Tuesday 2 December 2014

FFTK : I 4 U

Posted by Ty SakuMoto at 23:00
An: Cerita ini pindahan dari gwp. Buat yang nggak bisa buka gwp mudah-mudahan bisa baca di sini ya...


I 4 U



Masumi mengamati foto-foto di tangannya. Tinjunya terkepal keras dan mimiknya tampak menyeramkan. Ia menghempaskan napasnya keras dan beranjak dari kursi, keluar dari kantornya dan meminta Mizuki membatalkan rencana makan malamnya bersama klien malam ini.
Masumi segera berkendara pulang.
Ia dan Maya, sudah memasuki usia pernikahan 7 tahun. Keduanya sudah tinggal terpisah dari Eisuke. Namun, hingga menginjak kelima tahun ini, Maya belum kunjung hamil. Keduanya sudah beberapa kali mengadakan bulan madu. Masumi cuti dari pekerjaannya, dan Maya istirahat dari kegiatannya berakting. Namun, hingga kini keduanya belum dikaruniai seorang anak.
Mau, tidak mau, walaupun awalnya diabaikan, keadaan itu mengusik mereka juga. Teman-teman Maya, semuanya sudah memiliki putra dan putri, padahal Maya dan Masumi yang sudah menikah terlebih dahulu. Bahkan Ayumi juga sedang mengandung saat ini.
Dan terutama, desakan dari ayah angkatnya, Eisuke Hayami, yang tampak semakin membebani Maya. Pria tua itu bahkan sempat berceloteh mungkin nanti Masumi harus mengangkat anak seperti dirinya sebagai pewaris Daito.
Maya bukannya tidak pernah hamil. Di tahun kedua pernikahan mereka, Maya pernah mengandung, namun kandungannya tidak berkembang dan harus diangkat.
Dan beberapa bulan terakhir ini, Maya mulai bersikap aneh kepada Masumi. Ya, Masumi tahu itu. Tepatnya, sejak dua bulan yang lalu, Masumi sering memergoki istrinya menelepon seseorang diam-diam, dan segera memutusnya saat ada Masumi. Maya juga suka pergi ke tempat yang Masumi tidak tahu. Tidak ada jadwal, tetapi istrinya itu juga tak berada di rumah. Maya akan mengatakan dia pergi berjalan-jalan, tetapi Masumi tahu Maya berbohong. Aktingnya di belakang panggung tak sebaik saat dia berada di atas panggung.
“Mana Nyonya?” tanya Masumi.
“Nyonya sedang beristirahat di kamarnya,” terang pelayan.
Masumi masuk ke dalam kamar.
“Baiklah, nanti kuhubungi lagi,” pamit Maya cepat kepada siapa pun yang sedang bicara dengannya di telepon.
“Siapa?” interogasi suaminya.
“Ah, oh… itu penulis naskah, katanya ada sedikit perubahan, jadi aku akan agak terlambat menerima naskah,” ungkap Maya.
Masumi mengetatkan rahangnya.
“Kau sudah pulang? Bukankah malam ini kau ada acara…”
“Kenapa? Kau kecewa?” tukas Masumi tajam.
“Ti-tidak… ada apa? kenapa kau pulang cepat?”
“Kau mengharapkanku tidak pulang?”
Maya mengerutkan alisnya. “Masumi, kau kenapa? Aku kan bertanya, karena heran, tidak biasanya kau pulang cepat.”
“Kemana saja kau seharian ini?” Masumi melonggarkan dasinya, berusaha menenangkan diri agar tidak lepas kendali.
“Tadi ada… reading naskah bersama pemain lain.”
“Kau bilang naskahnya belum selesai kan?”
Maya salah tingkah, lantas menenangkan diri. “Ya… setelah reading naskah, ternyata ada yang hendak diperbaiki, jadi ya….” Maya berusaha terdengar meyakinkan.
Masumi mulai gusar. Tetapi pria itu bungkam. Dia tidak bisa menuduh istrinya selingkuh begitu saja. Walaupun Masumi mendapat kiriman beberapa foto Maya bersama seorang pria yang Masumi tidak kenal.
Hijiri mengungkapkan hasil penyelidikannya. Pertemuan itu tidak hanya sekali dua kali. Keduanya bertemu di beberapa tempat dan Maya sama sekali tak pernah mengatakan apa pun mengenai pria itu.
Hijiri mengatakan pria yang bersama Maya adalah seorang pegawai travel. Masahiro Akana, 33 tahun hanya pegawai yang tidak berkaitan dengan pekerjaan Maya sebagai aktris ataupun Masumi. Keduanya beberapa kali makan siang bersama, bahkan sempat makan malam sembunyi-sembunyi. Pria yang tampan.
Di foto itu Maya tampak riang dan hangat. Sementara, dua bulan ini Maya lebih sering bersikap dingin, terutama di kamar mereka.
“Ada apa?” tanya Maya, mengamati wajah suaminya yang mulai dihiasi kerut itu tampak tegang.
“Ada yang ingin kau katakan kepadaku?” Suara Masum terdengar tegang dan muram.
“Aku? Kau yang sedari tadi mengamatiku begitu lekat,” Maya mengguratkan senyum canggung di wajahnya yang semakin cantik memasuki usia 29 tahun itu.
Masumi menelan ludahnya. Bagaimana dia mengutarakannya? Apa dia bisa begitu saja menuduh Maya selingkuh? Dengan bukti-bukti foto itu? Tetapi… sebelumnya Masumi sudah menyakiti hati istrinya itu berkali-kali dengan sifatnya yang pencemburu buta.
Melihat suaminya tak kunjung bicara, Maya memutuskan buka suara lagi. “Masumi, untuk besok…”
“Besok?”
“Ya, besok…. Aku mau pergi, ada sesuatu, acara,” terang Maya, melipat bibirnya waswas. Agak mencurigakan untuk Masumi.
“Pergi…? Ke mana? Siang?”
“Sore, mungkin menginap 2-3 hari di luar kota.”
“Keluar kota!? Besok?? Apa semendesak itu?”
“Itu, Mina… Aku sudah cerita kan? Dia pindah ke Kyoto, jadi besok aku dan teman-teman teater mau ke rumah barunya, ya, tinggal 2-3 hari di sana. Karena mungkin nanti akan sulit bertemu Mina lagi, kami hendak menghabiskan waktu bersama.”
Alis Masumi berkerut. “Hanya untuk itu?” Masumi tak menyembunyikan rasa tidak sukanya. Apa Maya lupa, besok hari ulang tahunnya?
“Bukan hanya untuk itu… Aku dan teman-teman sudah lama tidak kumpul bersama. Sejak aku menikah denganmu, dan… mereka dengan kehidupan mereka sendiri, kami jarang bersama.”
Jadi Maya mulai menyalahkan pernikahan mereka.
“Karena Mina pindahan cukup jauh, kurasa ini mungkin terakhir kali kami akan menghabiskan waktu bersama, untuk waktu yang lama. Entah kapan kami berkumpul lagi.”
Masumi meraih kaos polo dan mengenakannya. “Apa tidak bisa kau menyusul lusa?”
“Aku tidak enak,” Maya menundukkan kepalanya. “Aku selalu jadi orang yang tak bisa datang setiap kali kami bertemu.”
Masumi melangkah mendekat. “Kalau aku tidak mengijinkan, bagaimana?” tanyanya datar.
Maya mendongak, menatap suaminya yang menjulang itu dan mengerutkan dahinya. “Tidak mengijinkan? Kenapa? Pokoknya aku mau pergi! Mina merupakan salah satu sahabatku.”
Masumi mencengkeram bahu Maya. Matanya menatap tajam. Tatapan istrinya juga tidak mau kalah. Wanita itu bersikukuh hendak pergi.
“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
“Aku? Tidak,” Maya menggeleng tegas. Ia melepaskan tangan suaminya. “Sudah, ah, kau aneh! Aku akan siapkan makan malam dan segera tidur, mau istirahat. Aku lelah,” Maya melewati suaminya.
Masumi menahan tangan Maya. “Tunggu!”
Maya menoleh. “Ada apa lagi?” tanggapnya malas-malasan. “Kau belum lapar?”
Masumi mendekati Maya, memeluk istrinya yang sangat dia cintai. Mungkinkah Maya berselingkuh darinya? Dua bulan ini, Maya selalu menghindarinya. Bukan hanya itu, Masumi yakin Maya menyembunyikan sesuatu darinya.
Tetapi, berselingkuh dengan pegawai travel dalam foto itu? Maya sanggup melakukannya? Setelah semua hal yang mereka lewati agar bisa bersama? Setelah semua peristiwa dalam pernikahan mereka?
“Masumi… sakiit… lepaskan aku…” pinta Maya saat dekapan Masumi semakin erat. “Kau kenapa sih!? Aneh sekali…”
Masumi mengeratkan rahangnya. Tuduhan Maya berselingkuh adalah tuduhan berat. Dia harus mencari bukti lebih banyak. Bukti yang akan membuat Maya tak bisa menghindar lagi. Jika memang perseligkuhan itu benar terjadi.
Masumi lantas mengecup pipi istrinya, getir. Menuju telinganya, berlanjut ke lehernya. Ia bisa merasakan tubuh mungil istrinya menegang dalam dekapannya.
“Masumi, berhenti,” pinta Maya, terdengar tenggorokannya tercekat. “Sungguh… aku lelah sekali hari ini.”
Seperti lelaki jantan yang Maya kenal selama ini, Masumi berhenti. Dia tak pernah memaksakan kehendaknya kepada Maya jika masalah yang satu itu.
“Maaf, ya, Sayang.” Maya memasang raut tak enak hati, lalu beranjak dari kamar mereka.
Masumi memukul sandaran sofa dengan keras.
Besok dia akan menyelidiki semuanya. Jika keduanya memang macam-macam, Masumi tak akan memaafkannya!
=//=
Masumi mengamati gedung agen perjalanan di hadapannya. Ia lantas melangkah ke dalamnya. Seorang pegawai menyambut pria berparas dingin itu.
“Ada yang bisa kami bantu Tuan? Anda hendak merencanakan liburan?” tanya CS tersebut.
“Apa pegawai kalian ada yang bernama Masahiro Akana?” suara rendah Masumi terdengar datar, menahan emosinya yang menggelegak.
“Maksud Anda Supervisor Masahiro Akana? Benar, dia bekerja di sini.”
“Bisa aku bicara dengannya?” Raut dingin Masumi tidak berubah.
“Maaf Tuan, Supervisor Masahira Akana tidak masuk hari ini.”
“Tidak masuk? Kenapa dia tidak masuk?”
“Maaf Tuan, saya kurang tahu. Apakah ada hal yang penting?” Dengan waswas gadis bercepol itu mengamati Masumi.
“Ya! Jika tidak aku tidak akan mencarinya!” tegas Masumi.
“Sebaiknya Anda bicara dengan manajer kami, sebentar saya panggilkan.”
Tidak lama kemudian, seorang pria berkacamata menghampiri Masumi. “Ada yang bisa kami bantu, Tuan?”
“Aku ingin bertemu dengan Masahiro Akana.”
“Akana-san tidak masuk hari ini, dia mengajukan cuti untuk 3 hari.”
“Tiga hari?” Masumi terperangah. Maya akan pergi selama tiga hari… apakah mereka… Tidak! Tidak! Masumi berusaha keras menyangkal ide yang muncul di kepalanya bahwa keduanya pergi bersama. “Apa aku bisa tahu di mana tempat tinggal Akana?”
“Maaf Tuan, itu privacy. Kecuali ada motif hukum di belakangnya, kami tidak bisa begitu saja memberikan data pribadi pegawai kami.”
“Ini hal yang sangat penting dan mendesak! Aku harus mendapatkan alamat orang itu!” Masumi menggebrak meja dengan tinjunya.
Semua orang yang berada di sekeliling Masumi terperanjat dan memandang pria itu. termasuk pengunjung lainnya.
“Tu-tuan,” Manajer itu langsung panik. “Tolong tenangkan diri Anda, jangan membuat pelanggan kami ketakutan. Saya benar-benar tidak bisa sembarangan memberikan data diri pegawai kami kecuali ada alasan legal,” ujarnya gemetar.
Masumi mengetatkan rahangnya. Dia tidak bisa melakukan hal-hal yang bisa menghebohkan. Dia juga tidak mau membuat skandal. Pria itu memasang wajah geram dan beranjak dari sana.
Ponselnya berbunyi. Dia menghubungi Hijiri. Bagaimana pun caranya, dia harus mendapatkan informasi lebih banyak mengenai pria itu.
“Pak Masumi, Selamat tahun,” sambut Mizuki saat melihat pria itu baru datang. “Kenapa Anda baru datang sesiang ini?” wajah Mizuki berubah jahil. “Baru mendapatkan hadiah dari Nyonya?” tanyanya usil.
Masumi mengerutkan alisnya dan mendelik tajam. “Jangan bicara omong kosong!” tukasnya, kepada sekretarisnya yang masih konsisten dengan potongan rambut seperti batu bata.
Mizuki tertegun. Mengamati Masumi yang tampak gusar masuk ke dalam kantornya.
Pria itu tak menghiraukan beberapa ucapan dari relasinya untuk ulang tahunnya. Tadi pagi, Maya sudah pergi. Istrinya itu hanya menyimpan sebuah kartu di samping tempat tidurnya yang berisi ucapan selamat ulang tahun standar. Maya sudah pergi untuk fitting kostum film terbarunya.
Sepanjang hari pikiran Masumi tak juga beranjak dari masalah rumah tangganya. Bahkan saat rapat setengah dirinya tak berada di sana.
Kenapa Hijiri belum mengabari juga…? Batinnya kesal, saat Masumi pergi makan siang dengan beberapa direktur.
Akhirnya Hijiri menghubungi Masumi, saat sore tiba.
“Saya sudah ke sana, tetapi yang bersangkutan tidak ada di tempat. Saya berhasil mendapatkan keterangan, Masahiro Nakai akan menaiki sebuah kapal pesiar sore ini bersama beberapa temannya.”
“Lalu? Bagaimana dengan Maya? Apa keduanya—“
“Tuan… Nyonya Maya, adalah salah satu teman orang yang akan menaiki kapal pesiar itu.”
“APA!!? Kau jangan berdusta, Hijiri!! Maya tidak mengatakan apa pun kepadaku!”
“Maaf Tuan, itulah yang saya dapatkan dari daftar penumpang yang terdaftar.”
“Apa nama kapalnya??”
“Tokyo Voyager, akan berangkat dari teluk Tokyo pukul 6.”
Masumi menutup teleponnya dengan geram. Ia lalu berusaha menghubungi ponsel Maya. Tidak ada jawaban tidak peduli berapa kali Masumi menghubunginya. Masumi mengabaikan semua pekerjaannya dan segera pergi menuju teluk Tokyo.
=//=
“Maaf Tuan, tiket Tokyo Voyager sudah tidak tersedia. Bagaimana jika Tuan naik Astoria 2 saja? Berangkat malam ini juga, dan jauh lebih besar dan mewah—“
“Aku ingin Tokyo Voyager!! Bagaimana pun aku harus naik ke kapal itu!”
“Maaf Tuan, sudah tidak bisa…”
“Aku—!!”
“Presdir Masumi!!” Masumi hampir saja membuat kehebohan lainnya jika saat itu tidak ada orang yang menyerunya. Masumi menoleh ke arah suara. Didapatinya Produser Kaname menghampirinya.
“Produser Kaname,” sapa Masumi,heran melihat rekan dan anak buahnya itu di sana. “Sedang apa di sini?”
“Ah, saya hendak naik Tokyo Voyager. Katanya akan ada perjalanan dua hari dua malam yang menyenangkan.”
“Tokyo Voyager?”
“Ya. Saya bersama teman-teman saya, tetapi ternyata salah satu teman saya tidak jadi ikut. Maaf, saya terburu-buru, sebentar lagi kapalnya berangkat. Anda sendiri sedang apa di sini?”
“Kalau begitu, tiketnya untukku saja,” pinta Masumi. “Aku hendak naik ke sana tetapi tidak ada tiketnya.”
Kaname tertegun. “Ya… tidak masalah, tetapi aku tidak tahu kabin tidurnya seperti apa, karena teman saya yang mengatur.”
“Tidak masalah!” tandas Masumi.
Akhirnya Masumi mengikuti rekannya itu naik ke atas Tokyo Voyager.
Tokyo Voyager adalah sebuah kapal pesiar berukuran sedang yang berkapasitas 300 orang. Ada beberapa fasilitas di sana. Masumi cukup bingung ke mana dia harus mencari Maya. Ia segera memisahkan diri dari Kaname saat berada di Voyager dan pergi ke bagian kabin kru kapal yang mengurus penumpang.
“Bisa aku bertanya, di mana kabin Maya Hayami?”
Kru kapal itu mengamati Masumi dan mengenalinya. “Tuan Masumi Hayami! Anda mencari istri Anda?”
“Ya. Apa dia ada di sini?”
“Benar.”
Masumi menelan ludahnya. Jadi, Maya bukannya pergi ke Kyoto menemui Mina, dia naik kapal ini? Masumi benar-benar geram. Tiba-tiba hatinya gentar. Apa yang akan ditemukannya? Bagaimana jika benar Maya dan Akana… Dengan cepat Masumi menghapus rasa gelisahnya. Sekuat tenaga ia menahan amarahnya.
Masumi harus menemukan Maya terlebih dahulu.
“Jadi, di mana kabinnya? Bisa antarkan aku ke sana?”
“Tentu Tuan,” staf itu mengangguk. “Silakan ikuti saya.”
Dengan perasaan waswas dan berbagai pikiran yang tidak menyenangkan berkecamuk di kepalanya, Masumi mengikuti kru itu.
“Saya rasa, Nyonya Hayami ada di dalam,” terang kru tersebut, di depan sebuah pintu.
Alis Masumi berkerut. “Bukankah ini restoran? Aku minta kau membawaku ke kabinnya!”
“Benar Tuan, tetapi sebentar lagi saatnya makan malam. Saya rasa Anda akan lebih mudah menemukannya di sini ketimbang di kabinnya.”
Masumi ragu sejenak, namun kemudian mengangguk. “Baiklah. Terima kasih.”
Kru itu mengangguk dan permisi pergi.
Masumi mendorong pintu restoran itu. Heran sekali, apa tidak ada greeter? Dan Masumi baru menyadari, restorannya terlihat seperti restoran yang sedang tutup.
Saat pintu restorannya terbuka, Masumi mematung.
Gelap. Hanya ada gulita di sana.
Tiba-tiba, sebuah lampu sorot yang menyilaukan mata terarah langsung kepadanya. “Ukh!! Apa-apaan ini!!” Masumi mengangkat kedua tangannya menutupi wajah.
Perlahan-lahan lampu ruangan itu menyala satu per satu. Saat mata Masumi sudah bisa menyesuaikan, ia menurunkan tangannya.
“KEJUTAN!!!” suara yang membahana terdengar. Masumi terenyak, mengamati sekeliling ruangan yang dipenuhi orang-orang.
Musik dari arah panggung terdengar, menyanyikan lagu ulang tahun. Confetti meledak di dekatnya. Masumi benar-benar masih tidak tahu harus berreaksi seperti apa.
Hingga matanya menangkap sosok Maya. Istrinya, tersenyum lebar kepadanya di samping sebuah kue bertingkat tiga dengan lilin berangka 40 di sana.
40. Usianya. Sudah tidak muda lagi, kenapa harus dirayakan ramai begini.
Dengan rasa tak percaya, Masumi melangkah mendekati istrinya. Senyum yang mengembang di bibir istrinya yang cantik itu juga menular kepadanya. Masumi tersenyum lebar. Bahagia. Lega.
Ketakutannya tidak nyata, apa yang dia kira ternyata tidak terjadi.
Orang-orang itu bertepuk tangan. Ada rekan-rekan kerjanya, saudara-saudara sepupunya dan pasangan mereka, teman-teman Maya, bahkan sahabatnya Jin juga ada di sana. Dan… Mizuki!! Wanita itu ternyata bersekongkol!
Masumi meniup lilinnya setelah membuat permohonan. Orang-orang bertepuk tangan.
“Selamat ulang tahun, Sayang…” Maya berkata.
Masumi mengamati istrinya gemas. “Kau sudah merencanakan ini semua?”
“Ya… Dibantu yang lainnya,” Maya terkekeh.
Masumi menyipitkan matanya. Istrinya ini benar-benar tidak bisa diduga. Ia tak pernah mendapatkan kejutan ataupun mendapatkan pesta perayaan sebesar ini.
“Terima kasih, Saudara-saudara, telah hadir di sini. Terus terang, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, tetapi… sejauh ini, aku menyukainya,” Masumi tertawa.
Maya lantas bicara. “Masumi, suamiku… Maafkan aku, kau pasti merasa gelisah dengan apa yang kulakukan belakangan ini,” Maya terkekeh kecil. “Sebetulnya aku dan Mizuki sudah merencanakannya sangat lama. Karena, hari ini adalah hari yang istimewa. Kau, berusia 40 tahun dan kita sudah menikah selama tujuh tahun. Selama itu, kau sudah benar-benar membuatku bahagia dan aku ingin sehari ini, aku membuatmu sangat bahagia.”
Masumi meraih tangan istrinya dan berbisik pelan. “Bersamamu sudah membuatku bahagia.”
Maya tersenyum penuh haru. “Ya. Tapi hari ini… Aku ingin membuat kebahagiaanmu lebih sempurna lagi.” Maya meraih sebuah kado dan memberikannya kepada Masumi. “Bukalah.”
Masumi mengamati istrinya. Lalu membuka kado sebesar telapak tangan itu. Masumi berkerut, ada sebuah foto hitam putih. Ia meraih dan mengamatinya. Mata Masumi melebar dan mengamati Maya tak percaya.
“Ini…”
“Itu hasil USG seminggu yang lalu. Bayi kita, 11 minggu,” terang Maya.
Masumi tertegun, mengamati Maya takjub, lantas beralih kembali pada foto di tangannya. “Ini… bayi kita…? Ini…”
Maya mengangguk meraih tangan Masumi dan meletakkannya di perut Maya. Masumi baru menyadari perut Maya memang agak membuncit.
“Bayinya… di sini,” terang Maya dengan mata berkaca-kaca.
Hati Masumi membuncah bahagia. Direngkuhnya Maya dan dipeluknya erat. “Kau hamil… Kau mengandung anak kita…” Masumi mendesah takjub. “Kita akan punya bayi…”
Maya menangis, mengangguk di pelukan suaminya.
Tepuk tangan terdengar riuh. Beberapa tamu mengusap air mata mereka.
Pesta ulang tahun itu berlangsung meriah. Masumi masih tak percaya istrinya sudah mengatur semua selama dua bulan ini. Dia bahkan menghubungi teman-teman dekat Masumi di SMA dan kuliah yang telah lama tidak ditemuinya.
“Tuan Masumi Hayami, selamat ulang tahun,” Masahiro Akana mengulurkan tangannya.
Masumi melirik kepada Maya dan menerima uluran tangan itu.
“Terima kasih,” ujarnya singkat. Rasa kesal masih menyelimuti hatinya, teringat pria ini sudah beberapa kali menemui istrinya dengan sembunyi-sembunyi.
“Dia ini adik iparnya Rei,” Maya menjelaskan. “Dia yang membantu mengatur ini semua dengan pihak manajemem Tokyo Voyager,” terangnya.
“Oh, begitu?” tanggap Masumi. “Kau sudah menikah?”
“Ya. Istri saya juga diajak Nyonya Maya, katanya sebagai ucapan terima kasih,” AKana menunjuk kepada istrinya yang tengah berbincang dengan Rei di sebuah meja.
Masumi menghela napasnya. Baiklah, tidak ada satu alasan pun untuk mencemburui pria itu.
Maya melingkarkan tangannya di lengan Masumi. “Kau senang tidak?” tanya Masumi.
“Kau tahu aku merasa sangat bahagia,” Masumi tersenyum lembut, mengusap pipi istrinya.
Tatapannya beranjak ke perut istrinya, mengusapnya lagi.
“Aku tak mengira… setelah tujuh tahun…”
Maya melipat bibirnya haru dan mengangguk.
“Kau sengaja menunggu hingga hari ini untuk memberitahuku?”
“Ya, agar aku yakin bahwa bayinya baik-baik saja. Dokter bilang, dia berkembang dengan baik dan sehat,” terang Maya.
Masumi lalu membawa Maya untuk berdansa. Keduanya mempesona para hadirin saat berdansa dengan anggun dan indahnya. Beberapa tahun yang lalu, orang-orang mungkin meragukan keduanya bisa bertahan lama, dan bagaimana timpangnya mereka saat bersanding di sisi satu sama lain.
Tetapi sekarang, semua sepakat bahwa tidak ada yang lain untuk Masumi selain Maya, dan juga sebaliknya.
“Aku masih belum memaafkanmu karena membohongiku dua bulan ini,” bisik Masumi.
Maya mendongak dan tersenyum menggoda. “Kau akan menghukumku?”
“Ya… sedari tadi aku tengah memikirkan hukuman yang paling tepat,” Masumi mengangkat sebelah alisnya. “Dan paling menyenangkan.”
Maya tergelak, menampar dada suaminya yang gagah dengan perlahan dan mesra.
“Oh, Sayang, kalau kau hamil, bagaimana dengan rencana produksi film dengan Kaname?” tanya Masumi, saat melihat pria yang tadi memberinya tiket itu tengah berseliweran dengan makanannya.
Maya kembali tertawa kecil. “Itu juga, Sayang… hanya bohongan,” ungkap Maya.
Masumi mendengus dan berdecak. Tiba-tiba dia teringat sesuatu. “Dan Hijiri? Apa dia….”
Maya mengangguk-angguk sambil mengangkat alisnya dan menahan tawanya.
“Kauu… benar-benar….!!” Masumi gemas, memeluk istrinya.
Maya tergelak kecil. “Masumi….! Sudah, malu ‘kan, banyak orang!” sergahnya.
“Aku sangat merindukanmu,” bisik Masumi. “Rindu memelukmu seperti ini,” akunya,
“Aku juga,” jawab Maya.
“Kau tega sekali, hanya untuk ini, kau sampai bersikap dingin dan pura-pura selingkuh!”
“Bukan begitu,” bujuk Maya, wajahnya merona. “Dokter menyarankan… karena trimester pertama ini masih rawan, jadi, dia mengatakan agar kita tidak….” Maya berbisik hampir tanpa suara, “… melakukannya.”
“Begitu…” Masumi tidak puas.
“Ya, karena itulah aku memang selalu menghindarimu, dan agar kau semakin kesal, aku pura-pura berkencan dengan Akana, dan Pak Hijiri juga membantuku meyakikanmu, hihihi…” Maya cekikikan.
Masumi berdecak lagi. Dia tak pernah mati kutu begini. “Lalu sekarang, bagaimana?” rayu Masumi.
Wajah Maya menghangat. “Aku harus tanya dokternya dulu…”
“Kurasa bisa! Sudah 12 minggu kan? Jadi tidak apa-apa kan?”
“Ih, Masumi!! Sudah ah, jangan dibicarakan di sini!!” Wajah Maya sekarang semerah kepiting rebus.
Masumi tertawa. “Aku benar-benar akan membuat perhitungan denganmu nanti!!” Ia melingkarkan tangannya di pinggang Maya.
Maya tergelak. Masumi mengamati wajah ceria istrinya. Dia hampir saja gila, berpikir Maya akan meninggalkannya.
Tetapi tidak. Istrinya malah melakukan banyak hal untuknya, mengaturnya sejak lama, memberikan kejutan terbesar dalam hidupnya, dan hadiah terindah di hari ulang tahunnya.
Bayinya. Seperti mimpi semua yang terjadi hari ini. Tetapi, dulu pun dia sempat berpikir, merengkuh Maya dalam pelukannya hanya mimpi semata. Namun, perlahan tapi pasti, semuanya menjadi nyata.
Masumi mengusap pipi istrinya, calon ibu dari anaknya.
“Terima kasih, Sayang,” ucap Masumi tulus. “Sudah menjadi bagian terindah dalam hidupku.”
Mata Maya berkaca-kaca lagi. Maya memang mudah terharu. Dipeluknya istrinya itu yang balas memeluknya.
“Terima kasih…” Masumi merengkuh kebahagiaannya erat.
Dia tidak akan pernah melepaskan belahan jiwanya. Sepanjang sisa umurnya.
 
<<< I 4 U - END >>>

3 comments:

Unknown on 3 December 2014 at 03:46 said...

Baca ulang lg...^^ ga da hbsnya y cerita kisah cinta masumi maya ..selalu bikin terharu.. mg aslinya jg HE .. n ga spt yg d rumorin masumi kecelakaan sblm ktmu maya di izu..Ï€_Ï€ mg miuchi sensei cpt nyelesein ni crta n ga php trs...^^ thx ty... :)

Anonymous said...

Yang aku denger juga gtu sist
...msumi kecelakaan trus maya gk bs ketemu dll.... Smoga gk bgtu... Sist ty ditunggu lg ya one shot nya... Keren.bagus ceritanya

Anonymous said...

Ngga sis, gara2 bnyk fans yg complain kan jalan ceritanya diganti...hehehehe
http://www.dreamsaddict.com/garasunokamen/synopses-hty.php

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting