Friday 13 January 2012

FFTK: Love Story Ch. 7

Posted by Ty SakuMoto at 22:32
Rating: 18+


Love Story Ch. 7
(by. Riema)




           

Karena salju turun terus menerus, sore itu Mizuki dan Felix memutusknan untuk menghabiskan waktu di hotel.
Mizuki memanfaatkan waktu untuk membuat laporan kunjungan ke Duisburg, karena beberapa hari terakhir ini, dia sama sekali tidak menyentuh pekerjaannya.
            “Kau yakin, tidak ingin keluar?” Felix mengetuk-ngetuk meja dimana Mizuki baru saja membuka laptopnya
            “Fe? Memangnya kau tidak melihat itu?’ Mizuki menunjuk ke jendela besar dengan dagunya. Bulir-bulir salju tampak turun dengan derasnya
            “Tapi paling tidak kita bisa turun ke restoran. Ada pertunjukan musik yang bagus malam ini” Felix berdiri di depan jendela dan bersin beberapa kali
            “Kenapa kau tidak istirahat saja dulu sementara aku bekerja? Sepertinya kau benar-benar terkena flu” Dipandanginya punggung lebar Felix.
            “Aku tidak apa-apa” Felix menarik nafas dengan susah payah, hidungnya mulai tersumbat “Kecuali kalau aku boleh tidur di sini” Sambungnya sambil menoleh
            “Ahh. Tidur saja di kamarmu sendiri” Mizuki menetap layar laptop yamg berpendar-pendar
            “Ya sudah. Kalau begitu aku tidak perlu istirahat” Felix menjauhi jendela dan duduk di depan meja kerja Mizuki
            “Kekanak-kanakan!” Diliriknya wajah tampan Felix yang merajuk
            “Siapa peduli!” Felix menumpukan kedua sikunya di meja dan menopang dagunya dengan dua tangan
            “Jangan merajuk begitu dong. Aku benar-benar harus menyelesaikan laporan ini sebelum pulang”
            “Kapan kau pulang?” Mata birunya melebar
            “Lusa”
            “Secepat itu?” Mizuki mengerutkan alis melihat wajah murung Felix
            “Bukannya kita sudah pernah membicarakan ini ya? Aku sudah mundur jauh dari jadwal awalku”
            “Aku tahu. Tapi tetap saja…..” Felix menerawang “Jangan pulang, bisa tidak?” Dipandangnya wanita di hadapannya lekat-lekat, tidak rela harus berpisah dengannya
            “Mana bisa begitu” Mizuki mengangkat wajahnya,  menatap Felix dan berfikir, kenapa saat sedang merajuk begini pria ini malah semakin terlihat tampan
            “Bisa saja. Kalau kau mau” Felix tak melepaskan pandangannya dari Mizuki “kau mau?” Desaknya
            “Fe?” Mata hitam Mizuki menatap dengan pandangan menuduh
            “Apa?” Felix mengangkat alis “Apa salah kalau aku ingin kau selalu di sisiku?”
            “Aku kan punya pekerjaan”
            “Huh! Pekerjaan? Lama-lama aku bisa berpikir kau mencintai Masumi Hayami, karena kau begitu rela mengabdikan seluruh hidupmu untuknya” Hardik Felix sinis           
            “Fe? Kau ini kenapa sih?” Felix memalingkan wajah dan melipat tangannya di atas meja. Entah kenapa suasana hatinya jadi buruk sekali jika memikirkan kepulangan Mizuki ke Jepang.
            Melihat Felix terdiam. Mizuki kembali pada pekerjaannya. Tapi sama seakli tidak bisa fokus. Wajah galau Felix mengganggunya
            “Fe?” Felix masih tidak menjawab
            “Felix Oschin!” Bentak Mizuki melihat kekasihnya tak bereaksi “kenapa?” Suaranya melembut melihat Felix kembali menatapnya
            “aku tidak mau berpisah lagi denganmu. Aku tidak bisa Mizu….”
            “Ayolah Fe, Masa begitu saja kau marah?”
            “Begitu saja katamu? Mizu! Sssh” Felix mengeratkan rahang “Aku sudah susah payah mencarimu, sudah merasakan bagaimana sengsaranya berpisah denganmu.  Kau kira aku mau mengulanginya lagi? Huh.” Felix mendengus kesal
            “Walaupun kau tidak mencintaiku sebanyak aku mencintaimu. Aku tetap akan mncintaimu” imbuhnya dengan nada murung. Hati Mizuki serasa mengembung, penuh kebahagiaan. Betapa tak terucapkannya perasaan dicintai sedalam itu. Terlebih oleh seseorang sepserti  pria di hadapannya ini.
            “Maaf. Bukan itu maksudku Fe.” Mizuki mengulurkan tangannya “Aku juga mencintaimu” Felix menyambut uluran tangan Mizuki dan menciumnya dalam-dalam
            “Dan kalaupun kita harus berpisah sementara ini. Itu tidak akan mengurangi rasa sayangku sedikitpun. Kau percaya aku?” Felix menghembuskan nafas berat, lalu mengangguk
            “Kau sakit?” Mizuki baru menyadari, betapa panas tangan Felix yang tengah menggenggam tangannya
            “Ngh… Tidak…” Felix menggeleng, terlihat lelah. Mizuki bangkit dan mengitari meja mendekati Felix. Sebelah tangannya yang bebas menyentuh dahi lelaki itu
            “Fe! Badanmu panas sekali! Kenapa kau diam saja? Dasar bodoh!” Kata Mizuki setengah teriak
            “Tidak. Aku baik-baik saja kok” Ditempelkannya telapak tangan Miziki ke pipinya, gadis itu sampai terjengit karena pipinyapun panas sekali

            “Jangan bicara! Ayo bangun!” Mizuki membimbing Felix untuk bangun
            “Ya ampun Mizu! Aku tidak apa-apa. Aku tidak selemah itu tahu?” Tapi dibiarkannya saja Mizuki menggandengnya ke tempat tidur
            “Tidurlah dulu. Biar aku carikan obat untukmu. Oke?”
            “Jadi aku boleh tidur di sini?” Felix menyeringai
            “Hanya kali ini Fe” Mizuki balas tersenyum
           
Felix membelai rambut Mizuki dan menarik kepalanya mendekat
            ”Love you” Dikecupnya kening Mizuki
            ”Love you too. Ukh... Panas...” Mizuki merasakan sentuhan bibir Felix membakar keningnya.

            ”Aku tinggal ya? Aku akan ambil obat untukmu” Dirapikannya dua buah bantal untuk Felix, sementara pria itu mengeluarkan ponsel dan dompet dari sakunya dan menyimpannya di nakas
            ”He-eh” Felix hanya mengangguk. Terpesona menatap Mizuki yang begitu memperhatikannya. Rasanya seperti kembali ke masa lalu. Selalu seperti itulah sikap Mizuki padanya.

***

            Tak lama berselang, Mizuki kembali ke kamar dan mendapati suhu tubuh Felix semakin meningkat. Wajahnyapun tampak memerah.
            ”Fe?” Disentuhnya bahu Felix pelan
            ”Hmm. Sudah datang, Mizu?” Matanya terbuka dan kembali tersenyum
            ”Tidak perlu tersenyum. Tampangmu mengerikan tahu?” Mizuki mengambil segelas air
            ”Dan tampangmu benar-benar menggemaskan, tahu tidak”
            ”Dasar!” Mizuki tersipu, seraya membantu Felix duduk
            ”Minumlah” Mizuki mengulurkan tangannya. Dua butir pil di telapak tangan kiri dan segelas air di tangan kanannya
            ”Terima kasih” Sambil menelan obatnya, Felix tak lepas memandangi Mizuki, sementara segaris senyuman tak juga hilang dari bibirnya. Semakin membuat Mizuki jengah.
            ”Usahakan untuk tidur ya?” Diambilnya gelas dari tangan Felix dan meletakkannya di nakas ”Kalau suhu badanmu tidak turun juga, aku akan mengompresmu.
            ”Senangnyaaaaa....” Mata birunya tampak sayu meskipun dia berusaha ceria
            ”Sudah sudah. Tidur sana...” Mizuki bangkit dan kembali ke meja kerjanya di samping tempat tidur
            ”Aku rela sakit asal bisa mendapat perhatianmu seperti ini” Felix berbaring miring
            ”Kok begitu? Memangnya selama ini aku tidak pernah perhatian ya?”
            ”Tidak terlalu. Kau bahkan jarang sekali bilang cinta padaku. Sampai-sampai aku pikir kau sebenarnya tidak mencintai aku” Suara Felix yang terdengar sedih membuat MIzuki menolah dan memandangnya seksama
            ”Jangan berfikir begitu Fe”
            ”Jelaskan!” Tantang Felix
            ”Masa harus dijelaskan? Memangnya kau tidak merasa aku mencintaimu?”Felix mengedikkan bahu
            ”Aku bukan wanita yang suka mengumbar kata-kata Fe. Tapi, di sini,” Mizuki menempelkan telapaknya ke pelipis ”dan di sini” Ujung jarinya menyentuh dadanya, lalu menghembuskan nafas panjang
            ”Selalu ada kau di situ” ujarnya lembut

            ”Oh, Mizu...” Felix berbalik dan terlentang ”Itu lebih indah dari kata cinta apapun yang pernah kudengar” Felix mulai merasakan sakit di kepalanya ”Terima kasih” Lalu matanya terpejam
***

            Beberapa jam kemudian, Mizuki sudah sibuk dengan handuk basah. Rupanya reaksi obat yang diminum Felix hanya bertahan sebentar
            ”Mizu...”Igau Felix
            ”Tidurlah yang tenang anak manja. Aku buka kemejamu ya? Terlalu panas” Ditatapnya termometer yang menunjukkan angka 42,5. Tapi pria itu tidak menyahut, hanya mengernyit sambil sesekali memanggil namanya
            Saat Mizuki mulai membuka kancing kemeja itu satu-persatu, dia baru sadar bahwa hal itu tidak semudah mengucapkannya. Wanita itu merasakan rasa gugup yang aneh menyerangnya saat memandang dada telanjang Felix yang bidang. Otot-otonya yang liat terlihat membentuk dada, perut dan lengannya dengan sempurna.

Dihembuskannya nafasnya kuat-kuat, lalu terdenyum sendiri. Tergugu karena tergoda pada pria yang bahkan tidak sadar

            ”Fe?” Disisipkannya handuk basah hangat itu di bawah kedua pangkal lengannya ”Aku baru sangat sadar bahwa kau itu sangat menarik. Ng. Menggoda lebih tepatnya” Mizuki tersipu

            Dengan telaten, Mizuki merawat Felix. Dan berkali kali mengganti kompres di kening dan tubuhnya. Saat termometer menunjuk angka 36, dia baru mengangkat semua kompres.

            ”Hmmm. Lumayanlah. Sudah aman sekarang” Disentuhnya pipi Felix pelan. Dan dicobanya untuk memakaikan pakaian Felix kembali. Tapi karena kesulitan, akhirnya dia hanya menyelubungi kekasihnya dengan selimut.

            ”Hoahmmm” Mizuki mengusap wajahnya dan melirik ke arah meja kerja dengan enggan. Hanya sedikit lagi laporannya selesai dan dia bisa pergi tidur. Tapi baru saja dia hendak beranjak, ponsel Felix berbunyi
            ”Siapa? Selarut ini?” Diliriknya jarum jam yang menunjuk angka 2, kemudiann pandangannya beralih  ke ponsel di nakas
            ”Ursula?” Mizuki menimbang-nimbang untuk menjawab pangilan tersebut atau tidak
            ”Ukh. Apa yang akan dia pikirkan kalau aku yang menjawab telepon Felix?”
            ”Mizu?” Rupanya dering telepon yang berkepanjangan membangunkan Felix
            ”Eh. Fe? Ursula menelepon. Mungkin kau mau menjawabnya” Tawar Mizuki sambil mengangkat benda mungil tersebut
            ”Ngh.” Felix menggeleng enggan ”Kau jawab saja, please?” Felix memejamkan matanya lagi
            ”Ukh.....” Mizuki mengeluh
            ”Hallo?” Setelah beberapa saat berharap telepon di tangannya berhenti berbunyi, akhirnya di jawabnya juga panggilan tersebut
            ”Ng? Siapa?” Tanya suara wanita di seberang sana. Kaget sekaligus ragu
            ”Ng. Ursula? Ini aku Mizuki” Jawab Mizuki tak kalah ragu
            ”Mizuki? Felix?”
            ”Felix sedang tidur, dia agak demam tadi. Aku sedang......” klik. Sambungan telepon terputus begitu saja. Mizuki tercengang di tempatnya

            ”Mizu..........? Hei Miizu!” Felix menyentuh lutut Mizuki yang duduk di sampingnya
            ”Eh, Ah.... Kenapa Fe? Apamu yang sakit?”
            ”Tidak. Kau kenapa? Melamun?”
            ”Tidak. Hanya saja tadi, Ursula menutup telepon. Saat aku sedang bicara. Aku hanya kaget”
            ”Really? Aneh sekali. Tidak biasanya dia begitu. Kau tahu dia kan?” Mizuki mengangguk dengan alis berkerut
            ”Pasti dia berfikir macam-macam tentang kita” Mizuki merengut ”Duh. Aku jadi merasa tidak enak padanya”
            ”Kok begitu? Memangnya dia isteriku?” Felix tertawa, rupanya kondisi tubuhnya sudah jauh lebih baik
            ”Felix?” Mizuki melotot mendengar tawa pria itu
            ”So what? Justeru itu malah bagus kan. Berarti dia tidak apa-apa. Dia hanya kaget saja, secepat ini kau menyerah padaku” Felix menyeringai
            ”Maumu!” Tuduh Mizuki mendelik
            ”Memang itu mauku. Lalu, apa yang kita tunggu?” Dicekalnya pergelangan tangan Mizuki
            ”Fe....... Lepas........”Mizuki semakin mendelik
            ”A-ah” Felix menggeleng ”Mumpung kita sudah seranjang” Bisiknya sambil mengedipkan sebelah matanya ”Dan lagi. Kau sudah berinisiatif melepaskan kemejaku. Sekarang, boleh tidak aku membantumu melepaskan baju?”

            ”Felix!?”Kata Mizuki geram ”Bukannya, kau sedang sakit ya?”
            ”Oya? Apa aku sakit tadi? Tapi kenapa aku justeru merasa sangat sehat ya? Mau memeriksa suhu tubuhku lagi? Sepertinya aku merasa sangat panas. Ayo sentuh aku” Felix bangkit dan menempelkan tangan Mizuki di dadanya sambil tersenyum jahil

            ”Fe? Aku peringatkan kau........” Mizuki beringsut ke belakang. Dengan cepat Felix mendorong Mizuki hingga wanita itu terbaring

            ”Ukh....... Fe?” Mizuki masih berusaha mendelik dengan wajah merah menatap lelaki di atasnya dengan tangan masih menempel di dada telanjang Felix
            ”Yes, love?” Kedua lututnya menghimpit kaki Mizuki dan tangan di samping kepalanya
            ”Lepaskan aku” Sahut Mizuki serak, penuh keraguan
            ”Kau yakin?” Ditatapnya Mizuki lekat-lekat. Ujung telunjuknya menelusuri tulang hidung Mizuki, lalu terus ke bibirnya
            ”Ugh” Mizuki mengeluh pendek. Betapa sulitnya menolak lelaki tampan ini. Kepalanya serasa berputar, sementara jantungnya bertalu-talu tak menentu

            ”Aku.......” Mizuki menjilat bibirnya yeng terasa kering. Perbuatan yang malah membuat Felix berinisiatif mengambil alih
            ”Let me.......”
            ”Mmmph.” Mizuki tak kuasa menolak lagi saat bibir Felix menyentuh bibirnya. Melumatnya dengan lembut. Kepalanya terasa berputar semakin cepat saat dirasakannya lidah pria itu menyusup ke mulutnya. Membakarnya. Di bawah telapak tangannya, terasa benar detak jantung Felix yang berderap secepat jantungnya. Dan kulit pria itu benar-benar terasa panas
            ”Panas Fe...” Desah Mizuki diantara ciuman mereka. Mizuki sendiri tidak terlalu yakin akan maksud dari kata-katanya. Apakah bibir Felix? Atau dadanya? Atau dirinya sendiri yang terasa sangat panas. Karena tubuhnya terhimpit tubuh lebar Felix. Dan entah sejak kapan tangannya berpindah ke punggung Felix dan meremas otot-otot kerasnya.

            ”Kau, kepanasan? Mungkin sebaiknya kau melepaskannya” Suara parau Felix terdengar dalam, tangannya bergerak melepas kancing blus Mizuki
            ”Bukan itu....” Mizuki tak sanggup melanjutkan kata-katanya. Lehernya tercekat, Felix sudah lebih dulu menjelajahinya dengan lidah dan bibirnya yang sepanas bara. Dia bahkan tidak sanggup menelan ludahnya meski mencoba berkali-kali

            Gerakan tangan Felix yang tengan menyibak blus Mizuki tertahan suara denting piano. Keduanya saling pandang sebelum menyadari bahwa suara itu adalah dering ponsel Felix.

            ”What?” Gerutu Felix melihat Mizuki mendelikinya
            ”Your cellphone, idiot! Answer it!’
            ”Should 1? Kenapa tidak kita abaikan saja orang gila pengganggu itu?”
            ”Orang gila? Bagaimana kita tahu kalau orang gila pengganggu itu bukan adikmu?” Jawaban Mizuki membuat Felix menghembuskan nafas dan berguling enggan seraya meraih ponsel dan melirik layarnya.
            ”Anda benar sekali nona” Felix memutar bola mata ”Halo? Sebaiknya kau punya alasan bagus menggangguku selarut ini”
            ”Apa aku begitu mengganggu?” Jawaban murung Ursula mengernyitkan dahi Felix
            ”Tidak juga. Ada apa?” Felix menatap tidak setuju ke arah Mizuki yang tengah merapikan pakaiannya sambil tertawa tanpa suara
            ”Tidak. Aku dengar kau sakit?”
            ”Sedikit. Tapi sudah tidak apa-apa sekarang. Untunglah aku punya perawat pribadi” Felix nyengir
            ”Begitu. Syukurlah kalau begitu”
            ”Yeah.... Lalu? Ada apa? Kau tidak apa-apa kan? Kau terdengar tidak baik. Apa kau sakit?” Hening sejenak
            ”Tidak. Aku tidak apa-apa” Jawabnya setelah menarik nafas panjang
            ”Hei. Ada apa?” Felix bangun dan duduk bersila
            ”Tidak. Hanya saja, agak aneh rasanya saat kau tidak mengingatnya. Satu kalipun, kau belum pernah melupakannya”
            ”Aku, melupakan apa?”
            ”Tidak” Jawab Ursula cepat ”Bukan apa-apa. Sorry. See you tonight!”
            ”Ursula?!” Tapi gadis itu sudah menutup telponnya.

            ”Ada apa?” tanya Mizuki tertarik ”Sesuatu tejadi padanya?”
            ”Entahlah” Felix masih memandangi layar ponselnya saat mimiknya berubah, menyadari sesuatu ”OH NO!!!” Ditamparnya keningnya sendiri
            ”Apa?” Mizuki smpai telonjak

            ”Hari ini ulang tahunnya. Dan aku melupakannya!” Sesal Felix
            ”Ulang tahun Ursula? Oh..... Tapi ini baru pukul 3 pagi Fe. Kau masih punya, setidaknya 21 jam lagi untuk mengucapkan selemat sebelum hari ini berakhir.Kenapa begitu khawatir?” Mizuki beringsut ke samping kekasihnya

            ”Bukan begitu. Hanya saja. Dia sudah biasa menerima ucapan selamat yang pertama dariku. Selalu begitu selama ini. Tadi dia bilang, satu kalipun aku belum pernah lupa. Baru kali ini aku lupa” Jawabnya pelan
            ”Dan itu karena aku” Kata Mizuki pahit. Tiba-tiba saja sikap dingin Ursula tadi menjadi masuk akal.
            ”Tidak. Bukan begitu......” Sanggah Felix cepat. Diulurkannya tangannya menyentuh Mizuki, tapi wanita itu sudah menyeret tubuhnya turun dari tempat tidur. ”Mizu??!!”

            ”Kalau begitu telepon dia sekarang. Mungkin masih keburu menjadi yang ke sepuluh besar” Mizuki tidak mengerti kenapa dia harus merasa kesal
            >Cemburu? Mana mungkin, pada adiknya?< Mizuki menggelengkan kepala, menepis pikirannya. Lalu berjalan ke balkon

            ”Mizu?”
            ”Pakai bajumu Fe. Nanti kau tambah sakit” Katanya sebelum membuka pintu kaca ”Lalu pergilah ke kamarmu sendiri” Imbuhnya tanpa menoleh
           
***     

            Pagi harinya, Mizuki sudah duduk di restoran. Di meja beranda yang menyajikan pemandangan danau hijau setengah beku. Cuaca cukup jernih setelah salju turun semalaman.

Di meja kecil di hadapannya, laptopnya menyala terabaikan. Setelah membalas singkat email Masumi, wanita itu kembali merenung. Mengingat perasaan kalut yang sempat dirasakannya semalam. Mizuki tak habis pikir, kenapa dia bisa merasa cemburu pada Ursula. Padahal selama ini dia tahu persis, betapa dekatnya hubungan kakak beradik itu.

Tapi wajah putihnya kemudian merona. Teringat kejadian tadi malam. Sebelum kembali ke kamarnya, Felix menghampirinya ke balkon. Dan mendekapnya dengan erat dari belakang.
”Aku pergi. Tapi lain kali, aku tidak akan memberimu pilihan lain selain membiarkan diriku di sisimu” Hembusan nafas hangat Felix membuat kuduk Mizuki meremang
”Sampai nanti” Dikecupnya leher Mizuki sebelum berlalu

”Ukh” Mizuki meraba lehernya yang terasa hangat. Rona merah semakin menjalari wajah dan lehernya

Lamunannya terinterupsi dering ponsel di meja. Disambarnya benda mungil tersebut setelah melihat nama yang tertera di layar

”Ya Pak Masumi?”
”Mizuki, Kau jadi pulang besok kan?”
”Tentu saja” Dalam hati Mizuki menggerutu, bukankah dia sudah menjelaskan dalam emailnya tadi. ”Tidak akan ada penangguhan lagi” Diyakinkannya bosnya itu
”Siapa yang tahu.... Masalahnya aku akan pergi minggu depan. Dan aku butuh kau ada di tempat saat aku tidak ada” Terang Masumi
”Pergi? Kemana?”
”Kita  bicarakan setelah kau pulang nanti. Pastikan saja kau tiba tepat waktu”
”Baik Pak. Jangan khawatir. Besok saya pasti pulang” Ulangnya sekali lagi
”Baik kalau begitu. Sampaikan salamku pada pacarmu” Masumi terkekeh
”Ugh. Baik” Bisa-bisanya lelaki itu menggodanya. Mizuki bersungut hingga tak sadar Felix sudah duduk di hadapannya.

”Eh. Hai! Sudah bangun?” Sapa Mizuki ramah
”Masumi?” Tanyanya tanpa bsa menyembunyikan kekesalannya
”He-eh”
”Ukh. Aku kesal sekali pada makhluk satu itu”
”Fe?” Mizuki terbelalak ”Kenapa sih?”
”Aku cemburu karena di dengan tenangnya menyuruhmu begini begitu. Memintamu kesana dan kesini seenak perutnya. Dan kau selalu dengan senang hati menurutinya! Membuatku kesal!” Mizuki terkikik mendengar dumalan Felix
”Kalau begitu sebaiknya kau jadi bosku saja, mungkin aku akan menurutimu. Tapi jangan harap aku akan mencintaimu” Mizuki balas mencibir
”Begitu? sungguh? Tidak akan jatuh cinta padaku?” Kerling Felix menggoda kekasihnya. Mizuki hanya mengeleng sambil tertawa

”Pesan makanan sana! Kau pasti kelaparan.” Wanita itu mengalihkan perhatian pada laptopnya, sebelum sarapan mereka datang dan Felix mencuri seluruh perhatiannya.
Di kursinya, Felix meregangkan otot kaki dan tangannya sambil tak lepas memandangi Mizuki

”Aduh!” Teriak Mizuki seraya melongok ke bawah meja ”Fe?!” Matanya melebar melihat kaki panjang Felix terjulur menendang kakinya
”Yes?” Mizuki mengarahkan pandangannya ke bawah meja
”Titip sebentar. Terlalu sempit untukku...”Jawabnya sambil tersenyum kekanakan. Mambuat Mizuki tak tahan ingin balas tersenyum.
”Ugh. Dasar!” Dicobanya untuk mempertahankan wajah cemberutnya. Tapi tak bertahan lama, karena lelaki itu terus saja bertingkah mengganggunya.

”Silakan” Seorang pelayan meletakkan sebuah nampan sambil tersenyum memperhatikan pasangan yang tengah asik bergurau tersebut.
”Terima kasih” Jawab Felix tanpa mengalihkan pandangannya. Lalu secepat kilat, didorongnya layar laptop hingga tertutup

”Felix?!” Protes Mizuki merengut
”Saat bersamaku. Aku ingin kau hanya melihatku, mendengarku dan memikirkanku. Tidak ada pekerjaanmu, tidak ada Masumi Hayami dan tidak ada apapun kecuali aku. Hanya aku. Okay?!” Tatapnya tanpa bisa dibantah
”Okay” Gerutu Mizuki. Meski dalam hati, dia sendiri mengakui, dirinya tak bisa memikirkan hal lain ketika bersama Felix. Selain kekasihnya itu.

”Please...” Felix menyorongkan cangkir berisi kopi yang masih mengepul ke arah Mizuki, dan menuangkan secangkir lagi untuk dirinya sendiri
”Thanks”
”Gula? Krim?” Tawar Felix
”Gula saja, please?” Mizuki menambah sesendok gula ke cangkirnya, sambil memperhatikan pria di depannya menambahkan sedikit krim pada kopinya
”Hmm. Mirip rambutmu” Celetuk Mizuki
”Apa?” Felix mengangkat sebelah alisnya
”Kopimu” Jawabnya sambil menatap bolak balik ke rambut berantakan Felix dan kopi di hadapannya
”Kopiku? Hahaha. Mizu, ada-ada saja” Felix menggelengkan kepala, membuat rambut coklatnya gergoyang-goyang
”Ng. Boleh tidak aku tukar kopimu dengan punyaku?” Tanya Mizuki malu-malu
”What?......” Meski setengah bingung, tak urung didorongnya cangkir tersebut ke arah Mizuki dan di ambilnya cangkir yang disorongkan Mizuki padanya
”Thanks...” Ujar Mizuki dengan senyum dikulum. Mulai sekarang mungkin dia akan lebih memilih krim daripada gula. Hanya agar dapat melihat warna rambut Felix, yang  pasti akan sangat dia rindukan jika sudah pulang ke Jepang nanti.

”Oke. Bolehlah warnanya seperti rambutku. Tapi rasanya sama sekali tidak loh. Aku jauh lebih enak daripada itu” Mizuki hanya bisa menetapnya sambil tertawa. Lalu mencomot sebuah croisant dari piring di hadapannya

”Ngomong-ngomong Fe? Aku pasti akan merindukanmu  nanti” aku Mizuki menatap ke arah danau. Saat-saat yang dilewatinya bersama Felix tidak mungkin akan pernah dia lupakan
”Oya? Aku tidak....” Mizuki menoleh sambil mendelik, lalu cemberut
”Ha  ha  ha...” Felix tergelak melihat ekspresi Mizuki ”Aku tidak perlu menunggu nanti. Membayangkanmu akan pulang saja, sudah membuatku rindu” Ujarnya tersenyum. Lalu beranjak dari kursinya dan berdiri di belakang Mizuki ”Tutup matamu” perintahnya
”Kenapa?” Kepalanya yang hendak menoleh ditahan Felix
”Sudah. Tutup saja”
”Hmm” akhirnya wanita itu menurut. Dan tak bisa berontak saat Felix merangkulnya dari belakang dan memasukkan sesuatu ke jari manis kanannya
”Agar kau tidak melupakan aku” Bisiknya,lalu melepaskan rangkulannya

”Fe?”Mizuki terbelalak melihat cincin di jarinya ”Aku tidak bisa,,, aku..” Matanya beralih dari batu safir bentuk hati di jarinya ke mata biru Felix yang sama cemerlangnya
”Itu bukan lamaran kok, tenang saja. Kecuali kau memang mau menikah sekarang” Felix nyengir
”Felix? Aku tidak bisa menerimanya”
”Kenapa tidak. Itu hanya untuk mengingatkanmu padaku.” Mizuki terdiam. Diliriknya lagi batu biru besar itu. Kemuadian di angkatnya tangannya sejajar wajah Felix
”Sebiru matamu”Ujarnya, Felix tersenyum ”Tapi aku sudah punya kopi yang secoklat rambutmu” Mizuki menurunkan tangannya, menangkup cangkir kopinya
”Tapi aku tidak hendak membekalimu satu tong kopi.... Lagipula aku ingin sebanyak mungkin kau mengingatku. Tidak akan cukup hanya kopi dan batu safir. Aku ingin lebih banyak lagi”
”Begitu?”
”Begitulah. Sebenarnya aku ingin langsung melamarmu”
”Ah?”
”Tapi aku yakin kau akan menolak. Seperti biasanya. Jadi aku tidak melakukan itu”
”Ah....” Desah  Mizuki sedikit kecewa
”Belum” Imbuh lelaki itu ”aku sedang menunggu saat yang tepat”
”Dan. Kapan itu menurutmu?”

”Mmm. Setelah kau pulang ke Jepang pastinya. Saat kau sadar betapa tidak enaknya hidup tanpaku, betapa menderitanya merindukan aku” Bibirnya tertarik membentuk senyuman miring
”Haha... Kau yakin aku akan begitu?” Mizuki tak kuasa menahan tawa
”Pasti” Jawabnya penuh keyakinan ”Saat kau sedang tersiksa rindu dan aku yakin kau tak akan menolakku. Saat itulah aku akan melamarmu” Diraihnya jemari Mizuki, dan dikecupnya lembut. Membuat pipi putihnya bersemu

”Ng... Lalu, bagaimana caramu mengingatku? Aku tidak memberimu sesuatupun?” Tanya Mizuki mengalihkan pembicaraan
”Hhh Mizu... Setelah 17 tahun selalu mengingatmu. Rasanya mustahil aku akan melupakanmu” Mata biru itu tersenyum. Tangan yang menggenggamnya terasa semakin hangat

***

Tokyo

            ”SELAMAT TAHUN BARU!!! SELAMAT TAHUN BARU!!!” Teriakan tersebut sahat-menyahut disekitar mereka. Gegap gempita disekitarnya membuat Masumi mempererat rangkulan tangannya di pinggang Maya
            ”Selamat tahun baru sayang” Masumi mengecup kening isterinya
            ”Semoga kita selalu bahagia” Tambah Maya, bergelayut ke leher Masumi
            ”Tentu saja. Aku mencintaimu!!” Teriaknya diantara suara kembang api
            ”Dan aku saaaaangat mencintaimu!!!” Maya balas teriak. Keduanya berjalan bergandengan menuju kuil.

            ”Jadi, kapan kita berangkat? Kau tidak akan menundanya lagi kan?” Maya bergelayut di lengan kokoh suaminya
            ”Secepatnya sayang. Setidaknya tunggu Mizuki kembali..... Kenapa kau begitu tidak sabaran hah?” dicubitnya hidung mungil isterinya sambil tertawa
            ”Aduh!!” Maya mengusap ujung hidungnya ”Habisnya. Kau selalu saja mementingkan pekerjaanmu. Kapan kau akan mendahulukan aku?” Maya mencebik manja
            ”Isteri mungil cantikku. Sama sekali tidak begitu kok. Bagiku, kau selalu nomor satu. Selamanya. Masa kau tidak percaya? Tidak mungkin aku lebih mencintai pekerjaan lebih dari pada kau kan?”
            ”Uuuhhh. Pintar merayu kau sekarang ya!” Maya memalingkan wajah
            ”Tentu saja. Aku kan sudah punya kau untuk kurayu. Dan aku sangat cepat belajar. Masa iya aku tidak jadi pandai.....” keduanya tertawa

            ”Eh, itu kan?” Maya menunjuk ke satu arah ”Apa kau memberinya pekerjaan? Di malam seperti ini?”Maya melotot
            ”Tidak” Sanggah Masumi. Dia sendiri tak mengerti kenapa anak buahnya ada di tempat itu
            ”Lalu kenapa Hijiri ada di sini?” desak Maya
            ”Ugh, Maya. Aku tidak menguasainya sejauh itu. Aku tidak mungkin melarang Hijiri berada di tempat yang diinginkannya, kan?”
            ”Bukan itu maksudku. Aku justeru khawatir kau masih menyuruhnya kerja di malam tahun baru”
            ”Oh. Tentu saja tidak.” Masumi tersenyum simpul. Meski dalam hati mengakui. Tahun-tahun yang lalu sebelum dia menikah, waktu bukanlah halangan baginya untuk memperkerjakan orang kepercayaannya tersebut. Hari kerja atau hari raya, tidak ada bedanya. Pagi ataupun tengah malam, Hijiri akan selalu siap untuknya.

Tak pernah ada sanggahan apalagi keluhan. Lelaki itu telah mengabdikan seluruh hidupnya untuk keluarga Hayami. Saat ini, untuknya pribadi.
Seperti yang pernah dikatakannya, dia hidup karena keluarga Hayami.
Kalau dipikir-pikir, sedikit sekali yang dia ketahui tentang kehidupan pribadi Hijiri. Walaupun dia sendiri tidak sangat ingin tahu. Tapi kadang, dia ingin tahu juga.

            ”Huuff”
            ”Kenapa? Menghela nafas begitu?”
            ”Tidak. Hanya sedang memikirkan Hijiri”
            ”Oya? Orang yang sangat baik bukan?”
            ”Tentu saja. Baik, selalu siap untukku, dan bisa diandalkan. Tapi sepertinya aku tidak pernah membantunya?” kening Masumi bertaut
            ”Dia pasti merasa senang melakukan itu. Kalau tidak, tidak mungkin dia selalu ada untukmu” Hibur Maya, merasakan kegalauan suaminya. Masumi tersenyum, seraya mengusap kepala isterinya

            ”Sebenarnya. Aku sempat merasa, kalau Kaori menyukai Hijiri. Kau merasakannya tidak?” Maya mendongak menatap Masumi
            ”Oya? Sama sekali tidak. Apa benar begitu?” Masumi meragu
            ”Ya. Tapi Koji menyukai Kaori. Dan Kaori tahu itu. Menurutmu?”
            ”Ung. Aku yakin kau akan senang sekali kalau sampai Koji menemukan pasanagn bukan?” Ujar Masumi masam
            ”Masumi! Hentikan itu!” Dicubitnya pinggan Masumi kuat-kuat ”Aku tidak suka kata-katamu!”
            ”Uuh” Masumi meringis ”Maaf sayang. Sulit seklai menghilangkan kebiasaan lamaku itu” Masumi mengusap pinggangnya ”Maaf ya....”
            ”Awas saja kalau kau bagitu lagi. Setidaknya jangan pada Koji lagi. Basi tahu! Cerita itu sudah sangat kadaluwarsa!” Maya masih mencak-mencak
            ”Iya iya... Maaf...” Dalam hati, pria itu sama sekali tidak berjanji untuk berhenti mencemburui Koji. Karena dia yakin bahwa pemuda itu masih menyukai isterinya
            ”Sampai mana cerita Kaori tadi? Menurutmu dia benar menyukai Hijiri?” Masumi memcoba memperlihatkan antusiasmenya
            ”Iya... Masa kau tidak merasa?” Dengan cepat Maya melupakan kedongkolannya barusan
            ”Ng. Maaf. Aku tidak tahu”Ujar Masumi penuh sesal
            ”Huuh. Aku lupa kalau kau sangat bodoh tentang hal satu itu” Maya merengut
            ”Apa maksudmu, mengataiku seperti itu?”
            ”Kau. Bodoh!”
            ”Maya? Berani benar kau bicara begitu?” Masumi menggamit pinggang Maya semakin erat
            ”Aduh. Lepaskan aku!” Maya meronta. Membuat oreng di sekeliling mereka menoleh
            ”Awas kau nanti” Ancam Masumi melonggarkan pelukannya. Maya terkikik geli
            ”Aku tunggu pembalasanmu tuan Hayami.... tapi aku tidak akan menarik perkataanku. Kau memang bodoh dalam hal membaca perasaan cinta. Akui saja. Kalau tidak, kau tentu tahu bahwa aku mencintaimu sejak lama? Tidak perlu ada acara berperan jadi Akoya segala. Ugh. Benar-benar merepotkan!” Maya bersungut kesal.
            ”Oh  oh  oh. Rupanya kau masih kesal ya. Tenang saja. Kebodohanku itu. Akan kubayar dengan menjadi budakmu seumur hidup. Apa itu cukup?” Masumi mengerling
            ”Mmm. Akan aku pertimbangkan” Maya mengangguk-angguk, berlagak berpikir. Membuat Masumi gemas dan menarik isterinya ke tepi jalan setapak dan menciumnya, sebelum wanita mungil itu sempat protes.

***     

Di bagian lain taman, Hijiri tampak mengawasi sekelompok  orang  yang tengah asyik merayakan pergantian tahun. Tangannya mengepal dan membuka dalam saku. Matanya  yang menatap kerumunan tampak  ragu-ragu.

Setelah menimbang  beberapa saat, dan melihat seseorang memisahkan diri dari kerumunan tersebut, akhirnya lelaki itu berjalan menghampiri.

Dengan cepat, tangannya menggamit lengan seseorang dan menariknya menjauh.
”Hei! Apa-apaan....!” Teriak gadis itu, menepiskan lengannya
”Sssttt.....” Bisiknya setengah menyeret tubuh tinggi kurus itu
”Hijiri?”
”Hai....Rei    ” Hijiri menyunggingkan senyuman yang mampu meluluhkan hati siapapun yang melihatnya

”Apa-apaan tadi itu? Apa kau sedang mencoba menculikku?” Matanya menyipit, berusaha terlihat marah
”Ha ha ha. Mungkin juga..... ” Dengan masih menggandeng lengan Rei, Hijiri berjalan ke tepi sungai. Di angkasa, kembang api masih berlomba memeriahkan malam.

”Apa kabar? Tidak sedang bertugas malam ini? Senangnya bertemu kau saat sedang tertawa” Rei menatap Hijiri yang tengah menatap langit
”Aku? Baik. Sepertinya kau sendiri selalu baik ya....” Hijiri menoleh ke arah Rei yang sekepala lebih pendek  darinya
”Yaah. Kau tahulah. Beginilah aku.....” Rei tertawa lebar. Membentangkan tangan.
>Begitulah kau. Seperti matahari siang yang selalu terang< Hijiri tersenyum, menambahkan dalam hati

”Selamat tahun baru.... Semoga semakin sukses tahun ini....” Hijiri menyarungkan tangan ke saku mantel
”Kau juga. Semoga tetap hidup tahun ini” Rei nyengir
”Kau!” Di sikutnya gadis itu ” Terima kasih.”

”Mmm. Mau duduk?” Tawar Hijiri. Entah kenapa tiba-tiba merasa gugup, dan jantungnya berdetak dua kali lebih cepat dari biasa
”ya? Dimana?” Rei mengangkat bahu
”Bagaimana kalau” Hijiri melepas mantelnya ”Disini?” kemudian menghamparkannya di rumput
”Boleh ” Rei duduk di tempat yang disediakan Hijiri untuknya, Hijiri duduk di sampingnya

”Bagaimana pekerjaanmu? Kalau kau mau bercerita...”
”Ng. Tidak ada yang baru.... Masih begitu saja....” Jawaban yang cukup untuk Rei mengetahui bahwa Hijiri masih enggan berbagi tentang itu
”Baguslah...Kau tahu? Kami akan mementaskan Drama Cinderella musim semi nanti?”
”Oya? Cinderella?” Hijiri berlagak heran, meski dia sudah tahu tentang itu
”Mmm. Versi komedi....” Sambung Rei sambil tertawa
”Aaahh. Sudah kuduga. Tak mungkin yang biasa-biasa saja kan?”
”Hm. Begitulah.”
”Dan kau? Berperan sebagai?”
”Seperti biasa....”
”Pangeran!” Keduanya tertawa lepas
”Lama-lama, aku benar-benar terbiasa pada peran itu. Bisa-bisa aku lupa bagaimana caranya bertingkah seperti perempuan” Gerutu Rei disambut tawa Hijiri

”Teman-temanmu memang kelewatan. Bisa-bisanya mereka menjualmu  begitu....”
”Menjualku?” Rei melotot, menyodok rusuk Hijiri
”Aduh... memang kan? Mereka menjadikanmu daya tarik untuk para gadis. Apa kau mau menyangkal itu...”
”Yaah... memang. Tapi kan, drama kami memang bagus...”
”Tentu saja. Bukan maksudku mengatakan drama kalian tidak bagus. Maksudku,” Hijiri sibuk meralat ”Maksudku, penampilanmu sebagai pria semakin menunjang penampilan kalian yang memang sudah bagus... Gadis mana yang tidak suka padamu coba” Hijiiri menghembuskan nafas
”Yah. Itu memang bagus untuk pentas kami. Tapi untukku..... Masa iya aku harus dikejar-kejar gadis selamanya..”
”Setidaknya itu bagus juga untukku” Rei mengernyit tak mengerti ” Aku tidak perlu merasakan cemburu karena kau dekat dengan pria lain” Bisik Hijiri nyaris tak terdengar
”Hah? Kau apa?” Rei menajamkan telinga
”Tidak...” Hijiri memalingkan wajahnya yang terasa panas ditengah udara musim dingin
”Ayo kita cari makan” Hijiri bangkit sambil menarik tangan Rei
”Ng. Aku telepon temanku dulu” Hijiri mengangguk, kemudian merapikan dan mengenakan mantelnya kembali yang terasa lembab.
Sambil manarik nafas panjang berulang kali, diliriknya gadis yang  berdandan menyerupai pria tersebut. Pria itu menikmati campur baur  perasaan gugup dan bahagia yang baru lagi dirasakannya. Diam-diam dia tersenyum sendiri. Tanpa menyadari seseorang memandanginya dengan sedih.

***

            ”Kaori, kau kenapa?” Sentuhan Koji di bahunya mengembalikan kesadarannya
            ”Oh. Tidak” Kaori menggeleng resah ”Kau sudah selesai? Sepertinya aku ingin pulang sekarang” Dijaganya suaranya sewajar mungkin
            ”Pulang?” Koji melirik pergelangan tangannya
            ”Kau masih boleh tinggal kok. Aku bisa pulang sendiri” Kaori menahan diri untuk tidak segera berlari meninggalkan pemuda tampan didepannya
            ”Ada apa? Dan aku tidak ingin mendengar jawaban tidak apa-apa...” Koji berkata tegas ”Ayo kita pulang...” Disambarnya tangan Kaori. Dan tetap ditahannya saat gadis itu berusaha menariknya kembali
            ’Koji... jangan begitu...” Kaori bertkata lirih ”Tidak usah sebaik ini padaku. Aku selalu saja  menyakitimu. Dan aku tiak bisa menghentikan itu”Koji berjalan dalam diam. Disodorkannya helm begitu mereka tiba di samping motor Koji

            ”Koji....”
            ”Naiklah. Aku antar kau pulang”
Dengan patuh, Kaori menurut, tidak ingin lebih menyakiti hati pria yang sangat mencintainya itu.
            >Seandainya saja aku bisa mencintaimu< Kaori menyandarkan kepalanya di punggung Koji. Membayangkan wajah Hijiri yang tertawa, tawa lepas yang tidak pernah dia lihat saat sedang bersamanya.
Padahal pria itu sudah menyatakan dengan tegas perasaannya. Dia sudah ditolak, dan dia sudah berjanji untuk melupakannya dan membuka hatinya untuk Koji. Tapi rasanya sangat berat melupakan pria itu.
>Dan dia bersama Rei? Sejak kapan mereka bersama? Apakah sudah lama? Apa sebelum aku mengenal Hijiri?
Yah. Itu mungkin saja. Bukankah Hijiri sudah lama menjaga Maya? Sementara Maya hampir selalu bersama Rei. Bukan tidak mungkin kalau Hijiri jadi menyukai gadis itu...
Hanya saja, kenapa dia tidak pernah mengatakan kalau dia sudah menyukai seseorang? Kalau memang begitu, mungkin sejak awal aku tidak akan menyukainya sedalam ini....
Kenapa dia tidak pernah mengatakan tentang Rei sebelumnya.....<

            ”Masih ingin pergi ke suatu tempat?” Pertanyaan Koji membuyarkan banyak tanya dalam hati Kaori
            ”Eh? Oh, sudah sampai.... ”  Kaori turun dan melepas helmnya ”Eh?”
            ”Aku antar sampai kedalam”
            ”Tidak perlu, aku....” Tapi pemuda itu sudah berjalan mendahuluinya ”Koji!”
            ”Dua alasan kenapa aku harus tinggal” Katanya tanpa menoleh, ”Satu, keadaanmu tidak terlalu baik untuk kutinggal sendirian. Dua, kau masih berhutang jawaban jujur yang mau tidak mau harus kau berikan. Dan aku tidak bersedia di tolak untuk yang satu ini. Paling tidak, itulah yang masih mungkin aku minta darimu”
Kaori menghela nafas, diikutinya Koji yang berjalan menuju lift, apartemennya ada di lantai 5 gedung ini.

Keduanya masih membisu saat Kaori membuka  pintu apartemennya. Dan tahu, sekali lagi dia tidak akan bisa mengusir Koji pergi, meski dia sangat ingin sendiri

            ”Duduklah” Kaori  melepas jaket kemudian menghempaskan tubuhnya ke sofa. Koji duduk di kursi di hadapannya
            ”Mau minum apa?” Koji menggeleng
            ”Tidak haus”
            ”Tidak lapar juga?” Teringat bahwa mereka tadi belum sempat makan
            ”Melihatmu begini mana mungkin aku merasa lapar”
            ”Begini bagaimana?” Kaori coba mengelak. Koji tersenyum tipis

            ”Aku tidak ingin selalu merepotkanmu Koji. Rasanya sangat tidak adil untukmu. Tidak benar”
            ”Apanya yang tidak benar? Tidak benar kalau aku meninggalkanmu disaat kau sedang membutuhkan teman untuk berbagi”Kaori menatap Koji lurus-lurus. Sekali lagi berfikir, betapa menyenangkannya bila dia jatuh cinta pada pria ini saja
            ”kau tidak harus melakukan itu. Menyiksa dirimu seperti ini”
            ”Ha ha ha .... Aku sama sekali tidak berencana menyiksa diri sendiri. Aku menempatkan diri pada posisi ini,  dengan senang hati. Jangan khawatir. Manfaatkan saja aku. Mumpung aku masih bersedia menjadi temanmu” Selorohnya tulus. Kaori malah cemberut mendengarnya

            ”jadi? Sebagai teman. Aku masih boleh tahu masalahmu?” Koji menyandarkan punggungnya danbertopang kaki
            ”Baik, kalau maumu begitu...” Kaori merebahkan tubuhnya, ”Sebagai teman, temani saja aku malam ini” Matanya memandang langit-langit ruang tamu apartemen minimalisnya.

            ”Sebaiknya kau tahu, aku ini gadis yang tak tahu malu. Sudah ditolak, tapi masih saja mengharapkan dia menyukai aku” Kaori tertawa hambar ”Malah masih berani mencemburuinya. Masih berharap dia peduli pada sakit hatiku. Bahkan mengharapkan penjelasan yang tidak perlu darinya. Bodohnya......” Koji mendengarkan penuturan Kaori dengan diam. Senyum pahit tersungging di bibirnya
            ”Kapanpun kau ingin pergi, pergilah. Tak perlu memaksakan diri” Katanya tanpa memandang Koji
            ”Aku akan pergi saat aku ingin Kaori. Tenang saja. Kau boleh mengatakan apapun yang kau inginkan. Melakukan apapun yang kau mau. Kau bahkan boleh menganggap aku tidak ada”Kaori menoleh. Dan mendapati Koji memandangnya penuh sayang.

            ”Terima kasih. Untuk semua yang telah dan pasti akan kau lakukan dengan tulus untukku. Dan maaf. Untuk segala yang telah dan pasti akan tetap kulakukan dengan sadar padamu” Kaori bangkit dan mendekati Koji, lalu tiba-tiba menjatuhkan diri di pelukan  pria itu.

***     


Duisburg
           
            ”Ini hadiah ulang tahunmu untuknya?” Mizuki menatap Ferrari kuning muda mungil di hadapannya
            ”Yes. Kenapa? Tidak bagus?” Felix masuk dan memeriksa ke dalam mobil canggih tersebut
            ”Tidak bagus? Yang benar saja” Mizuki memutar bola matanya ”Kau sangat memanjakannya ya!”
            ”Yah. Apa boleh buat. Dia adikku satu-satunya” Felix keluar dari mobil ”Kau mau yang seperti ini?”
            ”Hah?”
            ”Ng. Tidak tidak. Kalau untukmu, aku akan memilih itu” Jarinya menunjuk sedan silver di sudut show room ”Lebih berkelas. Lebih cocok untukmu” Felix tersenyum puas atas pilihannya

            ”Kau mau tidak? Tidak perlu menunggu ulang tahunmu kan, kalau aku ingin memberi sesuatu?” Tanyanya lagi melihat Mizuki bergeming
            ”Huh. Apa kau sedang berusaha menyogok aku?” Cibir Mizuki
            ”Menyogok? Memangnya aku mau kau melakukan apa untukku? Selain memintamu menikah denganku, aku tidak mau apa-apa. Dan kalau dengan memberikanmu hadiah aku berharap kau mau menikahiku? Bukankah itu namanya merendahkanmu?”
            ”Memang. Tepat itulah yang kumaksud!” Mizuki menjawab sewot
            ”Tapi aku sama sekali tidak bermaksud begitu. Dan kau tahu betul itu!” Nada suaranya tak kalah tinggi
            ”Nona Saeko Mizuki! Jangan sekali-kali kau berpikir aku berpikir seperti itu tentangmu” Telunjuk panjangnya menuding kening Mizuki ”Sama sekali tidak!” Felix mengeluarkan nada tak terbantahkan khasnya
            ”Kau. Wanitaku yang sangat baik” Jarinya turun menelusuri pipi Mizuki dan berhenti di dagu lancipnya. ”Sedikitpun, aku tidak pernah berpikir bahwa hartaku akan mempengaruhi cintamu padaku” Katanya lembut ”Tidak pernah kuragukan itu. Jadi sebaiknya, kau juga tidak meragukan aku. Deal?” Mizuki mengangguk
            ”Oke. Sorry” Tatap Mizuki penuh sesal

            ”Oke. Kalau begitu, ayo pergi!. Sebelum dia marah-marah karena aku terlambat datang ke pesta ulang tahunnya”Nadanya penuh keceriaan ”Dan Mizuki, tolong kemudikan mobil Ursula sampai tempat pesta. Mau kan?” Mizuki mengangguk , menyambut kunci yang dilemparkan padanya dan masuk ke mobil kuning tersebut.

Terdengar deru halus mesin saat mobil mulai dinyalakan. Dia mengangguk lagi saat Felix memberi isyarat untuk mengikutinya.

Pesta ulang tahun Ursula diadakan di sebuah pub mewah, yang hanya orang tertentu saja yang mungkin hadir disana. Setiap tahun, seperti perkataan Felix, pesta itu akan berlanjut ke pesta tahun baru.
Dan Felix, satu kalipun tak pernah absen menghadirinya. Seperti dia tidak pernah absen menjadi orang yang pertama kali mengucapkan selamat ulang tahun pada adiknya itu

Saat Audi Felix sudah masuk ke kawasan hotel dimana  pub yang dimaksud berada, Mizuki masih memikirkan  Ursula. Betapa tidak enak hatinya dia, karena kemungkinan gadis pirang itu menganggapnya telah menghabiskan malam dengan Felix. Walaupun itu sama sekali tidak salah.

            ”Apa yang kau tunggu?” Mizuki masih membeku saat Felix membukakan pintu mobil untuknya
            ”Tidak ada. Hanya menuggumu membukakan pintuku” Mizuki melangkahkan kakinya keluar, meletakkan kunci ke tangan Felix yang langsung menggandeng tangannya.

            ”Sebaiknya aku tidak begadang malam ini. Aku ingin pulang dalam keadaan sehat besok”
            ”Tidak perlu mengingatkanku tentang besok. Bila perlu besok tidak usah datang”Katanya ketus, lalu mengangkat tangan ”Aku tahu kau akan berkomentar apa. Jadi diam sajalah” Mizuki menutup mulutnya yang setengah terbuka. Lalu menggeleng


            ”Felix!” Langkah pertama mereka di pintu disambut lambaian Ursula. Tampak Celia juga disana, dan beberapa orang yang pernah Mizuki temui di pesta natal yang lalu
            ”Sayang... Selamat ulang tahun...” Dipeluknya Ursula yang malam itu tampak secantik bidadari.
            ”Terima kasih....” Direktur cantik yang selalu berwibawa itu menjawab manja. Mizuki selalu melihat, betapa berbedanya Ursula yang bekerja bersamanya dengan gadis cantik ini

            ”Selamat ya...” Mizuki menyalami Ursula yang masih bermanja pada Felix
            ”Mizuki, terima kasih sudah datang” Mata biru danaunya menatap wanita disamping kakaknya penuh tanya

            ”Kadonya?” Ursula  menadahkan tangan pada Felix
            ”Dasar anak manja.... ” Felix merogoh sakunya ”Aku lupa. Sorry..” Felix mengangkat bahu. Kontan wajah cantik itu berubah masam. Dan pandangannya beralih ke arah Mizuki yang merasa jengah karenanya

            ”Maksudku”Felix bicara lambat-lambat.” Aku lupa membungkusnya....” Felix mengayun kunci di depan wajah adiknya

            ”Ohhh. Apa itu.... yang aku mau?...” Dengan cepat disambarnya kunci tersebut dan memeluk kakaknya
            ”Terima kasih...” gadis itu berlari keluar. Beberapa orang tampak mengikuti

            ”Dasar...” Felix menggeleng
            ”Ng. Aku baru melihat Ursula yang seperti ini...”
            ”Oya?” Felix menoleh. ”Memang  kalau di kantor dia bagaimana? Karena aku hanya tahu dia yang seperti itu.” Felix meraih tangan Mizuki dan menariknya ke kursi di sudut.
Mizuki menoleh karena merasa seseorang memperhatikannya. Pria setengah baya tersenyum mengacungkan gelas anggurnya.
Untung saja hal itu lolos dari perhatian Felix. Jika tidak, Mizuki hafal betul pembawaan kekasihnya yang pencemburu berat tersebut


            ”Karena kami hampir selalu ditinggal berdua. Kami sangat dekat.”Terang Felix melihat tanya di mata Mizuki
            ”Aku bisa melihatnya.” Katanya maklum, lalu tertawa sendiri

            ”Ada yang lucu?” Felix menatap tak mengerti
            ”Aku.”
            ”Kau? Kenapa?”
            ”Aku pernah merasa cemburu pada adikmu. Bodoh ya?” Katanya masih menyisakan senyum.
            ”Ahhh.... memang bodoh” keduanya tertawa

            Mengingat kepulanagn kekasihnya esok. Malam itu, Felix tak ingin melepaskan Mizuki sama sekali. Meski mau tidak mau, dia harus berbasa-basi dengan teman-teman yang sudah lama tidak di temuinya. Dia juga harus membagi perhatian pada nona pesta jika tidak mau adiknya itu marah lagi karena  merasa diabaikan

            ”Mizuki, boleh aku pinjam kakakku sebentar?” Ursula menghampiri meja mereka
            ”Apa lagi kali ini?” Tanya Felix tidak sabar
            ”Sorry. Ada orang yang harus kau temui. Urusan perusahaan”
            ”No! Aku tidak sedang bekerja dik” Felix mengangkat dua tangannya
            ”Felix, please? Ini penting sekali. Dia sudah sejak lama ingin bertemu denganmu. Tapi kau tidak pernah mau. Mumpung dia ada disini. Mau ya?” Ursula hampir merengek
            ”Bicara pekerjaan? Di malam seperti ini? Ukh...Yang benar saja!” Felix menggerutu kesal karena malam terakhirnya dengan Mizuki harus  terinterupsi urusan yang jauh dari penting sama sekali

            ”Mizu?” Ursula menatap Mizuki penuh harap
            ”Sudahlah Fe. Pergi sana. Atau kau mau mendengarkan rengekannya semalaman?” Mizuki  mengedipkan sebelah matanya pada Ursula

            ”Kalian. Uugh...” Felix memutar bola matanya ”Benar-benar deh...” Akhirnya pria itu mengalah. Dan menurut saja waktu Ursula menyeretnya.

            ”Terima kasih banyak Mizuki. Biar kusuruh temanku menemanimu ya? Tidak akan lama kok” Mereka berjalan menjauhi Mizuki. Terlihat Ursula memanggil teman wanitanya dan menunjuk ke arah meja Mizuki


***


            Felix terbangunkan oleh hembusan nafas hangat di sampingnya. Matanya terbuka dan terbelalak demi melihat wajah di hadapannya.
            ”Tidak mungkin....” Bisik Felix lirih. Dia tidak menemukan mata dan rambut hitam yang ada dalam mimpinya semalam.
Pirang. Rambut itu berwarna pirang terang, terurai menutupi permukaan bantal. Wajah cantik yang tidur tenang itu menakutkannya. Dia bahkan menggigil, sementara udara di kamar itu hangat.
            ”Tidak mungkin....” Ulangnya lebih pelan. Tergesa-gesa pria itu bangkit. Merasakan sesuatu menohok uluhatinya dengan telak saat sadar tubuhnya yang terhalang selimut polos tanpa pakaian.
Dipungutnya pakaiannya yang terserak di lantai, dadanya naik turun. Dia luar biasa gusar. Sambil mengenakan pakaian, nafasnya memburu menahan ledakan dari dalam tubuhnya. Tapi dia tak tahan. Tak tahan lagi.

            ”Ukh....” Felix duduk di tepi tempat tidur, menutup wajahnya dengan dua tangan. Kedua sikunya menopang di lututnya yang terasa goyah tak bertenaga. Dia terisak, tertahan.
            ”Bodoh! Dasar bajingan!” Felix meremas dada kirinya yang terasa sakit. Sesuatu di dalamnya berdenyut cepat dan berat. Dentamnya menyakiti dadanya. Semakin berdenyut nyeri saat melihat wajah cantik  yang masih tertidur itu.

***

31 comments:

chuubyy on 13 January 2012 at 23:22 said...

heeee???? apakah itu ursulaa mom?? oh mai got... benciii benciii..... trus bagaimana nasib mizuu... huwaaaaaaa.... ga mw lw mizuuuu sedihhh... helpp.....

Mia Hayami said...

fe demam 42,5 ? emang manusia bisa bertahan dgn demam setinggi itu yak, 40 aja sdh panas banget

mommia kitajima on 13 January 2012 at 23:41 said...

hadeh
haruhhh
haissss
*geplak Fe*
kok bisa seh lengah sampe kejebak sayangkuhhh...!!!!
maw di tarok dimana tuh muka kl ktemu sm Mizu...!!!

mom riem
jangan lama2 yah apdetnya
ini bener2 bikin napasku berhenti sesaat T.T *sob sob*

Resi said...

waduh siap yang tidur bareng felix ?
makin penasaraaan....

Anonymous said...

HAH!!! ː̗̀(☉,☉)ː̖́ ! ! ! Sapa itu? Ursula ato Celia??
Waah.... Bener2 nih Ursula.. Jahat banget. Udah kuduga dr awal...cantik2 berhati Ular... Huff...

MomRiema.. ​Мλкλζ‍‍iн! Apdetannya, udah lama banget ditungguin.. Tp ЌºQ gini?? :'(:'(:'(.‧ùú♓üā:'(нüāªªª.::♒ ​:'(:'(:'(

Itu sebenarnya ga terjadi apa2 kan? Cuma akal2annya Ursula kan?? ​ (-̩̩̩-͡ ̗̊--̩̩̩͡ )Ɨƚʊ̈̇ђυ͡_Ɨƚʊ̈̇ђυ͡(-̩̩̩-͡ ̗--̩̩̩͡ )

Dwi Asih Aw

aan on 14 January 2012 at 12:07 said...

panasssshhh,,,:P
*berasa bgt panasnya sm ma mizu n fe*

hee,,

hadoohhh,,mom riema,,,ituwh part terakhirnyah,,kenapah begituuwwhhhh,,,
ga relaaaa,,,huhuhu

aan on 14 January 2012 at 12:08 said...

panasssshhh,,,:P
*berasa bgt panasnya sm ma mizu n fe*

hee,,

hadoohhh,,mom riema,,,ituwh part terakhirnyah,,kenapah begituuwwhhhh,,,
ga relaaaa,,,huhuhu

Puji Aditya on 14 January 2012 at 12:23 said...

lah... yang ditunggu2 kenapa jadi begini.... kenapa itu si Fe... jangan lama2 ya Mom Riema.. yang hepi2 juga yah... ^^

Fagustina on 14 January 2012 at 12:35 said...

badai menerpa jg disini XD

Anonymous said...

feeee,,,,,,kmu bobo sama siapa???? Koq ursula jahat siii,,,,!!!!??? Jgn2 ursula suka sama felix,,!!?? Jangan lama2 updatenya y sista,,,, :(
Mutia na rival

Anonymous said...

haaaa?? thu si celia ya?? pasti udah ada konspirasi nih antara ursula ama celia. huhuhu kasian si felix ama mizuki.
hope nothing happen...

-bella-

Anonymous said...

URSULAAAAA.....pasti kamu kan...!!!!

jangan lama2 apdetnya Mom Riema...pleaseeee....>,<

-Sari-

Anonymous said...

yg ngejebak mungkin si celia...yg cemburu sama Mizuki dan suka melihat diam2 pasangan Fe-Mizu kan dia...

purple on 16 January 2012 at 10:25 said...

heeee,,,,pasti kerjaan celia nih.
huaaaaaaa kenApa jadi begini nih
'GA TERIMA GUE' hosh...hosh...hosh*kecapean teriak

Anonymous said...

au au au...dont like
huu...mom rie...lanjt pleaseeeeee

pasti kerjaan ursula..

-nida-

lisa on 12 March 2012 at 14:45 said...

yang ini belum ada lanjutannya ya mom ?

Anonymous said...

Lanjuttt sisss...ditgu..^^

Anonymous said...

mom riema dilanjutkan dun,
suka sama flow tulisannya,

ditunggu :)

lisa on 14 August 2012 at 11:06 said...

mom please di lanjut ya , penasaran banget ending nya gmn , please ya @_@
tq :)

Unknown on 25 August 2012 at 21:44 said...

duuu... gimana lanjutannya jd penasaran, senang de hijiri suka sama rei, tp kasian sama mizuki klo tau fe sm cewek lain, kira2 siapa tu cewe? cepat lanjukan jgn lama2...

lisa on 2 November 2012 at 10:39 said...

masih menunggu updatean yg ini , kepengen tau sebenarnya felix dengan siapa ? bagaimana nasibnya mizuki ? :(

toephiz on 4 February 2013 at 08:24 said...

salam kenal sis..
critanya seru bgt..(ngikutin dri seri yg sebelumnya)..
btw di tunggu lanjutannya ya sis..

Unknown on 3 July 2013 at 12:39 said...

Sista... Udah 1 tahun belum ada lanjutannya... Penasaran bgt nih.. Bikin lanjutannya dong sis.. Hiks.. :'( Padahal ceritanya bagus bgt.. Berharap mizuki & Fe bisa happy ending kaya MM.. Update dong sis,, pleaseeeeeeeee

Unknown on 3 July 2013 at 12:48 said...

Sista.. Udah 1 tahun lanjutannya blm ada.. Update dong sis lanjutannya.. Penasaran sama kisah mizuki dan Fe. Berharap mreka bs happy ending sperti MM.. Pleaseeeeee lanjutannya.. Hiks.. :'(

psyeni on 14 November 2013 at 12:48 said...

mom riema...ini ,mizuki kok dibiarkan terkatung2 nasibnya nih dilanjut dunk ceritanya

Unknown on 30 April 2015 at 23:09 said...

Sayang.. Hampir 2 tahun belum dilanjut juga...

Anonymous said...

ini ada ko lanjutannya, cuma blm msuk list. kalo thick nama author keluar crt lanjutannya

Anonymous said...

ini ada ko lanjutannya, cuma blm msuk list. kalo thick nama author keluar crt lanjutannya

Anonymous said...

ini ada ko lanjutannya, cuma blm msuk list. kalo thick nama author keluar crt lanjutannya

Anonymous said...

ini ada ko lanjutannya, cuma blm msuk list. kalo thick nama author keluar crt lanjutannya

Anonymous said...

iseng-iseng... baca ulang lg d taun 2017

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting