Wednesday 16 March 2011

Fanfic TK: Belahan Jiwa

Posted by Ty SakuMoto at 13:37


BELAHAN JIWA
(By FAD)



Malam itu cerah, dihiasi separuh bulan dan jutaan bintang bertaburan di angkasa raya. Sesekali angin bertiup pelan menggoyang daun di pepohonan pinggir jalan, membawa harum bunga yang mulai berguguran. Sesosok tubuh tegap bersandar pada sebuah mobil keluaran terbaru yang terparkir diantara bayang pepohonan yang berderet di sepanjang jalan. Matanya tak lepas memandang apartemen 2 tingkat yang berjarak sekitar 20 meter di depannya. Tampak sebatang rokok yang terselip di jarinya sebentar-sebentar dibawanya ke bibir, mengeluarkan gumpalan asap putih yang menari-nari sebentar sebelum hilang tertiup angin. Wajahnya terlihat sendu.
                Pria itu bernama Masumi  Hayami, direktur muda Perusahaan Seni Daito yang terkemuka di dataran Jepang. Sudah satu jam lamanya dia berdiri disana, berharap menemukan seraut wajah yang selalu dirinduinya jauh di sudut hatinya yang terdalam. Dia menatap jam di pergelangan tangannya yang menunjuk angka 10. Dipalingkannya lagi wajahnya ke sebuah jendela yang masih terang oleh lampu kamar. Apartemen itu tampak sepi, tapi dia yakin pujaan hatinya ada disana, di kamar yang ia tahu ditempatinya bersama salah seorang teman dekatnya bernama Rei. Dibayangkannya gadis tersebut sedang membaca naskah sambil terkantuk-kantuk. Membayangkan hal itu, seulas senyum tersungging di bibirnya. Hanya dengan mengingat gadis itu saja hatinya terasa bahagia, perasaan asing yang tak pernah dimilikinya sebelum bertemu Maya Kitajima, gadis yang terpaut usia 11 tahun dengannya.
                Dia tersentak saat pintu jendela yang dipandanginya sejak satu jam yang lalu tiba-tiba terbuka dan tanpa disangkanya gadis yang dirinduinya ada disana, memandang langit malam yang dipenuhi jutaan bintang. Raut wajah gadis itu menyinarkan kekaguman. Tiba-tiba gadis itu memandang berkeliling, matanya seolah sedang mencari sesuatu, sampai akhirnya pandangan mereka bertemu. Masumi merasa mata Maya terbelalak sekejab. Bibirnya membuka dan membentuk kata yang dipahaminya sebagai Pak Masumi. Kemudian gadis itu menghilang dari jendela. Mata Masumi beralih ke pintu depan yang pada saat berikutnya terbuka dan sosok gadis yang dicintainya tersebut melangkah keluar dari sana.
                Perlahan tapi pasti gadis itu melangkah mendekatinya. Jantung  Masumi berdetak semakin cepat seiring dengan semakin dekatnya Maya padanya. Suaranya sedikit bergetar saat dia menyapa “Selamat malam Maya…”
                Gadis itu berhenti melangkah, ragu-ragu dia menatap pria di depannya kemudian dengan senyum di bibir dia menjawab, “Selamat Malam Pak Masumi..” jeda sejenak.  Maya merasa gugup. “Apa kabar?” lanjutnya.
                “Aku baik-baik saja Maya, bagaimana denganmu?” jawab Masumi sambil melangkah keluar dari bayang pepohonan yang melingkupinya sejak tadi. Dia merasa heran Maya bisa mengenalinya dengan cepat, apakah bias lampu jalan cukup meneranginya hingga Maya tahu itu dia?
                “Aku juga baik-baik saja Pak Masumi”
                Keduanya saling berpandangan. Masumi mengamati Maya yang balas memandangnya, tak ada lagi sorot mata benci yang dulu selalu terpancar di mata Maya saat bertemu dengannya. Sorot mata itu sekarang dipenuhi…kerinduan? Seperti itu pulakah sorot matanya saat ini?
                “Aku merindukan Bidadari Merahku Maya..” bisik Masumi.
                Pipi Maya merona. “Benarkah?”
                “Tentu saja, aku tidak pernah bohong”
                Maya tersenyum dan kata-kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. “Aku juga..rindu pada anda Pak Masumi”.
Hening. Maya tak percaya mulutnya bisa mengatakan hal tersebut, dia  tertunduk malu dengan pipi semerah saga. Yang dia tahu kemudian, kedua lengan kokoh Masumi merengkuhnya dalam pelukan hangat. Tangan Maya perlahan terangkat, balas merangkul punggung lebar Masumi. Sejak kebersamaan mereka di Astoria, keduanya sama-sama menyadari bahwa mereka memang saling merindukan . Waktu serasa terhenti. Mereka berdua tenggelam dalam dunia yang tak lagi berputar.
                “Kau tampak lelah Maya, apakah Koji merepotkanmu?” bisik Masumi di telinga Maya.
                “Tidak Pak Masumi…Koji selalu baik padaku, tak pernah sekalipun dia minta bantuanku”. Maya menunduk dan melanjutkan di dalam hatinya, “ dan itu membuatku semakin merasa bersalah”.
                Masumi menarik nafas panjang. “Kita jalan-jalan sebentar yuk…” ajaknya sambil melepaskan pelukannya.
                “Kemana?”
                “Ke tempat yang paling kau suka”, ucap Masumi sambil membukakan pintu mobil untuk Maya.
                Dalam perjalanan mereka berdua terdiam dalam lamunan masing-masing. Sudah lewat sebulan lamanya mereka tak sedekat ini, sejak pertemuan di kapal Astoria. Pertemuan tak terlupakan yang membuka tabir sebenarnya akan perasaan mereka satu sama lain. Tak terkirakan rasa bahagia yang meluap dari hati mereka saat tahu bahwa cinta itu tak bertepuk sebelah tangan, bahwa akhirnya jiwa mereka menemukan belahannya masing-masing. Tak ada yang perduli akan perbedaan usia, status maupun masa lalu mereka, seperti halnya cinta Akoya dan Isshin.
                Dalam sebulan tersebut banyak hal telah terjadi. Cedera Koji mengakibatkan ia tak bisa berlatih sebagai Isshin membuat Ibu Mayuko menyarankan Persatuan Drama untuk mengundurkan jadwal pentas uji coba  Bidadari Merah sampai Koji mendekati pulih. Hal ini disebabkan bahwa untuk mendalami karakter Isshin butuh waktu yang tidak sebentar. Mencari pengganti Koji untuk pemeran Isshin sama saja dengan lama waktu yang diperlukan Koji untuk memulihkan cedera kakinya. Selama itu pula Maya yang merasa bersalah karena merasa bahwa dialah yang bertanggung jawab atas kecelakaan yang menimpa Koji, terus mendampingi Koji dalam melewati hari-harinya. Maya selalu menengok koji di rumah sakit dan saat Koji diperbolehkan pulang, ia turut menemani Koji dalam upaya pemulihan kakinya. Untuk sementara waktu, latihan Bidadari Merah difokuskan pada adegan yang tidak melibatkan Koji sehingga Maya juga memiliki kesempatan untuk membantu Koji.
                Shiori yang jatuh pingsan di pelabuhan setelah menemukan kenyataan bahwa Masumi berlayar bersama Maya, sampai saat ini terus menolak untuk bertemu dengan Masumi. Kabar selanjutnya tentang pernikahan merekapun masih menggantung. Banyak gosip menyebutkan bahwa ada pertengkaran diantara mereka dan mempengaruhi rencana pernikahan yang telah tersusun matang, akan tetapi tak pernah ada konfirmasi yang jelas dari pihak Daito maupun keluarga Takamiya. Masumi sendiri memilih menutup mulutnya rapat-rapat.
                Masumi memperlambat laju mobilnya sebelum akhirnya menghentikannya di pinggir jalan. Maya memperhatikan tempat itu, merasa telah mengenalnya selama bertahun-tahun. Dia memalingkan wajahnya ke arah Masumi, dan menemukan Masumi yang  memperhatikannya.
                “Kalau kau menghilang, aku selalu menemukanmu di tempat ini”, kenang Masumi.
                “Anda selalu tahu rahasia orang” balas maya.
              “Tentu saja, tak ada yang lepas dari pengamatanku. Apalagi hal itu mengenai dirimu, Maya..”
                Maya kembali terdiam, tak ada kata yang dirasanya tepat untuk membalas kata-kata Masumi. Masumi melangkah keluar dari mobil dan membuka pintu mobil untuk Maya, membimbingnya turun. Maya berjalan memasuki taman yang sepi tersebut, tempat favoritnya, selalu jadi tempat yang disukainya saat ingin menyendiri. Suasananya tak berubah, masih ada ayunan disana dan beberapa mainan lain. Tumbuhan yang disitu masih yang itu-itu juga, selalu terpangkas rapi dan menghadirkan kenyamanan bagi mata siapapun yang berada disana.
                Maya duduk di salah satu kursi ayunan, mulai berayun pelan. Pikirannya mengembara ke tahun-tahun yang telah lewat. Banyak hal yang telah terjadi dalam hidupnya. Sebelum memasuki dunia drama, dia hanyalah seorang gadis kecil biasa yang membosankan, yang bodoh dalam segala hal dan selalu menjadi sumber kemarahan ibunya. Keajaiban itu datang seiring dengan pertemuannya dengan ibu Mayuko, wanita yang selalu mengenakan pakaian hitam dan sempat membuatnya takut saat pertama kali mereka bertemu. Tak pernah ia duga, wanita itu adalah mantan artis yang luar biasa dan lewat tangannya, hidup Maya berubah. Ibu Mayukolah yang memperkenalkan dirinya pada dunia gemerlap bernama seni peran. Tak akan pernah habis rasa terima kasih di hatinya untuk Ibu Mayuko, wanita yang pernah dikagumi dan dicintai serta menjadi pujaan hati banyak orang di jamannya.
“Ini untukmu Maya..”
                Maya terkejut. Perjalanannya ke masa lalu terputus. Seikat bunga mawar ungu memenuhi pandangan matanya. Dia mengangkat wajah. Masumi tersenyum hangat didepannya. Detak jantung Maya seakan terhenti. Bertahun-tahun dia menunggu perjumpaan dengan Mawar Ungu yang selalu mendukung hidupnya selama ini, selalu membantunya dari balik layar. Maya selalu bermimpi suatu saat pengirim Mawar Ungu akan datang dan memberikan nama padanya. Saat akhirnya ia tahu Mawar Ungu itu adalah Masumi Hayami, perasaan benci yang ia rasakan pada pria tersebut seakan menguap begitu saja, diganti oleh perasaan yang kemudian ia tahu bernama cinta. Namun Maya ingin Masumi sendiri yang membeberkan rahasianya. Dia selalu menanti datangnya saat itu. Dan penantian itu rupanya berakhir sekarang. Seikat mawar ungu yang diserahkan langsung tak urung membuatnya meneteskan air mata. Tangannya bergetar saat menerima rangkaian Mawar Ungu dari tangan Masumi.
                “Maaf Maya, baru saat ini aku bisa memberikan mawar ungu ini dengan tanganku sendiri. Terlalu banyak pertimbangan untuk mengatakannya padamu”.
                Maya tak mampu berkata-kata hanya suara tangisnya yang semakin keras terdengar. Masumi berjongkok dan mengusap air mata Maya. Dia terdiam, sadar bahwa Maya menangis karena akhirnya Masumi membuka kenyataan bahwa dirinyalah Mawar Ungu. Tujuh tahun bersembunyi sebagai bayangan bukanlah waktu yang sebentar. Tujuh tahun telah membentuk gadis mungil yang dipujanya ini menjadi seorang wanita yang tahu arti cinta. Saat itu adalah saat yang paling ditunggu Maya dalam hidupnya, saat Mawar Ungu membuka identitasnya.
“Terima kasih karena telah membantuku selama ini Pak Masumi” ucap Maya sambil terisak. “Terima kasih karena engkaulah yang menjadi Mawar Ungu”
Masumi  masih diam. Perlahan dia meraih Maya dalam pelukannya. “Maaf karena butuh waktu lama untuk mengakuinya Maya. Tak mudah bagiku untuk menghadapi kenyataan bahwa  kau membenciku begitu dalam”.
Maya terisak semakin keras. Lengannya melingkar di leher Masumi. Air mata jatuh berderai di bahu masumi, membasahi jasnya yang mahal. “Maafkan aku Pak Masumi, .maaf...”Maya terbata-bata berkata di antara isak tangisnya. “Aku tak pernah tahu bahwa orang yang kubenci adalah orang yang selalu melindungiku. Aku membenci anda tanpa tahu kenyataan bahwa sebenarnya kaulah orang yang tak pernah berhenti mendukungku. Meski semua orang membuangku, kau selalu ada untuk membangkitkanku lagi. Kaulah orang yang sesungguhnya paling baik kepadaku. Maafkan aku…”
Masumi membelai rambut Maya. Suatu hal yang ingin dilakukannya sejak dulu. “Tak apa Maya..aku melakukannya untuk diriku sendiri, bukan semata-mata untukmu”
Masumi berdiri. Dibimbingnya Maya untuk duduk di bangku taman. Tangan Masumi menepuk-nepuk bahu Maya yang masih naik turun melepas tangis sambil menyembunyikan wajahnya diantara rangkaian mawar ungu yang diserahkan Masumi tadi. Masumi menengadah memandang langit diatasnya. Malam semakin larut dan bintang yang menyelimutinya semakin terang bersinar. Banyak orang percaya bila mengucapkan permintaan saat ada bintang jatuh maka permintaan itu akan terkabul. Selama ini dia tak pernah percaya karena dia yakin permintaannya tak akan pernah terkabul. Saat dia tahu Maya memiliki perasaan yang sama dengannya, Masumi yakin itu bukan karena bintang jatuh. Masumilah yang merasa kejatuhan bintang itu sendiri. Bintang yang paling cemerlang di hatinya.
“Aku tak tahu sejak kapan aku mulai menyukaimu Maya” . Mata Masumi menerawang, mengingat-ingat kejadian masa lalu yang terekam jelas di otaknya.”Mungkin sejak pentas pertamamu..ah tidak.. bahkan mungkin sejak perjumpaan kita yang pertama..di Gedung Kesenian Tokyo yang mementaskan Putri Bunga Kaca Piring”. Maya masih berusia 13 tahun saat itu.
“Sejak itu bila bertemu denganmu aku selalu merasa senang. Tanpa kusadari aku selalu mencari kesempatan untuk bertemu denganmu. Aneh rasanya aku yang biasanya hanya memperhatikan suksesnya pekerjaan mulai memperdulikan orang lain. Saat menyaksikan pentas pertamamu, aku terpesona atas aktingmu dan mengirimimu mawar ungu untuk menyampaikan kekagumanku. Lama-lama itu menjadi kebiasaan yang menyenangkan. Melihat wajah bahagiamu saat menerima mawar ungu menjadi suatu obsesi bagiku. Awalnya kukira itu hanya perasaan kagum biasa dari seorang fans terhadap artis yang dikaguminya, tapi ternyata aku salah. Perlahan tapi pasti kekaguman itu berkembang menjadi cinta yang tak mampu aku elakkan. Tadinya aku selalu berusaha menipu diriku sendiri. Aku tak bisa menerima kenyataan bahwa aku, Masumi Hayami dari Daito, yang dingin, gila kerja dan tak memiliki perasaan bisa jatuh cinta pada gadis kecil yang usianya jauh di bawahku. Apa kata dunia kalau mengetahui hal itu”.
 Masumi mendesah pelan. “Lagipula kau membenciku Maya, itu semakin memperlebar jarakku denganmu. Tapi aku tak mau berhenti menjadi pengagum rahasiamu. Aku ingin selalu menjadi orang yang berarti bagimu meskipun kau tak tahu aku. Aku bersembunyi di balik topeng Mawar Ungu. Saat ibumu meninggal dan kau mengataiku pembunuh, rasa sakit memenuhi dadaku. Maafkan aku…aku tak sengaja mengakibatkan ibumu seperti itu. Sebenarnya aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk mempertemukan beliau denganmu, tapi kenyataan berkata lain. Aku…” Masumi tak meneruskan kata-katanya, mendadak dadanya terasa sesak begitu mengungkap hal yang menghantuinya selama ini. Dosa yang tak terampuni meski oleh dirinya sendiri.
Maya yang mulai berhenti menangis, memalingkan wajahnya untuk menatap pria yang ada di sebelahnya. Hatinya merasa iba melihat pria dengan kedudukan tinggi di Daito ini tertunduk dalam. Wajah Masumi terlihat mendung, matanya nanar memandang tanah gelap di bawah kakinya, seakan disana terdapat gambar bagaimana Maya meneriakinya sebagai pembunuh. Kenangan yang ingin dia kubur.
Maya mengangkat tangannya, perlahan disentuhnya wajah Masumi dengan lembut.
“Aku sudah lama memaafkanmu Pak Masumi. Aku tahu itu takdir yang tak bisa kuubah. Itu kenyataan yang harus kuhadapi, meski saat itu terasa berat. Saat itu aku ingin membuktikan pada ibu, bahwa aku, anaknya yang tak berguna ini bisa membuatnya bangga. Sekarang meski dia sudah tiada,  aku yakin dia selalu melihatku dari dunia sana, dia pasti tersenyum untukku. Dia pasti bahagia melihatku sekarang ini. Aku mampu melewati saat-saat terberat dalam hidupku berkat anda Pak Masumi..”
Masumi menoleh pada Maya, tangannya meraih tangan Maya dan menggenggamnya erat. Perasaannya menjadi ringan. Maya telah memaafkannya.
 “Aku tahu anda Mawar Ungu sejak pementasan perdana Gadis Serigala berakhir”.
Masumi terpaku, ekspresi terkejut jelas tergambar di wajahnya. Pandangan matanya dipenuhi tanya. Namun dia tetap diam, menunggu penjelasan Maya selanjutnya.
“Scarf biru yang anda sebutkan dalam kartu yang anda kirim bersama rangkaian Mawar Ungu seusai acara penghargaan, hanya kupakai sekali, hanya saat anda menontonnya seorang diri. Scarf biru itu rusak oleh rokok Pak Kuronuma, untuk pentas selanjutnya kami menggunakan scarf berwarna merah. Saat itupun aku tak percaya bahwa andalah Mawar Ungu, anda yang begitu kubenci. Anda yang merusak teater Mayuko dan selalu berusaha menjegal langkah kami, anda adalah musuh terbesarku. Tapi kemudian aku menemukan bolpoin anda di makam ibuku, mungkin tanpa sengaja terjatuh disana saat anda berdoa untuknya. Akupun tahu dari penjaga makam bahwa anda sering mengunjungi makam ibu untuk mendoakannya. Semakin kuingat-ingat semua hal yang telah terjadi diantara kita, semakin aku menemukan kecocokan bahwa andalah Mawar Ungu”.
“Perjumpaan kita di villa tempatku berlatih Hellen Keller, saat aku memeluk anda, rasanya sama dengan saat aku tanpa sengaja memeluk anda di acara dansa pesta penghargaan kesenian. Saat Mawar Ungu mengundangku untuk bertemu di sebuah restoran, yang kujumpai disana adalah anda Pak Masumi, betapa kebetulan semuanya. Setiap kali aku bertemu dengan anda, Mawar Ungu itu akan segera kuterima pula. Aku mengumpulkan semua keping puzzle yang anda serakkan dan setelah aku berhasil menyusunnya, aku menemukan bahwa Mawar Ungu itu anda. Awalnya aku sulit menerima bahwa orang yang selalu mendampingiku di saat aku sedih maupun senang adalah anda. Orang yang selalu membantuku ternyata adalah orang yang paling kubenci dalam hidupku. Menurut anda, apa yang kurasakan? Bingung, tak percaya, sedih, menyesal karena telah berlaku buruk pada anda, pokoknya segala macam perasaan bercampur aduk menjadi satu”.
“Setelah perjumpaan kita di lembah plum…anda masih ingat?” Masumi mengangguk. ”Aku  memutuskan untuk menyatakan perasaanku pada anda. Waktu itu baru kusadari bahwa aku telah jatuh cinta. Aku mendatangi tempat anda berada Pak Masumi, tapi yang kutemukan disana sungguh menyakitkan hati. Aku melihat nona Shiori terlihat sangat serasi berdampingan dengan anda. Sungguh tak layak bila dibandingkan dengan aku yang pendek, bodoh dan tak punya apa-apa”. 
“Maya…”. Masumi menutup bibir Maya dengan jarinya. Dadanya perih melihat mata Maya yang berkaca-kaca.
Maya menyingkirkan jari Masumi dari bibirnya. Dia ingin meluapkan segala hal yang ingin dikatakannya selama ini. “Aku sudah kalah Pak Masumi. Nona Shiori jauh lebih pantas untuk anda. Aku mencoba menyibukkan diriku dengan latihan setiap harinya hanya untuk melupakan kenyataan bahwa cintaku tak mungkin berbalas. Kau hanya menyukaiku sebagai artis, bukan sebagai wanita. Pasti di mata anda aku hanyalah anak kecil yang pantas dikasihani”.
Masumi memegang kedua bahu Maya, memaksa Maya untuk menatap matanya.
“Cukup Maya. Aku tak pernah mencintai Shiori. Aku bertunangan dengannya hanya karena ayah menekanku. Aku sungguh bodoh. Aku berharap dengan bertunangan dengannya aku bisa melupakan bayangmu yang selalu menyiksaku. Tapi aku salah..aku tak pernah bisa mengubur perasaanku padamu. Aku tak pernah berhenti mencintaimu…sejak pertama kali bertemu sampai saat ini. Aku bersalah pada Shiori karena tak mampu mencintainya. Aku tak bisa membalas perasaannya karena hatiku telah tertawan olehmu bahkan sejak kau masih belum dewasa. Saat ini aku sedang mencari cara terbaik untuk memutuskan pertunanganku dengan Shiori. Dia telah menyakitimu Maya. Dan…dia sudah tahu identitasku sebagai Mawar Ungu. Dia sudah tahu aku sangat mencintaimu.. karenanya dia berusaha menjauhkanmu dariku.”
“Sebenarnya aku ingin bertemu dengan Shiori untuk menuntut penjelasan akan apa yang telah dilakukannya padamu, tapi Shiori tak bisa kutemui. Dia menutup semua akses komunikasi denganku. Aku ingin segera mengakhiri pertunangan ini, aku sudah lelah berpura-pura. Tapi aku tak ingin hubunganku dengan keluarga Takamiya menjadi rusak. Aku masih ingin bicara dengan Shiori, minta maaf padanya dengan baik-baik karena memutuskan hubungan pertunangan dengannya, sejauh aku bisa. Yah, walau bagaimanapun, Shiori seperti itu karena salahku juga”.
Tatapan Masumi melembut. “Maukah kau percaya padaku Maya?”
Maya tergugu, tak mampu berucap sepatah kata. Seumur hidupnya tak pernah sekalipun dia berani bermimpi akan dicintai pria yang duduk di sebelahnya. Entah bagian mana dari dirinya yang membuat pria matang yang ditakuti banyak orang ini jatuh cinta padanya.
Perlahan dia menjawab, “Tentu saja Pak Masumi. Tak ada seorangpun didunia ini yang kupercaya seperti aku percaya pada anda.”
 “Benarkah?” Masumi tersenyum lagi, hatinya berbunga. “Tolong katakan kau mencintaiku Maya. Aku ingin mendengarnya dari bibir yang selalu melontarkan kata benci ini padaku”
Maya menyunggingkan senyum termanis yang pernah dimilikinya.”Aku mencintaimu Pak Masumi.. sangat mencintaimu…”
“Lebih dari Koji?”
Maya mencubit lengan Masumi. “Anda tahu aku menyukai Koji sebagai sahabat terbaikku. Selamanya akan seperti itu”.
“Lebih dari Satomi?”usik Masumi lagi.
Maya terhenyak. “Kenapa anda mengingatkanku padanya Pak Masumi?”
“Karena aku tahu kau pernah jatuh cinta padanya. Aku masih ingat Mizuki meneleponku, memohon padaku untuk menjadi manajermu karena kau tak bisa berakting dengan baik saat bersamanya. Saat itu aku baru tahu bagaimana rasanya cemburu. Ternyata sesakit itu”. Masumi diam, dipandanginya langit malam untuk kesekian kali.
Maya menghela nafas.”Aku sudah lama melupakannya Pak Masumi. Dia pernah jadi bagian dari perjalanan hidupku, tapi hanya itu yang kuingat darinya. Dia orang yang baik, meski dia meninggalkan aku tanpa sepatah katapun,aku percaya itu yang terbaik bagi kami berdua. Nyatanya benar, aku menemukan orang lain yang justru sangat berharga bagiku, lebih dari siapapun di dunia ini”. Maya menyentuh tangan Masumi, mengangkatnya ke pipinya sendiri. “Aku sangat bahagia karena aku tahu anda mencintaiku seperti aku mencintai anda”.
Seketika Masumi kembali merengkuh Maya dalam pelukannya. “Terima kasih Maya. Aku tak pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Kumohon teruslah percaya padaku. Tunggulah Maya, aku pasti akan membereskan semua masalah yang menghadang cinta kita”.
“Ya Pak Masumi..”.
Masumi melepas pelukannya dengan enggan. Dia memandang Maya lagi. Perlahan Masumi mengangkat kedua tangannya dan menyentuh wajah Maya. Ditelusurinya wajah itu dengan jarinya. Dulu hanya bermimpi saja Masumi tak berani. Masih diingatnya dengan jelas, saat berjumpa dengannya, Maya akan membuang muka, mencibirkan lidah ke arahnya atau meneriakinya dengan lantang. Tapi mata itu sekarang menatapnya dengan binar penuh cinta, rona wajahnya berseri dan bibirnya menyunggingkan senyum yang selalu dirindukannya. Bibir itu…jari masumi berhenti di sudut bibir maya. Jantungnya serasa akan meledak melawan keinginan untuk menyentuh bibir itu dengan bibirnya sendiri. Maya sudah membuatnya gila. Cepat-cepat Masumi menurunkan tangannya. Dia tak ingin Maya tahu bahwa saat itu dia berusaha sekuat tenaga melawan dorongan hatinya.
Masumi melihat jam di pergelangan tangannya, jarum disana sudah menunjukkan angka 1. Ah, betapa cepatnya waktu berlalu.
“Ini sudah dinihari Maya. Aku harus mengembalikanmu sebelum Rei menelepon kantor polisi. Sudah tidurkah dia tadi?”
“Ya, dia terlalu lelah karena ada pementasan tambahan di Ruang Bawah Tanah tadi. Dia tertidur sejak jam 9“.
“Ayo, kuantar kau pulang”. Masumi menggandeng tangan Maya, menjauhi taman. Mereka berdua berjalan berdampingan. Sesekali mereka bertukar pandang dengan senyum. Malam telah berlalu, hari sudah berganti.
Maya merasakan hatinya dipenuhi harapan dan semangat yang baru untuk menyongsong masa depan. Dia percaya bahwa nasib akan berpihak pada mereka berdua. Mereka telah dipertemukan dengan cara yang aneh. Nasib telah melempar mereka dalam dunia yang sama sekali berbeda dan setelah melalui jalan panjang nan berliku mereka bertemu dan saling jatuh cinta. Keduanya percaya kini, bahwa cinta yang tumbuh dan berkembang di dada masing-masing akan meruntuhkan segala perbedaan dan segala rintangan yang ada. Tak ada lagi keraguan. Meski jalan panjang dan terjal itu masih di depan mata,  tapi mereka yakin semuanya akan mampu mereka lewati. Pada akhirnya mereka akan bersatu, bagaimanapun caranya.  Belahan jiwa itu telah bertemu.



>>> Belahan Jiwa ... END <<<

               

13 comments:

Anonymous said...

Mantap Mantapp... .lanjutannya mau donk... sequel kedua *ngarep.com*
-Lina Maria

Anonymous said...

baguuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuus (riri)

Anonymous said...

lanjuuuuut.......

Anonymous said...

uokeh.....yang uakeh yoooooo ....cayo
~eka~

Mawar Jingga on 16 March 2011 at 20:56 said...

good job......'belahan jiwa'..............lanjutkan.....^_^

ollyjayzee on 17 March 2011 at 08:44 said...

wuah....akhirnya, muncul lagi stori baru
aduh, mesra abis. tapi masih kurang, hihihi...tambah dong ya sequelnya

Anonymous said...

BAGUS! ayo, bikin lg cerita lainnya...

-nadine-

Anonymous said...

sistaaaaaaaaaa.............
ASK for more!!!!
Bolehhhhhh!!!

fad said...

boleh..tapi nunggu kalo pas gk sibuk hehe..makasih banyak sudah mau baca..

vie on 18 March 2011 at 11:04 said...

he...he.. ada cerita baru nih. Bagussssssss dehhhh . Jadi ketagihan baca fanfic tiap hari buka blog trs jadinya

Ty SakuMoto on 29 May 2011 at 02:02 said...

Keren mbak fad, aku tersentuh, mereka romantis banget en so sweet...
Bikin sekuelnya dunk mbak >.< good job <3

Unknown on 26 June 2015 at 05:58 said...

wah bagus nih,,, bahasanya enak banget dibaca,,, bayangin dialog maya-masumi kebanyang deh gimana gambaran di komiknya... ditunggu posting yang lainnya ya,,,

Unknown on 26 June 2015 at 06:05 said...

keren banget bahasanya mbak... bacanya enak banget deh,,,dialog maya-masumi ga keluar dr karakter mereka,,, ditunggu lagi postingannya ya....

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting