tidak...” Maya menggelengkan kepalanya.

“Dendam tidak pernah menyelesaikan masalah, karena dendam selalu mengharapkan orang itu mengalami penderitaan yang sama seperti yang kita rasakan, bukan?” ujar Maya. “Tapi masalahnya, ada sebagian orang, yang selalu merasa penderitaannya lebih banyak dari orang lainnya. Jadi, dendamnya tidak akan pernah habis.”

“Aku mungkin akan kesal, atau benci kepada orang yang sudah menyakitiku, tapi, aku tidak ingin mendendam kepada siapapun. Aku hanya ingin tahu, kenapa mereka melakukan hal itu kepadaku. Jika memang itu kesalahanku, aku, harus mengintropeksi diri. Mungkin aku harus meminta maaf untuk kesalahanku.” Pikir Maya, pilu.

“Tidak, tidak Maya, itu bukan salahmu,” ujar Masumi.

Itu adalah kesalahanku...

Batin Masumi, getir.

“Tapi, jika mereka memang orang-orang yang bermaksud jahat, aku hanya berharap, apapun caranya, mereka bisa kembali sadar dan berhenti menyakiti orang lain. Kurasa siapa pun, bisa mendapatkan kebahagiaan tanpa harus menyakiti orang lain. Benar kan?” gadis itu tersenyum. “Jadi aku hanya berharap orang itu akan dilimpahi kebahagiaan yang dapat membuatnya menghilangkan pikiran untuk menyakiti orang lain lagi,” imbuhnya.

Maya...

Masumi menelan ludahnya. Menyelami mata polos kekasihnya.

Kau begini polos, kenapa kau harus mengalami semua ini karena aku...

Tanpa sadar Masumi menyentuh wajah Maya.

Eh? Pak Masumi...

Mata gadis itu melebar

Masih di luar kesadarannya, Masumi memberikan tatapan yang teduh kepada Maya, wajah keduanya semakin dekat.

“Pak Masumi...” desah Maya saat jarak mereka semakin pendek, “aku mencintaimu.”

“Maya aku ju—“

Eh?

Masumi tertegun.

Keduanya berpandangan.

Tidak berapa lama Masumi tersenyum kecut. Sinis pada nasibnya sendiri.
Diturunkannya tangannya dan dijauhkannya wajahnya.

“Kau sudah tahu jawabannya Maya,” kata Masumi lemah.

Maya bingung. Apakah Masumi sebenarnya masih mencintainya atau tidak. Pria itu bersikap seakan-akan masih mencintainya. Baru saja dia terlihat seperti hendak menciumnya. Tapi kemudian wajahnya mendadak keras dan ucapannya menjadi datar saja. Dingin.

“Pak Masumi, ada yang ingin kutanyakan,” kata Maya tiba-tiba. “Kak Sawajiri, mengusulkan kepadaku dan Sakurakoji agar kami berpacaran.”

Eh?!

Masumi terhenyak.

“Hanya pura-pura untuk promosi Bidadari Merah. Menurutmu, apakah aku harus melakukannya?” tanya Maya, menunggu pendapat Masumi.

Pak Masumi, katakanlah isi hatimu yang sebenarnya...

Harap Maya.

Masumi tertegun. Dia tidak mengira sama sekali dengan apa yang diutarakan Maya.

Berpura-pura pacaran? Maya dan Sakurakoji?

Walaupun hanya pura-pura, Masumi sama sekali tidak terima. Dia pasti akan sangat geram melihatnya. Namun, kenyataan bahwa Maya mempertimbangkan tawaran tersebut saja, sudah sangat menyakitkan bagi Masumi.

“Kau ingin melakukannya?” tanya Masumi kemudian, dingin.


“Eh?! Me, menurutmu? Apakah aku harus melakukannya?” tanya Maya, kecewa.

“Apapun bisa dilakukan untuk menaikkan popularitas. Banyak aktris yang melakukannya. Bukan hal yang aneh di dunia hiburan. Kalau kau tidak keberatan dengan hal itu, silahkan saja.” Jawab Masumi.

Banyak aktris...

“Jadi Pak Masumi, tidak keberatan?” Tanya Maya.

“Apa kau keberatan?” Masumi balik bertanya.

Maya menelan ludahnya.

“Kak, Kak Sawajiri bilang, ini adalah cara terbaik untuk sekarang. Dia bilang,” tenggorokan Maya tercekat, kecewa. “Aku harus mulai membenahi perasaanku. Aku tidak bisa terus menerus larut dengan perasaanku kepadamu,” Maya menatap Masumi. “Ini adalah cara terbaik yang bisa dilakukan. Katanya, banyak pihak yang mendukung kami untuk jadi sepasang kekasih,” ujar Maya, datar. “Ini bisa jadi cara promosi yang baik. Karena Daito membutuhkan pamor untukku dan Bidadari Merah,” Maya berhenti, menahan tangisnya. “Selain itu, Kak Sawajiri memintaku memberi kesempatan kepada Sakurakoji. Mungkin, kami, bisa jadi sepasang kekasih pada akhirnya. Karena katanya, cara terbaik untuk melupakan patah hati adalah dengan menemukan cinta yang baru,” papar Maya.

Cinta yang baru?

Masumi mengeratkan rahangnya.

Gadis ini akan melupakanku?!

Dia tidak terima, dadanya terasa sesak dan sakit.

“Aku ini aktris Daito kan sekarang? Aku harus profesional, Anda bilang. Harus mendahulukan pekerjaanku. Jadi, katakan padaku, apakah aku harus mengikuti kemauan Kak Sawajiri?” tanya Maya.

Masumi sudah bisa merasakan amarah yang bergemuruh dalam dirinya. Sedikit pun dia tidak menghendaki hal itu terjadi.

“Benar, kau aktris Daito sekarang. Tapi kau adalah telur emas, kau putuskan saja sendiri mengenai hal ini.” Kata pria itu. “Lakukan saja jika kau mau. Aku yakin Sawajiri sudah mempertimbangkan hal ini dengan matang.”

Pak Masumi...

Maya tersenyum. Kecut.

Sebenarnya selama ini, apa yang kuharapkan? Sudah jelas sekarang, Pak Masumi tidak mencintaiku sebagai wanita.

Aku memang bodoh. Siapa yang kubohongi sebenanrnya? Berhentilah meyakinkan dirimu sendiri bahwa dia mencintaimu, maya.

Maya menelan ludahnya.

“Baiklah,” ujar Maya. “Aku akan mengatakan kepada Kak Sawajiri, biar dia saja yang mengambil keputusan.” Maya berbohong.

Sebenarnya dia sama sekali tidak ingin melakukan hal tersebut.

Maya...?!

“Jadi kau akan melakukannya? Berpura-pura—“ tanya Masumi, tidak percaya.

Maya mencium bibir pria itu dengan cepat.

Masumi terhenyak, sangat terkejut dengan tindakan Maya yang tiba-tiba. Gadis itu tidak berhenti menciumnya. Tangannya melingkar di leher Masumi. Dan entah sejak kapan, Masumi membalas ciumannya, bahkan mendominasi. Pria itu bergerak lebih agresif dari Maya.

Saat tersadar, Masumi berhenti. Dia menatap tak berkedip gadis di hadapannya yang wajahnya masih sangat dekat dengannya. Dadanya berdebar cepat dan suhu tubuhnya meningkat.

Maya menyentuh rahang pria itu, menatap Masumi. Bertanya, mencoba mengerti.

“Apa Anda merasakan, yang kurasakan, Pak Masumi?” tanya gadis itu, berharap.

Masumi terdiam, berusaha terlihat tenang.

“Maaf, Maya,” desahnya. “Aku... tidak bisa.” Tolak Masumi.

Wajah Maya terlihat pucat.

“Ke, kenapa... kau membalas ciumanku?” tanya Maya tidak percaya. “Apa kau terbiasa mencium aktrismu seperti itu?”

Masumi menelan ludahnya.

“Karena aku laki-laki,” ujar Masumi. “Laki-laki manapun akan membalas jika dicium seperti itu,” elaknya.

Maya menjauhkan tubuhnya, sedih, kemudian menoleh kepada Masumi.

“Berat sekali kalau seperti ini. Menjadi pihak yang jatuh cinta,” keluh Maya, sedih. “Setiap kebaikanmu, membuat hatiku jadi melambung dan berharap.” Gadis itu mulai terisak. “Kalau memang tidak mencintaiku, jangan terlalu baik kepadaku, Pak Masumi, kumohon.” Maya menghapus air matanya. “Jadi akan lebih mudah bagiku melupakanmu dan meneruskan kehidupanku tanpa dirimu.”

Dug!!

Masumi sangat terpukul mendengar ucapan Maya.

“Maaf,” ujar Masumi, lemah. “Aku, tidak... Bemaksud.”

“Tidak apa-apa,” kata Maya. “Aku, sudah cukup bahagia pernah merasakan bagaimana dicintai olehmu.” Kata Maya. “Aku masih ingat, saat-saat kita di Yokohama dulu. Sangat menyenangkan. Rasanya seperti baru terjadi kemarin,” Maya mengusap air mata di pelupuk matanya dengan jari telunjuknya.

“Apa Anda punya kekasih lain?” tanya Maya, tertunduk. Suaranya terdengar bergetar. “Tidak apa-apa jika ada orang lain yang Anda sukai. Anda hanya harus mengatakannya,” ujar Maya perlahan. “Jadi aku tahu, harus seperti apa menghadapimu.”

“Tidak...” jawab Masumi, cepat. “Bukan begitu. Seperti yang sudah pernah kukatakan, aku tidak memikirkan hal itu, Maya. Saat ini, Bidadari Merah,” dan keselamatanmu, imbuhnya dalam hati, “adalah prioritasku.”

Maya memandangi pria itu.

“Aku mengerti,” Maya mengangguk.

Kembali dipandanginya pria itu.

“Kalau Anda tidak mencintainya, Anda juga, sebaiknya tidak mencium orang seperti tadi Pak Masumi, walaupun alasannya karena Anda adalah laki-laki,” ujar Maya, merapikan tas dan roknya.

Tentu saja tidak mungkin, ujar Masumi dalam hatinya.

“Jadi apa kau akan melakukannya?” tanya Masumi, “berpura-pura pacaran dengan Sakurakoji?”

Maya tertegun, menoleh kepada Masumi.

“Kulihat Anda tidak keberatan,” ujar Maya. “Jadi kurasa—”

“Aku tidak bilang aku tidak keberatan!” Koreksi Masumi. “Aku bilang terserah kepadamu. Kau punya pilihan apakah kau mau melakukannya atau tidak.”

“Jadi Anda keberatan?” desak Maya.

“Aku tidak punya hak untuk merasa keberatan, semua keputusan ada di tanganmu,” jawab Masumi. “Lakukan saja, kalau kau memang ingin melakukannya. Kurasa Sawajiri sudah mempertibangkan segala sesuatunya.”

Maya kembali memandangi Masumi.

“Jadi... sudah saatnya ya, bagiku untuk berhenti menunggumu, Pak Masumi?” tanya Maya, tidak rela.

Mata pria itu melebar. Tidak menjawab apa pun sementara hatinya berseru, melarang habis-habisan.

“Maya!” Desis Masumi, spontan pria itu meraih bahu gadis mungil tersebut. “Sebentar lagi...” ucap Masumi, terbata.

Tunggulah aku sebentar lagi...

“Sebentar... lagi...?” alis gadis itu berkerut, tidak mengerti.

“Masumi!”

Sebuah suara yang dikenal Maya terdengar dari pintu masuk. Mata gadis itu melebar.

Nona Sakamoto...?!!

“Hei, halo~” sapa Ai dengan ceria, menghampiri keduanya. “Apa kabar, Cantik?” Ai tersenyum kepada Maya.

“Ba, baik,” Maya tersenyum canggung, memandang Ai lalu melirik Masumi.

Pak Masumi... memintanya ke sini?

Pikir Maya, entah kenapa dia tidak suka. Cemburu. Selama ini dia selalu berpikir ini adalah tempat istimewa untuknya dan Masumi.

“Maaf aku jadi menyuruhmu ke sini,” kata Masumi pada Ai.

“Tidak apa-apa, it’s ok,” Ai tersenyum. “Aku tidak pernah ke planetarium. Sayang sekali, tidak bisa melihat pertunjukannya,” wanita itu terlihat menyesal. “Apa kalian masih ada urusan? Kita bisa mengganti waktunya lain kali,” Ai lantas duduk di samping Masumi.

“Tidak usah, sekarang saja,” ujar Masumi.

Pria itu kembali mengalihkan tatapannya kepada Maya.

“Maaf Maya, kita sudahi dulu,” kata Masumi. “Aku dan Ai ada sesuatu yang harus dilakukan,” terang Masumi.

Pak Masumi dan Nona Sakamoto...

Maya menundukkan wajahnya, sedih. Tidak sanggup berkata apa-apa.

“Mengenai rencana Sawajiri,” Masumi menelan ludahnya, “Kau bicarakan saja dengan Sawajiri, aku... tidak akan ikut campur,” katanya.

Maya masih terdiam.

“Aku mengerti,” gumam Maya perlahan.

Tiba-tiba Masumi menoleh kepada Ai. Wanita itu menyentuh bahunya.

“Ups, sorry,” wanita itu menyeringai. “Benang,” Ai memperlihatkan benang yang diambilnya dari jas Masumi.

“Terima kasih,” ujar Masumi, tersenyum.

Maya mengamatinya, Masumi yang tersenyum hangat kepada Ai.

Tidak tahan, Maya ingin menangis.

“Aku mengerti, Pak Masumi,” Maya mulai yakin Masumi tidak merasakan apa-apa lagi kepadanya.

Dia masih belum mendapat jawaban apakah Masumi benar sudah tidak mencintainya, tapi Maya tahu satu hal yang pasti. Masumi ingin dia pergi dan menjauh darinya.

Maya menahan tangisnya.

“Maya! Kau baik-baik saja?” tanya Ai, terkejut mendapati wajah Maya yang pucat.

“I, iya,” Maya tersenyum.

Gadis itu kembali menoleh kepada Masumi.

“Selamat tinggal, Pak Masumi,” pamitnya.

“Hati-hati di jalan,” kata Masumi.

Maya tersenyum tipis.

“Mau kuminta Oshima mengantarmu?” tawar Masumi. “Aku bisa naik mobil Ai.”

Maya menelan ludahnya.

“Tidak, tidak usah, terima kasih,” jawabnya lemah.”Aku naik taksi saja.”

Maya kemudian beranjak pergi dari sana tanpa menoleh lagi sementara Masumi mengikutinya dengan matanya sampai keluar ruangan.

Ternyata Pak Masumi, memang tidak merasakan apa-apa kepadaku sebagai seorang wanita...

Pikir Maya, sedih.

Maya menuju ke kamar mandi sebelum pulang dan menangis dulu di sana.

=//=

“Baiklah, apa kita bisa pergi sekarang?” Ai mencondongkan tubuhnya.

“Ah, itu...” Masumi terlihat linglung, “nanti dulu, aku, masih belum bisa berdiri,” gumamnya.

Ai tertegun.

Diperhatikannya wajah Masumi, dan bibirnya.

“Apa kalian tadi berciuman?” Ai mengerutkan alisnya.

Wajah Masumi terlihat memerah, sementara Ai tertawa.

Masumi masih bisa merasakan jantungnya tidak juga kembali tenang dan lututnya masih lemas. Dia terdiam beberapa saat, masih bisa merasakan bekas ciuman gadis itu di bibirnya. Masih terbayang dengan jelas di kepalanya cara mereka berciuman.

Maya...

“Masumi!!” Ai menyadarkannya.

Masumi menoleh dengan cepat kepada Ai.

“Apa aku harus menunggu lebih lama atau...” dia mengangkat alisnya.

“Maaf, maaf...” ujar Masumi.

“Hhh...” Ai menghempaskan nafasnya.

“Baiklah, sebagai permulaan, aku sudah berhasil mengubungi Adrian, dia adalah teman satu kamar Hino di asrama. Aku punya informasi yang kurasa cukup berguna,” kata Ai, yang berhenti bicara saat memandang Masumi.

“Masumi? Hello~ Hansamu-san...!” panggil Ai.

Masumi tertegun.

“Ah, maaf, maaf, sebentar, ada hal lain yang kupikirkan,” Masumi mengeluarkan handphonenya.

Ai mengangkat bahunya, menyandarkan kembali tubuhnya, menunggu.

Beberapa saat Masumi menunggu panggilannya diangkat.

“Halo, Sawajiri. Mengenai rencanamu tentang Maya dan Sakurakoji, JANGAN DILAKSANAKAN! kalau sampai terjadi, kau bisa segera mencari pekerjaan baru!” tekan Masumi, tajam. Sebentar dia terdiam sebelum berkata, “aku, tidak minta alasan. Ikuti saja perintahku. Mana dari kata-kataku yang tidak kau mengerti?!”

Tidak berapa lama Masumi menutup teleponnya. Wajahnya terlihat sangat geram.

“Maaf,” katanya datar kepada Ai. “Bisa kau ulang informasinya?”

“Sure!” wanita itu menyeringai. “No big deal.”

=//=


Hino beranjak dari meja kerjanya dan membukakan pintu apartemennya setelah terdengar bunyi bel beberapa kali.

“Selamat siang,” sapa Hino.

Raut wajahnya berubah seketika saat melihat siapa yang datang.

Wanita itu memang sudah lebih tua sejak bertahun-tahun yang lalu tapi Hino masih mengenalinya.

Kau...

“Selamat malam Tuan Hino,” sapa kepala rumah tangga Shiori sekaligus pengasuh wanita itu sejak kecil.

“Ada apa kau ke sini?!” hardik Hino.

“Saya perlu bicara dengan Anda, ini sangat penting. Mengenai Nyonya Shiori.”

=//=

Hino tersenyum sinis mendengar perkataan, atau lebih tepatnya permintaan yang diajukan oleh Bibi pengasuh Shiori.

“Meninggalkan Shiori?” alis Hino berkerut, tidak suka.

Jadi hubunganku dan Shiori sudah terbongkar pikir Hino.

“Tolong, jangan ganggu Nyonya Shiori lagi. Saya yakin Tuan Soichiro akan memberikan apapun asal Tuan tidak lagi menggangu rumah tangga Tuan dan nyonya Shiori,” pinta si Bibi tua, suaranya terdengar gelisah.

“Mengganggu, kau bilang? Siapa yang memintamu mendatangi aku? Orang tua Shiori” tanya Hino tajam.

“Tidak, saya datang sendiri. Mereka belum tahu mengenai hal ini. Tolong bebaskan Nyonya Shiori. Rumah tangganya di ujung tanduk. Tolong Tuan, biarkan Nyonya Shiori bahagia. Kalau benar kau mencintainya. Tinggalkan dia sekarang juga,” pintanya.

“Biarkan dia bahagia kau bilang?” ejek Hino, “apa kau buta? Apa kau tidak melihat apa yang terjadi pada dia? Dia menderita! Bukan bahagia!” Hino memandang rendah wanita tua di hadapannya. Wanita angkuh yang pernah mendatanginya dulu dan menawarkan cek untuk menjauhi Shiori, sekarang tertunduk di hadapannya.

“Tuan Hino,” si Bibi mengangkat wajahnya, memandang pengacara muda tersebut. “Kehormatan rumah tangga adalah hal yang paling penting bagi wanita seperti Nyonya Shiori. Jika dia sampai bercerai. Dia akan dipergunjingkan. Akan banyak gosip ini itu yang meresahkannya. Saya mengenalnya sejak kecil, dia sangat sensitif. Jika hal itu sampai terjadi, dia tidak akan tahan. Dia tidak akan mau keluar rumah dan hanya mengurung diri.” Terang si Bibi. “Sudah cukup jika kalian ingin bermain-main. Biarkan Nyonya Shiori, tinggalkan dia. Dan kau carilah wanita yang—“

“Kau bilang kau pengasuhnya? Kau kenal dia?” tanya Hino, sinis. “Tapi sepertinya kau tidak cukup mengenalnya untuk tahu apa yang bisa membuatnya bahagia...” desis Hino.

“Apa Anda berniat, mencemarkan nama baik Takamiya?” tanya si Bibi.

“Cih! Takamiya...” ada nada menghina dari caranya berbicara. “Di mataku kalian sama sekali tidak ada artinya. Aku tidak peduli pada Takamiya sama sekali.”

“Jadi benar kan? Anda tidak mencintai Nyonya Shiori!” tiba-tiba wajah si Bibi terlihat sangat terkejut. “Apa Anda berniat membalas dendam atas apa yang terjadi dulu, kepada Nyonya Shiori?” tanya si Bibi. “Nyonya Shiori sama sekali tidak tahu mengenai hal itu!” serunya.

“Aku tidak akan melukai Shiori,” desis Hino. “Aku sangat mencintainya. Kau salah jika kau pikir aku menginginkan menjadi bagian dari keluarga Takamiya,” Hino tersenyum kecut. “Kalian pernah melarangku mendekati Shiori ‘kan? Kuberi tahu, aku tidak akan mendekati keluarga Takamiya. Dia, yang akan datang kepadaku,” Hino tersenyum culas.

Aku akan membawanya pergi dari keluarga Takamiya. Aku akan membuatnya meninggalkan keluarga Takamiya...!

“Tuan Hino...! Apa maksudmu?” Si Bibi terlihat gusar.

Sebentar Hino hanya memandangnya dingin.

Wanita tua itu merasakan jantungnya berdebar ketakutan.

Hino lalu tersenyum, namun terasa misterius dan tatapan tajamnya terasa menusuk.

“Silahkan pulang. Aku tidak akan pernah mengikuti kemauanmu ataupun kemauan keluarga Takamiya. Kecuali aku mati, aku tidak akan meninggalkan Shiori,” tegasnya.

Melihat dia tidak dapat mengubah keadaan apa pun, kepala rumah tangga Shiori itu akhirnya pergi dengan perasaan masih gundah.

Selepas bibi pergi, Hino menekan sebuah nomor. Dia menunggu cukup lama sebelum teleponnya diangkat.

“Halo, kakak... lusa sore aku akan mengambil barang-barangku,” kata Hino.

 =//=

Maya duduk terdiam di atas tempat tidurnya. Menekuk kedua kakinya dan membenamkan wajahnya. Tidak bisa tidur.

Pak Masumi... kenapa? Kenapa mengingatmu terasa menyakitkan?

Kenapa hatiku sakit begini?

Maya berusaha bernafas dengan dadanya yang sesak dan sakit. Sesuatu mengganjal di sana dan tidak kunjung hilang. Kesedihan.

Kenapa luka ini tak kunjung sembuh? Mengingatmu membuat hatiku pedih.

Tapi aku tidak ingin melupakanmu. Aku benci kau yang sudah membuatku menderita, tapi aku ingin kau ada di sini. Ingin mendengar suaramu, walau hanya sepatah, dua patah kata... mendengar kau menyebut namaku dengan lembut ingin melihat senyummu, merasakan pelukanmu lagi. Walau hanya sebentar, sekejap saja...

Maya meremas seprei dengan tangannya.

Aku tidak bisa terus seperti ini.

Pikirnya.

Pementasan Bidadari Merah hanya tinggal 2 minggu lagi. Kak Sawajiri benar, aku tidak bisa terus menerus terpuruk dengan perasaanku. Bagaimana jika pentas jadi kacau gara-gara aku?

Tiba-tiba Maya jadi merasa sangat takut. Bagaimana jika pementasan Bidadari Merah sampai gagal gara-gara dirinya.

Tidak...! Aku tidak mau!! Itu tidak boleh terjadi!

Maya, kau ini kenapa!! Bukankah kau bilang akan segera jadi dewasa? Akan jadi aktris profesional? Menjadi Bidadari Merah yang akan membuat Pak Masumi terpesona dan mengirimimu banyak sekali mawar ungu?

Gadis mungil itu mengingatkan dirinya sendiri.

Pak Masumi...

Rasa sendu itu datang lagi.

Kembali diingatnya ciuman mereka tadi di planetarium. Mungkin, akan jadi ciuman terakhir keduanya.

Ah!! Pak Masumi~!!

Protesnya, karena bayangan pria itu tidak kunjung pergi. Maya malah semakin jelas teringat wajah Masumi, senyumnya, kata-katanya, sentuhannya.

“Pak Masumi...” panggilnya, perlahan dan serak, air mata gadis itu kembali menetes. “Aku merindukanmu...”isaknya.

Maya mengangkat wajahnya. Pandangannya beralih pada foto di meja rias. Dia dan Masumi bersama ikan lumba-lumba. Dia sungguh berharap saat ini ada Masumi bersamanya.

Maya menggigit bibir bawahnya. Sesuatu terbersit di kepalanya.

Aku harus pergi, pergi dulu untuk melupakan ini semua. Mencari kekuatanku, menjadi Maya yang baru. Maya yang seorang aktris.

Maya mengepalkan tangannya.

Maya yang tidak jatuh cinta kepada Masumi Hayami.

Tekad Maya.

Aku tidak akan bisa berakting sebagai Akoya jika terus menerus begini. Sudah cukup, Pak Masumi, sudah selesai, aku tidak bisa lagi menunggumu.

Aku akan mengabulkan keinginanmu. Menjadi Bidadari Merah yang menakjubkan. Menjadi aktris kebanggaanmu.

Semoga kau bahagia, Pak Masumi...

=//=

“Rei!!” panggil Sawajiri, saat melihat kekasihnya keluar dari cafe.

Ini hari terakhir Rei bekerja di cafe, karena sebentar lagi kegiatan syuting doramanya akan dimulai.

Rei melihat ke arah suara yang memanggilnya, dia lalu memalingkan wajahnya dan berjalan tanpa menghiraukan.

“Rei!!” susul Sawajiri.

Pria itu meraih pergelangannya, meminta Rei berhenti.

“Lepaskan Kak Sawajiri!!” Pinta Rei, lebih seperti memerintah.

“Atau apa?” tanya Sawajiri, “kau akan teriak? Menamparku? Lakukan saja, aku tidak peduli,” imbuhnya.

Rei melirik kesal kepada Sawajiri. Tidak berkata apa-apa.

“Apa yang kau inginkan dariku?” tanya Rei, tidak ramah.

“Aku ingin bicara.”

“Kalau begitu katakan sekarang.”

“Di sini?”

“Dimana lagi?”

“Di apartemenku?”

“Tidak. DI-SI-NI!”

Sawajiri memandangi wajah muram Rei.

“Di mobilku?” tawarnya sekali lagi.

“DI-SI-NI!” tegas Rei.

Sebentar Sawajiri terdiam.

“Baiklah,” kata Sawajiri. “Aku tidak akan meminta Maya dan Sakurakoji untuk pura-pura pacaran,” ujarnya. “Apa kalau begitu, kau sudah tidak marah lagi kepadaku?”

Rei tertegun, akhirnya memandang Sawajiri.

“Kenapa?” tanyanya.

“Kau tidak setuju? Bukankah kemarin kau malah tidak setuju—“

“Bukan, aku ingin tahu kenapa kau tidak jadi meminta mereka pura-pura pacaran?” tanya Rei.

“Pak Masumi meneleponku, dia mengancam akan memecatku jika aku menjalankan rencana itu,” jelas Sawajiri.

“Hah?” Rei tertegun.

Gadis itu memutar matanya.

Jadi itu alasannya.

“Jadi kau menghentikannya karena Pak Masumi yang meminta dan bukan karena kau menyadari bahwa sejak awal, ide tersebut adalah salah?” tanya Rei tidak percaya.

Sawajiri masih saja tenang. Rei kadang kesal karena pria itu tidak pernah memperlihatkan emosinya dan membuatnya sangat bingung.

“Aku jadi berpikir begitu saat kau meninggalkan apartemenku,” ujar Sawajiri.
Rei mengamati pria itu, memperhatikannya.

“Tapi, aku benar-benar sempat berpikir itu adalah yang terbaik untuk Maya,” jelas Sawajiri. “Maya masih sangat mencintai Pak Masumi, dia tidak bisa melupakannya dan itu mempengaruhi penampilan dan caranya bekerja. Dia jadi tidak stabil. Aku bisa melihat perasaan itu begitu menyiksanya. Di lain pihak, Sakurakoji adalah pasangan sempurna untuk Maya. Dia pemuda yang sangat baik, tampan, perhatian, aktor muda yang disegani dan yang pasti, dia mencintai Maya. Kupikir, tidak ada yang lebih baik bagi Maya untuk melupakan Pak Masumi selain dia mencoba membuka hatinya bagi Sakurakoji. Aku juga tidak akan mengusulkan hal itu jika aku tidak melihat rasa cinta Sakurakoji kepada Maya atau jika Sakurakoji itu pria brengsek,” jelas Sawajiri.

“Kak Sawajiri...” Rei tertegun.

“Jadi, solusi terbaiknya tentu saja, melakukan promosi itu. Memang tujuan awalnya adalah untuk promosi, tapi akan sangat bagus jika akhirnya mereka benar-benar pacaran. Popularitas keduanya dan juga Bidadari Merah bisa terdongkrak, Maya bisa bahagia dan akan bisa menjalankan pekerjaannya dengan lebih baik,” tuturnya. “Yang artinya, jika karir Maya menanjak, maka karirku juga bisa menanjak.”

Rei menghela nafasnya kasar mendengar kata-kata terakhir Sawajiri yang berkesan egois. Memang pria di depannya ini tidak punya perasaan dan ucapannya sering terdengar tajam dan egois. Tapi Rei tahu apa yang disukainya dari laki-laki ini. Karena dia begitu jujur dan tidak munafik. Dia mengatakan apa pun yang dipikirkannya walaupun orang lain tidak ingin mendengarnya.

“Tapi dari cara Pak Masumi bicara denganku, ada satu hal yang sebelumnya tidak kusadari,” imbuh Sawajiri.

“Apa itu?” tanya Rei.

“Pak Masumi juga, ternyata masih sangat mencintai Maya,” ujarnya.

Rei tertegun.

“Benarkah begitu?” Rei juga terdengar heran.

“Benar,” jawab Sawajiri singkat. “Mungkin ada sesuatu, aku tidak tahu. Entahlah, lagipula itu bukan urusanku.”

Nah kan... dia bicara begitu lagi.

Pikir Rei.

“Bagaimana Rei? Kau menerima penjelasanku? Mau memaafkanku?” tanya Sawajiri.

Rei memandangnya, menghela kembali nafasnya.

“Tapi bisakah, kau lebih sensitif, sedikit saja?” pinta Rei. “Sedikit lebih peduli dengan orang-orang di sekitarmu?”

“Aku bisa memulainya dari dirimu,” Sawajiri memasung tatapannya kepada gadis itu. “Aku sangat peduli kepadamu.”

Kak Sawajiri...

Rei bisa merasakan wajahnya menghangat.

“Jadi kau memaafkanku?” tanya Sawajiri, meminta kepastian.

“Baiklah, kali ini. Tapi aku tidak mau kau sampai menyinggung perasaan Maya lagi. Dia itu sahabatku, sudah seperti adikku sendiri. Kau harus ingat jika kau menyakiti teman-temanku, itu artinya kau menyakiti aku,” terang Rei panjang lebar.

“Ya, pelajaran yang itu sudah kuingat,” jawab Sawajiri. “Jadi kau memaafkanku?” ulangnya.

Rei mengangguk.

“Iya,” gadis itu tersenyum.

Sawajiri juga tersenyum.

“Rei, ada hal lainnya yang ingin kukatakan,” kata Sawajiri.

“Apa?” tanya Rei.

“Sebaiknya kita masuk dulu ke dalam mobilku,” ajak Sawajiri.

“Katakan di sini saja,” kata Rei.

Dia khawatir Sawajiri akan kembali mengatakan sesuatu yang menyebalkan yang akan membuatnya kesal. Kalau benar begitu, Rei bermaksud pergi meninggalkannya.

“Di sini?” tanya Sawajiri, memastikan. “Apa harus di sini?”

“Iya, di sini saja,” tegas Rei.

Sawajiri mendekati Rei.

“Eh, kak Sawajiri—“

Cup!

Pria itu mendium Rei.

Rei sangat terkejut. Mereka masih di tengah jalan! Rei bisa merasakan wajahnya memerah dan bisa melihat orang-orang memandangi mereka dan berbisik-bisik.

Rei sangat malu. Dia tidak tahu apa yang ada di benak pria itu.

Sawajiri memisahkan dirinya dari Rei.

“Ka, kau...” Rei tergagap.

“Aku merindukanmu, Rei,” kata Sawajiri dengan datar.

Wajah Rei semakin memerah dan memanas. Beberapa orang terlihat cekikikan. Rei heran, Sawajiri tampak tidak peduli.

“Apa yang kau lakukan?” desis Rei, malu.

“Tadi kau bilang di sini saja,”

“Tapi kau tidak bilang mau menciumku!!” wajah gadis itu memerah.

Sawajiri tersenyum tipis.

“Maaf,” gumamnya.

Kak Sawajiri...

Rei bisa merasakan jantungnya berdebar keras.

“Su, sudahlah, ayo pergi,” ajak Rei, ingin segera kabur dari sana.

Orang-orang di sana masih memperhatikan mereka. Ada yang masih membicarakan dan juga cekikikan. Seorang ibu malah menutup mata anaknya. Menurutnya dua orang pria berciuman di tengah jalan bukanlah hal yang patut dilihat oleh anak kecil, ataupun orang dewasa, sebenarnya.

“Rei, bisa aku minta sesuatu darimu?” tanya Sawajiri saat menyalakan mobilnya.

“Apa?” tanya Rei.

“Bisakah kau memanggilku dengan nama depanku saja?” pinta Sawajiri.

Rei tertegun.

“Shi, Shin?” Rei tergugup.

“Iya,” Sekali lagi Sawajiri tersenyum.

“Baiklah,” Rei juga balas tersenyum. “Shin.”

=//=

Masumi menarik laci lemari pakaiannya, mengambil kotak persegi delapan merah bertuliskan Cartier. Dibukanya kembali kotak itu.

Maya...

Ingatannya segera melayang pada gadis pujaannya saat melihat cincin itu, akhirnya masih bergeming di tempatnya hingga saat ini.

Apakah gadis itu akan melupakanku?

Pegangan Masumi mengerat.

Tidak, dia tidak boleh melupakanku!

Batinnya, tidak rela.

Tunggulah Maya, Kekasihku. Sebentar lagi, setelah aku membereskan Hino dan Shiori, setelah Hak Pementasan Bidadari Merah sudah tidak bisa lagi diganngu dan mereka kupastikan tidak akan mengusikmu lagi, aku akan datang kepadamu. Akan menjadikanmu milikku. Milik Masumi Hayami.

Hanya milikku...

Tekadnya.

Masumi menutup kembali kotak itu dan meletakkannya kembali di tempatnya.
Setelah mengenakan piyamanya, Masumi meraih handphonenya. Dia lalu duduk di pinggiran tempat tidurnya. Dilihatnya kembali foto-foto Maya saat di Hakkeijima.

Senyuman berkembang di bibirnya.

Saat ini, hanya foto-foto itu saja penawar rindunya kepada Maya.

Maya...

Panggilnya dalam hati.

Aku sangat merindukanmu, andai saja kau ada di sini bersamaku saat ini...

Harapnya.

Masumi menyentuh bibirnya, kembali teringat kejadian di planetarium. Bahkan kehangatannya masih terasa sampai saat ini. Wajah pria itu menghangat. Entah kapan terakhir kali dia mencium gadis itu sebelum kejadian tadi. Dan yang pasti, dia tidak ingin ciuman tadi menjadi ciuman terakhirnya dan Maya. Dadanya masih saja berdebar dan tubuhnya kembali lemas mengenangnya.

Senyuman Masumi melembut saat melihat foto dia dan Maya saat di Izu, saat membuat rumah pasir. Pasir terlihat menempel di pipi gadis itu, wajahnya berbinar ceria dan dia tersenyum lebar di tengah mentari yang berkilauan, terlihat sangat bahagia.

Aku akan mengembalikan senyummu yang hilang...

Tekad Masumi, mendekatkan handphonenya ke bibirnya.

Kekasihku...

Lantas Masumi mengecup foto Maya itu.

=//=

Sawajiri terbangun dari tidurnya, mengamati Rei yang terbaring di sebelahnya. Gadis itu terlihat sangat cantik. Wajah pria itu merona, teringat kejadian semalam antara dia dan gadis itu.

Sawajiri menyentuh bibir gadis itu dengan ibu jarinya. Dia teringat kelembutan yang dirasakannya semalam dari bagian tubuh itu.
Alis Rei bergerak, sebelum dia membuka matanya.

“Selamat pagi,” sapa Sawajiri.

Sebentar Rei terhenyak, berusaha mengingat. Dipandanginya Sawajiri yang masih bertelanjang dada di sampingnya. Dia mulai ingat.

“Selamat pagi,” gadis itu tersenyum, kemalu-maluan.

“Kau sudah tidak bekerja di kafe hari ini?” tanya Sawajiri.

“Tidak,” jawab Rei. “Hari ini tidak ada yang kulakukan, mungkin aku hanya akan membaca naskah untuk mendalami karakterku. Lusa, aku baru diperkenalkan dengan pemain lainnya.”

Sawajiri tersenyum, lalu mengangguk.

“Ah, a, aku siapkan sarapan dulu,” Rei bangun, menyingkirkan selimutnya. “Kau berangkat kerja jam berapa, Shin?” tanya Rei, masih sedikit canggung menyebut pria itu dengan nama depannya.

“Jam delapan,” terang Sawajiri, sambil meraih handphone yang dimatikannya semalam.

Dia mengamati Rei keluar dari kamarnya.

Sawajiri menyalakan handphonenya. Ada voicemail. Dari Maya.

“Kak Sawajiri, maafkan aku, aku selalu saja merepotkanmu. Aku, mmh... mmhh... sudah memutuskan untuk pergi beberapa hari, aku tidak tahu pasti. Aku sudah memeriksa jadwalku dan juga sudah menghubungi Pak Kuronuma. Beliau sudah tahu dan mengijinkan. Maafkan aku jika tindakanku ini menyulitkanmu. Tapi, aku perlu menenangkan pikiran dan perasaanku. Aku berjanji, saat aku kembali, aku sudah lebih kuat dan tegar dan tidak akan menyulitkanmu lagi. Aku tidak bisa memberitahumu kemana aku pergi atau kapan aku kembali. Tapi tidak perlu mengkhawatirkanku, aku akan kembali sebelum pementasan Bidadari Merah. Terima kasih untuk bantuanmu selama ini. Katakan kepada Rei agar dia jangan mengkhawatirkanku. Sampai jumpa Kak Sawajiri.”

Pip!

Voicemail itu berakhir.

Sejenak Sawajiri hanya tercenung. Dia menghela nafasnya lalu turun dari tempat tidur.

Dia menghampiri Rei di dapur yang sedang menyiapkan sarapan bagi mereka berdua. Sesaat Sawajiri hanya mengamati Rei.

Gadis itu mengamatinya dan tersenyum saat menyadari Sawajiri ada di sana.

“Rei,” panggil Sawajiri.

“Iya?” Rei memperhatikan.

“Maya menghilang,” terangnya, datar.

“Apa?” Rei terhenyak mendengarnya. “Menghilang?” wajah Rei seketika memperlihatkan kecemasannya.

“Iya,” Sawajiri membenarkan. “Dan dia bilang, kau jangan khawatir,” imbuhnya.

=//=

Siang itu Masumi berjalan ke sebuah gudang yang tidak terpakai. Sudah ada Hijiri menunggunya di sana.

“Apa yang sudah kaudapatkan?” tanya Masumi.

“Ini, Pak Masumi, surat kuasa dan pembatalan kuasa asli yang dibuat oleh nona Maya,” Hijiri menyodorkan sebuah amplop. “Anda benar, Hino memang masih menyimpannya.”

Masumi tersenyum puas. Benda penting yang dicarinya kini sudah didapatkannya.

“Dari mana kau mendapatkannya?” tanya Masumi.

“Dari rumah kakaknya,” terang Hijiri. “Dan ini...”

“Apa ini?” Masumi mengamati berkas yang baru saja diberikan Hijiri.

“Barang-barang ini saya temukan bersamaan dengan dokumen tersebut,” terang Hijiri. “Ini adalah catatan medis milik keluarga Soichiro Takamiya. Dan ini, adalah buku rekening yang dibuka dengan identitas palsu,” terang Hijiri.

“Untuk apa Hino menyimpan ini semua?” Tanya Masumi, terheran.

“Buku rekening ini, hanya digunakan satu kali, menerima uang masuk, sebuah transferan berjumlah total 1 Miliar Yen, setelah itu rekening ini ditutup, setelah ditransfer ke beberapa buah rekening palsu lainnya di Amerika. Rekening dibuka menggunakan identitas palsu. Saya yakin Hino pemiliknya.”
Masumi mendengarkan.

“Siapa, yang mentransfer uang sebanyak itu kepada Hino? Dan kenapa dia menggunakan identitas palsu?”

“Menurut penyelidikan saya, orang yang menstransfer uang tersebut adalah Tuan Soichiro Takamiya,”

“Ayah Shiori?”

“Benar, Tuan. Rekening ini dibuka beberapa hari sebelum terjadi transfer dan segera ditutup setelah transferan dari Soichiro masuk dan setelah ditransfer kembali kepada beberapa rekening di Amerika tersebut.”

“Tapi, kenapa Soichiro sampai mentransfer uang sebanyak ini?” Masumi mengamati angka pada buku tabungan tersebut.

“Saya rasa, berkaitan dengan catatan medis ini,” terang Hijiri.

Masumi membuka catatan medis tersebut dan membacanya. Mata pria itu melebar.

“Ini...” desisnya, terkejut.

“Benar Tuan, saya rasa Hino memanfaatkan hal ini untuk memeras uang dari Soichiro,” jelas Hijiri dengan tenang.

“Kalau begitu...” Masumi terlihat tidak percaya. “Shiori, bukanlah puteri keluarga Takamiya?” desis Masumi.

“Benar, Tuan. Tepatnya, bukan puteri Tuan Soichiro,” kata Hijiri.


=//= 


<<< Finally Found You Ch. 12 ... Bersambung ke FFY 13 >>>

176 comments:

Lina Maria on 10 September 2011 at 11:55 said...

hatiku sesak ... T_T lanjutttttt cintahhhhhhh XOXO good job!!! hehehehheheh ^^ love ur stories

Puji Aditya on 10 September 2011 at 12:14 said...

waaa... suka banget pas pengakuan maya.. kalimat2 nya kena banget.. sukaaaaa... lanjut Ty....

Fagustina on 10 September 2011 at 12:47 said...

Thanks Ty Apdetnya :)

Good Job Maya I LIKE IT...
btw barang apa sih yg lg di cari masumi ????
adakah temen2 yg bisa nebak ???
apa surat asli pemindahtanganan BM ? ato....

ga ada clue nih

Nana said...

Aaaahh..akhirnyaaa... ada secercah kepandaian melintas di benak Maya: 'Namun mengapa dia ingin kami berpisah?'

Ayo Maya, use your brain..help Masumi out.

thank you untuk update yg sangat memilukan namun sangat manis. :-)

Anonymous said...

hiks hiks hiks, mereka akhirna mesti berpisah dulu, tapi nanti pasti akan bersatu ya kan Ty?
ayo Masumi teruslah berusaha untuk menghancurkan Shiori dan Hino, seperti kata pepatah, sepandai pandaina tupai melompat pasti akan jatuh juga.
Masumi pasti mencari surat kuasa milik Maya, karena itu yang dipakai oleh mereka untuk menekan Masumi.
lanjut lagi ya Ty, kami tidak sabar menunggu...

Wienna

Resi said...

aiiiih, Maya makin pinter deeeh. Suka cara Maya mengungkapkan perasaannya.
Ayo Masumiiii, berjuanglah demi Maya. Kamu adalah Masumi Hayami.
Semangaaaaaat......

Anonymous said...

Ayo Hijiri,,

cari tahu semua masa LaLu hinosaurus dan shiodong :)

biar Masumi cepat bertindak :D hwahaha
*maksa :P*

makasih apdetannya yaah~ Ty sayaaaaang ^^ <3

-paZZa-

Beatrix on 10 September 2011 at 17:03 said...

Senang maya bisa mengungkapkan perasaannya dengan tenang dan gamblang....apa yg dia paparkan mengenai perbedaan hubungannya dengan satomi sangat jelas....walaupun blm bersatu tapi finally maya bisa bersikap lebih dewasa dan berani jujur kpd masumi dan dirinya sendiri....good job ty sakumoto...semoga masumi dan hijiri dapat mencari celah yg terbaik untiuk membalas kejahatan shiory dan hino....maju terus masumi jangan kalah berperang......BERJUANG!!!!!!! MERDEKAAAAA

Anonymous said...

Maya is grow up :) now is her turn, fight for their love & their happiness!! I love the way she confess her feeling to masumi :) *rini*

ivoneyolanda on 10 September 2011 at 19:52 said...

@ Tina : kyk nya emang surat asli pemindah tanganan BM deh....tapi emang Masumi harus bisa dapetin itu dulu klo gak dia bisa diteken terus tuh sama nenek sihir......

Iya suka banget sama kata2 Maya gtu dong more mature...masa kekanak2an terus sih.....anyway, Maya kan dah segitu pahamnya sama Masumi mudah2an kali ini dia juga bakalan sadar klo apa yg dilakuin Masumi itu ada alasannya dan mudah2an dia sadar klo MH ngelakuin ini untuk ngelindungin dia lagiiii.....

Sedih mereka musti pisahan gini....mudah2an gak lama....

Anonymous said...

meskipun sedih bacanya tapi seneng dg kata2 yg diucapin maya....dengan kejadian2 yg menimpanya maya pastinya harus berubah jadi lebih dewasa... -khalida-

mommia kitajima on 10 September 2011 at 23:36 said...

gud job maya
sudah cerdas sekarang dirimuwh menganalisa perasaan mh yang sbenarnyah ^^

orchid on 11 September 2011 at 14:18 said...

selalu ya ty, pasti ada sesuatu yg jd misteri, tp alhamdulillah ya ty maya sdh dewasa *berasa gimanaaaaa gitu*

Anonymous said...

Masih sedih-sedihan yah T___T
Tapi pastinya berakhir bahagiakan, harus berakhir bahagia *maksa*
Pokoknya Ayo Maya... Ayo Masumi jangan mau kalah sama Shiori dan Hino. Fighto~

♥ IinMM ♥

Nana said...

Ada yg cemburuuuu... Cihuuuuyyy

orchid on 11 September 2011 at 17:48 said...

Hal penting apa yg mau dibicarakan masumi sama? akakak, pastinya bingung masuminya ini nyari yg sekenanya, ini klo mayanya pinter pasti nangkep ini *berasa memancing*

Anonymous said...

horayyyyy Masumi cemburu berattttt, bagaimanakah akhir cerita ini??? pasti seruuuu
shiomay pasti hamil tuchhh, dan pasti anakna Hino, wah wah skandal berat neyy, btw apa ya yang di cari Hino dan Hijiri? siapa pula kakak dari ibu penjual dango itu?
penasarannn ueyyyyyy....
apdate lagi donk Ty, yang banyak yaaaa

Wienna

Fagustina on 11 September 2011 at 18:33 said...

uhuuyyy ada yg cemburu........Koji pinteeeerrrrrr
wakakakakaka sukaaa bgt apdetan yg ini apa lagi line yg ini :

“Asal kau tahu saja!” Kata Masumi kemudian, “walau kami sudah putus, tapi Maya masih sangat mencintaiku!”

hohohoho keceplosan

TY emang TOP BGT makasih apdetnya

Anonymous said...

hehehe... Masumi akhirnya mengakui juga.. sukaa deh apdetan yg ini...
ayo Ty... lanjutkaaaaan... makin penasaran aja nih..Semangaaaat.... ^_^

Dwi Asih Aw

Anonymous said...

suka banget nih ama cemburunya masumi yang ini. aq jadi senyum2 sendiri. hehehe
ayo ty segera apdet ya cemburu masumi yang kayak gini. top buat koji yang mancing cemburunya masumi

-bella-

Anonymous said...

hwahahahaa~

Masuminya gemesin deh kaLo cemburu kayak gini
*cubiiit pipi masumi* :D


Makasih yaa Ty sayaaang~ buat apdetannya :* :* :*

-Pazza-

Beatrix on 12 September 2011 at 00:12 said...

Ha...ha...ha....masumi keceplosan ni yeee...menyembunyikan perasaan memang paling susah....bagus maya....ayo makin berani...biar masumi tepar tak berdaya....tq ty utk updatenya

mommia kitajima on 12 September 2011 at 01:24 said...

lutuna, masumi jealous terang2an.. ^^

Anonymous said...

he he he he he masumi senjata makan tuan..itu namanya goyang sapu terkena jidat sendiri...good Maya good that my girllll.....


indah~~~

Lina Maria on 12 September 2011 at 08:28 said...

ya ampunnnnnnn.... Masumi childish banget deh... tapi, I Really Really Really like it. thanks cintahhhhhhh XOXO ^^

Anonymous said...

Whuahahahahahaha....!!! Masumi noraaakkkkkk...!!! Makanyaaaa...jangan gaya sok kuat deh bisa nahan cemburu apalagi jauh2 dari maya :-D :-D hahahahahaha...!! Seru! *rini*

purple on 12 September 2011 at 09:26 said...

waahh, Masumi kalo sudah yang namanya cemburu kagak ketulungan. keliatan tucg bo'ong nya

Resi said...

akhirnyaaaa, Masumi tak tahan juga kaaaan hehehe.
Childish, tp gak papa laah, demi cintaaaaa... wkwkwkwk.....

ivoneyolanda on 12 September 2011 at 09:37 said...

Hanya satu kata 'Cembuuuurrruuuu' nih yeeeee yiiippiiii

Ratna on 12 September 2011 at 10:18 said...

Hahahahah....Hati serasa sesak tapi ketawa juga......, air mata masih belum berhenti mengalir saat merasakan penderitaan cinta Maya dan Masumi, tapi ternyata ikut ketawa ngakak juga liat kecemburuan Masumi, wakakak...

Anonymous said...

bagusssssssssssssssssss.....!
Shiori bakal makan pil pahit akibat skandal cinta terlarangnya bareng Hino tuh
kebayang deh pembalasan yang bakal didapat Shiori saat skandal kehamilannya terbongkar
belum lagi Yosuke
wih, bener2 ga sabar nunggu part kondisi dibalik habis2an ma Masumi n his gang

-farida 'mamih'-

Nalani Karamy on 12 September 2011 at 10:48 said...

huah....hiks....hiks...masih sedih juga neh (menangis mengelepar meraung2 dilantai)

Anonymous said...

ha...ha... aku suka Masumi cemburu dan aku suka kalo mereka bertengkar pdhal sebenernya mereka saling butuh.... Ty,ga sabar nunggu siomay pingsan krna tahu hamil dan dia menderita krn aibnya trus hancurlah bisnis klan takamiya, oh ya hijiri lagi nyari2 keterangan hub hino sama siomay kah?....-khalida-

Resi said...

aduuuh tyyyy, makin ga sabar nih pengen tau reaksi Masumi saat mendengar kebohongan Shiori ttg hub mrk.
Mudah2n Masumi segera dpt cara utk ngebalas perbuatan Shiomay.

Nana said...

aduuuhh Masumi manis banget siiiiiihhhhhh kalo uring2an gitu. Pengen aku peyuk2 habisan lucu siiih pake gengsi2an kyk ABG. ukh, tayangkuuu...

Anonymous said...

waw, shiori diem2 nakal juga ya, meritnya sama yosuke tapi hamil sama hino, weleh, weleh... mungkin nanti yosuke bisa dimanfaatin sama masumi ya buat ngancurin shiori dan takatsu

kalo baca ffnya ty aku jd bs ngebayangin versi komiknya nih, sukaaa sekali...
*Nadine*

orchid on 12 September 2011 at 12:56 said...

kira2 maya cerita nda ya? kira2 apa yg masumi bilang ya? bak makan buah simalakama, dijelaskan jadinya maya tau dia bohong, tdk dijelaskan nantinya maya lebih sedih, trus berpelukan lagi sm koji, yah cari penyakit ini mah.

mommia kitajima on 12 September 2011 at 13:00 said...

ow ow ty, pas bangets deh dirimu memotong pembicaraan maya
pasti lsg muarah buesar masumi kl taw apa yg shiori bilang k maya
huaaa..!!! cpet apdet ya ty cantik ^^

purple on 12 September 2011 at 13:42 said...

ayo maya, cerita aja demi menambah bahan untuk penyelidikan Masumi
cayooo TY

Anonymous said...

Ty masih sedih ya critanya ..? aku tetep berharap HE. Penasaran juga ma barang yang dicari Masumi itu. Apakah itu....??

Anonymous said...

Eh maap lupa kasih nama... aku Lia

Anonymous said...

Wah semakin menarik ni... kira2 apa ya kisah ibu kedai dango itu...? penasaran banget...
-Vanda-

Anonymous said...

kak Shiori?
OMG!!!!!
Maya manggil Shiori kak?
gak kebayang deh!

-farida 'mamih'-

mommia kitajima on 12 September 2011 at 15:20 said...

semangat maya
hebat maya satu ini ^^

orchid on 12 September 2011 at 15:32 said...

apakah sawajiri tau klo koji msh menyukai maya? apakah koji nanti bakal nantang masumi buat rebut maya? wkwkwk, gimana klo sawajiri ngomong ke masumi klo koji memang sedang pendekatan lagi ke maya? *terbayang ekspresi masumi yg keren* (menderita kok keren.
ty, next apdet, selalu ada MM dunk yg diselipin, klo nda ada mereka, kayak sup tanpa garam gitu loch.
*berasa mintanya ke miuchi sensei*

Heri Pujiyastuti on 12 September 2011 at 16:18 said...

Gemes deh liat Masumi. Tinggal peluk aja susah bener. Nanti Maya kabur baru tau rasa dia. Geregetan....

Anonymous said...

masumi tergila-gila krn maya punya semangat yg luar biasa...."Masumi Hayami, kau akan benar-benar jatuh cinta padaku" ...aku suka nih Maya kembali jadi Maya yg penuh semangat, dia akan berjuang meskipun kesempatannya hanya 1 %, jadi serasa baca komiknya....

dewjaz on 12 September 2011 at 18:22 said...

au au suka dengan "MASUMI HAYAMI" aq akan membuatmu jatuh cinta hwhwhwhwhw

Fagustina on 12 September 2011 at 18:51 said...

hadeeeeeeehhh masumiiii tarik-ulur gituh *kyk layangan ajah)...mt putus tp ga bisa nahan cemburu...ckckckckck
@RiRi :btw 1000 setujuh ama ente biar masumi jantungan sekalian dgr laporan sawajiri....XD

Beatrix on 12 September 2011 at 19:29 said...

Waaaah lucu banget waktu maya panggil masumi.....Kemajuan boooo.....baguuus maya....biar masumi tambah cinta aja tuh sama maya.....xixixi....TY sakumoto (bicaranya ikut2an maya ) terimakasih u/updatenya

Anonymous said...

hatikun juga sesak maya melihatmu menangis...huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa...huaaaaaaaaaaaaaaaaa....cepetan ty senang-senangnya...Hino punya rencana apa lagi-sih..otak brilian kok digunain untuk yg jahat-jahat..cinta memang buta...huaaaaaaaaa

Anonymous said...

ty, aq cuma bisa bilang tolong segera di apdet lagi. hehehe... kalo segala pujian sepertinya udah pernah aq bilang, gag tau mw ngomong apa lagi. hehehe

-bella-

mommia kitajima on 12 September 2011 at 20:52 said...

uhuy, rei sawajiri ^^

orchid on 12 September 2011 at 20:56 said...

hm hm hm, para pria tampan dg masalahnya masing2 dg para wanitanya yg aneh2 bin ajaib. astaga, sy kira sdh selesai itu serangan hino, ternyata msh berlanjut ya, sdh sedemikian rupa saja ini, emank masumi dpt lawan sepadan ya

Gabriella on 12 September 2011 at 21:57 said...

Ty,makasih updatenya.aku sampe bingung harus komen apa,saking bagusnya,seperti baca karya pengarang aslinya.waktu Maya mengungkapkan perasaan sukanya sama Masumi,itu sama dengan perasaan Maya saat sadar dia suka sama Masumi di TK asli.Kamu benar2 mengenal tokoh TK dengan baik,Ty.Perfecto.LiFang.

Anonymous said...

Ty muakasih sdh apdet, hari ini aja sampe 2 kali ya....tapi aku penasaran si Hino ngerencanain apalagi?kok pake mau nyusup ke kamar bapaknya shiomay,barang apa yg ada dikamar ortunya shiomay yg bisa ngancurin Masumi? ...aku jadi berpikir nih si hino ini bener tulus cinta shiomay apa hanya terobsesi sama balas dendamnya ke ortu shiomay kan dulu pernah dihina? -khalida-

Anonymous said...

Ty...love it!!!!puas beeettt bacanya...apalagi pas masumi ga tahan cemburunya haahahahahaa...dan selipan rei-sawajiri jg nambah bumbu buat senyum2 hihihi...ga sabar menunggu adegan perang masumi vs shiori hino!! Pasti seru..serangan balik harus lebih mantaapp ya ty! Eheheheeheh...
-reita

purple on 13 September 2011 at 09:16 said...

“Kau pasti akan benar-benar jatuh cinta padaku nanti!” sukaaaaa, PD banget n menjadi lebih kuat
jangan- jangan Shiori ama suaminya ga pernah melakukan "itu" ya
makanya di jd cemas

Lina Maria on 13 September 2011 at 09:19 said...

gyaaaaaaaaaaaaaaaaaa...... *jerit kesenangan
cintahhhh... Aku suka dengan Maya yang sekarang, berkarakter, ga secengeng dan semanja dulu. Rasain tuh Masumi biar cembokur aja... Huff Huff Huff
Good job Ty, love it!!!

Anonymous said...

TY... I'M BACK
lanjuuuuutkan, asyiknya cepat kelar ya....
ty penasaraaaaan nihhhh
gimana jadi akhirnya
from degg

Anonymous said...

ga sabar nunggu langkah hino dan masumi selanjutnya, pasti makin seru... uuuhh, aku kebawa emosi nih, jd pengen jambak shiori he,he,he...cepetan apdet ya ty...
-nadine-

Anonymous said...

Aku menangis lagiiii T__T

_Iien_

Beatrix on 13 September 2011 at 19:49 said...

Ya amplop apalgi yg direncanakan si hino tuuuh...kali ini masumi dan hijiri geraknya kok lamban amat sihhh keseel liatnya hak bm blm dapet, sedangkan pihak lawan sudah merencanakan sesuatu lagi...hayooo hijiri sama detective conan masumi putar otak dooong mau maunya dipecundangi siodong odong dan hino dinosaurus itu tq ty utk storynya. Ditunggu kemenangan MM dan khancuran siodong shiory ama dinosaurus hino

Anonymous said...

Ga tahan nunggu updatenya...... Hinosaurus & shiomay ke laut aje! Uda nemu cinta yg lain ngapain sih masi isengin org lain.... Ga abis pikir ma mrk berdua

Anonymous said...

huaaa asyiknyaaa dapet banyak updetan tyyy kapan hepinya dooonkkkk tapi g seneng maya ud lebih tegar hehehe! go girl! mantap!
anita f4evermania

Anonymous said...

huaaaaaa sebenarnya kurang nih ty apdetannya, mudah2an sabar nih nunggu ampe weekend. hehe

mdah2an cepet tamat ya ty, udah gag sabar nunggu endingnya gimana

-bella-

mommia kitajima on 14 September 2011 at 00:20 said...

huhu...
masa masumi ga nyadar seh kl maya cembokur
cepatlah weekend
apa yg di ambil hino dr ayahnya shiori yah?
cap tanda tangan kah?

-mia-

orchid on 14 September 2011 at 00:38 said...

apa hino mau bw lari shiori? walah2, shiori, smoga dia jg dpt kebahagiaan kasian. btw, sy suka dg masumi yg mulai khawatir maya memutuskan akan melupakannya. apakah maya akan tetep tegar? *rosa kali ya* ato malah ntar ada fotonya lg kencan dg koji, hadeh, masumi oh masumi *betapa kerennya dirimu yg menderita*

Anonymous said...

shiomay mati krn penyakit jantungnya kumat akut gara2 headline di koran Friday " Istri mantan pemilik Friday dan cucu kesayangan raja bisnis Takamiya melakukan perselingkuhan, dia ketahuan keluar dari suite room sebuah hotel dengan pengacara terkenal Ryoma Hino"...
Ty, shiomay jangan dibikin mati ya...biarin aja dia menderita sepanjang hidupnya dan merasakan karma akibat membuat MM menderita...abis shiomay nyebelin banget - khalida -

Anonymous said...

Hei Shiori Takamiya, Klo situ mau ngelupain dendammu pada Masumi dan ngebiarin Maya dan Masumi bahagia selamanya aku doain situ juga bisa bersatu dengan Hino dan bahagia bersama anak kalian.
Ugkh...Ty~ Aku ingin akhir yg bahagia buat semuanya, bahkan buat Shiori (walopun nggak suka:()
Gambarimasyo buat semua pasangan di FFY yg lagi berbahagia juga buat Ty Sakumoto ^^

♥ IinMM ♥

Anonymous said...

yg tamat kurang 2 lagi ya Ty...?? 2 itu apa shiori ma Hino ya...??

Ty...dgn sabar menunggu tiap apdetanmu, biar kata nunggu weekend jg tetep sabar nungguin kok. tp di crita ini kok malah si Hino yg terkesan lebih jahat ya Ty...?? padahal Hino khan udah ngedapetin hatinya Shiori, apa si Hino pnya target lain selain bikin shiori seneng...?

whatever lah Ty..., pokoknya T O P B G T buat alur n rangkaian kalimat yg km buat, hug...hug...hug...mmuuaaach.....!!!

*ephie*

Anonymous said...

TY..... gak tau deh mau bilang apa... yang pasti aku sukaaaaaaaaaaaa banget dengan FFY ini... selalu ada kejutan2 manis ditiap apdet an...

Hino kok jahat banget sih?? jadi sebel sama orang satu ini.. Sebenarnya dia bener2 suka sama siory apa gak sih? kok kesannya dia punya maksud lain deh... ada dendam pribadi ke keluarga siory

setuju sama Iin, kalo bisa happy ending buat semuanya yah...termasuk siory.. aku sebenarnya kasian juga sama dia...

tapi terserah TY aja laah ..hehehe... apapun apdetannya selalu ditunggu... ^_^

Dwi Asih Aw

Anonymous said...

sukaaaa......rei ma sawajiri blushing blushing deh bacanya...ty sebelum tamat harus ada romance MM yah (teuteuppppp).. ayo semangat tinggal 2 suapan terakhir ( shiori n hino )habiskan saja Masumi..

#sisi#

Anonymous said...

ow ow ow semakin baca semakin terlarut ma perasaan maya..nyeseknya berasa bangeeettt..jadi benci tapi rindu ma masumi...huwaaaaa ty derita ini harus terbalaskan dengan happy ending and romantisme cerita MM yah..(ngarep dgn sangat)
"semua jempolku untuk mu ty"

*dira*

purple on 14 September 2011 at 09:05 said...

"Satu tamat, tinggal dua lagi"
Shiori ya ama PILnya yaitu HINO
wuaaahh ....sepertinya udah mo selesai ya nich

Ratna on 14 September 2011 at 09:18 said...

Benci Benci Cinta nih yeee....lucu juga mereka berdua..

lisa on 14 September 2011 at 09:19 said...

lanjut mbak , ga sabar liat mm bersatu ampe ke pelaminan , rei dgn sawajiri n ga sabar liat terungkapnya kejahatan shiori-hino , buat mereka sadar , akibat dari kejahatan mereka ya mbak , biar kapok , ga jahat lg mah mm
ciayo......... ^o^

Anonymous said...

Huaaahhhh...sampe lp napas....
Akhirnya, Shiori hamil....
duh,coba kl masumi entah gimana caranya tau kehamilan shiori, trus dijadiin alat balas dendam.....
kayaknya seru bgt kl shiori dibuat malu dimuka umum, biar tau rasa
tp ty, kok gak ada cerita HM nya????
masa cm rei + sawajiri yg HE???

*Liana*

dewjaz on 14 September 2011 at 10:23 said...

Ty.... please update pleaseeee

jangan ditambahin lagi yah penderitaan masumi kaciaaannn

Anonymous said...

Ty...
dua lagi... yesssss
kereeen masumi betul....
cepat selesaikan ty.. kasih pelajaran shiori sama hinonya tuh... dan biarkan takmiya juga tau kalau tak selamanya nama besar diatas segala - galanya -degg-

Nalani Karamy on 14 September 2011 at 12:01 said...

bravo masumi lanjutkan usahamu...dan semoga aib shiomay n hino segera terbongkar dan tentu saja tercium oleh Masumi hingga pangeran tampanku ini akan segera membalas dendam atas perlakuan shiodong2 beserta pangeran kodoknya ho....ho...ho...

Anonymous said...

Ya aku sih pengennya Hino memang mencintai Shiori tapi karena dia punya kelainan jiwa ( agak2 psikopat gitu ) maka dia pengen menghancurkan Takamiya lewat Shiori ( memanfaatkan Shiori lah , tapi malah berakibat menghancurkan diri sendiri...
Tapi yang jadi penulis kan Ty jadi terserah Ty aja deh... yang penting Shiori and antek2nya hancur dan MM bahagia selamanya alias.. HE

Anonymous said...

eh lupa trus kasih nama aku Lia...

Anonymous said...

Aku jadi membayangkan Mizuki yang kepikiran ma omongan Masumi di chp 7 yang mengatakan tentang sisi lain Hino saat di pengadilan.. lalu pergi ke pengadilan yang ditangani HINO trus membuntuti HINO yang lagi ketemuan ma Shiori lagi cium2an. kaget trus cerita ma Masumi... dst...dst... jadi Masumi punya hal untuk menghancurkan Shiori...
-Fefe-

Heri Pujiyastuti on 14 September 2011 at 14:26 said...

Ty...Uda mau lemes jantungan nie. Buruan apdet donk...Ga sabar liat Hino sma Shiori. Diapain ya enaknya mereka. ^^

Resi said...

Balas dendam dimulai, jreng...jreng...jreng.
Ayo Masumi, HABISKAN saja kecoak2 pengganggu itu.
Tp agak khawatir jg sih, apa yg dicuri Hino dr orang tuanya Shiory y. Mudah2an gak memperkeruh suasana deh.

regina on 14 September 2011 at 15:30 said...

buseet!!!! satu TAMAT.. tinggal dua lagi, wakakkakakakk!!
emg mantep dah ah Ty ini XD

Anonymous said...

" ya Tuhan kenapa semua jadi begini" ihhhhh baru inget tu si siomay ama Tuhan, baru akn dapet masalah baru dech nyebut.....
wuihhh Masumi terus bertempur melawan lalat2 pengganggu, Ayo Masumi SEMANGATTTTTT
kami pun tetep semangat nunggu apdate selanjutna dari tekape....

Wienna

Anonymous said...

Ouw...ouw...shiori hamil beneran kan?! Nah, lho...!!! Tau rasa dia...!! Pokoknya dia & hino hanya tinggal nunggu waktu utk hancur deh! Tapi penasaran, apa sih yg diambil hino dr kamar ortu shiori? Apa itu sesuatu yg bisa ngancurin masumi juga? Hmm...hmm...jangan sampai deh! *rini*

orchid on 15 September 2011 at 02:08 said...

aku suka dg masumi yg khawatir maya akan memutuskan melupakan dirinya, benar2 keren *menderita kok tetap keren ya*, smoga maya tegar ya

Mawar Jingga on 17 September 2011 at 17:48 said...

benda apakah itu...???

lanjutkan,ty......:)

orchid on 17 September 2011 at 18:20 said...

ya ty, sy kuciwa, kenapa koji tdk jd makan dg maya, trus diliatin masumi, trus masumi menderita2 gitu trus hilang kontrol gitu, kyaaaaa, ya ty, sy kuciwa, kenapa koji tdk jd makan dg maya, trus diliatin masumi, trus masumi menderita2 gitu trus hilang kontrol gitu, kyaaaaa,

orchid on 17 September 2011 at 19:53 said...

pura2 pacaran, efeknya ke masumi gimana ya? kyaaaaaa *girang membayangkannya*yangkannya*

Fagustina on 17 September 2011 at 20:11 said...

jiaaahhhhhhh Ayoo Maya setuju dunks ama usul Sawajiri daripada tarik-ulur terus....XD

Anonymous said...

ahhhh Maya jangan terima usulan manajermu ituuuu, kasian Masumi, dy sedang berjuang membalaskan sakit hatimu, Ayo Masumi sedikit lagi buat Takamiya hancur lebur dan tak bersisa.

Wienna

Fagustina on 17 September 2011 at 22:36 said...

hmm menanti reaksi masumi ttg rencana sawajiri....XD penasaraannn

thanks apdetnya TY :)

Mawar Jingga on 17 September 2011 at 22:41 said...

alamat akang masumi cemburu buta nih......oooooouuuwww

orchid on 17 September 2011 at 22:56 said...

lebih rela liat masumi menderita ty *ada kelainan kayaknya eik*, terasa lbh romantis gitu *mulai merasa aneh* hati masumi sdh mati, hahaha, tunggu sampe liat maya pura2 pacaran dg koji, hidup lg tuh hatilebih rela liat masumi menderita ty *ada kelainan kayaknya eik*, terasa lbh romantis gitu *mulai merasa aneh* hati masumi sdh mati, hahaha, tunggu sampe liat maya pura2 pacaran dg koji, hidup lg tuh hati

mommia kitajima on 17 September 2011 at 23:47 said...

aih Ty, mutusnya nanggung banget nih
pengen liat reaksi masumi pas maya cerita rencana sawajiri ^^
senen yah Ty....

Anonymous said...

no,no,no... maya jangan pura2 pacaran sama sakurakoji dong, kasian masumi, dia kan lagi berjibaku melawan shiori-hino-takatsu, ntar malah bikin masumi gak konsen lagi... sebel! koji sama sawajiri ngegerecokin aja nih...
*nadine*

Anonymous said...

aduuuuhhh apa2an sih ni si sawajiri koq jadinya gini sih. kasian dong ntar masumi ama kojinya. mudah2an rei ntar bilangin sawajiri, kalo sawajirinya gag nurut, reinya ngancam putus aja. hehehehe...
ty, cepet tamatin dong, aq masih belum ada gambaran nih tamatnya kayak mana, masih nebak2. heehehe

-bella-

Lina Maria on 18 September 2011 at 00:51 said...

arghhhhhhhhh................... Sawajiri mihak siap sihh????

Nana said...

tyyy makasih dah diapdet.... mau dong lebih banyak MMnyaaa.... aku kangen baca mereka walau mereka berdua kadang2 bikin gemas dan bikin aku darah tinggi. terimakasiiiiiihhh....

Anonymous said...

Ty...thanks ya updatenya....aku ga sabar gimana tar kalo maya cerita rencana sawajiri...hehehe...masumi pasti mati kutu..trus kalo rencana dah dijalankan, pasti masumi cembokur trus kelimpngan sendiri stgh mati liat maya ama koji mesra"an....suka banget liat masumi cemburu lagi...

indah~~

Anonymous said...

Aneh nggak ya? Aq kok jadi pingin mendukung pasangan Hino- shiory.
"Ayo Hino... Aq tau km baik bahagiakanlah Shiory! Tapi~ plese...please...please... Lupakan dendam pd Masumi."
Terus buat Sakurakoji "Jangan permainkan perasaan Mai yah! Lupakan Maya, krn dia tdk Men-Cin-Ta-i-mu!"
Dan buat Ty SakuMoto "Berjuang yah!" Nggak sabar dengan scane Planetariumnya lagi ^.^

♥ IinMM ♥

Anonymous said...

Hm...Aq kok jadi tambah pingin mendukung pasangan Hino-Shiory.
"Ayo~ Hino cuma kamu yg bisa membahagiakan Shiory! Tapi Please...Please...Please lupakan dendam kalian pada Masumi yah."

"Sakurakoji, jangan permainkan perasaan Mai, lupakan Maya krn dia tidak Men-Cin-Ta-I-Mu!

Dan buat Ty SakuMoto "Berjuang yah!!" Untuk updetan selanjutnya, nggak sabar pingin tau adegan di planetarium lagi ^.^

♥ IinMM ♥

mommia kitajima on 18 September 2011 at 08:22 said...

poor shiori
hino tnyata tidak bisa membuatnya melupakan dendam pd masumi
wish them d best

ow ow, cant wait planetarium scene ^^

sandy said...

Nasibnya Masumi Hayami ini buruk skali yaaaa... Mau kewong aja rempong beraaatttt....aduh chayaaankkk... Kamu upacara ganti nama deh biar buang sial..kyknya nama Hayami bikin susah hidup kamuuu... Hihihihiii..

Udah lama nih aku gak nongol..eehhh ffy dah nambah 2 chapter..hihi.. Makin seru tyyyy... Benar2 can't wait for MM's make-up kiss...pasti sangat hot dan 'bergeloraaaa'.. :p

Anonymous said...

ty....benda yg dicari masumi hijiri itu apa ya? kalau surat asli pemindahtanganan pementasan BM kan harusnya udah barter dg masumi secara masumi udah "memutuskan" maya di acara keluarga siomay? atau belum ya?????
benernya kasian liat masumi jealous berat,tapi seneng juga bayangin cara dia perjuangkan "kecintaannya" dari tangan koji..hehe..

*rahell

Resi said...

berharap shiori mati saat menggugurkan kandungannya.
lanjut tyyyyy.....

Anonymous said...

Wah di planetarium Maya mau bilang apa ya???Apa hanya memastikan perasaan Masumi atau mengatakan rencana Sawajiri sepenuhnya???Apa yang dicuri oleh Shiory di kamar ortunya ya???Mudah - mudahan Hijiri sudah dapat menebak rencana menggugurkan Shiory karena hasil hubungan gelapnya dengan si hino....ah kok aku jadi banyak berandai - andai ya...Tx u/ updatenya ya Ty...can not wait to read the next session of this chapter...

Anastasia

Beatrix on 19 September 2011 at 08:47 said...

Jadi deg2an nich...masih berlanjutkah kisah sedihnya???Apalagi scene BMnya adalah perpisahan Akoya dan Ishin....Maya lebih baik berterus terang aja kalau Sawajiri mengusulkan acting pacaran di real life sama Koji ke Masumi... kalau hanya memastikan perasaan mana mau Masumi ngaku...duhhh makin riweh aja nih....TQ Ty u/ update ditunggu next partnya.....

Anonymous said...

shiori-hino boleh heppi pada akhirnya kalo mereka udah membayar kejahatan mereka dgn hukuman yg setimpal pal pal pal... jgn cuma dimaafin gitu aja, biar mereka kapok, kan mereka dah bikin orang lain celaka dan malu didepan umum... (komentar fans yg penuh dendam sama srigala berbulu jambul! harap maklum)

apakah masumi mengizinkan maya pura2 pacaran sama koji??? kok firasatku agak ga enak ya... penasaraannn!! lanjutannya jangan lama2 ya Ty...

*nadine*

Anonymous said...

kasian bgt koji dipermainkan lg perasaannya kalo ampe Maya jadian ma dia.

BTW Rei koq ga manggil "Shin" ke si Sawajiri ya? bkn nya kalo lbh akrab mrk manggilnya nama depan :P

Anonymous said...

Ty... menurut pengalaman dari yang sudah2 maksudku kalo di Indonesia gak tau kalo di Jepang.. kalo orang yang sudah bersuami menggugurkan kandungan harus seijin dari suaminya dan ada buti tertulis untuk itu. Trus kalo itu dilakukan suaminya diwajibkan mendampingi.. Harapku sih... kehamilan shiori membuat keadaan kacau karena hal itu..

Anonymous said...

Eh lupa trus aku Lia...

Anonymous said...

Sebenarnya pengennya di Planetarium akhirnya Masumi nggak dapat menyembunyikan perasaan cintanya ke Maya. Kalo Maya jadi ma Koji pasti ntar ceritanya nggak selesai2 dong Ty...
-Wiwiek-

Anonymous said...

Cuma sekedar masukan sih Ty... biasanya oraqng yang menggugurkan kandungannya yang umurnya kurang dari 8 minggu itu relatif aman untuk sang ibu, tapi kalo lebih dari itu memang berbahaya. Jadi Ty... kalo kamu mau membuat Shiori mati saat menggugurkan kandungan buatlah usia kandungannya lebih dari 8 minggu...
-Cristin-

Ty SakuMoto on 19 September 2011 at 10:58 said...

tengkyuuh darling masukannya :)

@cristin: aku ngga bermaksud bikin shiori mati keguguran pas operasi aborsi kok. Makanya dia mau diaborsi juga karena masih dalam usia yang aman:)

Shiori emang sama dokternya dibilangin untuk ngga boleh hamil, makanya dengan pertimbangan keselamatan nyawa ibunya, ngga ada pertentangan yang berarti soal menggugurkan kandungan Shiori ini. In my opinion, karena pada dasarnya ini udah anjuran dokternya Shiori dari semula.

Anonymous said...

wah kayanya sawajiri terinspirasi surat dari mawar ungu...dia sengaja tuh mau manas2in Masumi...ga sabar nih nunggu reaksi Masumi wkt ngedengar rencana Sawajiri...mudah2an Sawajiri ga sampai dipecat...gimana pun dia kan masih cinta berat sama Maya...-khalida-

dewjaz on 19 September 2011 at 11:28 said...

@ty sayaaaang mending mereka dibirakan saling jujur aja yah ty.... nyesekkkkk banget ngeliatnya kayak gini... tiap baca pasti nangis... :((

pleasee


and rei.... the best ever friend....

Anonymous said...

Kapan update nih..... 20 komen udah terpenuhi kan.... -SL-

Anonymous said...

Haduhhh.... Gara2 blog ini jd kecanduan baca FF, tp FF favoritku kriterianya sih yg "semirip" mgkn sama karakternya & setting di komik. Trs kalo karakter baru ditambahkan, hrs digambarkan scr rinci dan relevansinya ama story nya.Jd berasa kyk baca lanjutannya TK gt... Dan jujur aku plg suka sm FFY.... Krn bagiku, FFY bener2 bs jadi lanjutan story TK - aftermath.... Kalo bs dijadiin komik lbh bagus lg. Krn dsn, MK ga lgsg jadian sm MH, tp dia ke perancis sementara MH batalkan pernikahannya.... Bnr2 spt solusi yg plg "masuk akal" ditengah2 kerumitan yg uda terjadi. Jd gak terlalu "simple", tp ttp Happy Ending....

Dan storyline yg plg "best" , aku ga suka crt dmn MH hrs kawin trs cerai sm Shiori, krn artinya MK dpt duda dong.... >_< and of course HE. Hehehehe..... Sekedar opininaja utk para penulis.... Thank u yah, memuaskan dahaga kita atas TK nya Miuchi yg ga tamat2

Anonymous said...

ikutan komen biar Ty...bs apdet lg..., hehehehe..., gak sabaaarrrr...!!! pengen segera tau endingnya, jangan lama2 ya Ty...

*Ephie*

Anonymous said...

Wah Maya jgn pura2 pacaran ama koji. Kasian di maya ama di Koji...Kpn lagu don't say love me *kalo ngga salah* berkoar di blog ini yg menandakan akan berakhirnya ff ini. Sdh tdk sabar lg nih ingin tau tamatnya...wkwkwkwwk..

-Michan-

Anonymous said...

Update Ty...lagi lagi...

Wid Dya

Anonymous said...

ty..
masumi harus jujur jika bertemu maya besok
jangan biarkan maya menangis lagi, masak menangis lagi...
masumi harus pertimbangkan lagi sawajiri sebagai manajer maya...memang nggak berperasaan tuh orang..
maya khan dah mulai kuat, jangan tambah lagi penderitaannyaaaaaa
ty...cepat selesaikan ya...
-degg-

Nalani Karamy on 19 September 2011 at 13:32 said...

wah...gimana lanjutannya diplanetarium ya???gak sabar pengen tahu reaksi Masumi, sedih, marah, melarang,atau membiarkan saja tapi dengan hati remuk redam atau gimana???huf...semoga hajiri cepat tahu bahwa shiomay akan menggugurkan janin yg dikandungnya dan tentu saja tahu sapa ayah biologisnya, sawajiri juga akhirnya tahu kalo kali ini tindakannya keliru, semoga karena cinta sawajiri jadi lebih manusiawi he...he...ditunggy ty (gak pake lama)ho...ho...

Ratna on 19 September 2011 at 15:30 said...

Pertama : Penasaran sama itu barang2 yang lagi dicari sama Hijiri dan yang sudah ditangan Hino, Apakah barang yang sama???
Kedua : Apakah pertemuan di Planetarium akan membuat tersenyum kita para pembaca, ato malah makin menyesakkan (lagi) ...???
Ketiga : TYYYYYY CHANNNNN....LANJUTTTTTT, CEPETAN ENDINGNYAAAAA....... AKU PENGEN TAUUUUU...... (heheheheheheheh.....)

Anonymous said...

Neng Ty....kapan Maya n Masumi ke Planetariumnya...ga sabar nih nunggu mereka bertemu....he..he siang malam aku buka blognya jangan bosan n kapok ya...:)

Ty SakuMoto on 19 September 2011 at 20:11 said...

@All: makasiiih yang udah pda komeeen~

besok ya (Selasa) aku apdetnya. moga-moga bisa banyak.
Tapi buat endingnya ntar aku taro di chapter terpisah aja. Jadi besok chapter ini terakhir apdet dan setelah itu ending aku taro di chapter 13.

Kalau yang komennya semangat, insallah dalam seminggu ini kayanya tamat ini FFY... <3

Nana said...

Omaygaaatttt!! Tamaaatt!! Oh no kita harus tumpengan massal iniiiii!! Penasaran stadium akhiiirrrr!! Paraaahhhhhh!! *ngompol

Nana said...

Oh ya ty, kalau kamu mau bikin HE, bikinin yg bikin kita 'aaaawwww' gitu yaaaa.. Bole ndak? Tp kalo ternyata SE, or worse: ngatung, yaaa apa boleh buatlah..itu derita pembaca.. :p

Makasiiiiiyyy...loph u tyy

Anonymous said...

Kadang pengen tau juga kenapa Masumi nggak mau menceritakan masalahnya kepada Maya? Padahal waktu mereka berpisah dulu saat tender bidadari merah Masumi cerita kan? Maya bisa terima karena tau Masumi mencintainya. Kenapa sekarang nggak seperti itu?

mommia kitajima on 20 September 2011 at 19:33 said...

Tyyyy...!!!!!
mutusin kok pas lagi seru2nya sih..!!
huhuu..
cpet apdet yah cintah ^^

orchid on 20 September 2011 at 20:21 said...

poor masumi, kenapa ya, smakin menderita dirimu dibuat oleh si penulis ini, smakin keren dirimu dear masumi, ibarat kopi ya, semakin pahit semakin nikmar gitcu, *pdhal bkn penikmat kopi*

Resi said...

Waduuuh, Masumiiiii.... jangan setuju ma usulan Sawajiri yaaa. Pokoknya walaupun cm pura2, ga rela deeeeh.

mommia kitajima on 20 September 2011 at 22:37 said...

ow ow
suka sekali dengan perintah masumi ke sawajiri
show me the love ^^

Anonymous said...

tyyyy,,, kalo jempol aq 10, udah aq acungkan semua buat kamu. hehehe

bagus juga ni ty kalo maya pura2 pacaran ama koji, biar masumi cemburu2 gimanaaaa gitu. hehehe

semoga masalah ni cepat terungkap biar cepat tamat juga

-bella-

orchid on 20 September 2011 at 23:20 said...

dear ty, hbs bc apdetan ini, aku rasanya sesek, sampe gemetaran, terisak2 deh, tp aku jdnya kecanduan ty, wahhhhh gawat,

Bunda Hanifa on 21 September 2011 at 06:24 said...

Waaaaa... maya menghilang lagi. Pasti Masumi jadi kelimpungan banget deh! Salah sendiri knapa ga jujur aja ma Maya tentang perasaannya sebenarnya dan minta Maya bersabar menunggunya. Masumi....Masumi...ketika kita mencintai seseorang kita harus mampu berbagi dengannya, bukannya memikul beban sendirian.
Btw, Ty ...lanjut ya! jadi makin penasaran ma endingnya! gimana reaksi Shiori klo dia tahu bahwa dia bukan anak dari Shoichiro?
oh ya Ty, aku seneng banget ma kata - kata Maya, bahwa dendam ga menyelesaikan masalah! Good job!

mommia kitajima on 21 September 2011 at 06:53 said...

oh Ty...
ada fakta baru mengejutkan rupanya..
hino teledor sih
nyimpen dokumen berharga kok di bawah bantal rumah kakaknya hehehe.. ^^
ayo maya, kamu bisa..!!!
minggu ini tamat ya ffy 13 Ty
asiiikkk...!!1

-mia-

Anonymous said...

ty... apdet chapter 13-nya kapan nih?

pengen tau, gimana ya reaksinya ortu shiori thd hino, orang yg diam2 menghamili shiori, yg secara ga lsg sdh membahayakan nyawanya dan sdh membujuknya utk mengambil sesuatu yg disimpan dlm kamar mereka, kamar bos takamiya gitu lho...

kupas tuntas ya ty...
*nadine*

Anonymous said...

hedeeeh spt biasaaa gkbisa liat updet klo gak komen hehehe
anita

orchid on 21 September 2011 at 07:50 said...

aku maunya nih ty, dr lubuk hati yg paliiiiing dalem, mayanya tdk bs ditemukan sama masumi, akakak, spy lbh pahit gitu loh, ato, pas masumi tau lokasinya, eh mayanya sdh keburu pergi, pas masuminya putus asa, eh, malah sdh nongol dipanggung aja itu mayanya *petak umpet kali* kan getar getir tuh masumi, kereeeeeennya dirimu klo menderita, akakakak *tertawa diatas penderitaan orang lain*

Anonymous said...

Masumiiii....bener2 dech, mani teu bergeming pisan bikin gemes... dan Neng Ty, FFY-nya semakin menarik ceritanya berkembang n jd susah ditebak, kok bisa ada ide kalo shiomay bukan cucu takamiya dan bgmana hino mengetahuinya? sepuluh jempol deh buat Ty Sakumoto ( he..he..ada maunya mudah2an apdetnya ga lama)-khalida-

Beatrix on 21 September 2011 at 08:28 said...

wah sampai shiory saja sudah buka - bukaan sama suaminya sama siapa dia hamil...sudah membalas dendam tapi tetap saja hatinya sakit ( baru tau mpoooo???? Telat kaleeee )Lalu shiory bukan anak tuan soichi...lalu anak e sopo??? Weleh - weleh orang kaya memang rumit ya persoalannya...tuing..anyway tq for the story Ty...nice job...
Untuk Maya...sudah mulai kuat dia ya...asal jangan melupakan yayang Masumi aja bisa mabok-mabokan lagi si MH...tapi 1 hal yang kusuka dari Maya...dia ndak mau hatinya penuh dendam...itu yang penting dalam hidup ini...kalau ndak wah bisa kisruh deh hidup ini...

Beatrix on 21 September 2011 at 08:38 said...

Wah Shiory udah buka-bukaan nih sama suaminya...tapi sang suami tidak bisa berbuat apa -apa ne.....maya kabur??jadi inget TK Bayang - Bayang Jingga nanti waktu kembali jadi BM yang spektakuler kali ya....oya...Shiory sendiri bukan anak kandung???Jadi anak siapa donk...anak angkat juga .... oh lalala....penuh dengan misteri juga ternyata....Tq u/ storynya Ty Sakumoto...nice job....

Anonymous said...

Wah...wih...wuh...weh...woh...Shiory sampai udah blak - blakan sama suaminya...kaget man....sudah kepepet rupanya...lalu Shiory anak pungut juga...alamak....kaget aku....setuju sedikit sama RR semoga nanti pas Masumi mau ajak baikan Maya minta waktu dulu kali ya untuk memulihkan hatinya..tapi yang kusuka dari Maya adalah karakternya yang tidak suka mendedam...Tq for the good work Ty Sakumoto...
* Anastasia *

Anonymous said...

Duh..!! Ai datang pada saat yg gak tepaatt..!! Menanti dg tidak sabar moment2 maya kembali sbg BM...sbg maya yg tidak jatuh cinta pada masumi hayami :) Hohohoho...gak kebayang gimana sakit & kelimpungannya masumi pada saat itu. Tolong dibuat lebih pahit, getir & miris buat masumi ya Ty... Pingin liat sejauh mana masumi sanggup bertahan & ngontrol perasaannya...hehehehehe *evil mode-on*

Anonymous said...

haiyaaa kenapaaa gakbisa buka updetan siii
anita

ivoneyolanda on 21 September 2011 at 09:19 said...

Shiori bukan anak soichiro..wahwahwah....akhirnya masumi dapet kuncinya asiiik.... Cuma kenapa feeling gak enak ya maya bener2 mau coba ngelupain masumi oh noooo.....mudah2an Masumi bis ngeyakinin maya lagi ya....

Nalani Karamy on 21 September 2011 at 09:38 said...

wah makin seru ty...ada sedih, ada kesal, ada benci, pokoknya semua jadi satu kayak gado2 lanjot say

ivoneyolanda on 21 September 2011 at 09:39 said...

Shiori bukan anak soichiro..wahwahwah....akhirnya masumi dapet kuncinya asiiik.... Cuma kenapa feeling gak enak ya maya bener2 mau coba ngelupain masumi oh noooo.....mudah2an Masumi bis ngeyakinin maya lagi ya....

Beatrix on 21 September 2011 at 09:47 said...

Sebenarnya kasian juga sama Shiory...dimanja oleh orang tua ( entah asli atau bukan ) tapi gagal dalam bercinta sehingga mendendam kemana - mana...TQ Ty u/ updatenya...semoga MM bahagia deh

Anonymous said...

heeee??? shiomay bkn anak kandung shoichiro takamiya???
ckckck....jgn2 anak selingkuhan juga hehehe......
wah wah...makin penasaran nih ama pembalasan masumi....
buruan update ty ch.13 nya

*liana*

Anonymous said...

sampai tidak bisa berkata2..bagussss !!!! andaikan FFY ini bisa dibuat film-nya pasti bisa jd box office :) Ty... bagusss.... kereeennn.... mantaaapppp !!!!
-mn-

Anonymous said...

WOWWWW....
Shiori siapakah dirimu sebenarnya ???
hino memang benar - benar jahaaaaat, ternyata dia memanfaatkan kepintarannya untuk hal tidak baik
ty.... cepetan doong selesainya....
MM bersatu lagi ya ty.. di FFY 13
-degg-

Ratna on 21 September 2011 at 10:14 said...

TYYYY...LOPH U DEH!!!! Aku lagi semangat banget mendukungmu menyelesaikan FFY, Lalu kita tumpengan nasi kuning di rumah masing2 yahhhh???? :D. Tapi beneran ini, koq feelingnya setelah ini ada sesi sangat menyesakkan dada gitu ya? Maya koq pake kabur lagi, wehhh... pake acara mau melupakan Masumi begitu..padahal Masumi sudah hampir menyelesaikan masalah Shiori dan Hino, waduhhhh...... kejutan apa lagi ya setelah ini???

Anonymous said...

hehehe keren juga waktu Masumi ngelarang Maya pura2 pacaran ma Koji... jadi pengen tau reaksi Maya kalo tau hal itu...
Ty... kayak biasa... lanjuuut...!!!
-Lia-

Anonymous said...

Bibi pengasuh Shiori kok kalang kabut juga??? Ada apa ini neng Ty???? Jgn" bibi pengasuh....ah ga tau...trims ya Ty updatenya.....lanjut lagi...

indah~~

Puji Aditya on 21 September 2011 at 11:29 said...

waaa.... akhirnya maya pergi, pasti masumi nyari sampe ketemu tuh, bener2 Finally Found You dah...
like.. like.. like banget deh... ^^

Anonymous said...

Kesimpulannya Hino tau kalo Shiori bukan anak kandung nyak babenya... trus dulu dia menjauhi shiori setelah dapat uang 1 miliar yen dari babenya shiori trus uangnya dipakai dia buat sekolah pengacara di Amerika... wow.. cerita yang bagus banget... gimana ya reaksi shiori setelah tau ternyata hino juga makan uang dari keluarga takamiya?
-Vanda-

Anonymous said...

Sebenarnya aku pengennya Masumi meminta Maya menunggunya gitu aja cukup kan... trus bilang setelah semuanya selesai dia akan menjelaskan.. kenapa harus berpura2 tidak mencintainya...? aneh kan...?
-Cristin-

vie on 21 September 2011 at 12:34 said...

Waduh Masumi sama Maya kok jadi berselisihan jalan begini... Masumi dah mau kembali ke maya eh malah maya sekarang yang akhirnya nyerah buat nunggu masumi dan mau ngelepasin. Hino halah dia ni mang pendendam yah cocok sm shiory satu dua gitu gak heran deh mereka berjodoh. Setuju sm maya kalau dendam itu nda bagus. tp walau bagaimana pun yang jahat harus dapat hukuman yang setimpal secr Maya udah smp bisu gitu malah nyaris keilangan nyawa jadi hino sm shiory paling gak hrs dpt hukuman yah Ty darling. Minimal bisu juga gitu tapi permanen kalau bisa *sadis mode on*

Anonymous said...

horeeee Maya ngilaaaannggg....
makin menderita dah hansamusan...XD *lho ko gw senang sih*

ps : Maya, ngilaaang yg jauh yak...biar sulit dicari

-tina-

Heri Pujiyastuti on 21 September 2011 at 13:28 said...

Waduh....makin penasaran nie. Koq jadi kemana2 yach. Ty, dirimu pandai banget mempermainkan hatiku. hihihi. Salut buat Ty, semoga makin canggih bikin ceritanya.

Anonymous said...

Lagi dunk haniiyyyyy... heheheh... Luph you dah.. ^_^

__iien fachrie__

mommia kitajima on 21 September 2011 at 15:38 said...

shiori bukan anak bapaknya yah
brarti anak ibunya donk?
jangan2 dulu ibunya juga selingkuh?
ataw mba?
waks !

Anonymous said...

Wah, makin penasaran nih Ty..
Ditunggu kelanjutannya ya...

Luna Selena said...

ngakak waktu tau nama depannya Sawajiri....
ternyata Shin penganut faham gerak cepat kaya kereta Shinkansen ya...... Cucok dech ma slogan para DC Lebih Cepat Lebih Baik....
Ty, buat FF versi Rei-Sawajiri donks....

Anonymous said...

waduh waduh, makin seru aja nih ceritanya. jgn2 ibunya dulu juga selingkuh, ckckck...
masih bingung ni rencana si hino. hmmmmm....
ty, yg chap 13 banyakin ttg MM ya, pasti bagus thu si masumi bingung nyariin maya. aseeeeekkkk...

-bella-

Anonymous said...

shiori anak angkat yah? tapi hijiri kok bisa dapat semua surat2nya hino sich?
hmmmm.... makin mendebarkan....makasih yah apdetan ffy selalu bisa mengobati rasa gundah gulanaku ..
Ty... jangan lama2 yah apdetnya... udah ga sabar nih ... ^_^

Dwi asih aw

Anonymous said...

Tyyyyyyyyyyyyyyyyy udah dua puluh lebih itu.... plissssssssssssss cepet ditamatkan sajaaaaaaaaaaaaa...... :(( nangesssssssssssssssssssss "dezet"

Beatrix on 23 September 2011 at 09:10 said...

Waduh Shiory tuh anaknya sopo??? Jadi kasian jg sm Shiomay...walaupun sebel dia udah misahin MM,lama - lama aku kayak sailormoon ....kekuatan cinta datanglah....ih gubrax....10 jempol deh buat Hijiri...boleh tau dia jebolan mana FBI/CIA atawa seangkatan sama 007???Lengkap amat tuh informasi....weleh...weleh..weleh...Masumi jangan menyerah gitu donng sama Maya ayo berjuang dapatkan dia kembali....tq Ty u/ up datenya...ditunggu kelanjutannya...Salute u/ Hijiri......

dina ( I ♥ Topeng kaca ) on 23 September 2011 at 10:50 said...

kwkwkwkkw...lama nggak ol udah seri 12 .....TYYYY jangan menghara haru hatiku .......lanjut jenggggg dah 180 koment nie eh 181 deh

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting