An: Cerita ini pindahan dari gwp. Buat yang nggak bisa buka gwp mudah-mudahan bisa baca di sini ya...
I 4 U
Masumi mengamati foto-foto di tangannya. Tinjunya
terkepal keras dan mimiknya tampak menyeramkan. Ia menghempaskan napasnya keras
dan beranjak dari kursi, keluar dari kantornya dan meminta Mizuki membatalkan
rencana makan malamnya bersama klien malam ini.
Masumi segera berkendara pulang.
Ia dan Maya, sudah memasuki usia pernikahan 7 tahun.
Keduanya sudah tinggal terpisah dari Eisuke. Namun, hingga menginjak kelima
tahun ini, Maya belum kunjung hamil. Keduanya sudah beberapa kali mengadakan
bulan madu. Masumi cuti dari pekerjaannya, dan Maya istirahat dari kegiatannya
berakting. Namun, hingga kini keduanya belum dikaruniai seorang anak.
Mau, tidak mau, walaupun awalnya diabaikan, keadaan
itu mengusik mereka juga. Teman-teman Maya, semuanya sudah memiliki putra dan
putri, padahal Maya dan Masumi yang sudah menikah terlebih dahulu. Bahkan Ayumi
juga sedang mengandung saat ini.
Dan terutama, desakan dari ayah angkatnya, Eisuke
Hayami, yang tampak semakin membebani Maya. Pria tua itu bahkan sempat
berceloteh mungkin nanti Masumi harus mengangkat anak seperti dirinya sebagai
pewaris Daito.
Maya bukannya tidak pernah hamil. Di tahun kedua
pernikahan mereka, Maya pernah mengandung, namun kandungannya tidak berkembang
dan harus diangkat.
Dan beberapa bulan terakhir ini, Maya mulai bersikap
aneh kepada Masumi. Ya, Masumi tahu itu. Tepatnya, sejak dua bulan yang lalu,
Masumi sering memergoki istrinya menelepon seseorang diam-diam, dan segera
memutusnya saat ada Masumi. Maya juga suka pergi ke tempat yang Masumi tidak
tahu. Tidak ada jadwal, tetapi istrinya itu juga tak berada di rumah. Maya akan
mengatakan dia pergi berjalan-jalan, tetapi Masumi tahu Maya berbohong.
Aktingnya di belakang panggung tak sebaik saat dia berada di atas panggung.
“Mana Nyonya?” tanya Masumi.
“Nyonya sedang beristirahat di kamarnya,” terang
pelayan.
Masumi masuk ke dalam kamar.
“Baiklah, nanti kuhubungi lagi,” pamit Maya cepat
kepada siapa pun yang sedang bicara dengannya di telepon.
“Siapa?” interogasi suaminya.
“Ah, oh… itu penulis naskah, katanya ada sedikit
perubahan, jadi aku akan agak terlambat menerima naskah,” ungkap Maya.
Masumi mengetatkan rahangnya.
“Kau sudah pulang? Bukankah malam ini kau ada
acara…”
“Kenapa? Kau kecewa?” tukas Masumi tajam.
“Ti-tidak… ada apa? kenapa kau pulang cepat?”
“Kau mengharapkanku tidak pulang?”
Maya mengerutkan alisnya. “Masumi, kau kenapa? Aku
kan bertanya, karena heran, tidak biasanya kau pulang cepat.”
“Kemana saja kau seharian ini?” Masumi melonggarkan
dasinya, berusaha menenangkan diri agar tidak lepas kendali.
“Tadi ada… reading naskah bersama pemain lain.”
“Kau bilang naskahnya belum selesai kan?”
Maya salah tingkah, lantas menenangkan diri. “Ya…
setelah reading naskah, ternyata ada yang hendak diperbaiki, jadi ya….” Maya berusaha
terdengar meyakinkan.
Masumi mulai gusar. Tetapi pria itu bungkam. Dia
tidak bisa menuduh istrinya selingkuh begitu saja. Walaupun Masumi mendapat
kiriman beberapa foto Maya bersama seorang pria yang Masumi tidak kenal.
Hijiri mengungkapkan hasil penyelidikannya. Pertemuan
itu tidak hanya sekali dua kali. Keduanya bertemu di beberapa tempat dan Maya
sama sekali tak pernah mengatakan apa pun mengenai pria itu.
Hijiri mengatakan pria yang bersama Maya adalah
seorang pegawai travel. Masahiro Akana, 33 tahun hanya pegawai yang tidak
berkaitan dengan pekerjaan Maya sebagai aktris ataupun Masumi. Keduanya
beberapa kali makan siang bersama, bahkan sempat makan malam sembunyi-sembunyi.
Pria yang tampan.
Di foto itu Maya tampak riang dan hangat. Sementara,
dua bulan ini Maya lebih sering bersikap dingin, terutama di kamar mereka.
“Ada apa?” tanya Maya, mengamati wajah suaminya yang
mulai dihiasi kerut itu tampak tegang.
“Ada yang ingin kau katakan kepadaku?” Suara Masum
terdengar tegang dan muram.
“Aku? Kau yang sedari tadi mengamatiku begitu
lekat,” Maya mengguratkan senyum canggung di wajahnya yang semakin cantik
memasuki usia 29 tahun itu.
Masumi menelan ludahnya. Bagaimana dia
mengutarakannya? Apa dia bisa begitu saja menuduh Maya selingkuh? Dengan
bukti-bukti foto itu? Tetapi… sebelumnya Masumi sudah menyakiti hati istrinya
itu berkali-kali dengan sifatnya yang pencemburu buta.
Melihat suaminya tak kunjung bicara, Maya memutuskan
buka suara lagi. “Masumi, untuk besok…”
“Besok?”
“Ya, besok…. Aku mau pergi, ada sesuatu, acara,”
terang Maya, melipat bibirnya waswas. Agak mencurigakan untuk Masumi.
“Pergi…? Ke mana? Siang?”
“Sore, mungkin menginap 2-3 hari di luar kota.”
“Keluar kota!? Besok?? Apa semendesak itu?”
“Itu, Mina… Aku sudah cerita kan? Dia pindah ke Kyoto,
jadi besok aku dan teman-teman teater mau ke rumah barunya, ya, tinggal 2-3
hari di sana. Karena mungkin nanti akan sulit bertemu Mina lagi, kami hendak
menghabiskan waktu bersama.”
Alis Masumi berkerut. “Hanya untuk itu?” Masumi tak
menyembunyikan rasa tidak sukanya. Apa Maya lupa, besok hari ulang tahunnya?
“Bukan hanya untuk itu… Aku dan teman-teman sudah
lama tidak kumpul bersama. Sejak aku menikah denganmu, dan… mereka dengan
kehidupan mereka sendiri, kami jarang bersama.”
Jadi Maya mulai menyalahkan pernikahan mereka.
“Karena Mina pindahan cukup jauh, kurasa ini mungkin
terakhir kali kami akan menghabiskan waktu bersama, untuk waktu yang lama.
Entah kapan kami berkumpul lagi.”
Masumi meraih kaos polo dan mengenakannya. “Apa
tidak bisa kau menyusul lusa?”
“Aku tidak enak,” Maya menundukkan kepalanya. “Aku
selalu jadi orang yang tak bisa datang setiap kali kami bertemu.”
Masumi melangkah mendekat. “Kalau aku tidak
mengijinkan, bagaimana?” tanyanya datar.
Maya mendongak, menatap suaminya yang menjulang itu
dan mengerutkan dahinya. “Tidak mengijinkan? Kenapa? Pokoknya aku mau pergi!
Mina merupakan salah satu sahabatku.”
Masumi mencengkeram bahu Maya. Matanya menatap
tajam. Tatapan istrinya juga tidak mau kalah. Wanita itu bersikukuh hendak
pergi.
“Kau menyembunyikan sesuatu dariku?”
“Aku? Tidak,” Maya menggeleng tegas. Ia melepaskan
tangan suaminya. “Sudah, ah, kau aneh! Aku akan siapkan makan malam dan segera
tidur, mau istirahat. Aku lelah,” Maya melewati suaminya.
Masumi menahan tangan Maya. “Tunggu!”
Maya menoleh. “Ada apa lagi?” tanggapnya
malas-malasan. “Kau belum lapar?”
Masumi mendekati Maya, memeluk istrinya yang sangat
dia cintai. Mungkinkah Maya berselingkuh darinya? Dua bulan ini, Maya selalu
menghindarinya. Bukan hanya itu, Masumi yakin Maya menyembunyikan sesuatu
darinya.
Tetapi, berselingkuh dengan pegawai travel dalam
foto itu? Maya sanggup melakukannya? Setelah semua hal yang mereka lewati agar
bisa bersama? Setelah semua peristiwa dalam pernikahan mereka?
“Masumi… sakiit… lepaskan aku…” pinta Maya saat
dekapan Masumi semakin erat. “Kau kenapa sih!? Aneh sekali…”
Masumi mengeratkan rahangnya. Tuduhan Maya
berselingkuh adalah tuduhan berat. Dia harus mencari bukti lebih banyak. Bukti
yang akan membuat Maya tak bisa menghindar lagi. Jika memang perseligkuhan itu
benar terjadi.
Masumi lantas mengecup pipi istrinya, getir. Menuju
telinganya, berlanjut ke lehernya. Ia bisa merasakan tubuh mungil istrinya
menegang dalam dekapannya.
“Masumi, berhenti,” pinta Maya, terdengar
tenggorokannya tercekat. “Sungguh… aku lelah sekali hari ini.”
Seperti lelaki jantan yang Maya kenal selama ini,
Masumi berhenti. Dia tak pernah memaksakan kehendaknya kepada Maya jika masalah
yang satu itu.
“Maaf, ya, Sayang.” Maya memasang raut tak enak
hati, lalu beranjak dari kamar mereka.
Masumi memukul sandaran sofa dengan keras.
Besok dia akan menyelidiki semuanya. Jika keduanya
memang macam-macam, Masumi tak akan memaafkannya!
=//=
Masumi mengamati gedung agen perjalanan di
hadapannya. Ia lantas melangkah ke dalamnya. Seorang pegawai menyambut pria
berparas dingin itu.
“Ada yang bisa kami bantu Tuan? Anda hendak
merencanakan liburan?” tanya CS tersebut.
“Apa pegawai kalian ada yang bernama Masahiro
Akana?” suara rendah Masumi terdengar datar, menahan emosinya yang menggelegak.
“Maksud Anda Supervisor Masahiro Akana? Benar, dia
bekerja di sini.”
“Bisa aku bicara dengannya?” Raut dingin Masumi
tidak berubah.
“Maaf Tuan, Supervisor Masahira Akana tidak masuk
hari ini.”
“Tidak masuk? Kenapa dia tidak masuk?”
“Maaf Tuan, saya kurang tahu. Apakah ada hal yang
penting?” Dengan waswas gadis bercepol itu mengamati Masumi.
“Ya! Jika tidak aku tidak akan mencarinya!” tegas
Masumi.
“Sebaiknya Anda bicara dengan manajer kami, sebentar
saya panggilkan.”
Tidak lama kemudian, seorang pria berkacamata
menghampiri Masumi. “Ada yang bisa kami bantu, Tuan?”
“Aku ingin bertemu dengan Masahiro Akana.”
“Akana-san tidak masuk hari ini, dia mengajukan cuti
untuk 3 hari.”
“Tiga hari?” Masumi terperangah. Maya akan pergi selama tiga hari… apakah
mereka… Tidak! Tidak! Masumi berusaha keras menyangkal ide yang muncul di
kepalanya bahwa keduanya pergi bersama. “Apa aku bisa tahu di mana tempat tinggal
Akana?”
“Maaf Tuan, itu privacy. Kecuali ada motif hukum di
belakangnya, kami tidak bisa begitu saja memberikan data pribadi pegawai kami.”
“Ini hal yang sangat penting dan mendesak! Aku harus
mendapatkan alamat orang itu!” Masumi menggebrak meja dengan tinjunya.
Semua orang yang berada di sekeliling Masumi
terperanjat dan memandang pria itu. termasuk pengunjung lainnya.
“Tu-tuan,” Manajer itu langsung panik. “Tolong
tenangkan diri Anda, jangan membuat pelanggan kami ketakutan. Saya benar-benar
tidak bisa sembarangan memberikan data diri pegawai kami kecuali ada alasan
legal,” ujarnya gemetar.
Masumi mengetatkan rahangnya. Dia tidak bisa
melakukan hal-hal yang bisa menghebohkan. Dia juga tidak mau membuat skandal.
Pria itu memasang wajah geram dan beranjak dari sana.
Ponselnya berbunyi. Dia menghubungi Hijiri.
Bagaimana pun caranya, dia harus mendapatkan informasi lebih banyak mengenai
pria itu.
“Pak Masumi, Selamat tahun,” sambut Mizuki saat
melihat pria itu baru datang. “Kenapa Anda baru datang sesiang ini?” wajah
Mizuki berubah jahil. “Baru mendapatkan hadiah dari Nyonya?” tanyanya usil.
Masumi mengerutkan alisnya dan mendelik tajam.
“Jangan bicara omong kosong!” tukasnya, kepada sekretarisnya yang masih
konsisten dengan potongan rambut seperti batu bata.
Mizuki tertegun. Mengamati Masumi yang tampak gusar
masuk ke dalam kantornya.
Pria itu tak menghiraukan beberapa ucapan dari
relasinya untuk ulang tahunnya. Tadi pagi, Maya sudah pergi. Istrinya itu hanya
menyimpan sebuah kartu di samping tempat tidurnya yang berisi ucapan selamat
ulang tahun standar. Maya sudah pergi untuk fitting kostum film terbarunya.
Sepanjang hari pikiran Masumi tak juga beranjak dari
masalah rumah tangganya. Bahkan saat rapat setengah dirinya tak berada di sana.
Kenapa Hijiri belum mengabari juga…? Batinnya kesal,
saat Masumi pergi makan siang dengan beberapa direktur.
Akhirnya Hijiri menghubungi Masumi, saat sore tiba.
“Saya sudah ke sana, tetapi yang bersangkutan tidak
ada di tempat. Saya berhasil mendapatkan keterangan, Masahiro Nakai akan
menaiki sebuah kapal pesiar sore ini bersama beberapa temannya.”
“Lalu? Bagaimana dengan Maya? Apa keduanya—“
“Tuan… Nyonya Maya, adalah salah satu teman orang
yang akan menaiki kapal pesiar itu.”
“APA!!? Kau jangan berdusta, Hijiri!! Maya tidak
mengatakan apa pun kepadaku!”
“Maaf Tuan, itulah yang saya dapatkan dari daftar
penumpang yang terdaftar.”
“Apa nama kapalnya??”
“Tokyo Voyager, akan berangkat dari teluk Tokyo
pukul 6.”
Masumi menutup teleponnya dengan geram. Ia lalu
berusaha menghubungi ponsel Maya. Tidak ada jawaban tidak peduli berapa kali
Masumi menghubunginya. Masumi mengabaikan semua pekerjaannya dan segera pergi
menuju teluk Tokyo.
=//=
“Maaf Tuan, tiket Tokyo Voyager sudah tidak tersedia.
Bagaimana jika Tuan naik Astoria 2 saja? Berangkat malam ini juga, dan jauh
lebih besar dan mewah—“
“Aku ingin Tokyo Voyager!! Bagaimana pun aku harus
naik ke kapal itu!”
“Maaf Tuan, sudah tidak bisa…”
“Aku—!!”
“Presdir Masumi!!” Masumi hampir saja membuat
kehebohan lainnya jika saat itu tidak ada orang yang menyerunya. Masumi menoleh
ke arah suara. Didapatinya Produser Kaname menghampirinya.
“Produser Kaname,” sapa Masumi,heran melihat rekan
dan anak buahnya itu di sana. “Sedang apa di sini?”
“Ah, saya hendak naik Tokyo Voyager. Katanya akan
ada perjalanan dua hari dua malam yang menyenangkan.”
“Tokyo Voyager?”
“Ya. Saya bersama teman-teman saya, tetapi ternyata
salah satu teman saya tidak jadi ikut. Maaf, saya terburu-buru, sebentar lagi
kapalnya berangkat. Anda sendiri sedang apa di sini?”
“Kalau begitu, tiketnya untukku saja,” pinta Masumi.
“Aku hendak naik ke sana tetapi tidak ada tiketnya.”
Kaname tertegun. “Ya… tidak masalah, tetapi aku
tidak tahu kabin tidurnya seperti apa, karena teman saya yang mengatur.”
“Tidak masalah!” tandas Masumi.
Akhirnya Masumi mengikuti rekannya itu naik ke atas
Tokyo Voyager.
Tokyo Voyager adalah sebuah kapal pesiar berukuran
sedang yang berkapasitas 300 orang. Ada beberapa fasilitas di sana. Masumi
cukup bingung ke mana dia harus mencari Maya. Ia segera memisahkan diri dari
Kaname saat berada di Voyager dan pergi ke bagian kabin kru kapal yang mengurus
penumpang.
“Bisa aku bertanya, di mana kabin Maya Hayami?”
Kru kapal itu mengamati Masumi dan mengenalinya.
“Tuan Masumi Hayami! Anda mencari istri Anda?”
“Ya. Apa dia ada di sini?”
“Benar.”
Masumi menelan ludahnya. Jadi, Maya bukannya pergi
ke Kyoto menemui Mina, dia naik kapal ini? Masumi benar-benar geram. Tiba-tiba
hatinya gentar. Apa yang akan ditemukannya? Bagaimana jika benar Maya dan
Akana… Dengan cepat Masumi menghapus rasa gelisahnya. Sekuat tenaga ia menahan
amarahnya.
Masumi harus menemukan Maya terlebih dahulu.
“Jadi, di mana kabinnya? Bisa antarkan aku ke sana?”
“Tentu Tuan,” staf itu mengangguk. “Silakan ikuti
saya.”
Dengan perasaan waswas dan berbagai pikiran yang
tidak menyenangkan berkecamuk di kepalanya, Masumi mengikuti kru itu.
“Saya rasa, Nyonya Hayami ada di dalam,” terang kru tersebut,
di depan sebuah pintu.
Alis Masumi berkerut. “Bukankah ini restoran? Aku
minta kau membawaku ke kabinnya!”
“Benar Tuan, tetapi sebentar lagi saatnya makan
malam. Saya rasa Anda akan lebih mudah menemukannya di sini ketimbang di
kabinnya.”
Masumi ragu sejenak, namun kemudian mengangguk.
“Baiklah. Terima kasih.”
Kru itu mengangguk dan permisi pergi.
Masumi mendorong pintu restoran itu. Heran sekali,
apa tidak ada greeter? Dan Masumi baru menyadari, restorannya terlihat seperti
restoran yang sedang tutup.
Saat pintu restorannya terbuka, Masumi mematung.
Gelap. Hanya ada gulita di sana.
Tiba-tiba, sebuah lampu sorot yang menyilaukan mata
terarah langsung kepadanya. “Ukh!! Apa-apaan ini!!” Masumi mengangkat kedua
tangannya menutupi wajah.
Perlahan-lahan lampu ruangan itu menyala satu per
satu. Saat mata Masumi sudah bisa menyesuaikan, ia menurunkan tangannya.
“KEJUTAN!!!” suara yang membahana terdengar. Masumi
terenyak, mengamati sekeliling ruangan yang dipenuhi orang-orang.
Musik dari arah panggung terdengar, menyanyikan lagu
ulang tahun. Confetti meledak di dekatnya. Masumi benar-benar masih tidak tahu
harus berreaksi seperti apa.
Hingga matanya menangkap sosok Maya. Istrinya,
tersenyum lebar kepadanya di samping sebuah kue bertingkat tiga dengan lilin
berangka 40 di sana.
40. Usianya. Sudah tidak muda lagi, kenapa harus
dirayakan ramai begini.
Dengan rasa tak percaya, Masumi melangkah mendekati
istrinya. Senyum yang mengembang di bibir istrinya yang cantik itu juga menular
kepadanya. Masumi tersenyum lebar. Bahagia. Lega.
Ketakutannya tidak nyata, apa yang dia kira ternyata
tidak terjadi.
Orang-orang itu bertepuk tangan. Ada rekan-rekan
kerjanya, saudara-saudara sepupunya dan pasangan mereka, teman-teman Maya,
bahkan sahabatnya Jin juga ada di sana. Dan… Mizuki!! Wanita itu ternyata
bersekongkol!
Masumi meniup lilinnya setelah membuat permohonan. Orang-orang bertepuk tangan.
“Selamat ulang tahun, Sayang…” Maya berkata.
Masumi mengamati istrinya gemas. “Kau sudah
merencanakan ini semua?”
“Ya… Dibantu yang lainnya,” Maya terkekeh.
Masumi menyipitkan matanya. Istrinya ini benar-benar
tidak bisa diduga. Ia tak pernah mendapatkan kejutan ataupun mendapatkan pesta
perayaan sebesar ini.
“Terima kasih, Saudara-saudara, telah hadir di sini.
Terus terang, aku benar-benar tidak tahu apa yang terjadi, tetapi… sejauh ini,
aku menyukainya,” Masumi tertawa.
Maya lantas bicara. “Masumi, suamiku… Maafkan aku,
kau pasti merasa gelisah dengan apa yang kulakukan belakangan ini,” Maya
terkekeh kecil. “Sebetulnya aku dan Mizuki sudah merencanakannya sangat lama.
Karena, hari ini adalah hari yang istimewa. Kau, berusia 40 tahun dan kita
sudah menikah selama tujuh tahun. Selama itu, kau sudah benar-benar membuatku
bahagia dan aku ingin sehari ini, aku membuatmu sangat bahagia.”
Masumi meraih tangan istrinya dan berbisik pelan.
“Bersamamu sudah membuatku bahagia.”
Maya tersenyum penuh haru. “Ya. Tapi hari ini… Aku
ingin membuat kebahagiaanmu lebih sempurna lagi.” Maya meraih sebuah kado dan
memberikannya kepada Masumi. “Bukalah.”
Masumi mengamati istrinya. Lalu membuka kado sebesar
telapak tangan itu. Masumi berkerut, ada sebuah foto hitam putih. Ia meraih dan
mengamatinya. Mata Masumi melebar dan mengamati Maya tak percaya.
“Ini…”
“Itu hasil USG seminggu yang lalu. Bayi kita, 11
minggu,” terang Maya.
Masumi tertegun, mengamati Maya takjub, lantas
beralih kembali pada foto di tangannya. “Ini… bayi kita…? Ini…”
Maya mengangguk meraih tangan Masumi dan
meletakkannya di perut Maya. Masumi baru menyadari perut Maya memang agak
membuncit.
“Bayinya… di sini,” terang Maya dengan mata
berkaca-kaca.
Hati Masumi membuncah bahagia. Direngkuhnya Maya dan
dipeluknya erat. “Kau hamil… Kau mengandung anak kita…” Masumi mendesah takjub.
“Kita akan punya bayi…”
Maya menangis, mengangguk di pelukan suaminya.
Tepuk tangan terdengar riuh. Beberapa tamu mengusap
air mata mereka.
Pesta ulang tahun itu berlangsung meriah. Masumi
masih tak percaya istrinya sudah mengatur semua selama dua bulan ini. Dia
bahkan menghubungi teman-teman dekat Masumi di SMA dan kuliah yang telah lama
tidak ditemuinya.
“Tuan Masumi Hayami, selamat ulang tahun,” Masahiro
Akana mengulurkan tangannya.
Masumi melirik kepada Maya dan menerima uluran
tangan itu.
“Terima kasih,” ujarnya singkat. Rasa kesal masih
menyelimuti hatinya, teringat pria ini sudah beberapa kali menemui istrinya
dengan sembunyi-sembunyi.
“Dia ini adik iparnya Rei,” Maya menjelaskan. “Dia
yang membantu mengatur ini semua dengan pihak manajemem Tokyo Voyager,”
terangnya.
“Oh, begitu?” tanggap Masumi. “Kau sudah menikah?”
“Ya. Istri saya juga diajak Nyonya Maya, katanya
sebagai ucapan terima kasih,” AKana menunjuk kepada istrinya yang tengah
berbincang dengan Rei di sebuah meja.
Masumi menghela napasnya. Baiklah, tidak ada satu
alasan pun untuk mencemburui pria itu.
Maya melingkarkan tangannya di lengan Masumi. “Kau
senang tidak?” tanya Masumi.
“Kau tahu aku merasa sangat bahagia,” Masumi
tersenyum lembut, mengusap pipi istrinya.
Tatapannya beranjak ke perut istrinya, mengusapnya
lagi.
“Aku tak mengira… setelah tujuh tahun…”
Maya melipat bibirnya haru dan mengangguk.
“Kau sengaja menunggu hingga hari ini untuk
memberitahuku?”
“Ya, agar aku yakin bahwa bayinya baik-baik saja.
Dokter bilang, dia berkembang dengan baik dan sehat,” terang Maya.
Masumi lalu membawa Maya untuk berdansa. Keduanya
mempesona para hadirin saat berdansa dengan anggun dan indahnya. Beberapa tahun
yang lalu, orang-orang mungkin meragukan keduanya bisa bertahan lama, dan
bagaimana timpangnya mereka saat bersanding di sisi satu sama lain.
Tetapi sekarang, semua sepakat bahwa tidak ada yang
lain untuk Masumi selain Maya, dan juga sebaliknya.
“Aku masih belum memaafkanmu karena membohongiku dua
bulan ini,” bisik Masumi.
Maya mendongak dan tersenyum menggoda. “Kau akan
menghukumku?”
“Ya… sedari tadi aku tengah memikirkan hukuman yang
paling tepat,” Masumi mengangkat sebelah alisnya. “Dan paling menyenangkan.”
Maya tergelak, menampar dada suaminya yang gagah
dengan perlahan dan mesra.
“Oh, Sayang, kalau kau hamil, bagaimana dengan rencana
produksi film dengan Kaname?” tanya Masumi, saat melihat pria yang tadi
memberinya tiket itu tengah berseliweran dengan makanannya.
Maya kembali tertawa kecil. “Itu juga, Sayang… hanya
bohongan,” ungkap Maya.
Masumi mendengus dan berdecak. Tiba-tiba dia
teringat sesuatu. “Dan Hijiri? Apa dia….”
Maya mengangguk-angguk sambil mengangkat alisnya dan
menahan tawanya.
“Kauu… benar-benar….!!” Masumi gemas, memeluk
istrinya.
Maya tergelak kecil. “Masumi….! Sudah, malu ‘kan,
banyak orang!” sergahnya.
“Aku sangat merindukanmu,” bisik Masumi. “Rindu
memelukmu seperti ini,” akunya,
“Aku juga,” jawab Maya.
“Kau tega sekali, hanya untuk ini, kau sampai
bersikap dingin dan pura-pura selingkuh!”
“Bukan begitu,” bujuk Maya, wajahnya merona. “Dokter
menyarankan… karena trimester pertama ini masih rawan, jadi, dia mengatakan
agar kita tidak….” Maya berbisik hampir tanpa suara, “… melakukannya.”
“Begitu…” Masumi tidak puas.
“Ya, karena itulah aku memang selalu menghindarimu,
dan agar kau semakin kesal, aku pura-pura berkencan dengan Akana, dan Pak
Hijiri juga membantuku meyakikanmu, hihihi…” Maya cekikikan.
Masumi berdecak lagi. Dia tak pernah mati kutu
begini. “Lalu sekarang, bagaimana?” rayu Masumi.
Wajah Maya menghangat. “Aku harus tanya dokternya
dulu…”
“Kurasa bisa! Sudah 12 minggu kan? Jadi tidak
apa-apa kan?”
“Ih, Masumi!! Sudah ah, jangan dibicarakan di
sini!!” Wajah Maya sekarang semerah kepiting rebus.
Masumi tertawa. “Aku benar-benar akan membuat
perhitungan denganmu nanti!!” Ia melingkarkan tangannya di pinggang Maya.
Maya tergelak. Masumi mengamati wajah ceria
istrinya. Dia hampir saja gila, berpikir Maya akan meninggalkannya.
Tetapi tidak. Istrinya malah melakukan banyak hal
untuknya, mengaturnya sejak lama, memberikan kejutan terbesar dalam hidupnya,
dan hadiah terindah di hari ulang tahunnya.
Bayinya. Seperti mimpi semua yang terjadi hari ini.
Tetapi, dulu pun dia sempat berpikir, merengkuh Maya dalam pelukannya hanya
mimpi semata. Namun, perlahan tapi pasti, semuanya menjadi nyata.
Masumi mengusap pipi istrinya, calon ibu dari
anaknya.
“Terima kasih, Sayang,” ucap Masumi tulus. “Sudah
menjadi bagian terindah dalam hidupku.”
Mata Maya berkaca-kaca lagi. Maya memang mudah
terharu. Dipeluknya istrinya itu yang balas memeluknya.
“Terima kasih…” Masumi merengkuh kebahagiaannya
erat.
Dia tidak akan pernah melepaskan belahan jiwanya.
Sepanjang sisa umurnya.
<<< I 4 U - END >>>
3 comments:
Baca ulang lg...^^ ga da hbsnya y cerita kisah cinta masumi maya ..selalu bikin terharu.. mg aslinya jg HE .. n ga spt yg d rumorin masumi kecelakaan sblm ktmu maya di izu..Ï€_Ï€ mg miuchi sensei cpt nyelesein ni crta n ga php trs...^^ thx ty... :)
Yang aku denger juga gtu sist
...msumi kecelakaan trus maya gk bs ketemu dll.... Smoga gk bgtu... Sist ty ditunggu lg ya one shot nya... Keren.bagus ceritanya
Ngga sis, gara2 bnyk fans yg complain kan jalan ceritanya diganti...hehehehe
http://www.dreamsaddict.com/garasunokamen/synopses-hty.php
Post a Comment
Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)