To Make You Love Me
(Chapter 7)
"Pak
Masumi!! PAK MASUMI!!!" Tergopoh-gopoh Mizuki menghampiri Masumi di
mejanya. Sang sekretaris sangat terkejut saat melihat Masumi memasang raut
bengis Rahwana di wajahnya. "Pak Masumi..." Mizuki terkesiap.
"Anda..."
Masumi
tertegun, menyadari kedatangan Mizuki yang tampak emosi. "oh ini,"
ujarnya, seraya melepas topeng Rahwana yang kemudian diletakkannya di atas
meja."Aku sedang mencoba properti untuk pertunjukan Ramayana yang akan
diselenggarakan Daito. Cukup bagus bukan?"
"Pak
Masumi!" mizuki tampak gusar. "Apa yang Anda lakukan?sementara anda
main main dengan topeng di sini! Tunangan Anda sedang bersalaman dengan pujaan
hatinya!!"
Alis
Masumi berkerut. Dia tahu Maya sudah menyetujui tawaran Kuronuma dan hari ini
akan bertemu dengan para pemain Padang Liar yang terlupakan dan salah satunya,
seperti yang Masumi tahu, adalah lawan main gadis itu, Yusakurakoji.
Apa dia
yang Mizuki sebut sebagai pujaan hati Maya? HAH!! Apa sekretarisnya itu tidak
ingat bahwa kemarin lusa dia baru saja bertunangan dengan gadis kecintaannya,
Maya Kitajima!?
"Darimana
kau tahu mereka bersalaman!?" deis Masumi tajam seraya memicingkan
matanya.
"Bukan
itu bagian pentingnya!! Anda bahkan membiarkan Maya bermain drama dengan
Sakurakoji?" tanya Mizuki tak percaya. Ia tahu sekali diam-diam atasannya
itu memendam rasa cemburu yang sangat besar. Lebih besar ketimbang tubuh Maya.
"Aku
percaya kepadanya," Masumi berusaha percaya pada kata-katanya sendiri.
"Benarkah?"
Mizuki terkejut. Ia tak mengira Masumi yang tak pernah berhubungan dengan gadis
manapun bisa begitu dewasa dalam berpikir. "Baguslah," ia menghela
napas lega.
"Tidak,"
Masumi menggeleng. "Semuanya bohong...! Aku sama sekali tidak
percaya!" Masumi menambahkan, membantah ucapannya sendiri.
"Loh,
tadi...?" Alis Mizuki terlonjak keduanya.
"Tentu
saja itu bohong!!" Masumi terlihat gusar. "Kau pikir kenapa aku minum
empat gelas kopi walaupun belum jam sepuluh pagi? Dan malah membakar sebuah
dokumen penting saat hendak menyalakan rokokku?" geram Masumi.
"Jadi,
Anda cemas kan?" Mizuki memaklumi. "Anda tahu, saya sempat berpapasan
dengan Sakurakoji beberapa minggu lalu, Dia tampan sekali sekarang. Tubuhnya
tinggi dan tegap. Tampan kuadrat. Dan yang pasti, dia masih muda, pria di awal
dua puluhan, sudah begitu mempesona, jika dia sudah seusia Anda, kurasa dia
akan terlihat lebih gagah lagi. Apalgi bakatnya sudah diketahui semua orang.
Dia aktor muda Daito paling berbakat! wajah tampan, popularitas, masih
muda--" Mulut Mizuki mendadak bungkam saat wajah Masumi benar-benar
terlihat seram walau tanpa mengenakan topeng Rahwana.
"Kau
teruskan, asbak ini melayang ke wajahmu dalam hitungan detik!" ancam
Masumi.
"Hhh"
Mizuki mengangkat bahunya. "Kalau itu perasaan Anda, kenapa sekarang diam
saja di sini?"
"Lalu,
apa yang harus kulakukan?" tanya Masumi. "Itu drama-nya, dan
sutradaranya bagus. Aku tak punya alasan melarang Maya mengambil drama itu. Aku
sudah lihat skripnya, dan kurasa Maya akan sangat luar biasa jika dia bisa
memerankannya. Aku tak mau terkesan posesif, aku percaya kepadanya."
"Tapi
bukan berarti Anda harus diam saja kan? Setidaknya Anda harus melakukan sesuatu
untuk mengingatkan Sakurakoji bahwa Maya sekarang tunanganmu. Bagaimana jika
mereka CLBK?"
"SUdah
kubilang," Masumi bergeming. "Aku percaya kepadanya. Lagipula,
sekarang Sakurakoji bukan pujaan hati Maya. gadis itu berjodoh denganku!"
"Ya,
ya, baiklah... sekadar mengingatkan. Saya tahu pasti berapa lama Anda
menunggunya, dan sekarang Anda sudah mendapatkannya. Yah, hanya selangkah lagi,
kuharap Anda jangan sampai kecolongan."
"Terima kasih untuk perhatianmu Mizuki, tetapi
aku tak membutuhkannya saat ini." Ujar Masumi angkuh.
Maya
rikuh sendiri saat mendengarkan Pak Kuronuma memberikan pengarahan mengenai
harapannya akan sandiwara 'come back'-nya ini, karena ia tak mengira sama
sekali bahwa setelah sekian lama, ia akan bertemu Sakurakoji lagi.
Sakurakoji
sempat mengatakan dalam perkenalannya, bahwa dia baru dihubungi Kuronuma dua
tiga hari yang lalu, dan segera mengiyakan tawaran menjadi Stewart itu. Maya
tidak tahu, bahwa keputusan Sakurakoji bukan hanya karena peran yang menantang,
tetapi juga karena dia diberitahu bahwa Maya akan memerankan Jean.
Walaupun
bersikap tenang, beberapa kali Sakurakoji mengamati cincin yang melingkar di
jari Maya, yang beberapa kali batu permatanya memantulkan sinar menyilaukan ke
arah mata Sakurakoji.
Rasanya
Koji ingin sekali merampas dan membuangnya ke kali. Atau, mungkin menjualnya?
Yah, apa pun itu selama dia bisa melepaskannya dari jemari maya, akan dia
lakukan.
Sampai
saat ini, baik Maya dan Sakurakoji yang duduk berdampingan masih tak banyak
saling mengomentari, bahkan keduanya seperti sama-sama saling menghindari. Maya
merasa tegang dan sepertinya, seharusnya bukan begitu.
Namun,
akhirnya Sakurakoji menyapa Maya saat mereka hendak pulang.
"Maya-chan!"
panggil Sakurakoji.
"Deg!" Maya sangat terkejut mendengar
Sakurakoji menyebut namanya.
"Koji..."
desah Maya perlahan, berusaha menenangkan perasaannya. Sudah sangat lama
Sakurakoji tak menampakkan dirinya di hadapan Maya.
"Sudah
lama, tidak berjumpa," sapa Koji.
"Ya,"
jawab Maya, yang masih tidak tahu harus membicarakan apa.
"Aku
sudah melihatnya... pertunanganmu," Sakurakoji sekali lagi mengamati
cincin Maya. "Aku benar-benar terkejut saat tahu kau dan Pak Masumi
memiliki... hubungan," Sakurakoji merasa berat dengan perkataannya
sendiri.
"Oh,
ya itu..." Maya salah tingkah. Sudah tentu Sakurakoji tahu mengenai kabar
yang diributkan di berbagai media itu.
"Seingatku,
kau... tidak menyukainya? Kenapa sekarang..."
"Maya!!"
Tiba-tiba, entah dari mana datangnya, Masumi muncul di hadapan mereka.
"Aku datang untuk menjemputmu." Maya terlihat sangat terkejut hingga
belum sempat berkata apa-apa. Masumi menarik gadis itu kepadanya,
"tunanganku!" tegasnya.
Semuanya
sangat cepat, tahu-tahu wajah Maya sudah tersuruk di dada pria itu dan
tangannya melingkar di bahu Maya. Maya berusaha mengambil napas, mendongak.
"Pak... Pak Masumi..."
Gadis itu terkejut mendapati raut serius Masumi, dan
tatapannya terarah kepada seseorang, Koji. Maya juga memutar kepalanya menatap
Koji yang mengamati keduanya dengan rasa terkejut yang sangat nyata.
"Kurasa...
aku sudah harus pergi," pamit Sakurakoji cepat, saat jantungnya berdetak
menyakitkan melihat pemandangan itu. "Permisi," ia membungkuk ke arah
Masumi. "Dan, selamat, untuk pertunangan kalian." Dan pemuda itu
bergegas pergi dari sana.
"Eh,
Sa-sakurakoji!" panggil Maya yang tak bisa berbuat banyak karena dekapan
Masumi yang sangat ketat. Ia segera berbalik dan mendongak kepada Masumi lagi.
"Ini apa-apaan sih! Lepaskan!" pintanya, seraya mendorong tubuh
Masumi mundur agar bisa membebaskan dirinya. "Lepas!!" pintanya lagi.
"hei,
kenapa!?" tanya Masumi. "Kau kan memang tunanganku, apa yang salah?
kenapa? Kau tidak mau Sakurakoji tahu kita bertunangan?"
"Dia
sudah tahu kita tunangan," Maya bersungut-sungut. Masalahnya, dia tak suka
Masumi tiba-tiba memeluknya seperti itu di depan siapa pun, dan terlebih, di
hadapan Sakurakoji. "Lagipula, apa yang kau lakukan di sini?" tanya
Maya. Masumi tak mengatakan apa pun soal akan muncul di teater itu.
"Sudah
kukatakan aku mau menjemputmu. Kebetulan saja, aku lewat sini."
Bohong. Masumi sengaja memutar untuk menemui Maya.
Karena bagaimana pun dia berusaha, Masumi tak bisa membiarkan Maya dan
Sakurakoji tanpa pengawasannya. Malahan, sudah sejak tadi Masumi menunggui di
luar dari mobilnya, dan baru menghampiri saat dia melihat maya dan Sakurakoji
bicara.
"Kau
tidak perlu menjemputku," Maya menoleh ke sana kemari, kikuk dengan
tatapan iseng orang-orang di sekitar mereka.
"Kenapa?
Kau kan tunanganku, aku menjemputmu apa anehnya?" desak Masumi.
"Ti-tidak
sih..." gumam Maya. "Tapi kan..."
"Kenapa?
Kau tidak mau Sakurkoji tahu kita bertunangan?"
"Dia
kan sudah tahu..."
"Terus?"
"Tidak
ada terus-terus. Aku hanya... uhmm... "
Malu...
batin Maya. Ia belum terbiasa berduaan ke sana kemari dengan Masumi.
"Oh...
lebih suka pulang bersama Sakurkaoji ya?" Masumi mengangkat sebelah
alisnya mengintimidasi.
"Siapa
yang mau pulang dengannya?" Maya tersinggung.
"Tadi,
kalian keluar berdua," Masumi menyipitkan matanya.
"Jangan-jangan..." ia mendekatkan wajahnya kepada Maya. "Kau
lebih suka jika aku tadi tidak muncul sehingga kau bisa berduaan dengan
Sakurakoji?"
"Tidak!
Kenapa sih... Pak... Pak masumi..."
"Terus
kenapa sekarang kau salah tingkah begitu? aku juga lihat wajahmu tadi, kau
malu-malu di depannya." tukas Masumi.
"Tidak!"
"Iya!!
Aku bisa melihatnya!"
"Kau
ini kenapa sih! Berlebihan sekali!" Maya berbalik meninggalkan Masumi.
tetapi pria itu menahan pergelangan tangan tunangannya.
"Sudah kubilang, aku datang ke sini mau
menjemputmu!" tegas Masumi.
“Aku kan tidak minta dijemput!” sembur Maya dan
kembali berbalik pergi.
Sebetulnya, Maya juga senang melihat Masumi. Tetapi tingkah
pria itu yang tiba-tiba datang dengan gaya melabrak, membuatnya kesal. Apalagi,
dia melakukannya di hadapan Sakurakoji yang sudah lama tidak Maya lihat.
“Maya KItajima! Apa begitu caramu memperlakukan
calon suamimu?” Masumi kesal, dan menahan lengan Maya namun dengan cekatan Maya
mengempaskan lengannya dari pria itu.
“Aku tak suka caramu!”
Masumi mengeratkan rahangnya. “Padahal, aku sudah
sengaja menyelesaikan pekerjaanku lebih cepat agar bisa menjemputmu, aku juga
menunggu lama sampai kau muncul karena tak mau mengganggu latihanmu. Namun
rupanya begini saja rasa terima kasihmu,” Masumi berdecak. “Baiklah, aku
mengerti. Kau memang lebih senang pulang dengan Sakurakoji daripada dengan tunanganmu.
Tidak apa-apa!” Masumi berbalik pergi.
“Eh? Pak Masumi!” Maya berbalik menahan lengan
Masumi. “Pak Masumi!”
Masumi tertegun merasakan genggaman erat tangan
gadis itu di pergelangannya.Masumi menoleh lagi kepada Maya.
“Terima kasih… sudah memikirkanku,” Maya berkata
lebih lembut kali ini. “Ta-tapi… kau membuatku terkejut. Seharusnya, kau bilang
kalau mau datang, dan jangan berbuat kasar seperti tadi,” jelas Maya, yang
entah kenapa tidak ingin melihat Masumi marah kepadanya.
Dan Masumi, langsung luluh seketika mendengar nada
suara Maya yang membujuk. Biasanya Maya cuek saja jika Masumi marah. Tetapi
kali ini, gadis itu membujuknya. Masumi jadi merasa senang.
“Baiklah, aku minta maaf,” Masumi berkata. “Kupikir,
hanya menjemputmu saja, aku tidak harus bilang. Lagipula, aku kan tunanganmu…”
“Iya…” Maya menghela napas, berapa kali Masumi harus
menekankan bahwa mereka bertunangan?
“Aku ingin mengajakmu makan malam, dan akhir minggu
ini, kita akan mulai pembicaraan dengan wedding organizer kita nanti,” ungkap Masumi.
“Baiklah, terserah saja,” jawab Maya.
Wah! Ternyata… Maya sudah benar-benar menerima
pertunangan mereka! Masumi tersenyum senang karenanya.
=//=
Di tempat lain, Pak Miyake tengah menunggu dengan
tidak sabar kedatangan Shiori yang mengundangnya untuk bertemu.
Gadis cantik itu datang, dengan percaya diri ia
terlihat melangkah ke arahnya.
“Maaf membuatmu menunggu, Pak..”
“Tidak apa-apa,” Miyake tersenyum. “Ada apa… kau
ingin bertemu denganku, Nona Takamiya?”
“Pak Miyake, pertama, aku ingin Anda tidak mengungkapkan
masalah pertemuan kita ini dengan siapa pun,” pinta Shiori.
Sekarang raut Miyake semakin serius. “Jika… memang
seharusnya seperti itu, tentu, tentu… tetapi, kenapa Anda…”
“Saya ingin kita berdua menjalani tes DNA.”
Miyake sempat tak berreaksi selain bola mata yang
membulat. “Tes…. DNA?”
Shizuka… Miyake ingat kembali mantan kekasihnya itu.
“Itu bukan, alasan yang juga sempat membuat Anda
menemuiku saat itu? anda adalah mantan kekasih ibuku.”
“Tidak, bukan, kami…”
“Berteman dekat. Itu yang mereka katakan saat salah
satunya sudah menikah.”
Deg! Miyake terkejut Shiori sudah mengetahuinya
sejauh itu.
“Pak Miyake, hal ini sama pentingnya untukmu,
demikian juga untukku. Suami pertama ibuku sudah meninggal sebelum menikah
dengan Ayahku sekarang. Tetapi, saat itu bukankah Anda berdua sempat terlibat
hubungan asmara? Ibu sudah mengatakan semuanya kepadaku.”
“Jika kau memang sudah mengetahuinya… Tak ada yang
perlu ditutupi lagi.”
“Karena itulah, aku yakin Anda juga sama ingin
tahunya denganku, apakah kita ini… masih punya hubungan darah, bukan?”
Pak Miyake kemudian mengangguk.
“Aku… dan istriku, kami tidak dikaruniai seorang
anak lagi setelah putriku meninggal, jika kau adalah putriku, aku… akan senang
sekali.”
Shiori menelan ludahnya.
“Tetapi, ada satu hal yang aku inginkan… jika..
benar terbukti melalui tes DNA bahwa aku putrimu, bisakah…”Shiori menelan
ludahnya, “bisakah Anda membiarkanku menikah dengan Pak Masumi Hayami?”
“Masumi??” Pak Miyake sedikit banyak menyadari hal
itu. Shiori tertarik kepada Masumi. “Kau… ingin bersamanya?”
“Bukankah, Pak Masumi Hayami dan Maya Kitajima menikah
karena dijodohkan karena persahabatan orang tua mereka? Termasuk Pak Miyake,
jadi… jika aku adalah putrimu, bukankah berarti Pak Masumi juga bisa dijodohkan
denganku?”
“Ya, tapi… tentu hal ini tidak bisa kita putuskan.
Harus melibatkan Pak Masumi dan Maya. Bagaimapun mereka sudah bertunangan.”
“Tapi mereka tidak saling mencintai. Aku yakin Pak
Masumi hanya berbaik hati, dan itu… itu semakin membuatku kagum kepadanya.”
“Ya, Shiori, tetapi yang terpenting, mencari tahu
terlebih dahulu bahwa apakah benar kau putriku atau bukan, dan bagaimana….
Menjelaskannya kepada keluarga kita nanti jika kebenarannya telah terungkap.”
=//=
“Selamat pagi…” sapa Masumi di pintu.
“Pagi sekali!” keluh Maya saat melihat Masumi
pagi-pagi buta sudah berada di ambang pintu apartemennya.
“Aku sudah mengatakan kepadamu akan membawamu kepada
pemilik wedding organizer kan?”
“Sepagi ini? Ini jam 6 pagi Pak Masumi! Aku masih
mengantuk!”
“Aduuh anak gadis kenapa malas-malasan begini!”
hardik Masumi, yang hanya dibalas dengan bibir manyun Maya.
“Rei mana?”
“Ya masih tiduur… semalam dia pulang larut karena
kebagian shift terakhir di café-nya,” terang Maya. “Ya sudah masuklah dulu, mau
kubuatkan sarapan apa?”
Wah, Maya membuatkannya sarapan?
“Apa saja! Kau punya apa?”
“Coba kulihat…” Maya beranjak ke kabinet dapur dan
membuka persediaan makanan mereka. “Ada roti tawar, tapi…. Kami tidak punya
mentega, selainya juga sudah habis… Oh, ada mi cup instant, Anda mau?”
“Ya, bolehlah,” Masumi tersenyum.
Mi instan bukanlah masakan Maya, tapi setidaknya,
gadis itu mau membuatkannya untuknya.
“Aduh, air panasnya ternyata kosong,” keluh Maya
saat menuangkan air dari termos. “Aku menjerang air dulu ya.”
“Ya, ya, tenanglah,” Masumi berkata, merasa senang
mengamati Maya susah payah untuknya.
Sambil menunggu airnya mendidih, Maya lalu
menghampiri Masumi dan duduk di sampingnya. Keduanya bertatapan. Dan, karena
cara Masumi melihatnya, Maya tak punya kata-kata yang tepat untuk dilontarkan.
Gadis itu hanya dengan canggung duduk di dekat
Masumi.
“Uhm, mau menyalakan TV?” tanya Maya.
“Grep!” Masumi menggenggam tangan Maya.
“Eh! Ke-kenapa tiba-tiba…”
“Kenapa memangnya? Aku kan sudah bilang, harus
sering menggenggam tanganmu, biar aku bisa semakin menyukaimu.”
“Jangan di sini…” desis Maya. “Nanti Rei bangun…”
“Memangnya kenapa kalau Rei bangun? Dia kan tahu
kita bertunangan. Apa anehnya orang yang bertunangan saling menggenggam
tangan?”
“Ta-tapi… tapi…” Maya merasakan jantungnya berdebar
dan wajahnya merona. Gadis itu gelisah dan Masumi juga bisa merasakannya.
“Nanti, pulang dari bertemu WO… mau pergi ke suatu
tempat?” tawar Masumi.
“Kemana?” tanya Maya. “Aku mau membaca naskah...”
“Kau kan bisa melakukannya lain waktu. Selagi aku
masih sempat, karena aku banyak pekerjaan. Sedangkan kau, kan bisa melakukannya
lain waktu.”
“Uh… dasar egois,” keluh Maya walaupun tak terdengar
serius. “Memangnya mau ke mana?”
“Yah, ke mana sajalah, asal level sukamu kepadaku
bisa meningkat.”
“Kemana ya… Uhm…” Maya mengamati wajah Masumi yang
masih menunggu jawabannya.
Aduuh… kenapa ini jantungku berdebar-debar tak
keruan begini? Batin Maya, tanpa bisa melepaskan tatapannya dari Masumi. Maya
ingat belakangan selalu teringat Masumi saat dia hendak tidur, juga, jika dia
melihat cincin di tangannya.
“Berhenti menatapku!” protes Maya akhirnya sambil
menundukkan kepalanya.
“Kenapa?” tanya Masumi.
“Ka-ka-karena… karena… kau membuatku gugup,” Maya
mengaku.
Syukurlah, ternyata bukan hanya dirinya yang kadang
salah tingkah dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan.
“Uhm Maya,” Masumi berujar dengan suara lembut, “apakah
kau tahu, aku…”
“ya?” Maya kembali menoleh kepada calon suaminya
yang tampak berwajah sungguh-sungguh.
“Maya, aku…” Masumi maju mundur dengan hatinya. Ayo katakan saja… katakan kau benar-benar
menyukainya… Mizuki bilang semua gadis senang jika ada orang yang menyukainya.
Apalagi, aku tunangannya.
“Pak Masumi, ada apa?” tanya Maya. “Anda sakit perut
ya?” tebaknya.
“Glek!” Masumi tertegun mendengar tebakan Maya. Apa
wajahnya yang hendak menyatakan cinta, tak jauh berbeda dari wajah seseorang
yang sakit perut?
“Tidak! Maya, aku!” Masumi meraih dagu Maya,
mengangkatnya sedikit.
Mata Maya membulat karena apa yang calon suaminya
itu lakukan. Maya mendadak kehilangan kata-kata dan debaran jantungnya sudah
tak bisa lebih keras lagi. Apa yang hendak Masumi lakukan? Apa pria itu hendak…
hendak…
“NGIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINGG!!” suara uap
air yang mendidih terdengar dari kompor.
Maya dan Masumi terlonjak bersamaan dan Maya segera
bangkit dari duduknya.
“Sudah mendidih!!” teriaknya, entah mengabari siapa.
Masumi menelan ludahnya dan menunduk kembali,
sementara Maya sambil berjalan kaku seperti robot, mulai menuju kompor dan
mematikannya.
=//=
“Semuanya terserah calon istriku saja,” kata Masumi
saat keduanya sudah berada di tempat WO yang akan mereka sewa untuk mengurus
masalah pernikahan mereka.
“Wah, Nyonya… Anda ingin penikahan yang bagaimana?”
tanya wanita gemuk namun lincah bernama Yukita itu.
“Uhm… yang… bagaimana ya…” Maya berpikir. Ia tak
pernah mengira akan menikah secepat ini, karena itu pernikahan seperti apa yang
ada di kepalanya sama sekali tidak terbayang. “Kurasa… aku mengikuti kemauan
Pak Masumi saja.”
“Kubilang, terserah kau saja… bukankah biasanya
perempuan yang mengurus hal-hal seperti ini? Kudengar wanita itu biasanya sudah
punya bayangan dan harapan mengenai pernikahan seperti apa yang akan mereka
selenggarakan.”
“Tapi kau lupa, kalau tidak terpaksa, aku juga belum
memikirkan pernikahan sama sekali!” tandas Maya.
Masumi tertegun, dan jelas terkejut Maya
mengatakannya di hadapan orang lain. Bu Yukita pun tampak terkejut dengan
pernyataan Maya itu. Pernikahan terpaksa? Wah.. Wah.. Wah…
“Tunangan saya ini memang suka bercanda,” Masumi
berkata tanpa ekspresi.
“Aku tidak bercanda,” Maya menggerundel pelan. “Aku
memang terpaksa menikah denganmu…”
“Aduuh… apa ini… saya jadi tidak enak,” Bu Yukita
berkata dengan gaya centilnya. “Sepertinya saya jadi mendengar hal-hal yang
tidak seharusnya,” wanita itu tertawa dibuat-buat.
Mendengar perkataan Bu Yukita, akhirnya Maya sadar
dengan kesalahannya. Sementara Masumi sepertinya terlanjur marah. Pria itu
tidak berkata apa-apa lagi.
Bahkan dalam sisa pertemuan itu Masumi lebih banyak
memasang wajah dingin dan membuat Maya merasa tak enak hati. Tapi…. Kenapa Maya
harus merasa tak enak? Apa yang dia katakan memang benar, mereka berdua tidak
akan menikah kalau bukan karena terpaksa.
Bu Yukita sudah berusaha menghangatkan suasana
dengan tetap antusias membahas beberapa konsep pernikahan dan segala
printilannya. “Yuk, kita lihat gaun pengantinnya! Yuk, kita lihat dekorasinya!
Yuk, kita perkirakan band pengiringnya!!” Dan lain sebagainya. Bu Yukita dengan
semangat menunjukkan berbagai hal yang sekiranya bisa membuat kedua pasangan itu
bergairah, tetapi usahanya hampir nihil.
Hanya Maya yang tampak masih berusaha mengapresiasi
dengan cengengesan-cengengesan canggungnya. Sementara Masumi sama sekali tak
berusaha berbasa-basi bahkan hanya sekadar menyunggingkan sudut bibirnya.
Sepertinya Direktur Daito itu memang benar-benar rusak suasana hatinya.
Saat keduanya dalam perjalanan pulang, Masumi juga
tak banyak bicara. Atau tepatnya, tak bicara sama sekali. Maya benar-benar
bingung didiamkan begini. Dia juga tak mau mengajak bicara terlebih dahulu. Apa
salahnya? Lagipula, yang sudah kakek-kakek, eh, sudah tua kan Masumi! Kenapa
harus dia yang mengalah?
Saat tiba di apartemennya lagi, sopirnya membukakan
pintu untuk Maya, dan tunangannya itu sama sekali tidak turun mengantarnya atau
mengucapkan sepatah kata kepadanya. Pria itu hanya memandangnya dengan raut
tidak terbaca.
Aduuuuuhhhh ada apa sih dengan direktur Daito
itu!!??
=//=
Maya membuka-buka naskah Padang Liar yang
Terlupakannya. Tetapi, pikirannya tak juga beranjak dari Masumi yang sudah
mendiamkannya. Menyebalkan ternyata saat pria itu bungkam seribu bahasa.
Sebetulnya, ada apa dengannya!!? Bungkam begitu, mendiamkannya, tak bicara
apa-apa.
“Ukhh!! Menyebalkan!!” Maya membanting naskahnya.
Rei yang sedang menonton TV jadi terkejut. Dia
menoleh kepada Maya.
“Ada apa?” tanyanya, lantas beralih pada naskah yang
Maya hempaskan.
“Eh, eh, ah, uhm… tidak! Tidak!!” Maya
menggeleng-geleng.
“Apa yang menyebalkan? Ceritanya? Jelek?” tanya Rei
sambil berusaha memungut naskah itu. Tetapi Maya lebih gesit mengambil
naskahnya kembali.
“Ah, eh… tidak Rei! Bukan! Naskahnya bagus sekali….
Hanya saja… uhm, itu… ada adegan yang menyebalkan… aku jadi terbawa emosi…” Maya
gelagapan mencari alasan.
“Oh, ya, adegan apa?” Rei penasaran karena Maya
sepertinya kesal sekali.
“Uhm, itu, jadi…” Maya sepertinya tak bisa mengelak
lagi. “Uhm, ada adegan… itu… salah satu pemeran pria-nya mendiamkan pemeran
wanitanya tanpa sebab. Aneh sekali kan? Menyebalkan kan!!?”
Alis Rei terpaut, “Apa semenyebalkan itu? Sepertinya
biasa saja.”
“Tapi, Rei! Yang perempuannya tidak melakukan
apa-apa! Kenapa pria itu jadi diam saja!!?”
Rei tertegun sejenak lantas menjawab. “Mungkin
perempuannya tidak melakukan apa-apa, menurutnya! Sementara prianya sudah
merasa tersinggung… Masa ada yang marah tanpa alasan?”
Maya menunduk. “Uhm… hanya karena pemeran wanitanya,
mengatakan bahwa dia terpaksa menikah dengan pria itu. Tapi… mereka berdua
memang terpaksa kok! Terpaksa berjodoh! Nah, kalau itu kenyataannya, kenapa
pria itu harus marah? Seharusnya…”
“Apa nama pemeran prianya itu Masumi Hayami dan
wanitanya Maya Kitajima?”
Wajah Maya langsung merah padam karena tebakan Rei.
Apa dia begitu mudah ditebak?
“Bu-bu-bu-bu-bukan… bu….” Maya terdiam dan menelan
ludahnya. “Iya…” keluhnya perlahan.
Rei tertegun dan tertawa. “Jadi, kalian bertengkar?”
Maya mengangguk. “Bukan bertengkar! Tapi, dia
mendiamkanku! Ukh! Pokoknya menyebalkan! Maksudku… kenapa memasang wajah
seperti itu? Apa aku sudah menganiayanya atau bagaimana? Hanya karena aku
mengatakan aku terpaksa menikah dengannya, dan aku tidak bohong… apa dia harus
marah karena itu Rei?” cerocos Maya.
“Tadi saat pergi padahal masih mesra ya…”
“Enak saja! Kapan kami mesra?” tampik Maya.
“Jadi, kapan dia mulai marah?”
“Tadi, saat bertemu Ibu Yukita. Dia langsung diam
saat aku bilang begitu. Dan tidak bicara lagi. Aku jadi berpikir jangan-jangan
itu yang membuatnya marah…”
“Bisa jadi,” Rei berpendapat, membuat Maya semakin
gelisah. “Bagaimana pun, kau mengatakannya di depan orang luar yang tak tahu
persoalannya. Pasti Pak Masumi tersinggung. Kalau aku jadi dia, aku juga pasti
merah orang yang hendak menikah denganku mengatakannya terpaksa menikah di
hadapan orang lain.”
“Benarkah Rei?” wajah Maya pucat. “Jadi, aku memang
salah?”
“Tentu saja, Maya… Itu kan masalah pribadi kalian,
kau tidak boleh mengatakan terpaksa menikah dengannya di hadapan orang lain.
Bagaimana jika Pak Masumi melakukan hal yang sama kepadamu? Kau pasti sedih
kan… walaupun kenyataannya memang begitu…”
Maya diam, terpekur.
“Eh, apa Pak Masumi juga memang suka mengatakan hal
itu kepada siapa saja?” tanya Rei.
Maya tercenung lantas menggeleng. “Dia hanya selalu
bilang, buatku, menikah atau tidak menikah sama saja! Menikah dengan siapa pun
tidak masalah!” Maya mencebik, tanpa disadari agak sakit mengingat perkataan
Masumi itu, “Tapi tidak pernah mengatakan terus terang kalau dia terpaksa…
tapi… sama saja kan? Perkataannya itu juga maksudnya sama denganku, dia hanya
menikah memenuhi kewajiban saja, tak peduli siapa orangnya…”
“Tapi dia tidak melakukannya di depan orang lain
kan?” kata Rei.
Maya memeluk kedua kakinya dan menumpukan dagunya di
atas kedua lututnya sambil manyun. Jadi? Apa yang harus dilakukannya? Meminta
maaf kepada Masumi?
=//=
Sudah beberapa hari ini, Masumi sama sekali tak
menghubungi Maya. Tak datang kepadanya atau juga memintanya datang. Padahal,
pria itu pernah berkata agar dia bisa lebih menyukai Maya, dia harus sering
melihat gadis itu dan menggenggam tangannya. Tetapi sudah tiga hari berlalu,
Maya sama sekali tak mendapatkan kabar apa pun darinya. Saat dia menelepon,
Masumi juga sedang tidak di tempat. Dan, pria itu sama sekali tak
menghubunginya.
Dan akhirnya, Maya menghubungi Masumi untuk yang
kedua kali, dan dikatakan pria itu sedang keluar kota beberapa hari.
Pergi ke luar kota, tanpa berkata apa-apa kepadanya?
Tunangannya?
Maya menutup gagang telepon kesal sambil
menghempaskan napasnya.
=//=
“Maya!! Tatapanmu jangan seperti itu! Cara
berdirinya salah! Maya kenapa kau membacakan dialog suster!? Kenapa kau berdiri
di sana!? Kau menghalangi jalan!!” Pak Kuronuma tak henti-hentinya memarahi
Maya yang beberapa hari belakangan ini sering salah dan tidak konsenstrasi.
Teman-teman mainnya pun jadi berbisik-bisik
membicarakan Maya yang namanya baru saja terangkat berkat perannya di Dua Putri
dan juga berita pertunangannya dengan Masumi, ternyata sering sekali membuat
kesalahan.
“Ternyata… dia tidak sehebat yang dikatakan,” bisik
salah satunya.
“Maya, tenanglah, Pak Kuronuma memang sangat galak,
tapi itu semua demi kebaikanmu.” Yang lainnya berusaha menghibur.
Maya hanya mengangguk perlahan tanpa mengatakan apa
pun.
Dari kejauhan Sakurakoji hanya mengamatinya dengan
prihatin.
“Maya!” Sapa Sakurakoji saat Maya yang tampak
melamun itu berjalan sendirian di lorong sambil menunduk. Sepertinya Maya
benar-benar tenggelam dalam pikirannya sendiri, karena gadis itu sama sekali
tidak menoleh atau menyahut.
Sakurakoji mempercepat langkahnya dan menepuk bahu
gadis itu. Maya terlonjak dan akhirnya menoleh. “Sakurakoji!” serunya.
“Mau pulang bersama?” tawar Sakurakoji dengan ramah.
“Aku bisa mengantar sampai ke apartemenmu…”
“Ah, aku jadi merepotkan,” wajah Maya merona.
“Tidak, kok,” Sakurakoji berbinar. “Sudah lama kita
tidak mengobrol ya…” ajaknya.
“Baiklah,” Maya mengangguk, merasa tak punya alasan
untuk menolak ajakan Sakurakoji.
Namun, tiba-tiba Maya teringat sesuatu. Maya ingat
saat tiba-tiba Masumi muncul dan memperlihatkan ketidaksukaannya saat Maya
bersama Sakurakoji.
Kau lebih suka pulang bersama Sakurakoji ya!!? Kalau
aku tidak muncul, kau pasti berdua-duaan dengannya!!
DeG!
“Ah, Sakurakoji! Maaf! A… aku… tidak bisa pulang
bersamamu! Maafkan aku!” Maya membungkuk dalam lantas berlari.
“Loh? Maya!!!” Sakurakoji menggapaikan tangannya
untuk menghalangi kepergian Maya tetapi gadis itu terus saja berlari
meninggalkannya.
Masumi
Hayami menyebalkan!! Dasar Makhluk Endapan Lumpur!! Rutuk Maya
dalam hatinya sambil masih berlari menyusuri trotoar. Kenapa kau tidak kunjung mengabariku!? Kenapa mendiamkanku begini dasar
menyebalkan!!
Maya berbelok dan berhenti di pinggir jalanan sepi.
Teringat lagi Masumi yang belakangan selalu singgah di pikirannya.
Kenapa
Pak Masumi belum menghubungiku lagi…? Aku kan… aku… tanpa
disadari, mata maya yang panas mulai berair, dan rintik airmata itu mulai
membasahi wajahnya dengan cepat. Pak Masumi…
Maya berusaha menghapus airmatanya dengan lengangnya namun airmata itu tak
kunjung habis juga.
26 comments:
huaaa...maya mulai cin cin yyeeeeeeeeeee...hehehe...senang..FIGHTING mas Masumi..
maya kebangetan deh, kan jd kasian masuminya tp gpp deh plg g maya jd mulai tmbh suka sm masumi biarpun dia blom nyadar. duh, siori nih ngapain seh, sukanya ngerusak hubungan org laen aja. Buang ke laut aja mbak Ty.....
Susahsuiiiittt... kayaknya ada yg poling in lop! Huhuy
Hasiiiikkk sekarang maya yang merasa kehilangan... ^_^
hehehe.. sadar kan si eneng kalo kangen.. :)
Hahaha..lol deh bu yukita
Yuk kita makan
Yuk kita minum
Yuk kita maen
Yuk kita..
:D
-mommia-
Mantaaapppppp
Cinta pun bersemi, aseeek
Maya jangan kelamaan donk onengnya.. Hehehehe.. :D
Lanjut dunk darlink.. Sukaaaaa..
__Iin Fachrie__
Haduuuuuuuuuuuh mayaaaaaaaaaaaaaaa kelamaan yah klo sadar hahh...
maya mulai ngrasa kangen sama masumi.... :)
- pio -
Hahaha...kena dehhhh maya....hayukkkk buruan sadar sebelum diambil shiori -narty-
Suka bangett ty sm ceritamu yg ini.dialognya ringan dan lucu lucu..alurnya sederhana tp memikat.karakter maya dan masumi kaku buat lepas.very interesting...cant wait to read the next..thanks
Nah....nah.... Ada yg rindu rupanya.... ;) Maya sekali kali hrs dibegituin ternyata....
Shiori... Percaya dirinya kumat sis ty.... Bgm ini...???
Buat masuminya tegas ya sist... Biar si nenek gerondong g punya kesempatan.... XXD
Kata Maya : Aku kan kangen......:D
maya kapan sadarnya ya kalo dia mulai suka masumi?
~meliana~
Cepat lanjut y ty ga sabar bgt ni pengen tau next nya.. jgn lama2 y.. nunggu itu kan sengsara bgt.. aku dah nunggu topeng kaca aslinya selama 14 thn.. sekarang terhibur bgt ada fanfiksi nya.. terima kasih banyak ty..
Salam kenal..^^Erlin^^..
Cintaaaawa banget ama Ty
Hahaha cerita ini plg Top dech menghibur dan MM lbh terbuka ama perasaan masing2 (berkat mizuki dan rei) :p
Hihihihihi asik kannnnn :p
suka, suka, suuukkkkaaaa bgt. ceritanya makin seru aja nih :)
Blm ada juga y sambungannya? Ayo sist ty jangan lama2 donk.. mg happy ending mm nya.. aminnn
Next chapter donk ty.. penasaran bgt nih.... ceritanya bgus sih.. karakter mm nya mirip ma komiknya.. lanjut donk ga pake lama.. -maksa.com- he he
aaww...mayaaa...kangeeen yaaaaa.... semoga shiori bukan anaknya pak miyake..biarkanlah shiori dgn perannya yg lucu ya tyyy... pleeeaaassseeeee
Next chapter donk ty..tiap hari buka ni blog blm ada jg lanjutannya.. di tunggu bgt..
erlin^^
sukaaa.... sukaaaa....... bangeeeeeet.........
lanjutin donk ty... please.... ( sama kangennya kaya maya ke masumi nih.. )
salam kenal,
komaria
Galauuu deh episod ini.... duh mayaaaaaaa...... trima ajalah masumi.... lbh enak dicintai daripada mencintai lw pts kan ga sakut hati bgd..... jewer ni kuping mayaaa... ups esmosiiiiii..hiiiiii
Post a Comment
Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)