Monday 14 November 2011

Fanfic TK : Eternal Love

Posted by Ty SakuMoto at 13:36
Rate : 18+

Genre : Romance / Angst



Eternal Love
(By Natalie Choi)



I need to talk with you again, why did you go away?

All our time together just feels like yesterday

I never thought I'd see a single day without you

The things we take for granted, we can sometimes lose



Masumi berjalan menyusuri sebuah jalan setapak yang berbatu. Di tangannya tampak tergenggam sebuah rangakaian mawar ungu yang sangat indah. Hari ini cuaca sangat cerah. Matahari bersinar dengan megahnya menerangi bumi. Langit tampak begitu biru tanpa ada sedikit pun awan kelabu yang menyelimuti. Burung-burung berkicauan dengan merdunya diantara rindangnya pepohonan hijau yang tumbuh disekitar tempat itu. Angin sepoi-sepoi yang berhembus semakin melengkapi kesempurnaan hari itu. Ya, semuanya memang sangat sempurna….terlalu sempurna sehingga menimbulkan rasa sakit yang mendalam didalam hati pria berperawakan tinggi  itu.



And if I promise not to feel this pain
Will I see you again?
Will I see you again?



Ia tidak mengerti, bagaimana mungkin matahari masih dapat bersinar dengan cerah.  Bagaimana mungkin burung-burung masih dapat berkicau dengan merdu. Atau bagaimana mungkin bunga-bunga masih dapat bermekaran dengan indahnya disegala penjuru seperti yang tengah terjadi disekelilingnya saat ini. Apakah mereka tidak tahu bahwa itu semua kini sudah tidak ada gunanya lagi. Untuk apa mereka bersusah payah menyinari bumi dan menjadikan alam sekitar indah jikalau mereka tidak mampu mengusir musim dingin yang selalu bertahta di hati dan jiwanya sejak peristiwa itu.



'Cos time will pass me by, maybe I'll never learn to smile

But I know I'll make it through if you wait for me

And all the tears I cry, no matter how I try

They'll never bring you home to me

Won't you wait for me in heaven?



Masumi memperlambat langkahnya sebelum akhirnya ia berhenti di sebuah tempat sunyi yang terletak cukup jauh dari tempat dimana ia meninggalkan kendaraan pribadinya tadi. Tempat dimana belahan jiwanya kini tengah beristirahat dengan tenang untuk selama-lamanya. Walaupun bertahun-tahun telah berlalu sejak peristiwa tragis tersebut, Masumi tetap saja selalu merasakan sakit yang teramat sangat menusuk hatinya setiap kali ia datang ke tempat ini.



Do you remember how it was when we never seemed to care?

The days went by so quickly 'cos I thought you'd always be there

And it's hard to let you go, though I know that I must try

I feel like I've been cheated 'cos we never said goodbye



Butuh waktu yang cukup lama bagi dirinya untuk bisa kembali menjalani kehidupannya sebagaimana mestinya sejak kecelakaan tragis yang langsung merenggut nyawa istrinya itu terjadi. ‘Kejadiannya sangat cepat. Entah dari mana tiba-tiba truk besar yang berkecepatan tinggi itu datang dan langsung menabrak mobil yang ditumpangi oleh istri anda’. ‘Ia mengalami benturan yang sangat keras di kepalanya. Hal itu mengakibatkan pendaharan yang sangat hebat di bagian otaknya sehingga besar kemungkinan bahwa istri anda langsung meninggal seketika saat itu’ Keterangan yang diberikan oleh para saksi dan tim medis yang menangani kecelakaan itu kembali bergema didalam kepalanya. Ia ingat betapa histeris dirinya saat menjumpai istrinya sudah dalam keadaan terbujur kaku dan tak bernyawa serta berlumuran darah di atas ranjang rumah sakit.

Masumi memejamkan matanya sesaat dan menghirup nafas sedalam yang ia mampu sebelum akhirnya ia kembali membuka kedua bola matanya yang kini tiada lagi bersinar terang seperti dulu dan berjongkok di depan pusara tersebut. Butuh segenap kekuatan dan pengendalian diri yang dimilikinya untuk menjaganya agar tidak menangis di depan pusara yang dingin tersebut, pusara yang menjadi lambang kehampaan dan kekosongan jiwanya selama ini.

“Halo Mungil…” ujar Masumi pelan. Diulurkan tangannya untuk menyentuh batu nisan dingin yang berukirkan nama istrinya tersebut. “Selamat ulang tahun” ucapnya dengan sebuah senyum yang dipaksakan. “Kau lihatkan, aku tidak pernah melupakan hari ulang tahunmu. Bahkan aku sama sekali tidak pernah melupakan segala hal tentang dirimu” walaupun ada kalanya dimana ingin sekali ia melupakan segala hal tentang Maya, sebab mengenang segala hal tentang Mungil-nya tersebut hanya akan membawa rasa sakit dan kepedihan bagi dirinya. Tetapi ia tahu bahwa sampai kapanpun ia tidak akan mungkin melupakan istrinya tersebut. Belahan jiwanya. Cinta sejatinya. Bahkan mungkin sampai saat ia menutup mata, ia akan tetap membawa segala kenangan akan Maya bersama dengan dirinya di alam kematian.

“Semuanya baik-baik saja, sayang. Ayumi dan Hammil akan segera pindah ke Perancis akhir bulan ini. Ia mendapat tawaran untuk bergabung dengan salah satu teater terbaik di Paris. Teman-temanmu dari teater Mayuko dan Ikkakuju akan segera mengadakan pentas keliling Jepang lagi akhir tahun nanti. Hijiri dan Mizuki sudah mulai berkencan sejak bulan lalu. Ternyata kau memang benar bahawa mereka berdua cocok sekali” Masumi berujar sambil tersenyum, membayangkan bagaimana kedua bawahan kepercayaannya itu saling tertarik satu sama lain. “Sedangkan Sakurakoji” Disini Masumi berhenti sebentar untuk memberi jeda. Tidak bisa ia pungkiri bahwa masih tersisa sedikit rasa kecemburuannya pada pemuda yang pernah menaruh hati pada mendiang istrinya tersebut. “Ia akan menikah dengan kekasih lamanya, gadis yang bernama Mai itu tahun depan”.

Kembali Masumi terdiam. Ditatapnya makam Maya di depannya lekat-lekat sebelum kembali berkata “Mereka semua merindukanmu, sayang” Suara Masumi mulai bergetar menahan tangis yang membuncah ingin keluar dari dalam dirinya “Aku merindukanmu. Sangat-sangat merindukanmu” ucapnya sendu. Digigitnya bibir bagian bawahnya untuk mencegah agar air matanya tidak keluar. Ia tidak akan menangis disini! Tidak di depan Maya! Ia harus tegar.



And if I promise not to feel this pain

Will I see you again?

Will I see you again?



“Aiko juga merindukanmu. Ia sering sekali menanyakan padaku tentang dirimu. Aku katakan padanya bahwa kau saat ini telah pergi dan tinggal di tempat yang sangat indah, dimana tidak ada hal yang dapat menyakitimu ataupun membuatmu menangis. Bahwa kau sekarang telah menjadi seorang malaikat, seorang bidadari yang selalu mengawasi dan menjaga kami dari surga”. Putri kecil mereka, Aiko Hayami, benar-benar merupakan jelmaan dari ibunya. Ia sangat cantik, manis, periang dan lincah. Benar-benar mirip sekali dengan Maya, sehingga terkadang sangat sakit hati Masumi ketika melihat akan hal itu. Tetapi dibalik itu semua ia sangat mencintai gadis kecilnya itu dan bersyukur bahwa ternyata Tuhan masih memberikan sebentuk kebahagiaan yang lain bagi dirinya melalui putrinya itu. Aiko benar-benar menjadi pelipur lara dan obat rindunya kepada Maya.

Saat kecelakaan yang memisahkannya dengan ibunya terjadi, Aiko baru berusia dua tahun, masih terlalu kecil untuk mengerti dan memahami akan arti dari kata kematian. Tapi kehilangan ibu diusia yang masih sangat muda tersebut tidak lantas membuat Aiko tumbuh menjadi seorang anak yang kurang kasih sayang. Sebaliknya, ia tumbuh menjadi anak yang sangat sehat dan cerdas sebab Masumi telah berjanji bahwa ia sekalipun tidak akan pernah membiarkan Aiko tumbuh dalam kepedihan dan penderitaan atas kepergian Maya. Biarlah segala derita itu ia sendiri yang menanggungnya. Putrinya, bidadari kecilnya, buah cintanya dengan Maya harus tumbuh menjadi seorang anak yang tetap penuh dengan kasih sayang dan kebahagiaan.

Matahari bersinar semakin terik menandakan bahwa hari sudah semakin siang. Masumi sudah harus segera pergi meninggalkan tempat itu dan pulang kembali ke kehidupannya. Ia ada janji untuk merayakan ulang tahun Maya bersama dengan Aiko malam ini di sebuah restoran di tepi pantai yang dulu menjadi restoran favorit Maya dan secara kebetulan juga menjadi restoran favorit Aiko kini.

“Aku harus pergi dulu, sayang. Putri kita akan marah jikalau aku sampai terlambat menjemputnya. Nanti aku akan datang lagi kemari” ujar Masumi pelan. dicondongkannya badannya untuk mencium ukiran nama Maya yang tertera diatas batu nisan yang dingin tersebut. Sebutir air mata jatuh membasahi wajahnya yang tetap tampan walaupun usianya sudah semakin bertambah. “Aku mencintaimu, Mungil”

Kemudian dengan berat hati ia pun berdiri dan bersiap untuk meninggalkan tempat itu. Sebuah angin tiba-tiba bertiup lembut menerpa wajah Masumi pada saat ia baru menjauh beberapa langkah meninggalkan makam itu. Masumi menutup matanya untuk merasakan kelembutan hembusan angin yang bertiup semilir di sekelilingnya. Dan entah bagaimana tiba-tiba ia dapat merasakan suatu benda yang sangat halus dan lembut namun hangat menyentuh bibirnya untuk beberapa saat. Saat Masumi membuka matanya ia mendapati bahwa ada sebuah kelopak bunga dari pohon plum merah yang tumbuh subur di sekitar makam istrinya itu jatuh di bibirnya. Diambilnya kelopak bunga tersebut. ‘Aneh’ pikirnya dalam hati ‘Tadi aku benar-benar merasakan seolah-olah bibir Maya sendirilah yang sedang mencium bibirku’. Kemudian tiba-tiba saja ia teringat suatu peristiwa yang pernah terjadi di lembah plum ini antara dirinya dan Maya pada pagi hari setelah mereka berdua menghabiskan malam bersama didalam sebuah kuil tua ketika hujan badai. Saat itu Maya menyerahkan setangkai bunga plum merah kepada Masumi dan berkata bahwa itu merupakan lambang perasaannya kepada Masumi. ‘Ah!’ Masumi lantas menoleh kebelakang untuk melihat kembali makam istrinya. Tampaklah olehnya banyak sekali kelopak bunga plum merah yang berguguran disekitar makam tersebut, terlebih lagi disekitar rangkaian bunga Mawar Ungu yang tadi ia letakkan disana. Hal yang sangat mengherankan mengingat saat itu di Jepang belum memasuki waktu musim gugur. Tiada kata yang terucap, namun Masumi tahu bahwa yang tadi itu benar-benar istrinya sendirilah yang menciumnya. Ia adalah sang Bidadari Merah yang abadi dan bukankah jiwa sang bidadari itu bersemayam di dalam pohon plum? Maka dari itu tidaklah mengherankan jikalau ia memakai salah satu bagian dari dirinya di dalam pohon plum tersebut untuk memberitahukan pada Masumi betapa ia sangat mencintai laki-laki itu.

Masumi kembali tersenyum. Dimasukannya kelopak bunga plum yang ada dalam genggamannya itu kedalam saku jas-nya untuk kemudian beranjak pergi dari tempat itu, mengetahui dengan pasti bahwa suatu saat nanti ia pasti akan dapat kembali berkumpul bersama dengan belahan jiwanya itu. Namun sampai saat itu tiba, ia harus tetap tegar dan kuat menjalani kehidupan yang telah digariskan oleh sang pencipta untuknya. ‘Tunggulah aku, sayang. Suatu saat nanti kita pasti akan kembali bersama’ ucapnya dalam hati saat kakinya kembali melangkah menyusuri jalan setapak yang telah dilaluinya tadi.



'Cos time will pass me by, maybe I'll never learn to smile

But I know I'll make it through if you wait for me

And all the tears I cry, no matter how I try

They'll never bring you home to me

Won't you wait for me in heaven?



~oOo~

20 Tahun kemudian

Seorang wanita muda dengan potongan rambut berwarna hitam legam sebahu dan tinggi semampai tampak berdiri sendirian di depan dua buah nisan yang saling bersebelahan. Salah satu dari kedua batu nisan itu masih sangat baru. Tumpukan tanah yang menggunung di depannya pun masih basah dan tidak beraturan. Wajar saja sebab baru beberapa saat yang lalu sang penghuni makam tersebut dimasukan kedalamnya.

Hari sudah berangsur senja dan tempat itu sudah mulai sunyi seiring dengan berlalunya para pelayat yang tadi mengikuti prosesi penguburan satu per satu, namun wanita muda itu masih tetap saja diam dan berdiri mematung disana. Kedua kelopak matanya tampak basah dan sembab akibat cucuran air mata yang tak henti dikeluarkannya sejak dua hari terakhir ini.

“Aku akan merindukanmu, Ayah” ujar wanita yang mulai kembali terisak-isak itu. Ia masih belum bisa percaya bahwa ayahnya kini telah tiada. Serangan jantung dan tekanan darah tinggi telah merenggut nyawa seorang Masumi Hayami di usianya yang memasuki kepala enam ketika itu. Bagi wanita itu, Masumi Hayami adalah seorang figur ayah yang sangat luar biasa. Ia seorang ayah yang penyayang dan penuh kasih namun tegas sehingga ketidakhadiran sosok seorang ibu dalam kehidupannya pun dapat tergantikan oleh sosok ayahnya tersebut.

“Aiko….sayang, sudah saatnya kita pulang” ujar seorang pria dari belakangnya.

Aiko menoleh dan melihat suaminya beserta kedua anak kembar mereka berdiri tak jauh dibelakangnya.

“Sudahlah sayang, ikhlaskanlah kepergian ayahmu. Biarkan dia beristirahat dengan tenang” ujar Takeshi kepada istrinya. Ia lantas melayangkan pandangannya keatas pusara ayah mertuanya tersebut. “Ayahmu kini sudah bahagia, sayang karena ia dapat kembali bersatu dengan ibumu, belahan jiwanya”

Aiko tersenyum mendengarnya. Walaupun sebenarnya hatinya masih pedih atas kepergian sang ayah, tetapi apa yang dikatakan oleh suaminya tersebut memanglah benar. Ketika ayahnya masih hidup, Aiko dapat dengan jelas menangkap perasaan cinta yang mendalam serta kerinduan yang teramat sangat setiap kali ayahnya berbicara mengenai ibunya atau setiap kali ia mendapati Masumi tengah menatap foto Maya yang berada hampir disegala penjuru rumah yang mereka huni. Jikalau ada satu hal yang paling dikagumi Aiko akan ayahnya selama ini, hal itu pasti adalah kesetian ayahnya kepada ibunya. Tak pernah sekalipun ayahnya menikah lagi ataupun melirik wanita lain dan berkencan dengan mereka semenjak kematian ibunya. Padahal dengan kedudukan dan ketampanan serta kegagahannya, tak sulit bagi seorang Masumi Hayami untuk mendapatkan wanita lain dalam waktu singkat. Tetapi ternyata ia lebih memilih untuk tetap setia pada cinta sejatinya dan itulah sebabnya mengapa dalam surat wasiatnya Masumi meminta untuk dikuburkan disebelah Maya setelah ia meninggal.

Aiko kemudian berjalan perlahan mendekati makam itu dan meletakan dua buah tangkai mawar ungu yang telah ia genggam sedari tadi satu diatas makam ayahnya dan satu lagi diatas makam ibunya.

“Beristirahatlah dengan tenang ayah. Jangan khawatirkan Aiko. Aiko pasti akan baik-baik saja. Takeshi akan menjaga Aiko dengan baik. Tugas ayah sudah selesai. Sekarang ayah berkumpulah kembali bersama dengan ibu dalam kebahagiaan yang baru. Aiko tidak akan pernah melupakan kalian. Aiko sayang ayah dan ibu” bisiknya lembut sebelum ia melangkah untuk meninggal tempat itu bersama sambil berpelukan dengan suami dan anak-anaknya.

Dibelakangnya diatas kedua pusara putih itu tampak sesosok bayangan wanita yang menyerupai bidadari yang sangat cantik berpakaian merah datang menghampiri pusara Masumi sambil mengulurkan tangannya dan secara mengejutkan tampak pulalah bayangan seorang pria yang menyerupai Masumi di masa mudanya keluar dari makam itu menyambut uluran tangan sang bidadari. Bersama mereka menatap kearah keluarga kecil yang baru saja pergi meninggalkan tempat itu sambil tersenyum sebelum akhirnya terbang tinggi ke angkasa dan menghilang diantara langit senja yang berwarna jingga.



<<< Eternal Love ... The End>>>



P.S :

*) Aku memang sengaja membuat lokasi makam Maya di lembah plum. Karena menurutku cocok aja jikalau Maya sebagai si Bidadari Merah meninggal terus dimakamkan di kampung halaman Bidadari Merah itu sendiri :D

*) Lagu yang aku pakai adalah lagunya Kavana yang judulnya “Will You Wait For Me”

*) Maaf kalo ceritanya jelek ya teman-teman. Harap maklum akibat pengaruh Betsu yang suram akhir-akhir ini. Anyway thanks a lot for reading :) Kalo ada kritik atau saran silahkan disampaikan. I love constructive criticsm.

18 comments:

orchid on 14 November 2011 at 14:18 said...

aku suka bagian yg masumi merasa seolah2 diciumi maya, hiiiii

Puji Aditya on 14 November 2011 at 14:23 said...

Bagus ceritanya... bener2 cinta sampai mati ya... jadi pengen kayak gitu juga... ^^

Heri Pujiyastuti on 14 November 2011 at 14:27 said...

Setia sampai mati....T_T. Padahal mengharapkan mereka happily forever...

Anonymous said...

yah... kok sedih sih ceritanya... tapi nggak papa dah, makasih ya Natalie.. kau mengisi kekosonganku yang beberapa hari ini haus akan FF
-Vanda-

Anonymous said...

Sediiihhh...aku bacanya sampai berkaca - kaca :( hiks..hiks..hiks.. Tapi gak apa2lah,selama kesetiaan masumi tetep buat maya...ini lebih baik drpd maya mati & masumi hidup sama shiori *lebih gak rela gua!* Nice story,sis...bikin mo nangis -rini-

Muree on 14 November 2011 at 14:49 said...

hiks hiks,,baguuus ceRitanya.. happy ending di alam lain.

mommia kitajima on 14 November 2011 at 15:15 said...

menyentuh sis natalie..
indah walo sedih hiks hiks...

di tunggu ff yg hepi hepi ^^

Beatrix on 14 November 2011 at 15:25 said...

Merinding bacanya...tq sis natali...

chuubyy on 14 November 2011 at 15:49 said...

kok merinding bacanya ya..brrr....... merinding tapi sedih..nah loh.. * XD*... ditunggu cerita slanjutnyaa...

Gizuka-Chan on 14 November 2011 at 18:51 said...

sedih :'(
huhuhu
iri sama cinta-cintaannya mereka
huahhh

Resi said...

baguuus kok natalie, aku sukaaa, tp sedih bangeeet, aku sampe nangis.
pa lg bacanya wkt suamiku lg keluar kota niiih, bs ngerasain kerinduan Masumi sm Maya.

Anonymous said...

baru baca awalnya aja mataku sudah berlinang air mata....sedih, haru masumi bener2 setia sampe mati....

Nalani Karamy on 15 November 2011 at 14:23 said...

keren n menyayat hati, tapi kesetian masumi memang paling diacungin jempul

Anonymous said...

aaahhh kok ceritanya sedih sih?? buat yang happy dong mbak.. hehehe.. tapi salut banget buat kesetiaan masumi >.<

-bella-

regina on 18 November 2011 at 14:38 said...

hikz... sediihh T^T

anita f4evermania on 19 November 2011 at 10:35 said...

haduh sediiih hikkksss T__T tapi bener2 terharuuuu akan cinta sejatinya maya dan masumi yaa. smoga kita smua bs menemukan cinta yg spt itu
anita f4evermania

dewjaz on 20 November 2011 at 16:52 said...

sedihhhhhhhhhhhhhhhh eh bukan ding terharuuuuuuu kagak kebayang degh si akang menjomblo berpuluh taon..... setelah di tinggal maya... hehehehe.. kagak ketemu aq segh si akang mmmuachhhh

"KEBAHAGIAAN DALAM BENTUK LAIN NAMPAKNYA INI"

aan on 25 November 2011 at 12:52 said...

hicks,,hicks,,,

till death apart us deh judulnya,,
_nice_ ^^

Post a Comment

Silahkan kritik, saran, sapa dan salamnya... :)

 

An Eternal Rainbow Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting